Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Maraknya bencana alam seperti tanah longsor, banjir, gempa, tsunami dan
lain-lain, akhir-akhir ini telah memperparah kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan di tanah air kita. Pencemaran lingkungan, penggundulan hutan
pengungsian dan wabah penyakit serta Kejadian Luar Biasa (KLB) telah terjadi di
sebagian besar Negara kita. Konflik sosial yang berkepanjangan telah
menimbulkan kerusakan dan pertikaian, stress, gangguan jiwa dan kemiskinan.

Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini yang


kesemuanya mengakibatkan dampak fisik dan psikologis, maka WHO
memandang perlu program CMHN.

Kegiatan program CMHN merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai


dari proses recruitmen perawat CMHN yang akan mengikuti pelatihan, pertemuan
persiapan yang melibatkan beberapa sector yang terkait seperti Dinas Kesehatan
dan pemerintah daerah setempat dalam rangka memperoleh dukungan pelaksanan
CMHN, kegiatan BC-CMHN berupa pemberian pengetahuan dan keterampilan
bagi perawat Puskesmas, sehingga memiliki kompetensi melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien gangguan jiwa, selanjutnya implementasinya di
masyarakat dan kegiatan supervisi.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari desa siaga, desa siaga sehat jiwa dan community mental
heatlth nursing ?
2. Apa sasaran dalam pengembangan desa siaga?
3. Bagaimana criteria desa siaga?
4. Apa visi dan misi desa siaga?
5. Apa indicator keberhasilan desa siaga?
6. Bagaimana konsep desa siaga sehat jiwa?

1
7. Apa tujuan dari desa siaga?
8. Bagaimana pengelolaan dalam desa siaga sehat jiwa?
9. Bagaimana peran perawat desa siaga sehat jiwa?
10. Apa saja Indikator keluarga sehat?

1.3. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menambah wawasan mahasiswa tentang DSSJ (Desa Siaga Sehat Jiwa).

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat menjelaskan :

1. Definisi dari desa siaga, desa siaga sehat jiwa dan community mental
heatlth nursing
2. Sasaran dalam pengembangan desa siaga
3. Kriteria desa siaga
4. V isi dan misi desa siaga
5. Indicator keberhasilan desa siaga
6. Konsep desa siaga sehat jiwa
7. Tujuan dari desa siaga
8. Pengelolaan dalam desa siaga sehat jiwa
9. Peran perawat desa siaga sehat jiwa
10. Indikasi keluarga sehat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan) di desanya (Depkes RI, 2006 dalam Efendi, 2009).

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa
dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-
kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa.

Desa Siaga yang telah dicanangkan pemerintah, merupakan gambaran


masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai
ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana,
termasuk didalamnya gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat
secara gotong royong, menuju Desa Siaga.

2.2. Sasaran dalam Pengembangan Desa Siaga

Menurut Efendi (2009), sasaran dalam pengembangan desa siaga:

1. Pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), kader dan media massa.

2. Pihak-pihak yang dapat memberi dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau dunia
usaha.

3. Semua individu dan keluarga didesa.

Semua sasaran diatas diharapkan dapat lebih mandiri dalam mengatasi


masalah-masalah kesehatan. Untuk menuju desa siaga, ada beberapa criteria yang
harus dipenuhi, yaitu desa tersebut minimal mempunyai pos kesehatan desa

3
(poskesda). Poskesda disini merupakan suatu upaya bersumber daya masyarakat
(UKBM) yang minimal melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti berikut:

1. Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi


kejadian luar biasa (KLB) serta factor-faktor resikonya.

2. Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar


biasa serta kekurangan gizi.

3. Kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana kegawatdaruratan kesehatan.

4. Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.

5. Kegiatan lain-lain misalnya promosi untuk sadar gizi, perilaku hidup bersih dan
sehat, penyehatan lingkungan, dan kegiatan pengembangan.

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran dibedakan menjadi tiga


kelompok, yang dalam pendekatannya harus dilakukan secara simultan, ketiga
kelompok tersebut adalah (Pahlevi, 2012):

1. Sasaran Primer

Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan


hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah
desanya.

2. Sasaran Sekunder

Pihak - pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan


keluarga di desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan
perilaku tersebut yaitu tokoh - tokoh pemerintahan, masyarakat, agama,
perempuan, pemuda, PKK, dan lain – lain.

3. Sasaran Tersier

Pihak - pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan


perundang - undangan, tenaga, sarana, dana, dan lain - lain yaitu Camat, Kepala
Desa, pejabat pemerintahan lainnya, dunia usaha, donatur, dan stakeholders lain.

4
2.3. Kriteria Desa Siaga

Agar sebuah desa menjadi Desa Siaga maka desa tersebut harus memiliki
forum desa / lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana /
akses pelayanan kesehatan dasar. Dalam pengembangannya Desa Siaga akan
meningkat dengan membagi menjadi 4 Kriteria Desa Siaga (Pahlevi, 2012) :

1. Tahap Bina

Pada tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, namun telah
ada forum / lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja,
misalnya kelompok rembug desa, kelompok yasinan atau persekutuan doa, dan
sebagainya. Demikian juga Posyandu dan Polindesnya mungkin masih pada
tahap pertama. Pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan petugas sektor
lainnya sangat diperlukan, misalnya dalam bentuk pendampingan saat ada
pertemuan forum desa untuk meningkatkan kinerja forum dengan pendekatan
PKMD.

2. Tahap Tumbuh

Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif lamdari anggota forum
untuk mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu ,
Demikian juga Polindes dan Posyandu sedikitnya sudah pada tahap madya.

Pendampingan dari tim Kecamatan atau petugas dari sektor/LSM masih


sangat diperlukan untuk pengembangan kualitas Posyandu atau pengembangan
UKBM lainnya. Hal penting lain yang diperhatikan adalah pembinaan dari
Puskesmas PONED sehingga semua hamil bersalin nifas serta bayi baru lahir
yang risiko tinggi dan mengalami komplikasi dapat ditangani dengan baik.
Disamping itu sistem surveilans berbasis masyarakat juga sudah sudah dapat
berjalan, artinya masyarakat mampu mengamati penyakit ( menular dan tidak
menular ) serta faktor risiko di lingkungannya secara terus menerus dan
melaporkan serta memberikan informasi pada petugas kesehatan / yang terkait.

3. Tahap Kembang

Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan
mampu mengembangkan UKBM-UKBM sesuai kebutuhan masyarakat dengan

5
biaya berbasis masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat menghadapi
bencana dan kejadian luar biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga
dengan sistem pembiyaan kesehatan berbasis masyarakat.

Jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti


karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan, masyarakat didorong lagi
untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan
jelas dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya tabulin. Pembinaan masih diperlukan
meskipun tidak terlalu intensif.

4. Tahap Paripurna

Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah
terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku
hidup bersih dan sehat. Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga tidak hanya
terhadap masalah kesehatan yang mengancam , namun juga terhadap
kemungkinan musibah / bencana non kesehatan. . Pendampingan dari Tim
Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.

Desa siaga tidak hanya sekedar konsep yang bertengger di atas awan.
Dengan mengacu visi Departemen Kesehatan agar rakyat indonesia dapat
mewujudkan kesehatan secara mandiri, perlu dilakukan tindakan - tindakan nyata.
Sebagai contoh, pembentukan Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes ) yang bertujuan
agar setiap desa mampu mengidentifikasi dan mencegah bencana, wabah, kurang
gizi dan persoalan - persoalan lain. Poskesdes diharapkan pula untuk
merevitalisasi upaya - upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti posyandu,
pos obat desa, ambulans desa, bank daerah desa, kelompok pemakai air dan
koperasi jamban.

6
2.4. Visi dan Misi Desa Siaga

1. Visi

a. Mewujudkan Desa menjadi Desa Siaga Sehat.

b. Menuju Desa Sehat 2010.

2. Misi

a. Menggerakkan pembangunan kesehatan.

b. Memelihara dan meningkatkan pengetahuan,SDM.

c. Memberdayakan masyarakat agar mampu berperilaku hidup sehat.

d. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.

e. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.

f. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

2.5. Indikator Keberhasilan Desa Siaga

Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat


kelompok indikatornya, yaitu (Pahlevi, 2012):

1. Indikator masukan

Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar


masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa siaga. Indikator
masukan terdiri atas hal-hal berikut:

a. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa.

b. Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan / peralatannya.

c. Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.

d. Ada/tidaknya tenaga kesehatan( minimal bidan ).

e. Ada/tidaknya kader aktif.

f. Ada/tidaknya sarana bangunan / Poskesdes sebagai pusat pemberdayaan


masyarakat bidang kesehatan.

7
g. Ada/tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai masyarakat yang
dimanfaatkan untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis masyarakat
misal: kentongan, bedug, dll.

2. Indikator Proses

Indikator proses adalah indikator untk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga Indikator
proses terdiri atas hal - hal sebagai berikut :

a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.

b. Berfungsi / tidaknya UKBM Poskesdes.

c. Ada / tidaknya pembinaan dari Puskesmas PONED.

d. Berfungsi / tidaknya UKBM yang ada.

e. Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kegawat


daruratnya dan bencana.

f. Berfungsi / tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.

g. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarzi dan PHBS.

h. Ada / tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.

3. Indikator Keluaran

Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil


kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Indikator keluaran terdiri atas hal - hal berikut :

a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar ( utamanya KIA ).

b. Cakupan pelayanan UKBM - UKBM lain.

c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan dilaporkan.

d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan
PHBS.

e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat.

4. Indikator Dampak.

8
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak
dari hasil kegiatan desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses
terdiri dari atas hal-hal sebagai berikut.

a. Jumlah penduduk yang menderita sakit.

b. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.

c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.

d. Jumlah balita dengan gizi buruk.

e. Tidak terjadinya KLB penyakit.

f. Respon cepat masalah kesehatan.

2.6 Tujuan Desa Siaga

Tujuan utama pengembangan Desa Siaga adalah untuk memeratakan


pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Untuk itu perlu adanya upaya
kesehatan yang berbasis masyarakat agar upaya kesehatan lebih tercapai
(accessible), lebih terjangkau (affordable) serta lebih berkuahtas (quality).

Tujuan pembentukan desa siaga menurut Efendi (2009) adalah:

1. Tujuan umum

a. Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap
masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan) didesanya.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya


kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.

b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong


dirinya sendiri dibidang kesehatan.

c. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko


dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah
penyakit, dan lainnya).

d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

9
2.7. Desa Siaga Sehat Jiwa

Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak


masyarakat untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga
terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Apsari, 2010).

Rochana Dwi Astuti mengungkapkan, desa siaga sehat jiwa merupakan


gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi
berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, bencana,
serta masalah gangguan kejiwaan, dengan memanfaatkan potensi setempat secara
gotong royong. Beberapa tahapan yang akan dilaksanakan di desa siaga sehat jiwa
diantaranya, meliputi persiapan, sosialisasi, pelatihan kader, pendampingan,
monitoring, dan pelaporan. dengan dibentuknya desa siaga sehat jiwa, diharapkan
dapat mengurangi dampak dan kerugian akibat dari adanya penderita gangguan
jiwa yang tidak dirawat (Apsari, 2010).

Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) merupakan pengembangan kesehatan mental


berbasis masyarakat bertujuan agar masyarakat di desa binaan tanggap
terhadap masalah kesehatan jiwa masyarakat, dapat mencegah timbulnya masalah
kesehatan jiwa serta dapat menanggulangi masalah kesehatan jiwa di masyarakat
(Yuni, 2010).

Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak


masyarakat untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga
terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Jogyatv, 2010).

Desa Siaga Sehat jiwa merupakan salah satu program CMHN (Community
Mental Health Nursing) yang bertujuan untuk (Meru, 2011) :

a. Pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat.

b. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial.

c. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa.

d. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri.

e. Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri.

f. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa

10
Community Mental Health Nursing (CMHN)

Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan


pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di
masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik (Meru, 2011)

CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan


paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stress dan
dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan yang berfungsi untuk
membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah jiwa akibat
dampak bencana.

CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan jiwa


yang mendasarkan pada prinsip – prinsip pelayanan keperawatan yang holistik
dan komprehensif. Keperawatan jiwa yang holistik dan komprehensif yakni
pendekatan pelayanan yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial kultural,
dan spiritual dalam hubungannya dengan prevensi primer, sekunder dan tersier.

2.8. Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa

WHO memandang pelaksanaan Program CMHN tersebut sangat positif


karena dapat memenuhi sasaran dalam upaya penanganan masalah pasien
gangguan jiwa di masyarakat.

Salah satu program dan produk dari CMHN tersebut adalah membentuk
desa siaga sehat jiwa dengan tujuan dilakukannya pendidikan kesehatan jiwa
untuk masyarakat sehat, pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah
psikososial, resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa, terapi aktivitas dan
rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri, serta askep bagi keluarga pasien
gangguan jiwa

Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk pengembangan dari


pencanangan Desa Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan serta
dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu
pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit, serta siaga terhadap
munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat melalui kegiatan keperawatan
kesehatan jiwa masyarakat atau komunitas (Community Mental Health Nursing).
CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan jiwa yang

11
mendasarkan pada prinsip – prinsip pelayanan keperawatan yang holistik dan
komprehensif. Keperawatan jiwa yang holistik dan komprehensif yakni
pendekatan pelayanan yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial kultural,
dan spiritual dalam hubungannya dengan prevensi primer, sekunder dan tersier.

2.9. Pengelolaan dalam Desa Siaga Sehat Jiwa

1. Kemitraan

Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk


strategi kemitraan lintas program dan lintas sector yang terintegrasi atas prinsip
kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan (Depkes RI., 2000).
Bentuk kemitraan antara masyarakat dan professional dilakukan melalui
keputusan yang diambil secara bersama-sama dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.

Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan kemitraan adalah semua


sektor baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mampu menyelenggarakan
pelayanan dan pembinaan sesuai bidang, peran, kemampuan dan kesepakatan
bersama.

Dalam pelaksanaan kemitraan diperlukan komunikasi sebagai media


informasi yang diperlukan oleh semua sektor agar terjadi koordinasi dan
kerjasama yang efektif dalam mencapai tujuan. Koordinasi dapat dilakukan di
setiap jenjang administrasi dengan melaksanakan pembentukan tim di Tingkat
Kabupaten, Tingkat Kecamatan dan Tingkat Desa/Kelurahan.

Kemitraan di bagi menjadi 2 ,yaitu :

a. Kemitraan Lintas Sektor

Kemitraan lintas sektor adalah bentuk kerjasama yang dibangun antara tenaga
kesehatan, khususnya perawat CMHN dengan sektor terkait baik pemerintah
maupun non pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa di
masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran dan
tanggung jawab nasing-masing.

12
Pelaksanaan kemitraan lintas sektor dapat dilakukan di Tingkat Kabupaten,
Tingkat Kecamatan maupun di Tingkat Desa dengan cara menggalang kerjasama
dengan berbagai sektor baik pemerintah maupun swasta dalam mencari dukungan
(dana, sarana dan prasarana, kebijakan pemerintah setempat) dalam mendukung
pelaksanaan program CMHN.

b. Kemitraan Lintas Program

Kemitraan lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dibangun antar


tenaga kesehatan (multidisiplin) yaitu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas
termasuk GP+, maupun di luar puskesmas seperti praktik tenaga kesehatan :
dokter, bidan, psikolog klinik, psikiater dalam memberikan pelayanan kesehatan
jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran
dan tanggung jawab masing-masing.

2. Pemberdayaan

Dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa perlu adanya keterlibatan


masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan yaitu me ingkatnya
derajat kesehatan masyarakat. Strategi pemberdayaan masyarakat bermanfaat
untuk mengidentifikasi, mengatasi masalah kesehatan jiwa dan mempertahankan
kesehatan jiwa di wilayahnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses
pengembangan potensi baik pengetahuan maupun keterampilan masyarakat
sehingga mereka mampu mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Kader merupakan sumber daya masyarakat yang perlu di
kembangkan dalam pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa. Pemberdayaan kader
kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial yang ada di masyarakat diharapkan
mampu mendukung program CMHN yang diterapkan di masyarakat. Seorang
kader akan mampu melakukan kegiatan apabila kader tersebut sejak awal
diberikan pembekalan. Metoda dalam mengembangkan kader kesehatan jiwa
sebaiknya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah
kader.

a. Proses Rekruitmen Kader

Rekruitmen kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para calon
kader yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat

13
Jiwa.. Proses awal dalam merekruit kader adalah dengan melakukan sosialisasi
tentang pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa disertai dengan kriteria kader yang
dibutuhkan. Adapun kriteria kader sebagai berikut :

1) Sehat jasmani dan rohani

2) Mampu membaca dan menulis dengan lancar menggunakan Bahasa Indonesia.

3) Bersedia menjadi kader kesehatan jiwa sebagai tenaga sukarela.

4) Mempunyai komitmen untuk melaksanakan program kesehatan jiwa masyarakat.

5) Meluangkan waktu untuk kegiatan CMHN.

6) Mendapat ijin dari suami atau istri atau keluarga.

Proses rekruitmen kader dilakukan dengan cara :

1) Perawat CMHN mengadakan pertemuan dengan kepala desa dan tokoh


masyarakat setempat dengan menjelaskan tentang pembentukan Desa Siaga Sehat
Jiwa dan kebutuhan kader kesehatan jiwa.

2) Perawat CMHN menjelaskan tentang kriteria kader dan jumlah kader yang
dibutuhkan untuk tiap desa dan dusun.

3) Tokoh masyarakat melakukan pencarían calon kader berdasarkan kriteria yang


telah ditetapkan.

4) Kader yang telah direkruit mengisi biodata dalam formulir (Lampiran 1) yang
telah disediakan untuk proses seleksi selanjutnya.

Proses seleksi calon kader di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah :

1) Perawat CMHN melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat/tokoh agama


atau organisasi masyarakat yang ada di masyarakat dalam menentukan calon
kader yang memenuhi syarat

2) Kader terpilih mengisi surat pernyataan bersedia sebagai kader kesehatan jiwa
dan bersedia menjalankan program CMHN ( lampiran 2 )

3) Kader terpilih diwajibkan mengikuti pelatihan kader kesehatan jiwa.

b. Proses orientasi Kader

14
Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan melalui
masa orientasi yaitu mengikuti sosialisasi program CMHN dan pelatihan kader
kesehatan jiwa . Orientasi yang dilakukan juga mencakup informasi budaya kerja
Desa Siaga Sehat Jiwa dan informasi umum tentang visi, misi, program,
kebijakan dan peraturan. Kegiatan orientasi menggunakan metode klasikal selama
2 hari, praktik lapangan selama 3 hari, dan praktik kerja (implementasi Desa Siaga
Sehat Jiwa ).

Materi pelatihan kader mencakup :

1) Program Desa Siaga Sehat Jiwa

2) Deteksi dini kasus di masyarakat ( kelompok keluarga sehat, kelompok keluarga


dengan masalah psikososial, dan kelompok keluarga dengan gangguan jiwa )

3) Peran serta dalam mengerakkan masyarakat pada :

a) Pendidikan kesehatan kelompok keluarga sehat jiwa

b) Pendidikan kesehatan kelompok risiko masalah psikososial

c) Pendidikan kesehatan kelompok dengan gangguan jiwa

d) Terapi aktivitas kelompok pasien gangguan jiwa

4) Supervisi keluarga dan pasien yang telah mandiri

5) Rujukan kasus

6) Pelaporan kegiatan kader kesehatan jiwa

Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja


kader dalam melaksanakan program CMHN di Desa Siaga Sehat Jiwa. Penilaian
kader meliputi penilaian selama pelatihan di kelas (pre dan post test) serta
penilaian penampilan di lapangan.

3. Menejerial

Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang


lain. Menurut Swanburg(2000), manajemen didefinisikan sebagai ilmu atau seni
tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

15
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang dilakukan oleh banyak
orang sehingga ilmu manajemen perlu diterapkan dalam bentuk manajemen
keperawatan. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan, dan bantuan
terhadap pasien.

a. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai suatu


tujuan penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan akan menentukan cara
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertangung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.

Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan


komunitas (di MKKJK) Desa Siaga Sehat Jiwa menggunakan pendekatan lintas
sektoral dan lintas program . Setiap perawat CMHN di puskesmas bertanggung
jawab terhadap sejumlah desa yang menjadi area binaaan. Toma dan kader pada
setiap dusun bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.

Pengorganisasian di MKJJK Desa Siaga Sehat Jiwa terdiri dari:

1) Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu


organisasi. Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian
kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda
diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi pekerjaan.

2) Daftar Jadwal Kegiatan

Daftar yang berisi jadual kegiatan, Fasilitator CMHN, Perawat CMHN,


Toma, Kader, dan penanggung jawab kegiatan pada setiap daerah binaan.

3) Daftar pasien pada kelompok binaan

16
2.10. Peran Perawat Desa Siaga Sehat Jiwa

Secara umum perawat jiwa komunitas dapat berperan sebagai perawat


praktisioner, perawat pendidik, dan peran perawat koordinator.

1. Perawat Pelaksana

Perawat pelaksana (praktisioner = direct nursing care) adalah peran perawat


jiwa komunitas yang memungkinkan terjadinya interaksi antara perawat CMHN
dan klien/keluarga dalam rangka memberikan asuhan kasus keperawatan secara
langsung, melului aktifitas asuhan dengan menggunakan proses keperawatan.
Hubungan perawat klien mempunyai tujuan peningkatan kemampuan klien dalam
hal penyelesaian masalah dan peningkatan fungsi klien. Aktifitas intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen kasus kesehatan jiwa,
intervensi keperawatan pada individu dan keluarga serta aktivitas kolaborasi
dengan tim kesehatan lain. (Kompetensi dan aktifitas manajemen kasus
terlampir).

2. Perawat Pendidik (Edukator)

Peran perawat pendidik cukup luas, tetapi secara khusus pada perawat jiwa
adalah dalam rangka menjalankan fungsi independen pendidikan
kesehatan/keperawatan bagi klien dan keluarga agar mampu menjalankan lima
fungsi keluarga sehat jiwa dan mengembangkan kemampuan penyelesaian
masalah. Aktifitas keperawatan yang dapat dijalankan sesuai dengan fungsi
keluarga yang meliputi peningkatan kemampuan mengenal masalah, mengambil
keputusan, kemampuan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
psikososial atau gangguan jiwa, memodifikasi lingkungan klien dan keluarga yang
dapat mendukung penyelesaian masalah dan kemampuan dalam menggunakan
fasilitas atau sumber-sumber di lingkungan sekitar klien yang dapat dijadikan
sebagi sumber koping dalam menyelesaikan masalah kesehatan jiwa.

3. Perawat Koordinator

Peran perawat koordinator adalah melakukan hubungan dalam rangka


koordinasi dan negosiasi kepada pihak-pihak terkait. Aktifitas keperawatan yang
dapat dikerjakan meliputi kegiatan penemuan kasus kesehatan jiwa dan

17
menjalankan fungsi rujukan kasus gangguan jiwa maupun masalah psikososial
yang menjadi asuhannnya.

2.11. Indikator keluarga sehat

Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat. Pendekatan keluarga merupakan salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Kenapa
keluarga?? Karena Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
menjadi inti Pembangunan Kesehatan sesuai UU 36 tahun 2009.

Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya dua
belas indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua
belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keluarga mengikuti Keluarga Berencana


2. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
3. Bayi diimunisasi lengkap
4. Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan
5. Pemantauan pertumbuhan balita secara rutin
6. Penderita TB diobati secara teratur
7. Penderita hipertensi diobati secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa tidak dilakukan pemasungan
9. Tidak merokok
10. Menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional
11. Keluarga menggunakan sarana air bersih
12. Tidak ada yang buang air besar sembarangan

18
BAB III

PENUTUP

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
seperti kurang gizi, penyakit me
nular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana,
kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-
royong.

Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi
(memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa
proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.

19
Daftar Pustaka

Apsari, Afirtha Diah dan Heri Purnomo. (2010). Pencanangan Desa Siaga Sehat
Jiwa. Diakses tanggal 11 April 2013 di
http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-siaga-sehat-jiwa.

Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Meru, Ijam. 2011. Community Mental Health Nursing. Diakses pada tanggal 14 April
2013 di http://ijammeru.blogspot.com/2011/04/tutor-community-mental-health-
nursing.html.

Pahlevi, Muhamad Reza. (2012). Konsep Dasar Desa Siaga. Diakses pada tanggal
12 April 2013 di http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/07/konsep-
dasar-desa-siaga.html

Yogyatv. (2010). Pencanangan Desa Siaga Sehat Jiwa. Diakses pada tanggal 12
April 2013 di http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-
siaga-sehat-jiwa.

Yuni, Azmi. (2010). Efektifitas Pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa (Dssj)
Terhadap Sikap Masyarakat Tentang Masalah Kesehatan Jiwa Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kasihan Ii Bantul Yogyakarta. Diakses pada tanggal 12
April 2013 di http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/2537.

20

Anda mungkin juga menyukai