Anda di halaman 1dari 15

PENCEMARAN AIR

Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang penerapan baku mutu
lingkungan adalah : masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy atau komponen lain
ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
kualaitas air menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau
sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (pasal 1).
Dalam pasal 2, air pada sumber air menurut kegunan/peruntukkannya digolongkan menjadi:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku air untuk diolah sebagai air
minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industry dan listrik Negara.
Menurut definisi pencemaran air tersebut di atas bila suatu sumber air yang termasuk dalam
katagori A, misalnya sebuah sumur penduduk kemudian mengalami pencemaran dalam bentuk
rembesan limbah cair dari suatu industry maka katagori sumur tadi bukan lagi golongan A tapi
sudah turun menjadi golongan B karena air tadi sudah tidak dapat digunakan langsung sebagai
air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian sumur tersebut menjadi kurang
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Sumber Pencemaran dan Jenis-Jenis Bahan Pencemar


Setelah Perang Dunia II telah terjadi pertumbuhan yang mengejutkan dalam dunia industry yang
menggunakan bahan-bahan kimia sintetik. Banyak dari bahan-bahan kimia ini telah
menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan air. Seperti limpasan (run off) dari pestisida dan
herbisida yang berasal dari pertanian atau perkebunan dan buangan limbah industry ke
permukaan air. Yang lebih serius lagi adalah terjadinya rembesan ke dalam air tanah dari bahan-
bahan pencemar yang berasal dari penampungan limbah kimia dan “landfills”, kolam
penampungan atau kolam pengolahan limbah dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Untuk mempelajari lebih jauh dari pencemaran air dan sumber-sumbernya perlu mengetahui
siklus dari bahan pencemar dalam lingkungan.
Bahan pencemar air secara umum dapat diklasifikasikan seperti terlihat dalam table 1. Tidak
semua perairan mengandung bahan pencemar yang sama atau semua bahan pencemar seperti
terlihat pada table 1 karena terjadinya pencemaran ditentukan oleh banyak factor.
Tabel 1. Klasifikasi Umum dari Bahan Pencemar Air
JENIS BAHAN PENCEMAR PENGARUHNYA
Unsur-unsur renik Kesehatan, biota akuatik
Senyawa organo logam Transport logam
Polutan anorganik Toksisitas, biota akuatik
Asbestos Kesehatan manusia
Hara-ganggang Eutrofikasi
Radionuklida Toksisitas
Asiditas, alkalinitas, salinitas tinggi Kualitas air, kehidupan akuatik
Zat pencemar organic renik Toksisitas
Pestisida Toksisitas, biota akuatik, satwa liar
PCB Kesehatan manusia
Karsinogen Penyebab kanker
Limbah minyak Satwa liar, estetik
Pathogen Kesehatan
Detergen Introfikasi, estetik
Sedimen Kualitas air, estetik
Rasa, bau dan warna Estetik

Unsur-Unsur Renik Dalam Air


Istilah unsur-unsur renik dalam air (trace element) merujuk pada unsur-unsur yang terdapat pada
konsentrasi yang sangat rendah dalam suatu system. Unsur renik yang sangat penting yang dapat
ditemui dalam perairan alami terdapat dalam table 2.
Table 2. Sumber dan Efek dari Unsur-Unsur Renik Dalam Perairan Alami
Batas USPHS *)
Unsur Sumber Efek / Pengaruh
(mg/L)
Cadmium Buangan industri, Menukar seng secara 0,01
limbah pertambangan, biokimia, tekanan
pengelasan logam, darah tinggi, merusak
pipa-pipa air. ginjal-jaringan
testikuler dan sel-sela
darah merah,
toksisitas terhadap
biota akuatik
Arsen Hasil samping Toksik, karsinogenik -
pertambangan,
bilangan kimia.
Berilium Batubara, tanaga Toksisitas akut dan Tidak diberikan
nuklir dan industri karsinogenik
ruang angkasa
Boron Batubara,, detergen, Toksik terhadap 1,0
limbah industri beberapa tanaman
Khrom Pengelasan logam, zat Unsure renik pokok, 0,05
aditif pada neraca air karsinogenik sebagai
sebagai Cr (VI) Cr (VI)
Tembaga Pengelasan logam, Unsure renik pokok, 1,0
limbah industri dan tidak terlalu toksik
domestic, terhadap hewan,
penambangan, toksik terhadap
pencucian mineral. tanaman dan
ganggang dalam
konsentrasi sedang.
Fluor (ion fluoride) Sumber-sumber mencegah kerusakan 0,8 – 17
geologi alam, limbah gigi pada kira-kira 1 (Tergantung pada
industri, zat aditif mg/L dan suhu)
pada air. pembentukan karat
gigi/kerusakan gigi
pada kira-kira 5 mg/L
dalam air
Yodium (ion iodide) Limbah industri, air Mencegah gondok, Tidak diberikan
besi laut, industri air laut, natrium pokok Hb,
karat logam, limbah tidak selalu toksik,
industri, saluran merusak perabotan
tambang atom kamar mandi dan
pakaian
Mangan Pertambangan, limbah Relative tidak toksik 0,05
industri, saluran terhadap hewan,
tambang atom, kerja toksik terhadap
mikroba terhadap tanaman pada
mineral Mn pada pH konsentrasi tinggi,
rendah perkaratan perabotan
kamar mandi dan
pakaian
Merkuri Limbah industri, Toksisitas akut dan Tidak di berikan
industri pestisida, kronik.
batubara dan
pertambangan
Molibder Limbah industri, Kemungkin racun Tidak diberikan
sumber alam pada hewan, penting
untuk tanaman
Selenium Sumber geologi Penting pada 0,01
alami, belerang, konsentrasi rendah,
batubara toksik pada
konsentrasi tinggi dan
kemiungkinan
karsinogenik
Perak Sumber geologi Menyebabkan kulit 0,05
alami, penambangan, berwarna biru abu-
las listrik, buangan abu, merusak
prosesing film, membrane mucous
disinfeksi air dan mata
Dari table 2 beberapa unsur renik dikenal sebagai hara untuk tanaman dan nutrisi untuk hewan.
Dalam table tersebut banyak unsure yang merupakan unsure pokok pada konsentrasi rendah dan
toksik pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hal ini merupakan fenomena dari beberapa zat dalam
lingkungan perairan.
Beberapa dari unsure logam berat merupakan logam yang paling berbahaya dari unsure-unsur zat
pencemar. Seperti Timbal (Pb), Kadmium (Cd) dan Merkuri (Hg), kebanyakan dari logam-logam
tersebut mempunyai afinitas yang sangat besar terhadap belerang. Logam-logam ini menyerang
ikatan-ikatan belerang dalam enzim-enzim sehingga enzim yang bersangkutan menjadi tidak
berfungsi. Gugus-gugu protein, asam karboksilat dan amino juga diserang oleh logam-logam
berat. Ion-ion Cd, Cu dan Hg (II) terikat pada sel-sel membrane yang menyebabkan
terhambatnya proses-proses transport melalui dinding sel. Logam-logam berat juga dapat
mengendapkan fosfat organic atau mengkatalisis pengurainya.
Unsur-unsur yang terdapat pada garis batas antara logam dan bukan logam yaitu metalloid,
beberapa diantaranya merupakan zat pencemar air yang berbahaya. Arsen (As), Selenium (Se)
dan Antimon (Sb) merupakan contoh-contoh penting yang pengaruhnya seperti pada table 2.

Arsen, Kadmium, Timbal dan Merkuri Bahan Pencemar Sangat Berbahaya di Perairan
Arsen telah dikenal sebagai zat kiimia yang sangat berbahaya. Keracunan arsen yang akut dapat
berasal dari makanan yang jumlahnya lebih dari 100 mg unsure tersebut. Keracunan kronis dapat
terjadi melalui makanan dalam jumlah arsen yang sedikit dalam periode waktu yang lama. Dari
bermacam-macam kejadian diketahui bahwa arsen bersifat karsinogenik.
Dalam kerak bumi, As terdapat pada konsentrasi rata-rata 2 – 5 ppm. Pembakaran bahan bakar
fosil terutama batu bara, mengeluarkan sejumlah arsen ke Lingkungan, dimana sebagian besar
akan masuk ke dalam perairan alami. Arsen terdapat di alam bersama-sama dengan mineral
fosfat dan dilepaskan ke lingkungan bersama-sama dengan senyawa fosfor. Beberapa pestisida
mengandung senyawa arsen yang sangat toksik. Sumber utama lain dari arsen adalah hasil akhir
penambangan logam. Arsen yang dihasilkan sebagai hasil ikatan dari pertambangan tembaga,
emas dan limbah terakumulasi sebagai limbah.
Sama halnya dengan merkuri, oleh beberapa proses dapat terjadi pada arsen sehingga terbentuk
senyawa-senyawa metil yang sangat toksik.
H3AsO4 + 2H+ + 2e- H3AsO3 + H2O
Metil Kobalamin
H3AsO3 CH3AsO (OH2)2
(Asam Metil Arsenit)
Metil Kobalamin
CH3AsO (OH2)2 (CH3)2 AsO (OH)
(Asam Metil Arsenit)

(CH3)2 AsO (OH) + 4H+ + 4e Metil Kobalamin (CH3)2AsH


(dimetil Arsin)

Bahan pencemar Cadmium dalam air berasal dari pembuangan limbah industry dan limbah
pertambangan. Cadmium secara luas dipergunakan dalam proses pelapisan logam. Sifat kimia
dari cadmium sangat mirip dengan seng dan kedua metal tersebut sering terlibat bersama-sama
dalam proses-proses geokimia. Kedua logam tersebut dalam air dengan bilangan oksidasi +2.
Pengaruh manusia sangat serius. Diantaranya adalah menyebabkan tekanan darah tinggi,
kerusakan ginjal, kerusakan jaringan testikuler dan kerusakan sel dari sel-sel darah merah.
Keracunan cadmium menyebabkan penyakit di Jepang yang dinamai “hai-hai” atau aduh-aduh.
Hal ini dialami oleh sebagian penduduk dimana sungai Jitusu sumber dari bahan pencemar ini
berasal dari kegiatan pertambangan.
Lapisan permukaan air yang bersifat aerobic mengandung cadmium terlarut dalam konsentrasi
relative tinggi terutama dalam bentuk ion CaCl+. Dilapisan tengah perairan dimana kondisinya
anaerob airnya hanya sedikit mengandung cadmium karena terjadinya proses reduksi oleh
mikroba yang mereduksi sulfat menjadi sulfida yang kemudian mengendapkan CaCl+ menjadi
CdS
Timbal, terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi +2 dan dikeluarkan oleh sejumlah industry
dan pertambangan. Timbal yang berasal dari bahan bakar bertimbal merupakan sumber utama
dari timbale di atmosfer dan daratan yang kemudian dapat masuk ke perairan alami. Timbal yang
berasal dari batuan kapur dan galena (PbS) merupakan sumber timbal pada perairan alami.
Daya racun timbal yang akut pada perairan alami menyebabkan kerusakan hebat pada ginjal,
system reproduksi, hati dan otak serta system syaraf sentral dan bisa menyebabkan kematian.
Pengaruh proses pelapisan kertas-kertas timbale atau cat-cat dengan kandungan timbal tinggi
diperkirakan telah menyebabkan hambatan perkembangan mental pada anak.
Timbal digunakan sebagai bahan untuk solder dan untuk penyambung pipa air, sehingga air
untuk rumah tinggi kemungkinan dapat kontak dengan timbal. Air yang tersimpan dalam alat-
alat yang terbuat dari hasil pematrian untuk jangka waktu lama dapat mengakumulasi sejumlah
timbal yang sangat tinggi.
Merkuri atau raksa merupakan alih bahasa dari bahasa Latin “Hydragyrum” yang berarti perak
cair, dilambangkan Hg. Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, merkuri berarti mudah
menguap. Merkuri adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu biasa dan
mempunyai rapatan 13,534 g/ml pada suhu 25 0C. Merkuri adalah unsur dengan nomor atom 80,
berat atom 200,5 g. Titik lebur -34,87 0C, titik didih 358,58 0C dan masuk dalam golongan IIB
dalam periodik unsur memiliki dua valensi yaitu Hg+ sama dengan ion merkuro dan Hg++ sama
dengan ion merkuri. Secara alami Hg dihasilkan dari biji Sinabar, HgS, yang mengandung unsur
Hg antara 0,1 % - 4 %.

HgS + O2  Hg + SO2
Gambar 2. Reaksi Pembentukan Hg

Kadar merkuri dalam sungai dan danau berkisar 0,08 – 0,12 ppb. Secara alamiah merkuri ini juga
terlepas dan berasosiasi dengan air sungai. Sumber alami merkuri yang paling umum adalah
HgS. Selain itu, mineral sulfida misalnya sphelarit (ZnS), chalcophyrite (CuFeS) dan galena
(PbS) juga mengandung Hg. HgS sukar larut dalam air, namun pelapukan bermacam-macam
batuan dan erosi tanah dapat melepaskan Hg ke dalam lingkungan.

Merkuri terdapat di lingkungan sebagai senyawa anorganik melalui oksidasi dan kemudian
menjadi unsur Hg kembali lewat proses reduksi. Merkuri anorganik dapat menjadi merkuri
organik melalui kerja bakteri anaerobik tertentu misalnya Metil kobalamin dan senyawa ini
secara lambat berdegradasi menjadi merkuri anorganik.

Beberapa jenis aktifitas manusia dapat meningkatkan kadar merkuri dalam lingkungan antara
lain adalah pertambangan, peleburan (untuk menghasilkan logam dari bijih tambang sulfidanya),
pembakaran bahan bakar fosil dan produksi baja, semen serta fosfat.

Sianida dan Bahan Anorganik Lainnya Dalam Air


Sianida merupakan suatu senyawa yang secara kimia sangat bersifat toksik dan berada dalam air
dalam bentuk Hidrogen Sianida (HCN). Sianida dapat ditemukan secara alamiah seperti pada
tumbuh-tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan sianida terikat pada glukosa (gula) yang disebut
amygdalin.
Gambar 4. Rumus struktur amygdalin

Bangsa Romawi kuno memperoleh CN dari sumber biji-bijian alami seperti biji apel, apricot dan
ceri. Sianida dapat larut dalam air karena hanya sianida alkali yang terikat pada logam yang
memiliki sifat kelarutan tersebut. Dalam larutan murni, CN- adalah bentuk yang paling stabil
diatas pH kira-kira 10,5. Sianida bersifat toksik yang letal dan sub letal terhadap organisme.
Sianida dalam air bersih yang akan digunakan untuk minum tidak boleh melewati batas 0,05
ppm karena dapat mengganggu metabolisme.
Sianida dalam bentuk ion sianida (CN-) membentuk berbagai ikatan kompleks dengan ion-ion
transisi logam misalnya emas (Au(CN)2), perak (Ag(CN)2) dan besi (Fe(CN)6). Alasan
karakteristik inilah sehingga sianida digunakan secara komersil. Sianida juga banyak digunakan
secara luas dalam industri terutama pembersih logam dan pengelasan listrik. Sianida juga banyak
digunakan dalam prosessing mineral-mineral tertentu.

Sianida yang terdapat di perairan berasal dari limbah industri, misalnya industri pelapisan logam,
pertambangan emas, pertambangan perak, pupuk dan besi dan baja. Kadar sianida yang
digunakan dalam pertambangan emas dan perak dapat mencapai 250 ppm.

Amonia merupakan produk utama dari penguraian limbah nitrogen organic yang keberadaannya
menunjukkan bahwa sudah pasti terjadi pencemaran oleh senyawa tersebut. Ammonia kadang-
kadang ditambahkan ke dalam bahan air untuk minum atau sumber air dengan pH rendah yang
kemudian akan bereaksi dengan klor untuk menyediakan sisa klor (pada proses penjernihan air
minum). Ketika pKa dari ion ammonium, NH4+, kebanyakan dari ammonia dalam air terdapat
sebagai NH4+ daripada NH3.
Hydrogen Sulfida, H2S, dihasilkan dari proses pembusukan bahan-bahan organic yang
mengandung belerang oleh bakteri anaerob, juga sebagai hasil reduksi dengan kondisi anaerob
terhadap sulfat oleh mikroorganisme dan sebagai salah satu bahan pencemar gas yang
dikeluarkan dari air panas bumi. Biahan-bahan pencemar dari industry kimia, pabrik kertas,
pabrik tekstil dan penyamakan kulit dapat mengandung H2S yang merupakan asam lemak
dengan harga pKa (1)= 6,99 dan pKa (2)= 12,92. Ion S-2 tidak pernah ditemukan dalam perairan
alami yang bersifat normal.ion sulfide mempunyai afinitas yang menakjubkan dengan banyak
logam berat dan pengendapan dari logam-logam sulfide seringkali menyertai terbentuknya H2S.
Karbon Dioksida bebas, CO2, seringkali terdapat dalam air konsentrasi tinggi sehubungan
dengan terjadinya pembusukan bahan-bahan organic, CO2 digunakan untuk “melunakkan” air,
pada proses rekarbonisasi dalam pengolahan air. Kandungan CO2 yang cukup tinggi air akan
bersifat korosif dan akan membahayakan kehidupan akuatik.
Ion Nitrit, NO2- terdapat dalam air sebagai “an intermediate Oxidation State” dari nitrogen.
Kadang kala nitrit ditambahkan pada beberapa proses industry untuk mencegah terjadinya
korosi. Jarang terdapat pada air minum pada konsentrasi lebih dari 0,1 mg/L
Ion Sulfit, SO3-2 ditemukan dalam beberapa air limbah industry. Natrium sulfit biasa
ditambahkan “to Boiler feed waters” sebagai perangkap oksigen:
2 SO3-2 + O2 2SO4-2
Bila pKa (1) dari asam belerang 1,76 dan pKa (2) = 7,20 sulfit terdapat sebagai HSO 3- atau SO3-2
dalam perairan alami tergantung pada pH. Perlu dicatat bahwa hidrazin, N2H4, juga dapat
berfungsi sebagai perangkap oksigen.

Ganggang dan Eutrofikasi


Istilah eutrofikasi berasal dari bahasa Yunani yang berarti nutrisi/hara baik, yang meni air
buangan jelaskan suatu kondisi dari suatu danau atau penampungan/sumber air yang
menyebabkan kemerosotan dari kualitas airnya. Langkah pertama dari Eutrofikasi dari badan-
badan air adalah adanya masukkan dari hara-hara tanamanyang berasal dari air buangan hara
atau nutrirn yang mencapai badan air yang kemudian menghasilkan sejumlah besar biomassa
tanaman melalui fotosintesis.

Biomassa yang mati terakumulasi di dasar danau yang sedikit demi sedikit mengalami
pembusukan dan menghasilkan kembali gas CO2, fosfor, nitrogen dan kalium. Bila danau tidak
terlalu dalam, akar-akar tanaman di dasar danau mulai tumbuh, meningkatkan akumulasi dari
material padat dalam danau atau kolam.
Eutrofikasi merupakan suatu fenomena yang sering terjadi, yang merupakan dasar dari
pembentukan deposil yang berlimpah dari batubara dan tanah-tanah yang subur, dimana kegiatan
manusia dapat meningkatkan dengan cepat proses tersebut. Hal ini dapat dipahami bila kita
melihat table 3 yang memperlihatkan bahwa unsur-unsur kimia dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Kebanyakan unsur-unsur tersebut terdapat di rata-rata sumber air atau danau dalam
jumlah yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan tanaman.
Detergen yang berasal dari rumah tangga merupakan sumber fosfat yang umum dalam air limbah
dan untuk mengontrol eutrofikasi dikonsentrasikan pada eliminasi fosfat dalam detergen,
mengeluarkan fosfat pada proses pengolahan air buangan limbah dan mencegah termuatnya
fosfat dalam aliran air buangan dari berbagai badan air.
Seluruh fenomena eutrofikasi merupakan suatu yang kompleks dan dibutuhkan penelitian-
penelitian untuk memecahkan permasalahan ini. Sungguh sangat ironis dalam dunia yang miskin
akan tanaman, bahan buangan kaya akan nutrient yang berasal dari proses pemupukan lahan
yang berlebihan atau dari air buangan yang sangat meningkat dalam banyak danau dan waduk-
waduk air.
Tabel 3. Sumber dan Fungsi Hara Esensial Bagi Tanaman
Hara Sumber Fungsi
Hara makro
Karbon (CO2) Atmosfer, pembusukan Penyusun Biomas
Hidrogen Air Penyusun biomas
Oksigen Air Penyusun biomas
Nitrogen (NO3) Pembusukan, atmosfer, bahan Penyusun protein
pencemar
Fosfor Pembusukan, mineral, bahan Penyusun DNA dan RNA
pencemar
Kalium Mineral-mineral bahan Fungsi metabolic
pencemar
Sulfur Mineral-mineral Protein, enzim
Magnesium Mineral-mineral Fungsi metabolic
Kalsium Mineral-mineral Fungsi metabolic

Hara Mikro
B, Cl, Ca, Cu, Fe, Mo, Mn, Mineral-mineral, bahan Fungsi metabolic dan
Na, Si, U, Zn pencemar penyusun enzim

Aciditas, Alkalinitas dan Salinitas


Biota akuatik sensitive terhadap pH yang ekstrim, dalam arti air sangat bersifat asam atau basa.
Hal ini kebanyakan akibat dari efek osmotic, sehingga biota-biota akuatik tidak dapat hidup
dalam suatu medium yang salinitasnya tidak sesuai. Oleh karena itu ikan air tawar akan segera
mati bila dimasukkan ke dalam air laut begitupun sebaliknya bila ikan air laut tidak dapat hidup
daalam air tawar. Kelebihan salinitas juga akan segera mematikan tanaman yang tidak sesuai
dengan kondisi tersebut. Gambar berikut memperlihatkan kurva yang menunjukkan pertumbuhan
organism akuatik sebagai fungsi dari pH.

Dari gambar tersebut tampak bahwa aktifitas optimum enzim dalam pertumbuhan organisme
akuatik terlihat pada ph dengan kondisi netral. Hal ini berbeda dengan kondisi temperature
perairan dimana aktifitas enzim yang diperlihatkan oleh pertumbuhan organismenya kurvanya
tidak berbentuk normal, seperti pada gambar berikut.

Dari gambar diatas tampak bahwa aktifitas enzim meniingkat dengan naiknya temperature tetapi
setelah mencapai temperature maksimum enzim biasanya menurun tajam atau berhenti. Hal ini
disebabkan temperature yang tinggi akan merusak enzim dan terjadi perubahan enzim tersebut
pada temperature tidak terlalu jauh dari nilai optimumnya.
Sumber yang paling umum dari bahan pencemar asam dalam air adalah aliran asam
penambangan. Asam sulfat dari aliran tersebut dihasilkan oksidasi mikroba dari pyrite dan
mineral-mineral lainnya. Harga pH dari air yang terkontaminasi dengan asam tersebut dapat
mencapai dibawah 3, suatu kondisi yang mematikan kehidupan akuatik kecuali bakteri culpit
sebagai perantara oksidasi pyrite dan besi (II) oksida. Limbah industry sering menyebabkan
kondisi keasaman yang tinggi dari perairan. Asam sulfat juga terbentuk dalam oksidasi bahan
pencemar SO2 di atmosfer yang memasuki perairan alami melalui jatuhan hujan asam. Dalam
kasus ini bila perairan tidak mengalami kontak dengan mineral-mineral bersifat basa akan sangat
membahayakan, seperti dialami beberapa danau di Kanada yang menjadi “danau Mati” karena
sudah tidak ada kehidupan akuatik di sana.
Kelebihan Alkalinitas, seringkali disertai dengan pH tinggi, secara umum tidak langsung
disebabkan oleh aktivitas manusia. Tetapi di beberapa daerah dimana tanahnya banyak
mengandung mineral-mineral bersifat basa akan memberikan efek alkalinitas tinggi terhadap
perairannya. Aktifitas dengan jalan mengalirkan sebagian air buangan pertambangan ke dalam
air permukaan atau sumber air. Kelebihan salinitas dalam air dimanifestasikan oleh adanya
karakterisasi pembentukan garam-garam putih di pinggiran suatu badan air atau di atas tepi
sungai.
Salinitas air dapat meningkat oleh sejumlah aktifitas manusia. Seperti air yang melalui suatu
system pengolahan air yang kurang baik, mengambil garam dari beberapa proses, seperti
pelunakan air oleh NaCl. Irigasi dan produksi pertanian yang intensif telah menyebabkan
terjadinya resapan garam-garam yang mengakibatkan air mempunyai salinitas air yang tinggi.
Pada waktu musim kemarau, penguapan air terjadi cukup tinggi karena panasnya suhu
meninggalkan lahan dengan muatan garam yang cukup tinggi dan akhirnya tidak mendukung
pertumbuhan tanaman lebih lanjut.

Oksigen, Bahan Oksidan dan Reduktan


Keberadaan oksigen sangat vital dalam perairan alami. Dalam air, oksigen dikonsumsi secara
cepat oleh bahan organic, {CH2O}, dalam reaksi
mikroorganisme
{ CH2O } + O2 CO2 + H2O
Dengan tidak adanya reaerasi yang cukup, seperti adanya arus turbolensi dari suatu sungai yang
dangkal, sungai dengan cepat akan kekurangan oksigen dan tidak dapat mendukung kehidupan
akuatik yang lebih baik.
Dengan adanya mikroorganisme yang berfungsi sebagai perantara oksidasi bahan organic,
oksigen dalam air mungkin digunakan oleh biooksidasi dari bahan-bahan bernitrogen.
NH4+ + 2 O2 2 H+ + NO3- + H2O
Dan selanjutnya dengan oksidasi kimia atau biokimia dari bahan pereduksi, terjadi reaksi :
4 Fe+2 + O2 + 10 H2O 4 Fe(OH)3(s) + 8 H+
2 SO3-2 + O2 2 SO4-2
Semua proses tersebut menyebabkan terjadinya deoksigenasi dari air.
Banyak oksigen yang digunakan dengan perantara mikroba dan bahan pencemar air dinamakan
Biochemical Oxygen Demand (BOD). Parameter ini biasanya diukur dengan menentukan jumlah
oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme akuatik yang sesuai selama jangka waktu 5 hari.
Mula-mula suatu perairan dengan aerasi yang baik, yaitu sungai yang tidak tercemar maka kadar
oksigennya tinggi dan populasi bakteri rendah.dengan adanya penambahan bahan pencemar yang
dapat dioksidasi, maka kandungan oksigen dalam air menurun tajam karena reaerasi tidak dapat
tercapai dengan adanya penggunaan oksigen oleh bakteri. Dalam wilaya penguraian, populasi
bakteri meningkat. Zona ini ditandai dengan populasi bakteri yang tinggi dengan tingkat
kandungan oksigen yang rendah. Bila bahan pencemar tadi sudah habis maka terbentuk zona
terminate yang kemudian terjadi zona perbaikan. Dalam zona perbaikan, populasi bakteri
menurun dan tingkat kandungan oksigen atau oksigen terlarut meningkat sampai akhirnya air
mencapai kondisi semula.
Meskipun BOD merupakan suatu pengukuran yang realistic untuk menentukan kualitas air dan
jauh mengangkut oksigen, tes yang digunakan membutuhkan cukup waktu dan tidak praktis
untuk dilakukan. Total Organic Karbon (TOC), seringkali dilakukan pengukuran dengan
menggunakan katalis yang dapat mengoksidasi bahan organic dalam air dengan jalan mengukur
TOC menjadi lebih popular karena menggunakan peralatan yang lebih sederhana dan tidak
menggunakan waktu yang terlalu lama seperti pengukuran BOD.

Bahan Pencemar Organik


Seperti terlihat pada table 3 dibawah ini, buangan domestic , komersian , proses pembuatan
makanan dan industry merupakan sumber yang mengandung bahan polutan dengan kandungan
yang cukup banyak, termasuk jenis bahan pencemar organic. Beberapa dari bahan pencemar ini,
terutama zat-zat yang membutuhkan oksigen seperti : minyak, gemuk dan beberapa padatan
dikeluarkan dari proses pengolahan air primer dan sekunder. Bahan pencemar lainnya seperti
garam-garam, logam-logam berat dan bahan-bahan organic yang tahan urai dapat dihilangkan
dengan efisiensi.
Table 4. beberapa komponen primer air buangan dari system buangan air kota
Komponen Sumber Potensial Efek Dalam Air
Zat-zat yang membutuhkan Bahan-bahan organic terutama Mengurangi oksigen terlarut
oksigen feces.

Bahan organic yang tidak Buangan industri, produk- Toksik terhadap kehidupan
terdegradasi produk rumah tangga akuatik

Virus dan detergen Buangan manusia dan Menyebabkan penyakit


buangan rumah tangga estetika, menghambat
penghilangan minyak, toksik
terhadap kehidupan akuatik

Minyak dan lemak Merusak proses pembuatan Estetika dan berbahaya


makanan dan limbah industri kehidupam akuatik.

Fosfat Detergen Nutrisi bagi ganggang

Garam-garam Buangan manusia, pelunakan Meningkatnya salinitas


air, limbah industri
Logam Berat, Agen chelat dan Limbah industri, lab. Kimia, Toksisitas, pelarutan logam
Padatan beberapa detergen, limbah berat dan transportasinya,
industri estetika, berbahaya bagi
kehidupan akuatik.

Masalah besar lainnya dari lingkungan air limbah adalah terbentuknya banyak lumpur dari
proses pengolahan air limbah. Lumpur yang dihasilkan ini mengandung bahan-bahan organic
yang mengalami penguraian perlahan-lahan, bahan organic tidak terdegradasi dan logam-logam
berat jumlah lumpur yang dihasilkan makin meningkait. Hal ini disebabkan setiap industry
diwajibkan untuk mengolah air limbahnya berarti lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan
air akan makin bertambah banyak sesuai dengan semakin banyaknya industry yang didirikan.

Pestisida Di Dalam Air


Pestisida merupakan penyebab pencemaran lingkungan yang utama, baik untuk pencemaran
tanah, udara dan air. Banyak pestisida sangat beracun seperti DDT (sekarang sudah tidak boleh
digunakan dan diproduksi) dan menjadi lebih tinggi konsentrasinya di dalam rantai makanan.
Makhluk hidup terutama manusia banyak menarik keuntungan dari adanya pestisida. Suatu
kenyataan tanpa pestisida, bidang pertanian tidak akan menghasilkan produk yang sesuai dengan
yang diperkirakan. Dari pengalaman sejarah masa lalu, keracunan tanaman pertanian oleh hama
dan penyakit telah menyebabkan kelaparan penduduk di dunia dalam jumlah yang sangat besar.
Oleh karena itu pestisida akan terus digunakan, yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah
harus dicari pestisida yang lebih aman dan lebih mudah terurai dalam lingkungan setelah
digunakan.
Pestisida dapat digolongkan sebagai herbisida, insektisida dan fungisida. Herbisida, meskipun
sangat beracun tarhadap tanaman yang peka, umumnya tidak menghambat pertumbuhan
microbial bila digunakan pada konsentrasi yang diinginkan. Herbisida digunakan untuk
mematikan tanaman yang tidak diinginkan. Insektisida, biasanya tidak membahayakan
mikroorganisme meskipun penggunaannya dengan kondisi yang lebih tinggi dari herbisida.
Fungisida digunakan untuk membasmi cendawan-cendawan berbahaya.
Insektisida dan fungisida merupakan pestisida yang paling penting karena penggunaannya yang
dekat sebelum atau sesudah panen sehingga dapat menyebabkan asupan terhadap bahan
makanan. Potensi adanya sejumlah besar pestisida masuk kedalam perairan bisa secara langsung
seperti kegiatan membasmi nyamuk dan serangga lainnya, atau yang tidak langsung terutama
berasal dari saluran pertanian.

Anda mungkin juga menyukai