PENDAHULUAN
mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak dapat larut dalam pelarut
tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut. Lemak
merupakan salah satu sumber utama energi dan mengandung lemak esensial.
Lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan, dan penting
dalam diet karena beberapa alasan. Namun konsumsi lemak berlebihan dapat
Karena itu sulit untuk menjadikan makanan tertentu menjadi rendah lemak (low
fat), karena jika lemak dihilangkan, salah satu karakteristik fisik menjadi hilang.
atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam,
dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan
bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun
1
Untuk mengetahui kadar lemak yang terdapat pada bahan pangan dapat
murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan
terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam
lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan
harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air
tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut
menjadi berkurang.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang
artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air. Sifat
kelarutan ini yang membedakan lipida dari golongan senyawa alam penting lain
seperti protein dan karbohidrat yang pada umumnya tidak larut dalam pelarut
penyusun membran yang sangat penting untuk berbagai tugas metabolisme, lemak
2007).
Lipid atau lemak adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak
dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti eter, aseton, kloroform, dan
benzene. Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari
dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu asam lemak, lemak dan
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein (F.G Winarno,
2004). Lemak merupakan bahan padat pada suhu ruang disebabkan kandungannya
yang tinggi akan asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap, sehingga
mempunyai titik lebur yang lebih tinggi, sedangkan minyak merupakan bahan cair
pada suhu ruang disebabkan tingginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh,
3
yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya,
Menurut Buckle (1987), lemak dalam tubuh mempunyai peranan yang penting
karena lemak cadangan yang ada dalam tubuh dapat melindungi berbagai organ
yang penting seperti ginjal, hati, dan sebagainya. Tidak saja sebagai isolator, tetapi
juga kerusakan fisik yang mungkin terjadi pada waktu kecelakaan. Lipid terdiri
atas lemak dan minyak yang banyak dihasilkan hewan dan tanaman. Lipid
umumnya berupa trigliserida yang merupakan ester asam lemak dan gliserol
maupun gugus senyawa lain/komponen non lipid lain. Lipid memiliki sifat kimia
Pada suhu kamar, lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair, lemak
padat berwarna putih kekuningan, dapat membentuk kristal lemak, tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, alkohol,
Lipid tersusun atas rantai hidrokarbon panjang berantai lurus, bercabang, atau
berbentuk siklis, terdiri atas ester asam lemak dengan gliserol atau dengan gugus
senyawa lain, lemak banyak mengandung asam lemak jenuh (sedikit ikatan
rangkap), minyak banyak mengandung asam lemak tidak jenuh (banyak ikatan
rangkap), reaksi dengan alkali akan menghasilkan asam lemak dan gliserol,
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap
berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya
lipid tersebut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi
akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia (2008), uji akrolein
air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh
atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak
apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan
pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam
lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai
bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam
tabung sambil dikocok dan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran
5
diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan
cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada
timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal
kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat
dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod hubl
akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya
menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi
menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod hubl.
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini,
diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang
disebabkan oleh oksidasi lipid. Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh adanya
adalah dalam tempat tertutup yang gelap dan dingin. Wadah lebih baik terbuat dari
aluminium atau stainless steel. Adanya antioksidan dalam minyak atau lemak
terbatas pada bahan pangan berkadar lemak tinggi, tetapi juga dapat terjadi pada
bahan berkadar lemak rendah. Sebagai contoh ialah biskuit yang terbuat dari
6
tepung gandum tanpa penambahan mentega putih akan menghasilkan bau yang
a. Antioksidan Primer
Antioksidan primer yaitu suatu zat yang dapat menghentikan reaksi berantai
ini dapat berasal dari alam dan dapat pula buatan. Antioksidan alam diantaranya
alam yang paling banyak ditemukan dalam minyak nabati adalah tokoferol yang
senyawa-senyawa fenol yang biasanya agak beracun, oleh karena itu penambahan
antioksidan ini harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya tidak berbahaya bagi
konsentrasi rendah, larut dalam lemak, mudah didapat dan ekonomis. Pada bahan
Acid)
b. Antioksidan Sekunder
Misalnya satu asam sitrat akan mengikat prooksidan Fe seperti sering dilakukan
jumlah karbonil, oksigen aktif, uji asam tiobarbiturat, dan uji Oven Schaal.
Bilangan Peroksida
setelah lemak atau minyak ditambahkan KI. Lemak direaksikan dengan KI dalam
pelarut asam asetat dan kloroform (2:1), kemudian iodin yang berbentuk
Jumlah Karbonil
senyawa tertentu yang dengan karbonil membentuk warna, lalu dititrasi. Cara
Oksigen Aktif
tertentu pada lemak yang dipanaskan pada suhu tetap 100°C. Kemudian diukur
sering dipakai untuk menentukan keadaan awal lemak dengan atau tanpa
8
Uji asam tiobarbiturat dipakai untuk menentukan adanya ketengikan.
Lemak yang tengik akan bereaksi dengan asam tiobarbiturat menghasilkan warna
Uji ove schaal sering dilakukan pada industri biskuit. Bahan dimasukkan
dalam gelas bersih dengan tutup yang agak longgar supaya udara masih bisa
masuk. Kemudian dipanaskan sampai 65°C. Dalam selang waktu tertentu diukur
anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat
berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut
merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens
hijau.
uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat
kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat
Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke
dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus
9
C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena.
menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif
(WikiAnswers 2008). Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan
warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya
Penentuan adanya lipida atau lemak dalam suatu bahan dapat dilakukan
jumlah ikatan rangkap C=C dalam sejumlah lemak atau minyak. Bilangan iodium
dinyatakan sebagai gram iodium yang diserap per 100 g sampel. Semakin tinggi
derajat ketidakjenuhan, semakin banyak iodium terserap dan semakin tinggi nilai
bilangan iodium.
minyak yang sudah dilarutkan dalam solven, direaksikan dengan sejumlah iodium
(bisa digunakan I2, ICl atau IBr), sehingga terjadi adisi halogen pada ikatan
mereduksi sisa ICl menjadi iodium (I2) bebas. Iodium yang terlepas dititrasi
10
Dimana :
Penyabunan adalah proses pemutusan lemak netral menjadi gliserol dan asam
lemak dengan adanya alkali. Bilangan penyabunan merupakan jumlah basa yang
asam lemak.
untuk menyabunkan lemak. KOH yang tidak bereaksi dititrasi dengan HCl
11
Dimana :
dalam suatu lemak atau minyak. Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram
yang bersenyawa sebagai ester. Angka ester dihitung dengan selisih angka
penyabunan dengan angka asam. Angka ester = angka penyabunan –angka asam
yang dihidrolisis dari triasilgliserol. Asam lemak adalah persentase bobot dari
12
asam lemak tertentu (misalkan persen asam oleat). Bilangan asam didefinisikan
sebagai mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak yang ada di 1
kualitas untuk minyak goreng, dengan nilai batas adalah 2 mg KOH/ g minyak.
Prosedur untuk menentukan bilangan asam yaitu pada sampel lemak cair,
ditambahkan etanol 95% netral dan indikator pp. Sampel kemudian dititrasi
dengan NaOH dan persen asam lemak bebas dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
bahwa senyawa yang bereaksi di bawah kondisi uji adalah peroksida atau produk
kalium iodida berlebih (yang akan bereaksi dengan peroksida), akan diproduksi
13
dengan indikator amilum. Bilangan peroksida dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Dimana :
adalah sampel yang digunakan sekitar 5 g, sehingga sulit mendapat jumlah yang
cukup bila sampel akan rendah lemak. Makanan berkualitas baik, lemak dan
minyak yang berbau segar akan mempunyai bilangan peroksida nol atau
mendekati nol. Bilangan peroksida >20 menunjukkan kualitas minyak atau lemak
yang sangat buruk, biasanya teridentifikasi dari bau yang tidak enak. Untuk
minyak kedelai, bilangan peroksida 1-5, 5-10 dan >10 menunjukkan berturut-turut
BRM adalah jumlah 0,1 N basa yang diperlukan setiap lima gram lemak
untuk menetralkan asam-asam lemak yang mudah menguap pada distilasi, yaitu
asam lemak dengan C4 dan C6 (butirat dan kaproat). Analisis ini banyak digunakan
untuk menganalisis pemalsuan mentega yang dicampur minyak lain. Nilai BRM
14
Angka Reichert-Meissel = 1,1 x (ts – tb)
peraknya larut dalam campuran etanol air. Penentuan ini dapat digunakan untuk
hasil penentuan BKB ditambah Ag2SO4 dan akan terbentuk garam perak yang
larut dalam air. Kemudian diasamkan dengan asam sulfat dan didistilasi. Distilat
dititrasi dengan 0,1 N NaOH, maka BKB dapat dihitung sebagai berikut.
A x 121(100 B)
NKV
20.000
A = bilangan Kirschner
tidak larut dalam air. Lemak dengan berat molekul yang tinggi akan mempunyai
bilangan Hehner yang rendah. Filtrat yang diperoleh dari uji bilangan
ditambah HCl pekat sehingga terbentuk asam lemak bebas. Bila campuran
tersebut segera didinginkan, diperoleh lapisan asam lemak yang tak larut dalam
15
2.5 Metode Instrumentasi
Thimble diletakkan dalam alat soxhlet yang dihubungkan dengan kondensor. Labu
ekstraksi yang berisi sampel, dan mengesktraksi sampel. Lemak tertinggal di labu
karena perbedaan titik didih. Pada akhir ekstraksi, solven diuapkan dan massa
telah ditimbang dengan teliti dimasukan kedalam botol Babcock. Pada lehernya
telah dilengkapi dengan skala ukuran volume. Sampel yang dianalisa ditambah
asam sulfat pekat untuk merusak emulsi lemak sehingga lemak akan terkumpul
menjadi satu pada bagian atas cairan. Pemisahan lemak dari cairannya dapat lebih
sulfat dapat merusak lapisan film yang menyelimuti globula lemak yang biasanya
koagulasi) maka memungkinkan globula lemak yang satu akan bergabung dengan
globula lemak yang lain dan akhirnya menjadi kumpulan lemak yang lebih besar
dan akan mengapung di atas cairan. Setelah disentrifugasi lemak akan semakin
jelas terpisah dengan cairannya dan agar dapat dibaca banyaknya lemak ke dalam
16
botol ditambahkan akuades panas sampai lemak atau minyak tepat pada tanda
Contoh analis lemak dengan metode Babcock yaitu sejumlah sampel susu
dipipet secara akurat ke dalam botol Babcock. Asam sulfat dicampur dengan susu
yang akan mendigesti protein, menghasilkan panas dan merusak lapisan yang
disentrifuse saat masih panas (55-60ºC) yang akan menyebabkan lemak cair naik
ke leher botol. Leher botol telah diberi skala yang menunjukkan persen lemak.
Metode ini membutuhkan waktu 45 menit, dengan presisi hingga 0,1%. Metode
ini tidak menentukan kadar fosfolipid dalam susu, karena berada di fase air atau di
dipasang dalam tabung penyangga yang pada bagian bawahnya berlubang. Bahan
penyangga. Bila beaker glass dipanaskan uap pelarut akan naik dan didinginkan
oleh kondensor sehingga akan mengembun dan menetes pada sampel demikian
terus menerus sehingga bahan akan dibasahi oleh pelarut dan akan terekstraksi,
berikut penyangganya diambil dan diganti dengan beaker glass yang ukurannya
akan diuapkan lagi dan diembunkan serta tertampung ke dalam beaker glass yang
17
Metode Goldfish merupakan metode yang mirip dengan metode Soxhlet
bukan merendam sampel. Hal ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
ekstraksi, tapi dengan kerugian bisa terjadi “saluran solven” dimana solven akan
melewati jalur tertentu dalam sampel sehingga ekstraksi menjadi tidak efisien.
Masalah ini tidak terjadi pada metode Soxhlet, karena sampel terendam dalam
solven.
bebas yang disebabkan oleh faktor, seperti oksigen, panas, enzim lipoksidase,
cahaya, hidroperoksida, logam berat Cu, Fe, Mn, Co, dan logam porfirin. Radikal
asam lemak tidak jenuh yang kontak dengan oksigen dari udara akan membentuk
peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak
stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon lebih pendek,
seperti aldehid, asam lemak, dan keton yang bersifat volatil sehingga dapat
b) Hidrolisis
Lipid dapat terhidrolisis menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi
hidrolisis ini berlangsung karena adanya air dan dipercepat oleh adanya kondisi
basa, kondisi asam, maupun enzim lipase. Jumlah asam lemak bebas yang
menghasilkan cita rasa dan bau tengik yang tidak dikehendaki (Winarno, 2004).
18
c) Penyerapan bau
Lipid mudah sekali menyerap bau. Jika bahan pembungkus bahan dapat
menyerap lipid, maka lipid yang terserap dapat teroksidasi oleh udara sehingga
rusak dan berbau. Bau dari lipid yang rusak ini akan mudah terserap oleh lipid
lain yang ada dalam bungkusan sehingga seluruh lipid akan menjadi rusak
(Winarno, 2004).
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Lemak adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol
yang kadang-kadang mengandung gugus lain yang bersifat tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti eter, aseton, kloroform.
2. Sifat fisik lemak yaitu bersifat plastis, berwujud padat pada suhu kamar, dan
memiliki titik lebur tinggi. Sementara sifat kimia lemak yaitu reaksi dengan
teroksidasi.
kelarutan lipid, uji Acrolein, uji ketidakjenuhan pada lipid, uji ketengikan, uji
bilangan Hehner.
6. Kerusakan lemak dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti oksidasi dan
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada makalah ini,
oleh karena itu kami mengharap saran dan kritik yang membangun dari para
20
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, Dicki. 2014. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Lemak, Andi Yogyakarta.
Champe, A., Harvey, G., Ferrier, H., 2016, Biokimia Ulasan Bergambar, Penerbit
EGC buku Kedokteran
21