Anda di halaman 1dari 103

RISET KOLABORASI DOSEN DAN MAHASISWA

ANALISIS PENYAJIAN OTHER COMPERHENSIVE INCOME PADA


PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PADA SEKTOR
ANEKA INDUSTRI
2012-2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian


Program Pendidikan Sarjana
Jurusan Akuntansi

Oleh:

Nurifa Febriani
2012310698

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2017
ii
MOTTO

“WITHOUT BELIEVING YOUR DREAM WILL NEVER COME

TRUE”

“ Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang

akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih

bermakna, hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa

tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.

Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.

Never give up!

Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Kupersembahkan karyaku ini kepada :

❤ ALLAH SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini

dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada

Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

❤ PAPA dan MAMA saya (Bapak NUR AHMAD dan Ibu HANIFAH), yang

telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti

untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a

yang paling khusuk selain do’a yang terucap darimu maa paa. Ucapan terimakasih

saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan kalian, karena itu terimalah

persembaha bakti dan cinta ku untuk kalian papa mamaku sayang.

❤ Ibu Nurmala Ahmar selaku Dosen pembimbing yang super baik hati, Bapak

Ibu Penguji Dan Pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan

waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan

pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih

banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.

❤ Tim sukses ku Kakakku NOVIA HANDAINI, S.Ked dan adikku AHMAD

FAUZI ABDILLAH, yang selalu memberikan dukungan, semangat, senyum dan

do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran

semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian. Yey akhirnya

iv
animu ini Sarjana. sekarang giliran si kecil satu ini kesayangan kakak tuti dan ani

(ABDIL). satu lagi broo... kebayangkan gimana bahagianya big-bos kita dirumah

lihat foto tiga anaknya pakai toga semua.

❤ Seluruh keluarga besarku, terutama KAK ATIK JELTIK, DEK NDA,

ABANG YANTO, KAK INDRA betapa bahagianya bisa menjadi salah satu

bagian dari kalian. Terima kasih atas segenap cinta, kasih sayang, semangat,

nasihat, juga kritikan yang tiada henti. Kalianlah tempatku pulang kala aku

kebingungan.

❤ Tim OCI (Cavic, Ade, Amal, Rifa) yang super duper kompak, nyebelin…

yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan senyuman. Thankyou so much

bro!!! Bakalan rindu kerja bareng kalian, semoga kesuksesan selalu menyertai kita

semua.

❤ Sahabat dan Teman Tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan

kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa,

tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan

manis yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan kita

pasti bisa! Semangat!!

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya

persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi.

Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu

pengetahuan di masa yang akan datang, Aamiinnn.

KATA PENGANTAR

v
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya, skripsi yang berjudul

“ANALISIS PENYAJIAN OTHER COMPREHENSIVE INCOME PADA

PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA

SEKTOR ANEKA INDUSTRI 2012-2016” ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian

Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Perbanas Surabaya. Penulis menyadari bahwa bantuan, dukungan serta

bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu dalam penyelesaianpenyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu penulis juga ucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua penulis yang selalu memberikan dukungan terbaik terhadap

segala kegiatan positif penulis.

2. Bapak Dr. Lutfi, SE., M.Fin. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Perbanas Surabaya.

3. Ibu Dr. Luciana Spica Almilia,SE.,M.Si.QIA.,CPSAK selaku Ketua Program

Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi STIE Perbanas Surabaya.

4. Bapak Dr. Nanang Shonhadji, S.E.,Ak.,M.Si.,CA selaku Dosen Wali penulis di

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.

5. Ibu Nurmala Ahmar, SE.,Ak.,M.Si.,CA selaku dosen pembimbing penulis

yang telah memberikan bimbingan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

vi
6. Bapak Muhammad Bisyri Effendi, S Si.,M.Si selaku co. dosen pembimbing

penulis yang telah memberikan bimbingan penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan yang mendasar pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk hasil

keseluruhan dari penyusunan skripsi ini. Semoga dengan adanya dan

terselesaikannya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih, akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Surabaya, April 2017

Penulis

Nurifa Febriani

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN SIAP DIUJI ...........................................................ii

HALAMAN LULUS UJIAN SKRIPSI .................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................iv

HALAMAN MOTTO..............................................................................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................x

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv

ABSTRAK / RINGKASAN.................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang Penelitian.........................................................1

1.2 Perumusan Masalah..................................................................9

1.3 Tujuan Penelitian....................................................................11

1.4 Manfaat Penelitian..................................................................12

1.5 Sistematika Penulisan.............................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................15

2.1 Penelitian Terdahulu...............................................................15

2.2 Landasan Teori........................................................................26

2.2.1 Teori Persinyalan....................................................................26

viii
2.2.2 Laba Rugi dan Pendapatan Komperhensif lain......................27

2.2.3 Perubahan Selisih Kurs dan Mata Uang Asing.......................28

2.2.4 Revaluasi Aset Tetap Berwujud dan Tidak Berwujud............29

2.2.5 Penyesuaian Program Imbalan Kerja.....................................32

2.2.6 Perubahan Investasi Keuangan Tersedia Untuk Dijual..........32

2.2.7 Lindung Nilai Arus Kas..........................................................33

2.2.8 Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama....................................34

2.3 Kerangka Pemikiran...............................................................36

2.4 Hipotesis Penelitian................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................39

3.1 Rancangan Penelitian.............................................................39

3.2 Batasan Penelitian..................................................................40

3.3 Identifikasi Variabel................................................................40

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel......................41

3.4.1 Nilai Other Comprehensive Income (OCI)............................41

3.4.2 Penyajian OCI........................................................................42

3.4.3 Metode Penyajian OCI...........................................................43

3.5 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel................43

3.6 Data dan Pengumpulan Data..................................................44

3.7 Teknik Analisis Data...............................................................45

BAB IV Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data....................48

4.1 Gambaran Subyek Penelitian.................................................48

4.2 Analisis Data..........................................................................51

4.2.1 Perkembangan Nilai Other Comprehensive Income (OCI)....51

4.2.2 Status Penyajian Other Comprehensive Income (OCI)..........54

ix
4.2.3 Metode Penyajian Other Comprehensive Income (OCI).......69

4.3 Pengujian Hipotesis................................................................73

4.3.1 Uji Normalitas Data................................................................73

4.3.2 Pengujian Hipotesis 1 Sampai Dengan Hipotesis 6: Nilai


Komponen OCI Berdasarkan Tahun.......................................74

4.3.3 Pengujian Hipotesis 7 Sampai Dengan Hipotesis 12: Nilai


Komponen OCI Berdasarkan Tahun.......................................75

4.4 Pembahasan............................................................................76

4.4.1 Perbedaan Nilai Other Comprehensive Income (OCI)...........76

4.4.2 Status Penyajian Other Comprehensive Income (OCI)..........81

4.4.3 Metode Penyajian Other Comprehensive Income (OCI).......83

BAB V PENUTUP..........................................................................................85

5.1 Simpulan Penelitian................................................................85

5.2 Keterbatasan Penelitian..........................................................88

5.3 Saran Penelitian......................................................................88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Emiten Aneka Industri................................................................49

Tabel 4.2 Perkembangan Nilai OCI.......................................................................51

Tabel 4.3 Status Penyajian-Komponen Selisih Kurs.............................................54

Tabel 4.4 Status Penyajian-Komponen Imbalan Kerja..........................................57

Tabel 4.5 Status Penyajian-Komponen Sekuritas Tersedia untuk Dijual...............59

Tabel 4.6 Status Penyajian-Komponen Lindung Nilai Arus Kas...........................61

Tabel 4.7 Status Penyajian-Komponen Revaluasi Aset Berwujud dan Tidak


Berwujud................................................................................................................63

Tabel 4.8 Status Penyajian-Komponen Asosiasi....................................................65

Tabel 4.9 Status Penyajian-Komponen Lain-lain..................................................67

Tabel 4.10 Metode Penyajian Komponen OCI......................................................69

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai OCI.......................................73

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Beda..................................................................74

Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Uji Beda..................................................................76

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran...........................................................................36

Gambar 4.1 Diagram Total Nilai OCI....................................................................52

Gambar 4.2 Diagram Status Penyajian Selisih Kurs..............................................55

Gambar 4.3 Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Imbalan Kerja
............................................................................................................58

Gambar 4.4 Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Sekuritas


Tersedia Untuk Dijual.........................................................................60

Gambar 4.5 Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Lindung Nilai
Arus Kas.............................................................................................62

Gambar 4.6 Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Revaluasi Aset
Berwujud dan Tidak Berwujud...........................................................64

Gambar 4.7 Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Asosiasi......66

Gambar 4.8 Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Lain-lain.....68

Gambar 4.9 Grafik Metode Penyajian OCI...........................................................70

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Pemilihan Kriteria Sampel Aneka Industri

Lampiran 2 : Variabel Selisih Kurs Tahun 2012-2016

Lampiran 3 : Variabel Imbalan Kerja Tahun 2012-2016

Lampiran 4 : Variabel Sekuritas Tahun 2012-2016

Lampiran 5 : Variabel Hedging Tahun 2012-2016

Lampiran 6 : Variabel Revaluasi Aset Tahun 2012-2016

Lampiran 7 : Variabel Asosiasi Tahun 2012-2016

Lampiran 8 : Variabel Pos Lain-Lain Tahun 2012-2016

Lampiran 9 : Variabel Total OCI Dan Metode Penyajian

Lampiran 10 : Output SPSS

xiii
ANALISIS PENYAJIAN OTHER COMPREHENSIVE INCOME PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SEKTOR ANEKA INDUSTRI PERIODE 2012-2016

NURIFA FEBRIANI
2012310698
STIE Perbanas Surabaya
Email: 2012310698@students.perbanas.ac.id
Sawah Laut Sawah Mulya Sangkapura Bawean-GRESIK

ABSTRAK

Dalam pelaporan keuangan IFRS telah mengatur standar pelaporan laba


rugi yang disebut laporan laba rugi komprehensif.Laba rugi konferhensif adalah
selisih total pendapatan dengan beban perusahaan, tidak termasuk komponen dari
penghasilan lainnya (OCI (other comprehensive income)), yang sering dikenal
sebagai penghasilan bersih. sehingga total penghasilan adalah kombinasi dari laba
rugi dan penghasian konperhensif lain.

Bagian penghasilan komprehensif lain menyajikan pos-pos untuk jumlah


penghasilan komprehensif dalam tahun/periode berjalan. Pos-pos atau barang-
barang yang melewati laporan laba rugi akan dimasukkan menurut konsep laba
komprehensif. Laba komprehensif meliputi semua suatu periode kecuali
perubahan aktivitas investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Karena
itu, laba komprehenif meliputi semua pendapatan dan keuntungan beban dan
kerugian yang dilaporkan dalam laba bersih, dan selain itu juga mecakup
keuntungan dam kerugian yang mempengaruhi ekuitas pemegang saham.

Penyajian laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain pada sektor
aneka industri yang dibahas pada penelitian ini difokuskan pada penyajian
komponen-komponen other comprehensive income (OCI). Perkembangan nilai
OCI dari tahun ke tahun bergerak secara fluktuatif, Selisihkurs menujukkan
penyajian komponen OCI paling banyak yaitu sebesar 84 dari kurun waktu 4
tahun lebih.

Kata Kunci : Other Comprehensive Income (OCI), Selisih Kurs, Revaluasi


aset,investasi aset tersedia untuk dijual

xiv
ANALYSIS PRESENTATION OF OTHER COMPREHENSIVE INCOME
ON COMPANIES LISTED ON THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
IN ANEKA INDUSTRY SECTOR
2012-2016 PERIOD

NURIFA FEBRIANI
2012310698
STIE Perbanas Surabaya
Email: 2012310698@students.perbanas.ac.id
Sawah Laut Sawah Mulya Sangkapura Bawean-GRESIK

ABSTRACT

In IFRS financial accounting standard ordered accounting report that


called comprehensive income. Comprehensive income is a deviation total
revenues with expensesof company, except Other Comprehensive income (OCI),
in generally called as net income. So total income in a combination profit, losses
and other comprehensive income.
Part of other comprehensive income show items for number of
comprehensive income in current years or period. The items wareincluded to
accounting report shall be obeyed to comprehensive income concept.
Comprehensive income consists of all things in a period except alteration activity
of infestation by owner and distribution to owner. Because of that, revenues,
expenses, profit and losses to be report in net profit, and other side it consist of
other profit and losses influenced stock holder equity.
Other comprehensive income repot presentations in “anekaindustri” sector
to be describe in this paper was focused to other comprehensive income
components. Growth of OCI number from year to years have fluctuating
movement, at most deviation of rate shown OCI component presentationis 84 in
more than 4 years.

Key Words : Other Comprehensive Income (OCI), asset revaluation, assets


available for sale securities

xv
BAB I

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Berdirinya suatu perusahaan selalu memiliki sebuah tujuan, dan salah satu

tujuan berdirinya suatu perusahaan adalah mendapatkan laba. Untuk mencapai

tujuan tersebut maka manajemen pada suatu perusahaan harus bekerja keras untuk

dapat mencapai tujuan perusahaan tersebut. Di era globalisasi seperti saat ini

menjadikan dunia bisnis menjadi sangat luas dan melibatkan banyak pihak, tidak

hanya di dalam negeri melainkan sampai ke luar negeri. Laporan keuangan

merupakan laporan yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh para

pengguna laporan keuangan, oleh sebab itu dalam pengukuran dan penyajian

laporan keuangan haruslah akurat dan relevan agar tidak menyesatkan para

pengguna laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah laporan hasil kinerja keuangan suatu perusahaan

dalam suatu periode tertentu. Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan

harus berdasarkan standar akuntansi yang berlaku yang telah menjadi sebuah

aturan yang baku. Setiap perusahaan yang telah go publik harus menyampaikan

atau mempublikasikan laporan keuangannya yang telah dibuat berdasarkan

standar akuntansi keuangan yang berlaku dan telah diaudit oleh akuntan publik.

Salah satu standar pelaporan akuntansi yang berlaku secara internasional yaitu

IFRS (International Financial Reporting Standards).

1
2

IFRS (International Financial Reporting Standards) merupakan standard

akuntansi yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB).

Standar akuntansi internasional atau yang biasa disebut dengan International

Accounting Standards (IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yang

meliputi Badan Standar Akuntasi Internasional (IASB), komisi Masyarakat Eropa

(EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi

Internasional (IFAC). Tujuan IFRS adalah untuk memastikan bahwa laporan

keungan dan laporan keuangan interm perusahaan mengandung informasi yang

berkualitas.

Di Indonesia penerapan Internasional Financial Reporting Standar (IFRS)

dipublikasikan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), secara organisasi yang

merupakan tempat para akuntan di Indonesia, namun secara implementasi dan

regulasi diawasi Otoritas Jasa Ke uangan (OJK), lembaga pemerintah yang

memiliki wewenang dalam pengaturan regulasi bagi perusahaan yang telah

menjual sahamnya kepada publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Otoritas

Jasa Keuangan telah mendatangani perjanjian kerjasama dengan IFRS Foundation

dalam penerapan Internasional Financial Reporting Standar (IFRS) untuk diadopsi

penuh kepada semua industri yang Go Public. Sebelumnya pada laporan keuangan

masing-masing perusahaan yang Go Public telah memiliki Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) yang berlaku. Namun setelah munculnya Internasional Financial

Reporting Standar (IFRS) tentu akan terjadinya perbedaan dengan Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia, hal ini menjadi sebuah

tantangan bagi para regulator untuk mewujudkannya. Bagi perusahaan yang ada di
3

Indonesia bukan hal yang mudah untuk melakukan transformasi dari Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) menjadi Internasional Financial Reporting Standar

(IFRS), dari tahun 2012 transformasi Internasional Financial Reporting Standar

(IFRS) dilakukan dengan secara bertahap untuk diadopsi secara penuh oleh semua

perusahaan yang ada di Indonesia dalam laporan keuangannya.

Pengadopsian akan mengubah standar akuntansi Indonesia yang

sebelumnya mengacu pada Rule Based (berbasis aturan) menjadi Principal Based

(berbasis prinsip). Di Indonesia dalam melakukan konvergensi IFRS dilakukan

beberapa tahap. Adapun tahapan Indonesia dalam melakukan konvergensi IFRS

adalah sebagai berikut:

1. Tahap Adopsi (2008-2011), meliputi aktiitas dimana seluruh IFRS

diapdopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi

terhadap PSAK yang berlaku.

2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian

terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya dilakukan

penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.

3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan

PSAK IFRS secara bertahap. Kemudian dilakukan evalusi terhadap

dampak penerapan PSAK secara komprehensif.

Pada tahun 2011, laporan keuangan telah mengalami sedikit perubahan.

Perubahan yang paling terlihat dalam laporan laba rugi yang menjadi laporan laba

rugi komprehensif. Mulai tahun 2011, pos luar biasa tidak lagi diperbolehkan.

Karena tidak ada hal yang luar biasa (extraordinary). Pada tahun 2011,
4

manajemen diharapkan memiliki manajemen risiko yang baik. Jika dahulu

kejadian kebakaran atau bencana alam dicatat sebagai kerugian luar biasa pada

akun yang terbakar. Sekarang, jika terjadi kebakaran atau bencana alam dan aset

masih tersisa, maka aset tersebut diturunkan nilainya (impairment).

Selain tidak adanya lagi pos luar biasa, saat ini muncul pendapatan

komprehensif lain (Other Comprehensive Income). Dalam hal ini dikatakan

pendapatan komprehensif lain karena pos-pos ini menampung peningkatan aset

karena peningkatan ekuitas yang bukan karena transaksi oleh pemilik. Pos-pos

yang menampung hasil revaluasi nilai wajar ini belum terealisasi (unrealized),

maka tidak cocok masuk ke laba-rugi. Pos-pos ini juga tidak dimasukkan ke

ekuitas karena memenuhi definisi pendapatan. Oleh karena itulah, pos-pos ini

disendirikan dalam pendapatan komprehensif lain (dinamai dengan kata awal

‘pendapatan’/‘income‘, bukannya ‘pendapatan atau beban’, karena definisi yang

sesuai dengan pendapatan).

Berdasarkan PSAK munculnya OCI (Other Comperhensive Income)

berasal dari :

1. PSAK No. 10 tentang penjabaran laporan mata uang asing ke mata uang

pelaporan.
2. PSAK No. 16 tentang revaluasi aset tetap ke nilai wajarnya.
3. PSAK No. 24 tentang program imbalan pasti yang terkait perubahan

asumsi aktuaria.
4. PSAK No. 50 tentang investasi tersedia untuk dijual.
5. PSAK No. 55 tentang aktivitas lindung nilai dari cash flow.

Implementasi transformasi dalam laporan keuangan berbasis Internasional

Financial Reporting Standar (IFRS) sangat signifikan dalam mengatur struktur


5

laporan keuangan seperti munculnya Other Comperhensive Income (OCI) di

struktur laporan laba rugi yang bagian dalam laporan secara utuh. Sangat penting

laporan laba rugi untuk disajikan secara tepat dan benar untu informasi mengenai

kemampuan sebuah perusahaan dalam menyajikan laba perusahaan secara nyata.

Penerapan Internasional Financial Reporting Standar (IFRS) dilakukan

untuk semua sektor bisnis bagi perusahaan yang Go Public. Pada sektor aneka

industri seperti mesin & alat berat, otomotif, tekstil & garmen, alas kaki, kabel,

elektronika yang telah Go Pulic diwajibkan untuk menerapkan laporan yang

berbasis Internasional Financial Reporting Standar (IFRS) agar perusahaan

tersebut mempunyai daya saing yang sangat tinggi dan akan menjadi industri yang

banyak diperhatikan oleh investor domestik maupun investor internasional.

Perusahaan memiliki yang tercatat pada laporan laba rugi yang menggambarkan

bahwa arus kas dimasa yang akan datang untuk menilai pekembangan bisnis di

sektor industri barang konsumsi. Investor maupun calon investor sangat perlu

sebuah informasi untuk mengambil sebuah keputusan investasinya ntuk jangka

panjang, jangga menengah, maupun jangka pendek. Implementasi Internasional

Financial Reporting Standar (IFRS) memberikan ruang kepada pendapatan

komperhensif lainnya (OCI), untuk disajikan dan mengetahui keuntungan dan

kerugian yang belum ataupun telah terealisasi seperti selisih kurs mata uang asing,

revaluasi aset tetap berwujud dan yang tidak berwujud, penyesuaian program

imbalan kerja / pensiun, investasi asset keuangan yang tersedia untuk dijual,

lindung nilai arus kas, dan bagian entitas asosiasi dan ventura bersama yang

tercatat dengan menggunakan metode ekuitas dalam OCI. Penggunaan Other


6

Comperhensive Income (OCI) mempengaruhi sebuah penyajian informasi yang

akan lebih terpisah sehingga dapat mempengaruhi harga saham.


Menurut Kieso et al (2007), laporan laba rugi membantu para pemakai

laporan keuangan memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai cara, salah

satunya yaitu membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas

masa depan. Sektor industri yang ada di Indonesia yang telah Go Public harus

mengiktuti Internasional Financial Reporting Standar (IFRS).Sektor pada industri

keuangan seperti perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, asuransi dan

perusahaan lainnya harus mempunyai daya saing yang tinggi agar menarik

perhatian investor. Laba perusahaan yang tercatat dalam laporan laba rugi

perusahaan sangat memberikan gambaran bagi arus kas dimasa depan untuk

menilai perkembangan bisnis pada sektor tersebut. Bagi investor atau calon

investor informasi tersebut sangat penting untuk keputusan investasi jangka

pendek maupun jangka panjang.


Other Comperhensive Income (OCI) sebagai penerapan dari Internasional

Financial Reporting Standar (IFRS) tidak bias lepas dari sebuah laporan

perusahaan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)

sebagai regulator harus terus memberikan pemahaman transformasi dari Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) menjadi penerapan Internasional Financial

Reporting Standar (IFRS) secara penuh. Pada sektor industri barang konsumsi

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) harus melakukan transformasi

pelaporannya sejak tahun 2012 secara penuh.


Other Comperhensive Income (OCI) bagian dari laporan laba rugi

perusahaan sangat penting dalam penyajian sebuah laporan arus kas yang belum

terealisasi secara akurat, karena secara struktur dapat mempengaruhi hubungan


7

informasi dengan harga saham segingga dapat berpengaruh terhadap perubahan

return nilai saham sektor aneka industri. Saat ini pertumbuhan aneka industri terus

membaik, Karena sifatnya konsumtif dan disukai banyak orang. Dari sebanyak

lima dari enam emiten terbesar mencatatkan peningkatan pada emiten indeks

konsumer, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor konsumer merupakan

contributor terbasar di semua sektor. Semua saham dari emiten ini akan menjadi

sebuah pilihan yang tepat karena hingga kini masih memperlihatkan potensi

peningkatan.
Tumbuhnya aneka industri menjadikan semua perusahaan ini banyak

perhatian dari para investor lokal maupun investor internasional, sehingga bukan

dari kinerja operasionalnya saja tetapi kinerja pelaporan yang baik dan

implementasi Internasional Finance Reporting Standar (IFRS) harus dilakukan

agar laporan yang akan dihasilkan menjadi transparasi serta mengikuti standar

internasional. Penerapan Internasional Financial Reporting Standar (IFRS) sangat

pentin bagi semua perusahaan agar kinerja pelaporannya akan terus terjaga.

Standar pelaporan yang baik secara internasional menjadikan perusahaan terus

tumbuh sehingga tidak hanya investor lokal tetapi investor internasional juga akan

tertarik berinvestasi.
Penelitian tentang other comprehensive income(OCI) pernah dilakukan oleh

Bratten et al. (2016), Ahmar dan Mulyadi (2016). Brettenet al. (2016)

menemukan bahwa penyajian OCI yang diakibatkan penyesuaian nilai wajar

mampu memprediksi kinerja bank. Sedangkan penelitian Ahmar dan Mulyadi

(2016) menemukan bahwa terdapat perbedaaan penyajian perkembangan OCI

pertahun selama tahun 2012-2015, dengan sampel perusahaan manufaktur di


8

Bursa Efek Indonesia (BEI). Jordan and Clark (2014) menemukan terdapat

perusahaan yang melaporkan pendapatan komprehensif dalam pernyataan

perubahan ekuitas, beberapa perusahaan juga melaporkan dalam sebuah terpisah,

dan hanya sedikit perusahaan yang melaporkan dalam sebuah pernyataan terus

menerus dengan laba bersih. Wahyu dan Praptoyo (2014) menemukan bahwa

Investigasi tentang penyajian OCI di laporan keuangan perusahaan publik di

Indonesia didominasi oleh metode penyajian gabungan, pada penelitian tersebut di

observasi 3 jenis metode penyajian yaitu gabungan, terpisah, ekuitas.


Pentingnya penyajian oci dan standar terkait dengan hal tersebut pernah

diteliti oleh Chambers (2011). Sedangkan Fredzal dan Szytya (2013) menemukan

bahwa penyajian OCI tidak berhubungan ukuran perusahaan pada sampel

perusahaan di Warsaw stock pada tahun 2012.


9

Berdasarkan topik dan fenonema diatas, adanya keinginan untuk

melakukan penelitian ini pada perusahaan aneka industri yang Go Public yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan uraian penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penyajian Other Comperhensive

Income Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Pada Sektor Aneka Industri Periode 2012-2016 “

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permaslahan

dalam penelitian ini adalah:


1. Apakah terdapat perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI) selisih

kurs mata uang asing pada sektor aneka industri tahun 2012-2016 ?
2. Apakah terdapat perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI)

revaluasi aset tetap berwujud dan tidak berwujud pada sektor aneka industri

tahun 2012-2016 ?
3. Apakah terdapat perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI)

penyesuaian program imbalan kerja / pensiun pada sektor aneka industri

tahun 2012-2016 ?
4. Apakah terdapat perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI)

perubahan investasi aset keuangan tersedia untuk dijual pada sektor aneka

industri tahun 2012-2016 ?


5. Apakah terdapat perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI) lindung

nilai arus kas pada sektor aneka industri tahun 2012-2016 ?


6. Apakah terdapat perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI) asosiasi

arus kas pada sektor aneka industri tahun 2012-2016 ?


10

7. Apakah terdapat perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

selisih kurs mata uang asing pada sektor aneka industry tahun 2012-2016 ?
8. Apakah terdapat perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

revaluasi aset tetap berwujud dan tidak berwujud pada sektor aneka industri

tahun 2012-2016 ?
9. Apakah terdapat perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

penyesuaian program imbalan kerja / pensiun pada sektor aneka industri

tahun 2012-2016 ?
10. Apakah terdapat perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

perubahan investasi aset keuangan tersedia untuk dijual pada sektor aneka

industri tahun 2012-2016 ?


11. Apakah terdapat perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

lindung nilai arus kas pada sektor aneka industri tahun 2012-2016 ?
12. Apakah terdapat perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

asosiasi arus kas pada sektor aneka industri tahun 2012-2016 ?


13. Bagaimana metode penyajian Other Comperhensive Income (OCI) pada

sektor aneka industri tahun 2012-2016 ?


11

1.3 Tujuan Penelitian

Penyajian Pendapatan komperhensif lain sangatlah penting didalam

memberikan informasi bagi para investor sehingga perlu dilakukan penelitian ini.

Adapun tujuan penelitian ini adalah:


1. Menganalisis perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI) selisih

kurs mata uang asing pada sektor aneka industri tahun 2012-2016
2. Menganalisis perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI)

revaluasi aset tetap berwujud dan tidak berwujud pada sektor aneka

industri tahun 2012-2016


3. Menganalisis perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI)

penyesuaian program imbalan kerja / pensiun pada sektor aneka industri

tahun 2012-2016
4. Menganalisis perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI)

perubahan investasi aset keuangan tersedia untuk dijual pada sektor aneka

industri tahun 2012-2016


5. Menganalisis perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI)

lindung nilai arus kas pada sektor aneka industri tahun 2012-2016
6. Menganalisis perbedaan nilai Other Comperhensive Income (OCI)

asosiasi arus kas pada sektor aneka industri tahun 2012-2016


7. Menganalisis perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

selisih kurs mata uang asing pada sektor aneka industri tahun 2012-2016
8. Menganalisis perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

revaluasi aset tetap berwujud dan tidak berwujud pada sektor aneka

industri tahun 2012-2016


9. Menganalisis perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

penyesuaian program imbalan kerja / pensiun pada sektor aneka industri

tahun 2012-2016
12

10. Menganalisis perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

perubahan investasi aset keuangan tersedia untuk dijual pada sektor aneka

industri tahun 2012-2016


11. Menganalisis perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

lindung nilai arus kas pada sektor aneka industri tahun 2012-2016
12. Menganalisis perbedaan penyajian Other Comperhensive Income (OCI)

asosiasi arus kas pada sektor aneka industri tahun 2012-2016


13. Menganalisis metode penyajian Other Comperhensive Income (OCI) pada

sektor aneka industri tahun 2012-2016

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yakni:


1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan baru bagi penulis tentang OCI, dan mengetahui ada

tidaknya peningkatan OCI pada perusahaan sektor aneka industri.


2. Bagi perusahaan sektor aneka industri yang Go Public, dari hasil

penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan bagi manajemen

perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya dalam

menentukan kebijakan serta penyajian OCI.


3. Bagi investor, dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan

perusahaan khususnya laporan Laba Rugi Komperhensif Lainnya,

sehingga perusahaan pada sektor aneka industri yang ada di Indonesia

mempunyai Laporan Keuangan yang bagus untuk disajikan kepada

investor.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
13

Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian serta Sistematika

Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Dalam bab ini, dijelaskan tentang Penelitian Terdahulu, Landasan Teori,

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN


Pada bab ini, diuraikan tentang prosedur atau cara untuk mengetahui

sesuatu dalam penelitian dengan menggunakan langkah-langkah yang

sistematis.

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS

DATA
Bab ini berisikan sub bab Gambaran Subyek Penelitian, Analisis Data, dan

Pembahasan. Gambaran subyek penelitian menjelaksan tentang populasi

dan kriteria sampel yang akan diteliti. Analisis Data menjelaskan tentang

analisis deskripstif variabel yang diteliti dan hasil uji hipotesis yang telah

diajukan.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yaitu jawaban atas rumusan masalah dan

pembuktian hipotesis.Selain itu, terdapat keterbatasan penelitian yang

merupakan hal-hal yang tidak bisa dikendalikan oleh peneliti baik secara

teoritik, meteodologis, ataupun teknis. Sub bab terakhir yaitu saran yang

merupakan implikasi hasil penelitian baik pihak-pihak yang terkait

maupun peneliti selanjutnya.


BAB II

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah penelitian yang terkait dengan OCI serta pengaruhnya

terhadap laporan keuangan :


1) Bratten, et. al (2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Bratten, Causholli dan Khan yang berjudul

“Kegunaan dari nilai wajar untuk meramalkan pendapatan masa depan Bank bukti

dari pendapatan komprehensif lainnya dan komponennya “ dalam jurnal Rev

Account Stud (2016) 21:280-315. Hasil penelitian ini adalah keuntungan ataupun

kerugian atas sekuritas tersedia untuk dijual secara positif dikaitkan dengan

pendapatan di masa depan, keuntungan ataupun kerugian pada kontrak derivatif

dikaslasifikasikan sebagai arus kas yang negatif berhubungan dengan pendapatan

di masa depan.
Peneliti menemukan bahwa pengukuran nilai wajar meningkatkan nilai

prediktif. Akhirnya, peneliti menunjukkan bahwa penyesuaian nilai wajar yang

tercatat dalam OCI selama krisis financial 2007-2009 meramalkan profitabilitas

masa depan, bertentangan kritik bahwa nilai wajar akuntansi memaksa bank untuk

mencatat penyesuaian saldo menurun. Tujuan penelitian ini adalah apakah

penyesuaian nilai wajar yang termasuk dalam pendapatan komprehensif lainnya

(OCI) memprediksi kinerja masa depan bank. Penelitian ini pun mengkaji apakah

keandalan dari perkiraan ini mempengaruhi nilai prediktif mereka. Sampel

penelitian ini yaitu terdiri dari semua bank, baik publik dan swasta, yang memiliki

14
15

data laporan FR Y-9_C tersedia pada Bank Perusahaan Holding Database dikelola

oleh Federal Reserve Bank of Chicago selama 2001 – 2013. Database Bank

Perusahaan Holding (BHC) mengumpulkan data financial yang disertakan dalam

laporan FR Y-9_C oleh BHCs. Laporan FR Y-9_C berisi informasi dari neraca dan

laporan laba rugi dan berbasis risiko langkah-langkah modal, serta jadwal

pelaporan lainnya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama

meneliti tentang pendapatan komprehensif lain (OCI).

Perbedaan pada penelitian ini walaupun sama-sama meneliti tentang

pendapatan komprehensif lain (OCI) namun penelitian sebelumnya lebih

menekankan pada prediksi OCI pada masa depan. Perbedaan keduan pada objek

penelitian yang digunakan penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian

perbankan, serta teknik analisis yang dipakai.

2) Ahmar dan Mulyadi (2016)


Penelitian ini dilakukan dengan judul “Pendapatan Komperhensif Lain:

Investigasi dari Akun Informasi Akuntansi Baru di Perusahaan yang Terdafatar di

Indonesia”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan

status penyajian akun-akun Other Comprehensive Income (OCI) selama tahun

2012-2015 berdasarkan kurun waktu dan sub sektor industri. Hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa terdapat perkembangan signifikan secara keseluruhan

penyajian komponen OCI selama kurun waktu observasi. Sampel penelitian ini

sejumlah 2001 data tahun perusahaan terkait penyajian dan nilai akun other

comprehensice income.
16

Persamaan pada penelitian ini dengan peneliti terdahulu terletak pada tujuan

untuk menganalisis perkembangan status penyajian akun-akun Other

Comprehensive Income (OCI) berdasarkan kurun waktu dan sub sektor

industri.Variabel dependen yaitu penyajian komponen Other Comprehensive

Income.Sampel diambil dari aneka industri.


Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu antara lain

terdapat pada variabel independen kurun waktu 2012-2015, sedangkan pada

penelitian ini kurun waktu 2012-2016.

3) Tjandra (2014)

Penelitian Tjandra dengan judul “Dampak Penerapan PSAK 24 (Revisi

2010)), FAS 158 dan ED PSAK 24 Revisi 2013 Imbalan Paskakerja Program

Imbalan Pasti”Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak penerapan

imbalan kerja berdasarkan PSAK dan FAS yang diterapkan oleh akuntan

perusahaan terhadap laporan keuangan. Hasil penelitian ini berdasarkan laporan

aktuaris berdasar PSAK 24(Revisi 2010) dan FAS terhadap nilai kini imbalan

pasti dan nilai wajar aset menunjukan bahwa tidak ada perbedaan hasil

perhitungan.Sampel penelitian ini adalah PT. HBS yang menerapkan PSAK

24(Revisi 2010) dengan metode pendekatan koridor untuk pembukuan lokal dan

FAS 158 untuk pembukuan konsolidasi.

Persamaan pada penelitian ini adalah terdapat persamaan dalam meneliti

program imbalan kerja berdasarkan PSAK. Sedangkan Perbedaan pada penelitian

ini adalah sampel pada penelitian ini menggunakan PT. HBS sedangkan penelitian

sekarang menggunakan sampel industri keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.
17

4) Jordan and Clarck (2014)


FASB usulkan pelaporan pendapatan komprehensif pada kinerja berbasis

laporan keuangan disusun menggunakan salah satu dari dua alternatif: 1)

pendapatan tersebut merupkan bagian dari laporan laba rugi yeng mengarah pada

penentuan laba bersih, pendapatan komprehensif lain (OCI) melakukan

penyesuaian pada laba bersih dalam rangka untuk memperoleh laba/rugi bottom-

line (yaitu, kemprehensif pendapatan), atau 2) pernyataan berdiri bebas dari

pendapatan komprehensif yang diawali dengan net pendapatan, disesuaikan

dengan item OCI pada pendapatan komprehensif. pada penelitian ini menemukan

bahwa 89 perusahaan melaporkan pendapatan komprehensif dalam pernyataan

perubahan ekuitas, 9 melaporkan dalam sebuah pernyataan terpisah dan hanya 2

dilaporkan dalam sebuah pernyataan terus menerus dengan laba bersih.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Jordan, Clarck (2014) adalah

sama-sama meneliti tentang pendapatan komprehensif lain (OCI).

Perbedaan pada penelitian ini walaupun sama-sama meneliti tentang

pendapatan komprehensif lain (OCI) namun penelitian Jordan, Clarck (2014)

lebih menekankan pada pendekatan FASB. Perbedaan keduan terletak pada objek

penelitian yang digunakan serta teknik analisis yang dipakai.


18

5) Wahyu dan Praptoyo (2014)


Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2014), dengan tujuan penelitian

untuk meneliti dan mengetahui bagaimana perusahaan-perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia dalam menyajikan Other Comprehensive Income pada

lapooran keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen pendapatan

komprehensif lain mencakup: (1) Perubahan dalam surplus, (2) Pengukuran

kembali atas program manfaat pasti, (3) Keuntungan dan kerugian yang timbul

dari penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri, (4) Keuntungan

dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan sebagai “tersedia untuk

dijual”, (5) Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai

dalam rangka lindung nilai arus kas.


Sedangkan penyajian Other Comprehensive Income disajikan dalam tiga

cara yaitu terpisah dengan laporan laba rugi, gabungan dengan laporan laba rugi,

dan melaporkan pos-pos laba komprehensif dalam laporan perubahan ekuitas,

sedangkan dalam prakteknya Other Comprehensive Income disajikan dalam

laporan laba (rugi) periode dan laba (rugi) komprehensif gabungan yaitu laporan

laba rugi digabung dengan laporan laba rugi komprehensif yang hasil akhirnya

dinyatakan dalam laba (rugi) bersih komprehensif.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama

meneliti tentang pendapatan komprehensif lain (OCI)seperti selisih kurs mata

uang asing, imbalan kerja, lindung nilai, sekuritas tersedia untuk mdijual,

revaluasi aset, asosiasi dan ventura.

Perbedaan pada penelitian ini walaupun sama-sama meneliti tentang

pendapatan komprehensif lain (OCI) namun penelitian sebelumnya lebih


19

menekankan pada penyajiannya sedangkan penelitian sekarang lebih menekankan

pada perbedaan nilai, perbedaan penyajian dan metode penyajian. Perbedaan

keduan pada objek penelitian yang digunakan, serta teknik analisis yang dipakai.

6) Deol (2013)
Deol (2013) meneliti tentang investigasi keputusan penggunaan laporan laba

rugi komprehensif di Kanada, variabel dalam penelitian tersebut adalah komponen

OCI yaitu keuntungan kerugian atas sekuritas tersedia untuk dijual, keuntungan

kerugian atas lindung nilai arus kas dan keuntungan dan kerugian atas selisih kurs

penjabaran mata uang asing perusahaan anak di luar negeri, imbalan pasti dan

asosiasi dengan perkiraan analisis laba dengan sampel perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Toronto dengan pendekatan multivariat regresi. bahwa agregat OCI

relevan dalam memprediksikan pendapatan abnormal di masa depang, pendapatan

yang dapat di prediksi dan pendapatan yang akan diterima.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama

meneliti tentang pendapatan komprehensif lain (OCI). Perbedaan walaupun sama-

sama meneliti tentang pendapatan komprehensif lain (OCI) namun penelitian

sebelumnya lebih menekankan pada agregat OCI relevan dalam memprediksikan

pendapatan abnormal di masadepan. Perbedaan keduan pada objek penelitian

yang digunakan, serta teknik analisis yang dipakai.


20

7) Frendzel dan Szychtya (2013)


Penelitian yang dilakukan oleh Frendzel dan Szychtya yang berjudul

“Comprehensive Income Reporting: Empirical Evidence from the Warsaw Stock

Exchange” dalam jurnal ISSN 1822–7260 SOCIAL SCIENCES. 2013. Nr. 4 (82).

Hasil penelitian ini adalah penelitian empiris ini telah menunjukkan bahwa ada

tidak ada korelasi yang jelas antara varian presentasi dari pernyataan CI dan

ukuran perusahaan, maupun varian dan nilai dengan tanda (negatif verifikasi dari

hipotesa H1) atau OCI. Umumnya, 2/3 dari perusahaan besar, yang terdaftar di

WSE, yaitu termasuk dalam WIG20 dan mWIG40, telah memilih terpisah

pernyataan sementara persentase ini dalam kumpulan entitas kecil (termasuk

sWIG80) telah hanya sekitar 50%.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama

meneliti tentang pendapatan komprehensif (CI). Perbedaan walaupun sama-sama

meneliti tentang pendapatan komprehensif (CI) namun penelitian sebelumnya

lebih menekankan pada pendekatan FASB sehingga OCI belum dilaporkan

langsung di Income statement.Perbedaan keduan terletak pada objek penelitian

yang digunakan serta teknik analisis yang dipakai.

8) Lestari (2013)
Penelitian Lestari yang berjudul “ Konvergensi International Financial

Reporting Standart (IFRS) dan Manajemen Laba di Indonesia”. Hasil penelitian

ini adalah peralihan kepada konvergensi IFRS diharapkan akan membawa dampak

positif diantaranya adalah dari sisi pelaporan keuangan. Dengan adanya

konvergensi IFRS maka akan tercipta suatu pelaporan yang seragam, sehingga
21

memudahkan para pengguna laporan keuangan untuk melakukan kebijakan

kebijakan yang terkait dengan performa laporan keuangan suatu perusahaan.


Persamaan pada penelitian ini yaitu membahas terkait konvergensi IFRS di

Indonesia.
Perbedaan pada penelitian ini sampel penelitian, pada penelitian ini

menggunakan sampel indonesia setelah konvergensi IFRS, sedangkan penelitian

sekarang menggunakan sampel industri keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indoensia. Terdapat perbedaan analisis, pada penelitian sekarang menganalisis

perkembangan penyajian komponen OCI.


9) Goncharov & Hogson (2011)

Penelitian ini dilakukan dengan judul “Measuring And Reporting Income

In Europe” tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis apakah

pendapatan harus dikumpulkan dan dilaporkan sebagai angka pendapatan

tunggalyang komperhensif, dan bagaimana komponen pendapatan komperhensif

harus dialokasikan kembali.Hasil dari penelitian ini tidak ditemukan bukti yang

meyakinkan bahwa itu harus dialokasikan kembali ke laba bersih dengan

fungsi.Selanjutnya, melaporkan laba komperhensif agregat membalikan atribut

konservatif pendapatan dan memiliki implikasi kebijakan bagi penyedia modal

utang dalam pengaturan Eropa.Hasil yang kuat untuk beberapa kontrol tentu

tegas, non-linier, dampak dari insentif pelaporan, dan untuk awal pengadopsian

IFRS.Sampel pada penelitian ini dengan berfokus pada yang lebih besar dari 16

Negara Eropa.

Persamaan pada penelitian ini dengan peneliti terdahulu terletak pada

pembahasan perkait melaporkan pendapatan komprehensif pada sebuah

perusahaan. Sedangkan Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu


22

antara lain terdapat pada sampel 16 negara di eropa, sedangkan pada penelitian ini

hanya pada industri barang konsumsi di Indonesia.

10) Fitzpatrick (2010)


Artikel milik Fitzpatrick menjelaskan bahwa dengan adanya laporan laba

komprehensif lainnya sangat berguna untuk membantu menarik investor. dengan

adanya elemen laba komprehensif lainnya seperti selisih kurs mata uang asing,

imbalan kerja, lindung nilai, sekuritas tersedia untuk mdijual, revaluasi aset,

asosiasi dan ventura disajikan untuk mempermudah para insvestor dalam

membaca laporan keuangan tanpa harus membaca seluruh laporan keuangan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama

meneliti tentang pendapatan komprehensif lain (OCI)seperti selisih kurs mata

uang asing, imbalan kerja, lindung nilai, sekuritas tersedia untuk mdijual,

revaluasi aset, asosiasi dan ventura

Perbedaan walaupun sama-sama meneliti tentang pendapatan komprehensif

lain (OCI) namun penelitian sebelumnya lebih menekankan pada penyajiannya

sedangkan penelitian sekarang lebih menekankan pada perbedaan nilai, perbedaan

penyajian dan metode penyajian. Perbedaan keduan pada objek penelitian yang

digunakan, serta teknik analisis yang dipakai.


23

Rangkuman tentang penelitian sebelumnya terkait OCI sebagaimana tampak

pada tabel sbb:

NO Nama Peneliti Rangkuman


1 Bratten et al. Penyajian OCI pada bank yang disebabkan

(2016) implementasi nilai wajar dapat memprediksi kinerja

bank.
2 Ahmar dan Ada perbedaan penyajian OCI dan nilai OCI selama

Mulyadi (2016) 2012-2015


3 Tjandra (2014) Imbalan pasca kerja sebagai bagian dari OCI yang

harus disajikan di laporan laba rugi dan penghasilan

komprehensif lain adalah imbalan kerja manfaat pasti.


4 Jordan dan Clark Berdasarkan pengamatan pada perushaan dengan

(2014) kategori fortune 1000 ditemukan bahwa perusahaan

yang memiliki profitabilitas yang baik tidak cenderung

melaporkan OCI , namun peneliti menemukan

pentintingnya penyajian OCI secara terstandarisasi

termasuk adanya informasi laba komprehensif per

share.
5 Wahyu dan Investigasi tentang penyajian OCI di laporan keuangan

Praptoyo (2014) perusahaan publik di Indonesia didominasi oleh

metode penyajian gabungan, pada penelitian tersebut

di observasi 3 jenis metode penyajian yaitu gabungan,

terpisah, ekuitas.
No Nama Peneliti Rangkuman
6 Deol (2013) Agregat OCI relevan dalam memprediksikan

pendapatan abnormal dimasa depan, pendapatan yang

dapat diprediksi dan pendapatan yang akan diterima.


24

7 Frendzel and Penyajian nilai OCI tidak berhubungan dengan

Szychtya (2013) peusahaan hal tersebut dapat diketahui dari

pengelompokan perusahaan bersadarkan ukurannya di

Warsaw Stock Exchange ditemukan tidakada

perbedaan penyajian OCI pada tahun 2012


8 Lestari (2013) Pendapatan komprehensif lain memiliki dampak

positif terhadap manajemen laba antara lain ketika

pendapatan komprehensif lain dan manajemen laba

akan naik.
9 Goncharov & Pemberlakuan penyajian OCI pada 16 negara di Eropa

Hogson (2011) memberikan dampak bahwa perlu diterbitkan

pedoman terkait dengan hal tersebut agar ada

keseragaman informasi dan cara pengukuranya.


10 Fitzpatrick (2010) Dengan adanya laporan laba komprehensif lainnya

sangat berguna untuk membantu investor dan

mempermudah dalam membaca laporan keuangan

tanpa harus membaca seluruh laporan keuangan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Persinyalan


Didalam Teori persinyalan akan memberikan informasi kepada pihak-

pihak untuk pengambilan keputusan.Teori sinyal adalah teori yang menjelaskan


25

tentang pemberian informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan laporan

tersebut sebagai pengambilan keputusan.

Menurut Sakirman (2016), Teori sinyal adalah merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang memberi informasi atau

petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek

perusahaan. Teori sinyal menyatakan pengeluaran investasi memberikan sinyal

positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa datang, sehingga meningkatkan

harga saham sebagai indikator nilai perusahaan menurut Hasnawati (2005).

Pada penelitian ini Teori sinyal akan memberikan informasi mengenai

komponen-komponen yang ada didalam pendapatan komperhensif lain. Other

Comperhensive Income (OCI) adalah bagian yang tidak terpisahkan dari penyajian

laporan laba rugi perusahaan secara keseluruhan. Komponen-komponennya

memuat transaksi-transaksi yang merupakan diluar beban usaha perusahaan secara

operasional. Setelah Internasional Financial Reporting Standar(IFRS) berlaku,

peraturan IFRS memberikan ruang untuk komponen-komponen yang mencakup

selisih kurs mata uang asing, revaluasi aset tetap berwujud dan aset tidak

terwujud, penyesuaian liabilitas minimum pensiun, perubahan investasi dalam

sekuritas, lindung nilai arus kas, dan bagian dari entitas dan ventura bersama yang

dicatat dengan menggunakan metode ekuitas.

Penjelasan mengenai komponen pendapatan komperhensif lain ada di

dalam PSAK No. 10 yang menjelaskan tentang keuntungan atau kerugian atas

penjabaran laporan keuangan entitas terhadap perubahan nilai kurs asing, PSAK

No. 16 dan PSAK No. 19 yang menjelaskan tentang revaluasi nilai aset terhadap
26

nilai wajarnya, PSAK No. 24 yang menjelaskan tentang keuntungan atau kerugian

atas program imbala pasti, PSAK No. 50 yang menjelaskan tentang keuntungan

atau kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang di kategorikan sebagai

dari aset yang tersedia untuk dijual dari kegiatan investasi, dan PSAK No. 55 yang

menjelaskan tentang keuntungan atau kerugian instrumen lindung nilai dari cash

flow .

2.2.2 Laba Rugi dan Pendapatan Komperhensif lain


Tujuan dari pendapatan komperhensif lain adalah untuk melakukan

pelaporan terhadap pengukuran dari perubahan ekuitas dalam suatu perusahaan

untuj suatu periode tertentu. Komponen yang ada pada laporan pendapatan

komperhensif lain juga diklasifikasikan berdasarkan akunnya secara terpisah.

FASB (Statement of Standards) SFAC No.130 menyatakan bahwa laporan laba

rugi komprehensif adalah pelaporan yang digunakan untuk penyajian secara total

keseluruhan komponen dalam pelaporan ekuitas.

Didalam laporan laba rugi yang menyajikan informasi laba kotor, laba

operasi, dan laba bersih dapat digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja

perusahaan yang dapat menggambarkan kondisi perusahaan dimasa datang.

Pencatatan terhadap laba rugi komperhensif dicatat berdasarkan nilai historis,

sedangkan pasca penerapan IFRS, munculnya pelaporan komperhensif lain akan

menunjukan suatu pencatatan yang lebih detail dibandingkan dengan pencatatan

sebelumnya.
27

2.2.3 Perubahan Selisih Kurs dan Mata Uang Asing


Di Indonesia menggunakan nilai mata uang rupiah untuk digunakan dalam

setiap transaksi. Namun penggunaan nilai mata uang asing kadang tidak terlepas

dari transaksi asal tidak dominan untuk setiap transaksi. Didalam hal pelaporan,

nilai matauang asing harus di konversi kedalam mata uang rupiah. Akibat dari

pengkonversian mata uang asing kedalam mata uang rupiah ini dapat

menimbulkan selisih kurs. Nilai selisih kurs kadang mempengaruhi kinerja

keuangan secara signifikan.


Didalam PSAK No. 10 dijelaskan beberapa hal pokok dalam penetapan

perubahan selisih kurs mata uang asing, diantaranya :


a) Mata uang tersebut digunakan dalam proses menghasilkan pendapatan

(barang/jasa) sampai diterimanya pembayaran.


b) Mata uang tersebut dimiliki oleh negara yang memiliki pengaruh dalam

penentuan harga jual barang/jasa entitas.


c) Mata uang tersebut berperan dalam proses value chain entitas.
28

2.2.4 Revaluasi Aset Tetap Berwujud dan Tidak Berwujud


Internasional Financial Reporting Standard(IFRS) memberikan ruang

pada pelaporan menggunakan fair value terhadap pengukuran aset tetap berwujud.

Dalam penentuan nilai wajar menggunakan beberapa pendekatan, sebagai contoh

dalam nilai wajar pabrik dan peralatannya biasanya menggunakan nilai pasar yang

ditentukan oleh penilai (appraisal), sedangkan untuk nilai wajar tanah dan

bangunan ditentukan juga oleh penilai profesional. Pada penilaian yang dilakukan

oleh penilai profesional seringkali muncul kenaikan ataupun penurunan dari nilai

aset tetap berwujud tersebut. Atas kenaikan dan penurunan tersebut yang

merupakan nilai revaluasi dapat dicatat dalam pendapatan komprehensif lain.


Secara pencatatan aset tetap tidak berwujud dicatat dalam posisi laporan

keuangan sebagai nilai yang dapat diukur. Pengukuran terhadap aset tetap tidak

berwujud dengan cara pendekatan biaya dimana biaya perolehan awal dicatat

sebagai pengakuan awal untuk kemudian dilakukan amortisasi dan akumulasi

terhadap rugi penurunan nilai.


Pendekatan lain dalam pengukuran aset tetap tidak berwujud dengan cara

dicatat sebagai nilai wajar dengan menggunakan penilaian dari penilai dalam

pasar aktif. Nilai yang tercatat pun mempunyai perhitungan yang wajar dengan

melihat nilai ekonomis dimasa depan. Dalam pendekatan penilaian atau revaluasi

aset tetap tidak berwujud dicatat apabila ada kenaikan terhadap nilai aset tetap

tidak berwujud akan diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi

dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.


Kenaikan diakui dalam laporan komperhensif lain untuk membalik

revaluasi aset yang diakui sebelumnya, namun pencatatan terhadap penurunan

akibat revaluasi maka penurunan tersebut dicatat dalam pendapatan komprehensif


29

lain dengan mengurangi jumlah akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus

revaluasi.
Menurut PSAK 16 model revaluasi mencatat jika jumlah tercatat aset

meningkat akibat revaluasi maka kenaikan tersebut diakui dalam pendapatan

komperhensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi

sedangkan kenaikan diakui dalam laba rugi sebesar penurunan nilai aset yang

sama akibat revaluasi yang pernah akibat sebelumnya dalam laba rugi. Sedangkan

jika jumlah tercatat aset menurun akibat revaluasi maka penurunan tersebut diakui

dalam laporan laba rugi komprehensif sedangkan penurunan diakui dalam

pendapatan komprehensif lain sepanjang tidak melebihi saldo surplus aset

tersebut.
Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain

mengurangi jumlah akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.

Surplus revaluasi yang disajikan di ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo

laba pada saat aset tersebut digunakan penghentiannya sebesar perbedaan

penyusutan dengan revaluasian dan penyusutan dengan biaya perolehan (atau nilai

surplus revaluasi dibagi sisa manfaat ekonomi).


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.19 mendifinisikan aset tetap tidak

terwujud sebagai aset non moneter yang teridentifikasi tanpa wujud fisik. Laporan

posisi keuangan yang dicatat akan menunjukan saldo yang akan terus menurun

apabila menggunakan pendekatan biaya akibat dari amortisasi setiap tahunnya

dari nilai perolehan aset tetap tidak berwujud tersebut.


Other Comprehensive Income (OCI) yang muncul dari revaluasi

berdasarkan PSAK 16 merupakan kategori OCI yang tidak akan direklasifikasi ke

laba rugi. Menurut PSAK 16 paragraf 41 menyebutkan “surplus revaluasi asset


30

tetap yang termasuk dalam ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo laba

ketika asset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini dapat meliputi pemindahan

sekaligus surplus revaluasi ketika penghentian atau pelepasan asset tersebut.


Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat asset tetap diakui dalam

ekuitas dengan nama “Surplus Revaluasi Aset Teap”. Surplus revaluasi asset tetap

adalah nama lain dari OCI terkait dengan revaluasi asset tetap atau asset tidak

berwujud. Dapat disimpulkan dari pernyataan tersebut bahwa OCI bisa muncul

karena revaluasi asset tetap dalam kondisi tertentu.


Apabila terdapat OCI dalam ETAP, maka perlakuan akuntansi selanjutnya

atas OCI tersebut sama halnya yang diperlukan dalam PSAK umum, hal ini sesuai

dengan pernyataan dalam paragraph 16 yang menyatakan bahwa surplus revaluasi

asset tetap dalam ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat asset

tersebut dihentikan penggunaannya. Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut

dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan oleh entitas. Dalam hal ini, surplus

revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara jumlah

penyusutan berdasarkan nilai revaluasian asset dengan jumlah penyusutan

berdasarkan biaya perolehan asset tersebut. Pemindahan revaluasi ke saldo laba

tidak dilakukan melalui laba rugi (Ahalik: 2015 : 33).

2.2.5 Penyesuaian Program Imbalan Kerja


Didalam program imbalan kerja, pencatatan dilakukan sebagai kewajiban

dan beban yang muncul dari perusahaan untuk para pekerjanya. Pada pengukuran

progream imbalan kerja telah dilandasi oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan

No.13 mengenai perhitungan pemberian pesangon dan pensiun bagi para

pekerjanya. Keuntungan ataupun kerugian akan muncul dalam perhitungan


31

program tersebut. Resiko terhadap lebih besarnya imbalan daripada yang

diharapkan sangat mungkin terjadi. Besar kecilnya kewajiban yang muncul diukur

dengan menggunakan diskonto karena memungkinkan kewajiban yang muncul

akibat kelebihan besarnya imbalan tersebut dapat diselesaikan beberapa tahun

setelah pekerja memberikan jasanya. Pada PSAK No.24, pengakuan program

imbalan pasti jumlah neto sebagai beban atau penghasilan dalam laporan laba rugi

komprehensif.Pengakuan program imbalan pasti jumlah yang akan dicatat dalam

posisi liabilitas, artinya bahwa perusahaan mempunyai kewajiban kepada para

pekerjannya apabila pekerja diberhentikan ataupun memasuki masa pensiun.

Dalam SAK ETAP bab 23 paragraf 18 menyebutkan bahwa SAK ETAP

tdak mensyaratkan entitas untuk menggunakan aktuaris independen untuk

melakukan penilaian actuarial komprehensif yang diperlukan untuk menghitung

kewajiban imbalab pasti (Ahalik, 2015 : 75).

2.2.6 Perubahan Investasi Keuangan Tersedia Untuk Dijual


Dalam hal pengukuran Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.55

mengklasifikasikan aset keuangan dengan dapat diukur dengan nilai wajar melalui

laporan laba rugi, investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo,

pinjaman yang diberikan dan piutang serta aset keuangan yang dikalsifikasikan

dalam kelompok yang tersedia untuk dijual. Dalam investasi aset tersedia dijual

pendapatan komprehensif lain memberi tempat dalam pencatatanya terhadap hasil

dari perubahan investasi aset keuangan tersedia untuk dijual.


Kriteria aset keuangan tersedia untuk dijual, yaitu :
a) Merupakan aset keuntungan non derivatif
b) Aset keuangan ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual
32

c) Aset keuangan tidak diklasifikasikan sebagai pinjaman atau tagihan,

dimiliki hingga jatuh tempo dan dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba

rugi.
Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek dalam kelompok tersedia

untuk dijual (termasuk efek yang diklasifikasikan sebagai asset lancer) yang harus

dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang disajikan secara terpisah, dan tidak

boleh diakui sebagai penghasilan sampai saat laba atau rugi tersebut direalisasi.

Baik PSAK 55 atau SAK ETAP, OCI dapat muncul dari investasi dikategori

tersedia untuk dijual (Ahalik, 2015 : 107).

2.2.7 Lindung Nilai Arus Kas


Didalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.55 mendefinisikan

tentang lindung nilai, definisi tentang lindung nilai adalah perjanjian yang

mengikat untuk mempertukarkan sumber daya dalam kuantitas tertentu pada

tingkat harga tertentu dan pada tanggal atau tanggal-tanggal tertentu dimasa

depan. Tujuan terhadap lindung nilai adalah untuk memastikan keuntungan dan

kerugian atas instrumen lindung nilai dan jenis lindung nilai diakui dalam laporan

laba rugi komprehensif periode yang sama. Aset dari perusahaan akan

dibandingan dengan tingkat resiko nilai lindung arus kas secara langsung. Dalam

hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai aset perusahaan secara keseluruhan akan

memiliki presentase aset yang dilindung nilai. Hal tersebut dapat

mengidetifikasikan bahwa setiap perusahaan mempunyai resiko yang nantinya

akan berpengaruh pada kinerja perusahaan.


33

Tidak ada pembahasan mengenai lindung nilai (hedging) dalam SAK

ETAP. Bagaimana jika entitas melakukan transaksi lindung nilai terhadap

underlying items? Acuan akuntansi yang bisa dipakai adalah tergantung peraturan

yang ditetapkan oleh otoritas yang mengatur entitas tersebut, misalnya Badan

Perkreditan Rakyat (BPR) yang berada dibawah naungan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) dapat menggunakan aturan yang digunakan oleh OJK tersebut (Ahalik,

2015 : 107).

2.2.8 Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama


Persekutuan merupakan jenis entitas non-korporasi dimana masing-masing

rekan mempunyai pengaruh yang signifikan serta mempunyai peran dan

tanggungjawab masing-masing terhadap asosiasinya. Entitas tersebut bukan

merupakan entitas anak ataupun bagian pertisipasi dalam ventura bersama. Nilai

investasi pada entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas.

Dalam hal metode ekuitas investasi dicatat sebesar biaya perolehan dan dapat

bertambah serta berkurang pada saat mengakui bagian laba atau rugi setelah

tanggal perolehan.

Jenis entitas atau kerjasama lain dalam metode ekuitas adalah perjanjian

bersama seperti ventura bersama, masing-masing perusahaan menjalankan

aktivitas ekonomi secara bersama namun patuh pada pengendalian bersama. Pada

saat aktivitas bersama, pengakuan atas pendapatan komprehensif diakui sebagai

pendapatan komprehensif dan kenaikan investasi pada pembukuan investor dan

distribusi dari investee mengurangi nilai investasi. Investor mempunyai nilai

investasi yang lebih besar sehingga akan mencatat sebagai investasi pada entitas
34

lain. Model pencatatan tersebut atas pendapatan bagian yang dihasilkan dicatatkan

dalam pendapatn komperhensif lain begitupun apabila investasi mengalami

kerugian. Keuntungan ataupun kerugian terhadap yang telah di investasikan

didistribusikan sesuai besarnya presentase yang diinvestasikannya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Implementasi IFRS

2012-2016

OCI 1 OCI 2 OCI 3 OCI 4 OCI 5 OCI 6 OCI 7

Selisih Revaluasi Program Investasi Lindung Asosiasi Other


Kurs Aset Imbalan Tersedia Nilai
Berwujud Kerja Dijual
dan Tidak
35

Penyajian OCI

Implementasi IFRS

2012-2016

OCI 1 OCI 2 OCI 3 OCI 4 OCI 5 OCI 6 OCI 7

Selisih Revaluasi Program Investasi Lindung Asosiasi Other


Kurs Aset Imbalan Tersedia Nilai
Berwujud Kerja Dijual
dan Tidak

Nilai OCI

Other
Komponen
Comprehensive Gabungan
OCI
Income

Penyajian OCI Terpisah

Melaporkan OCI
Pada Laporan
Perubahan Ekuitas
36

Gambar: diolah

Gambar TINJAUAN PUSTAKA.1

Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada uraian mengenai uji beda terhadap masing-masing

komponen pada Other Comprehensive Income (OCI) sektor aneka industri, maka

akan muncul hipotesis sebagai berikut:


H1 : Terdapat Perbedaan nilai Other Comprehensive Income (OCI) Selisih

kurs mata uang asing pada sektor aneka industri pada tahun 2012-2016
H2 : Terdapat Perbedaan nilai Other Comprehensive Income (OCI) program

imbalan kerja pada sektor aneka industri pada tahun 2012-2016


H3 : Terdapat Perbedaan nilai Other Comprehensive Income (OCI) investasi

yang tersedia untuk dijual pada sektor aneka industri pada tahun 2012-

2016
H4 : Terdapat Perbedaan nilai Other Comprehensive Income (OCI) lindung

nilai arus kas pada sektor aneka industri pada tahun 2012-2016
H5 : Terdapat Perbedaan nilai Other Comprehensive Income (OCI) revaluasi

asset berwujud dan tidak berwujud pada sektor aneka industri pada tahun

2012-2016.
H6 : Terdapat Perbedaan nilai Other Comprehensive Income (OCI) asosiasi

arus kas pada sektor aneka industri pada tahun 2012-2016.


H7 : Terdapat Perbedaan status penyajian Other Comprehensive Income (OCI)

Selisih kurs mata uang asing pada sektor aneka industri pada tahun 2012-

2016
H8 : Terdapat Perbedaan status penyajian Other Comprehensive Income (OCI)

program imbalan kerja pada sektor aneka industri pada tahun 2012-2016.
37

H9 : Terdapat Perbedaan status penyajian Other Comprehensive Income (OCI)

investasi tersedia untuk dijual pada sektor aneka industri pada tahun

2012-2016
H10 : Terdapat Perbedaan status penyajian Other Comprehensive Income (OCI)

lindung nilai arus kas pada sektor aneka industri pada tahun 2012-2016
H11 : Terdapat Perbedaan status penyajian Other Comprehensive Income (OCI)

revaluasi asset berwujud dan tidak berwujud pada sektor aneka industri

pada tahun 2012-2016.


H12 : Terdapat Perbedaan status penyajian Other Comprehensive Income (OCI)

asosiasi arus kas pada sektor aneka industri pada tahun 2012-2016
BAB III

3 METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yaitu

didapat dari laporan keuangan hasil publikasi seluruh aneka industri. Sumber data

ini adalah laporan keuangan periode 2012-2016 diperoleh melalui Bursa Efek

Indonesia (BEI) dan khususnya pada tahun 2016 menyajikan data triwulan satu

dan kedua.
Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitaif yaitu metode

yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian

tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas mengacu

penelitian dan juga variabelnya bersifat akibat dimana data penelitiannya berupa

angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik (Sugiyono 2014:24).


Penelitian merupakan studi empiris yang mengacuh dari penelitan Ahmar

& Mulyadi pada tahun 2016 dan penelitian ini juga berfokus pada penyajiannya

dimana Other Comprehensive Income (OCI) disajikan dalam tiga cara yaitu

terpisah dengan laporan laba rugi, gabungan dengan laporan laba rugi, dan

melaporkan pos-pos laba komprehensif dalam laporan perubahan ekuitas, Wahyu

dan Praptoyo (2014).

3.2 Batasan Penelitian

38
39

Batasan pada penelitian ini adalah pada objek sektor aneka industri dalam

penyajian Other Comprehensive Income (OCI) yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Komponen Other Comprehensive Income (OCI) meliputi selisih

kurs mata uang asing, revaluasi aset tetap berwujud dan yang tidak berwujud,

penyesuaian program imbalan kerja / pensiun, investasi aset keuangan yang

tersedia untuk dijual, lindung nilai arus kas, dan bagian entitas asosiasi dan

ventura bersama. Batasan waktu pada penelitian ini 5 tahun, yaitu dari periode

2012-2015, khusus untuk 2016 pengamatan dilihat dari triwulan pertama dan

kedua.

3.3 Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan komponen OCI sebagai variabelnya

sebagaimana komponenOther Comprehensive Income(OCI) yang terdiri dari

Perubahan Selisih Kurs Mata Uang Asing, Aset Tetap Berwujud Dan Tidak

Berwujud, Investasi Tersedia Untuk Dijual, Program Imbalan Kerja, Lindung

Nilai Arus Kas, Asosiasi dan Other. Komponen-komponen OCI nantinya akan

dilihat penyajian dari Laporan Keuangan Industri Keuangan yang terdapat di

Bursa Efek Indonesia (BEI).

Didalam penelitian ini variabel independennya adalah kurun waktu 2012-

2016, namun pada tahun 2016 pada penelitian ini lebih berfokus pada Triwulan

pertama dan kedua sebagaimana pada tahun 2012-2016 adalah setelah indonesia

menerapkan penuh atau mengadopsi IFRS.Variabel dependen menggunakan Nilai


40

Other Comprehensive Income (OCI), penyajianOther Comprehensive Income

(OCI), dan metode Other Comprehensive Income (OCI).

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.4.1 Nilai Other Comprehensive Income (OCI)

OCI (Other Comprehensive Income) adalah penghasilan yang diperoleh

dari aktivitas diluar aktivitas utama (pokok) opersional perusahaan. Penghasilan

lain yang dimaksudkan pada other comprehensive income adalah penghasilan

yang berasal dari antara lain revaluasi aset tetap (PSAK 16), penjabaran laporan

keuangan mata uang asing ke mata uang pelaporan (PSAK 10), perubahan

aktuarial dalam imbalan kerja manfaat pasti (PSAK 24), perubahan nilai wajar

dalam investasi yang tersedia untuk dijual (PSAK 55), serta perubahan nilai wajar

terhadap lindung nilai arus kas (PSAK 55) (Ahalik, 2015:8).Analisis pada riset ini

juga melakukan kajian perkembangan nilai komponen OCI didasarkan pada sektor

aneka industri untuk mengetahui perkembangan nilai komponen OCI dari tahun

ketahun apakah mengalami perbedaan.

Cara mengukur untuk komponen nilai OCI diukur dari nilai OCI yang di

sajikan pada setiap komponen yang ada di laporan keuangan dengan melihat

berapa nilai OCI yang tertera dalam laporan laba rugi komprehensif. Cara

pengukuran ini mengacu pada riset yang pernah dilakukan Ahmar dan Mulyadi

(2016), Bratten et al. (2016).

3.4.2 Penyajian OCI


41

Penyajian OCI merupakan kewajiban bagi emiten di seluruh Indonesia

implementasi IFRS tahun 2012. Tujuan dari pendapatan komperhensif lain adalah

untuk melakukan pelaporan terhadap pengukuran dari perubahan ekuitas dalam

suatu perusahaan untuj suatu periode tertentu. Komponen yang ada pada laporan

pendapatan komperhensif lain juga diklasifikasikan berdasarkan akunnya secara

terpisah. FASB (Statement of Standards) SFAC No.130 menyatakan bahwa

laporan laba rugi komprehensif adalah pelaporan yang digunakan untuk penyajian

secara total keseluruhan komponen dalam pelaporan ekuitas.


Didalam laporan laba rugi yang menyajikan informasi laba kotor, laba

operasi, dan laba bersih dapat digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja

perusahaan yang dapat menggambarkan kondisi perusahaan dimasa datang.

Pencatatan terhadap laba rugi komperhensif dicatat berdasarkan nilai historis,

sedangkan pasca penerapan IFRS, munculnya pelaporan komperhensif lain akan

menunjukan suatu pencatatan yang lebih detail dibandingkan dengan pencatatan

sebelumnya.
Cara mengukurnya adalah dengan menggunakan metode scoring dengan

skor 1 dan 0.Jika skor 1 diberikan untuk perusahaan yang menyajikan komponen

Other Comprehensive Income (OCI), sedangkan untuk 0 jika perusahaan tersebut

tidak menyajikan komponen Other Comprehensive Income (OCI).Cara

pengukuran penyajian OCI pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang

pernah dilakukan oleh Ahmar dan Mulyadi (2016).

3.4.3 Metode Penyajian

Pada laporan laba rugi terdapat 3 metode penyajian yaitu diantaranya adalah

metode gabungan, metode terpisah dan metode ekuitas. Metode gabungan yaitu
42

menggabungkan antara beban-beban atau biaya-biaya dengan komponen OCI.

Metode terpisah yaitu memisahkan antara beban-beban atau biaya-biaya dengan

komponen OCI. Metode ekuitas adalah segala perubahan dalam ekuitas yang

terjadi pada suatu periode kecuali yang dihasilkan dari investasi oleh pemilik dan

distribusi kepada pemilik. Sedangkan untuk lain-lain adalah metode dimana dalam

laporan laba rugi komprehensif tidak terdapat komponen OCI.

Fokus pengamatan terkait dengan metode penyajiaan dilakukan dengan

memberikan skor 1 sampai dengan 4 dimana 1 untuk metode gabungan, 2 untuk

metode terpisah 3 untuk metode ekuitas dan 4 untuk lain-lain.Metode penyajian

mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Wahyu dan Praptoyo (2016).

3.5 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah suatu kumpulan dari elemen yang tujuannya untuk

memperlihatkan bentuk ciri tertentu digunakan untuk membuat kesimpulan dalam

penelitian. Sebagian besar peneliti hanya menggunakan sampel untuk suatu

ukuran elemen populasi tertentu yang dipilih. Adapun populasi yang digunakan

pada penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan emiten pada sektor aneka

industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdapat komponen

Other Comperhensive Income (OCI).

Pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Menurut Sugiyono

(2010), Purpose sampling adalah merupakan teknik penentuan sampel dengan

perhitungan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Jadi bisa didefinisikan

bahwa purpose sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika
43

peneliti mempunyai kriteria atau pertimbangan tertentu didalam pengambilan

sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Sedangkan kriteria yang

digunakan untuk menentukan sampel pada penelitian adalah :

1. Perusahaan sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

(2012-2016)

2. Data laporan keuangan tahunan tersedia pada periode 2012-2015

3. Terdapat data triwulan 1 dan triwulan 2 tahun 2016.

3.6 Data dan Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

dokumentasi dan juga data yang di ambil untuk diolah dan disajikan laporan

adalah laporan keuangan yang telah sesuai setelah konvergensi IFRS.


Periode yang disajikan adalah pelaporan pendapatan komperhensif lain

2012-2016, khusus pada 2016 diambil dari Triwulan pertama dan kedua. Data

yang diperoleh dengan menggunakan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI),dalam

hal ini adalah para emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara

aktif pada sektor aneka industri.

3.7 Teknik Analisis Data

Pada pengukuran yang dilakukan pada masing-masing komponen Other

Comperhensive Income (OCI) sektor aneka industri ini dengan mentabulasi nilai

dari masing-masing komponen tersebut. Tabulasi ini terdapat komponen-

komponen Other Comperhensive Income (OCI) seperti selisih nilai kurs mata
44

uang pada sektor aneka industri. Tabulasi ini dilakukan dengan menggunakan

komponen-komponen pendapatan komperhensif lain untuk masing-masing sub

sektor aneka industri.

Dalam melakukan tabulasi diperhatikan adanya transaksi pada perubahan

yang pertama selisih kurs mata uang asing (OCI 1), revaluasi aset tetap berwujud

dan tidak berwujud (OCI 2), program imbalan kerja (OCI 3), perubahan investasi

aset keuangan tersedia untuk dijual (OCI 4), lindung nilai (OCI 5), untuk sektor

aneka industri.

1. Uji Normalitas

Penelitian ini menggunakan uji normalitas yaitu dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui sampel yang digunakan dalam penelitian ini apakah

berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan

dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Didalam penelitian ini

menggunakan tingkat signifikansi (α) lima persen (0.05). artinya ketika tingkat

signifikansi kurang dari 0.05 maka sampel tersebut tidak berdistribusi normal

sedangkan ketika tingkat signifikansi lebih dari 0.05 maka sampel tersebut

berdistribusi normal.

2. Analisi Depkritif

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan beberapa variabel yaitu :

1. Deskripsi nilai OCI pertahun yaitu tahun 2012-2015, tahun 2016 triwulan

pertama dan triwulan kedua.


45

2. Deskripsi penyajian OCI pertahun yaitu 2012-2015, tahun 2016 triwulan

pertama dan triwulan kedua.


3. Deskripsi metode penyajian OCI pertahun yaitu tahun 2012-2015, tahun

2016 triwulan pertama dan triwulan kedua.

3. Uji Beda

Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok pengujian:

1. Pengujian pertam: Uji beda nilai OCI berdasarkan tahun terdiri dari H1-H6.
2. Pengujian kedua: Uji beda status penyajian berdasarkan tahun terdiri dari

H7-H12.

Kelompok hipotesis 1 terletak di (H1-H5).Pengujian hipotesis 2 terletak di

(H6-H10). Kelompok hipotesis ke-2 tersebut untuk menguji nilai OCI, tahapan

pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Mentabulasi nilai OCI per emiten dari tahun 2012-2016.

2. Menguji normalitas data dengan uji kolmogorov smirnov. Data yang

diuji adalah nilai OCI, data dikatakan normal jika signifikan ≥ 0,5 dan

jika signifikan < 0,05 maka data tidak normal.

3. Jika data normal maka uji beda dilakukan dengan uji One Way Anova.

4. Jika data tidak normal maka diuji dengan uji Kruskal-Wallis.

5. Menentukan kriteria penolakan H0 ditolak jika signifikan < 0,05 H0

diterima jika signifikan ≥ 0,05.

6. Melakukan interpretasi.

7. Menyusun simpulan berdasarkan hasil pengujian.


46

Pengujian kelompok pertama yaitu perbedaan status OCI dari tahun 2012-

2016.Pengujian diolah dengan Uji Camer V T-test karena data yang diuji berupa

data nominal. Langkah pengujian adalah sebagai berikut:

1. Mentabulasi data. Dasar tabulasi dan penyajian, jika emiten menyajikan

ditulis skor 1 dan jika tidak skor 0.


2. Menentukan α 5%.
3. Mentukan kriteria penolakan hipotesis. H0 ditolak jika signifikan < 0,05.

H0 diterima jika signifikan ≥ 0,05.


4. Melakukan interprestasi.
5. Menyusun simpulan berdasarkan hasil pengujian.
BAB IV

4 Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data

4.1 Gambaran Subyek Penelitian

Pada aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

memiliki kewajiban untuk menerapkan Internasional Financial Reporting

Standar (IFRS) sebagai standar pelaporan yang dipakai. Perubahan nama dan

struktur model laporan membuat informasi yang diberikan oleh perusahaan

menjadi menyeluruh. Munculnya Other Comprehensive Income (OCI) dalam

struktur laporan laba rugi komprehensif dan penghasilan komprehensif lainnya

menjadikan investor dapat melihat potensi-potensi arus kas yang akan

mempengaruhi laporan laba rugi komprehensif secara keseluruhan.

Other Comprehensive Income (OCI) sebagai ruang untuk transaksi-

transaksi yang tercatat seperti keuntungan ataupun kerugian selisih kurs

(PSAK-10), keuntungan atau kerugian imbalan kerja (PSAK-24), keuntungan

atau kerugian investasi aset keuangan tersedia untuk dijual (PSAK-55SEC) dan

transaksi lindung nilai arus kas (PSAK-55HED), keuntungan atau kerugian

revaluasi aset berwujud dan tidak berwujud (PSAK-16&19), keuntungan atau

kerugian asosiasi (PSAK-15) akan mempunyai porsi yang juga menjadi

perhatian para investor domestik maupun investor internasional.

47
48

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.1 Daftar Emiten


Aneka Industri

SEKTOR KODE EMITEN

Ateliers Mecaniques D’Indonesie


MESIN DAN ALAT BERAT AMIN Tbk.

MESIN DAN ALAT BERAT KRAH Grand Kartech Tbk.

OTOMOTIF DAN KOMPONEN ASII Astra Internasional Tbk.

OTOMOTIF DAN KOMPONEN AUTO Astra Otoparts Tbk.

OTOMOTIF DAN KOMPONEN BOLT Garuda Metalindo Tbk.

OTOMOTIF DAN KOMPONEN BRAM Indo Kordsa Tbk d.h Branta Mulia
Tbk.

OTOMOTIF DAN KOMPONEN GDYR Goodyear Indonesia Tbk.

OTOMOTIF DAN KOMPONEN GJLT Gajah Tunggal Tbk.

OTOMOTIF DAN KOMPONEN IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk.

OTOMOTIF DAN KOMPONEN INDS Indospring Tbk.

OTOMOTIF DAN KOMPONEN LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk d.h Lippo
Enterprises Tbk.

OTOMOTIF DAN KOMPONEN MASA Multistrada Arah Sarana Tbk.

TEKSTIL DAN GARMENT ADMG Polychem Indonesia Tbk.

TEKSTIL DAN GARMENT ARGO Argo Pantes Tbk.

TEKSTIL DAN GARMENT CNTB Century Textile Industry Tbk.

TEKSTIL DAN GARMENT CNTX Century Textile Industri Tbk.

TEKSTIL DAN GARMENT ERTX Eratex Djaya Tbk.

TEKSTIL DAN GARMENT ESTI Ever Shine Tex Tbk.

TEKSTIL DAN GARMENT HDTX Panasia Indo Resources Tbk d.h


Panasia Indosyntex Tbk.

TEKSTIL DAN GARMENT INDR Indo Rama Synthetic Tbk.

SEKTOR KODE EMITEN


49

TEKSTIL DAN GARMENT MYTX Apac Citra Centertex Tbk.

TEKSTIL DAN GARMENT PBRX Pan Brothers Tbk.

Asia Pasific Fibers Tbk d.hPolysindo


TEKSTIL DAN GARMENT POLY Eka Persada Tbk.

ALAS KAKI BATA Sepatu Bata Tbk.

Primarindo Asia Infrastructure Tbk


ALAS KAKI BIMA d.h Bintang Khasima Tbk.

KABEL IKBI Sumi Indo Kabel Tbk.

KABEL JECC Jembo Cable Company Tbk.

KABEL KBLI KMI Wire and Cable Tbk.

KABEL KBLM Kabelindo Murni Tbk.

Supreme Cable Manufacturing and


KABEL SCCO Commerce Tbk.

KABEL VOKS Voksel Electric Tbk.

ELEKTRONIKA PTSN Sat Nusa Persada Tbk.

Sumber : www.sahamok.com
50

4.2 Analisis Data

4.2.1 Perkembangan Nilai Other Comprehensive Income (OCI)

Nilai OCI adalah penghasilan yang diperoleh dari aktivitas diluar aktivitas

utama (pokok) opersional perusahaan. Penghasilan lain yang dimaksudkan pada

other comprehensive income adalah penghasilan yang berasal dari antara lain

revaluasi aset tetap (PSAK 16), penjabaran laporan keuangan mata uang asing ke

mata uang pelaporan (PSAK 10), perubahan actuarial dalam imbalan kerja

manfaat pasti (PSAK 24), perubahan nilai wajar dalam investasi yang tersedia

untuk dijual (PSAK 55), serta perubahan nilai wajar terhadap lindung nilai arus

kas (PSAK 55) (Ahalik, 2015:8). Analisis pada riset ini juga melakukan kajian

perkembangan nilai komponen OCI didasarkan pada sektor aneka industri

mengetahui perkembangan nilai komponen OCI dari tahun ketahun apakah

mengalami perbedaan.

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.2


Perkembangan Nilai OCI
Dari tahun 2012-2016
(dalam miliaran rupiah)

No Komponen Nilai OCI


OCI
2012 2013 2014 2015 20161 20162

1 Selisih Kurs 22.5 4.53 6.39 0,958 4.53 24.7


2 Imbalan Kerja -0,752 3.63 -1.40 0 3.63 3.25
3 Hedging 6.33 15.6 2.77 12.8 16.4 12.0
4 Lindung Nilai -3.49 4.79 -7.21 0 4.79 -5.57
5 Rev Aset 10.0 8.23 8.71 0,00014 8.23 8.23
6 Asosiasi -0,029 4.78 0,0014 0 4.78 4.84
7 Pos Lain-lain 0 78.8 0 0 78.8 32.1
Total 31.2 124 6.64 13.9 124 83.6
Sumber: Output SPSS 16, diolah
51

Gambar Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.2 Diagram Total


Nilai OCI

Pada Tabel 4.2 perkembangan nilai OCI terlihat bahwa nilai OCI

mengalami kenaikan maupun penurunan secara tidak menentu (fluktuatif).

Terlihat pada tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2014 merupakan

tahun dimana pendapatan comprehensive lain mengalami kerugian paling

banyak. Kerugian paling banyak terjadi pada komponen OCI lindung nilai arus

kas yaitu sebesar Rp. -7.210.000.000. Sedangkan pada tahun 2013 dan tahun

2016 triwulan1 merupakan keuntungan paling besar pada Pendapatan

comprehensive lain dengan total Rp. 124.000.000.000. Hal ini di sebabkan

karena pada pada pendapatan komprehenseif lain yang tertinggi terdapat pada

komponen pos lain-lain yaitu sebesar 78.800.000.000.

Pada komponen Other Comprehensive Income (OCI) selisih kurs dapat

dilihat pada Tabel 4.2 diatas pada tahun 2012 merupakan nilai rata-rata OCI

terbesar yang ada di komponen OCI selisih kurs sebesar Rp 22.500.000.000,

sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada nilai selisihkurs pada tahun 2015

dimana pada tahun tersebut nilai OCI selisih kurs sebesar Rp 958.000.000.
52

Pada Tabel 4.2 menjelaskan informasi tentang komponen Other

Comprehensive Income (OCI) imbalan kerja. dapat dilihat dari tabel tersebut,

bahwa tahun 2016 triwulan kedua merupakan nilai rata-rata OCI terbesar yang

ada di komponen OCI imbalan kerja, yaitu sebesar Rp 8.760.000.000,

sedangkan nilai rata-rata terendah yang terdapat pada komponen imbalan kerja

yaitu pada tahun 2015, dimana pada tahun tersebut nilai OCI imbalan kerja

sebesar Rp 0.

Pada Tabel 4.2 menjelaskan informasi tentang komponen Other

Comprehensive Income (OCI) aset tersedia untuk dijual. dapat dilihat dari tabel

tersebut, bahwa tahun 2016 triwulan kedua merupakan nilai rata-rata OCI

terbesar yang ada di komponen OCI imbalan kerja, yaitu sebesar Rp

17.300.000.000, sedangkan nilai rata-rata terendah yang terdapat pada

komponen aset tersedia untuk dijual yaitu pada tahun 2014, dimana pada tahun

tersebut nilai OCI imbalan kerja sebesar Rp 2.840.000.000.

Pada komponen Other Comprehensive Income (OCI) revaluasi aset

berwujud dan tidak berwujud dapat dilihat pada Tabel 4.2 diatas pada tahun 2012

merupakan nilai rata-rata OCI terbesar yang ada di komponen OCI selisih kurs

sebesar Rp 10.000.000.000, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada nilai

revaluasi aset berwujud dan tidak berwujud pada tahun 2015 dimana pada tahun

tersebut nilai OCI selisih kurs sebesar Rp 143.000.

Pada komponen Other Comprehensive Income (OCI) asosiasi dapat dilihat

pada Tabel 4.2 diatas pada tahun 2013, tahun 2016 triwulan satu dan 2016

triwulan kedua merupakan nilai rata-rata OCI terbesar yang ada di komponen OCI
53

asosiasi sebesar Rp 4.780.000.000, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat

pada nilai asosiasi pada tahun 2012 dimana pada tahun tersebut nilai OCI selisih

kurs sebesar Rp -29.800.000.

4.2.2 Status Penyajian Other Comprehensive Income (OCI)

1. Selisih Kurs
Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.3
Status Penyajian-Komponen Selisih Kurs

TAHUN
Kriteria Total
2012 2013 2014 2015 20161 20162

SELISIH 31 32 29 39 32 32 195
TIDAK
KURS MENYAJIKAN
12.3% 12.7% 11.5% 15.5% 12.7% 12.7% 77.4%

11 10 13 3 10 10 57
MENYAJIKAN
4.4% 4.0% 5.2% 1.2% 4.0% 4.0% 22.6%

42 42 42 42 42 42 248
TOTAL
16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 100.0%

Sumber: Output SPSS 16, diolah


54

Sumber: Diolah
Gambar Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.3
Diagram Status Penyajian Selisih Kurs

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat perkembangan dari tahun ke

tahun pada Other Comprehensive Income (OCI) pada transaksi keuntungan

ataupun kerugian selisih kurs, secara keseluruhan pada aneka industri tahun

2012 sampai 2016 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah

42 perusahaan.

dari jumlah tersebut pada tahun 2012 terdapat 11 perusahaan

menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 4,4%

sedangkan 31 perusahaan dengan jumlah persentase 12,3% tidak menyajikan

Other Comprehensive Income (OCI). pada tahun pada tahun 2013 terdapat 10

perusahaan menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase

4,0% sedangkan 32 perusahaan dengan jumlah persentase 12,7% tidak

menyajikan.
55

Pada tahun pada tahun 2014 terdapat 13 perusahaan menyajikan Other

Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 5,2% sedangkan 39

perusahaan dengan jumlah persentase 10,1% tidak menyajikan, dan pada tahun

pada tahun 2015 terdapat 3 perusahaan menyajikan Other Comprehensive

Income (OCI) dengan persentase 1,2% sedangkan 39 perusahaan dengan jumlah

persentase 15.5% tidak menyajikan.

Pada tahun pada tahun 2016 Triwulan pertama terdapat 10 perusahaan

menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 4,0%

sedangkan 32 perusahaan dengan jumlah persentase 12,7% tidak menyajikan,

begitupun juga pada tahun pada tahun 2016 Triwulan kedua terdapat 10

perusahaan menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase

4.0% sedangkan 32 perusahaan dengan jumlah persentase 12,7% tidak

menyajikan.
56

2. Imbalan Kerja

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.4


Status Penyajian-Komponen Imbalan Kerja

Kriteria TAHUN

2012 2013 2014 2015 20161 20162 Total

TIDAK 40 40 40 42 40 39 241
IMBALAN
MENYAJIKAN
KERJA
16.1% 16.1% 14.5% 16.9% 16.1% 16.1% 95.6%

MENYAJIKAN 2 2 2 0 2 3 10

.8% .8% .8% .0% .8% 1.2% 4.4%

Total 42 42 42 42 42 42 252

16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 100.0%

Sumber: Output SPSS 16, diolah


57

Sumber: Diolah
Gambar Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.4
Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Imbalan Kerja

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat perkembangan dari tahun ke

tahun pada Other Comprehensive Income (OCI) pada transaksi keuntungan

ataupun kerugian imbalan kerja, secara keseluruhan pada aneka industri tahun

2012 sampai 2016 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah

42 perusahaan.

Dari jumlah tersebut pada tahun 2012-2014 dan 2016 triwulan pertama

mengalami nilai keuntungan kerugian yang sama yaitu terdapat 2 perusahaan

menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 8%

sedangkan 40 perusahaan dengan jumlah persentase 16,1% tidak menyajikan

Other Comprehensive Income (OCI). sedangkan pada tahun 2015 tidak ada

perusahaan yang menyajikan Other Comprehensive Income (OCI), sedangkan

seluruh perusahaan yang terdiri dari 42 perusahaan dengan jumlah persentase

16.9% tidak menyajikan, dan pada tahun pada tahun 2016 triwulan kedua

terdapat 3 perusahaan yang menyajikan Other Comprehensive Income (OCI)


58

dengan presentase 1.2% sedangkan terdapat 39 perusahaan dengan jumlah

persentase 16.1% tidak menyajikan OCI.

3. Sekuritas Tersedia Untuk Dijual

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.5


Status Penyajian-Komponen Sekuritas Tersedia untuk Dijual

TAHUN
Kriteria Total
2012 2013 2014 2015 20161 20162
SEKURITAS
35 37 37 38 37 37 216
TERSEDIA TIDAK
UNTUK MENYAJIKAN
14.2% 15.0% 13.0% 15.4% 15.0% 15.0% 87.4%
DIJUAL
7 5 5 4 5 5 31
MENYAJIKAN
2.8% 2.0% 2.0% 1.6% 2.0% 2.0% 12.6%

42 42 37 42 42 42 247
Total
17.0% 17.0% 15.0% 17.0% 17.0% 17.0% 100.0%

Sumber: Output SPSS 16, diolah


59

Sumber: Diolah
Gambar Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.5
Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Sekuritas Tersedia
Untuk Dijual

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat dilihat perkembangan dari tahun ke

tahun pada Other Comprehensive Income (OCI) pada transaksi keuntungan

ataupun kerugian sekuritas tersedia untuk dijual, secara keseluruhan pada aneka

industri tahun 2012 sampai 2016 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) berjumlah 42 perusahaan.

Dari jumlah tersebut pada tahun 2012 terdapat 7 perusahaan menyajikan

Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 2,8% sedangkan 35

perusahaan dengan jumlah persentase 14,2% tidak menyajikan Other

Comprehensive Income (OCI), pada tahun pada tahun 2013 terdapat 5

perusahaan menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase

2,0% sedangkan 37 perusahaan dengan jumlah persentase 15,0% tidak

menyajikan, pada tahun pada tahun 2014 terdapat 5 perusahaan menyajikan


60

Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 2,0% sedangkan 32

perusahaan dengan jumlah persentase 13,0% tidak menyajikan.

pada tahun 2015 terdapat 4 perusahaan menyajikan Other

Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 1,6% sedangkan 38

perusahaan dengan jumlah persentase 15,4% tidak menyajikan, pada tahun pada

tahun 2016 Triwulan pertama dan triwulan kedua terdapat 5 perusahaan

menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 2,0%

sedangkan 37 perusahaan dengan jumlah persentase 15,0% tidak menyajikan.

4. Lindung Nilai Arus Kas

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.6


Status Penyajian-Komponen Lindung Nilai Arus Kas

TAHUN
Kriteria Total
2012 2013 2014 2015 20161 20162

LINDUNG 39 41 40 42 41 41 240
TIDAK
NILAI ARUS
MENYAJIKAN
KAS 15.7% 16.5% 16.4% 16.9% 16.5% 16.5% 96.8%

3 1 2 0 1 1 8
MENYAJIKAN
1.2% .4% .8% .0% .4% .4% 3.2%

42 42 38 42 42 42 248
Total
16.9% 16.9% 15.3% 16.9% 16.9% 16.9% 100.0%

Sumber: Output SPSS 16, diolah


61

Sumber: Diolah
Gambar Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.6
Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Lindung Nilai Arus
Kas

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat perkembangan dari tahun ke

tahun pada Other Comprehensive Income (OCI) pada transaksi keuntungan

ataupun kerugian lindung nilai arus kas, secara keseluruhan pada aneka industri

tahun 2012 sampai 2016 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

berjumlah 42 perusahaan.

Dari jumlah tersebut pada tahun 2012 terdapat 3 perusahaan menyajikan

Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 1,2% sedangkan 39

perusahaan dengan jumlah persentase 15,7% tidak menyajikan Other

Comprehensive Income (OCI), pada tahun pada tahun 2013 terdapat 1

perusahaan menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase

.4% sedangkan 41 perusahaan dengan jumlah persentase 16,5% tidak

menyajikan.
62

Pada tahun pada tahun 2014 terdapat 2 perusahaan menyajikan Other

Comprehensive Income (OCI) dengan persentase .8% sedangkan 36 perusahaan

dengan jumlah persentase 14,5% tidak menyajikan, pada tahun pada tahun

2015 tidak terdapat perusahaan yang menyajikan Other Comprehensive Income

(OCI) sedangkan seluruh perusahaan yang terdiri dari 42 perusahaan dengan

jumlah persentase 16,9% tidak menyajikan, pada tahun pada tahun 2016

Triwulan pertama dan triwulan kedua terdapat 1 perusahaan menyajikan Other

Comprehensive Income (OCI) dengan persentase .4% sedangkan 41 perusahaan

dengan jumlah persentase 16,5% tidak menyajikan.

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.7


Status Penyajian-Komponen Revaluasi Aset Berwujud dan Tidak Berwujud

TAHUN
Kriteria Total
2012 2013 2014 2015 20161 20162
REVALUASI
ASET 37 39 36 40 39 39 225
TIDAK
BERWUJUD
MENYAJIKAN
DAN TIDAK 15.0% 15.8% 12.6% 16.2% 15.8% 15.8% 91.1%
BERWUJUD
5 3 6 2 3 3 22
MENYAJIKAN
2.0% 1.2% 2.4% .8% 1.2% 1.2% 8.9%

42 42 37 42 42 42 247
Total
17.0% 7.0% 15.0% 17.0% 17.0% 17.0% 100.0%

Sumber: Output SPSS 16, diolah


63

Sumber: Diolah
Gambar Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.7
Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Revaluasi Aset
Berwujud dan Tidak Berwujud

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat dilihat perkembangan dari tahun ke

tahun pada Other omprehensive Income (OCI) pada transaksi keuntungan

ataupun kerugian selisih kurs, secara keseluruhan pada aneka industri tahun

2012 sampai 2016 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah

42 perusahaan.

Dari jumlah tersebut pada tahun 2012 terdapat 5 perusahaan menyajikan

Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 2,0% sedangkan 37

perusahaan dengan jumlah persentase 15,0% tidak menyajikan Other

Comprehensive Income (OCI), pada tahun pada tahun 2013 terdapat 3

perusahaan menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase


64

1,2% sedangkan 39 perusahaan dengan jumlah persentase 15,8% tidak

menyajikan.

pada tahun pada tahun 2014 terdapat 6 perusahaan menyajikan Other

Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 2,4% sedangkan 31

perusahaan dengan jumlah persentase 12,6% tidak menyajikan, pada tahun

pada tahun 2015 terdapat 2 perusahaan menyajikan Other Comprehensive

Income (OCI) dengan persentase 8% sedangkan 40 perusahaan dengan jumlah

persentase 16.2% tidak menyajikan, pada tahun pada tahun 2016 Triwulan

pertama dan triwulan kedua terdapat 3 perusahaan menyajikan Other

Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 1,2% sedangkan 39

perusahaan dengan jumlah persentase 15,8% tidak menyajikan.

5. Asosiasi

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.8


Status Penyajian-Komponen Asosiasi

TAHUN
Kriteria Total
2012 2013 2014 2015 20161 20162

39 39 41 42 39 39 239
TIDAK
ASOSIASI
MENYAJIKAN
15.5% 15.5% 16.3% 16.7% 15.5% 15.5% 94.8%

3 3 1 0 3 3 13
MENYAJIKAN
1.2% 1.2% .4% .0% 1.2% 1.2% 5.2%

42 42 42 42 42 42 252
Total
16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 100.0%

Sumber: Output SPSS 16, diolah


65

Sumber: Diolah

Gambar Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.8


Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Asosiasi
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat perkembangan dari tahun ke

tahun pada Other Comprehensive Income (OCI) pada transaksi keuntungan

ataupun kerugian selisih kurs, secara keseluruhan pada aneka industri tahun

2012 sampai 2016 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah

42 perusahaan.

Dari jumlah tersebut pada tahun 2012, 2013, 2016TW1 dan 2016TW2

mengalami nilai transaksi keuntungan dan kerugian yang sama yaitu terdapat 3

perusahaan menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase

1,2% sedangkan 39 perusahaan dengan jumlah persentase 15,5% tidak

menyajikan Other Comprehensive Income (OCI), sedangkan pada tahun pada

tahun 2014 terdapat 1 perusahaan menyajikan Other Comprehensive Income


66

(OCI) dengan persentase 4% sedangkan 41 perusahaan dengan jumlah

persentase 16,3% tidak menyajikan.

Dan pada tahun pada tahun 2015 terdapat 0 perusahaan menyajikan

Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 0% sedangkan 42

perusahaan dengan jumlah persentase 16,7% tidak menyajikan.

6. Lain - Lain

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.9


Status Penyajian-Komponen Lain-lain

TAHUN
Kriteria Total
2012 2013 2014 2015 20161 20162

42 35 42 42 35 37 232
TIDAK
LAIN-LAIN
MENYAJIKAN
16.7% 13.9% 16.7% 16.7% 13.9% 15.9% 92.1%

0 7 0 0 7 5 20
MENYAJIKAN
.0% 2.8% .0% .0% 2.8% 2.4% 7.9%

42 42 42 42 42 42 252
Total
16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 100.0%

Sumber: Output SPSS 16, diolah


67

Sumber: Diolah
Gambar Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.9
Grafik Status Penyajian Other Comprehensive Income Lain-lain

Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dapat dilihat perkembangan dari tahun ke

tahun pada Other Comprehensive Income (OCI) pada transaksi keuntungan

ataupun kerugian komponen lain-lain, secara keseluruhan pada aneka industri

tahun 2012 sampai 2016 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

berjumlah 42 perusahaan.

Dari jumlah tersebut pada tahun 2012, 2014, dan tahun 2015 mengalami

nilai transaksi keuntungan dan kerugian yang sama yaitu terdapat 0 perusahaan

menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan persentase 0%

sedangkan 42 perusahaan dengan jumlah persentase 16,7% tidak menyajikan

Other Comprehensive Income (OCI).

Sedangkan pada tahun pada tahun 2013 dan tahun 2016 triwulan

pertama juga terjadi nilai transaksi kerugian dan keuntungan yang sama yaitu

terdapat 7 perusahaan menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan


68

persentase 2,8% sedangkan 35 perusahaan dengan jumlah persentase 13,9%

tidak menyajikan. begitupun juga pada tahun pada tahun 2016 Triwulan kedua

terdapat 5 perusahaan menyajikan Other Comprehensive Income (OCI) dengan

persentase 2,4% sedangkan 37 perusahaan dengan jumlah persentase 14,3%

tidak menyajikan.

4.2.3 Metode Penyajian Other Comprehensif Income

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.10


Metode Penyajian Komponen OCI

TAHUN
Metode Total
2012 2013 2014 2015 20161 20162

41 41 36 42 41 41 247
GABUNGAN
16.3% 16.3% 14.3% 16.7% 16.3% 16.3% 98.0%

1 1 1 0 1 1 5
TERPISAH
.4% .4% .4% 0% .4% .4% 2.0%

0 0 0 0 0 0 0
EKUITAS
.0% .0% .0% .0% .0% .0% .0%

0 0 0 0 0 0 0
LAIN-LAIN
.0% .0% .0% .0% .0% .0% .0%

42 42 42 42 42 42 252
Total
16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 100.0%

Sumber: Output SPSS 16, diolah


69

Sumber: Diolah
Gambar Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.10
Grafik Metode Penyajian OCI

1. Gabungan

Dalam pendekatan ini, laba bersih tradisional adalah sub total sementara

total laba komprehensif ditunjukkan sebagai total akhir. Laporan gabungan ini

memiliki keunggulan karena tidak perlu membuat laporan keuangan baru. Akan

tetapi, menyembunyikan laba bersih sebagai sub total dalam laporan merupakan

salah satu kelemahannya (Wahyu & Praptoyo, 2014:11). Disajikan dalam tabel

4.10 diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012-2016 triwulan kedua rata-rata

menggunakan metode gabungan, namun puncak tertinggi yaitu terdapat pada

tahun 2015 dengan persentase 16,7% terdapat 42 perusahaan yaitu seluruh

perusahaan yang terdapat pada sektor aneka industri yang terdiri dari mesin & alat

berat, otomotif & komponennya, tekstil & garmen, alas kaki, kabel serta

elektronika.
70

Terpisah

Pelaporan laba komprehensif dalam laporan yang terpisah mengidikasikan

bahwa keuntungan dan kerugian yang diidentifikasikan sebagai laba komprehensif

lainnya memiliki status sama dengan keuntungan dan kerugian tradisional.

Disamping itu, hubungan antara laporan laba rugi tradisional dengan laporan laba

rugi komprehensif terlihat jelas karena laba bersih merupakan titik awal dalam

laporan laba rugi komprehensif (Wahyu & Praptoyo. 2014:10).


Berikut ini penyajian komprehensif dengan laporan laba rugi yang

terpisah. Dapat dilihat tabel diatas bahwa pada tahun 2012-2016 triwulan kedua

maisng-masing hanya 1 perusahaan yang menyajikan komponen Other

Comprehensive Income (OCI) dengan persentase masing-masing .4%, pada tahun

2012-2014 PT Astra Otoparts Tbk adalah perusaahaan yang berkontribusi dalam

menyajikan dengan menggunakan metode terpisah. Pada tahun 2016 triwulan 1

dan 2 PT Indospiring Tbk adalah perusahaan yang ,menyajikan dengan metode

terpisah dengan presentase 4%. Pada tahun 2015 tidak ada satupun perusahaan

yang menggunakan metode terpisah jadi presentasenya yaitu 0%.

2. Ekuitas

Laporan ini melaporkan perubahan dalam setiap akun ekuitas pemegang

saham dan total ekuitas pemegang saham selama tahun berjalan. Laporan ekuitas

pemegang saham biasanya disajikan dalam format berkolom (columnar from)

untuk setiap akun dan total ekuitas pemegang saham (Wahyu & Praptoyo,

2014:12).
Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat dilihat penyajian dari tahun ke tahun

pada Other Comprehensive Income (OCI) dengan metode ekuitas dari total 42
71

perusahaan aneka industri tidak satupun melakukan penyajian Other

Comprehensive Income (OCI) dengan metode ekuitas karena pada tahun 2012-

2016 triwulan kedua semua perusahaan lebih banyak menggunakan metode

gabungan.

3. Lain-lain

Laporan ini menjelaskan bahwa tidak ada satupun komponen yang

terdapat pada Other Comprehensive Income (OCI) seperti PSAK 10 selisih kurs

mata uang asing, PSAK 16 & 19 revaluasi aset tetap berwujud dan yang tidak

berwujud, PSAK 24 penyesuaian program imbalan kerja / pensiun, PSAK 55 SEC

investasi aset keuangan yang tersedia untuk dijual, PSAK 55 HED lindung nilai

arus kas, dan PSAK 15 bagian entitas asosiasi. Berdasarkan tabel diatas dapat

dilihat penyajian dari tahun ke tahun pada Other Comprehensive Income (OCI)

dengan metode ekuitas dari total 42 perusahaan aneka industri tidak satupun

melakukan penyajian Other Comprehensive Income (OCI) dengan metode lain-

lain karena pada tahun 2012-2016 triwulan kedua semua perusahaan lebih banyak

menggunakan metode gabungan.


72

4.3 Pengujian Hipotesis

4.3.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas datadilakukan untuk bertujuan mengetahui distribusi data

setiap variabel. Normalitas data digunakan untuk menentukan alat uji beda yang

digunakan. Uji normalitas dubutuhkan untuk uji beda nilai OCI tidak untuk

penyajian OCI. Jika distribusi data tidak normal maka alat uji yang digunakan

adalah uji beda lebih dari 2 sampel (Kruskal-WallisT-Test). Apabila distribusi data

normal maka alat uji yang digunakan adalah One Way Anova. Kelompok yang

dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu kelompok observasi dalam tahun dan

triwulan, dimana jumlah kelompoknya ada 6 kelompok yaitu 2012-2015,

sedangkan tahun 2016 meliputi triwulan pertama dan triwulan kedua. Rangkuman

hasil uji normalitas sebagaimana tampak pada tabel berikut:

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.11


Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai OCI

Komponen Other Asymp.


No. Comprehensive Income Sig. Simpulan
(OCI)

1 PSAK 10 0,000 Tidak Normal

2 PSAK 24 0,000 Tidak Normal

3 PSAK 55 SEC 0,000 Tidak Normal

4 PSAK 55 HED 0,000 Tidak Normal

5 PSAK 16 & 19 0,000 Tidak Normal

6 PSAK 15 0,000 Tidak Normal


73

Pada Tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa hasil dari uji normalitas

menunjukan komponen Other Comprehensive Income (OCI) selisih kurs, imbalan

kerja, perubahan investasi aset tersedia dijual, lindung nilai arus kas, revaluasi

aset berwujud dan tidak berwujud, asosiasi, lain-lain seluruhnya tidak normal.

Dengan ini maka data dilakukan uji beda dengan menggunakan Kruskal Wallis.

4.3.2 Pengujian Hipotesis 1 Sampai Dengan Hipotesis 6: Nilai Komponen


OCI Berdasarkan Tahun

Pengujian nilai OCI berdasarkan tahun bertujuan untuk menganalisis

perbedaan nilai komponen-komponen OCI selama kurun waktu pengamatan yaitu

tahun 2012-2015, sedangkan tahun 2016 triwulan pertama dan triwulan kedua.

Rangkuman hasil uji beda nilai sebagaimana tampak pada tabel berikut:

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.12


Rangkuman Hasil Uji Beda

Komponen Other Asymp.


No. Comprehensive Income Sig. Hipotesis Simpulan
(OCI)

1 PSAK 10 0.619 H1 Tidak Beda

2 PSAK 24 0.099 H2 Beda

3 PSAK 55 SEC 0.813 H3 Tidak Beda

4 PSAK 55 HED 0.112 H4 Tidak Beda

5 PSAK 16 & 19 0.239 H5 Tidak Beda

6 PSAK 15 0.895 H6 Tidak Beda

Simpulan pada tabel 4.12 diatas terkait hasil uji beda nilai Other

Comprehensive Income (OCI) tahun 2012-2016 sub sektor aneka industri


74

komponen selisih kurs, imbalan kerja, perubahan investasi aset tersedia dijual,

lindung nilai arus kas, revaluasi aset berwujud dan tidak berwujud, asosiasi, lain-

lain. Komponen imbalan kerja (PSAK 24) hasil simpulan ada beda karena Asymp.

Sig.dibawah 0,05.

Sedangkan pada komponen selisih kurs (PSAK 10), perubahan investasi

aset tersedia dijual (PSAK 55 SEC), lindung nilai arus kas (PSAK 55 HED),

revaluasi aset berwujud dan tidak berwujud (PSAK 16&19), asosiasi (PSAK 15),

dan lain-lain hasil simpulan tidak ada beda karena Asymp. Sig.diatas 0,05.

4.3.3 Pengujian Hipotesis 7 Sampai Dengan Hipotesis 12: Penyajian

Komponen OCI Berdasarkan Tahun

Pengujian nilai OCI berdasarkan tahun bertujuan untuk menganalisis

perbedaan penyajian komponen-komponen OCI selama kurun waktu pengamatan

yaitu tahun 2012-2015, sedangkan tahun 2016 triwulan pertama dan triwulan

kedua. Rangkuman hasil uji beda penyajian sebagaimana tampak pada tabel

berikut:

Tabel Gambaran Subyek Penelitian dan Analisis Data.13


Rangkuman Hasil Uji Beda

No. Komponen Other Asymp Hipotesis Simpulan


75

Comprehensive . Sig.
Income (OCI)

1 PSAK 10 0.168 H7 Tidak Beda


2 PSAK 24 0.739 H8 Tidak Beda
3 PSAK 55 SEC 0.957 H9 Tidak Beda
4 PSAK 55 HED 0.533 H10 Tidak Beda
5 PSAK 16 & 19 0.643 H11 Tidak Beda
6 PSAK 15 0.510 H12 Tidak Beda

Hasil uji beda pada status penyajian komponen pendapatan komperhensif

lain tahun 2012-2016, selisih kurs (PSAK 10) dengan Asymp. Sig.0,168, imbalan

kerja (PSAK 24) dengan Asymp. Sig 0.739, perubahan investasi aset tersedia

dijual (PSAK 55 SEC) dengan Asymp. Sig 0.957, lindung nilai arus kas (PSAK 55

HED) dengan Asymp. Sig0.533, revaluasi aset berwujud dan tidak berwujud

(PSAK 16&19) dengan Asymp. Sig 0.643, asosiasi (PSAK 15) dengan Asymp. Sig

0.510 memiliki simpulan tidak ada beda karena diatas 0,05.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Perbedaan Nilai Other Comprehensive Income (OCI)

Analisis pada riset ini juga melakukan kajian perkembangan nilai

komponen OCI didasarkan pada sektor aneka industri untuk mengetahui

perkembangan nilai komponen OCI dari tahun ketahun apakah mengalami

perbedaan atau tidak mengalami perbedaan.

Cara mengukur untuk komponen nilai OCI diukur dari nilai OCI yang di

sajikan pada setiap komponen yang ada di laporan keuangan dengan melihat
76

berapa nilai OCI yang tertera dalam laporan laba rugi komprehensif. Cara

pengukuran ini mengacu pada riset yang pernah dilakukan Ahmar dan Mulyadi

(2016).

Dapat dilihat pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai OCI mengalami

kenaikan maupun penurunan secara tidak menentu (fluktuatif). Terlihat pada

tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2014 merupakan tahun dimana

pendapatan comprehensive lain mengalami kerugian paling banyak. Kerugian

paling banyak terjadi pada komponen OCI lindung nilai arus kas yaitu sebesar

Rp. -7.210.000.000. Sedangkan pada tahun 2013 dan tahun 2016 triwulan1

merupakan keuntungan paling besar pada Pendapatan comprehensive lain

dengan total Rp. 124.000.000.000. Hal ini di sebabkan karena pada pada

pendapatan komprehenseif lain yang tertinggi terdapat pada komponen pos

lain-lain yaitu sebesar 78.800.000.000.

Menurut Ahalik (2015:15) penjabaran mata uang asing ke mata uang asing

pelaporan berdasarkan PSAK 10 (pengaruh perubahan kurs valuta asing).

Misalnya perusahaan induk memiliki perusahaan anak akan dikonsolidasikan,

maka laporan keuangan perusahaan anak harus dijabarkan terlebih dahulu ke mata

uang pelaporan perusahaan induk. Selisih kurs hasil penjabaran akan

menghasilkan keuntingan atau kerugian. Apabila untung, maka menghasilkan OCI

di posisi kredit, apabila rugi, maka menghasilkan OCI di sisi debit. OCI dari

PSAK 10 ini masuk dalam kategori yang akan diklarifikasi ke dalam laba rugi.

Hasil pada komponen Other Comprehensive Income (OCI) selisih kurs ini dapat

dilihat pada tabel 4.2 diatas pada tahun 2012 merupakan nilai rata-rata OCI
77

terbesar yang ada di komponen OCI selisih kurs sebesar Rp 22.500.000.000,

sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada nilai selisihkurs pada tahun 2015

dimana pada tahun tersebut nilai OCI selisih kurs sebesar Rp 958.000.000.

Pada Tabel 4.2 menjelaskan informasi tentang komponen Other

Comprehensive Income (OCI) imbalan kerja. Menurut Ahalik (2015:51)

imbalan kerja yang menghasilkan OCI berasal dari program imbalan pasti yaitu

berupa keuntungan dan kerugian actuarial yaitu perubahan atas nilai kini dari

kewajiban imbalan pasti sebagai akibat dari penyesusaian pengalaman (dampak

dari perbedaan antara asumsi actuarial awal dengan apa yang secara actual

terjadi) dan pengaruh perubahan asumsi actuarial. Perusahaan dapat

menerapkan imbalan pascakerja kepada karyawannya berdasarkan program

iuran pasti atau program imbalan pasti. Dapat dilihat dari Tabel 4.2 tersebut,

bahwa tahun 2016 triwulan kedua merupakan nilai rata-rata OCI terbesar yang

ada di komponen OCI imbalan kerja, yaitu sebesar Rp 8.760.000.000,

sedangkan nilai rata-rata terendah yang terdapat pada komponen imbalan kerja

yaitu pada tahun 2015, dimana pada tahun tersebut nilai OCI imbalan kerja

sebesar Rp 0.

Dalam hal pengukuran Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.55

mengklasifikasikan aset keuangan dengan dapat diukur dengan nilai wajar

melalui laporan laba rugi, investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh

tempo, pinjaman yang diberikan dan piutang serta aset keuangan yang

dikalsifikasikan dalam kelompok yang tersedia untuk dijual. Dalam investasi

aset tersedia dijual pendapatan komprehensif lain memberi tempat dalam


78

pencatatanya terhadap hasil dari perubahan investasi aset keuangan tersedia

untuk dijual. Pada tabel 4.2 menjelaskan informasi tentang komponen Other

Comprehensive Income (OCI) aset tersedia untuk dijual. dapat dilihat dari tabel

tersebut, bahwa tahun 2016 triwulan kedua merupakan nilai rata-rata OCI

terbesar yang ada di komponen OCI imbalan kerja, yaitu sebesar Rp

17.300.000.000, sedangkan nilai rata-rata terendah yang terdapat pada

komponen aset tersedia untuk dijual yaitu pada tahun 2014, dimana pada tahun

tersebut nilai OCI imbalan kerja sebesar Rp 2.840.000.000.

Revaluasi aset adalah penilaian kembali aset yang dimiliki suatu entitas

sehingga mencerminkan nilai aset sekarang. Berdasarkan PSAK 16 perusahaan

dapat memilih model biaya atau model revaluasi sebagai dasar menilai aset

setelah dimiliki. Pada komponen Other Comprehensive Income (OCI) revaluasi

aset berwujud dan tidak berwujud dapat dilihat pada tabel 4.2 diatas pada tahun

2012 merupakan nilai rata-rata OCI terbesar yang ada di komponen OCI selisih

kurs sebesar Rp 10.000.000.000, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada

nilai revaluasi aset berwujud dan tidak berwujud pada tahun 2015 dimana pada

tahun tersebut nilai OCI selisih kurs sebesar Rp 143.000.

Didalam PSAK yang diterapkan oleh seluruh entitas yang merupakan

investor dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan atas investee.

Adanya perusahaan asosiasi merupakan kebutuhan bagi perusahaan dalam

melakukan ekspansi untuk kepentingan distribusi barang konsumsi agar lebih

merata. Adanya keuntungan atau kerugian dalam invetsasi pada asosiasi menurut

Humayun et al (2011) membuktiksn pendapatan komprehensif lain mempunyai


79

kemampuan memprediksi arus kas dan kegiatan operasi satu tahun mendatang.

Artinya apabila dilihat dari investasi pada asosiasi perusahaan dapat memprediksi

kemungkinan keuntungan atau kerugian pada arus kas perusahaan.

Pada komponen Other Comprehensive Income (OCI) asosiasi dapat dilihat

pada tabel 4.2 diatas pada tahun 2013, tahun 2016 triwulan satu dan 2016 triwulan

kedua merupakan nilai rata-rata OCI terbesar yang ada di komponen OCI asosiasi

sebesar Rp 4.780.000.000, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada nilai

asosiasi pada tahun 2012 dimana pada tahun tersebut nilai OCI selisih kurs

sebesar Rp -29.800.000.
80

4.4.2 Status PenyajianOther Comprehensif Income (OCI)

Penyajian OCI merupakan kewajiban bagi emiten di seluruh Indonesia

implementasi IFRS tahun 2012. Didalam laporan laba rugi yang menyajikan

informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih dapat digunakan untuk menilai

dan mengukur kinerja perusahaan yang dapat menggambarkan kondisi perusahaan

dimasa datang. Pencatatan terhadap laba rugi komperhensif dicatat berdasarkan

nilai historis, sedangkan pasca penerapan IFRS, munculnya pelaporan

komperhensif lain akan menunjukan suatu pencatatan yang lebih detail

dibandingkan dengan pencatatan sebelumnya.

Status penyajian selisih kurs merupakan penyajian terkait komponen OCI

selisih kurs pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain dari sampel

yang diteliti (aneka industri). Hasil penelitian terkait dengan perbedaan status

penyajian menunjukkan terdapat perbedaan status penyajian OCI selama tahun

pengamatan. Status pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah status

menyajikan dan tidak menyajikan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bukti bahwa selisih diantara yang menyajikan dan tidak menyajikan cukup jauh

dari 22.6% berstatus menyajikan dan 77.4% berstatus tidak menyajikan. Hal ini

dapat diartikan bahwa penyajian selisih kurs yang disebabkan terkait pelaporan

keuangan tidak dialami setiap perusahaan atau dengan kata lain perusahaan yang

memiliki anak perusahaan tidak diluar negeri.


Pada status penyajian berikutnya terkait dengan komponen OCI imbalan

kerja pada aneka industri menunjukkan bahwa selisih antara yang menyajikan dan

tidak menyajikan dalam laporan laba rugi komprehensif lain cukup jauh total

keseluruhan dari tahun 2012-2016 triwulan kedua untuk yang menyajikan 4.4%
81

dan tidak menyajikan 95.6%. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan tidak

banyak yang menyajikan karena perusahaan akan menyajikan jika ada selisih

terkait imbalan kerja manfaat pasti setiap tahun.


Hasil dari penelitian ini terkait status penyajian komponen sekuritas

tersedia untuk dijual pada aneka industri untuk yang tidak menyajikan 87.4% dan

untuk yang menyajikan sebesar 12.6%. Terkait dengan uraian diatas dapat

diartikan bahwa perusahaan yang memiliki investasi aset tersedia untuk dijual dan

harus dilakukan penyesuaian pada akhir periode karena penilaian nilai wajarnya

berubah.
Status penyajian pada komponen OCI lindung nilai arus kas dalam laporan

laba rugi komprehensif lain dalam menyajikan dan tidak menyajikan cukup jauh

terkait dengan komponen lindung nilai arus kas yang tidak menyajikan sebesar

96.8% dan untuk yang menyajikan sebesar 3.2%. Hasil dari penelitian ini dapat

diartikan bahwa perusahaan yang memiliki akun lindung nilai arus kas karna ada

penilaian nilai wajar namun hanya sedikit dibandingkan yang tidak memiliki.
Hasil penelitian terkait komponen status penyajian revaluasi aset

berwujud dan tidak berwujud. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak

menyajikan sebesar 91.1% dan untuk yang menyajikan sebesar 8.9%. Hasil dari

penelitian ini dapat diartikan bahwa perusahaan yang memiliki akun revaluasi aset

berwujud dan tidak berwujud lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak

memiliki, karena perusahaan yang menilai kembali aset yang dimiliki hanya

sedikit.
Pada pembahasan terkait status penyajian OCI komponen asosiasi tidak

jauh berbeda dengan pembahasan komponen revaluasi aset tetap berwujud dan

tidak berwujud. Karena pada komponen asosiasi ini juga masih banyak
82

perusahaan yang tidak menyajikan. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa

yang tidak menyajikan sebesar 94.8% dan 5.2% menyajikan.

4.4.3 Metode Penyajian Other Comprehensif Income (OCI)

Pada laporan laba rugi terdapat 3 metode penyajian yaitu diantaranya adalah

metode gabungan, metode terpisah dan metode ekuitas. Metode gabungan yaitu

menggabungkan antara beban-beban atau biaya-biaya dengan komponen OCI.

Metode terpisah yaitu memisahkan antara beban-beban atau biaya-biaya dengan

komponen OCI. Metode ekuitas adalah segala perubahan dalam ekuitas yang

terjadi pada suatu periode kecuali yang dihasilkan dari investasi oleh pemilik dan

distribusi kepada pemilik. Sedangkan untuk lain-lain adalah metode dimana dalam

laporan laba rugi komprehensif tidak terdapat komponen OCI.

Fokus pengamatan terkait dengan metode penyajiaan dilakukan dengan

memberikan skor 1 sampai dengan 4 dimana 1 untuk metode gabungan, 2 untuk

metode terpisah 3 untuk metode ekuitas dan 4 untuk lain-lain. Metode penyajian

mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Wahyu dan Praptoyo (2016).

Pembahasan untuk metode penyajian OCI adalah metode perusahaan dalam

menyajikan OCI dengan menggunakan metode gabungan sebesar 98.0%, metode

terpisah 2.0% dan metode ekuitas 0%. Berdasarkan hasil observasi tersebut

metode yang mendominasi dalam menyajikan other comprehensive income pada

sampel yang diamati adalah metode gabungan. Pada metode gabungan posisi

other comprehensive income menjadi satu dengan laporan laba rugi komprehensif,

metode gabungan ini memiliki keunggulan karena tidak perlu membuat laporan

keuangan baru. Akan tetapi, menyembunyikan laba bersih sebagai sub total dalam
83

laporan keuangan yang merupakan salah satu kelemahannya (Wahyu dan

Praptoyo, 2014:11).
BAB V

5 PENUTUP

5.1 Simpulan

Penjabaran terhadap perkembangan Other Comprehensive Income (OCI)

yang merupakan ruang bagi keuntungan atau kerugian komponen-komponen

didalamnya telah dilakukan penelitian ini, penelitian bertujuan untuk melihat

penyajian perusahaan untuk komponen Other Comprehensive Income (OCI) dan

melihat perkembangan setiap tahunnya, tidak hanya itu penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah laporan laba rugi tersebut menyajikan menggunakan

metode terpisah, gabungan dan Ekuitas. Penyajian laporan laba rugi dan

penghasilan komprehensif lain pada sektor aneka industri yang ini difokuskan

pada penyajian komponen-komponen other comprehensive income (OCI).

Penyajian OCI merupakan penyajian yang berasal dari selisih lebih dan atau

selisih kurang terkait nilai selisih kurs, imbalan kerja, sekuritas yang tersedia

untuk dijual, lindung nilai, penilaian asosiasi. Riset ini merupakan pengembangan

dari riset sebelumnya mengenai Other Comprehensive Income (OCI) dan juga

didasari oleh berlakunya adopsi International Financial Reporting Standards

(IFRS) pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

International Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai standar yang

dipergunakan memberikan gambaran transparansi yang tidak hanya dari

operasional perusahaan namun juga pada pendapatan komprehensif lainnya

84
85

sehingga menjadikan riset ini menjadi penting Informasi yang dibutuhkan oleh

banyak pihak baik internal perusahaan dalam memprediksi arus kas, investor

sebagai pihak pembaca laporan keuangan dan pemerintah sebagai regulator

Pentingnya penelitian ini sehingga menggunakan seluruh populasi industri

keuangan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia. Jumlah emiten aneka industri

terdiri dari empat puluh dua (42) perusahaan.

Sampel yang diuji sebanyak 252 data tahun. Deskripsi other comprehensive

income dilakukan dengan analisis deskriptif status penyajian dilakukan dengan

tabulasi silang (croostabs) uji beda untuk nilai OCI dimulai dengan uji normalitas

data. Hasil uij normalitas menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal

sehingga alat uji yang dilakukan yaitu uji Kruskall-Wallis. Berdasarkan analisis

deskriptif, tabulasi silang dan uji Kruskall-Wallis disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut.

Berdasarkan hasil analisis data dari pembahasan diatas, maka terdapat

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai OCI komponen selisih kurs menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

selama tahun observasi.

2. Pada komponen OCI imbalan kerja menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai

selama tahun 2012-2016 triwulan kedua.

3. Hasil dari komponen OCI investasi tersedia untuk dijual menunjukkan

bahwa tidak ada beda selama tahun 2012-2016 triwulan kedua.

4. Pada tahun 2012-2016 triwulan kedua hasil dari nilai komponen lindung

nilai arus kas menunjukkan tidak ada beda.


86

5. Nilai OCI komponen revaluasi asset berwujud dan tidak berwujud

menunjukkan tidak ada perbedaan selama tahun observasi.

6. Hasil dari nilai komponen OCI asosiasi menunjukkan bahwa tidak ada beda

selama tahun observasi.

7. Hasil dari status penyajian komponen selisih kurs menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan selama tahun 2012-2016 triwulan kedua.

8. Pada tahun 2012-2016 triwulan kedua hasil dari status penyajian komponen

imbalan kerja manfaat pasti menunjukkan tidak ada beda.

9. Status penyajian OCI komponen investasi tersedia untuk dijual

menunjukkan tidak ada beda selama tahun observasi.

10. Status penyajian komponen lindung nilai arus kas menunjukkan bahwa tidak

ada beda selama tahun observasi.

11. Hasil dari status penyajian komponen OCI revaluasi asset berwujud dan

tidak berwujud menunjukkan bahwa tidak ada beda selama tahun 2012-2016

triwulan kedua.

12. Hasil dari status penyajian komponen OCI asosiasi menunjukkan bahwa

tidak ada beda selama tahun 2012-2016 triwulan kedua.

13. Metode penyajian OCI yang mendominasi selama periode pengamatan

adalah metode gabungam dengan total sebesar 98.0%.


87

5.2 Keterbatasan Penelitian

1. terbatasnya penelitian terdahulu atau refrensi yang membahas

perkembangan nilai, status penyajian other comprehensive income pasca

adopsi IFRS di Indonesia tahun 2012 pada sektor aneka industri.

2. Terdapat perusahaan pada sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012-2016 triwulan kedua tidak

menyajikan laporan keuangan tahunannya.

5.3 Saran Penelitian

1 Bagi pemerintah, hasil penelitian ini merupakan informasi penting yang

dapat digunakan sebagai salah satu informasi pendapatan pajak karena

selisih nilai komponen Other Comprehensive Income (OCI) merupakan

dikenai pajak.

2 Bagi investor, hasil penelitian ini memberikan informasi tentang besarnya

nilai OCI dimana nilai OCI meskipun secara riil bukan berupa kas namun

nilai tersebut dapat merupakan informasi yang mampu menambah nilai

perusahaan, misalnya terkait dengan peningkatan nilai asset tetap yang

tercermin pada revaluasi asset.

3 Bagi peneliti berikutnya, hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan

bilamana digunakan sebagai riset-riset lanjutan terkait OCI. Faktor apa

yang mempengaruhi OCI dan konsekuensi yang diakibatkan oleh

informasi OCI.

4 Akademisi
88

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran terhadap kajian atau

lainnya mengenai penyajian other comperhensive income (OCI) dan

komponennya berdasarkan sub sektor industri yang ada di Indonesia

serta dapat memberikan referensi terhadap peneltian-penelitian

selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Anestesi
    Anestesi
    Dokumen9 halaman
    Anestesi
    agungtp
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Farmasi Novi
    Farmasi Novi
    Dokumen2 halaman
    Farmasi Novi
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Bab 123 PUA
    Bab 123 PUA
    Dokumen46 halaman
    Bab 123 PUA
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Cover 2
    Cover 2
    Dokumen1 halaman
    Cover 2
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Penulisan Skripsi
    Jadwal Penulisan Skripsi
    Dokumen2 halaman
    Jadwal Penulisan Skripsi
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Cover Lengkap
    Cover Lengkap
    Dokumen3 halaman
    Cover Lengkap
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 PV
    Bab 2 PV
    Dokumen9 halaman
    Bab 2 PV
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Absen Agustus
    Absen Agustus
    Dokumen2 halaman
    Absen Agustus
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • LAMPIRAN
    LAMPIRAN
    Dokumen125 halaman
    LAMPIRAN
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Askep Pneumonia
    Askep Pneumonia
    Dokumen32 halaman
    Askep Pneumonia
    Akhmad Zaelani
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 PV
    Bab 2 PV
    Dokumen4 halaman
    Bab 2 PV
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus PV
    Laporan Kasus PV
    Dokumen19 halaman
    Laporan Kasus PV
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Case Kista New Edit
    Case Kista New Edit
    Dokumen29 halaman
    Case Kista New Edit
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Pelecehan Seksual
    Pelecehan Seksual
    Dokumen4 halaman
    Pelecehan Seksual
    Huda Fauzi
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Combotio Fix
    Combotio Fix
    Dokumen37 halaman
    Combotio Fix
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Kapita Bedah
    Kapita Bedah
    Dokumen25 halaman
    Kapita Bedah
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • Pelecehan Seksual
    Pelecehan Seksual
    Dokumen4 halaman
    Pelecehan Seksual
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat
  • PERPAJAKAN 1 Pertemuan Ke 5
    PERPAJAKAN 1 Pertemuan Ke 5
    Dokumen9 halaman
    PERPAJAKAN 1 Pertemuan Ke 5
    Novia Handaini
    Belum ada peringkat