Anda di halaman 1dari 21

SURVEI 1D METODE GEOLISTRIK: AKUISISI DATA

(Laporan Praktikum Metode Geolistrik)

Oleh

Vivi Anita Sari


1715051005

LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Judul Praktikum : Survei 1d Metode Geolistrik: Akuisisi Data

Tanggal Percobaan : 10 November 2018

Tempat : Lapangan Sepak Bola UNILA

Nama : Vivi Anita Sari

NPM : 1715051005

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : II (Dua)

Bandar Lampung, 17 November 2018


Mengetahui,
Asisten

Puteri Indriyanni Af
NPM : 1615051042

i
SURVEI 1D METODE GEOLISTRIK: AKUISISI DATA

Oleh

Vivi Anita Sari

ABSTRAK

Dalam geofisika untuk pengukuran salah satu metode yang banyak digunakan
adalah metode geolistrik tahanan jenis yang menggunakan teknik pengukuran 1D
atau sering disebut dengan sounding. Teknik sounding digunakan untuk
menentukan suatu perubahan tahanan jenis dari suatu batuan kearah vertikal atau
kebawah permukaan titik sounding. Kedalaman pengukuran juga tergagantung
dari pembesaran spasi arus yang dibuat, semakin jauh jarak spasi yang dibuat
maka semakin dalam pengukuran yang akan dilakukan. Pada praktikum ini
dilakukan pengukuran pada daerah universitas lampung tepatnya dilapangan
sepakbola unila yang menggunakan konfigurasi elektroda schlamberger dan
dengan jarak A-B sejauh 100 meter, dengan 18 titik pengukuran dalam satu
lintasan, pada pengukuran ini menggunakan alat resistivitymeter naniura NRD
300Hf. Digunakannya konfigurasi schlemberger karena dalam pengukuran secara
sounding digunakan untuk mencari lateral, schlamberger merupakan konfigurasi
yang dapat menghasilkan data memanjang kebawah.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ .iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... .iv

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakng ............................................................................................. 1
B. Tujuan Praktikum....................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. TEORI DASAR

IV. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan ........................................................................................... 6
B. Diagram Alir .............................................................................................. 6

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data Pengamatan ....................................................................................... 8
B. Pembahasan ................................................................................................ 8

VI. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Peta Geologi Daerah Pengamatan ....................................................... 3

Gambar 2. Diagram Alir ........................................................................................ 6

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Geofisika banyak digunakan metode salah satunya metode geolistrik
yang banyak digunakan untuk mencari akuifer air tanah, Selain digunakan
untuk ekplorasi air tanah geolistrik tahanan jenis juga dapat digunakan untuk
eksplorasi batubara, mineral, emas dan lainnya. Dalam eksplorasi dapat
dilakukan menggunakan beberapa metode yang ada salah satunya dengan
metode geolistrik tahanan jenis yang menggunakan teknik pengukuran 1D atau
yang sering disebut teknik pengukuran sounding. Teknik sounding digunakan
untuk menentukan suatu perubahan tahanan jenis dari suatu batuan kearah
vertikal atau kebawah permukaan titik sounding. Prinsip kerja dari pengukuran
sunding dengan meletakan elektroda arus dan juga potensial ke garis yang dan
jarak spasi elektrodanya yang sudah ditentukan dan pada elektroda arus jarak
spasiya akan diperbesar secara gradual, pembesaran spasi juga akan
mempengaruhi sebanding dengan jarak spasi yang dibuat sehingga semakin
jauh jarak elektroda yang dibuat maka semakin dalam pengukuran yang akan
dilakukan. Pada praktikum ini akan mempelajari pengukuran menggukan
metode geolistrik secara sounding dengan konfigurasi Schlumberger dan
mengguankan alat Nanira NRD 300HF.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari prktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu memahami konfigurasi Schlumberger.
2. Dapat memahami keunggulan dan kelemahan dari konfigurasi
Schlumberger.
3. Dapat melakukan pengukuran dan pengambilan data (akuisisi data) dengan
konfigurasi elektroda Schlumberger.
4. Dapat menghitung nilai resistivity dan dapat menggambarkan kurva
matching sederhana pada kertas millimeter block.
5. Dapat menganalisa data hasil pengukuran di lapangan (sudah sesuai atau
belum dengan apa yang diharapkan).
II. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan pada peta topografi, wilayah Provinsi Lampung dapat digolongkan


menjadi suatu morfologi dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan bergelombang
dan morfologi pegunungan. Morfologi pegunungan dan dataran tinggi menepati
wilayah barat dan timur dikaki pegunungan sedangkan dataran rendah menepati
wilayah pantai. Kondisi geologi wilayah Provinsi Lampung dikelompokan
menjadi tiga satuan batuan yaitu : kelompk batuan pratersier, kelompok batuan
tersier dan kelompok batuan kuarter. Kelompok batuan pratersier terdiri dari
batuan malihan sekis, kuarsit dan genies. Disamping itu mengandung batuan
serpih gamping, batu lempun, batu lempung bersisipan dengan rijang, batu
gamping dan basalt juga terdapat batuan terobosan berupa granit, granodiorit dan
diorit kuarsa. Batuan tersier terdiri dari tufa, batu pasir tufaan, breksi tufaan serta
lava andesit basalt. Bahan kuarter terdiri dari kerikil, pasir lanau dan endapan
vulkanik klastika tufaan. Kondisi geologi di wilayah tengah, yang dilintasi oleh
zona Sesar Sumatra, di tempati oleh satuan batuan berumur tersier terdiri dari
batuan vulkanik yang umumnya sudah terkondolidsi dengan baik. Satuan batuan
ini telah mengalami perlipatan yang sangat kuat dibeberapa tempatmencerminkan
pola kekar yang rapat dan intensif. Satuan batuan kuarter terdiri dari lava andesit,
breksi lahar, tufa, sisipan lempung, endapan vulkanik muda yang belum
terkonsolidasi dengan baik. Kelompok batuan lain yang berumur holosen terdiri
dari endapan sungai, rawa dan pantai. Tektonik diwilayah ini berada pada zona
sesar, yaitu dengan adanya kenampakan beberapa depresi yang diakibatkan karena
adanya pergeseran sesar. Di beberapa daerah tempak ditemukan pula struktur
yang berarah hampir utara-selatan. Struktur regional yang terdapat didaerah ini
adalah perlipatan, sesar, kekar dan kelurusan yang mempunyai arah baratlaut-
tenggara. Sesar sumatra merupakn sesar besar yang memotong daerah tengah ,
yang masih aktif. Struktur kekar yang berkembang di daerah ini adalah kekar
gerus, kekar tarik dan kekar kolam (Prawiradisatra, 2013).

Secara geografis daerah penelitian di tenggara pulau sumatra yang berbatasan


dengan provinsi sumatra selatan dan provinsi bengkulu di bagian utara, samudra
hindia di bagian barat, laut jawa dibagian timur dan selat sunda dibagian selatan.
Daerah pengamatan terletak pada gambar berikut yang ditandai lingkaran merah.
Gambar 1. Peta Geologi daerah pengamatan

Litologi penyusun daerah ini dimulai dari kelompok batuan pratersier yang terdiri
dari kelompok gunung kasih, komplek sulan, formasi manangga. Untuk kelompok
batuan tersier yaitu formasi satu, formasi campung, formasi tarahan. Dan untuk
batuan kuarter yaitu formasi kasai, basal sukadana, dan endapan gunung api muda
dari peta geologi yang disusun oleh Nashimura, et al.
III. TEORI DASAR

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan


tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengn cara mengalirkan
arus listrik DC yang mempunyai tegangan tinggi kedalam tanah. Injeksi arus
listrik ini menggunakan 2 buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan kedalam
tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan
menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan
listrik dalam tanah. tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukir dengan
menggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah elektroda tegangan M
dan N yang jarak lebih pendek dari jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda
AB dirubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda
MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus
listris pada kedalaman yang lebih besar (Broto dan Afifah., 2008).

Berdasarkan pada tujuan penyelidikannaya, metode geolistrik tahanan jenis dapat


dibagi menjadi dua yaitu mapping dan sounding. Aplikasi teknik mapping
memberikan informasi lapisan bawah permukaan secara horisontal, aplikasi tenik
sounding memberikan informasi detail pada kedalaman dan karakteristik air
bawah permukaan pada daerah penelitian. Kombinasi antara data teknik mapping
dan sounding sangat efektif dalam menggambarkan zona air pada suatu area tanpa
mengekksploitasi sumber permukaan pada area tersebut (Ibe & Akaolisa, 2010:
364).

Pada metode sounding, pengukuran pada titik sounding dilakukan dengan jalan
mengubah-ubah jarak elektroda. Pengubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan
secara sembarangan tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian membesar
secara gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan
yang dapat di selidiki. Pada pengukuran sebenarnya pembesaran jarak elektroda
mungkin dilakukan jika dipunyai suatu alat geolistrik yang memadai. Dalam hal
ini, alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus listrik yang cukup besar
atau kalau tidak, alat tersebut harus cukup sensitif dalam mendeteksi beda
potensial yang kecil sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik adalah alat
yang harusmenghasilkan arus listrik cukup besar dan mempunyai sensitifitas yang
cukup tinggi (Hendrajaya, 1990).

Metode resistivitas dengan konfigurasi schlumberger dilakukan dengan cara


mengkondisikan spasi antar elektroda potensial adalah tetep sedangkan spasi antar
elektroda arus berubah secara bertahap. Pengukuran resistivitas pada arah vertikal
atau vertical electrical sounding merupakan salah satu metode geolistrik
resistivitas untuk menentukan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman
yang bertujuan untuk memepelajari variasi resistivitas batuan dibawah permukaan
secara vertikal. Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan
jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman
yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan
kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas ‘log-log’ yang
merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan
menjadi jenis batuan dan kedalamannya (Halik dan Windodo, 2008).

Pengukuran menggunakan konfigurasi elektroda wenner dan schlumberger


dilakukan dengan memindahkan masing-masing elektroda sesuai dengan aturan
konfigurasi yang digunakan. Dari pengukuran dapat diperoleh nilai resistivitas
∆𝑽
semu dengan melakukan perhitungan mengguankan persamaan 𝝆𝒂 = 𝑲 𝑰
,
Dimana K adalah faktor geometri untuk konfigurasi wenner dihitung dengan
persamaan : 𝑲 = 𝟐𝝅𝒂, sedangkan untuk faktor geometri schlumberger dihitung
(𝑳𝟐 − 𝒍𝟐 )
dengan persamaan : 𝑲 = 𝝅 𝟐𝒍
, pada konfigurasi elektroda wenner, kedua
elektroda arus diletakan diluar elektroda potensial, jarak antar elektroda
mempunyai jarak a. Sedangkan pada konfigurasi elektroda schlumberger kedua
elektroda arus diletakan diluar elektroda potensial, setengah jarak antara dua
elektroda potensial l (Gokdi, 2012).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Alat Tulis
2. Form Data Pengukuran
3. Naniura NRD 300HF
4. Aki
5. Voltmeter
6. Palu
7. Kabel
8. Meteran
9. Elektroda Arus dan Potensial

B. Diagram Alir

Mulai

Mempersiapkan alat (Naniura


NRD 300HF)

Melakukan akuisisi data


(Pengukuran)

Mencatat nilai beda potensial


dan beda arus
Mengulangi pengukuran
hingga semua lintasan
terukur

Menghitung nilai resistivitas


sesai rumus

Hasil

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Adapun data hasil pengamatan terdapat pada lampiran.

B. Pembahasan
Dalam metode geolistrik untuk melakukan ekplorasi terdapat beberapa jenis
konfigurasi yang dapat digunakan salah satunya yang digunakn dalam
praktikum ini iyalah konfigurasi schlumberger. Konfinfigurasi schlumberger
merupakan yang menggunakan empat elektroda dengan dua elektroda potensial
(P1-P2 atau M-N) dan dua elektroda arus (C1-C2 atau A-B), yang memiliki
titik tengah antara M-N yang disebut dengan l. Saat digunakan dalam
pengukuran konfigurasi schlumberger relatif tidak mengubah jarak antar
elektroda potensialnya dan hanya mengubah elektroda arusnya. Metode ini
baik digunakan untuk pengukuran secara saonding, tetapi juga bisa digunakan
untuk mapping.

Konfigurasi Schlumberger ini sangat cocok digunakan untuk VES (Vertikal


Electrical Sounding) dan tidak cocok untuk CST (Constant Separation
Traversing). Konfigurasi ini memiliki sensivitas orientasi yang baik, serta
sensitivitas lateral yang baik dalam penentuan ketidak homogenan suatu
batuan. Kelemahan dari konfigurasi ini yaitu pembacaan tegangan pada
elektroda potensial M-N akan lebih kecil pada jarak A-B yang berjarak relatif
jauh, sehingga harus digunakan alat multimeter yang memiliki karakteristik
yang high impedance dengan mengatur tegangan minimal 4 digit atau 2 digit
dibelakang koma, atau dengan menggunakan arus yang bertegangan listrik DC
yang tinggi. Selain memiliki kelemahan konfigurasi ini juga memiliki
keunggulan yaitu kemampuannya untuk mendeteksi adanya sifat yang tidak
homogen pada lapisan batuan pada permukaan yaitu dengan membandingkan
nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak MN/2.

Pada praktikum ini dilakukan pengukuran Sounding dengan konfigurasi


schlumberger yang menggunakan alat Naniura NRD 300HF, dan dilakuan di
lapangan sepak bala UNILA. Dalam pengukuran yang dilakukan pertama
adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, setelah semua lengkap
lakukan pemasangan alat Naniura NRD 300HF pada kabel elektroda arus dan
potensial serta hubungkan pada sumber arus yang disini digunakan aki. Setelah
persiapan alat selesai dilakukan pembentangan meteran, dengan panjang AB
yang digunakan pada preaktikum ini adalah 200 meter, dan pada praktikum ini
hanya ada meteran sepanjang 100 meter maka pembentangan awal dilakukan
sepanjang 100 meter. Setelah itu dilakuakn pemasangan elektroda potensial
dengan MN/2 sejauh 0,5 meter, dan elektroda potensial dengan AB/2 sejauh
1,5 meter, setelah ke empat elektroda terpasang lalu dilakukan penginjeksian
arus dan setelah didapat nilai beda potensial dan arus lalu dilakukan
pemindahan elektroda arus dengan AB/2 menjadi 2,5 meter, 4 m, 6 m, 8 m, 10
m, 12 m, 15 m, dan setelah dilakuakan pengukuran pada AB/2 dilakukan
pemindahan elektroda pontensial menjadi MN/2 sejauh 5 meter, setelah itu
dilakukan lagi pemindahan elektroda arus dengan AB/2 sejauh 20 meter, 25 m,
30 m, 40 m, 50 m, 60 m, 75 m, dan pada AB/2 dilakukan lagi pemindahan
elektroda potensial dengan MN/2 sejauh 10 meter, dan dilakukan pengukuran
lagi dengan AB/2 sejauh 100 meter. Setelah dilakukan pengukuran dengan
AB/2 sejauh 100 meter, dan mendapatkan data dengan 18 titik pengukuran,
maka pengukuran telah selesai. Setelah selesai bereskan dan letakan alat seperti
semula. Dan setelah data nilai beda potensial dan arus dari setiap titik didapat
maka dilakuakn perhitunggan untuk mencari Rho. Kendala dalam praktikum
ini karena meteran hanya dengan panjang 100 meter sedangkan lintasan
pengukuran yang akan dilakukan sepanjang 200 meter, sehingga memperlama
waktu pengukuran.

Konfigurasi Schlumberger baik digunakan dalam pengukuran secara sounding


karena pengukuran dengan konfigurasi ini akan mendapatkan hasil memanjang
kebawah permukaan. Tetapi pengukuran dengan menggunakn konfigurasi ini
analisis datanya cukup sulit karena hanya mendapatkan data 1D yang harus
dikorelasikan untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan dan
memperhatikan data permukaan. Dalam penggambilan data schlumberger
harus didukung dengan data permukaan yang baik dari jenis litologi yang
berada dari daerah sekitar penelitian , hal tersebut bertujuan untuk memberikan
sebuah kolerasi dengan kenyataan yang ada di lapangan.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:
1. Konfigurasi schlumberger banyak digunkan dan cocok untuk pengukuran
secara sounding.
2. Metode geolistrik yang dilakukan secara sounding akan mendapatkan data
kebawah kekedalaman yang sesai dengan jarak AB/2.
3. Konfigurasi schlemberger memiliki kelemahan yaitu pembacaan tegangan
pada elektroda potensial yang kecil ketika jarak A-B nya jauh. Sedangkan
kelebihannya adalah mampu mendeteksi ketidak homogenan batuan.
4. Pada praktikum ini telah diperoleh data dengan pengukuran secara sounding
dengna AB/2 100 meter dan didapatkan 18 titik pengukuran dalam satu line.
5. Penggambilan data schlumberger perlu didukung dengan data permukaan
yang baik dari jenis litologi yang berada dari daerah sekitar penelitian ,
untuk korelasi dengan kenyataan.
DAFTAR PUSTAKA

Broto, S. Dan Afifah R.S.2008.Pengelolahan Data Geolistrik Dengan Metode


Schlumberger.Semarang: Jurusan Teknik Geologi Universitas Diponogoro.

Gokdi, H., dkk.2012.Menentukan Litologi dan Akuifer Menggunakan Mretode


Geolistrik Konfigurasi Wenner dan Schlumberger di Perumahan Wadya
Graha 1 Pekanbaru.Pekanbar:Fakultas MIPA, Universitas Binawidya.

Halik, Gusfan dan Widodo, Jojok.2008.Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan


Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Kampus Tegal Boto
16.Universitas Jember.Media Teknik Sipil, Juli, hal 110.

Hendrajaya, L. 1990. Pengukuran Resistivitas Bumi pada Satu Titik di Medium


Tak Hingga. Bandung: Laboratorium Fisika Bumi ITB.

Ibe, K.K. & C. C. Z. Akoalisa. 2010. Geolectrical Investigation of Geologically


Controlled Hydro-geophysical Parameters in Item Area. South Eastern
Nigeria: International Jurnal of Physical Sciences 5(4), 358-364.

Prawiradisastra, Suryana. 2013. Identifikasi Daerah Rawan Bencana Tanah


Longsor di Provinsi Lampung. Jurnal Saint dan Teknologi Indonesia Vol.
15 No. 1 : 55.
LAMPIRAN
FORM AKUISISI GEOLISTRIK 1D
KONFIGURASI SCHLUMBERGER

Kelompok 2 dan 6 Koordinat X 105.23987


Lokasi Lapangan sepak bola UNILA Y -5.36
Waktu 10/11/2018 (11.43 WIB) Z
Oprator Kelompok 2 dan 6 Kondisi Pan

I (mA) V (V) Rho (Oh


No AB/2 (m) MN/2 (m) K (m)
I II I II I
1 1.5 0.5 6.3 100 84 3.295 2.757 0.208
2 2.5 0.5 18.8 58 57 0.711 0.701 0.23
3 4 0.5 49.5 63 63 0.14 0.138 0.11
4 6 0.5 112.3 64 64 0.096 0.095 0.168
5 8 0.5 200.2 82 82 0.052 0.052 0.127
6 10 0.5 313.2 76 77 0.023 0.024 0.095
7 12 0.5 451.4 73 72 0.012 0.013 0.074
8 15 0.5 705.7 48 48 0.004 0.004 0.059
9 15 5 62.8 48 48 0.066 0.06 0.086
10 20 5 117.8 64 64 0.035 0.035 0.064
11 25 5 188.4 69 69 0.021 0.023 0.057
12 30 5 274.8 82 82 0.02 0.019 0.067
13 40 5 494.6 82 85 0.012 0.013 0.072
14 50 5 777.2 59 59 0.005 0.005 0.066
15 60 5 1122.6 121 120 0.008 0.008 0.074
16 75 5 1758.4 87 86 0.007 0.007 0.141
17 75 10 867.4 87 86 0.009 0.008 0.09
18 100 10 1554.3 122 120 0.005 0.004 0.063
105.23987
-5.36399

anas

Rho (Ohm.m)
Rata-rata Rho
II
0.207 0.2075
0.231 0.2305
0.108 0.109
0.167 0.1675
0.127 0.127
0.098 0.0965
0.081 0.0775
0.059 0.059
0.078 0.082
0.064 0.064
0.062 0.0595
0.063 0.065
0.076 0.074
0.066 0.066
0.078 0.076
0.143 0.142
0.08 0.085
0.052 0.0575

Anda mungkin juga menyukai