Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGARUH PERUBAHAN SUHU MEDIA AIR TERHADAP MEMBUKA


& MENUTUP OPERCULUM IKAN NILEM (Osteochilus hasselti)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air semester genap

Disusun oleh :

Agustina Fatimah Azhara 230110180126


Haya Yumna Azzahra 230110180168
Nabhaan Taqiyyuddiin 230110180174

Kelas :

Perikanan C / Kelompok 14

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum “Pengaruh Perubahan Suhu
Media Air Terhadap Membuka & Menutup Operkulum benih Ikan Nilem
(Osteochilus hasselti) ini.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Fisiologi Hewan Air di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai pengaruh perubahan suhu terhadap membuka dan menutup
operkulum benih ikan nilem.
1. Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu kelompok 14 mengucapkan banyak terima kasih kepada:
2. Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili, M. Si, Dr. Ir. Kiki Haetami, M. Si.,
dan Irfan Zidni, S.Pi.,MP. yang menyampaikan materi dengan baik.
3. Asisten laboratorium Adhardiansyah, S.Pi. yang membimbing penulis
dalam praktikum.
4. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum.
Laporan ini semoga dapat menjadi evaluasi dan tolak ukur dalam
pelaksanaan praktikum Fisiologi Hewan Air di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran dan menjadi bahan perbaikan untuk
kedepannya.

Jatinangor, 14 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................... v


DAFTAR GAMBAR ..................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nilem ............................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi Ikan Nilem ........................................................ 3
2.1.2 Fisiologi Ikan Nilem............................................................. 4
2.2 Suhu ......................................................................................... 4
2.3 Sistem Respirasi ..................................................................... 5
2.3.1 Mekanisme Respirasi .......................................................... 5
2.3.2 Faktor yang mempengaruhi Respirasi ................................. 6

III BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 7
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 7
3.2.1 Alat .................................................................................... 7
3.2.2 Bahan ................................................................................... 8
3.3 Prosedur Praktikum ................................................................. 8
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pribadi dan Data Kelas ................................................ 9
4.1.1 Hasil Kelompok ………………………………………....... 9
4.1.2 Hasil Kelas ……………………………………………... ... 9
4.2 Pembahasan ………………………………………………. ... 10
4.2.1 Pembahasan Data Kelompok ………………………….. .... 11

iii
4.2.2 Pembahasan Data Kelas ....................................................... 12
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 13
5.2 Saran ....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 14

LAMPIRAN ................................................................................ 15

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1 Tabel Alat ....................................................................................... 13
2 Tabel Bahan .................................................................................... 14
3 Tabel Data Kelompok .................................................................... 16
4 Tabel Data Kelas ............................................................................. 17

v
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Ikan Nilem ....................................................................................... 3

2 Data perhitungan buka tutup operkulum ikan nila Kelompok 22 .... 10

3 Data perhitungan buka tutup operkulum ikan nila B ....................... 10

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Alat Yang Digunakan ...................................................................................


17
2 Bahan Yang Digunakan ................................................................................
18

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu merupakan salah satu variabel lingkungan perairan yang sangat
penting. Ikan sebagai hewan ektotermal (poikilotermal) sangat bergantung kepada
suhu. Kenaikan suhu meningkatkan laju metabolisme dalam tubuh, yang pada
hakekatnya adalah naiknya kecepatan reaksi kimiawi. Kenaikan suhu akan
meningkatkan laju pertumbuhan sampai batas tertentu, dan setelah itu kenaikan
suhu justru menurunkan laju pertumbuhan. Setiap ikan diketahui mempunyai
kisaran suhu optimal yang pada suhu tersebut ikan tumbuh maksimal. Jika terjadi
peningkatan suhu udara, maka akan meningkatkan suhu permukaan laut dan
berpengaruh terutama pada pola arus dan tekanan udara di berbagai lautan
sehingga mengubah pola iklim atau cuaca di permukaan bumi.
Ikan adalah hewan vertebrata aquatik berdarah dingin dan dapat ditemukan
di air asin dan air tawar. Ikan memiliki sistem peredaran tertutup, yaitu perjalanan
darah di dalam tubuh berlangsung di dalam pembuluh darah. Sistem peredaran
darah merupakan sistem sirkulasi yang bertanggung jawab untuk mengangkut
darah dan nutrisi ke seluruh tubuh. Sirkulasi darah memegang peranan yang
sangat penting dalam metabolisme, respirasi bahkan pada sistem pertahanan tubuh
dari benda asing dan juga penyakit. Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan
kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa
hormon dan enzim ke organ yang memerlukan.
Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi
masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Pernapasan merupakan salah
satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi kehidupan seekor ikan. Ikan harus
mendapatkan supply oksigen yang cukup di dalam jaringannya agar dapat
melepas energi melalui oksidasi lemak dan gula. Energi yang terlepas
dipergunakan untuk kegiatan tubuh didalam menjalani masa kehidupannya. Ikan
hanya dapat hidup di air dan mempunyai alat pernapasan yang khusus. Ikan

1
bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kanan dan kiri kepala Insang
berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap.
Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam
berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari
sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela).
Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan
bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan
insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan
suhu dingin dan panas pada media air terhadap membuka dan menutup operkulum
benih ikan nilem yang secara tidak langsung untuk mengetahui laju pernapasan
ikan.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan laporan praktikum ini adalah agar mahasiswa
mampu menghitung bukaan operculum atau mulut benih ikan nilem (Osteochilus
hasselti) selama 1 menit.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nilem

Ikan nilem adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae. Di
Indonesia ikan nilem dikenal dengan nama nilem, lehat, magut, regis, milem,
muntu, palung, palau, pawas, puyau, asang, penopa, dan karper. Ikan herbivora ini
diketahui menyebar di Asia Tenggara: Tonkin, Siam (Thailand), Semenanjung
Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa. Ikan nilem merupakan ikan budidaya
untuk konsumsi,terutama di Jawa. Kini, nilem juga diintroduksi ke beberapa
danau Sulawesi.

2.2 Klasifikasi Ikan Nilem

Ikan nilem dapat diklasifikasikan menurut Saanin (1984) adalah sebagai


berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Craniata

Class : Pisces

Subclass : Actinopterygi

Ordo : Ostariophysi

Subordo : Cyprinoidae

Family : Cyprinidae

Genus : Osteochilus

Spesies : Osteochilus hasselti

3
2.3 Fisiologi Ikan Nilem

Ikan nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan. Posisi
mulut terletak diujung hidung (terminal). Posisi sirip perut terletak di belakang
sirip dada (abdominal). Ikan nilem tergolong bersisik lingkaran (sikloid). Rahang
atas sama panjang atau lebih panjang dari diameter mata, sedangkan sungut
moncong lebih pendek daripada panjang kepala. Permulaan sirip punggung
berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-8 sampai ke-10. Bentuk sirip dubur agak
tegak, permulaan sirip dubur berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-22 atau ke-
23 di belakang jari-jari sirip punggung terakhir. Sirip perut dan sirip dada hampir
sama panjang. Permulaan sirip perut dipisahkan oleh 4 – 4 1/2 sisik dari sisik
garis rusuk ke-10 sampai ke-12. Sirip perut tidak mencapai dubur. Sirip ekor
bercagak. Tinggi batang ekor hampir sama dengan panjang batang ekor dan
dikelilingi oleh 16 sisik (Weber dan de Beaufort 1916 dalam Nuryanto 2001).
Menurut Hardjamulia (1979) ikan nilem berdasarkan warna sisiknya dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu ikan nilem yang berwarna coklat kehitaman (ikan
nilem yang berwarna coklat hijau pada punggungnya dan terang di bagian perut)
dan ikan nilem merah (ikan nilem yang berwarna merah atau kemerah-merahan
pada bagian punggungnya dan pada bagian perut agak terang).

2.4 Suhu

Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan suatu ukuran derajat panas atau
dinginnya suatu benda. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang
dimiliki suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing
bergerak,baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan ditempat berupa
getaran.

Suhu ruangan merupakan suhu yang terdapat disuatu lingkungan yang dapat
berubah secara normal dan tidak terlalu mempengaruhi kedaan lingkungan
sekitarnya. Suhu tinggi memiliki pengertian yaitu suhu yang memiliki derajat
panas yang cukup tinggi untuk memberikan efek panas terhadap lingkungan

4
sekitar. Suhu rendah merupakan suhu yang memiliki derajat panas yang cukup
rendah untuk memberikan efek dingin bagi lingkungan sekitarnya.

2.5 Sistem Respirasi

Respirasi adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida


oleh darah melalui permukaan alat pernapasan. Proses pengikatan oksigen
tersebut dipengaruhi struktur alat pernapasan, juga dipengaruhi perbedaan tekanan
parsial O2 antara perairan dengan darah. Perbedaan tersebut menyebabkan gas-
gas berdifusi ke dalam darah atau keluar melalui alat pernapasan.

2.6 Mekanisme Respirasi

Mekanisme respirasi pada ikan secara umum sama, namun ada perbedaan
kecil antara golongan Elasmobranchi dengan Teleostei. Namun yang akan dibahas
hanyalah mekanisme pernapasan golongan Elasmobranchi. Ikan yang termasuk
dalam golongan Elasmobranchi mempunyai mekanisme respirasi sebagai berikut :

~ Tahap Pertama (inspirasi). Mulut terbuka, rongga mulut dan tekak


mengembang, rongga insang berkontraksi dan celah insang menutup. Pada saat
tersebut air dari luar masuk ke dalam rongga mulut. Kemudian menutup, rongga
mulut berkontraksi (memyempit), rongga insang mengembang, celah insang
tertutup. Air bergerak dari rongga mulut ke rongga insang. Pada saat tersebut
oksigen terlarut dalam air berdifusi masuk melalui membran sel pada lamela
sekunder dan diikat oleh hemoglobin butir darah merah pada kapiler darah.

~ Tahap Keduan (ekspirasi). Mulut tertutup, rongga mulut berkontraksi


(menyempit), dan celah insang terbuka. Pada saat ekspirasi ini air bergerak keluar
dari rongga insang melalui celah insang. Pada proses difusi yang berperan dalam
pertukaran gas adalah lamela yang merupakan bagian dari filamen insang. Ujung
lamela ini sangat tipis ditutupi oleh epitelum yang memiliki jaringan kapiler darah
dan disokong oleh sel kapiler sel pilar. Pengambilan oksigen dari air tidak hanya
ditentukan oleh lamela, tetapi juga oleh arah darah dan sirkulasi air. Sirkulasi ini
mengikuti sistem arus berlawanan ( counter-current system ), dimana air berisikan
oksigen mengalir dari rongga mulut ke arah belakang, sedangkan darah dalam

5
lamela mengalir dari pembulub darah aboral lamellar afferent ke arah oral
lamellar efferent. Sistem arus berlawanan darah dan air menata suatu persilangan
gradien difusi insang antara oksigen yang masuk dan karbondioksida yang
meninggalkan insang.

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi

Menurut Affandi (2002) dalam Anwar et.al, (2009), faktor-faktor yang


mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen terbagi menjadi dua, yaitu faktor luar
dan dalam. Faktor luar dipengaruhi oleh tekanan parsial oksigen dan suhu.
Peningkatan suhu pada batas tertentu akan diikuti dengan peningkatan laju
metabolisme. Sedangkan faktor dari dalam adalah yang berkaitan langsung
dengan ikan itu sendiri, seperti ukuran ikan, aktifitas dan kondisi kesehatan ikan.

Menurut Mattians, dkk (1998) dalam Ratningsih (2008), respirasi pada ikan
berhubungan luas dengan permukaan organ respirasi, darah, dan kemampuan dari
organisme untuk mendeteksi pengurangan oksigen pada lingkungan dan upaya
penyesuaian fisiologis untuk mengimbangi kekurangan oksigen. Sedangkan
menurut Chahaya (2003) dalam Ratningsih (2008), partikel-partikel bahan organic
terlarut yang ikut terhisap bersama air secara terus-menerus dapat mengganggu
proses respirasi pada ikan. Bereaksinya partikel tersebut dengan fraksi tertentu
dari lender insang menyebabkan lender yang berfungsi sebagai pelindung
diproduksi lebih banyak sehingga terjadi penumpukan lendir yang menutupi
lamella insang. Berkurangnya oksigen terlarut dan terhambatnya proses respirasi
pada ikan mengakibatkan menurunnya laju konsumsi oksigen.

6
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air tentang Pengaruh Perubahan
Suhu Panas dan Dingin Terhadap Membuka & Menutup Operkulum Benih Ikan
Nilem (Osteochilus hasselti) ini berlangsung pada tanggal 13 Maret 2019
bertempat di laboratorium Fisiologi Hewan Air, Gedung 2 Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini sebagai berikut :

3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum hematokrit kali ini sebagai berikut :

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum

No Nama Alat Fungsi


Sebagai tempat ikan sebelum dan setelah
1 Wadah Plastik
diamati
2 Beaker glass Sebagai tempat ikan pada saat diamati

3 Waterbath Sebagai pemanas air

4 Hand counter Untuk menghitung bukaan operculum

5 Timer / stopwatch Untuk mengamati waktu

Thermometer Hg
6 Untuk mengukur suhu air
/ alkohol

7
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebahai berikut :
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum

No Nama Bahan Fungsi

1 Ikan Nilem Sebagai objek yang akan diamati

2 Stok es batu Untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan

3 Air panas Untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan

Gambar 2. Prosedur yang digunakan dalam praktikum

Persiapkan wadah yang sudah diisi dengan air, ukur suhunya

Kemudian masukan ikan nilem

Lakukan perhitungan buka tutup operkulum ikan selama 1 menit

Pengamatan dilakukan 3x, kemudian ganti ikan setiap penghitungan selesai

Tambahkan es untuk menurunkan suhu (-3oC) lalu lakukan pengamatan seperti


diatas

Tambahkan air panas untuk menaikan suhu (+3oC) lalu lakukan pengamatan
seperti diatas

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut :
4.1.1 Tabel Hasil Kelompok
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data kelompok
14 hasil penghitungan Operculum pada Ikan Nila sebagai berikut :

Gambar 2. Grafik data perhitungan buka tutup Operkulum Ikan Nila pada
Kelompok 14

Grafik Hasil Pengamatan Kelompok


Bukaan Operculum (kali/menit)

300
233 237 241 241
250 222
193 193 195
200
136
150
100
50
0
Suhu Dibawah Suhu Kamar Suhu Kamar Suhu Diatas Suhu Kamar

Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3

4.1.2 Tabel Hasil Kelas


Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data (data
seluruh kelompok) hasil perhitungan buka tutup operkulum ikan nila sebagai
berikut :

9
Gambar 3. Grafik data perhitungan buka tutup operkulum Ikan Nila Kelas
Perikanan C

HASIL RATA - RATA KELAS SUHU KAMAR


300
Bukaan Operculum (kali/menit)

250

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

IKAN 1 IKAN 2 IKAN 3 RATA - RATA KELOMPOK

HASIL RATA - RATA KELAS DIATAS SUHU KAMAR


350
Bukaan Operculum (kali/menit)

300

250

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

IKAN 1 IKAN 2 IKAN 3 RATA - RATA KELOMPOK

10
RATA - RATA KELAS DIBAWAH SUHU KAMAR
300
Bukaan Operculum (kali/menit)

250

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

IKAN 1 IKAN 2 IKAN 3 RATA - RATA KELOMPOK

HASIL RATA - RATA PADA TIAP SUHU


250
Bukaan Operculum (kali/menit)

200

150

100

50

0
SUHU KAMAR SUHU DIATAS SUHU KAMAR SUHU DIBAWAH SUHU
KAMAR

IKAN 1 IKAN 2 IKAN 3 RATA - RATA SELURUH IKAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Data Kelompok


Dari data yang didapatkan bukaan operculum ikan nila yang paling banyak
yaitu terdapat pada media air dengan suhu diatas suhu kamar, yang kedua yaitu
suhu kamar, dan yang terakhir yaitu dengan suhu dibawah suhu kamar. Dengan

11
nilai rata – rata seluruh ikan pada suhu diatas kamar yaitu 228, suhu kamar yaitu
194, dan suhu dibawah kamar yaitu 172.
Ikan merupakan hewan poikilotermik (berdarah dingin) yang berarti suhu
tubuhnya beradaptasi dengan suhu lingkungannya. Adaptasi fisiologi ikan salah
satunya berhubungan dengan system respirasi. Pada adaptasi ini terlihat dari
gerakan operculum ikan. Adapatasi ini dipengaruhi oleh temperature dan keadaan
lingkungannya. Kenaikan suhu pada suatu perairan menyebabkan kelarutan
oksigen atau dissolve oxygen (DO) di peraiaran tersebut akan menurun, sehingga
kebutuhan organisme air terhadap oksigen semakin bertambah dengan pergerakan
operculum yang semakin cepat, penurunan suhu pada suatu perairan
dapatmenyebabkan kelarutan oksigen dalam perairan itu meningkat sehingga
kebutuhan organisme dalam air terhadap oksigen semakin berkurang, hal ini
menyebabkan jarangnya frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada
ikan tersebut (Yulianto 2011).

4.2.2 Pembahasan Data Kelas


Dari hasil pengamatan kelas Perikanan C buka tutup operculum yang
paling banyak pada suhu diatas kamar yaitu terjadi pada kelompok 11 pada ikan
ketiga dengan nilai 296, lalu pada suhu kamar bukaan operculum tertinggi pada
kelompok 3 ikan ke-3 dengan nilai 251, dan untuk suhu dibawah kamar bukaan
operculum tertinggi dipegang oleh kelompok 3 pada ikan ke-3 dengan nilai angka
255.
Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar maka tingkat
frekuensi membuka dan menutupnya mulut akan semakin lambat dari pada suhu
kamar.Dengan adanya penurunan temperature, maka terjadi penurunan
metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O₂ menurun, sehingga
gerakannya melambat. Penurun O₂ juga dapat menyebabkan kelarutan O₂ di
lingkungannya meningkat. Di dalam tubuh ikan suhunya bisa berkisar ± 1°
dibandingkan temperature lingkungannya (Nikolsky 1927). Maka dari itu,
perubahan yang mendadak dari temperature lingkungan akan sangat berpengaruh
pada ikan itu sendiri.

12
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan hasil praktikum tersebut dapat diambil kesimpulan
semakin tinggi suhu lingkungan maka semakin banyak bukaan
operculum/menitnya, hal ini dikarenakan ikan merukapakan hewan berdarah
dingin (poikiloterm) oleh karnanya suhu tubuh ikan ini mengikuti suhu
lingkungannya dan jika semakin tinggi suhu tubuhnya maka semakin cepat
metabolismenya.

5.2 Saran
Berikut hasil laporan praktikum kelompok kami agar dapat lebih baik
kedepannya kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah di kemudian hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ariana, D. 2013. Anatomi Ikan Nilem (Osteachilus hasselti) dan Ikan Lele (Claria
batrachus). Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Islamy, R.A. 2012. Fisiologi Hewan Air Respirasi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
Bhagawati. D, M. N. Abulias, A. Amurwanto. 2013. Fauna Ikan Siluriformes
Dari Sungai Serayu, Banjaran, dan Tajum di Kabupaten Banyumas. Jurnal
MIPA, 36 (2): 112-122. Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.

14
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat yang digunakan

Termometer suhu Wadah penampung

Hand counter Beaker glass

Wadah plastik

15
Lampiran 2. Bahan yang digunakan

Ikan Nilem

Lampiran 3. Kegiatan Praktikum

Lampiran 4. Daftar Tabel Hasil Kelompok


Bukaan Operkulum Pada Suhu Kamar
Ulangan Ke
Ikan ke Rata-Rata
1 2 3
1 179 192 214 195
2 221 219 224 222
3 252 228 219 233
Rata-Rata 217

16
Bukaan Operkulum Pada Suhu Dingin
Ulangan Ke
Ikan ke Rata-Rata
1 2 3
1 134 138 135 136
2 194 188 195 193
3 215 177 186 193
Rata-Rata 174

Bukaan Operkulum Pada Suhu Panas


Ulangan Ke
Ikan ke Rata-Rata
1 2 3
1 257 221 231 237
2 247 252 222 241
3 239 227 256 241
Rata-Rata 240

Lampiran 5. Daftar Tabel Hasil Kelompok Kelas Perikanan C

Kelompok Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin


1 196 204 185
2 229 255 199
3 232 254 240
4 166 177 154
5 195 222 180
6 171 221 142
7 164 189 143
8 203 250 194
9 193 248 172
10 167 210 141
11 227 282 216
12 164 210 158
13 142 195 165
14 217 240 174
15 211 260 165
16 190 219 179
17 196 233 120
18 214 229 175
19 217 246 186
Rata-rata 194 229 173

17

Anda mungkin juga menyukai