Pemerintah Kabupaten Garut: Ema Arum Rukmasari
Pemerintah Kabupaten Garut: Ema Arum Rukmasari
Pemerintah Kabupaten Garut: Ema Arum Rukmasari
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum
dapat berlangsung cepat sehingga seringkali tidak terpantu, tanpa pengobatan yang
ini karena neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan
imunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi
berat badan lahir rendah (BBLR) kondisinya lebih berat sehingga sepsis lebih sering
ditemukan pada BBLR. Selain itu, infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir
di Rumah Sakit. Ini dapat terjadi karena bayi terpajan pada kuman yang berasal dari
orang lain karena bayi tidak memiliki imunitas terhadap kuman tersebut. Tindakan
invasif yang dialami neonatus juga meningkatkan resiko terjadinya sepsis karena
B. PATOFISIOLOGI
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan
umbilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman
penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain
Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis, dan
toksoplasma.
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan
serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan
lain, yaitu saat persalinan. Cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat
terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius,
Selain melalui cara tersebut, infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit
bayi dan port the entry lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi
lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot).
Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun
tindakan.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik
serta dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang
Hipertermi atau hipotermi atau bahkan normal, aktivitas lemah atau tidak ada
digunakan untuk menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan
darah tepi, umumnya ditemukan anemia, laju endap darah mikro tinggi, dan
umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan
lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis, setelah dua atau tiga
kali biakan memberikan basil posistif dengan kuman yang sama. Pemeriksaan lain
yang perlu dilakukan antara lain pemeriksaan protein reaktif C, IgM dan IgA,
pewarnaan gram.
pengobatan yang memadai, gangguan ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu
pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang
kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai
bila diperlukan.
mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan,
melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan menghindari perlukaan
3. Sesudah persalinan.
dan sesudah memegang bayi, pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai
menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit
pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperileh, tidak toksik, dapat menembus
sawar darah otak, dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
3. Ada atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia,
gonorea, dll).
3. Regurgitasi.
4. Peka rangsang.
5. Pucat.
9. Hipotermi.
1. Hipertermia.
2. Pernapasan mendengkur.
5. Pucat.
7. Hipotensi.
8. Dehidrasi.
9. Sianosis.
10. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.
11. Pada kulit terdapat ruam, petekiae, pustula dengan lesi atau herpes.
2. Bilirubin.
3. Protein aktif C.
4. Imunoglobulin IgM.
Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeiksaan darah tepi dan
jumlah leukosit.
menderita infeksi.
Intervensi keperawatan :
streptokokus.
f. Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah
2. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea,
atau iritabilitas.
3. Kaji tanda infeksi yang berhubungan dengan sistem organ, apnea, takipnea,
Intervensi keperawatan :
6. Siapkan untuk transfusi tukar dengan packed cell darah merah atas indikasi
sepsis.
minuman.
Intervensi keperawatan :
dengan apnea.
Tujuan : Mengatur dan membantu usaha bernapas dan
kecukupan oksigen.
Intervensi keperawatan :
3. Sediakan oksigen lembab dan hangat dengan kadar O 2 yang rendah untuk
6. Amati gas darah yang ada atau pantau tingkat analisis gas darah sesuai
kebutuhan.
Intervensi keperawatan :
kamar bayi.
2. Isolasi bayi yang datang dari luar ruang perawatan sampai hasil kultur
dinyatakan negatif.
3. Keluarkan bayi dari ruang perawatan atau ruang isolasi yang ibunya
5. Sterilkan semua peralatan yang dipakai, ganti selang dan air humidifier
dengan yang steril setiap hari atau sesuai ketentuan rumah sakit.
perawatan.
8. Semua perawat atau petugas lain mencuci tangan sesuai ketentuan setiap
9. Ambil sampel untuk kultur dari peralatan, bahan persdiaan dan banyak
10. Jelaskan pada orang tua dan keluarga, ketentuan yang harus ditaati saat
mengunjungi bayi.
Intervensi keperawatan :
1. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme
koping.
2. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi,
merawat bayi.
KONSEP DASAR
SEPSIS NEONATORUM
A. DEFINISI
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan
terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga
seringkali tidak terpantu, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48
jam.
Sepsis neonatorum merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini karena
neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan
leukosit imunitas masih rendah, imunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum
sembuh. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) kondisinya lebih berat sehingga sepsis lebih sering
ditemukan pada BBLR. Selain itu, infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di Rumah Sakit.
Ini dapat terjadi karena bayi terpajan pada kuman yang berasal dari orang lain karena bayi tidak
memiliki imunitas terhadap kuman tersebut. Tindakan invasif yang dialami neonatus juga
meningkatkan resiko terjadinya sepsis karena tindakan invasif meningkatkan resiko terjadinya infeksi
nasokomial.
B. PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara, yaitu :
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir.
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke
dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang
dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis,
influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis, dan
toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan.
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik
mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis. Selanjutnya kuman
melalui umbilikalis masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan. Cairan amnion yang
sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain melalui cara tersebut, infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi dan port
the entry lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya :
herpes genitalis, candida albican dan n. Gonorrea).
c. Pada masa pascanatal atau sesudah persalinan.
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial dari
lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat pengisap lendir, selang endotrakea, infus,
selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nasokomial. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.
Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi. Faktor
predisposisi tersebut diantaranya :
C. Penyakit infeksi yang diderits ibu selama kehamilan.
D. Perawatan antenatal yang tidak memadai.
E. Ibu menderita eklampsi, DM.
F. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
G. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.
H. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.
I. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak.
J. Ketuban pecah dini, amnion hijau kental dan berbau.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta dapat
mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada
neonatus yang menderita sepsis :
D. Tanda dan gejala umum.
Hipertermi atau hipotermi atau bahkan normal, aktivitas lemah atau tidak ada dan tampak
sakit, berat badan menurun tiba-tiba.
E. Tanda dan gejala pada saluran pernapasan.
Dispnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot pernapasan, merintih, mengorok, dan
pernapasan cuping hidung.
F. Tanda dan gejala pada sistem kardiovaskuler.
Hipotensi, kulit lembab, pucat dan sianosis.
G. Tanda dan gejala pada saluran cerna.
Distensi abdomen, malas atau tidak mau minum, muntah, diare.
H. Tanda dan gejala pada sistem saraf pusat.
Reflek moro abnormal, iritabilitas, kejang, hiporefleksi, fontanel anterior menonjol,
pernapasan tidak teratur.
I. Tanda dan gejala hematologi.
Tampak pucat, ikterus, ptekiae, purpura, perdarahan, splenomegali.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan tes resistensi, dapat digunakan untuk
menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi, umumnya ditemukan
anemia, laju endap darah mikro tinggi, dan trombositopenia. Biakan perlu dilakukan terhadap darah,
cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase atau
hasil isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis, setelah dua atau tiga kali
biakan memberikan basil posistif dengan kuman yang sama. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan
antara lain pemeriksaan protein reaktif C, IgM dan IgA, pewarnaan gram.
ASUHAN KEPERAWATAN
D. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data. Yang perlu dikaji adalah
:
5. Status sosial-ekonomi, riwayat perawatan antenatal, ada/tidaknya ketuban pecah dini, partus
lama atau sangat cepat (partus presipitatus).
6. Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain.
7. Ada atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll).
8. Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (misal
toksoplasmosis, rubella, toksemia gravidarum, dan amnionitis).
Pada pemeriksaan fisik, data yang akan ditemukan meliputi :
11. Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama).
12. Tidak mau minum atau refleks mengisap lemah.
13. Regurgitasi.
14. Peka rangsang.
15. Pucat.
16. Hipoteri dan hiporefleksi.
17. Gerakan putar mata.
18. Berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis.
19. Hipotermi.
20. Tampak ikterus.
Data lain yang mungkin ditemukan adalah :
12. Hipertermia.
13. Pernapasan mendengkur.
14. Bradipnea atau apnea.
15. kulit lembab dan dingin.
16. Pucat.
17. Pengisian kembali kapiler lambat.
18. Hipotensi.
19. Dehidrasi.
20. Sianosis.
21. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.
22. Pada kulit terdapat ruam, petekiae, pustula dengan lesi atau herpes.
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :
6. Kadar gula darah serum.
7. Bilirubin.
8. Protein aktif C.
9. Imunoglobulin IgM.
10. Hasil kultur cairan serebrospinal, darah, apusan hidung, umbilikus, telinga, pus dari lesi, feses
dan urine.
Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeiksaan darah tepi dan jumlah leukosit.
Pengertian
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik
dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sangat cepat , bayi dapat
meninggal dalam 24-48 jam.
2. Intranatal :
a. kuman pada vagina dan serviks naik amnionitis, korionitis
umbilicus sepsis
b. Cairan amnion yang terinfeksi terinhalasi oleh bayi
c. Kulit bayi (port de entre) terkontaminasi saat lahir (misalnya : herpes
genitalis, candida albicans, gonorrea
Faktor Predisposisi
1. Infeksi ibu selama kehamilan
2. Kurang perawatan antenatal
3. Eklampsia, DM
4. Partus lama, partus dengan tindakan, kurang higienies
5. Prematur, BBLR, Cacat bawaan.
6. Trauma lahir, asfiksia, tindakan invasive pada neonatus.
7. Tidak menerapkan rawat gabung
8. Sarana perawatan kurang baik, bangsal penuh sesak
9. Ketuban pecah dini, amnion hijau kental dan berbau.
10. Pemberian minum menggunakan botol dan pemberian minum buatan.
Laboratorium
1. Darah tepi : anemia, LED meninggi, trombositopenia
2. Biakan darah, CSS, Usapan umbilicus, lubang hidung, lesi, pus konjungtiva,
cairan drainage, cairan lambung.
3. Pemeriksaan protein reaktif C, IgM, IgA
Pencegahan
1. Antenatal : pemeriksaan secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap
infeksi yang diderita ibu, gizi cukup, penanganan segera, rujukan memadai
2. Intranatal : A’septik, Intervensi kepada ibu dan bayi seminimal mungkin,
observasi ibu dan janin selama persalnan, rujukan yang cepat bila perlu,
Hindari perlukaan kulit dan selaput lender
3. Postnatal : Rawat gabung, pemberian ASI segera, Alat dan lingkungan bersih,
perawatan luka/tindakan invasive a’septik, hindari luka pada selaput lender,
mencuci tangan dengan desinfektan, pantau kondisi serta dokumentasi yang
baik, petugas harus sehat, bayi infeksi diisolasi,
Pengobatan
1. Prinsip : mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan
umum dengan cairan intravena dan nutrisi
2. Pengobatan :
- Ampisilin 200 mg/kgbb/hari, 3-4 kali pemberian
- Gentamisin 5 mg/kgbb/hari, 2 kali pemberian
- Kloramfenikol 25 mg/kgbb/hari, 3-4 kali pemberian
- Sefalosporin 100 mg/kgbb/hari, 2 kali pemberian
- Eritromisin 50 mg/kgbb/hari, 3 kali pemberian
Rencana Keperawatan :
1. Gangguan rasa aman : infeksi b/d penularan pada Prenatal, intra natal an
postnatal
a. Kaji factor resiko infeksi
b. Kaji tanda infeksi (fisik, lab, kultur)
c. Tempatkan pada Suhu lingkungan netral
d. Berikan cairan dan nutrisi sesuai kondisi
e. Siapkan tranfusi : packed cel darah merah
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intoleransi
a. Kaji intoleran terhadap minuman
b. Hitung kebutuhan minum
c. Ukur intake dan output
d. Timbang BB setiap hari
e. Catat perilaku makan dan aktifitasnya secara akurat
f. Pantau koordinasi reflek mengisap dan menelan
g. Ukur BJ urine
h. Beri minum adekuat
i. Pantau distensai abdomen
Gambaran Klinik :
* Sebagian besar ditemukan pada minggu ke I kehidupan. Juga ditemukan sebagai
konstipasi
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Rusepno. 1986. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 3. Jakarta: Bagian Ilmu
Mansjoer Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta: FKUI.
RI.
LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS NEONATORUM
1. Definisi
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama
empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam
terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom
parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes,
2000)
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama
sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya
pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis
bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah
rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun
jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009). Sepsis dapat dibagi menjadi
dua yaitu,
organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan
2008)
2.3 Etiologi
terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai dengan 3 bulan. Streptococcus grup B
antara lain:
a. Perdarahan
e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu
dari setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama
terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan
aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum
terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari
semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan
4. Patofisiologi
infeksi didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu selam proses persalinan
1. Faktor Maternal
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi
kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit
putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur
e.Prosedur selamapersalinan
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan
kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah
opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki
3. Faktor Lingkungan
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari
ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi
karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan
melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat
bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang
terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
umbilikus (AsriningS.,2003)
5. Manifestasi Klinik
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai
berikut,
merintih, sianosis
bradikardi
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah
dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
pada ubun-ubun
6. Pemeriksaan Penunjang
Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai cut off tepat yang
optimal, nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%, spesifisitas
lebih dari 85%, Positive Probable Value (PPV) lebih dari 85%, Negative
Probable Value (NPV) mendekati 100%, dan dapat mendeteksi infeksi pada tahap
awal. Kegunaan klinis dari pertanda diagnostik yang ideal adalah untuk
hitung neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total
(I:T), mikro Erytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung trombosit. Tes
laboratorium yang dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes
cepat (rapid test) untuk deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.
sebagai berikut: IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6
(atau IL1-ra 0, IL8, G-CSF, TNF, CRP, dan hematological indices pada hari ke-
0); CRP, IL6 (atau GCSF dan hematological indices pada hari ke-1); dan CRP
7. Penatalaksanaan
jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan
Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2
diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ½ sampai 1 jam pelan-
pelan).
lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika
diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v
dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi
khusus).
transfusi tukar
a. Kriteria Hasil
2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan
aksila, leher dan lipatan paha, hindari terdapat pembuluh-pembuluh dasar besar
demam
a. Kriteria Hasil
2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan
jam dan pantau warna kulit akan mempengaruhi proses regulasi
hipertermi, dan pertimbangkan untuk pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk
dengan asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
dengan jumlah pemberian yang telah diperlukan untuk mencegah bayi dari
a. Kriteria Hasil
INTERVENSI RASIONAL
1. perawatan sirkulasi (misalnya periksa 1. meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
dan haluaran
4. PK: Trombositopenia
a. Tujuan
trombosit.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau JDL, hemoglobin, tes koagulasi Nilai ini membantu mengevaluasi respon
spontan atau perdarahan hebat : ptekie, dibutuhkan untuk menjamin deteksi dini
Daftar pustaka
Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet di
http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-
1uyr3qilmiahpopular.doc
Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum
Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta : EGC.
http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium
melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.html
http://www.indonesiaindonesia.com/images_greenish/misc/navbits_finallin
k.gif