Anda di halaman 1dari 10
KETAHANAN NASIONAL DAN MILENIUM KETIGA T. Jacob*) Ketahanan nasional, yang begitu ditonjolkan dan digembar-gemborkan hampir dalam setiap pidato pejabat, ternyata sangat lemah dan rapuh. Banyak uang, waktu, dan usaha telah dicurahkan untuk mencipta dan meningkatkan ketahanan nasional ternyata tidak efisien, bahkan hampir tidak ada gunanya. Pikiran dan tulisan telah banyak di- hasilkan, tetapi implementasinya mengalami hambatan atau kegagalan. Ini sebenarnya adalah kekhasan Orde Baru: banjir retorika, tetapi kemarau pelaksanaan. Ini sesuai dengan salah-seBut istilah auctor intellectualis menjadi actor intellectualis. Auctor intellectualis adalah athor gagasan, otak di belakang tangan, sedangkan tangannya adalah aktor di lapangan, actor practicalis, Actor intellectualis adalah istilah rancu, otak yang memanipulasi, pikiran yang bekerja fisik, sehingga tidak ada yang benar-benar berhasil. Otak berkerah biru, sedangkan tangan berkerah putih. Memang diketahui, seraya sering dilupakan, bahwa ke- tahanan nasional bersegi banyak. Dalam kerangka security approach, yang biasa dibayangkan adalah ketahanan militer dan politik, padahal security juga bersegi ban- yak. Meskipun akronim “han- kampoleksosbud” kerap kali diu- capkan, orang sering lupa pada ketahanan ekologis, ketahanan pendidikan, ketahanan de- mografis evolusioner dan keta- hanan moral. Ketahanan hukum dan agama pun hanya mendu- duki baris ketiga. Dari kelemah- an-kelemahan inilah sebenar- nya berpuncak segala krisis atau krisis multifaset yang kita alami sejak dua tahun yang lalu dan masih belum tampak akhirnya. Hidup seseorang atau suatu bangsa bukanlah sekadar poli- tik dan militer, tetapi utuh me- liputi berbagai bidang, yang untuk mudah memahaminya, telah dipilah-pilah. *) Prof. Dr. T. Jacob, M.S., M.D., D.Sc, Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM, Kepala Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah ‘Mada Yogyakarta 21 22 Ketahanan Militer Kalau kita telaah satu per sa- tu, maka ketahanan militer juga rapuh. Acap kali dibayangkan oleh luar negeri dan oleh diri kita sendiri, bahwa ABRI adalah or- ganisasi yang paling baik dan pa- ling berdisiplin. Tetapi disiplin ini hanya tampak dan bekerja da- Jam baris-berbaris dan bersera- gam. Di luar itu tingkat disiplin sama saja dengan disiplin ma- syarakat. Malahan mungkin disi- plin masyarakat lebih baik, kare- na dalam batas tertentu orang dapat membantah atau memper- lihatkan ketidakpatuhan sipil, se- dangkan dalam ABRI garis ko- mando jelas dan tegas. Tidak mengherankan, kalau seorang perwira yang diserahi tugas si- pil, untuk menjaga disiplin yang pertama-tama dilakukannya adalah memberi seragam dan melatih baris-berbaris. Kesulitan organisatoris yang lain adalah komandan bebas dari tanggung jawab kesalahan anak buahnya. Yang bersalah hanya dianggap oknum-oknum, pada- hal banyak penyimpangan ber- sifat sistemis. Misalnya pungutan liar tertentu bersistem dengan upeti ke atas, kebocoran atau pembagian ke samping, dan te- tesan ke bawah. Dipersatukannya polisi de- ngan militer juga merupakan perkawinan yang inkompatibel. Jurnal Ketahanan Nasional, IV (1), April 1999 Tugas polisi menjaga keamanan dalam negeri dan ketertiban ma- syarakat, penegakan hukum, dan pengusutan kejahatan men- jadi terbengkalai, dan tersubor- dinasi pada ABRI in sensu stricto (dalam arti sempit) dan sering terkalahkan. Polisi tidak berdaya kalau salah satu angkatan, me- lakukan penyelundupan, melin- dungi perjudian atau pergan- jaan, penganiayaan, penga- wasan senjata api, pemanfaatan preman, pelanggaran lalu-lintas dan sebagainya. Solidaritas ke- ABRI-an lebih tinggi daripada hormat terhadap hukum dan keadilan, semangat korpus (corpsgeest, l’ésprit de corps) lebih dihargai daripada perikemanu- siaan dan moral. Solidaritas te- cermin pula pada pertukaran bintang kehormatan antara an- gkatan secara berkala. Salah satu yang sangat meng- ganggu lagi adalah dwifungsi ABRI, yaitu peranan militer dan pertahanan serta peranan poli- tik dan sosial. Sebetulnya ABRI selama ini melakukan trifungsi, ditambah dengan peranan eko- nomi, ABRImempunyai kepen- tingan ekonomis, perdagangan, finansial dan moneter yang ber- ada di luar pengawasan Depar- temen-departemen di bawah Menko Ekuin, BPK dan DPR. Secara teritorial kepentingan- nya berada di pulau-pulau basah atau setengah basah, seperti Su- T. Jacob, Ketahanan Nasional dan Milenium Ketiga 23 matera, Kalimantan, Jawa, Bali, Irian dan Timor Timur. Secara sektoral ia meliputi gas dan minyak bumi, kehutanan, perkebunan, pengangkutan, in- dustri, perbankan, pengamanan, Deplugri, dan lain-lain. Menurut tolok internasional jumlah jenderal kita sangat ting- gi, mutasi (horizontal dan ver- tikal) dan pensiun terlalu cepat, sehingga harus dicarikan ke- dudukan sipil untuk menam- pung mereka (bupati, gubernur, anggota DPR, dirjen, irjen, sekjen, menteri, duta besar, kon- sul jenderal, komisaris bank dan perusahaan negara). Harus di- akui ada suatu persentasi yang memang berbakat menduduki pekerjaan-pekerjaan itu, tetapi dalam hal-hal lain menjadi sebab tidak berjalannya dengan baik pemerintahan dalam negeri, di- plomasi, perusahaan dan kehidup- an sipil, yang akhirnya mengan- tar bangsa ke krisis politik, eko- nomi, moneter dan ekologis. Kita kuatir dengan peranan- nya yang meningkat dalam poli- tik dan ekonomi, tugas militer dan pertahanannya menderita. Wak- tu untuk mempelajari persen- jataan modern makin sedikit, demikian pula teknik intelijens. Pelatihan intelijens di Amerika Serikat terlalu diarahkan pada perlawanan terhadap terorisme, terutama “fundamentalis Islam” dan “radikal kota”. Pejabat-peja- bat militer tidak jarang menyata- kan, bahwa ABRI jangan hanya dipakai waktu perjuangan mela- wan musuh, tetapi waktu kenduri tidak diajak ikut serta. Tetapi se- mua pihak dapat berkata demiki- an dalam masyarakat modern dengan pembagian kerja yang sudah lanjut. Dokter dapat ber- kata, waktu wabah dan sakit ter- minal, baru mereka dibutuhkan, tetapi dalam keadaan sehat dan senang acap dilupakan. Demiki- an pula guru, petani, pengacara, insinyur dan lain-lain. Sebaliknya rakyat mengeluh, kalau ada konfrontasi atau ke- rusuhan, dikatakan keamanan dan pembelaan tanah air bukan urusan ABRI saja dan rakyat didaftar sebagai sukarelawan, satpam swakarsa, wanra, ratih dan sebagainya. Tetapi kalau sudah aman, ABRI bekerja di po- sisi sipil. Oleh karena itu perlu ada pengaturan lebih teliti dalam pembagian kerja di masa depan. Apakah cukup hanya ada sejumlah kecil tentara tetap, yang dalam keadaan darurat atau perang dibantu milisi yang sudah terlatih dengan sistem sen- jata modern, atau kita mempu- nyai tentara profesional yang tidak bekerja di bidang sipil sela- ma dalam dinas aktif. Usaha dagang sebaiknya diha- pussama sekali dari dunia militer, pejabat pemerintah dan pegawai negeri.

Anda mungkin juga menyukai