Disusun Oleh :
Nailul Muna
P. 1337420116033
a. Pengertian
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan fases berbentuk cair atau setengah cair, dengan
demikian kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya (Priyanto, 2009). Gastroenteritis
adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair dengan kandungan air tinja
lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
b. Etiologi
Menurut Suharyono (2008) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Infeksi
yang disebabkan oleh bakteri: shigella sp, E.coli pathogen, salmonella sp, vibrio cholera,
like virus, cytomegalovirus, echovirus. Makanan beracun atau mengandung logam, makanan
basi, makan makanan yang tidak biasa misalnya makanan siap saji, makanan mentah, makanan
laut. Obat-obatan tertentu (penggantian hormone tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik,
Ditandai dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses , pasien terlihat sangat lemas,
kesadaran menurun, kram perut, demam, muntah, gemuruh usus (borborigimus), anoreksia, dan
haus. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus, dapat terjadi
setiap defekasi. Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat, tekanan darah
turun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan didapatkan tanda dan gejala dehidrasi,
meliputi: Turgor kulit menurun <3 detik, pada anak-anak ubun-ubun dan mata cekung membran
mukosa kering dan di sertai penurunan berat badan akut, keluar keringat dingin.(Muttaqin, 2011)
d. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor di antaranya
faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang
dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat kemudian menyebabkan diare. Iritasi mukosa usus dapat menyebabkan peristaltik
usus meningkat. Kerusakan pada mukosa usus juga dapat menyebabkan malabsorbsi
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memung-
kinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan alkali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan
f. Klasfifikasi
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%
sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5
g. Penatalaksanaan
1) Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
- Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
2) Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena
40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x
2–4 mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok
frekwensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup
diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus
diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di
Rumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
Ketentuan pemberian oralit baru:
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam.
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Untuk anak berumur <2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB.
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.
Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya
terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses
perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Dosis zinc untuk anak-anak :
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan: 20 mg (1 tablet) per har.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh
dari diare.
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi
yang hilang. Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan
memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus
dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit
disembuhkan. Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut
oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited
dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20% yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli,
Salmonella, Campylobacter dan sebagainya.
Priyanto, 2009, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, hal 143-155 Leskonfi, Depok
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Aditama, Tjandra Yoga, 2011, Buku Saku Lintas Diare, Departement Kesehatan RI,
Jakarta