Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN GEA


DI RUANG MELATI RSUD UNGARAN

Disusun Oleh :

Nailul Muna
P. 1337420116033

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
I. LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GEA

II. KONSEP DASAR

a. Pengertian

Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan

konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono, 2008).

Gastroenteritis adalah buang air besar dengan fases berbentuk cair atau setengah cair, dengan

demikian kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya (Priyanto, 2009). Gastroenteritis

adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair dengan kandungan air tinja

lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.

b. Etiologi

Menurut Suharyono (2008) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Infeksi

yang disebabkan oleh bakteri: shigella sp, E.coli pathogen, salmonella sp, vibrio cholera,

yersinia entero colytika, campylobacter jejuni, v.parahaemolitikus, staphylococcus aureus,

klebsiella, pseudomonas, aeromonas, dll. Virus: rotavirus,adenovirus, Norwalk virus, Norwalk

like virus, cytomegalovirus, echovirus. Makanan beracun atau mengandung logam, makanan

basi, makan makanan yang tidak biasa misalnya makanan siap saji, makanan mentah, makanan

laut. Obat-obatan tertentu (penggantian hormone tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik,

kemoterapi, dan antasida).


c. Manifestasi Klinis

Ditandai dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses , pasien terlihat sangat lemas,

kesadaran menurun, kram perut, demam, muntah, gemuruh usus (borborigimus), anoreksia, dan

haus. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus, dapat terjadi

setiap defekasi. Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat, tekanan darah

turun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan didapatkan tanda dan gejala dehidrasi,

meliputi: Turgor kulit menurun <3 detik, pada anak-anak ubun-ubun dan mata cekung membran

mukosa kering dan di sertai penurunan berat badan akut, keluar keringat dingin.(Muttaqin, 2011)

d. Patofisiologi

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor di antaranya

faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam

saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang

dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang

akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus

sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan

meningkat kemudian menyebabkan diare. Iritasi mukosa usus dapat menyebabkan peristaltik

usus meningkat. Kerusakan pada mukosa usus juga dapat menyebabkan malabsorbsi

merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik

meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat

meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. (Carpenito, 2009)


e. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memung-
kinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.

3. Pemeriksaan darah

a. pH darah dan cadangan alkali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan

fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.

b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

f. Klasfifikasi

1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:

a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,

dan Enterotolitis nektrotikans.

b. Diare non spesifik : diare dietetis.

2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :

a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan

oleh bakteri, virus dan parasit.

b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:

diare karena bronkhitis.

3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,

berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%

sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5

sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.


b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.

g. Penatalaksanaan

1) Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL

(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang

melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).

2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung

CWL (Concomitant water losses)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

- Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-

ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20

g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90

mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L

(Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

a. Cairan rehidrasi oral rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL,

NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

b. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen

di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di

rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap


- Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan

rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,

setiap jam perlu dilakukan evaluasi:

a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Aditama, 2011)

2) Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena

40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.

Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi

seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan

kontaminasi lingkungan. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x

sehari, 3–5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg

(Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-

14 hari, 7-14 hari oral atau IV).

3) Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat

(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid

2–4 mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok

obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi

cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi

frekwensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup

aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila

diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak

dianjurkan.

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus
diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di
Rumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
Ketentuan pemberian oralit baru:
 Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
 Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam.
 Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Untuk anak berumur <2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB.
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.
Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya
terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses
perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Dosis zinc untuk anak-anak :
 Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
 Anak di atas umur 6 bulan: 20 mg (1 tablet) per har.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh
dari diare.
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi
yang hilang. Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan
memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus
dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit
disembuhkan. Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut
oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited
dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20% yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli,
Salmonella, Campylobacter dan sebagainya.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN (DAFTAR MASALAH)


Menurut NANDA (2012) diagnosa keperawatan yang muncul pada anak
dengan GEA adalah :
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
b. Resiko ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan intake kurang, kehilangan volume cairan aktif
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit,
gangguan status metabolic
e. Resiko gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
energy dalam bernafas, kecemasan
f. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan dehidrasi
g. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kram/nyeri abdomen
h. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan metabolik,
inflamasi usus

IV. FOKUS INTERVENSI (NIC NOC)

a. Diare berhubungan dengan proses infeksi


1) Tujuan: diare berkurang
2) Kriteria hasil:
- Frekuensi bab normal < 3 kali / hari
- Konsistensi feses normal (lunak dan berbentuk)
- Gerakan usus tidak meningkat (terjadi tiap 10 -30 detik)
- Warna feses normal
- Tidak ada lendir, darah
- Tidak ada diare
3) Rencana tindakan:
- Identifikasi faktor yang mungkin menyebabkan diare (bakteri, obat,
makanan, selang makanan, dll) - Kaji warna, volume, frekuensi, bau,
dan konsistensi feses.
- Dorong pasien makan sedikit tapi sering (tambah secara bertahap)
- Anjurkan pasien menghindari makanan yang berbumbu dan
menghasilkan gas.
- Observasi turgor kulit secara teratur
- Timbang Berat Badan secara teratur
- Kolaborasi dengan dokter jika tanda dan gejala diare menetap.

b. Resiko ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan


dengan intake kurang, kehilangan volume cairan aktif
1) Tujuan: kebutuhan cairan dan elektrolit adekuat
2) Kriteria hasil:
- Hidrasi kulit adekuat
- Tekanan darah dalam batas normal
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit normal
- Berat badan stabil dan dalam batas normal sesuai dengan tahap
usia
- Kelopak mata tidak cekung
- Fontanela tidak cekung
3) Tindakan keperawatan:
- Monitor vital sign
- Kaji faktor resiko yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan
(hipertermi,
diuretik, kelainan ginjal, muntah, poliuri, diare, diaporesis, terpapar
panas, infeksi)
- Monitor intake dan output
- Monitor turgor kulit
- Monitor warna dan jumlah urin
- Pertahankan aliran infuse sesuai advice dokter\
c. Gangguan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna
1) Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi
2) Kriteria hasil:
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
3) Tindakan keperawatan:
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Monitor mual dan muntah
d Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit,
gangguan status metabolic.
1) Tujuan: integritas kulit baik
2) Kriteria hasil:
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi dan pigmentasi)
Tidak ada luka / lesi pada kulit
- perfusi jaringan yang baik
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
3) Tindakan keperawatan:
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
- Anjurkan pasien untuk menghindari kerutan pada tempat tidur
- Pertahankan kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien ) setiap 2 jam sekalI
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Cegah kontaminasi feses dan urin

e. Resiko gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan


energy dalam bernafas, kecemasan
1) Tujuan: Pola nafas efektif integritas kulit baik
2) Kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital dalam rentan normal
- Menunjukkan jalan nafas paten (pasien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam batas normal)
3). Tindakan keperawatan:
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan secret dengan batuk atau suction
- Monitor suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
- Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kusmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
f. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan dehidrasi
1) Tujuan : perfusi adekuat
2) Kriteria Hasil :
- Tekanan darah dalam rentang normal
- Frekuensi jantung teratur
- Berorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang
- Keluaran urin > atau = 30 ml/jam
- Akral hangat
- Nadi teraba
- Membran mukosa lembab
- Berat badan stabil dan dalam batas normal
- Kelopak mata tidak cekung
- Tidak ada napas pen-dek /kusmaul
3) Tindakan Keperawatan :
- Kaji dan catat status perfusi perifer.
Laporkan temuan bermakna : ekstremitas dingin dan pucat,
penurunan amplitude nadi
- Pantau tekanan darah pada interval sering.
- Bila hipotensi terjadi, tempatkan pasien pada posisi telentang untuk
meningkatkan aliran balik vena
- Observasi terhadap indicator perfusi serebral menurun : gelisah,
konfusi, penurunan tingkat kesadaran.Bila indicator positif terjadi,
lindungi pasien dari cidera dengan meninggikan pengaman tempat
tidur dan menempatkan tempat tidur pada posisi paling rendah.
Reorientasikan pasien sesuai indikasi.
- Observasi indicator perfusi arteri koroner menurun : nyeri dada,
frekuensi jantung tidak teratur
- Kaji hasil laboratorium terhadap BUN (>20 mg/dl) dan kreatinin
(>1,5 mg/dl) meninggi ; laporkan peningkatan.
- Kaji nilai elektrolit terhadap bukti ketidak seimbangan , terutama
Natrium (>147 mEq/L) dan Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda
hiperkalemia : kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung
tidak teratur. Juga pantau tanda hipernatremia, retensi cairan dan
edema.
- Berikan cairan sesuai program untuk meningkatkan volume
vaskuler. Jenis dan jumlah cairan tergantung pada jenis syok dan
situasi klinis klien : RL, Asering

g. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram/nyeri abdomen


1) Tujuan : Nyeri dapat teratasi
2) Kriteri Hasil :
- Nyeri berkurang,
- Ekspresi wajah tenang,
- TTV dalam rentan normal.
3) Tindakan Keperawatan :
- Observasi tanda-tanda vital.
- Kaji tingkat rasa nyeri
- Atur posisi nyaman.
- Beri kompres hangat pada abdomen.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

h. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan metabolik,


inflamasi usus
1) Tujuan : Suhu tubuh dalam rentang normal
2) Kriteria Hasil :
- Suhu dalam rentang yang diharapkan : 36,5- 37, 2 o C
- Nadi dan pernafasan dalam rentan normal
- Tidak ada perubahan warna kulit
- Anak tidak menggigil
- Keluarga mampu menjelaskan tindakan untuk mencegah atau
mengurangi peningkatan suhu tubuh
3) Tindakan Keperawatan :
- Monitor TTV tiap 2 jam
- Monitor penurunan suhu, warna kulit, distress pernafasan anak
- Anjurkan pasien dan keluarga untuk memenuhi asupan cairan
oral yang adekuat sesuai batas usia
- Monitor balance cairan
- Anjurkan keluarga pasien untuk melepaskan pakaian pasien yang
berlebih
- Anjurkan keluarga mengenali peningkatan suhu tubuh dan cara
mengatasinya
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
DAFTAR PUSTAKA

Suharyono, 2008, Diare Akut, Jakarta : Gramedia

Priyanto, 2009, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, hal 143-155 Leskonfi, Depok

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Aditama, Tjandra Yoga, 2011, Buku Saku Lintas Diare, Departement Kesehatan RI,
Jakarta

Nanda NIC & NOC. 2015-2017


.

Anda mungkin juga menyukai