Anda di halaman 1dari 3

Dale, O.J. 1999. Urban Plannning in Singapore The Transformation Of a City, Oxford University Press.

Yuen, B. 2000. Singapore Housing : A Strategy for Urban Development and Regeneration, The City
Region in a World of Globalisation : Urban Strategis for Sustainable Development Conference, in Bergen
Norway.

Wong T. C et.all. 2008. Spatial Planning for a Sustainable Singapore Springer in Association with the
Singapore Institute of Planners.

Rabinovitch, J. & Leitman, J. 1996. “ Urban Planning in Curtiba” from Scientfic America

Rabinovitch, J. 1992. Curitiba: towards sustainable urban development

Singapore Department of Statistics. 2008. Yearbook of Statistics Singapore

National Parks Board, Singapore , Annual Report. 2006.

1. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Industri
Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan
barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Adapun usaha pariwisata meliputi, antara lain:

1. daya tarik wisata; 8. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan


2. kawasan pariwisata; insentif, konferensi, dan pameran;
3. jasa transportasi wisata; 9. jasa informasi pariwisata;
4. jasa perjalanan wisata; 10. jasa konsultan pariwisata;
5. jasa makanan dan minuman; 11. jasa pramuwisata;
6. penyediaan akomodasi; 12. wisata tirta; dan
7. penyelenggaraan kegiatan hiburan 13. spa.
dan rekreasi;

Sumber: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

2. Berdasarkan Keputusan Bersama 3 Menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian
dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor : 139 Tahun 1997;
902/Kpts/PL.420/9/97; 03/SKB/M/IX/1997 tertanggal 12 September 1997 tentang
penyelengaraan tempat pelelangan ikan, bahwa yang disebut dengan Tempat Pelelangan
Ikan adalah tempat para penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli ikan melalui
pelelangan dimana proses penjualan ikan dilakukan di hadapan umum dengan cara
penawaran bertingkat.

Tempat Pelelangan Ikan adalah disingkat TPI yaitu pasar yang biasanya terletak di
dalam pelabuhan / pangkalan pendaratan ikan, dan di tempat tersebut terjadi transaksi
penjualan ikan/hasil laut baik secara lelang maupun tidak (tidak termasuk TPI yang
menjual/melelang ikan darat). Biasanya TPI ini dikoordinasi oleh Dinas Perikanan,
Koperasi atau Pemerintah Daerah. TPI tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
tempat tetap (tidak berpindah-pindah), mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan
ikan, ada yang mengkoordinasi prosedur lelang/penjualan, mendapat izin dari instansi yang
berwenang
Berdasarkan Ditjen. Perikanan (1994a), setelah ditimbang ikan diletakkan ditempat
pelelangan ikan. Juru lelang melaksanakan lelang ikan berdasarkan informasi karcis
timbang sesuai urutan nomor bongkar. Menurut Anonimous (1994), kegiatan pelelangan
ikan diadakan setiap hari pada jam-jam tertentu yang diatur oleh kepala pelelangan.
Pelelangan ikan dapat dimulai setelah memenuhi syarat. Pelelangan ikan dilakukan dengan
sistem penawaran meningkat yaitu penawaran dimulai dari harga awal yang telah
ditetapkan sebelum dilakukan pelelangan sampai mencapai harga penawaran tertinggi dari
calon pembeli. Apabila pada harga penawaran awal tidak ada calon pembeli, maka juru
lelang menurunkan harga penawaran secara bertahap dibawah harga awal sampai ada
penawaran dari calon pembeli.
Menurut UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, pada pasal 41 disebutkan bahwa
Pemerintah mengatur tata niaga ikan dan melaksanakan pembinaan mutu hasil perikanan.
Tujuan pengaturan tata niaga oleh Pemerintah agar proses tata niaga ikan berjalan tertib
sehingga nelayan sebagai produsen dan pembeli akan memperoleh manfaat dan saling
menguntungkan. Salah satu bentuk pengaturan yang telah diatur oleh Pemerintah adalah
mewajibkan semua ikan hasil tangkapan agar dilakukan proses pelelangan ikan kecuali
ikan-ikan untuk ekspor, ikan-ikan dalam jumlah kecil untuk konsumsi nelayan, ikan-ikan
hasil tangkapan untuk penelitian.
Dengan demikian proses pelelangan ikan ini ditujukan untuk pengaturan tata niaga ikan
di dalam negeri. Sistem pelelangan ini ditujukan untuk hasil tangkapan ikan yang dijual
bukan untuk tujuan ekspor. Dari aspek ekonomi, dengan proses pelelangan ikan maka
nelayan dapat diuntungkan dengan adanya harga jual ikan standar. Selain itu pembeli
memperoleh keuntungan karena harga beli ikan yang cukup wajar. Sedangkan Pemerintah
Daerah mendapat keuntungan berupa Pendapatan Asli Daerah. Kemudian masyarakat
secara tidak langsung juga akan merasakan denyut nadi perekonomian yang meningkat
akibat adanya aktivitas kegiatan pelelangan ikan. Di dalam transaksi penjualan ikan antara
nelayan dengan pedagang ikan pada umumnya posisi nelayan lemah dan harga ikan
biasanya ditentukan oleh pedagang ikan sehingga harga ikan menjadi lebih rendah atau
murah. Situasi tersebut menunjukan terjadinya kegagalan pasar dikarenakan transaksi
penjualan ikan hanya menguntungkan pedagang ikan dan merugikan nelayan.

Sumber : SK 3 Menteri. 139 Tahun 1997; 902/Kpts/PL.420/9/97; 03/SKB/M/IX/1997 tertanggal


12 September 1997. Tentang penyelengaraan tempat pelelangan ikan
Anonimous. 1994. Kegiatan Pelelangan Ikan. Jakarta
Dinas Perikanan/Pemerintah Daerah.1999. Petunjuk pelaksanaan Tempat Pelelangan
Ikan. Jakarta
Direktorat Jenderal Perikanan. 1994a. Petunjuk Teknis Pengelolaan Pelabuhan
Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta.
UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Anda mungkin juga menyukai