Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang

terjadi pada brokiolus sampai dengan alveolus paru yang memicu produksi

eksudat mukopurulen sehingga dapat menyebabkan obstruksi pada saluran

pernapasan serta konsolidasi terhadap saluran yang berdekatan.1 Pneumonia

hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak-anak

di negara maju maupun berkembang.2

Di Amerika, insiden pneumonia adalah 4 kasus per 100 anak usia pra

sekolah, 2 kasus per 100 anak usia 5-9 tahun, dan 1 kasus pada 100 anak usia 9-

15 tahun. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-

anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi.2 Pneumonia

menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara

berkembang.3 Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi pneumonia di Indonesia

pada balita diperkirakan antara 10-20% pertahun. Insiden pneumonia pada tahun

2016 di Sulawesi Utara berjumlah 8.487 kasus. Pada anak usia < 1 tahun

berjumlah 211 anak dan pada anak berusia 1-4 tahun berjumlah 348 anak.4

Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain

virus, jamur dan bakteri. Streptococcus pneumonia merupakan penyebab

tersering pneumonia bakterial pada semua kelompok umur.3 Bakteri lain yang

sering menyebabkan pneumonia adalah Haemophilus influenza dan

Staphylococcus aureus.5 Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5

tahun. Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering

pada anak kurang dari 3 tahun. Mortalitas paling banyak diakibatkan oleh

1
bakteremia oleh karena Streptococcus pneumonia dan Staphylococcus aureus,

tetapi di negara berkembang juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya

akses perawatan. Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan derajat

pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi,

aspirasi, gizi buruk, tidak mendapat air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap,

adanya saudara serumah yang menderita batuk. Batuk adalah gejala yang paling

sering ditemukan bersamaan dengan sesak napas, demam, adanya retraksi dan

sianosis. Kadang disertai dengan irritablility, dan penurunan nafsu makan.6

Berikut ini adalah sebuah kasus dengan diagnosis bronkopneumonia yang


ditemukan pada seorang anak yang datang berobat ke RSUP. Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado tahun 2017.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : MI

Jenis kelamin : Laki-laki

Lahir pada tanggal/umur : 09 Mei 2016 / 1 tahun, 6 bulan

Lahir di : Rumah Sakit Advent, Teling

Berat badan lahir : 3600 gram

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Suku : Bugis

Alamat : Wanea, Lingkungan II

Nama ibu : Ny. IS

Umur ibu : 33 tahun

Pendidikan ibu : SMA

Pekerjaan ibu : IRT

Status perkawinan ibu :I

Nama ayah : Tn. RI

Umur ayah : 34 tahun

Pendidikan ayah : Strata I

Pekerjaan ayah : Pegawai Swasta

Status perkawinan ayah :I

3
FAMILY TREE

4 tahun Penderita ( 1 tahun 6 bulan)

B. ANAMNESIS

Anamnesis diberikan oleh : Ibu Penderita

Keluhan utama : Batuk sejak 1 minggu SMRS

Sesak sejak 1 hari SMRS

Demam sejak 1 hari SMRS

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou dibawa oleh keluarga

dengan keluhan batuk. Batuk dirasakan oleh penderita sejak kurang lebih 1 minggu

SMRS. Batuk berdahak namun sulit dikeluarkan. Batuk darah disangkal keluarga.

Riwayat batuk lama pada anggota keluarga disangkal. Pasien juga dikeluhkan sesak

oleh keluarganya. Sesak dirasakan 1 hari SMRS. Kebiruan pada tubuh disangkal

keluarga. Pasien mengalami demam 1 hari SMRS. Demam tinggi pada perabaan

dan turun dengan pemberian obat demam namun tidak sampai normal. Kejang

disangkal. Selain itu, pasien dikeluhkan muntah dengan frekuensi 1 kali dan volume

¼ gelas air kemasan, isi lendir dan ASI tadi pagi. Riwayat BAB cair disangkal,

BAK datam batas normal.

4
Anamnesis antenatal :

ANC teratur sebanyak 9 kali di Praktek Dokter

Suntik TT sebanyak 2 kali

Selama hamil ibu dalam keadaan sehat

Penyakit yang sudah pernah diderita :

Morbili : (-)

Varicella : (-)

Pertusis : (-)

Diare : (+)

Cacing : (-)

Batuk/pilek : (+)

Lain-lain : (-)

Kepandaian/Kemajuan bayi :

Pertama kali

Membalik : 3 bulan

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 6 bulan

Merangkak : 6 bulan

Berdiri : 11 bulan

Berjalan : 15 bulan

Tertawa : 6 bulan

Berceloteh : 6 bulan

Memanggil mama : 12 bulan

Memanggil papa : 12 bulan

5
Anamnesis Makanan Terperinci:

ASI : Lahir – 12 bulan

PASI : 6 bulan – 12 bulan

Bubur susu : 6 bulan – 9 bulan

Bubur saring : 6 bulan – 9 bulan

Bubur halus : 7 bulan – 9 bulan

Nasi lembek : 8 bulan – sekarang

Imunisasi :

DASAR ULANGAN
I II III I II III
BCG +
POLIO + + +
DPT + + +
CAMPAK +
HEPATITIS + + +

Riwayat Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala yang sama dengan penderita

Keadaan Sosial Ekonomi, Kebiasaan, dan Lingkungan :

Pasien tinggal bersama keluarga dirumah permanen, beratap seng, berdinding

beton, lantai keramik. Jumlah kamar 4 buah, dihuni oleh 7 orang, terdiri dari 5 orang

dewasa dan 2 orang anak.

WC/Kamar Mandi : Di dalam rumah

Sumber air minum : Isi ulang

Sumber penerangan listrik : PLN

Penanganan sampah : Dibuang

6
C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak Sakit

Kesadaran : Compos Mentis

Gizi : Cukup Suhu : 36,8o C

Sianosis : (-) Respirasi : 56 x/m

Kejang : (-) Nadi : 135 x/m

Anemia : (-) Tensi : 100/70mmHg

Ikterus : (-) SpO2 : 97%

Kulit

Warna : Sawo Matang Turgor : Kulit kembali cepat

Eflorosensi : (-) Tonus : Eutoni

Pigmentasi : (-) Oedema: (-)

Jaringan parut : (-)

Lapisan lemak : Cukup

Lain-lain : (-)

Kepala :

Bentuk : Normocephal

Ubun-ubun besar : Menutup

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata :

Eksoftalmus : (-)

Enoftalmus : (-)

Tekanan bola mata : Normal pada perabaan

Conjungtiva : Anemis (-)

Sclera : Ikterik (-)

7
Corneal reflex : +/+

Pupil : Bulat isokor

Lensa : Jernih

Fundus : Tidak di evaluasi

Visus : Tidak di evaluasi

Gerakan : Normal

Telinga : Serumen -/-

Hidung : Sekret -/-, PCH (-)

Mulut :

Bibir : Sinosis (-)

Lidah : Beslag (-)

Gusi : Perdarahan (-)

Gigi : Caries (-)

Bau Pernapasan : Foeter (-)

Selaput mulut : Basah

Leher :

Trachea : Letak tengah

Kelenjar : Pembesaran KGB (-)

Thorax :

Bentuk : Simetris

Retraksi : (+) Subcostal, intercostal

Precordial bulging : (-)

Lain-lain : (-)

8
Paru-paru :

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Stem Fremitus Kanan = Kiri

Perkusi : Sonor Kanan = Kiri

Auskultasi : Sp. Bronkovesikuler,

Rh basah halus +/+, Wh -/-

Jantung :

Detak jantung : 135 x/m

Iktus : Cordis tak tampak

Batas kiri : Linea Midclavicularis Sinistra

Batas kanan : Linea Parasternalis Dextra

Batas atas : ICS II - III

Bising : (-)

Abdomen :

Bentuk : Datar, Lemas

Lain-lain : BU (+) N, turgor kulit kembali cepat

Lien : Tidak teraba

Hepar : Tidak teraba

Genitalia : Normal

Kelenjar : Pembesaran KGB (-)

Anggota Gerak : Akral hangat, CRT ≤ 2”

Tulang-belulang : Deformitas (-)

Otot-otot : Eutoni

Refleks-refleks : RF +/+ normal, RP -/-

9
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
19/11/2017
Parameter Nilai Normal Satuan Hasil
Leukosit 4000 – 10000 /uL 15400 /uL
Eritrosit 4.70 – 6.10 10ˆ6/uL 5.23 x 10ˆ6/uL
Hemoglobin 12.0 – 14.0 g/dL 10.9 g/dL
Hematokrit 37.0 – 47.0 % 35.7 %
Trombosit 150 – 450 10ˆ3/uL 382 x 10ˆ3/uL
MCH 27.0 – 35.0 pg 20.8 pg
MCHC 30.0 – 40.0 g/dL 30.5 g/dL
MCV 80.0 – 100.0 fL 66.3 fL

RADIOLOGI
19/11/2017

10
E. RESUME :

Anak laki-laki, 1 tahun 6 bulan, BB: 11 kg, TB: 82 cm masuk Rumah Sakit tanggal

19/11/2017 jam 15.00 WITA dengan keluhan:

- Batuk berdahak sejak 1 minggu SMRS

- Sesak nafas sejak 1 hari SMRS

- Demam pada perabaan sejak 1 hari SMRS, turun dengan obat penurun panas

- Muntah frekuensi 1 kali dengan volume ¼ gelas air kemasan tadi pagi.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan:


Keadaan umum : Tampak sakit Kesadaran : CM
TD : 100/70 mmHg N : 135 x/m R : 56 x/m S : 36,8 o C SpO2 : 97%

Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Thorax : Simetris, Retraksi (+) SC, IC

Jantung : Bising (-)

Paru-paru : Sp. Bronkovesikuler, Rh basah halus +/+, Wh -/-

Abdomen : Datar, Lemas, BU (+) N, turgor kulit kembali cepat. H/L: tidak teraba

Extremitas : Akral hangat, CRT ≤2”

F. DIAGNOSIS KERJA

Bronkopneumonia berat

G. DIAGNOSIS BANDING

Bronkitis

H. TERAPI

 O2 1 L/m via nasal canul


 IVFD Kaen 3B (HS) 43-44 ml/jam
 Inj. Cefotaxime 3 x 500 mg IV (1)
 Inj. Gentamisin 1 x 85 mg IV (1)
 Inj. Dexamethasone 3 x 2 mg IV (1)
 Paracetamol 4 x 120 mg IV (k/p)

11
I. PROGNOSIS

- Quo ad vitam : Bonam


- Quo ad functionam : Bonam
- Quo ad sanationam : Bonam

J. FOLLOW UP

20/11/2017
S Batuk (+), sesak (+), demam (-), muntah (-)
O Keadaan umum: tampak sakit
Kesadaran: Compos Mentis
TD : 110/60 mmHg
N : 130 x/m
R : 48 x/m
S: 36,7˚C
SpO2 : 99%
Kep : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), PCH (-), pupil bulat isokor
Tho : Simetris, Retraksi (+) SC, IC
Cor : Bising (-), Sianosis (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh basah halus +/+, Wh -/-
Abd : Datar, Lemas, BU (+) Normal, H/L ttb
Extr : Akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneumonia berat
P
 O2 1 L/m via nasal canul
 IVFD Kaen 3B 43-44 ml/jam
 Inj. Cefotaxime 3 x 500 mg IV (2)
 Inj. Gentamisin 1 x 85 mg IV (2)
 Inj. Dexamethasone 3 x 2 mg IV (2)
 Inj. Paracetamol drip 120 mg IV (k/p)

12
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
20/11/2017
Parameter Nilai Normal Satuan Hasil
Leukosit 4000 – 10000 /Ul 9660 /uL
Eritrosit 4.70 – 6.10 10ˆ6/Ul 4.93 x 10ˆ6/uL
Hemoglobin 12.0 – 14.0 g/Dl 9.9 g/dL
Hematokrit 37.0 – 47.0 % 32.7 %
Trombosit 150 – 450 10ˆ3/Ul 480 x 10ˆ3/uL
MCH 27.0 – 35.0 Pg 20.1 Pg
MCHC 30.0 – 40.0 g/Dl 30.3 g/dL
MCV 80.0 – 100.0 Fl 66.3 Fl
SGOT <33 U/L 29 U/L
SGPT <43 U/L 10 U/L
Ureum Darah 10 – 40 mg/dL 16 mg/dL
Creatinin Darah 0.5 – 1.5 mg/dL 0.2 mg/dL
Uric Acid Darah 2.0 – 6.5 mg/dL 6.5 mg/dL
Protein Total 6.30 – 8.30 g/dL 7.20 g/dL
Albumin 3.50 – 5.70 g/dL 4.80 g/dL
Globulin 2.50 – 3.50 g/dL 2.40 g/dL
Chlorida Darah 98.0 – 109.0 mEq/L 96.5 mEq/L
Kalium Darah 3.50 – 5.30 mEq/L 5.52 mEq/L
Natrium Darah 135 – 153 mEq/L 133 mEq/L
Calsium 8.10 – 10.40 mEq/L 10.27 mg/dL

13
21/11/2017

S Batuk berdahak (+), sesak (+) ↓, demam (-), muntah (-)

O Keadaan umum: Tampak sakit

Kesadaran: CM

TD : 100/60 mmHg

N : 1260 x/m

R : 46 x/m

S : 36,5˚C

SpO2 : 98%

Kep : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), PCH (-),Pupil bulat isokor

Tho : Simetris, Retraksi (+), SC, IC

Cor : Bising (-), Sianosis (-)

Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh basah halus +/+, Wh -/-

Abd : Datar, Lemas, BU (+) Normal, H/L ttb

Extr : Akral hangat, CRT < 2 detik

A Bronkopneumonia berat

P  O2 1 L/m via nasal canul

 IVFD Kaen 3B 43-44 ml/jam

 Inj. Cefotaxime 3 x 500 mg IV (3)

 Inj. Gentamisin 1 x 85 mg IV (3)

 Inj. Dexamethasone 3 x 2 mg IV (3)

 Inj. Paracetamol drip 120 mg IV (k/p)

14
22/11/2017

S Batuk berdahak (+) ↓, Sesak (+) ↓, demam (-), muntah (-)

O Keadaan umum: tampak sakit

Kesadaran: CM

TD : 90/60 mmHg

N : 112 x/m

R : 38 x/m

S : 36,5˚C

SpO2 : 98%

Kep : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), PCH (-)

Tho : Simetris, Retraksi (+), SC

Cor : Bising (-), Sianosis (-)

Pulmo : Sp. Bronkovesikuler Rh basah halus +/+, Wh -/-

Abd : Datar, Lemas, BU (+) Normal, H/L ttb

Extr : Akral hangat, CRT < 2 detik

A Bronkopneumonia berat

P  O2 1 L/m via nasal canul

 IVFD Kaen 3B 43-44 ml/jam

 Inj. Cefotaxime 3 x 500 mg IV (4)

 Inj. Gentamisin 1 x 85 mg IV (4)

 Inj. Dexamethasone 3 x 2 mg IV (4)

 Inj. Paracetamol drip 120 mg IV (k/p)

15
23/11/2017

S Batuk (+) ↓, Sesak (-) , demam (-), muntah (-)

O Keadaan umum: tampak sakit

Kesadaran: CM

TD : 90/60 mmHg

N : 92 x/m

R : 30 x/m

S : 36,8˚C

SpO2 : 98%

Kep : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), PCH (-)

Tho : Simetris, Retraksi (-)

Cor : Bising (-), Sianosis (-)

Pulmo : Sp. Bronkovesikuler Rh -/-, Wh -/-

Abd : Datar, Lemas, BU (+) Normal, H/L ttb

Extr : Akral hangat, CRT < 2 detik

A Bronkopneumonia

P  O2 1 L/m via nasal canul (k/p)

 IVFD Kaen 3B 43-44 ml/jam

 Inj. Cefotaxime 3 x 500 mg IV (5)

 Inj. Gentamisin 1 x 85 mg IV (5)

 Inj. Dexamethasone 3 x 2 mg IV (5)

Pro : Pindah ruangan

16
24/11/2017

S Batuk berdahak (+) ↓, Sesak (-), demam (-)

O Keadaan umum: tampak sakit

Kesadaran: CM

TD : 90/60 mmHg

N : 100 x/m

R : 32 x/m

S : 36,7˚C

SpO2 : 98%

Kep : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), PCH (-)

Tho : Simetris, Retraksi (-)

Cor : Bising (-), Sianosis (-)

Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abd : Datar, Lemas, BU (+) Normal, H/L ttb

Extr : Akral hangat, CRT < 2 detik

A Bronkopneumonia

P  IVFD Kaen 3B 43-44 ml/jam

 Inj. Cefotaxime 3 x 500 mg IV (6)

 Inj. Gentamisin 1 x 85 mg IV (6)

 Inj. Dexamethasone 3 x 2 mg IV (6)

17
24/11/2017

S Batuk berdahak (-), Sesak (-), demam (-)

O Keadaan umum: tampak sakit

Kesadaran: CM

TD : 90/60 mmHg

N : 104 x/m

R : 28 x/m

S : 36,5˚C

SpO2 : 98%

Kep : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), PCH (-)

Tho : Simetris, Retraksi (-)

Cor : Bising (-), Sianosis (-)

Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abd : Datar, Lemas, BU (+) Normal, H/L ttb

Extr : Akral hangat, CRT < 2 detik

A Bronkopneumonia

P  IVFD Kaen 3B 43-44 ml/jam

 Inj. Cefotaxime 3 x 500 mg IV (7)

 Inj. Gentamisin 1 x 85 mg IV (7)

 Inj. Dexamethasone 3 x 2 mg IV (7)

Pro : Rawat jalan

18
BAB III

PEMBAHASAN

Pneumonia adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh infeksi akut,

biasanya disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan adanya konsolidasi sebagian

dari salah satu atau kedua paru. 7

Bronkopneumonia atau pneumonia lobularis merupakan bagian dari

pneumonia, yang merupakan suatu infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang

mengenai parenkim paru, yang dapat disebabkan baik oleh bakteri, virus, jamur

maupun benda asing lainnya yang sering menimpa anak-anak dan balita,.

Pneumonia menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak dibawah umur

lima tahun diseluruh dunia.5,7

Pada umumnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, yaitu

Streptococcus pneumoniae dan Haemophillus influenzae.8,9 Pada bayi dan anak

kecil dapat ditemukan Staphylococcus aureus sebagai penyebab bronkopneumonia

yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas yang tinggi.5

Diagnosis bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesa riwayat

penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya terutama

pemeriksaan darah, pemeriksaan radiologis, serta pemeriksaan cairan pleura dan

mikrobiologi jika memungkinkan.5,10

WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan

retraksi subkosta untuk mengklasifikasikan bronkopneumonia di negara

berkembang:

19
Klasifikasi pneumonia menurut WHO :11,12

o Bukan Pneumonia

o Pneumonia

Sesak napas dengan kecepatan pernapasan:

 Usia <2 bulan : ≥60x/menit

 Usia 2-12 bulan: ≥50x/menit

 Usia 1-5 tahun: ≥40x/menit

 Usia 5-8 tahun: ≥30x/menit

Serta pada auskultasi, terdengar adanya rhonki, suara napas menurun ataupun suara

napas bronkial

o Pneumonia Berat

Batuk/sesak nafas yang disertai salah satu dibawah ini:

• Retraksi dinding dada

• Pernapasan cuping hidung

• Grunting (merintih)

• Chest indrawing

Serta pada auskultasi, terdengar adanya rhonki, suara napas menurun ataupun suara

napas bronkial

Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala klinis yang mengarah ke diagnosis

bronkopneumonia berat. Pada anamnesis, ditemukan 3 keluhan yang merupakan

trias dari bronkopneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak. Temuan pada

anamnesis ini juga didukung dengan hasil pemeriksaan fisik dimana pada vital sign

ditemukan napas cepat (56x/m) adanya retraksi dinding dada (subcostal dan

20
intercostal), dan pada auskultasi paru dapat didengar ronkhi basah halus.

Berdasarkan klasifikasi WHO yang sudah dijelaskan diatas, pasien ini

termasuk dalam klasifikasi bronkopneumonia berat, karena selain terdapat napas

cepat, dapat ditemukan adanya retraksi dinding dada.

Untuk mendukung diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang,

yaitu, darah lengkap, C-reaktif Protein (CRP), pemeriksaan mikrobiologi dan

pemeriksaan rontgen thoraks.13 Pemeriksaan darah pada bronkopneumonia

umumnya didapatkan lekositosis hingga > 15.000/mm seringkali dijumpai dengan

dominasi netrofil pada hitung jenis. Leukosit > 30.000/mm dengan dominasi

netrofil mengarah ke pneumonia streptokokus.14,15 Untuk pemeriksaan

mikrobiologik, spesimen dapat diambil dari usap tenggorok, sekret nasofaring,

bilasan bronkus, darah, punksi pleura atau aspirasi paru Biakan darah merupakan

cara yang spesifik namun untuk menemukan penyebab dari bronkopneumonia

terutama pada anak-anak.13,16

Foto toraks merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis. Foto AP dan lateral dibutuhkan untuk menentukan lokasi anatomik

dalam paru.. Pada bronkopneumonia bercak-bercak infiltrat didapatkan pada salah

satu lobus. Jika difus (merata) biasanya disebabkan oleh Staphylokokus

pneumonia.14

Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tadi juga didukung dengan

pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan laboratorium yaitu darah lengkap dan pemeriksaan radiologi. Pada

pemeriksaan darah lengkap ditemukan adanya peningkatan leukosit 15400/uL, hasil

ini mendukung bahwa sedang terjadi leukositosis yang menandakan proses infeksi

21
pada pasien. Pada pemeriksaan radiologi, ditemukan infiltrat pada kedua lobus.

Dari temuan-temuan tersebut menunjang diagnosis bronkopneumonia berat.

Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan

antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi

pemberian cairan intravena, terapi oksigen, pemberian anti inflamasi, koreksi

terhadap gangguan keseimbangan elektrolit.14,17

Terapi oksigen bertujuan untuk mengatasi hipoksemia, menurunkan usaha

untuk bernapas, dan mengurangi kerja miokardium. Oksigen diberikan pada anak

yang menunjukkan gejala adanya tarikan dinding dada (retraksi) yang dalam dan

frekuensi nafas cepat. Pemberian oksigen melalui nasal canul dapat diberikan 1-2

L/m untuk anak.18 Pada pasien diberikan O2 melalui nasal canul sebanyak 1 L/m

karena memiliki tanda-tanda distress pernapasan seperti retraksi dan napas cepat.

Selanjutnya, pemberian antiobiotik diberikan sesuai etiologi

bronkopneumonia. Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan

antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya.

Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah eradikasi atau

penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi,

sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi. Menurut anjuran WHO, anak-

anak dengan usia 2 sampai 59 bulan dengan pneumonia berat harus diterapi dengan

ampicilin (atau penisilin) secara parenteral dan gentamisin sebagai terapi lini

pertama.3,12,19

22
 Ampisilin 50 mg/kg atau benzyl penisilin : 50.000 unit/kg IM/IV setiap 6

jam

 Gentamisin : 7,5 mg/kgBB/24 jam

 Sefalosporin generasi III dapat diberikan sebagai terapi lini kedua pada

anak-anak dengan pneumonia berat yang gagal pada terapi lini pertama

Dosis untuk anak usia 1 bulan – 12 tahun : 50 – 180 mg/kg/ hari dibagi

setiap -6-8 jam

Pemberiaan antibiotik dapat disesuaikan dengan kultur darah, namun

mengingat hasil kultur darah harus ditunggu, sehingga pada pasien ini dipilih untuk

diberikan cefotaxime yang merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III

berspektrum luas sebanyak 500 mg per 8 jam (BB: 11 kg). Ditambah dengan

pemberian gentamisin 85 mg per 24 jam. Pemberian antibiotik terhadap pasien ini

diberikan secara intravena karena pada kasus ini pasien menderita

bronkopneumonia berat dan tidak dapat menerima asupan peroral. Selain itu pasien

merupakan anak yang baru berusia 1 tahun dimana pemberian antibiotik harus

diberikan sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi seperti sepsis.

Pemberian deksametason bertujuan untuk menghentikan proses inflamasi dengan

dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/ hari dibagi 3 kali pemberian.20 Pada pasien diberikan

deksametason dengan dosis 2 mg per 8 jam.

Untuk demam dapat diberikan antipiretik. Pemberian paracetamol diberikan

selama pasien mengalami demam dengan dosis 10-15/kgBB/kali dan dapat diulang

4-6 jam, dan pada kasus ini tidak diberikan paracetamol karena pasien sudah tidak

demam (suhu badan 36,8ºC).

23
Adapun edukasi yang diberikan kepada orang tua, yaitu jaga ventilasi rumah

untuk menyuplai udara yang bersih dan menjaga kelembapan ruangan dalam

rumah, hindari anak kontak dengan asap rokok, jikalau anak menyusui jangan

dalam posisi tidur sebaiknya dalam posisi duduk, usahakan anak mendapat ASI

ekslusif, tetap berikan nutrisi untuk menjaga status gizi dari anak.18,19,21

Prognosis pasien ini baik karena pengobatan yang diberikan adekuat

sehingga terjadi perbaikan. Ditandai dengan keluhan batuk dan sesak yang telah

menghilang, demikian pula dengan retraksi yang sudah tidak ditemukan. Selain itu

tidak ditemukan adanya komplikasi.6

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke enam. Indonesia: IDAI; 2014. h. 746-48.
2. Zec S, Selmanovuc K, Andriji N, Kadic A, Zecevic L, Zunica L. Evaluation
of drug treatment of bronchopneumonia at the pediatric clinic in Sarajevo.
Original paper. Med Arch. 2016 Jun; 70(3): 177-181.
3. Pudjiadi AH, Hegar b, Handryastuti , Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED. Pedoman pelayanan medis jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan Informasi profil
kesehatan Indonesia 2016.
5. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, et
al. The management of community-acquired pneumonia in infants and
children older than 3 months of ages: clinical practice guidelines by the
pediatric infectious disease society and the infectious disease society of
America. Clin Infect Dis. Journal of Pediatric Community Pneumonia
Guidelines. 2011.h. 1-52.
6. Bennete M.J. Pediatric pneumonia. 2016. [diperbaharui 2016 Jun 30,
diunduh 2017 Mei 20].
Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview
7. Kaswandani N. Menekan Pneumonia.[internet] 2017.[diakses 30 Okteber
2017].
Tersedia di http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/menekan-
pneumonia

8. Kliegman RM, Behrman RE, Stanton BF, Schor NF, 2011. Nelson

Textbook of Pediatrics, 19th Edition, Saunders Elsevier Inc, 532-64.


9. Ramezani M, Zahra S. Factors Affecting the Rate of Pediatric Pneumonia
in Developming Countries.Desember 2015.Int J Pediatr;3(24).1173-81.
10. UNICEF W. Pneumonia: the forgotten killer of children.[internet]
2006.[diakses 31 Oktober]

25
Tersedia di: http://www.childinfo.org/files/Pneumonia_The
_Forgotten_Killer_of_Children.pdf
11. Rahajoe, Nastini.N. Buku Ajar Respirologi, Edisi 2. Jakarta : IDAI. 2010
12. Revised WHO classification and treatment of childhood pneumonia at
health facilities. WHO. 2014.
13. Kapita selekta kedokteran jilid 2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI,
Setiowulan W, editors. Ed 3. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.

14. Denny FW, Clyde WA. Acute lower respiratory tract infections in
nonhospitalized children. 2014. J Pediatr. 2014; 108(5):635-46.
15. Rudan I, Tomaskovic L,Boschi C, Campbell H. Global estimate of the
incidence of clinical pneumonia among children under five years of
age.2013.Bull World Health Organ. 2012; 82(12):895-903.
16. Putu S, Purniti, Ida B. Surveilan Pneumokokus dan Dampak Pneumonia
pada Anak Balita.2011.Sari Pediatri;12(5).359-64.
17. Nurjannah, Nora S, Sidqi A. Profil Pneumonia pada Anak di RSUD Dr.
Zainoel Abidin, Studi Retrospektif. Februari 2012. Sari Pediatri;13(5).324-
28.
18. Yudhi K, Ayu K. Karakteristik Pasien Pneumonia di Ruang Rawat Inap
Anak Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.2012. CDK.2012;
39 (3).196-97.
19. Organization WH. Buku Saku : Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
2005;2:83–92.
20. Irena Wojsyk-Banaszak and Anna Brę borowicz (2013). Pneumonia in
Children, Respiratory Disease and Infection - A New Insight, Dr. Mayank
Vats (Ed.), InTech, DOI: 10.5772/54052. Available from:
https://www.intechopen.com/books/respiratory-disease-and-infection-a-
new-insight/pneumonia-in-children.
21. Sakina M, Larasati TA. Manajemen Bronkopneumonia pada Bayi 2 Bulan
dengan Riwayat Lahir Prematur. J Medula Unila. 2016; 4(3):104-7.

26

Anda mungkin juga menyukai