Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KEBUTAAN)

Disusun Oleh :
1. Muhammad Khalimi 260695
2. Noor Luthfiana 260699
3. Nurul Alwiyah 260700
4. Oktavina Anjarsari 260701

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lambao No. 1 Singocandi Kec. Kota Kab. Kudus
Tahun Akademik 2006 / 2007
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas karunia rahmat dan
hidayahNya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PENGLIHATAN (KEBUTAAN)”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu
tersusunnya makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada kesempatan ini kami berharap agar berguna bagi pembaca. Tidak lupa
kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk dapat lebih meningkatkan
kemampuan kami dalam menyusun makalah.

Kudus, Mei 2007


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Makalah merupakan suatu proses pembelajaran dan latihan keterampilan
bagi para mahasiswa untuk memperoleh pengalaman dan kemampuan dalam
menyusun sebuah laporan. Dalam menyusun makalah ini dapat memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat memperluas pengetahuan yang
diperoleh baik dari mata kuliah yang telah diajarkan maupun pengetahuan dari
luar (lingkungan).
Asuhan keperawatan merupakan bagian integral dan sistem pelayanan
ksehatan, dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat senantiasa
menghadapi pasien yang memiliki kondisi yang sangat kompleks sifatnya
khususnya pada pasien dengan gangguan penglihatan (kebutaan), baik ditinjau
dari segi latar belakang sosial budayanya, pendidikan, cita-cita dan keinginan,
gejolak emosional dan sebagainya yang kesemunya itu memperoleh respon
yang positif dari seorang perawat selama memberikan pelayanan kesehatan
pasien sebagai pasien yang unik dalam hidup dan kehidupannya sehari-hari
senantiasa mengadakan kontak dengan lingkungannya melalui komunikasi, baik
secara verbal maupun non verbal.
Tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan cenderung
semakin meningkat. Hal ini membawa dampak yang positif terhadap peran dan
fungsi perawat dalam mengantisipasi tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan. Dalam rangka mengantisipasi tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan kesehatan inilah salah satu faktor yang mendukungnya adalah
komunikasi.
Komunikasi dalam asuhan keperawatan merupakan suatu proses
hubungan antara perawat dengan pasien, keluarga, masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya dalam rangka mengenal dan menentukan kebutuhannya.
Dalam proses komunikasi, perawat dan pasien melibatkan aktivitas fisik, mental
dan emosional untuk mencapai tujuan yaitu tercapainya kesembuhan pasien
yang optimal.

B. TUJUAN
Komunikasi bertujuan untuk menciptakan hubungan yang baik antara
perawat dengan pasien guna mendorong pasien agar mampu meredakan segala
ketegangan emosi yang berhubungan dengan penyakit pasien (misal : gangguan
penglihatan (kebutuhan) dan memahami dirinya, mendukung keperawatan
terhadap kesehatannya dalam rangka mencapai kesembuhan.
Didalam upaya perawatan dan penyembuhan, hubungan erat antara
perawat dan pasien diperlukan agar tindakan yang dilakukan terhadap pasien
didasarkan atas kesepakaran bersama. Hubungan baik antara perawat dan pasien
perlu dikembangkan dengan baik. Upaya yang dilakukan oleh perawat
sebaiknya tidak hanya diakhiri oleh penyembuhan saja, tetapi diikuti rasa
percaya diantara kedua belah pihak atas tindakan pelayanan yang dilakukan.
Oleh karena itu, emosi perlu terkendali dan pemahaman atas masalah
yang dihadapi (misal : gangguan penglihatan, kebutaan) dan upaya
pemecahannya perlu dijaga.

C. METODE DAN TEKHNIK PENULISAN


Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan
dengan cara pengambilan bahan (materi) dari buku-buku yang kami gunakan
dalam mendukung penyusunan makalah ini.
BAB II
GANGGUAN PENGLIHATAN KEBUTAAN

1. PENGERTIAN
Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting, mengenalkan
kita pada dunia sekitar kita juga memberikan kesnangan dengan melihat
pemandangan yang indah oleh mata.
(C.Long, Barbara. Perawatarn Medikal Bedah 2. 1996 : 241)
Lapang pandang adalah bagian dari lingkungan dimana dapat
melihatnya. Lapang pandang juga meliputi penglihatan prifer (tepi) atau
penglihatan tidak langsung, normalnya tergantung dari keutuhan semua bagian
mata. (C.Long, Barbara. Perawatarn Medikal Bedah 2. 1996 : 242)

Kriteria Legal Kebutaan


Seseorang dinyatakan buta secara legal bilamana terdapat salah satu dari
keadaan sebagai berikut :
1. Lapang pandang tidak lebih dari 20 derajat.
2. jarak pandang mata sentral tidak lebih dari 20/200 walaupun dengan
bantuan lensa koreksif (mata dapat melihat pada 20 kaki dimana normalnya
mata dapat melihat pada 200 kaki)
(Dilaporkan dari Badan Laporan Mata Nasional, Depkes AS, Pendidikan
dan Kesejahteraan, no (NIH) 75-664,1975)
penglihatan merupakan hal yang penting untuk bekerja dan untuk menikmati
pengalaman hidup yang berarti.
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan/berita dari seseorang
ke orang lain sehingga antara kedua belah pihak terjadi adanya saling
pengertian. Melalui komunikasi ini, perawat dapat menyampaikan ide dan
pikirannya kepada pasien, kemudian ia dapat mengetahui pikiran dan perasaan
pasien terhadap penyakit yang diderita dan juga sikap perilaku pasien terhadap
dirinya sendiri.

2. Gangguan Penglihatan
Gangguan ketajaman penglihatan dapat menghasilkan kesalahan refraksi
atau gangguan dalam lapang pandang. Gangguan penglihatan terdiri darimana
seseorang tidak dapat lagi menerima cahaya. Untuk maksud yang legal,
kebutuhan didefinisikan secara tepat untuk menentukan macam bantuan yang
diperlukan. Meskipun dewasa ini orang-orang yang tidak dapat melihat disebut
cacat penglihatan, istilah kebutuhan masih sering digunakan.

3. Respon Terhadap Kehilangan Penglihatan


3.1 Pengaruh kehilangan penglihatan
Orang-orang yang dilahirkan dalam kebutaan atau mengalami
kebutaan pada awal-awal kehidupan dan anak yang terlalu melindungi
atau menolaknya, seringkali percaya diri (self confident) seseorang
memegang peranan penting dalam hidup yang aktif dan produktif.
Kehilangan penglihatan dapat mempengaruhi rasa percaya diri dan
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Orang
dewasa yang tiba-tiba mengalami kebutaan biasanya mempunyai
kesulitan besar untuk menyesuaikan terhadap kecacatab gangguan ini
dapat menyebabkan :
- Menurunnya rasa percaya diri.
- Mempengaruhi komunikasi dengan orang lain.
- Berkembang menjadi perasaan terisolasi.
- Hobi yang disenangi yang memerlukan penglihatan (seperti membaca,
menjahit atau kerajinan tangan) tidak mungkin dilaksanakan.
- Pergerakan/kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari
terbatas.
- Pengembangan karier, kesempatan kerja dan keamanan keuangan
dapat terpengaruh.
- Dapat mempengaruhi kemampuan orang untuk mandiri, perasaan
sosial atau perasaan berharga sebagai anggota masyarakat.
Efek dari kehilangan penglihatan.
- Perasaan keterbatasan dalam pergerakan.
- Orang-orang buta tidak dapat bergerak cepat, aman atau semudah
orang yang dapat melihat.
- Memerlukan bantuan dari orang lain terutama pada daerah-daerah
yang berbahaya.
3.2 Coping Pada Kehilangan Penglihatan
Setelah seseorang diberitahu bahwa matanya akan buta, ada reaksi
yang normal yang ditujukan ketika periode berduka cita dari “kamatian”
mata. Kesedihan dan dukacita dari kehilangan penglihatan dapat
menyebabkan reaksi emosi seperti :
- penolakan (denial) – kehilangan harapan (hopelessines)
- marah (anger) – kehilangan pertolongan (helplessness)
- bersalah (guilt) – kesendirian (loneliness)
- benci (resentment) – depresi
Perasaan emosional yang kuat akan berpengaruh terhadap kemampuan
orang buta untuk merencanakan cara baru dalam menyelesaikan tugas-
tugas kehidupan.
Penglihatan yang berubah-ubah merupakan kejadian yang biasa pada
beberapa orang dengan gangguan penglihatan. Hal ini menimbulkan
kekecewaan dan kesulitan dalam merencanakan dan melaksanakan tugas.
Takut terhdap pengembangan
3.3
4.
D.

Anda mungkin juga menyukai