Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat dan karunia-
Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang kode etik dan tanggung jawab
profesi dari mata kuliah etika profesi.
Makalah ini dimaksudkan sebagai penjelasan ringkas dari kode etik dan tanggung jawab profesi.
Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami dan mengerti tentang etika
profesi serta dapat memahami faktor dan hal-hal yang berhubungan dengan etika profesi.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai apa itu kode
etik dan tanggung jawab profesi dan apa saja jenis jenis etika yang banyak belum diketahui dan
dipahami oleh para mahasiswa.
Dalam penulisan makalah ini, Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan masukan dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah makalah ini Penulis buat,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

1. Kode Etik Profesi, 3


2. Macam-Macam Etika, 4
3. Fungsi Kode Etik, 4
4. Kode Etik Advokat, 5
5. Kode Etik Hakim, 6

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa
mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan demikian kode etik dan tanggung
jawab profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci
tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional.
Perkataan profesi dan profesional sudah sering digunakan dan mempunyai beberapa arti. Dalam
percakapan sehari-hari, perkataan profesi diartikan sebagai pekerjaan (tetap) untuk memperoleh
nafkah (Belanda; baan; Inggeris: job atau occupation), yang legal maupun yang tidak. Jadi, profesi
diartikan sebagai setiap kegiatan tetap tertentu untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan
secara berkeahlian yang berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yang bermutu tinggi
dengan menerima bayaran yang tinggi. Keahlian tersebut diperoleh melalui proses pengalaman,
belajar pada lembaga pendidikan (tinggi) tertentu, latihan secara intensif, atau kombinasi dari
semuanya itu.
Pengemban profesi adalah orang yang memiliki keahlian yang berkeilmuan dalam bidang tertentu.
Karena itu, ia secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat yang memerlukan
pelayanan dalam bidang yang memerlukan keahlian berkeilmuan itu. Pengemban profesi yang
bersangkutan sendiri yang memutuskan tentang apa yang harus dilakukannya dalam melaksanakan
tindakan pengembanan profesionalnya. Ia secara pribadi bertanggung jawab atas mutu pelayanan
jasa yang dijalankannya. Karena itu, hakikat hubungan antara pengemban profesi dan pasien atau
kliennya adalah hubungan personal, yakni hubungan antar subyek pendukung nilai.
Makalah ini memuat tentang pentingnya etika profesi, kode etik dan tanggung jawab profesi.
Kode etik di susun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi memiliki kode etik
tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru, pustakawan, pengacara dan pelanggaran kode etik
tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum.
Bila seorang dokter di anggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan di periksa oleh majelis
kode etik kedokteran indonesia bukannya oleh pengadilan.
Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu
dengan pikiran, jiwa, dan perilaku tenaga professional. Dengan membaca makalah ini diharapkan
pembaca dapat memahami dan mengerti tentang yang disebut etika profesi dan juga dapat
memahami faktor dan hal – hal yang berhubungan dengan etika dan tangguprofesi. Oleh karena
itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada
masyarakat yang memerlukannya.

1.2. Tujuan Penulisan Makalah


1. Sebagai wawasan pengetahuan perkembangan kode etik dan tanggung jawab profesi.
2. Memberikan pengetahuan baru bagi pembaca,khususnya bagi penulis tentang pentingnya kode
etik dan tanggung jawab profesi.
3. Untuk mengetahui akibat yang akan terjadi apabila kode etik profesi tidak ada
1.3 Manfaat Penulisan Makalah
1. Berbagi informasi baru tentang pentingnya kode etik.
2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan khusus nya bagi penulis.
3. Dapat mengetahui dan memahami tujuan dari kode etik dan tanggung jawab profesi.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan beberapa masalah ini
yaitu sebagai berikut :
1. Apa pentingnya kode etik profesi ?
2. Apa fungsi dari kode etik profesi ?
3. Mengapa kode etik profesi sangat penting?
4. Seberapa penting kode etik dan tanggung jawab profesi ?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Kode Etik Profesi

Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat difungsikan
sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum
(common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikina kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena
segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri. Sedanglan Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut E.Holloway dikutip dari Shidarta, kode etik itu memberi petunjuk untuk hal-hal sebagai
berikut:
1. Hubungan antara klien dan penyandang profesi;
2. Pengukuran dan standar evaluasi yang dipakai dalam profesi;
3. Penelitian dan publikasi/penerbitan profesi;
4. Konsultasi dan praktik pribadi;
5. Tingkat kemampuan kompetensi yang umum;
6. Administrasi personalia;
7. Standar-standar untuk pelatihan.

Ditambahkan oleh Holloway, bahwa kode etik (standar etika) tersebut mengandung beberapa
tujuan sekaligus, yaitu untuk:
1. Menjelaskan dana menetapkan tanggung jawab kepada klien, lembaga (institution), dan
masyarakat pada umumnya;
2. Membantu penyandang profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau
mereka menghadapi dilema-dilema etis dalam pekerjaannya;
3. Membiarkan profesi menjaga reputasi (nama baik) dan fungsi profesi dalam masyarakat
melawan kelakuan buruk dari anggota-anggota tertentu dari profesi itu;
4. Mencerminkan pengharapan moral dari komunitas masyarakat (atas pelayanan penyandang
profesi itu kepada masyarakat);
5. Merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atas kejujuran dari penyandang
profesi itu sendiri.
Biasanya kode etik tidak pernah dianggap sebagai bagian dari hukum positif suatu negara, Namun
disadari atau tidak, kode etik dapat saja secara diam-diam diadopsi menjadi salah satu jenis
sumber formal hukum.

2. Macam-Macam Etika
*Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang
dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif
tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia
sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Da-pat disimpulkan
bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang
dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.

*Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam
hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma- norma yang dapat menuntun agar manusia
bertindak secara baik dan meng- hindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma
yang disepakati dan berlaku di masyarakat

3. Fungsi Kode Etik


Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan pengembangan
bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson dan Michel (1945 :
449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas prosefional
dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.
Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu : 1. Melindungi suatu
profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam
suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
Salah satu contoh diambil contoh empat fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri, antara lain :
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya dalam
melaksanakan tugas.
Etika hubungan guru dengan peserta didik menuntut terciptanya hubungan berupa helping
relationship (Brammer, 1979), yaitu hubungan yang bersifat membantu dengan mengupayakan
terjadinya iklim belajar yang kondusif bagi perkembangan peserta didik. Dengan ditandai adanya
perilaku4 empati,penerimaan4dan penghargaan, kehangatan dan perhatian, keterbukaan dan
ketulusan serta kejelasan ekspresi seorang guru. Seorang guru apabila ingin menjadi guru yang
professional harusnya mendalami serta memiliki etika diatas tersebut.
Etika Hubungan garis dengan pimpinan di sekolah menuntut adanya kepercayaan. Bahwa guru
percaya kepada pimpinan dalam meberi tugas dapat dan sesuai dengan kemampuan serta guru
percaya setiap apa yang telah dikerjakan mendapatkan imbalan dan sebaliknya bahwa pimpinan
harus yakin bahwa tugas yang telah diberikan telah dapat untuk dilaksanakan.Guru sangat perlu
memelihara hubungan baik dengan masyarakat untuk kepentingan pendidikan. Guru juga harus
menghayati apa saja yang menjadi tanggung jawab tugasnya.

4. Kode Etik Advokat

Kode etik advokat adalah Kode Etik Advokat Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 23 Mei
2002 berdasarkan kesepakatan 7 (tujuh) organisasi advokat Indonesia yang terdiri dari:
1. Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN);
2. Asosiasi Advokat Indonesia (AAI);
3. Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI);
4. Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI);
5. Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM);
6. Serikat Pengacara Indonesia (SPI);
7. Himpunan advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI).

Berdasarkan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat menyatakan Kode
etik dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Profesi Advokat yang telah ditetapkan oleh Ikatan
Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum
Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara
Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), dan Himpunan Konsultan Hukum
Pasar Modal (HKHPM), pada tanggal 23 Mei 2002 dinyatakan mempunyai kekuatan hukum
secara mutatis mutandis menurut Undang-Undang ini sampai ada ketentuan yang baru yang dibuat
oleh Organisasi Advokat.
Selanjutnya organisasi advokat Kongres Advokat Indonesia telah menetapkan Kode Etik Advokat
Indonesia dengan surat keputusan kongres advokat indonesia i tahun 2008 nomor: 08/kai-i/v/2008
tentang kode etik advokat indonesia pada tanggal 30 mei 2008.

5. Kode Etik Hakim


Untuk jabatan hakim, Kode Etik Hakim disebut Kode Kehormatan Hakim berbeda dengan notaris
dan advokat. Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. Oleh karena
itu Kode Kehormatan Hakim memuat 3 jenis etika, yaitu :
1. Etika kedinasan pegawai negeri sipil
2. Etika kedinasan hakim sebagai pejabat fungsional penegak hukum.
3. Etika hakim sebagai manusia pribadi manusia pribadi anggota masyarakat.
Uraian Kode Etik Hakim meliputi :
1. Etika keperibadian hakim
2. Etika melakukan tugas jabatan
3. Etika pelayanan terhadap pencari keadilan
4. Etika hubungan sesama rekan hakim
5. Etika pengawasan terhadap hakim.
Dari kelima macam uaraian kode etik ini akan kita lihat apakah Kode Etik Hakim memiliki upaya
paksaan yang berasal dari undang-undang.
1. Etika keperibadian hakim
Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :
a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjunjung tinggi, citra, wibawa dan martabat hakim
c. Berkelakuan baik dan tidak tercela
d. Menjadi teladan bagi masyarakat
e. Menjauhkan diri dari eprbuatan dursila dan kelakuan yang dicela oleh masyarakat
f. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim
g. Bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab
h. Berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu
i. Bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai peradilan)
j. Dapat dipercaya
k. Berpandangan luas
2. Etika melakukan tugas jabatan
Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :
a. Bersikap tegas, disiplin
b. Penuh pengabdian pada pekerjaan
c. Bebas dari pengaruh siapa pun juga
d. Tidak menyalahgunakan kepercayaan, kedudukan dan wewenang untuk kepentingan pribadai
atau golongan
e. Tidak berjiwa mumpung
f. Tidak menonjolkan kedudukan
g. Menjaga wibawa dan martabat hakim dalam hubungan kedinasan
h. Berpegang teguh pada Kode Kehormatan Hakim
3. Etika pelayanan terhadap pencari keadilan
Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :
a. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan di dalam hukum acara yang berlaku
b. Tidak memihak, tidak bersimpati, tidak antipati pada pihak yang berperkara
c. Berdiri di atas semua pihak yang kepentingannya bertentangan, tidak membeda-bedakan orang
d. Sopan, tegas, dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam ucapan maupun perbuatan
e. Menjaga kewibawaan dan kenikmatan persidangan
f. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan
g. Memutus berdasarkan hati nurani
h. Sanggup mempertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
4. Etika hubungan sesama rekan hakim
Sebagai sesama rekan pejabat penegak hukum, hakim :
a. Memlihara dan memupuk hubungan kerja sama yang baik antara sesam rekan
b. Memiliki rasa setia kawan , tenggang rasa, dan saling menghargai antara sesama rekan
c. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap korp hakim
d. Menjaga nama baik dan martabat rekan-rekan , baik di dalam maupun di luar kedinasan
e. Bersikap tegas. Adil dan tidak memihak.
f. Memelihara hubungan baik dengan hakim bawahannya dan hakim atasannya.
g. Memberi contoh yang baik di dalam dan di luar kedinasan.
5. Etika pengawasan terhadap hakim.
Di dalam urusan Kode Kehormatan Hakim tidak terdapat rumusan mengenai pengawasan dan
sanksi ini. Ini berarti pengawasan dan sanksi akibat pelanggaran Kode Kehormatan Hakim dan
pelanggaran undang-undang. Pengawasan terhadap hakim dilakukan oleh Majelis Kehormatan
Hakim. Menurut ketentuan pasal 20 ayat (3) Undang-Undang No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan
umum; Pembentukan, susunan, dan tata kerja Majelis Kehormatan Hakim serta tata cara
pembelaan diri ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung bersama-sama Menteri Kehakiman. [3]

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat penerapan
pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran
etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu
didampingi refleksi etis.
Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode
etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas
yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan
nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan
membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan
kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi
dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari
profesi.
Dengan membuat kode etik, tanggung jawab profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih
niatnya untuk mewujudkan nilai nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah
bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilainilai dan cita-cita yang diterima
oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan
untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus
dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus
menerus.

Kesadaran itu penting dan lebih penting lagi kesadaran itu timbul dari Diri kita masing - masing
yang sebentar lagi akan menjadi pelaksana profesi di bidang komputer disetiap tempat kita
bekerja, dan selalu memahami dengan baik atas Etika Profesi yang membangun dan bukan untuk
merugikan orang lain.

3.2. Saran
Agar tidak menyimpang dari kode etik yang berdampak pada profesionalitas kerja maka :
1. Memperbanyak pemahaman terhadap kode etik dan tanggung jawab profesi
2. Mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktek pendidikan yang di jalani.
3. Pembahasan makalah ini menjadikan individu yang tahu akan pentingnya kode etik dan
tanggung jawab profesi.
4. Kode etik yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang memungkinkan
untuk dapat dijalankan bagi kelompok profesi.
5. Terhadap pelaksanaan profesi hendaknya menjalankan profesi yang jalani sesuai dengan kode
etik yang ditetapkan agar profesi yang dijalani sesuai dengan tuntutannya.
DAFTAR PUSTAKA

Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia ( Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika,
2006 ), h. 16.
Sufirman Rahman dan Qamar Nurul, Etika Profesi Hukum ( Cet. I; Makassar: Pustaka Refleksi,
2014 ), h. 76-77.
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum ( Cet. III., Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006),
h. 74.
http://duniabaca.com/pengertian-etika-dan-macam-macamnya.html, di akses tanggal 27 mei 2015

Anda mungkin juga menyukai