Anda di halaman 1dari 26

REFLEKSI KASUS

DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN STATUS GIZI BAIK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
di RSUD RA KARTINI

Pembimbing:
dr. Fenty K, Sp.A., M.Si.,M.ed

Disusun oleh :
Qonita Luthfiyyana
30101307050

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
I. IDENTITAS
Nama penderita : An. MAR
Umur/tgl lahir : 9 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jepara

Nama ayah : Tn. M


Umur : 43 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Pabrik
Alamat : Jepara

Nama ibu : Ny. W


Umur : 37 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jepara

II. DATA DASAR


Alloanamnesis dilakukan dengan orang tua pasien pada hari Jumat, tanggal
7 Desember 2017 jam 19.30 WIB di bangsal anak RSUD KARTINI

Keluhan Utama :
Demam 3 hari
Riwayat Penyakit Sekarang :
- 3 hari SMRS pasien mengeluh demam tinggi mendadak, demam dirasakan
terus menerus, tidak menggigil, tidak kejang. Pasien sudah diperiksakan ke
dokter dan diberi obat turun panas, setelah minum obat turun panas, panas
bisa turun namun beberapa jam kemudian naik lagi. Keluhan disertai dengan
nyeri pada ulu hati dan kepala pusing.

- 2 hari SMRS panas tetap tinggi. Panas tidak naik turun tetapi panas
sepanjang hari. Panas diikuti dengan muntah setiap sehabis makan. Kira-kira
sebanyak 2-3 kali per hari. Anak masih mau minum tetapi nafsu makannya
menurun. BAK lancar seperti biasa dan BAB lancar seperti biasa.

- 1 hari SMRS panas semakin tinggi dan keluhan mual, muntah bertambah
sering, isi muntah seperti yang dimakan, kepala terasa nyeri, muntah darah
disangkal, adanya ruam merah dikulit diakui, menggigil disangkal, adanya
mimisan disangkal, kejang disangkal, merasa sering silau disangkal. Badan
lemas, badan terasa pegal terutama pada lutut. Nafsu makan semakin
menurun. Nyeri pada saat menelan disangkal. Adanya batuk berdahak, pilek
semuanya disangkal. BAB warna hitam disangkal, mencret disangkal, BAB
1x sehari sedikit dan berbentuk coklat padat. BAK lancar jumlah cukup,
tidak nyeri dan tidak ada warna kemerahan. Riwayat bepergian ke tempat
jauh atau daerah endemis malaria disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit anak yang pernah diderita :
 Faringitis : Diakui  Enteritis : Disangkal
 Bronchitis : Disangkal  Disentri Basilar : Disangkal
 Pneumonia : Disangkal  Disentri Amoeba : Disangkal
 Morbili : Disangkal  Thip.Abdominalis : Diakui
 Pertusis : Disangkal  Cacingan : Disangkal
 Varicella : Disangkal  Operasi : Disangkal
 Difteri : Disangkal  Trauma : Disangkal
 Malaria : Disangkal  Reaksi Obat/Alergi : Disangkal
 Polio : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama.

Riwayat Sosio-Ekonomi
Ayah bekerja sebagai pegawai pabrik dan ibu bekerja sebagai pedagang.
Ayah, ibu dan pasien tinggal serumah. Biaya pengobatan menggunakan BPJS PBI
kelas III
Kesan sosial ekonomi : Kurang

III. DATA KHUSUS


Anak laki-laki lahir dari ibu P3A0 hamil 38 minggu, antenatal care teratur,
penyakit kehamilan tidak ada, masa gestasi cukup bulan, lahir secara spontan di
bidan, anak lahir langsung menangis, berat badan lahir 3200 gram.
Kesan : Bayi Aterm

Riwayat Makan-Minum
Anak diberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan. Umur 7-8 bulan
selain ASI dan susu formula, mendapat makanan pendamping berupa bubur susu,
umur 9 bulan mendapat makanan pendamping berupa nasi tim dan sayur. Umur 1
tahun hingga sekarang mulai mendapat makanan orang dewasa (nasi, lauk, sayur
dan buah). Anak makan 3 kali sehari.
Kesan : Kualitas dan kuantitas diit baik
Riwayat Imunisasi Dasar
No Jenis Imunisasi Jumlah Dasar
1. BCG 1x 1 bulan
2. Polio 4x 0, 2, 4,6 bulan
3. Hepatitis B 4x 0, 2, 4, 6 bulan
4. DPT 3x 2, 4, 6 bulan
5. Campak 1x 9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai umur

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


- Tersenyum : 2 bulan
- Miring dan tengkurap : 3 bulan
- Duduk tanpa berpegangan : 7 bulan
- Berdiri berpegangan : 9 bulan
- Berjalan : 12 bulan
Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan sesuai dengan umur

Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :


Diketahui : Anak laki-laki, umur 9 tahun 4 bulan (112 bulan)
BB = 29 kg
TB = 135 cm
WAZ = BB – Median = 29 – 29,2 = -0,58 SD (Gizi Normal)
SD 4,10
HAZ = PB – Median = 135- 133,9 = 0,19 SD (Normal)
SD 5,80
WHZ = BB – Median = 29 – 29,6 = -0,2 SD (Normal)
SD 2,6
Kesan : Gizi baik
Riwayat KB Orang Tua
Pasien merupakan anak ketiga. Ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis
suntik 3 bulan.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 7 Desember 2017, pukul 19.30 WIB di bangsal anak
Baitunnisa I RSISA
Keadaan Umum
Tampak lemah, kesadaran composmentis

Tanda Vital
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Nadi :
- Frekuensi : 90 x/ menit
- Irama reguler
- Isi dan tegangan cukup
 Laju pernafasan : 20 x/ menit
 Suhu : 39,5° C (axilla)

Status Internus
Kepala : Mesocephale
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Kulit : Petekie (+), sianosis (-), turgor kembali cepat
Mata : Oedem palpebra ( -/- ), konjungtiva anemis ( -/- )
Hidung : Epistaksis ( -/- ), nafas cuping hidung ( -/- )
Telinga : Discharge ( -/- )
Mulut : Bibir kering ( - ), bibir sianosis ( - ), gusi berdarah ( - )
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe ( - )
Tenggorok : T1-T1, Faring hiperemis ( - )
Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk normal, hemithorax dextra dan sinistra simetris,
retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = Stem fremitus kiri, nyeri tekan ( - )
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas pinggang : ICS III linea mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra
Batas kiri bawah : ICS V 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra
Palpasi : Iktus cordis tak teraba, tak kuat angkat
Auskultasi : Irama : Reguler
Bunyi Jantung : BJ I dan BJ II normal reguler
Bising : (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+) di ulu hati
Hepar tak teraba
Lien schufner 0
Anggota Gerak : Atas Bawah
Kiri/kanan Kiri/kanan
Capilary refill <2” <2”
Akral dingin +/+ +/+
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-

Alat kelamin : Laki-laki, dalam batas normal


Anorektal : Dalam batas normal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium, Tanggal 7 Desember 2017
Darah Rutin
Hemoglobin : 15,2 g/dl (H)
Hematokrit : 43,3 %
Leukosit : 2,10 ribu/ul (L)
Trombosit : 79 ribu/ul (L)
Tes Widal : Negatif

2. Laboratorium, Tanggal 8 Desember 2017


Darah Rutin
Hemoglobin : 16,8 g/dl (H)
Hematokrit : 52,1 % (H)
Leukosit : 3,33 ribu/Ul (L)
Trombosit : 88 ribu/ uL (L)

3. Laboratorium, Tanggal 9 Desember 2017


Hemoglobin : 16,7 g/dl
Hematokrit : 47,9 % (H)
Leukosit : 5,79 ribu/uL (L)
Trombosit : 97 ribu/Ul (L)
4. Laboratorium, Tanggal 10 Desember 2017
Hemoglobin : 15 g/dl
Hematokrit : 43,5 %
Leukosit : 8,0 ribu/uL
Trombosit : 110 ribu/Ul (L)

ASSESMENT :
 Demam Berdarah Dengue Derajat II
 Status Gizi Baik

VI. INITIAL PLAN DIAGNOSIS


1. Assesment : Demam Berdarah Dengue Derajat II
DD :
 Demam Dengue
 Demam Chikungunya

Ip. Dx :
S:-
O : Darah rutin (Hb, Ht, Leukosit dan Trombosit), X foto thorax (AP-RLD)

Ip. Rx :
 Cairan kristaloid untuk rumatan (RL, RA atau NaCl 0,9%)
10kg I = 100 cc/kgbb/hari
10kgII = 50 cc/kgbb/hari
10kgselanjutnya = 20 cc/kgbb/hari
100x10 = 1000 cc/hari
50x10 = 500 cc/hari
20x9 = 180 cc/hari +
= 1680 cc/hari
18 tpm dalam 24 jam
 Paracetamol 10-15 mg/KgBB/kali
o PCT 340-510 mg sekali minum jika panas
o PCT tab 500 mg 1 tab jika panas
 Anabion 2 x 1 cth
 (Antiviral) Metilsoprinol 1x1 cth
 Ranitidin 3 x 25 mg
 Antasid 3x1 cth

Ip. Mx :
 TTV (HR, RR, Suhu, Tekanan darah) tiap 6 jam
 Darah rutin setiap hari
 Diuresis (0,5 cc/kgBB/jam)
Ip. Ex :
 Bila anak mengalami punurunan kesadaran segera lapor perawat
 Usahakan anak minum yang banyak
 Bila ada tanda perdarahan pada anak seperti mimisan dan berak hitam
segera lapor perawat
 Asupan diit yang cukup

2. Assestment : Gizi Baik


DD : Gizi Kurang
Gizi Buruk

Ip. Dx:
S: Kualitas dan kuantitas makanan
O: -
Ip. Rx :
Kebutuhan kalori BB : 29 kg Usia 9 tahun 4 bulan
(22,7 x 29) + 495 = 1153,3 kkal
1153,3 kkal terdiri dari :
 Karbohidrat : 60% x 1153,3 = 691,98 kkal
 Lemak : 40% x 1153,3 = 461,32 kkal
 Protein : 10% x 1153,3 = 115,33 kkal
Ip. Mx :
Keadaan umum pasien
Data antropometri (berat badan, tinggi badan)
Ip. Ex : Makan teratur dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan gizi
Waktu Hari ke-1 perawatan Hari ke-2 perawatan Hari ke-3 perawatan
Tanggal 7 Desember 2017 8 Desember 2017 9 Desember 2017
Keluhan Panas, pusing Panas, pusing, mual Panas, pusing, mual
Keadaan Composmentis Composmentis Composmentis
Umum
TTV :
Nadi 90x/mnt isi cukup 112x/mnt isi cukup 108x/mnt isi cukup
RR 20x/mnt 20x/mnt 19x/mnt
Suhu 39,5C(axilla) 39,0C(axilla) 38,5C(axilla)
Assesment DHF Grade II DHF Grade II DHF Grade II
Terapi  Cairan kristaloid untuk  Cairan kristaloid untuk  Cairan kristaloid untuk
rehidrasi (RL,RA atau rehidrasi (RL,RA atau rehidrasi (RL,RA atau
NaCl 0,9%) NaCl 0,9%) NaCl 0,9%)
o 10kg I = 100 cc/kgbb/hari o 5 cc/kgbb/jam o 5 cc/kgbb/jam
o 10kgII = 50 cc/kgbb/hari o 5 x 29 = 145 cc/jam o 5 x 29 = 145 cc/jam
o 10kgselanjutnya = 20 o 36 tpm dalam 1 jam o 36 tpm dalam 1 jam
cc/kgbb/hari  Paracetamol 10-15  Paracetamol 10-15
o 100x10 = 1000 cc/hari mg/KgBB/kali mg/KgBB/kali
o 50x10 = 500 cc/hari o PCT 4x1tab prn o PCT syr 4x1 tab prn
o 20x9 = 180 cc/hari  Anabion 2 x 1 cth  Anabion 2 x 1 cth
o +  Metilsoprinol 1x1 cth  Metilsoprinol 1x1 cth
= 1680 cc/hari  Ranitidin 3 x 25 mg  Ranitidin 3 x 25 mg
o 18 tpm dalam 24 jam
Paracetamol 10-15
mg/KgBB/kali
o PCT 4x1tab prn
 Anabion 2 x 1 cth
 Metilsoprinol 1x1 cth
 Ranitidin 3 x 25 mg
Waktu Hari ke-4 perawatan
Tanggal 10 Desember 2017
Keluhan Panas, pusing, mual
Keadaan Composmentis
Umum
TTV :
Tensi 110/70 mmHg
Nadi 80x/mnt isi cukup
RR 20x/mnt
Suhu 37,5C(axilla)
Assesment DHF Grade II
Terapi  Cairan kristaloid untuk
rumatan (RL,RA atau NaCl
0,9%)
o 10kg I = 100 cc/kgbb/hari
o 10kgII = 50 cc/kgbb/hari
o 10kgselanjutnya = 20
cc/kgbb/hari
o 100x10 = 1000 cc/hari
o 50x10 = 500 cc/hari
o 20x9 = 180 cc/hari
o +
o = 1680 cc/hari
o
o 18 tpm dalam 24 jam
o
 Paracetamol 10-15
mg/KgBB/kali
o PCT 4x1 tab prn
 Anabion 2 x 1 cth
 Metilsoprinol 1x1 cth
 Ranitidin 3 x 25 mg
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue.
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri
demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan renjatan/syok dan kematian.
II. ETIOLOGI
Penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamik Aedes
Aegypti yang banyak ditemukan dan hampir selalu menggigit di dalam rumah
pada waktu siang hari. Virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan
melalui vektor nyamuk Aedes aegypti, nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang
berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe besangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe lain.
III. PATOFISIOLOGI
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita
adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau batuk, bintik-
bintik merah pada kulit (ptekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, homokonsentrasi dan hipoproteinemia
serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih dari 20%)
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh
karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hetokrit
darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi terjadi.

IV. TANDA DAN GEJALA


Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
a) Kriteria klinis:
1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas berlangsung terus-menerus
2-7 hari
2) Terdapat manifestasi perdarahan termasuk uji torniquet postif, petekia,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena
3) Pembesaran hati
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa
disertai ikterus.
4) Terdapat tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,
penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit
lembab dan pasien tampak gelisah
b) Kriteria laboratoris
1) Trombositopenia (≤ 100.000/mm3)
2) Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari kenaikan hematokrit 20% atau
lebih menurut standar umur dan jenis kelamin, atau terdapat bukti
kebocoran plasma lainnya (hipoalbuminemia, efusi pleura, asites)
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan
hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan
diagnosis klinis DHF.
Efusi pleura dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis
terutama pada pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok,
peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis
DBD.

V. DERAJAT PENYAKIT DHF


DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara
klinis dibagi menjadi :
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan Laboratorium

Darah :

- LPB positif.

- Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia)

- Hematokrit meningkat lebih dari 20%, merupakan indikator akan


timbulnya rejatan.

- Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.

- Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.

- Masa perdarahan memanjang.


- Protein rendah (hipoproteinemia)

- Natrium rendah (hiponatremia)

- SGOT/SGPT bisa meningkat

- Astrup : Asidosis metabolic

Urine :

Kadar albumin urine positif (albuminuria)

b) Pemeriksaan Imaging

 Foto thoraks
 USG
 CT-Scan Kepala tanpa kontras

c) DIAGNOSIS BANDING
Pada saat fase demam sebagai diagnosis banding adalah berbagai macam
infeksi virus, parasit, dan bakteri misalnya demam tifoid, penyakit demam
oleh karena virus dengan manifestasi perdarahan, leptospirosis, malaria,
sedangkan tonsilpharyngitis sering sebagai diagnosis pada saat infeksi dengue
di awal demam. Pada manifestasi demam dengan perdarahan seperti idiopatic
Trombositopeni Purpura (ITP) atau awal suatu Leukimia kadang perlu
diperhitungkan sebagai diagnosis banding dari DBD derajat II.

d) PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1) Tirah baring atau istirahat baring.

2) Diet makan lunak.


3) Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis,
sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan
hal yang paling penting bagi penderita DHF.

4) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)


merupakan cairan yang paling sering digunakan.

5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan)


jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

6) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

9) Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

10) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum,


perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang
memburuk.

11) Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

12) Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif


dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan
bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma
ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.

13) Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit


dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila
renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup
besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya
dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
14) Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada
penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis
dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang
mencolok.
Manajemen DBD Derajat I dan II (Kasus Non-syok)
Cairan diberikan sejumlah kebutuhan rumatan (untuk 1 hari) + defisit
5% (oral maupun intravena) selama 48 jam. Sebagai contoh, anak dengan
berat badan 20 Kg maka defisit 5% = 50 ml/KgBB x 20 Kg = 1000 mL.
Kebutuhan rumatan ialah 1500 mL untuk 1 hari. Dengan demikian, total
pemberian cairan ialah M + 5% = 2500 mL yang diberikan selama 48 jam.
Jumlah cairan tersebut disesuaikan dengan kondisi klinis, tanda vital, keluaran
urin, dan kadar hematokrit.
Laju pemberian infus pada anak (WHO, 2011)
Laju pada anak Laju pada dewasa
(mL/KgBB/jam) (mL/jam)
Setengah rumatan 1,5 40-50
Rumatan 3 80-100
Rumatan + defisit 5% 5 100-120
Rumatan + defisit 7% 7 120-150
Rumatan + defisit 10% 10 300-500
Manajemen DBD Derajat III (Kasus Syok)

Manajemen DBD Derajat IV (Kasus Syok)


1. Pemberian cairan dilakukan lebih agresif: 10 ml/kgbb bolus selama 10-15
menit. Evaluasi tekanan darah; bila perbaikan, lanjutkan terapi seperti
manajemen kasus grade III.
2. Bila syok belum teratasi, ulangi pemberian cairan bolus 10 ml/kgbb, serta
evaluasi dan atasi abnormalitas hasil laboratorium (asidosis, gangguan
keseimbangan elektrolit, hipoglikemia).
3. Transfusi segera (mempertimbangkan kadar hematokrit sebelum resusitasi)
dapat diberikan.
4. Bila syok belum teratasi, pertimbangkan pemberian inotropik dan rawat
intensif bila jumlah cairan diberikan sudah adekuat.

e) KOMPLIKASI
1) Ensepafalopati dengue : edeme otak dan alkalosis. Dapat terjadi bak pada
syok maupun tanpa syok.
2) Kelainan ginjal : akibat syok berkepanjangan
3) Edema paru : akibat pemberian cairan berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI ( pedoman diagnosis dan tata laksana infeksi virus dengue pada anak )
2. Hapsari, D, dkk. 2010. Update Demam Berdarah Dengue pada Anak. UNDIP:
semarang.
3. Pudjiadi, A, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan Dokter Anank
Indonesia. Cetakan I.
4. Departemen kesehatan republik indonesia direktorat jenderal pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan ( 2006)

Anda mungkin juga menyukai