Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik berupa materi maupun pikirannya.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk kedepannya, penulis berharap dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
1
Kata Pengantar...........................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah....................................................................................................4
1.4 Manfaat Makalah.................................................................................................4
Bab II Pembahasan
2.1 Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa...............................................................6
2.2 Butir-Butir Pancasila Sila Ke 1............................................................................8
2.3 Sikap Positif Sesuai Sila Ke 1..............................................................................9
2.4 Faktor yang Mendukung dan Menghambat Jalannya Aktualisasi Pancasila
Sila Pertama............................................................................................................10
2.5 Contoh Keteladanan dari Tokoh Bangsa Indonesia.............................................11
Daftar Pustaka............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang
Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara bahkan moral negara, moral penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintahan
negara hukum dan perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus
dijiwai oleh nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sejak zaman dahulu Indonesia adalah negara yang menganut banyak agama dan
keyakinan. Mulai dari agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Tionghoa dan masih banyak
agama dan keyakinan lainnya yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan latar
belakang perbedaan keyakinan tersebut maka dalam Pancasila dimuatlah asas dan nilai
mengenai kebebasan beragama bagi seluruh masyarakat Indonesia yang terdapat pada sila
pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan adanya sila pertama diharapkan agar setiap warga negara Indonesia saling
bertoleransi dan saling menghargai satu sama lain antar umat beragama. Dan diharapkan pula
3
agar saling bekerjasama dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun pemerintahan yang
dapat mewujudkan kesejahteraan bersama demi menumbuhkan kemajuan negara Indonesia.
Selain itu, untuk menjaga dan mewujudkan hubungan baik antar umat beragama juga perlu
diutamakan. Sikap saling menghormati dan mengasihi sangat diperlukan supaya dapat selalu
hidup berdampingan tanpa adanya tekanan dan diskriminasi agama.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah pencipta segala yang ada dan semua
makhluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa
dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat
yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan
tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian
dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya.
Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang
tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang
berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah
logika.
Sila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan bahwa
bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan
juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati
kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat
beragama.
Sila Ketuhanan yang maha Esa mempunyai makna bahwa segala aspek
penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari
Tuhan.Karena, sejak awal pembentukan bangsa ini, bahwa negara Indonesia berdasarkan atas
Ketuhanan.Maksudnya adalah bahwa masyarakat Indonesia merupakan manusia yang
mempunyai iman dan kepercayaan terhadap Tuhan, dan iman kepercayaan inilah yang
menjadi dasar dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Berikut makna dan aktualisasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam beberapa
bidang :
5
Makna dan aktualisasi sila Ketuhanan Yang Mahas Esa dalam pembangunan bidang
Politik
Makna dan aktualisasi sila Ketuhanan Yang Mahas Esa dalam pembangunan bidang
ekonomi
Berlandaskan kepada keimanan dan ketaqwan kepada Tuhan Yang Maha Esa
menjadikan landasan spiritual, moral dan etika bagi penyelenggaraan pembangunan ekonomi
Negara.
Makna dan aktualisasi sila Ketuhanan Yang Mahas Esa dalam pembangunan bidang
HAM
Asas ketuhanan mengamanatkan bahwa tidak boleh ada produk hukum nasional yang
bertentangan dengan agama atau menolak atau bermusuhan dengan agama. Dalam proses
penyusuan suatu peraturan perundang-undangan, nilai ketuhanan merupakan pertimbangan
yang sifatnya permanen dan mutlak.
Dalam negara hukum Pancasila tidak boleh terjadi pemisahan antara agama dan
negara, karena hal itu akan bertentangan dengan Pancasila. Kebebasan beragama dalam arti
positif, ateisme tidak dibenarkan. Komunisme dilarang, asas kekeluargaan dan kerukunan.
6
Terdapat dua nilai mendasar, yaitu pertama, kebebasan beragama harus mengacu pada makna
yang positif sehingga pengingkaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak dibenarkan; kedua,
ada hubungan yang erat antara agama dan negara.
Dalam masa reformasi menurut Tap MPR no.I/MPR/2003 ada perubahan isi butir-
butir Pancasila dengan masa sebelumnya yang terdiri 45 butir-butir Pancasila yang
terkandung pada 5 sila dalam Pancasila.
1. Bangsa Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh: Memiliki dan meyakini satu agama dengan menjalankan perintah dan
menjauhi larangan sesuai norma agama yang berlaku.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Contoh: Tidak mengganggu ibadah agama lain.
3. Mengembangkan sikap homat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama
dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Contoh: Menghormati sesama manusia.
4. Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh: Kita harus hidup rukun antar umat beragama karena kita satu bangsa
Indonesia.
5. Agama dan kepercayaaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalahyang
menyangkut hubungan pribadi umat manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh: Setiap manusia bebas memilih agama yang sudah di sah kan pemerintah.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
degan agama dan kepercayaan masing-masing.
Contoh: Saling menghormati ketika ada pemeluk agama lainyang sedang menjalankan
ibadah.
7. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Contoh: Kita dilarang memaksakan suatu agama kepada orang lain karena itu urusan
dia dengan tuhannya, kita hanya diwajibkan mengingatkan saja.
7
2.3 Sikap Positif Sesuai Sila Ke 1
1) Di lingkungan keluarga:
a. Melaksanakan ritual keagamaan.
b. Melaksanakan syukuran ketika mendapatkan berkah dan karunia Tuhan.
c. Menjaga silaturahmi.
d. Memperdalam, berdiskusi, ceramah, dan mengkaji ajarana gamanya masing-
masing.
2) Di lingkungan sekolah:
a. Mengikuti ceramah keagamaan.
b. Menghormati Bapak dan Ibu guru.
c. Berdoa ketika memulai dan mengakhiri pelajaran.
d. Memperingati hari besar keagamaan di sekolah.
e. Mengikuti kegiatan kerohanian di sekolah.
f. Menghormati dan menghargai teman yang sedang menjalankan ibadah.
3) Di lingkunganmasyarakat:
a. Menjalankan ibadat sesuai agama masing-masing.
b. Memberikan sumbangan untuk pembangunan sarana dan kegiatan ibadah.
c. Menengok dan membantu tetangga yang tertimpa musibah, sakit atau
(meninggal).
d. Menghormati dan tidak mengganggu peribadatan tetangga
e. Menciptakan kebersihan, ketenteraman, dan keamanan lingkungan.
2.4 Faktor yang Mendukung dan Menghambat Jalannya Aktualisasi Pancasila Sila
Pertama
Penerapan sila pertama pancasila memang terlihat mudah, tapi sulit untuk dilakukan.
Masih banyak perilaku masyarakat yang menyimpang dari makna sila pertama. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti di bawah ini.
Faktor Pendukung
1. Pendidikan / Pengetahuan
Dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, maka seharusnya kita sebagai
mahasiswa dapat menciptakan rasa tanggung jawab yang lebih besar dan
berkepribadian yang baik.
8
2. Lingkungan Hidup
Sama halnya dengan pendidikan, lingkungan hidup juga berpengaruh kepada
pembentukan jiwa Pancasila yang kita pahami dan pelajari. Dengan lingkungan yang
baik tentu kita akan mendapatkan pergaulan yang baik juga, begitu sebaliknya.
Pergaulan yang baik membawa kita kepada jalan Ketuhanan yang baik pula.
Faktor Penghambat
1. Benturan antar suku, antar umat beragama, antar kelompok, dan antar daerah terjadi
dimana-mana.
2. Kriminalitas meningkat.
3. Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini
adalah yang ditandai dengan adanya konflik dibeberapa daerah.
4. Berkurangnya nilai-nilai kekeluargaan, semangat gotong royong, tenggang rasa,
norma susila, kesopanan dan adat istiadat bangsa karena lebih mementingkan
keegoisannya sendiri dibandingkan orang lain.
Tokoh bangsa ini telah mencontohkan banyak keteladanan dalam melaksanakan pengamalan
sila pertama Pancasila. Berikut sebagian contoh keteladanan yang dilakukan.
1. Muhammad Hatta
Pada tahun 1921, Muhammad Hatta bersekolah di sekolah tinggi ekonomi Handels-
Hoogeschool di Rotterdam. Namun, dengan memasuki kehidupan budaya Eropa, ia
tetap menjalankan tuntutanan gamanya. Dalam pengakuannya, “Sebagaimana aku
bangun pagi pukul 06.30. Setelah bangun dan sembahyang subuh, aku mulai
membaca surat kabar.” Pada saat makan malam bersama temannya di sebuah restoran,
semua temannya memesan bir, tetapi Hatta hanya memesan air es. Disini terlihat
walaupun berada pada lingkungan minoritas muslim, sepatutnya tetap melaksankan
perintah agama dan menjauhi budaya-budaya yang tidak diperbolehkan dalam agama.
2. Gus Dur
9
Gus Dur mengajak umat islam berlaku adil pada siapa pun, termasuk non-Muslim dan
kaum minoritas yang tuna kuasa. Sikapnya itu merupakan pengamalan dari Surah Al-
Ma’idah, ayat 15, “Jangan sampai ketidaksukaanmu terhadap suatu kaum membuat
kamu bertindak tidak adil.” Dengan menetapkan hari libur nasional pada Tahun Baru
Imlek demi menghormati penganut Konghucu, Indonesia telah menunjukkan pada
dunia bagaimana Negara menjiwai semangat Ketuhanan.
3. Romo Mangun
Salah satu diantara karya kemanusiaan yang digagas dan dijalankan rohaniawan yang
satu ini adalah penataan pemukiman kumuh di Kali Code, Yogyakarta. Arsitek yang
pernah belajar di Jerman ini bukan hanya melakukan penataan fisik perkampungan
kumuh, melainkan juga penataan kehidupan sosial masyarakat miskin di sana, yang
mengekspresikan moral kasih dalam tindakan. Kabar baik tidak terutama disampaikan
melalui khotbah, melinkan melalui kesediaan berkotor dan bergulat langsung di pusat
kemiskinan, tempat orang-orang sering merasa kehilangan harapan. Baginya,
membangun kemanusiaan tujuannya adalah mengembangkan kebaikan dan
menjadikan manusia sebagai manusia yang baik. Keberhasilannya sebagai
rohaniawan terletak pada kemampuannya membuat manusia menjadi baik, tanpa
memandang apa agamanya.
4. B.R Agus Indra Udayana
B.R Agus Indra Udayana adalah pemeluk Hindu-Bali, alumni Fakultas Ekonomi
Udayana n Institute of Gandhian Studies di Vardha. Gus Indra ini dikenal sebagai
aktivis kemanusiaan dan perdamaian melalui pengembangan masyarakat. Sejak tahun
1992, Gus Indra mendampingi Ibu Gedong Oka mengembangkan Ashram Gandhi
Puri, sebagai tempat pembinaan anak-anak muda melalui pendidikan, kemanusiaan,
dan perdamaian. Gus Indra meyakini dua hal penting dalam kehidupan, yaitu doa dan
pendidikan. Gus Indra juga melakukan pendampingan terhadap anak muda desa untuk
mengembangkan perekonomian kreatif yang dipaduan dengan pengembangan
kesehatan masyarakat. Gus Indra juga menjadi tokoh dalam gerakan lintas agama.
Karena itu pula ia juga sempat terpilih sebagai Large Trustee United Religion
Initiative di Rio de Janeiro, Brasil.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan benegara adalah suatu keniscayaan, agar Pancasila selalu relevan dalam fungsinya
memberikan pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
Penghargaan manusia sebagai makhluk Tuhan adalah inti sila pertama Pancasila,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Agama seharusnya membantu manusia untuk menyuburkan rasa
welas asih, kasih sayang dan penghormatan. Bukan menjadikan rasa perbedaan, permusuhan,
intoleransi hingga terorisme.
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai Pancasila yakni nilai ketuhanan yang digali
dari nilai agama yang membebaskan, memuliakan keadilan dan persaudaran, ketuhanan yang
toleran dan menjunjung tinggi semangat gotong royong.
3.2 Saran
Dari penyusunan makalah ini, penulis mengharapkan supaya para pembaca dapat
memperoleh pengetahuan yang luas dan memahami mengenai aktualisasi sila pertama.
Mengamalkan nilai Pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa bisa dimulai dari diri
kita sendiri. Bertaqwa kepada Tuhan dalam peribadatan dan menyayangi makhluk Tuhan
sebagai bentuk menghargai Ciptaannya. Menjaga kerukunan, sikap tenggang rasa dan tidak
mengadu domba antarumat beragama adalah cara mudah menjaga kelestarian nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah dengan judul ”Makna dan Aktualisasi
Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa” ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Latief, Yudi. 2014. Mata Air Keteladanan. Jakarta: Mizan Media Utama.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12