Anda di halaman 1dari 35

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 2.1 Komposisi Darah


Sumber : Ningsih, 2016
9

Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang warnanya merah.


Warna merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung pada banyaknya oksigen
dan karbon dioksida didalamnya. Darah berada dalam tubuh karena adanya
kerja pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh, darah akan tetap
encer. Tetapi bila berada diluar pembuluh darah akan membeku. Pembekuan
ini dapat dicegah dengan mencampurkan sedikit ditras sitras natrikus atau anti
pembeku darah.

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya juga terdapat
unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira
1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan,
sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam
nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara
40-47. Diwaktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu
diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
1. Kandungan yang ada di dalam darah :
a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan
fibrinigen)
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat,
garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat
besi.
d. Bahan : 0.1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin,
Organik kolesterol, dan asam amino)

2. Fungsi Darah :
a. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
1) Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
10

2) Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui


paru-paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
4) Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
5) Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses
fisiologis.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
d. Menjaga keseimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari
kerusakan.
3. Karakteristik Darah :
a. Volume darah : 7% - 10% BB (5 Liter pada dewasa normal)
b. Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit →40% - 45% volume
darah; tersuspensi dalam plasma darah
c. PH darah : 7,37 – 7,45
d. Temperatur : 38°C
e. Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 – 1,067
4. Bagian-Bagian Darah
a. Sel-Sel Darah
1) Eritrosit (Sel darah merah)
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya 0.007
mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³, warnanya
kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung
hemoglobin (hemoglobin adalah protein pigmen yang memberi
warna merah pada darah). Hemoglobin terdiri atas protein yang di
sebut globin dan pigmen non-protein yang disebut heme, setiap
eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sifatnya
11

kenyal sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah


yang dilalui.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya
terbentuk dari asam amino, juga memerlukan zat besi. Wanita
memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya
dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi
dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan
pembuatan susu.
Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama dari
tulang pendek, pipih, dan tak beraturan dari jaringan konselus pada
ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari
sternum. Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui
berbagai tahap mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada
hemoglobin, kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan
nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah.
Rata-rata panjang hidup sel darah merah normalnya 120 hari. Sel
menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial,
terutama dalam limpa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah
menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam
jaringan-jaringan dan zat besi dalam heme dari hemoglobin
dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah
lagi. Sisa heme dari hemoglobin diubah lagi menjadi bilirubin
(pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan
yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak
pada luka memar.
Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan hemoglobinnya
sebagai pembawa oksigen hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu
diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar
hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya, maka diperlukan
tranfusi darah.
12

Fungsi sel darah merah yaitu mengikat oksigen dari paru-paru


untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon
dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru /
melalui jalan pernafasan.
Produksi Eritrosit (Eritropoesis):
a) Terjadi di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12, asam
folat, piridoksin (B6)
b) Di pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan
c) Masa hidup : 120 hari
d) Eritrosit tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan
limpa)
e) Pemecahan Hb menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan
dengan protein (transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru.
2) Leukosit (Sel darah putih)
Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar dari
sel darah merah (eritrosit), dalam keadaan normalnya terkandung
4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia
dewasa yang sehat, sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap
milimeter kubik darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000)
sel darah putih.
Leukosit selain berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit di
sebabkan oleh masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang
ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini
disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar
limfe, beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari
serangan penyakit tersebut.
Rentang kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum
tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari di dalam sirkulasi
sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama
13

beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung


jenis leukositnya.
Fungsi dari leukosit sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh
dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk kedalam jaringan
RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya didalam limpa
dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut membawa
zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.
Macam-Macam Sel Darah Putih (Leukosit), meliputi :
a) Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang
terdiri dari :
(1) Limfosit, yaitu macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan
RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil,
didalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan intinya
besar, banyaknya kira-kira 15%-20%. rentang hidupnya dapat
mencapai beberapa tahun. Struktur limfosit mengandung
nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis
sitoplasma. Ukurannya bervariasi ukuran kecil 5 µm – 8 µm,
ukuran terbesar 15 µm. Berfungsi membunuh dan memakan
bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh dan berfungsi juga
dalam reaksi imunologis.
(2) Monosit, terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari
limfosit, mencapai 3%-8% jumlah total. Struktur merupakan
sel darah terbesar. Memilik protoplasma yang lebar, berwarna
biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan, inti
selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung muda.
Berfungsi sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap
bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit telah
meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi hitosit
jaringan (makrofag tetap).
14

b) Granulosit
Disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :
(1) Neutrofil, atau disebut juga polimorfonuklear leukosit
banyaknya mencapai 50%-60%. Struktur neutrofil memiliki
granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya dan
banyak bintik-bintik halus / glandula. Nukleusnya memiliki 3-
5 lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis.
Diameternya mencapai 9 µm – 12 µm. Berfungsi sebagai
pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses
peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga juga yang
memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri,
aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak
menyebabkan adanya nanah.
(2) Eusinofil, mencapai 1%-3% jumlah sel darah putih. Struktur
memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan
pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus
berlobus dua, dan berdiameter 12 µm – 15 µm. Berfungsi
merupakan fagosti lemah, jumlahnya akan mengikat saat
terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang
selama stres berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam
detoksifikasi histamin yang di produksi sel mast dan jaringan
yang cedera saat inflamasi berlangsung.
(3) Basofil, mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Struktur
memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya
tidak beraturan dan akan bewarna keunguan sampai hitam
serta memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya 12
µm – 15 µm. Berfungsi bertanggung jawab untuk memberi
reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin
kimia yang menyebabkan peradangan.
15

3) Trombosit (Sel pembeku darah)


Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk
dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong,
warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm³.
Bagian inti yang merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal
dari sumsum tukang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel
darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan
mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses
koagulasi darah.
Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit
yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit
memiliki masa hidup dalam darah antara 5-9 hari. Trombosit yang
tua atau mati di ambil dari sistem perdaran darah, terutama oleh
makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh
makrofag dalam limpa, pada waktu darah melewati organ tersebut.
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Ketika kita
luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan akan
mengeluarkan zat yang di namakan trombokinase. Trombokinase ini
akan bertemu dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan
menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur
letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah
pembekuan. Protrombin ini dibuat di dalam hati dan untuk
membuatnya diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K
penting untuk pembekuan darah.
Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah
(hemostatis). Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada
16

luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang


terus-menerus.
4) Plasma Darah
Merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan
bagian darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah
7%, asam amino, lemak, glukosa, urea, garam sebanyak 0,9%, dan
hormon, antibodi sebanyak 0,1% . Berfungsi mengangkut sari
makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke
tempat pembuangan selain itu plasma darah juga menghasilkan zat
kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
Protein plasma mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-
satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran
kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma yang utama :
a) Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi
ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan
bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.
Mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg).
b) Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta
globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul
pembawa lipid, beberapa hormon, berbagai subtrat, dan zat
penting lainnya. Gamma globulin (immunoglobulin) fungsi utama
berperan sebagai antibodi.
c) Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di
hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme
pembekuan darah.
5) Proses Pembentukan Sel Darah
a) Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan
sebagian kecil pada limpa. Pada minggu ke-20 masa embrional
mulai terjadi pada sumsum tulang.
17

b) Semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi pada


sumsum tulang.
c) Setelah lahir semua sel darah dibuat di sumsum tulang, kecuali
limfosit yang juga di bentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien.
d) Setelah usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak memproduksi
lagi darah kecuali bagian proximal, humerus, dan tibia.
(Syaifuddin, 2014).

B. DEFINISI
Dengue syok syndrome (DSS) merupakan salah satu bentuk klinis
demam berdarah yang paling berbahaya dan mematikan. Jika seseorang
terinfeksi oleh virus demam berdarah, maka dapat muncul berbagai bentuk
(spektrum) klinis demam berdarah, dari yang ringan sampai berat :
1. Asimptomatik : terinfeksi tetapi tidak bergejala
2. Demam dengue : demam, sakit kepala, nyeri sendi, mual, mimisan, bintik-
bintik merah pada tubuh
3. Demam berdarah dengue : demam dengue + ada Kebocoran cairan /
plasma darah (dibagi menjadi grade I-IV)
4. Dengue syok syndrome (demam berdaeah dengue derajat 3 dan 4). Ini
adalah bentuk demam berdaah yang paling berat, bahkan tidak jarang
berakhir fatal. Pada DSS umumnya terjadi perdarahan dan kebocoran
cairam dari pembuluh darah yang masif, menyebabkan kolaps sirkulasi.
Penurunan tekanan darah dan aliran darah ke seluruh tubuh, pada tahap
akhir nadi dan tekanan darah tidak teraba, akhirnya berujung pada
kegagalan multi organ dan kematian
DSS merupakan suatu kondisi yang harus ditangani dengan cepat dan
tepat karena perburukan bisa terjadi dengan sangat cepat. Biasanya terjadi
pada demam hari ke 3-6. Pasien umumnya juga harus dirawat di unit rawat
intensif (ICU /PICU /NICU).
18

Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang


disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Dengue Hemoragic Fever (DHF)
merupakan penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang terpenting di
dunia yang biasanya ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia.
(Soedarto, 2012)
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk genus Aedes sp. Penderita
yang terinfeksi virus tersebut akan mengalami berbagai gejala seperti demam
dan bisa terjadi komplikasi yang berpotensi fatal sebagai akibat kebocoran
plasma, akumulasi cairan, gagal nafas, pendarahan hebat dan gangguan organ.
(WHO, 2014)
Dengue Hemoragic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut terutama
pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa.
Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan berpotensi
manimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian. (Depkes, 2015)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aeges aegypty yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam.

C. ETIOLOGI
Penyebab demam berdarah adalah virus dengue sejenis arbovirus yang
dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vector ke tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk tersebut. Virus dengue penyebab demam berdarah termasuk
group B Arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai
genus flavirus, family flaviviridae dan mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN-1,
19

DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotype
yang paling banyak sebagai penyebab. Dalam hal ini penularan melibatkan
tiga faktor yaitu manusia, virus dan virus perantara. Nyamuk- nyamuk
tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia baik secara langsung,
yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia, maupun
secara tidak langsung setelah mengalami masa inkubasi dalam tubuhnya
selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari atau 13-14 hari
sebelum menjadi sakit setelah virus masuk dalam tubuh.
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.
Infeksi orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang
berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DHF dapat terjadi bila
seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi
berulang virus dengue lainnya (Mansjoer, 2011).

D. EPIDEMIOLOGI
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus,
dan family Flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes, terutama Aedes aegypti. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang tahun
dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini
berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI,
2016).
Menurut data World Health Organization (WHO) (2014) penyakit
demam berdarah dengue pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun
1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar keberbagai negara. Sebelum
tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DHF, namun sekarang
DHF menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya
adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat
memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DHF. Jumlah kasus di Amerika,
20

Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasus ditahun 2008
dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat
sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan DHF
berat.
Perkembangan kasus DHF di tingkat global semakin meningkat,
seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni dari 980 kasus
di hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus di hampir 60
negara tahun 2000-2009 (WHO, 2014).

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Demam
Demam biasanya terjadi dengan cara yang mendadak berlangsung
dalam waktu 2 – 7 hari kemudian kembali turun menuju suhu yg normal
atau bisa lebih rendah. Diikuti dengan berlangsung demam, beberapa gejala
klinik yang tidak spesifik dapat muncul misalnya anoreksia, adanya nyeri
punggung, nyeri tulang dan pula nyeri persediaan, nyeri kepala serta rasa
lemah juga dapat menyertainya.
2. Perdarahan
Perdarahan umumnya dapat terjadi pada hari ke 2 disaat demam &
umumnya terjadi pada kulit & dapat di dukung dengan hasil uji tocniquet
yg positif mudah terjadi adanya perdarahan pada vena, purpura dan petekia.
3. Hepatomegali
Ketika demam pertama kalinya muncul biasanya hati sudah bisa
teraba, meski pada anak yg kurang gizi hati juga sudah diraba. apabila
terjadi peningkatan dari hepatomegali & hati telah teraba kenyal harus di
perhatikan kemungkinan akan adanya tejadi sebuah renjatan pada
penderita.
4. Renjatan (Syok)
Syok umumnya dapat terjadi pada hari ke 3, dimulai dengan beberapa
tanda kegagalan sirkulasi yakni kulit terasa lembab, merasa dingin pada
21

ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta adanya sianosis disekitar mulut.
Apabila syok terjadi ketika masa demam maka biasanya akan menunjukan
prognosis yang amat buruk (Smeltzer and Bare, 2013)

F. PELANA KUDA (DENGUE EMORAGIC FEVER)


Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau
dapat berupa demam yang tidak khas. Pada umumnya pasien mengalami
demam dengan suhu tubuh 39-40o C, bersifat bifasik (menyerupai Pelana
kuda), fase demam selama 2-7 hari, yang ari. Pada waktu fase ini pasien sudah
tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak
mendapat pengobatan tidak adekuat.
Fase Febris:
a. Demam mendadak tinggi 2-7 hari
b. Muka kemerahan, eritema kulit
c. Sakit kepala
d. Beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorokan,injeksi faring dan
konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah.
e. Dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti petekie, perdarahan
mukosa, walau jarang terjadi dapat pula terjadi perdarahan pervaginam
dan gastrointestinal.

Fase Kritis:
a. Terjadi pada hari 3-7 sakit.
b. Ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas
kepiler dan timbul kebocoran plasma yang biasanya berlangsun 24-48
jam.
c. Kebocoran plasma sering didahului lekopeni progresif disertai penurunan
hitung trombosit.
d. Dapat terjadi syok.
22

Fase Pemulihan:
a. Terjadi setelah fase kritis.
b. Terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara
perlahan pada 48-72 jam setelahnya.
c. KU membaik, nafsu makan pulih, hemodinamik stabil, diuresis membaik.

Gambar 2.2 Pelana Kuda DHF


Sumber : Ningsih, 2016

Menurut manifestasi kliniknya DHF sangat bervariasi, WHO (2014)


membagi menjadi 4 derajat :
a. Derajat I : Demam disertai uji tourniquet positif.
b. Derajat II : Demam + uji tourniquet positif disertai manifestasi perdarahan
(seperti : Epistaksis, perdarahan gusi ).
c. Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menyempit (<20 mmhg), hipotensi, sianosis, disekitar mulut,
kulit dingin dan lembab, gelisah. Derajat IV : Syok berat (profound syok),
nadi tidak teraba, dan tekanan diikuti oleh fase kritis pada hari ke-3
selama 2-3.
23

G. KOMPLIKASI
Komplikasi Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menurut Smeltzer
and Bare (2013) adalah perdarahan, kegagalan sirkulasi, hepatomegali, dan
efusi pleura.
1. Perdarahan
Perdarahan pada Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disebabkan
adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit (trombositopenia)
<100.000 /mm³ dan koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan
meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya
masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2–7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), preload, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan. DSS juga disertai
dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan perfusi miokard dan curah
jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan
dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan
sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel
sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar
dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibodi.
24

4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas.

H. PATOFISIOLOGI
1. Narasi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dimana virus tersebut akan masuk ke alliran darah, maka
terjadilah viremia (virus dalam aliran darah). Kemudian aliran darah
beredar ke seluruh tubuh maka virus tersebut dapat dengan mudah
menyerang organ tubuh manusia. Paling banyak organ yang terserang
adalah sistem gastrointestinal, hepar, pembuluh darah dan pada reaksi
imunologi. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak
jarang klien mengeluh mual, muntah, dan anoreksia. Bila virus menyerang
organ hepar, maka virus dengue tersebut mengganggu sistem kerja hepar,
dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan oksidasi lemak, namun
karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan
asam lemak tersebut menjadi benda-benda keton, sehingga akan
menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran
hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen.
(Mansjoer, 2011)
Virus dengue juga masuk ke pembuluh darah dan menyebabkan
peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang
mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan faktor
koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat. Dapat
terjadi kebocoran plasma yang akan menyebabkan hipoksia jaringan,
asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian. Bila virus bereaksi
dengan antibodi maka mengaktivasi sistem komplemen untuk melepaskan
25

histamin dan merupakan mediator faktor meningginya permeabilitas


dinding pembuluh darah atau terjadi demam, dimana di dapat Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) dengan derajat I, II, III.IV (Mansjoer, 2011).
26

2. Skema

Arbovirus (melalui Inveksi virus


Beredar dalam aliran darah
nyamuk aedes aegypti) Dengue (viremia)

Membentuk & Mengaktifkan


PGE2 Hipotalamus
melepas zat C3a,C5a sistem komplemen

Peningkatan reabsorsi Permeabilitas


Hipertermi membran
Na+ dan H2O
meningkat

Agregasi trobosit Kerusakan endotel Resiko syok


pembuluh darah hipovolemik
Trobositpoenia
Renjatan
Merangsang & hipovolemik dan
mengaktivasi hipotensi
faktor pembekuan
Kebocoran plasma
DIC

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi
jaringan tidak
efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok
(hipovolemik)
Risiko/Ketidakseimbangan Ke extravaskular
volume cairan

A B C
27

A B C

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegali Asites

Ketidakefektifan Mual , muntah


pola nafas
Penekanan intra
abdomen Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
Nyeri dari kebutuhan
tubuh

Skema 2.1 Patofisiologi DHF


Sumber : Mansjoer (2013) dan Nurarif & Kusuma (2015).

I. COLLABORATIVE MANAGEMENT
1. Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien
tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi
untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit
plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell
culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-
PCR (Reserve Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun
karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi
adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM
maupun IgG. Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
28

1) Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat


ditemui limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai
adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit
yang pada fase syok akan meningkat
2) Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
3) Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya
dimulai pada hari ke-3 demam.
4) Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-
Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah.
5) Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma.
6) SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
7) Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
b) Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks
kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura
dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi
badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan pemeriksaan USG (WHO, 2014).
c) Serologi
1) Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen
menaikkan antibodi anti dengue sebanyak minimal empat kali
termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi
(NT) dan uji dengue blot.
29

2) Uji serologi memakai serum tunggal.


Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi anti dengue uji dengue
yang mengukur antibodi anti dengue tanpa memandang kelas
antibodinya uji Ig M anti dengue yang mengukur hanya antibodi
anti dengue dari kelas Ig M.
2. Medikasi
Menurut Hadinegoro (2011) dan Hendrawanto (2013), pengobatan
demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral
tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang
berlebihan maka cairan intravena perlu diberikan.
Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
a. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak,
inguinal.
b. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
c. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
d. Larutan fisiologis NaCl
e. Larutan Isotonis ringer laktat
f. Ringer asetat
g. Glukosa 5%
3. Diet
Memberikan makanan dan cairan secukupnya untuk memperbaiki
jaringan tubuh yang rusak serta mencegah komplikasi pendarahan.
Pemberian diet pada kasus demam berdarah dengue ini dilakukan secara
bertahap kemudian ditingkatkan sesuai dengan kemampuan penderita.
(Huda K.A, 2016).
a) Beri minum sebanyak mungkin
b) Beri intake makanan yang mengandung vitamin terutama vitamin C
c) Berikan makanan berbentuk lunak
d) Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam
30

4. Aktivitas
Batasi aktivitas pada pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF) dan
anjurkan untuk tirah baring menghindari terjadinya perdarahan aktif atau
kelelahan akibat kehilangan cairan melalui aktivitas berlebih (Suciwati,
2014).
5. Pendidikan Kesehatan
Perilaku yang tidak sehat memberi ruang leluasa pada nyamuk Aedes
aegypti untuk hidup dan berkembang biak. Sebagian besar masyarakat
telah mengetahui program pemberantasan nyamuk demam berdarah
melalui kegiatan 3M (menguras, mengubur, dan menutup), namun
sebagian besar tidak banyak yang melaksanakannya. Kepedulian
masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk (PSN) relatif belum
optimal. Masyarakat lebih senang jika pemberantasan nyamuk demam
berdarah dilakukan dengan cara yang langsung dapat dilihat yaitu dengan
cara pengasapan (fogging). Anjurkan pasien dan keluarga untuk
membersihkan lingkungan, ajarkan pasien dan keluarga kompres dingin
(air biasa) bila suhu meningkat di semua pelipatan. jelaskan tanda-tanda
Dengue Hemoragic Fever (DHF) lanjutan dan minta keluarga waspada.
(Putri A dkk, 2016).

J. NURSING CARE MANAGEMENT


1. Assessment
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
kepercayaan.
b. Keluhan Utama
Demam
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
31

Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai


menggigil dengan kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi
antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada
kulit.
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah
mengalami serangan ulang Dengue Hemoragic Fever (DHF).
3) Riwayat imunisasi
Apabila mempunyai daya tahan tubuh yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
4) Riwayat gizi
Status gizi yang menderita Dengue Hemoragic Fever (DHF)
dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik maupun buruk dapat
beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien yang
Dengue Hemoragic Fever (DHF) sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut
dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
5) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan
baju dikamar).
d. Acitvity Daily Life (ADL)
1) Nutrisi : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
2) Aktivitas : Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala, ulu
hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas sehari-
hari.
32

3) Istirahat, tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan


nyeri.
4) Eliminasi : Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.
5) Personal hygiene : Meningkatnya ketergantungan kebutuhan
perawatan diri.
e. Pemeriksaan fisik terdiri dari :
1) Keadaan umum : Berdasarkan tingkatan (grade) Dengue
Hemoragic Fever (DHF) keadaan umum adalah sebagai berikut :
a) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah.
b) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen,
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
d) Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.
2) Kepala dan leher
a) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
b) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadang-kadang) sianosis.
c) Hidung : Epitaksis
d) Tenggorokan : Hiperemia
e) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.
3) Dada (Thorax)
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
33

Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.


Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
4) Abdomen (Perut)
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi
turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment point
(Stadium IV).
5) Anus dan genetalia
Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
6) Ekstremitas atas dan bawah
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua
ekstremitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari
tangan dan kaki.
f. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien Dengue Hemoragic Fever (DHF) akan
dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
2) Trambositopenia (≤100.000/ml).
3) Leukopenia.
4) Ig.D. dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
34

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kebocoran plasma darah.
b. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Kekurang volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravascular ke ekstravaskular.
d. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan pindahnya cairan intravascular ke
ekstravaskular.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat mual dan nafsu makan yang
menurun.
f. Resiko perdarahan berhubungan penurunan faktor-faktor pembekuan
darah (trombositopenia).
g. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas terganggu
akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.

3. Perencanaan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kebocoran plasma darah
Kriteria hasil :
Perfusi jaringan perifer kembali adekuat dengan kualitas dan frekuensi
denyut nadi tidak melemah, tekanan darah normal ( 120/80 mmHg ).
Intervensi :
1) Kaji dan catat tanda – tanda vital (kualitas dan frekuensi denyut
nadi, tekanan darah).
2) R/ Dengan mengetahui TTV, dapat menjadi acuan untuk mengetahui
fungsi organ vital tubuh.
3) Kaji dan catat sirkulasi pada ekstermitas (suhu, kelembaban dan
warna).
35

R/ Dengan mengetahui berapa suhu, tingkat kelembaban dan


warnanya dapat diketahui apakah ada perubahan perfusi jaringan
yang tampak pada ekstermitas.
4) Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstermitas
seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.
R/ Kematian jaringan merupakan dampak dari perubahan perfusi
jaringan yang tidak adekuat.
b. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Kriteria hasil :
Suhu tubuh normal (36-37oC), pasien bebas dari demam.
Intervensi :
1) Mengkaji saat timbulnya demam.
R/ Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2) Mengobservasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernapasan.
R/ Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui kea-daan
umum pasien.
3) Memberikan penjelasan tentang penyebab demam atau pening-katan
suhu tubuh.
R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien dapat membantu
pasien/keluarga mengurangi kecemasan yang timbul.
4) Memberikan penjelasan pada pasien/keluarga tentang hal-hal yang
dapat dilakukan untuk mengatasi demam & menganjurkan pasien /
keluarga untuk kooperatif.
R/ Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyem-buhan
pasien di rumah sakit.
5) Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien & akibatnya jika
hal tersebut tidak dilakukan.
R/ Penjelasan yang diberikan pada pasien/keluarga akan memotivasi
pasien untuk kooperatif.
36

6) Menganjurkan pasien untuk banyak minum  2,5 l/24 jam &


jelaskan manfaatnya bagi pasien.
R/ Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak.
7) Memberikan kompres dingin (pada daerah axila & lipat paha).
R/ Kompres dingin akan membantu menurunkan suhu tubuh.
8) Menganjurkan untuk tidak memakai selimut & pakaian yang tebal.
R/ Pakaian yang tipis akan mem-bantu mengurangi penguapan
tubuh.
9) Memberikan terapi cairan intravena & obat-obatan sesuai dengan
program dokter (kolaborasi).
R/ Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
Pemberian cairan merupakan wewenang dokter sehingga perawat
perlu berkolaborasi dalam hal ini.
c. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya
cairan intravascular ke ekstravaskular
Kriteria Hasil :
Wajah klien tampak segar, turgor kulit baik.
Intervensi :
1) Kaji tingkat dehidrasi (keadaan umum, muka, mulut, turgor kulit).
R/ Untuk mengetahui tingkat dehidrasi yang dialami pasien ( ringan,
sedang, berat ).
2) Observasi dan catat keadaan umum pasien dan tanda – tanda vital.
R/ Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui tindakan yang
sesuai dengan kebutuhan pasien.
3) Monitor tanda – tanda dehidrasi.
R/ Agar dapat segera dilakukkan tindakan untuk menagani yang
dialami pasien.
37

4) Monitor dan catat masukan dan pengeluaran cairan.


R/ Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan sebagai indikasi
untuk intervensi selanjutnya.
5) Kaji perubahan pengeluaran urine (urine output 2 ml/jam 600
ml/hari).
R/ Untuk mengetahui keseimbagan cairan.
6) Beri minum sedikit – sedikit tetapi sering sesuai dengan kebutuhan
pasien.
R/ Dengan minum sedikit – sedikit tapi sering sesuai dengan
kebutuhan pasien.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam penberian cairan intravena.
R/ Pemberian cairan intravena sangat efektif untuk membantu
memenuhi kebutuhan cairan atau mengganti cairan yang hilang.
d. Risiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan pindahnya cairan intravascular ke
ekstravaskular
Kriteria hasil :
Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
1) Monitor keadaan umum pasien.
R/ Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat
terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok
/syok.
2) Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
R/ Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan
tidak terjadi presyok / syok.
3) Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi perdarahan.
38

R/ Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda


perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan.
4) Kolaborasi: Pemberian cairan intravena.
R/ Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh secara hebat.
5) Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit.
R/ Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat mual dan nafsu makan yang
menurun
Kriteria hasil :
Kebutuhan nutrisi kembali terpenuhi, menunjukkan peningkatan BB/BB
stabil dan tidak ada penurunan BB.
Intervensi :
1) Kaji keluhan mual/muntah, yang dialami pasien.
R/ Dapat mengidentifikasi intervensi yang diperlukan oleh pasien.
2) Anjurkan kepada pasien untuk makan sedikit – sedikit tapi sering.
R/ Dengan porsi yang kecil dapat mengurangi mual dan muntah.
3) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan hidangan
yang masih hangat.
R/ Membantu mengurangi mual dan muntah.
4) Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat sakit.
R/ Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga
memotivasi untuk makan meningkat.
5) Catat jumlah / porsi makan yang pasien habiskan saat sakit.
R/ Untuk mengetahui intake yang masuk kedalam tubuh pasien.
6) Timbang BB tiap 2 – 3 hari.
39

R/ Dengan menimbang BB tiap hari dapat diketahui apakah ada


perubahan dalam pemenuhan nutrisi pasien.
7) Beri terapi antiemetik sesuai program dokter.
R/ Antimetik berfungsi untuk mengurangu rasa mual dan muntah
sehingga diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
8) Berikan nutrisi parenteral sesuai ketentuan dokter / ahli gizi.
R/ Nutrisi parenteral dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien.
f. Risiko perdarahan berhubungan penurunan faktor-faktor pembekuan
darah (trombositopenia)
Kriteria hasil :
Perdarahan tidak terjadi, peningkatan trombosit.
Intervensi :
1) Monitor tanda penurunan jumlah trombosit, Hb, Ht, yang disertai
tanda – tanda klinis.
R/ Penurunan trombosit, Hb, Ht, merupakan tanda – tanda
kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda – tanda klinis berupa pendarahan nyata
(epitaksis, petekie, melena).
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari.
R/ Dengan jumlah trombosit yang dipantau setiap hari, diketahui
tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan
yang dialami oleh pasien.
3) Berikan penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada pasien.
R/ Agar pasien dapat mengetahui hal – hal yang mungkin terjadi
pada pasien dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya
perdarahan karena trombositopenia.
4) Berikan penjelasan kepada pasien / keluarga untuk segera
melaporkan adanya tanda – tanda perdarahan lebih lanjut seperti
epitaksis, melena, dan lain-lain.
40

R/ Keterlibatan pasien/keluarga sangat membantu pasien untuk


mendapatkan penanggulangan sedini mungkin.
5) Anjurkan pasien untuk banyak beristirahat.
R/ Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
perdarahan.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam memberi obat dan transfusi darah
apabila terjadi perdarahan.
R/ Pemberian obat anti koagulasi menbatu dalam proses pembekuan
darah dan transfusi untuk mengatasi perdarahan hebat yang terjadi.
g. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas terganggu akibat
spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi
Kriteria hasil :
Napas pendek tidak ada , tidak ada penggunaan otot bantu , bunyi napas
tambahan tidak ada , ekspansi dada simetris.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
R/ Untuk mengetahui frekuensi & kedalaman pernafasan karena
kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.
2) Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas tambahan.
R/ Perubahan bunyi nafas menunjukan obstruksi sekunder.
3) Observasi pola batuk.
R/ Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritatif.
4) Berikan pada klien posisi semi fowler.
R/ Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan.
5) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan.
6) R/ Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas.
41

4. Evaluasi
Evaluasi yang di nilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada
klien setelah dilakukan tindakan yang mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil telah di tentukan. Evaluasi studi kasus ada dua macam :
Evaluasi Formatif merupakan hasil yang dilakukan setelah tindakan
keperawatan yang berupa respon hasil.
Evaluasi sumatif berupa SOAP, sehingga belum di ketahui dengan
masalah yang belum teratasi.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan diagnosa medis DHF adalah :
a. Perfusi jaringan perifer kembali adekuat dengan kualitas dan frekuensi
denyut nadi tidak melemah, tekanan darah normal ( 120/80 mmHg ).
b. Suhu tubuh pasien kembali normal (36-37,50C)
c. Wajah klien tampak segar, turgor kulit baik.
d. Tidak terjadi tanda-tanda syok hipovolemik.
e. Kebutuhan nutrisi kembali terpenuhi, menunjukkan peningkatan
BB/BB stabil dan tidak ada penurunan BB.
f. Perdarahan tidak terjadi, peningkatan trombosit.
g. Napas pendek tidak ada , tidak ada penggunaan otot bantu , bunyi napas
tambahan tidak ada, ekspansi dada simetris.

K. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK


1. Definisi Tumbuh Kembang
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di
seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan
perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui kematangan dan belajar (Wong, 2010).
42

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam


besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development)
adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan.(Soetjiningsih. 2014 ).
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh
bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan
perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh (
Depkes RI, 2011 )
2. Perkembangan Anak Usia Sekolah
Masa Anak ( 10 tahun – 14 tahun) : Terbagi menjadi masa anak, pra
sekolah dan menjelang masa remaja. Seluruh aspek perkembangan
mengalami perubahan besar, dari lingkungan hidup, orang tua, kelompok
anak-anak sampai kelompok sosial yang lebih luas. Proses berfikir di
dominasi oleh khayalan-khayalan, sampai proses berfikir objektif dan riil.

Anda mungkin juga menyukai