Anda di halaman 1dari 40

DIAGNOSIS HOLISTIK

POST TRAUMA STRESS DISORDER (PTSD) DENGAN ASPEK RISIKO EKSTERNAL


KURANG BAIKNYA HUBUNGAN KELUARGA MELALUI PENDEKATAN
KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS KECAMATAN TANAH ABANG

Disusun Oleh:
Dea Ardelia Putri
1102012050
Kelompok 6

Pembimbing:
DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2019
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan hasil studi kasus pasien dengan judul “POST TRAUMA STRESS DISORDER (PTSD)
DENGAN ASPEK RISIKO EKSTERNAL KURANG BAIKNYA HUBUNGAN
KELUARGA MELALUI PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA DI
PUSKESMAS KECAMATAN TANAH ABANG ” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk
dipublikasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Kedokteran
Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

Jakarta, Februari 2019

Pembimbing

DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa Rahmatullahii wa Barakatuuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan


kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim
penulis sehingga Laporan Diganosis Holistik yang berjudul “POST TRAUMA STRESS
DISORDER (PTSD) DENGAN ASPEK RISIKO EKSTERNAL KURANG
BAIKNYA HUBUNGAN KELUARGA MELALUI PENDEKATAN
KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS KECAMATAN TANAH ABANG”
ini dapat diselesaikan.

Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas


kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber
pengetahuan bagi pembaca, terutama pengetahuan mengenai Ilmu Kesehatan
Masyarakat, semoga dapat memberikan manfaat.

Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing,
staf pengajar, dokter dan tenaga medis Puskesmas, serta orang-orang sekitar yang
terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada:

1. dr. Erlina Wijayanti, MPH, DipIDK, selaku Kepala Bagian Ilmu


Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dan selaku
dosen pembimbing
2. dr. Yusnita, M.Kes, DipIDK selaku koordinator dan staf pengajar
Kepanitraan Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI.
3. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku bendahara dan staf pengajar
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI.
4. dr. Dini Widianti, MKK, DiplDK selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

5. DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes, selaku staf pengajar Kepaniteraan


Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
6. dr. Sophianita, MKK, PKK, selaku staf pengajar Kepanitraan
Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI.
7. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.

8. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan


kerjasama sehingga tersusun lapora ini.

Penulis sadar masih banyaknya kekurangan dari penyusunan laporan ini. Maka
dari itu, penulis menerima kritik serta saran yang membangun sehingga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, dengan mengucap Alhamdulilah,
semoga Allah SWT selalu meridhoi kita semua, Amin.

Jakarta, Februari 2019


I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 8 Desember 1994

Usia : 24 Tahun

Agama : Islam

Suku Bangsa : Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak Berkerja

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Jl. Danau Batur Ujung No.23 RT08/14,

Bendungan Hilir

Tanggal Berobat : 11 Januari 2019

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Autoanamnesis dan Alloanamnesis pada tanggal 11 Januari 2019, pukul 12.00 WIB.

A. Keluhan Utama
Pasien diantar oleh Orang Tua dengan keluhan hanya mengurung diri di kamar sejak 2
minggu yang lalu
Keluhan Tambahan

Tidak mau bersosialisasi dengan orang sekitar, murung, tidak rutin berobat

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar oleh orang tua dengan keluhan hanya mengurung diri di kamar sejak
2 minggu yang lalu
Menurut orang tua pasien, pasien mengurung diri karena malas bersosialisasi dengan orang
sekitar. Pasien sebelumnya pernah berobat ke psikiater namun tidak pernah melanjutkan
pengobatan karena merasa tidak dapat terbuka pada dokter. Pasien hanya seharian bermain di
depan komputer atau bermain game pada telepon genggamnya.
Menurut pasien, pasien tidak ingin keluar kamar karena pasien takut akan pandangan laki-
laki dan takut akan diperkosa. Pasien mengeluh seringkali teringat peristiwa traumatis yang
pernah dialaminya ketika bertemu dengan laki-laki lain sehingga pasien selalu menghindari laki-
laki. Pasien juga mengeluh seringkali mempunyai mimpi buruk mengenai kejadian traumatisnya
dahulu.
2 hari yang lalu orang tua pasien sempat membawa pasien ke petinggi agama dan
merukiyahnya namun pasien tidak menyukainya dan semakin mengurung diri.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


a) Riwayat Psikiatri Sebelumnya
Pasien pertama kali diketahui mulai mengalami gangguan pada tahun 2011 ketika pasien
mulai mengurung diri dan tidak ingin pergi ke sekolah. Orang tua pasien tidak membawa pasien
ke psikiater maupun ke psikolog dan hanya membiarkan pasien dengan kemauannya. Pasien
bersikap demikian karena pasien pernah hampir diperkosa oleh adik dari ayahnya yang saat itu
sedang menginap dan pasien kebetulan hanya berdua dirumah. Pasien tidak langsung melaporkan
hal tersebut ke orangtuanya karena takut ayahnya bertikai dengan saudaranya.

Tahun 2012 pasien akhirnya bercerita kepada ibunya namun ibunya melarang untuk
bercerita pada ayahnya. Pasien kemudian menjalani home schooling untuk melanjutkan
pendidikan.

Tahun 2013 pasien kemudian melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah hingga tahun 2016
namun tidak selesai. Pada tahun 2016 pasien sempat bertikai hebat dengan temannya sehingga
pasien mulai kembali mengurung diri dan tidak ingin pergi kuliah.

Pasien sempat dibawa ke psikiater tahun 2017 namun pasien tidak mengatakan seluruh
keluhannya dan tidak pernah kontrol hingga saat ini.

b) Riwayat Medis Umum


Pasien tidak memiliki penyakit bawaan sejak lahir dan tidak memiliki riwayat kejang
sebelumnya. Pasien tidak pernah menderita sakit berat hingga membutuhkan perawatan medis.
Riwayat trauma kepala, tumor,epilepsi dan penyakit neurologis lainnya tidak ada. Riwayat
penyakit diabetes militus, jantung dan hipertensi di sangkal.

c) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Napza


Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol maupun menggunakan Napza.
d) Riwayat Hidup
I. Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah mengalami gangguan kehamilan dan gangguan
emosional. Pasien anak yang di harapkan oleh kedua orang tua. Pasien lahir normal, cukup bulan
tanpa trauma jalan lahir dan kelainan bawaan.

II. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)


Pasien di asuh oleh kedua orang tua, di beri ASI hingga 2 tahun. Pasien bertumbuh
kembang seperti anak yang seusianya.

III. Masa Kanak Pertengahan (3-7 tahun)


Masa ini dilalui dengan baik, tumbuh kembang baik dan normal. Seperti anak seusianya.
Pasien menunjukkan prestasi yang cukup baik dan selalu berperingkat di kelasnya. Pasien sulit
bergaul dengan sesamanya karena merupakan orang yang pendiam.

IV. Masa Kanak Akhir dan Remaja (11-18 tahun)


Pasien tumbuh sebagai remaja pada umumnya. Pasien berhenti sekolah ketika kelas 2
SMA dikarenakan trauma yang dialaminya. Selama setahun pasien hanya mengurung diri di
kamar dan tidak ingin bertemu siapa-siapa. Pasien melanjutkan pendidikan SMA dengan home
schooling setahun kemudian menyelesaikan pendidikannya.

V. Masa Dewasa
1) Riwayat Pekerjaan
Pasien belum bekerja
2) Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
3) Agama
Pasien beragama islam sejak lahir dan pasien rajin beribadah
4) Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
5) Aktivitas Sosial
Sejak mengalami gangguan, pasien hanya mengurung diri di kamar dan tidak pernah
bersosialisasi dengan warga sekitar.
6) Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama orangtua. Pasien tidak berkerja dan haya mengurung diri dirumah.
7) Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.
8) Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami pubertas seperti remaja pada umumnya. Pasien memiliki ketertarikan
terhadap lawan jenis. Pasien pernah mendapatkan pelecehan seksual ketika SMA oleh adik
ayahnya.
9) Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak tunggal. Pasien mempunyai hubungan yang kurang baik dengan
orang tuanya karena merasa perasaannya tidak dianggap.

D. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama dengan ayah dan ibunya di rumah milik pribadi. Ayah pasien
bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan sebesar Rp 5.000.000,-, ibu pasien
bekerja pegawai swasta dengan penghasilan sebesar Rp 5.000.000,-.Penghasilan dari ayah
pasien digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

E. Riwayat Makanan
Pasien makan biasanya 2x sehari dengan porsi yang tinggi karbohidrat. Pasien
makan nasi dengan lauk yang berbeda seperti ayam atau ikan atau telor dan sayuran seperti
sayur sop dan tumis kangkung, sayur bayam serta lauk pauk seperti tempe atau tahu.
Menurut pengakuan pasien dalam satu hari pasien minum air putih sekitar ± 1 Liter sehari.

F. Riwayat Kebiasaan

Nn. S memiliki kebiasaan bermain komputer dan game pada telepon genggam
selama sehari. Pasien biasa duduk di depan komputer yang ditaruh di meja belajar hingga
18 jam sehari dengan postur agak bungkuk. Pasien juga terkadang lupa untuk makan dan
tidak dapat memasak.
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien perempuan, 24 tahun tampak sesuai dengan usianya. Pasien berkulit sawo
matang. Penampilan kurang rapih.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pada saat wawancara pasien berprilaku baik dan sopan. Duduk sedikit gelisah sambil
bergoyang-goyang terkadang dan cukup bisa di ajak bicara.
c. Sikap Terhadap Pemeriksa
Cukup kooperatif, pasien duduk di samping pemeriksa.
B. Mood dan Afek
a. Mood : Hipotim
b. Afek : Luas
c. Keserasian Afek : Serasi
C. Pembicaraan

Cara Bicara : Cukup jelas

Volume : kecil

Intonasi : cukup jelas

Kualitas : Baik

Kuantitas: Baik
D. Persepsi
a. Halusinasi : Tidak Ada
b. Ilusi : Tidak ada
c. Derealisasi : Tidak ada
d. Depersonalisasi : Tidak ada

E. Pikiran
a. Proses dan Bentuk Pikir
1) Produktivitas (banyak ide, miskin ide, dsb)

Miskin ide.
2) Kontinuitas (blocking, tangensial, sirkumtansial, perseverasi, dsb)
Blocking
b. Isi Pikir
1) Waham : Tidak ada
2) Preokupasi : Tidak ada
3) Obsesi : Tidak ada
4) Ide referensi : Tidak ada
5) Fobia : Tidak ada
F. Sensorium dan Kognisi
a. Kesadaran

Composmentis ( E:4, V:5, M: 6)


b. Orientasi dan Daya Ingat
1) Orientasi
• Waktu : Baik, pasien bisa mengetahui siang atau sore hari.
• Tempat : Baik, pasien mengetahui sedang berada di rumah
• Orang : Baik, Pasien mengetahui siapa yang sedang mewawancara.
2) Daya Ingat
• Segera : Baik, pasien dapat menyebutkan 3 benda yang baru saja
disebutkan oleh pemeriksa.
• Jangka Pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu sarapan pagi.
• Jangka Panjang: Baik, pasien dapat mengingat kejadian yang pernah
dialaminya
c. Konsentrasi dan Perhatian

Konsentrasi cukup fokus. Saat dilakukan seven serial test oleh pemeriksa pasien dapat
menjawab dengan benar.

Perhatian baik, pasien dapat mengeja kata D U N I A dan mengejanya dari belakang.
d. Kemampuan Membaca dan Menulis

Baik, pasien dapat menuliskan dan menyebutkan namanya sendiri


e. Kemampuan Visuospasial

Baik , pasien dapat menggambar dua buah persegi lima berhimpitan.


f. Pikiran Abstrak

Baik, pasien dapat mengatakan persamaan dari apel dan jeruk.


g. Intelegensi dan Kemampuan Informasi
Baik, pasien menyebutkan siapa presiden saat ini dan presiden pertama.
G. Pengendalian Impuls
Kurang baik, pasien banyak bergoyang-goyang saat diperiksa dan sering mudah teragitasi
saat ditanyakan.

H. Daya Nilai
a. Daya Nilai Sosial
Kurang baik, pasien kurang dapat bersosialisasi dengan keluarga maupun warga
sekitar.
b. Uji Daya Nilai
Baik, pasien mengetahui apa yang harus dilakukan jika menemukan dompet di jalan.
I. Tilikan
Tilikan derajat 3, pasien sadar bahwa pasien sakit namun menyalahkan orang lain.

J. Taraf Dapat Dipercaya


Perlu konfirmasi dengan keluarga pasien.
K. Reliability Testing Ability (RTA)
RTA tidak terganggu.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internis
Keadaan umum : Tampak Sehat.

Tanda Vital :TD: 120/80 mmHg ;N : 80 x/m ;RR: 18 x/m ;S: 36,7ºC

Data Antropometri

a. Tinggi badan: 155 cm

b. Berat badan: 47 kg

c. IMT: (BB) : (TB) = (47) : (1,55)2 = 19,5

IMT 18,5 – 22,9 maka berat badan dalam range normal.


d. BB ideal
Metode Brocca :
Berat badan ideal = (Tinggi Badan – 100)
= (155 – 100)
= 55 kg
Status Gizi= (BB Aktual : BB Ideal) x 100%
= (47 : 55) x 100%
= 85,4% (Berat Badan Kurang)

Tabel 1. Kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT)


IMT KATEGORI

< 18,5 Berat badan kurang


18,5 – 22,9 Berat badan normal
≥ 23,0 Kelebihan berat badan
23,0 – 24,9 Berisiko menjadi obesitas
25,0 – 29,9 Obes I

≥ 30,0 Obes II

Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007

Tabel 2. Kriteria Brocca

Status Gizi KATEGORI

< 90 % BBI Berat badan kurang


90 – 110 % BBI Berat badan normal
110 – 120 % BBI Kelebihan berat badan
> 120 % BBI Gemuk BB

Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007

Kepala : Normocephal.

Thorax : Simetris kanan dan kiri.

Cor : BJ I dan II dalam batas normal.

Pulmo : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-.

Abdomen : dalam batas normal.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tidak ada.

B. Status Neurologis
Rangsang meningeal : Tidak ada.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.
Gerakan bola mata : baik ke segala arah.
Refleks pupil : Refleks cahaya +/+.
Motorik : dalam batas normal.
Tonus otot : dalam batas normal.
Kekuatan : dalam batas normal.
Koordinasi : dalam batas normal.
Sensorik : dalam batas normal.

V. BERKAS KELUARGA
A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. S
Usia : 55 tahun
b. Identitas Pasangan
Nama : Ny. F
Usia : 55 tahun

c. Struktur Komposisi Keluarga


Bentuk keluarga ini menurut Friedman adalah Nuclear Family yaitu keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu, anak.
Ny. F merupakan istri dari Tn. S. Pasangan ini memiliki 1 orang anak yaitu
Nn. S berusia 24 tahun yang tidak bekerja maupun kuliah .

Tabel 3. Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

No. Nama Kedudukan dalam Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan


Keluarga Kelamin (tahun) Terakhir

1. Tn. S Kepala keluarga L 55 S1 Pegawai


Swasta
Pegawai
2. Ny. F Istri P 55 D3 Swasta

3. Nn. S Anak P 24 SMA Pengangguran

Sumber: Hasil Olah Data


d. Genogram
Bentuk keluarga
Keluarga terdiri dari 2 generasi. Tn. S (55) menikah dengan Ny. F (55) dan memiliki 1
orang anak, yaitu: Nn. S (24)

Tahapan Siklus Keluarga


Menurut Duvall (1977) dikutip dalam Friedman (1998), keluarga Nn.S berada pada
tahapan siklus keluarga yang kelima, yaitu keluarga telah mempunyai anak dengan usia
remaja (family with teenagers).

1. Gambar 1. Genogram Keluarga Nn. S

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


a. Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah : Milik sendiri
Daerah pemukiman : Normal
Tabel 4. Lingkungan Tempat Tinggal Karakteristik

Rumah dan Kesimpulan Lingkungan

Luas rumah: 14 x 5 m Rumah terdiri dari 2 kamar


Jumlah penghuni dalam satu tidur, dapur, ruang
rumah: 3 orang makan, ruang tamu,
Lantai rumah: Keramik gudang, dan kamar
Dinding rumah: Tembok mandi. Rumah
Jamban keluarga: Ada berukuran 10 x 7 m2
Tempat bermain: Tidak ada dengan pencahayaan
Penerangan listrik: 2000 watt dan ventilasi yang
Ketersediaan air bersih: Ada kurang.
Tempat pembuangan sampah: Ketersediaan air bersih
Ada berasal dari air pompa
Nn. S tinggal di rumah milik dan tempat pembuangan

pribadi bersama dengan Tn. S sampah berada di depan

(ayah) dan Ny. F (ibu). rumah.

Sumber: Hasil Olah Data


Tabel 5. Form Penilaian Rumah Sehat
KOMPONEN
NO RUMAH YG KRITERIA NILAI BOBOT
DINILAI
KOMPONEN
I RUMAH 32

1 Langit-langit a. Tidak ada 0 2

b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan


rawan kecelakaan 1
c. Ada, bersih dan tidak rawan
kecelakaan 2

a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman


2 Dinding bambu/ilalang) 1 3
b. Semi permanen/setengah
tembok/pasangan bata atau 2
batu yang tidak diplester/papan yang
tidak kedap air.
c. Permanen (Tembok/pasangan batu
bata yang diplester) 3
papan kedap air.

3 Lantai a. Tanah 0 2
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan
tanah/plesteran 1
yang retak dan berdebu.
c.Diplester/ubin/keramik/papan (rumah
panggung). 2

4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0 1


b. Ada 1
Jendela ruang
5 keluarga a. Tidak ada 0 1
b. Ada 1

6 Ventilasi a. Tidak ada 0 2


b. Ada, lubang ventilasi < 10% dari
luas lantai 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari
luas lantai 2

7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0 0

15
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10%
dari luas lantai dapur 1
b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10%
dari luas lantai dapur 2
(asap keluar dengan sempurna) atau
ada exhaust fan
atau ada peralatan lain yang sejenis.

a. Tidak terang, tidak dapat


8 Pencahayaan dipergunakan untuk membaca 0 2
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas
untuk membaca 1
dengan normal
c. Terang dan tidak silau sehingga
dapat dipergunakan untuk 2
membaca dengan normal.

SARANA
II SANITASI 25

1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0 4


(SGL/SPT/PP/KU/ b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak
PAH). memenuhi syarat kesh.
1
c. Ada, milik sendiri dan tidak
memenuhi syarat kesh. 2
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi
syarat kesh. 3
d. Ada, bukan milik sendiri dan
memenuhi syarat kesh. 4

Jamban (saran
2 pembua- a. Tidak ada. 0 4
b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada
ngan kotoran). tutup, disalurkan ke 1
sungai / kolam
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup,
disalurkan ke sungai 2
atau kolam
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup,
septic tank 3
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4
Sarana a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak
3 Pembuangan teratur di halaman 0 4
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari
Air Limbah (SPAL) sumber air (jarak 1
sumber air (jarak dengan sumber air
< 10m).

16
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari
sumber air (jarak 3
dengan sumber air > 10m).
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup
(saluran kota) untuk 4
diolah lebih lanjut.

Sarana
4 Pembuangan a. Tidak ada 0 3
Sampah/Tempat b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak
Sampah ada tutup 1
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3
PERILAKU 44
III PENGHUNI

1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka 0 0


Kamar Tidur b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2

2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0 1


Ruang Keluarga b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2

Membersihkan
3 rumah a. Tidak pernah 0 2
dan halaman b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari 2

Membuang tinja a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam


4 bayi sembarangan 0 2
dan balita ke
jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2

a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam


5 Membuang sampah sembarangan 0 2
pada tempat b. Kadang-kadang dibuang ke tempat
sampah sampah 1
c. Setiap hari dibuang ke tempat
sampah. 2

TOTAL HASIL PENILAIAN 1099

17
Keterangan
Hasil Penilaian : Nilai x Bobot Kriteria

1. Rumah Sehat : 1068 – 1200


2. Rumah Tidak Sehat : < 1068
Kesimpulan : Rumah ini memenuhi kriteria rumah sehat.

b. Kepemilikan Barang Berharga


1. Satu unit televisi
2. Satu unit PS4
3. Dua unit AC
4. Satu unit kompor gas
5. Satu unit mesin cuci
6. Satu unit lemari es dua pintu
7. Satu unit rice cooker
8. Satu unit mobil

c. Denah Rumah

Gambar 5. Denah Rumah Nn.S

18
3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

a. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit

Jika ada anggota keluarga yang sakit, maka keluarga Nn. S lebih sering membeli
obat warung atau apotek terlebih dahulu. Keluarga Nn. S baru pergi ke pelayanan
kesehatan jika penyakitnya tidak sembuh dengan obat tersebut atau bertambah berat.

b. Perilaku Terhadap Pelayanan Kesehatan

Keluarga Nn.S mengikuti program BPJS dan selalu membayar iuran untuk
mendapatkan jaminan kesehatan di puskesmas ataupun rumah sakit. Walaupun
mempunyai BPJS, keluarga Nn.S tidak menjadikan berobat ke dokter sebagai
prioritas utamanya, biasanya keluarga Nn.D akan membeli obat warung terlebih
dahulu. Bila sudah 2-3 hari dirasa tidak membaik, mereka baru berobat ke
puskesmas. Pasien berobat ke puskesmas dengan angkutan umum atau
menggunakan motor. Karena biaya pengobatan di puskesmas terjangkau oleh pasien
dan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal pasien. Pasien merasa cukup puas dengan
pelayanan Puskesmas.

c. Perilaku Terhadap Makanan

Keluarga Nn.S memiliki kebiasaaan makan 2 kali sehari. Menu makanan biasanya
terdiri dari lauk dan sayur dan terkadang membeli makanan di warteg disekitar
perumahannya. Lauk yang sering dikonsumsi pasien sama seperti lauk yang
dikonsumsi oleh keluarga seperti nasi, sayur, ikan, tempet dan kadang tempe. Porsi
setiap kali pasien makan dalam porsi yang cukup. Menurut pengakuan pasien dalam
satu hari pasien minum air putih sekitar 1 liter. Keluarga Nn.S membiasakan mencuci
tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun.

19
d. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan

Nn.S rutin membersihkan rumah dan lingkungan rumahnya. Di rumah Nn.S kurang
cukup terdapat ventilasi. Tersedia air bersih, jamban pribadi dan tempat sampah di
depan rumah.

Kesan: Berdasarkan penilaian perilaku kesehatan keluarga terlihat bahwa keluarga


Nn.S memiliki kepedulian tentang kesehatan keluarga dan kesadaran membuat
jaminan kesehatan BPJS untuk setiap anggota keluarganya.

4. Pola Konsumsi Makan Keluarga

a. Kebiasaan Makan

Keluarga Nn.S memiliki kebiasaaan makan 2 kali sehari. Menu makanan biasanya
terdiri dari lauk dan sayur seperti ikan atau ayam, tempe goreng dan tahu, telur
goreng atau telur balado, sayur bayam, sayur sop, sayur kangkung dan kadang
keluarga pasien membeli makanan di warteg disekitar rumahnya. Makanan yang
dikonsumsi lebih sering digoreng daripada direbus. Keluarga Nn.D jarang
mengkonsumsi buah, sekali-kali hanya mengkonsumsi buah pisang ataau pepaya
yang tidak dikonsumsi setiap hari. Tn. S pada pagi hari sering minum kopi dan Ny.F
sering mengkonsumsi teh manis. Pagi hari keluarga Nn.S secara rutin selalu Minum
susu.

Pola makan pasien tidak teratur, pasien makan 2x dalam satu hari. Lauk yang sering
dikonsumsi pasien sama seperti lauk yang dikonsumsi oleh keluarga. Nn.S kurang
mengerti dalam pengaturan pola makan dan menu makanan yang tepat. Menurut
pengakuan pasien dalam satu hari pasien minum air putih sekitar 1 Liter.

20
b. Menerapkan Pola Gizi Seimbang

Untuk penerapan pola gizi seimbang Nn.D sebaiknya mengikuti Pedoman Penerapan
Gizi Seimbang yang dijabarkan menjadi 10 pesan dasar, sebagai berikut:

1. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan ( Ya )


2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan ( Tidak )
3. Biasakan konsumsi aneka ragam makanan pokok ( Ya )
4. Biasakan konsumsi lauk-pauk yang berprotein tinggi ( Ya )
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak ( Tidak )
6. Biasakan sarapan ( Tidak )
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman ( Tidak )
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan ( Ya )
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir ( Tidak )
10. Lakukan aktivitas fisik cukup & pertahankan berat badan normal ( Tidak )

Pola makan pasien tiga hari terakhir ialah:

Tabel 6. Food Recall


Pagi, 11 Februari
2019
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi putih 1 porsi 204 kkal 44 gr 4.2 gr 0,44 gr
Sayur asam 1 porsi 175 kkal 27 gr 10 gr 3 gr
Ikan goreng 1 ekor 200 kkal 0 gr 7 gr 17 gr
Air putih 2 gelas 0 kkal 0 gr 0 gr 0 gr
Jumlah 579 kkal 81 gr 21.2 gr 20.44 gr

Siang, 11 Februari
2019
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Pizza 2 potong 540 kkal 80 gr 14 gr 30 gr

21
Air putih 2 gelas 0 kkal 0 gr 0 gr 0 gr
Coca-cola 2 gelas 80 kkal 22 gr 0 gr 0 gr
Jumlah 620 kkal 102 gr 14 gr 30 gr

Pagi, 12 Februari 2019

Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak


Nasi putih 1 porsi 204 kkal 44.08 gr 4.2 gr 0.44 gr
Telur dadar goreng 1 butir 93 kkal 0.42 gr 6.48 gr 7.33 gr
Air putih 2 gelas 0 kkal 0 gr 0 gr 0 gr
Jumlah 297 kkal 44.5 gr 10.5 gr 7.77 gr

Siang, 12 Februari
2019
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi putih 1 porsi 204 kkal 44.08 gr 4.2 gr 0.44 gr
Sayur Asam 1 porsi 175 kkal 27 gr 10 gr 3 gr
Air putih 2 gelas 0 kkal 0 gr 0 gr 0 gr
Jumlah 379 kkal 71.08 gr 14.2 gr 3.44 gr

Pagi, 13 Februari 2019

Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak


Nasi putih 1 porsi 204 kkal 44.08 gr 4.2 gr 0.44 gr
Tahu goreng 1 potong 170 kkal 1.36 gr 2.23 gr 2.62 gr
Air putih 2 gelas 0 kkal 0 gr 0 gr 0 gr
Jumlah 580 kkal 46.66 gr 10 gr 9.2 gr

22
Siang, 13 Februari
2019
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi putih 1 porsi 204 kkal 44.08 gr 4.2 gr 0.44 gr
Telur dadar goreng 1 butir 93 kkal 0.42 gr 6.48 gr 7.33 gr
Tahu goreng 1 potong 170 kkal 1.36 gr 2.23 gr 2.62 gr
Air putih 2 gelas 0 kkal 0 gr 0 gr 0 gr
Jumlah 467 kkal 45.86 gr 12.91 gr 10.39 gr

Sumber: Hasil Olah Data

23
Penentuan status gizi

Menurut pengakuan pasien, pasien minum air mineral sebanyak kira-kira 6 gelas dalam
satu hari ketika waktu senggang.

Interpretasi terhadap food recall pasien:

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa Nn.D mendapat total kalori per hari:

Tanggal 11 Februari 2019: 1199 kkal : 2 = 599,6 Kkal


Tanggal 12 Februari 2019: 676 kkal : 2 = 338 Kkal
Tanggal 13 Februari 2019: 1047 kkal : 2 = 523,5 Kkal

Rata-rata konsumsi kalori pasien per hari adalah 974 kal/hari, sedangkan
kebutuhan kalori pasien adalah:

Berat badan : 47 kg
Tinggi badan : 155 cm

IMT : 19,5
Berdasarkan IMT, maka pasien termasuk kategori berat badan normal.

BB Ideal : (Tinggi badan – 100)

: 155 – 100
: 55 Kg
Status Gizi : (BB aktual : BB ideal) x 100%
= (47 : 55) x 100%
= 85,4% (Berat Badan Kurang)

Jumlah kebutuhan kalori per hari

Kebutuhan Kalori Basal : BB ideal x 25 kalori


: 55 kg x 25 kalori = 1.375 kalori

Kebutuhan untuk aktivitas yaitu 10-20% karena aktivitas yang dilakukan pasien
termasuk aktivitas ringan : 10 % x 1.375 kalori = 137,5 kalori

24
Total Kebutuhan Kalori Perhari : 1.375 kalori + 137,5 kalori =
1.512,5 kalori/ hari

Kebutuhan Zat Gizi

a. Karbohidrat (60-70%): 60% x 1.375 kkal – 70% x 1.375 kkal = 825 – 962,5 kkal
b. Protein (10-15%): 10% x 1.375 kkal – 15% x 1.375 kkal = 137,5 – 206,25 kkal

c. Lemak (20-25%): 20% x 1.375 kkal – 25% x 1.375 kkal = 275 – 343,75 kkal

d. Kalori selama tiga hari: 1.199 kal + 676 kal + 1047 kal =2.922 kkal

e. Rata – rata konsumsi kalori pasien per hari adalah 974 kalori/ hari

f. Kekurangan kalori pasien = 1.375 kal – 974 kal = 401 kalori/ hari

Kesimpulan: Setelah menghitung kebutuhan kalori, juga dengan melihat food recall
pasien selama 3 hari maka dapat disimpulkan bahwa dari hari pertama sampai hari
ketiga menu makan pasien kurang sesuai dengan jumlah energi/ kalori dan kandungan
gizi yang dibutuhkan.

5. Pola Dukungan Keluarga

a. Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah dalam Keluarga


Ibu pasien mempunyai keinginan agar anak bisa sembuh dan mengantar anak untuk
berobat ke puskesmas dan mengingatkan memakai untuk berobat ke psikiater. Pelayanan
kesehatan pasien tidak dikenakan biaya karena keluarga pasien memiliki BPJS. Kerukunan
terjalin kurang baik antar anggota keluarga karena kedua orang tua pasien sibuk bekerja. Jarak
rumah dengan puskesmas tidak terlalu jauh, dapat ditempuh dengan kendaraan umum
maupun dengan berjalan untuk bisa berobat ke puskesmas. Menurut pasien, pelayanan di
puskesmas cukup memuaskan dan biaya pengobatan juga terjangkau.

25
b. Faktor Penghambat Terselesaikannya Masalah dalam Keluarga

Keluarga pasien tidak langsung membawa pasien ke puskesmas dikarenakan pasien


selalu sulit untuk diajak berobat. Pasien sudah pernah sekali menjalani psikoterapi dan
meminum obat dan merasa baikkan namun pasien tetap tidak ingin berobat kembali. Ayah
dan ibu pasien mempunyai hubungan kurang baik dengan pasien.

6. Dinamika Keluarga

Gambar 6. Dinamika Keluarga Nn.S

Keterangan:

: Perempuan

: Laki-laki : Hubungan sangat dekat

26
7. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Biologis

Keluarga pasien mampu menghasilkan keturunan, saat ini pasangan Tn. S


dan Ny.F memiliki 1 orang anak. Keluarga tidak ada yang memiliki kecacatan
ataupun penyakit menular. Keluarga jarang memperhatikan kesehatan mental dan
asupan gizi Nn. S
b. Fungsi Psikologis

Masing-masing anggota keluarga saling menyayangi, namun komunikasi


dan perhatian yang diberikan kepada Nn. S kurang baik. Dalam pengambilan
keputusan kepala keluarga mempertimbangkan pendapat seluruh anggota
keluarga. Hubungan antara orangtua dirasa kurang dekat karena setiap harinya
kurang meluangkan waktu untuk mengobrol.
c. Fungsi Sosial

Lingkungan tempat keluarga tinggal termasuk lingkungan tidak terlalu


padat penduduk. Keluarga Nn. S masih suka berinteraksi dengan tetangga di
sekitarnya.
d. Fungsi Ekonomi

Penghasilan keluarga di dapat dari Tn. S dan Ny. F sebagai pegawai


swasta dengan penghasilan Rp 10.000.000/ bulan. Pasien mengatakan kebutuhan
sehari-hari serta untuk berobat dipenuhi oleh penghasilan ayahnya.
e. Fungsi Pendidikan

Pendidikan terakhir Tn. S dan Ny. F adalah S1 dan D3. Keluarga ini
menyadari akan pentingnya pendidikan, namun Nn. S tidak melanjutkan
pendidikanya karena masalah personal.
f. Fungsi Spiritual

Nn. S rajin melaksanakan ibadah wajib. Keluarga Nn. S melaksanakan


ibadah wajib dan kewajiban lain sesuai syariat Islam.

27
B. Identifikasi Masalah yang Terdapat dalam Keluarga

Ada beberapa permasalahan yang dapat ditemukan pada keluarga ini, yaitu:
1. Pasien tidak pernah menjalani interaksi dengan warga sekitar. Pasien hanya
mengurung diri di kamar dan hanya bermain di depan komputer ataupun
bermain game.
2. Pasien juga mempunyai hubungan yang kurang harmonis dengan
keluarganya. Kedua orangtuanya terlalu sibuk bekerja sehingga pasien jarang
berinteraksi dengan orang tuanya.
3. Ventilasi udara dirumah juga kurang sehingga udara di dalam rumah terasa
lembab dan cahaya matahari hanya masuk ke dalam rumah bagian depan.

28
BAB II
DIAGNOSIS HOLISTIK

A. DIAGNOSIS HOLISTIK

Untuk melakukan diagnostik holistik yang komprehensif maka diperlukan tinjauan


dari beberapa aspek antara lain:

1. Aspek Personal -Alasan Datang

Pasien datang diantar orangtuanya dengan keluhan hanya mengurung diri di kamar
saja sejak 2 minggu yang lalu.

- Harapan

Pasien berharap dengan berobat ke dokter dan bertawakal kepada Allah SWT
penyakit yang dialaminya dapat sembuh dan tidak kambuh lagi rasa takutnya
menghadapi lawan jenis dapat menghilang.
- Kekhawatiran

Pasien merasa khawatir tidak dapat menghadapi orang lain yang tidak ia kenal
sehingga dapat mengganggu aktivitas dirinya.
- Persepsi Penyakit
a. Medis: Pasien merasa sakit yang diderita pasien berat dan hanya dapat
sembuh dengan pertolongan dokter. Penyakit yang diderita pasien dianggap
sebagai akibat dari trauma yang dialaminya masa lalu.
b. Agama: Menurut pasien mengenai penyakit yang dideritanya merupakan
ujian kesabaran dan teguran dari Allah SWT karena kurang percaya akan diri
sendiri dan orang lain. Pasien mempercayai setiap sakit ada obatnya dan
semua penyakit didatangkan oleh Allah SWT, serta dapat disembuhkan oleh
Allah SWT melalui perantara dokter dan obat yang diberikan.

2. Aspek Klinis -Anamnesis

Pasien datang diantar orang tua dengan keluhan hanya mengurung diri di kamar
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien hanya mengurung diri dikarenakan ia takut
berinteraksi dengan orang lain terutama lawan jenis. Pasien juga memiliki keluhan

29
seperti flashback ketika bertemu dengan lawan jenis dan juga sering mengalami
mimpi buruk mengenai waktu ia dilecehkan secara seksual oleh pamannya dahulu.
Pasien pernah berobat ke Psikiater namun karena merasa tidak nyaman bercerita
dengan orang lain, pasien tidak pernah berobat lagi.

Pemeriksaan Fisik

Dalam batas normal

Pemeriksaan Mental

Didapatkan Nighmare, Flashback dan rasa takut yang berlebih ketika pasien bertemu
dengan lawan jenis.

- Diagnosis Kerja

Post Trauma Stress Disorder (PTSD)

- Terapi

• Menyarankan pasien agar lebih sering keluar dan mencoba berinteraksi dengan warga
sekitar
• Menyarankan orang tua pasien untuk lebih sering meluangkan waktu terutama untuk
mendengarkan keluhan-keluhan pasien
• Menyarankan pasien agar rutin kontrol ke psikiater untuk menjalani psikoterapi
• Memberikan terapi berupa Fluoxentine 2 x 1 tablet

30
3. Aspek Resiko Internal

a. Kebiasaan Nn. S yang hanya duduk di depan komputer dan bermain game
seharian
b. Nn. S jarang berkomunikasi dengan keluarga maupun warga sekitar

c. Nn. S tidak ingin membuka diri pada psikiater

4. Aspek Resiko Eksternal

a. Kurangnya pengetahuan keluarga seputar keadaan yang dialami Nn. S


b. Kurangnya waktu orang tua Nn. S untuk meluangkan waktu bersama anaknya.

5. Aspek Fungsional

Menurut Internasional Classification Primary Care (ICPC) pasien mempunyai


aspek fungsional dimana pasien mampu melakukan aktivitas seperti sebelum sakit
dimasukkan ke nilai dalam klasifikasi derajat fungsional derajat 1. Dikarenakan tidak
ada keterbatasan fungsi apapun dan pasien dapat mandiri dalam perawatan diri,
melakukan aktivitas di luar dan di dalam rumah.

31
B. RENCANA PENATALAKSANAAN
Tabel 4. Rencana Penatalaksanaan

Aspek Masalah Kegiatan Sasaran Waktu Follow Up

Aspek Personal 1. Pasien datang 1. Menjelaskan Pasien Pada saat di 1. Pasien dapat
diantar orangtuanya kepada pasien mengenai memahami lebih
Puskesmas dan
dengan keluhan hanya PTSD, apa itu jauh dan mendetail
saat berkunjung
mengurung diri di penyebabnya, dan apa saja mengenai penyakit
ke rumah
kamar saja sejak 2 komplikasinya. yang dideritanya,
pasien.
minggu yang lalu. penyebabnya dan
2. Menjelaskan komplikasinya.
2. Pasien merasa kepada pasien bahwa ia
khawatir tidak dapat tidak perlu khawatir 2. Pasien tidak
menghadapi orang lain berlebihan karena stress khawatir berlebihan
yang tidak ia kenal dapat memicu perburukan sehingga
sehingga dapat keadaan. menghindari stress
mengganggu aktivitas yang dapat
dirinya. memperburuk
3. Memotivasi
pasien untuk bersabar kondisi.
3. Menurut pasien dan tetap melaksanakan 3. Pasien
mengenai penyakit ibadah shalat 5 waktu. bersabar dan tetap
yang dideritanya Mengingatkan pasien melaksanakan ibadah
merupakan ujian untuk selalu berdoa dan shalat 5 waktu,
kesabaran dan memohon keembuhan mengganti wudhu
teguran dari Allah kepada Allah SWT dengan tayamum,
SWT karena kurang dan berdoa kepada
percaya akan diri Allah SWT agar
sendiri dan orang lain. diberikan
Pasien mempercayai kesembuhan.
setiap sakit ada
obatnya dan semua
penyakit didatangkan
oleh Allah SWT, serta
dapat disembuhkan
oleh Allah SWT
melalui perantara
dokter dan obat yang
diberikan.
Aspek Klinis Pasien berusia 24 Menjelaskan terapi yang Pasien Pada saat di Keluhan pasien
tahun didiagnosis Post sesuai dengan penyakit Puskesmas berangsur-angsur
Traumatic Stress pasien, yaitu PTSD: berkurang dan tetap
Disorder (PTSD) berusaha menjaga
• Menyarankan pasien
kesehatan bagi
agar lebih sering keluar
dirinya sendiri.
dan mencoba
berinteraksi dengan
warga sekitar

• Menyarankan orang tua


pasien untuk lebih
sering meluangkan
waktu terutama untuk
mendengarkan
keluhan-keluhan
pasien

• Menyarankan pasien
agar rutin kontrol ke
psikiater untuk
menjalani psikoterapi

• Memberikan terapi
berupa Fluoxentine 2 x
1 tablet
Aspek Risiko 1. Kebiasaan Nn. 1. Menganjurkan pasien Pasien Pada saat di 1. Pasien mulai
Internal S yang hanya untuk lebih sering Puskesmas mencoba keluar
duduk di depan keluar rumah dan dan rumah untuk
komputer dan bersosialisasi berkunjung ke bersosialisasi.
bermain game 2. Mengajak pasien rumah pasien. 2. Pasien mulai
seharian untuk berkenalan dan mencoba
2. Nn. S jarang berkumpul dengan membuka diri
berkomunikasi keluarga dan warga pada keluarga.
dengan sekitar 3. Pasien mulai
keluarga 3. Memberitahu pasien ingin mencoba
maupun warga bahwa dengan berobat
sekitar bercerita ke psikiater kembali ke
3. Nn. S tidak dapat mengurangi psikiater.
ingin membuka stress pasien
diri pada
psikiater
Aspek Risiko 1. Kurangnya 1. Mengedukasi keluarga Keluarga Pada saat 1. Keluarga sudah
Eksternal pengetahuan seputar penyakit yang (Kedua berkunjung ke mulai
keluarga seputar sedang diderita Nn. S. orangtua rumah pasien memahami
keadaan yang 2. Mengedukasi keluarga pasien) penyakit yang
dialami Nn. S tentang pentingnya diderita Nn.S.
peran keluarga dalam
2. Kurangnya pemulihan Nn.S. 2. Keluarga mulai
waktu orang tua meluangkan
Nn. S untuk lebih banyak
meluangkan waktu untuk
waktu bersama pasien.
anaknya.
Aspek Secara fungsional Menyarankan pasien Pasien Pada saat 1. Pasien
Fungsional pasien dapat untuk selalu menjalani dan berkunjung ke dapat
digolongkan ke derajat pola hidup bersih dan keluarga rumah pasien. mempertahankan
1, dikarenakan tidak sehat, serta menyarankan . score fungsional.
ada keterbatasan fungsi pasien agar lebih percaya
apapun dan pasien diri dan dapat mengatasi 2. Quality of
dapat mandiri dalam ketakutannya. life pasien dapat
perawatan diri, meningkat.
melakukan aktivitas di
luar dan di dalam
rumah.

C . Prognosis

• Ad Vitam : Ad Bonam

• Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

• Ad Functionam : Dubia
LAMPIRAN
Kegiatan home visit pertama Kegiatan Home visit kedua
(11 Februari 2019) (13 Februari 2019)

Dapur Rumah Pasien:

Anda mungkin juga menyukai