Anda di halaman 1dari 12

WRITTEN BY

Cindy Ismantara
201850636

Trisakti School of Management


2019

ANALISIS PENDAPATAN
NASIONAL
Ekonomi Makro
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL

Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan pertumbuhan ekonomi, yang
menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang
waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam konsep nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh
sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik
Bruto (PDB). Dengan demikian, PDB dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kinerja perekonomian suatu negara atau sebagai cerminan keberhasilan suatu pemerintahan dalam
menggerakkan sektor-sektor ekonomi.

PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDB atas dasar
harga berlaku (PDB nominal) merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada setiap tahun untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Dalam hal ini,
PDB atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan harga yang terpengaruh inflasi. Sementara PDB
atas dasar harga konstan (PDB riil) merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dalam tulisan ini, tahun dasar yang digunakan adalah tahun
2010, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Berikut merupakan analisis PDB menurut lapangan
usaha dan pengeluaran berdasarkan atas harga berlaku dan harga konstan, tahun 2014-2018.

1. PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT LAPANGAN USAHA

PDB Tahunan Menurut Lapangan Usaha


(Dalam Miliar Rupiah)
16000000
14000000

12000000
10000000
8000000
6000000

4000000
2000000

0
2014 2015 2016 2017 2018
Harga Berlaku 10569705 11526332.8 12401728.5 13587212.6 14837357.5
Harga Konstan 8564866.6 8982517.1 9434613.4 9912703.6 10425316.3

Harga Berlaku Harga Konstan


PDB Triwulanan Menurut Lapangan Usaha
(Dalam Miliar Rupiah)
4000000

3500000

3000000

2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
2014

III

III
IV
2016

III

2018
2017

III

III
I
II

IV
2015
I
II

I
II

IV

I
II

IV

I
II

IV
Harga Berlaku Harga Konstan

Grafik di atas memperlihatkan nilai PDB triwulanan menurut lapangan usaha atas dasar harga
berlaku cenderung meningkat dari triwulan I setiap tahun sampai dengan triwulan III, dan
mengalami sedikit penurunan pada triwulan IV dibanding triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga
terjadi pada PDB atas dasar harga konstan. Grafik atas dasar harga berlaku lebih tinggi dibandingkan
grafik atas dasar harga konstan, karena grafik atas dasar harga berlaku mendapat pengaruh dari
inflasi yang terjadi setiap tahun. Sedangkan grafik atas dasar harga konstan menganggap bahwa
harga tidak berubah, di mana sebagai harga dasar adalah harga pada tahun 2010.
Dalam tahunan, dapat dilihat bahwa PDB menurut lapangan usaha baik atas harga berlaku
maupun harga konstan menunjukkan peningkatan. Hal ini menggambarkan struktur perekonomian
dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik menurut lapangan usaha.
Bila diamati PDB atas dasar harga berlaku yang memperlihatkan struktur ekonomi suatu
wilayah, maka dalam kurun waktu 2014-2018 struktur perekonomian menurut lapangan usaha tidak
berubah secara signifikan. Tiga kontribusi terbesar berdasarkan rata-rata per tahun adalah sebagai
berikut.
1. Lapangan Usaha Industri Pengolahan dengan rata-rata kontribusi sebesar 20,52 persen.
2. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan rata-rata kontribusi sebesar
13,254 persen.
3. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan
rata-rata kontribusi sebesar 13,192 persen.

Sementara grafik triwulan per tahun digambarkan sebagai berikut.


2014 2015
24 24

20 20

16 16

12 12

8 8

4 4

0 0
Triwilan I Triwilan II Triwilan III Triwilan IV Triwilan I Triwilan II Triwilan III Triwilan IV

Industri Pengolahan Industri Pengolahan


Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

2016 2017
24 24

20 20

16 16

12 12

8 8

4 4

0 0
Triwilan I Triwilan II Triwilan III Triwilan IV Triwilan I Triwilan II Triwilan III Triwilan IV

Industri Pengolahan Industri Pengolahan


Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

2018
24

20

16

12

0
Triwilan I Triwilan II Triwilan III Triwilan IV

Industri Pengolahan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Urutan ketiga kontribusi di atas tidak berubah untuk setiap triwulan I-III. Sementara setiap
triwulan IV terjadi sedikit perubahan struktur ekonomi, dimana kontribusi terbesar kedua dicapai
oleh Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Sementara
kontribusi terbesar ketiga dicapai oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. (Data
diperoleh dari BPS, tabel dalam lampiran).

Perbandingan Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Pengeluaran atas Dasar Harga
Berlaku dan Harga Konstan

Chart Title
16000000
14000000
12000000
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
2014 2015 2016 2017 2018

ADHB ADHK

Dari grafik di atas, nampak bahwa umumnya nilai PDB atas dasar harga berlaku (ADHB)
selalu lebih tinggi dari nilai PDB atas dasar harga konstan (ADHK). Perbedaan tersebut
disebabkan karena ada pengaruh perubahan harga yang cenderung selalu meningkat dalam
perhitungan PDB ADHB, sedangkan dalam PDB ADHK pengaruh faktor harga telah
ditiadakan. Sama halnya dengan PDB ADHB, sebagian besar komponen pengeluaran akhir
PDB ADHK menunjukkan peningkatan.
Terbentuknya total PDB merupakan kontribusi dari seluruh komponen lapangan usaha,
yang terdiri dari Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan
Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih; Konstruksi; Perdagangan, Hotel
dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan;
Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-
sub sektor.
2. PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT PENGELUARAN
 Konsep Dan Definisi PDB Pengeluaran
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan jasa
oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga berfungsi sebagai
pengguna akhir (final demand) dari berbagai jenis barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang
tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan,
memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama
utamanya kelompok makanan dan perumahan (UN, 1993).
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi
nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa (baik
yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi) ditambah nilai barang/jasa yang
dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga yang
tidak signifikan secara ekonomi (social transfer in kind-purchased market production).
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto
Secara garis besar PMTB didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk
menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan barang
modal meliputi pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan
barang modal baru maupun bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau
barter barang modal). Pengurangan barang modal meliputi penjualan barang modal
(termasuk barang modal yang ditransfer atau barter kepada pihak lain).
Disebut sebagai pembentukan modal tetap bruto karena menggambarkan penambahan
serta pengurangan barang modal pada periode tertentu. Barang modal mempunyai usia pakai
lebih dari satu tahun serta akan mengalami penyusutan. Istilah ”bruto” mengindikasikan
bahwa didalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang
modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang
digunakan pada proses produksi secara normal selama satu periode.
4. Inventori
Inventori adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan
dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunakan dengan cara
lain. Merupakan persediaan yang berasal dari pihak lain, yang akan digunakan sebagai input
antara atau dijual kembali tanpa mengalami proses lebih lanjut.
5. Ekspor – Impor
Transaksi ekspor barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi
(baik berupa penjualan, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari residen suatu wilayah
Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri (non-resident). Sebaliknya, impor barang
didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian,
barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident)
terhadap residen suatu wilayah Provinsi.

PDB Triwulanan Menurut Pengeluaran


(Dalam Miliar Rupiah)
4000000

3500000

3000000

2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
III

III

III

III

III
IV
2014
I
II

2015
I
II

IV
2016
I
II

IV

I
2017

II

IV
2018
I
II

IV
Harga Berlaku Harga Konstan

PDB Tahunan Menurut Pengeluaran


(Dalam Miliar Rupiah)
16000000

12000000

8000000

4000000

0
2014 2015 2016 2017 2018
Harga Berlaku 10569705 11526332.8 12401728.5 13587212.6 14837357.5
Harga Konstan 8564866.6 8982517.1 9434613.4 9912703.6 10425316.3

Harga Berlaku Harga Konstan

Grafik di atas memperlihatkan nilai PDB triwulanan menurut pengeluaran atas dasar harga
berlaku cenderung meningkat dari triwulan I setiap tahun sampai dengan triwulan III, dan
mengalami sedikit penurunan pada triwulan IV dibanding triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga
terjadi pada PDB atas dasar harga konstan.
Grafik atas dasar harga berlaku lebih tinggi dibandingkan grafik atas dasar harga konstan, karena
grafik atas dasar harga berlaku mendapat pengaruh dari inflasi yang terjadi setiap tahun. Sedangkan
grafik atas dasar harga konstan menganggap bahwa harga tidak berubah, di mana sebagai harga
dasar adalah harga pada tahun 2010.
A. Produk Domestik Bruto Indonesia atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran
Dalam kurun waktu tahun 2014-2018 nilai Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga
berlaku menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh
adanya perubahan harga maupun perubahan volume. Peningkatan PDB dari sisi nilai tambah, tentu
diikuti oleh peningkatan pada sisi permintaan akhir atau pengeluaran PDB (demand side). Berikut
merupakan rangkuman data dalam tabel dan grafik (dalam milyar rupiah).
PDB Penggunaan (Seri 2010) 2014 2015 2016 2017 2018
1. Pengeluaran Konsumsi
5915194.23 6490929.68 7027023.46 7627573.95 8269753.90
Rumahtangga
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 124242.00 130950.57 144499.38 160594.43 180781.69
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 996197.44 1123749.88 1181613.14 1234554.34 1332534.47
4. Pembentukan Modal Tetap
3436923.74 3782011.86 4040201.81 4370574.77 4790606.99
Domestik Bruto
5. Perubahan Inventori 220230.64 144178.93 158867.11 210636.31 338633.58
6. Ekspor Barang dan Jasa 2501424.83 2438992.68 2367365.19 2743062.47 3110754.98
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2580508.04 2394879.30 2273528.02 2605237.45 3272523.12
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO 10569705.30 11526332.80 12401728.50 13587212.60 14837357.50

Produk Domestik Bruto Indonesia atas Dasar Harga Berlaku Menurut


Komponen Pengeluaran Tahun 2014-2018 (Milyar Rupiah)
9000000
8000000
7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
2014 2015 2016 2017 2018

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB


Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa

B. Produk Domestik Bruto Indonesia atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran
Selain dinilai atas dasar harga berlaku, PDB menurut pengeluaran juga dinilai atas dasar
harga konstan 2010 atau atas dasar harga berbagai produk yang divaluasi dengan harga pada
tahun 2010. Melalui pendekatan penghitungan itu, maka PDB untuk masing-masing tahun dapat
memberikan gambaran tentang perubahan PDB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa
ada pengaruh perubahan harga). PDB komponen pengeluaran atas dasar harga konstan
menggambarkan perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan
peningkatan volume konsumsi akhir. Selama kurun waktu 2014-2018, gambaran tentang nilai
PDB atas dasar harga konstan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat dari tabel dan
grafik berikut (dalam milyar rupiah).

PDB Penggunaan (Seri 2010) 2014 2015 2016 2017 2018


1. Pengeluaran Konsumsi
Rumahtangga 4651018.44 4881630.67 5126307.97 5379752.54 5651230.38
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 99420.00 98799.99 105362.27 112664.35 122894.11
3. Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah 736283.11 775397.99 774304.53 790789.09 828714.25
4. Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto 2772470.77 2911355.98 3041584.68 3228763.01 3444118.42
5. Perubahan Inventori 163582.63 112847.91 133400.15 126883.56 197369.64
6. Ekspor Barang dan Jasa 2047887.10 2004466.99 1971182.64 2146803.17 2285871.94
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 1987113.92 1862938.95 1818133.16 1964602.35 2201127.44
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO 8564866.60 8982517.10 9434613.40 9912703.60 10425316.30

Produk Domestik Bruto Indonesia atas Dasar Harga Konstan Menurut


Komponen Pengeluaran Tahun 2014-2018 (Milyar Rupiah)
6000000

5000000

4000000

3000000

2000000

1000000

0
2014 2015 2016 2017 2018

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB


Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2014-2018 nilai
Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga konstan pun menunjukkan peningkatan di
berbagai sektor. Selain itu, nilai impor lebih rendah dibandingkan nilai ekspor menandakan bahwa
perekonomian Indonesia berkembang dengan baik.
C. Perbandingan Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Pengeluaran atas Dasar Harga
Berlaku dan Harga Konstan

Chart Title
16000000
14000000
12000000
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
2014 2015 2016 2017 2018

ADHB ADHK

Dari grafik di atas, nampak bahwa umumnya nilai PDB atas dasar harga berlaku (ADHB)
selalu lebih tinggi dari nilai PDB atas dasar harga konstan (ADHK). Perbedaan tersebut
disebabkan karena ada pengaruh perubahan harga yang cenderung selalu meningkat dalam
perhitungan PDB ADHB, sedangkan dalam PDB ADHK pengaruh faktor harga telah
ditiadakan. Sama halnya dengan PDB ADHB, sebagian besar komponen pengeluaran akhir
PDB ADHK menunjukkan peningkatan.
Terbentuknya total PDB merupakan kontribusi dari seluruh komponen pengeluaran,
yang terdiri dari Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT), Pengeluaran
Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (PKLNPRT),
Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB),
ekspor neto (E) atau ekspor barang dan jasa minus impor barang dan jasa. Terlihat bahwa
selama periode 2014-2018, produk yang dikonsumsi di wilayah domestik masih untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga.
Berikut tiga pengeluaran tertinggi tahun 2014-2018.

PDB Penggunaan (Seri 2010) 2018 2017 2016 2015 2014 Average
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 55,74 56,14 56,66 56,31 55,96 56,162
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,22 1,18 1,17 1,14 1,18 1,178
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8,98 9,09 9,53 9,75 9,43 9,356
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik
32,29 32,17 32,58 32,81 32,52 32,474
Bruto
5. Perubahan Inventori 2,28 1,55 1,28 1,25 2,08 1,688
6. Ekspor Barang dan Jasa 20,97 20,19 19,09 21,16 23,67 21,016
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 22,06 19,17 18,33 20,78 24,41 20,95
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO 100 100 100 100 100 100
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga dengan rata-rata pengeluaran sebesar 56,16 persen.
2. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dengan rata-rata sebesar 32,47 persen.
3. Ekspor barang dan jasa dengan rata-rata sebesar 21,016 persen dan 20,95 persen.

Chart Title
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2014 2015 2016 2017 2018

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah


PMTB Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa
Impor Barang dan Jasa

Rata-rata proporsi konsumsi akhir pemerintah berada pada rentang 9,356 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyerap produk domestik tidak terlalu besar. Di sisi
lain, pada tahun 2015-2017 perdagangan internasional Indonesia yang direpresentasikan oleh transaksi
ekspor dan impor barang dan jasa, menunjukkan bahwa nilai ekspor barang dan jasa cenderung lebih
tinggi dari nilai impor barang dan jasa. Kecenderungan perdagangan internasional Indonesia dalam
periode tersebut selalu menunjukkan posisi “surplus” atau menguntungkan. Sedangkan pada tahun 2014
dan 2018 perdagangan internasional Indonesia menunjukkan nilai ekspor barang dan jasa lebih rendah
dari nilai impor barang dan jasa yang menunjukkan dalam kondisi “defisit” atau merugi.

Anda mungkin juga menyukai