Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

Sesuai dengan tuntutan perkuliahan dan kurikulum Program studi teknik


sipil fakultas teknik Program strata satu Universitas Muhammadiyah Parepare,
sekaligus sebagai salah satu jenjang ke arah bidang profesi, maka peran praktek
kerja akan sangat dirasakan manfaatnya serta dapat membantu bagi setiap
mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya dengan baik, dimana hal ini
merupakan langkah awal sebelum terjun ketengah-tengah masyarakat khususnya
dunia kerja.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pelaksanaan praktek kerja


disamping sebagai persyaratan akademik juga merupakan tempat praktek
mahasiswa dalam arti bahwa secara langsung mahasiswa dapat mengadakan
perbandingan dan pengamatan dari teori yang didapatkan dibangku kuliah dengan
hal-hal yang menyangkut teknis pelaksanaan dilapangan.

Tujuan lain yang takkalah pentingnya dari penyelenggaraan praktek kerja


ini ,adalah sebagai pembekalan kepada mahasiswa dalam memahami suatu kasus
yang sedapat mungkin terselesaikan secara berkelompok, baik dalam hal
perumusan masalah maupun penyusunan laporan secara ilmiah.

1.1. Latar belakang praktek kerja


Mengamati arus perkembangan konstruksi di Indonesia khususnya di
wilayah-wilayah yang terus meningkat dewasa ini dengan sendirinya
membutuhkan tenaga-tenaga ahli yang memenuhi syarat dibidangnya masing-
masing.
Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Parepare sebagai salah satu
pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penghasil tenaga-
tenaga ahli, khususnya dibidang teknik sipil. Menyadari bahwa teori-teori yang
didapatkan dibangku kuliah tanpa ditunjang dengan praktek dilapangan tentu
tidak dapat menghasilkan tenaga-tenaga ahli yang mampu mempertanggung
jawabkan ilmu dan keahlian tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka setelah mengikuti teori-teori
dibangku kuliah, mahasiswa diwajibkan mengikuti praktek kerja di lapangan yang
merupakan persyaratan akademik dalam rangka penyelesaian studi pada Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Program Strata Satu Universitas
Muhammadiyah Parepare.

1.2. Maksud dan tujuan praktek kerja


1. Maksud praktek kerja

Adapun maksud dari pelaksanaan praktek kerja ini adalah :

a. Pemahaman secara detail terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi


yang akan dikerjakan terutama pada pekerjaan struktur pada sebuah
proyek serta kelengkapan administrasi suatu pelaksanaan proyek.
b. Penanganan masalah-masalah yang mungkin terjadi di lapangan selama
proses pelaksanaan proyek baik dari segi teknis maupun dari segi non
teknis pada proyek.

2. Tujuan praktek kerja


Sedangkan tujuan dari praktekkerja ini adalah :
a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan penyelesaian studi pada Program
Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Parepare. disamping
memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat khususnya
pembaca.
b. Untuk melihat dan membandingkan antara teori yang didapatkan dalam
perkuliahan dengan proses kerja dilapangan.
c. Untuk memberi dan menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa sebelum terjun mengabdi dimasyarakat terkhusus pada dunia
kerja sipil.
1.3. Metode pelaksanaan praktek kerja
Dalam penulisan laporan praktek kerja ini kami mengambil data yang

dilakukan dengan dua metode, yaitu :

A. Pengambilan Data Primer

a. Metode pengamatan langsung (observasi)

Berupa peninjauan langsung suatu pekerjaan yang sedang berlangsung

dengan pengamatan yang teliti selama kurang lebih 60 hari pada proyek.

b. Metode interview (wawancara/diskusi)

Berupa pengambilan data dengan cara menanyakan langsung pada pihak-

pihak yang bertanggung jawab dilapangan pada waktu pelaksanaan

proyek sedang berlangsung.

B. Pengambilan data sekunder

Berupa pengambilan data langsung mengenai proyek tersebut

dikantordireksi.

1.4. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan pada pekerjaan proyek “Peningkatan Jalan Kabupaten

Pinrang, Paket VIII 2018 “ meliputi :

A. Pekerjaan Jalan

1. Divisi 1. Mobilisasi

a. Mobilisasi

b. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas


2. Divisi 3. Pekerjaan Tanah

a. Galian Biasa untuk Timbunan Setempat

b. Galian Perkerasan Beraspal Tanpa Cold Milling Machine

c. Biaya Tambahan untuk Pengangkutan Hasil Galian Dengan

Jarak Melebihi 5 Km

d. Timbunan Biasa dari Selain Galian Sumber Bahan

e. Timbunan Pilihan

f. Timbunan Pilihan Hasil Galian Setempat

g. Penyiapan Badan Jalan

3. Divisi 4. Perbaikan Tepi Perkerasan dan Bahu Jalan

a. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

4. Divisi 5. Pekerasa Berbutir

a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A

b. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

c. Lapis Pondasi Agregat Kelas C

5. Divisi 6. Perkerasan Aspal

a. Lapis Resap Pengikat

b. Lapis Perekat

c. Laston Lapis Aus ( AC-WC )

d. Laston Lapis Antara ( AC-BC )

e. Laston Lapis Antara ( AC-BC ) Leveling

6. Divisi 7. Struktur

a. Beton K.250
b. Baja Tulangan U24 Polos

c. Baja Tulangan U32 Ulir

d. Pasangan Batu

e. Perkerasan Beton K.350

7. Divisi Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor

a. Marka Jalan Thermoplastic

b. Kerb Pracetak

1.5. BIAYA PEMBANGUNAN

Biaya fisik pembangunan proyek ini dengan no. kontrak 602.2/5393/DBM

dengan Nilai Kontrak Rp 19.898.898.800,00 (Sembilan Belas Milyar

Delapan Ratus Sembilan Puluh Delapan Juta Delapan Ratus Sembilan

Puluh Delapan Ribu Delapan Ratus Rupiah) yang bersumber dari Dana

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tingkat 1.

1.6. LOKASI PROYEK

Proyek ini berlokasi di Kabupaten Pinrang.

1.7. WAKTU PELAKSANAAN

Waktu Pelaksanaan proyek tanggal kontrak 28 Oktober s/d 28 Desember

2018.
1.8. SISTEMATIKA PEMBAHASAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

Pada penyusunan laporan kerja praktek ini, digunakan sistematika

pembahasan sebagai berikut :

BAB I : Mengemukakan latar belakang, maksud dan tujuan, metode

pelaksanaan, biaya, waktu dan lokasi pelaksanaan proyek, serta

sistematika pembahasan laporan kerja praktek.

BAB II : Tinjauan Umum tempat Kerja Praktek dan Gambaran umum proyek

berupa tinjauan terhadap sejarah , struktur organisasi dan kegiatan

umum proyek atau perusahaan

BAB III : Membahas tentang teknis pelaksanaan Kerja Praktek pada Proyek

berupa bidang kerja mahasiswa, pelaksanaan kerja dan kendala yang

dihadapi serta cara mengatasi kendala dalam proyek

BAB I V : Kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan laporan kerja praktek.
BAB II

TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTEK KERJA

2.1 Sejarah Perusahaan

a. Waktu Berdirinya

Perseroan Terbatas PT. NURHAN JAYA PERKASA berkedudukan dan


berkantor pusat di Kota Pinrang Jalan Melati Nomor 69, yang didirikan dengan
akta tanggal 22-01-1994 nomor 18 yang dibuat dihadapan Zainuddin, Sarjana
Hukum, waktu itu Notaris di Pinrang, kemudian diubah dengan akta tanggal 02-
04-2000 nomor 18, yang dibuat dihadapan Muh. Anshar, Sarjana Hukum, Notaris
di Makassar

b. Pendiri PT. NURHAN JAYA PERKASA

Pendiri PT. NURHAN JAYA PERKASA adalah H. Muh. Hatta Selaku

Direktur Utama.

Susunan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan

Direktur Utama : H.Muh.Hatta

Komisaris Utama : H.Anwar

Komisaris : H.Marwan

c. Ruang Lingkup Usaha

a) Menjalankan usaha dalam bidang PEMBANGUNAN meliputi antara lain :

a) Bertindak sebagai pengembang yang meliputi Perencanaan,

Pelaksanaan.

b) Pemborongan pada umumnya yaitu pembangunan kawasan Perumahan,

Rumah susun, kawasan Industri, Gedung, Perkantoran dan Apartment,


Kondominium, Kawasan Perbelanjaan, Rumah sakit, Gedung

pertemuan, Rumah Ibadah dan Lain-lain

c) Pembangunan Konstruksi Gedung, Jembatan, Jalan, Bandara, Dermaga,

meliputi Pembangunan konstruksi dan Renovasi gedung, Lapangan,

Jembatan, Jalan, Pertamanan, Bendungan, Pengairan, landasan Udara,

Dermaga, Meliputi kegiatan Pemasangan Tiang Pipa, Komponen Beton

Pra Cetak, dan kegiatan usaha terkait.

d) Pemasangan Komponen Bangunan Berat meliputi pengerjaan beton pra-

tegang, beton pra-cetak serta produk-produk beton lainnya.

e) Pemasangan Instalasi-instalasi mesin, listrik, gas, air minum, perangkat

telekomunikasi, freezer, coldstrorage, air conditioner, Springker,

plumbing atau Limbah dan dalam bidang Program Studi Teknik Sipil,

Electro, dan Mesin

f) Pengembangan Wilayah Pemukiman, meliputi pengembangan wilayah

pedesaan, perkotaan, industri dan pariwisata serta wilayah transmigrasi

dan kegiatan usaha lainnya yang terkait

g) Pembangunan Sarana dan Prasarana Jaringan Telekomunikasi meliputi

pembangunan sarana dan prasarana jaringan telekomunikasi termasuk

multimedia serta kegiatan usaha terkait.

h) Konstruksi Besi dan Baja, Meliputi bidang jasa konstruksi besi dan baja

yang meliputi antara lain pembuatan, pemeliharaan, pengecetan serta

kegiatan usaha terkait.

b) Menjalankan usaha dalam bidang PERDAGANGAN, meliputi antara lain :


a) Menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan

b) Perdagangan yang berhubungan dengan usaha real estate dan property,

serta perdangang yang berhubungan dengan usaha real estate yaitu

penjualan dan pembelian bangunan-bangunan rumah, gedung

perkantoran, gedung pertokoan, unit-unit ruangan apartemen, ruangan

kondominium, ruangan kantor dan ruangan pertokoan.

c) Eksport dan Import, meliputi perdangang import dan eksport, antar

pulau/ daerah serta lokal dan interinsulair untuk barang-barang hasil

produksi sendiri dan hasil produksi perusahaan lain.

d) Perdagangan Besar Lokal, perdagangan besar dalam negeri antar

pulau/daerah serta lokal dan interinsulair kecuali perdagangan mobil dan

sepeda motor selain eksport dan Inport

e) Grosir, Supplier, Leveransier dan Commision House

f) Distributor, agen dan sebagai perwakilan dari badan-badan perusahan

lain, baik dari dalam maupun luar negeri.

g) Perdagangan Peralatan Transmisi telekomunikasi dan segala kegiatan

usaha yang berkaitan

h) Perdagangan Bahan Bagunan dan Material, meliputi perdagangan

bahan-bahan material bangunan antara lain meliputi Semen, Kayu

Potong dan Papan, Besi Pancang, Paku serta Kegiatan Usaha terkait.
c) Menjalankan usaha dalam bidang JASA, meliputi antara lain :

a) Sarana penunjang Perusahaan Konstruksi, barang-barang dan perangkat

penunjang lainnya yang berkaitan dengan lingkup usaha Kontruksi serta

kegiatan usaha terkait.

b) Jasa Agen Property, memberikan jasa Informasi dan penjualan di bidang

Property serta kegiatan usaha terkait.

c) Konsultasi Bidang Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan serta

kegiatan usaha terkait

d) Konsultasi Bidang Konstruksi/Sipil meliputi teknik bangunan gedung,

pabrik, jalan dan Jembatan, bendungan dan Waduk, perumahan dan

Pemukiman serta sarana penunjang lainnya dan kegiatan usaha yang

terkait.

2.2 Data Kegiatan

2.2.1. Aktifitas dan Personil Konsultan Supervisi

a) Mengecek posisi existing area Trestle yang akan dilaksanakan

pemancangan.

b) Mengecek posisi existing area Dermaga yang akan dilaksanakan

pemancangan.

c) Mengawasi seluruh pekerjaan dan kegiatan yang dilaksanakan pihak

kontraktor di lapangan
d) Mengawasi campuran Beton K-300 sesuai dengan Spesifikasi yang

telah ditentukan, RKS dan BOQ

e) Mengecek seluruh stok material yang akan digunakan di lapangan

f) Mengecek kondisi dan jumlah peralatan di lapangan

g) Memberikan advis untuk problem solving di lapangan

h) Membuat Laporan Harian kegiatan

i) Memeriksa Laporan Mingguan, Progress Mingguan dan Bulanan

kontraktor.

j) Memeriksa schedule mingguan dan bulanan kontraktor

k) Mengarahkan Pihak kontraktor dalam Metode maupun pelaksanaan

pekerjaan di lapangan

l) Menyiapkan dan melaporkan progress harian, mingguan dan bulanan

m) Menyiapkan dan membuat Laporan Bulanan

n) Memeriksa perhitungan – perhitungan untuk mengendalikan volume

pekerjaan

o) Rapat Koordinasi

p) Surat – menyurat
1. Team Leader (Site Engineer)

a) Memeriksa dan memberikan arahan dan memperbaiki rencana

kerja yang akan dipakai dilapangan

b) Memeriksa Gambar Shop Drawing yang ada atau yang

diajukan oleh pihak Kontraktor

c) Mengawasi dan memberikan arahan dalam hal pengawasan

pada staf konsultan dan kontraktor

d) Memeriksa laporan yang dibuat Inspector sesuai dengan hasil

kondisi dilapangan

e) Membuat Laporan Bulanan dan Mendistribusikan kepada yang

bersangkutan

2. Inspector

a) Memonitor Pelaksanaan pekerjaan dilapangan

b) Mencatat Semua Volume Pekerjaan yang terlaksana secara

Akumulatif

c) Mengarahkan pihak Kontraktor dalam Metode dan Pelaksanaan

Kerja dilapangan atas dasar spesifikasi teknis kerja yang ada

3. Surveyor

a) Melakukan Pengukuran awal Pada Existing yang ada, Baik

Elevasi atau leveling maupun Cross Section dan Long Section

b) Menentukan titik-titik atau patok untuk pengamatan pada pada

saat pemancangan dilaksanakan


c) Melakukan Pengukuran untuk Menentukan Elevasi Rencana

Kerja sesuai dengan Shop Drawing

d) Menghitung kalkulasi perhitungan hasil pengukuran dilapangan

dan memunculkan sudut maupun koordinat untuk setiap titik

pancang yang direncanakan.

2.3 Organisasi Proyek

2.3.1 Owner (Pemilik Proyek)

Yang dimaksud dengan Owner adalah suatu badan atau instansi

pemerintah atau suatu badan swasta bahkan dapat pula berupa perorangan

yang menugaskan kepada perencana dan pelaksana untuk merencanakan

dan melaksanakan suatu objek pembangunan.

Owner dalam pekerjaan proyek “Peningkatan Jalan Kabupaten

Pinrang, Paket VIII 2018”

Owner menugaskan kepada perencana untuk membuat rencana

detail meliputi gambar-gambar dan rencana anggaran biaya termasuk pula

syarat-syarat dan peraturan teknis pelaksanaannya. Sedangkan kepada

pelaksana Owner menugaskan untuk melaksanakan realisasi objek

bangunan dan dari sini pelaksana akan menerima hasil produksi dari

pelaksana.

Suatu penugasan dari Owner kepada perencana harus disampaikan

secara tertulis dan penerimaan oleh perencana harus disampaikan juga

secara tertulis. Sedangkan kepada pelaksana pemberi tugas berhubungan


langsung atau melalui seorang ahli (perencanaan) yang bertindak sebagai

wakil dari pemberi tugas.

Kewajiban Owner adalah menyediakan biaya baik berupa

perencanaan untuk perencana, biaya pengawasan untuk konsultan

pengawas maupun biaya pelaksanaan untuk pelaksana tepat pada

waktunya, mengerjakan segala sesuatunya untuk memungkinkan

terlaksananya pekerjaan tersebut, maka setelah pekerjaan dikerjakan

sebagian ataupun keseluruhan oleh pelaksana sesuai dengan bestekdan

lampiran-lampiran maka Owner bersama wakilnya (konsultan pengawas)

mengadakan penelitian bobot kemajuan pekerjaan yang disetujui oleh

unsur konsultan pengawas, kontraktor pelaksana, dan Pimpinan proyek.

2.3.2 Designer (Perencana)

Unsur-unsur perencana

Unsur-unsur perencana dapat berupa perorangan, suatu badan swasta

maupun instansi pemerintah yang mempunyai keahlian dibidangnya

meliputi :

a) Perancang dan perencanaan

b) Pengawas (Supervisor) Perencana proyek “Peningkatan Jalan

Kabupaten Pinrang, Paket VIII 2018”

Tugas perencana

Adapun tugas perencana setelah menerima pekerjaan dari Owner

adalah sebagai berikut :


a) Sketsa pemikiran pertama, yaitu suatu sketsa dalam skala kecil

yang memberikan gambaran yang cukup jelas tentang pembagian

ruangan-ruangan, bentuk bangunan dan kemungkinan

pelaksanaannya.

b) Membuat perencanaan sementara (Prarencana) terdiri dari

gambar-gambar sketsa dalam skala kecil yaitu site plan, denah-

denah, tampak-tampak, serta potongan-potongan yang terpenting

dari bangunan dengan atau tanpa gambar situasi dan perspektif,

berikut perkiraan biaya yang pada umumnya dihitung luas per

luas lantai bangunan. Gambar tersebut dipakai sebagai dasar

untuk mengadakan pembicaraan dengan pemberi tugas untuk

perbaikan-perbaikan rencana sementara dan sebagainya.

c) Membuat rencana pelaksanaan, yaitu uraian (bestek) lanjutan dari

prarencana dan berbagai gambar detail dasar dengan skala yang lebih

besar, diperinci sedemikian rupa sehingga dengan dasar itulah dapat

digambar detail lengkap uraian dan syarat-syarat serta anggaran

biaya yang diperlukan untuk memperoleh izin bangunan buat

dibicarakan dengan instansi yang berwenang.

d) Membuat gambar detail lengkap yaitu gambar detail dengan skala

yang cukup besar untuk menggambarkan lebih jelas seluruh

pekerjaan yang diperlukan untuk pelelangan pekerjaan.

e) Uraian dan syarat-syarat, yaitu uraian dari pekerjaan dan

pelaksanaannya yang disusun dengan sejelas-jelasnya, juga anggaran


biaya diperhitungkan, banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan

dan upah serta biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan

pekerjaan.

f) Pelelangan, meliputi pekerjaan-pekerjaan seperti penyediaan uraian

gambar-gambar, detail yang diperlukan, uraian dan syarat-syarat serta

lampirannya, mengadakan pengumuman, mengundang para rekanan,

memberikan penjelasan atau petunjuk-petunjuk apabila dianggap perlu,

mengadakan evaluasi dalam menentukan pelaksana yang berhak untuk

mengerjakan pekerjaan bangunan.

2.3.3 Pelaksana (Kontraktor)

Pelaksana atau dikalangan umum lebih dikenal istilah pemborong

(kontraktor) bangunan adalah perusahaan-perusahaan yang bersifat

perorangan atau lebih yang berbadan hukum dan bergerak dalam

pelaksanaan bangunan.

Menurut bidang kerjanya pelaksana dapat terbagi atas :

a) Pelaksana bangunan gedung dan pabrik (kontraktor gedung)

b) Pelaksana bangunan air (pengairan dan dermaga/penahan

gelombang)

c) Pelaksana jalan + jembatan + landasan

d) Pelaksana bidang jaringan telekomunikasi/perpipaan

e) Pelaksana bidang percetakan sawah baru/pembukaan areal/lahan

f) Pelaksana bidang kelistrikan


g) Pelaksana bidang pengolahan air bersih, air limbah

Pelaksana proyek adalah PT. NURHAN JAYA PERKASA

Tugas pelaksana

Adapun tugas pelaksana sebagai berikut :

a) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah ditanda

tangani, dimana dalam kontrak tersebut dimuat uraian gambar-

gambar ditambah dengan detail-detailnya.

b) Setelah pekerjaan selesai kontraktor harus menyerahkan pekerjaan

tersebut kepada Owner yang disebut penyerahan .

c) Selama interval waktu yang ditetapkan sebelumnya, setelah

penyerahan pertama pekerjaan, pelaksana masih berkewajiban

memelihara / memperbaiki kerusakan-kerusakan yang mungkin

timbul sebelum pekerjaan sepenuhnya diserahkan kepada Owner.

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik pelaksana /

kontraktor harus memiliki tenaga pelaksana yang mempunyai keahlian

dibidangnya sebagai pelaksana.

2.3.4 Konsultan Pengawas

Tinjauan umum

Pada dasarnya seorang Owner menginginkan agar hasil yang

diperoleh dapat mencapai standar yang sebaik-baiknya yang tentu akan


memberikan kepuasan baginya, sedangkan kita ketahui pula bahwa

pelaksana adalah suatu badan komersil yang bekerja dengan harapan

dapat mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya.

Dalam hal ini pelaksananya manusia tidak lepas dari

kekurangan/keteledoran baik sifatnya yang disengaja maupun yang

tidak disengaja, semuanya ini tentu akan dapat mempengaruhi mutu

dari suatu pekerjaan. Olehnya itu, sangatlah penting dalam

melaksanakan sesuatu pekerjaan, pelaksana harus diawasi

pekerjaannya oleh konsultan pengawas agar bila dalam melaksanakan

terjadi kesalahan dapat dengan mudah segera ditegur sekaligus

diarahkan kepada hasil pekerjaan yang benar. Yang bertindak sebagai

konsultan pengawas pada kegiatan proyek ini adalah PT.WIRAGUNA

TANI .

Konsultan pengawas adalah wakil dari Owner dalam segala hal

menyangkut pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Adapun yang harus

dimiliki oleh konsultan pengawas adalah :

a) Ahli dalam bidang pekerjaan tersebut

b) Jujur

c) Tegas

d) Disiplin

e) Harus memiliki pengalaman kerja


Maksud dan tujuan

Adapun maksud dan tujuan konsultan pengawas adalah :

a) Mengawasi jalannya pekerjaan, menjaga kuantitas dan kualitas

serta memperhatikan jangka waktu pelaksanaan dan

anggaranbiaya.

b) Mengawasi dan meneliti bahan bangunan serta penyesuaian

yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

c) Menyusun berita acara kemajuan pekerjaan.

d) Mengawasi dan mencatat pekerjaan yang kurang atau

pekerjaan tambahan di lapangan.

e) Memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam teknis

pelaksanaan agar tidak menyimpan dari ketentuan bestek /

berita acara anwijzing.

Kewajiban konsultan pengawas

a) Memberikan bimbingan dan mengadakan pengawasan

terutama dalam pelaksanaan pekerjaan.

b) Menyelenggarakan surat-surat yang bersangkutan dengan

pelaksanaan bangunan, mengatur pembayaran anggaran biaya

pekerjaan.

c) Meninjau perkembangan dan memeriksa tanda-tanda

pembayaran dari pekerjaan.


d) Membuat gambar-gambar tambahan yang masih diperlukan

untuk menjelaskan apa yang sudah dinyatakan dalam gambar-

gambar detail.

e) Memeriksa dan kalau perlu memperbaiki gambar-gambar kerja

yang dibuat oleh perencana dalam pelaksanaan pekerjaan di

lapangan.

f) Mencatat atau membuat laporan harian / mingguan / bulanan

dimana didalamnya dicatat pekerjaan-pekerjaan tambahan atau

kurang dalam menyelesaikan keuangan yang timbul karenanya.

g) Menguji pekerjaan yang diserahkan dan menyediakan gambar-

gambar yang mungkin diperlukan.

h) Memeriksa pelaksanaan pekerjaan.

2.3.5 Struktur organisasi Proyek

Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, khususnya pada

pelaksanaan pekerjaan “ Peningkatan Jalan Kabupaten Pinrang, Paket

VIII 2018” diperlukan organisasi pelaksanaan yang terarah dan

terencana dengan tepat. Hal ini diperlukan untuk menjaga kelancaran

pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat terlaksana pada

waktu yang tepat dengan mengutamakan prinsip efektif, efisien, dan

ekonomis.
STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN
PT. NURHAN JAYA PERKASA

IR. H. MARWAN
GENERAL SUPER
INTENTEN

H.M.NURHAN,SE
ADMINISTRASI
KEUANGAN

KAHAR Ir.HASAN RAHMAT


PELAKSANA PELAKSANA
LAPANGAN ADM.TEKNIS OPERATOR ALAT

MULYADI MUH.TAUFIK JULI SANTOSO


MANDOR LOGISTIK MEKANIK

Gambar 2 : Hubungan Kerja Pelaksana Proyek

2.4 HUBUNGAN KERJA

Adapun skema hubungan kerja dari elemen-elemen yang terkait dengan

pelaksanaan proyek “ Peningkatan Jalan Kabupaten Pinrang, Paket VIII 2018”

yaitu :
PEMBERI TUGAS

KEMENTRIAN PEKERJAAN
UMUM DIREKTORAT JENDERAL
BINA MARGA

SATKER P2JN PROV.SULSEL

BIAYA BIAYA KONTRAK


KONTRAK

SUPERVISI
PENGGUNA JASA
PELAKSANA FISIK

PENYEDIA JASA
KONSULTAN PERSYARATAN TEKNIS KONTRAKTOR

PT.WIRAGUNA TANI PT. NURHAN JAYA


REALISASI
PERKASA

PERATURAN PELAKSANAAN

Gambar 3 : Hubungan Kerja Pelaksana Proyek

2.4.1 Hubungan antara Owner dengan perencana

Dari pola hubungan kerja dari keempat unsur terlihat bahwa dalam rangka

kerja sama antara keduanya maka pemberi tugas menerima jasa perencanaan dan

perencana menerima biaya perencanaan, demikian pula halnya dengan konsultan


pengawas. Masing-masing pihak terikat pada kewajiban dan tanggung jawab

pihak lainnya berdasarkan kontrak kerja yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Sesuai dengan bidang penugasan yang diterima oleh masing-masing pihak

maka untuk selanjutnya pihak-pihak tersebut mempunyai kewajiban dan

tanggungjawab sebagai berikut :

a. Kewajiban dan tanggung jawab Perencana terhadap Owner. Adapaun

kewajiban dan tanggung jawab perencana terhadap Owner adalah:

1. Perencana yang diberi tugas menjadi kewajiban baginya dan harus

dilaksanakan dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh pemberi

tugas serta seluruh rencana yang diberikan kepada perencana harus

dilaksanakan. Dan apabila syarat-syarat yang ditentukan oleh pemberi tugas

menurut perencana tidak dapat dilaksanakan, maka perencana harus

memberitahukan kepada pemberi tugas pada waktu pembuatan prarencana.

2. Perencana harus bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang diderita oleh

pemberi tugas sebagai akibat dari perencanaannya.

b. Kewajiban dan tanggung jawab Owner terhadap perencana.

Adapaun kewajiban dan tanggung jawab Owner terhadap perencana adalah:

1. Membayar honorarium kepada perencana yang menerima tugas, yang tidak

boleh kurang dari jumlah yang diperbolehkan dari perhitungan honorarium

yang ditetapkan dalam peraturan umum tentang hubungan kerja antara Owner

dan perencana.

2. Pemberi tugas membayar biaya perencanaan sesuai peraturan yang berlaku

dan kontrak antara Owner dan perencana.


Untuk menentukan besarnya honorarium perencana dapat dilihat menurut

macam-macam pekerjaan yang dilaksanakan yaitu seperti :

a. Pembangunan gedung

b. Perluasan

c. Pembongkaran/perombakan

d. Perbaikan

e. Dan lain-lain.

2.4.2 Hubungan antara Owner dengan pelaksana

Hubungan kedua pihak ini adalah hubungan pekerjaan yang terikat oleh

perjanjian borongan dan diatur oleh suatu kontrak.

Dalam perjanjian ini dijelaskan kewajiban dan tanggung jawab kedua

unsur agar dilaksanakan dan dipatuhi. Segala sesuatunya dalam hubungan ini

diatur oleh kontrak dan lampiran-lampirannya, serta masing-masing pihak terikat

oleh pasal-pasal dalam kontrak tersebut dalam melaksanakan tugas dan kewajiban

masing-masing.

Pelaksana dalam melaksanakan suatu pekerjaan mengikat diri pada

pemberi tugasn dengan menerima suatu harga/upah yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak

dalam hubungan ini adalah sebagai berikut :

a. Kewajiban dan tanggung jawab pelaksana terhadap Owner.

Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pelaksana berkewajiban :


1. Melaksanakan pekerjaan yang telah diterimanya sesuai dengan dokumen-

dokumen kontrak termasuk bestek dan gambar-gambar detail yang

diserahkan kepadanya.

2. Menempatkan wakil atau orang yang dipercaya ditempat pelaksana

pekerjaan dengan menyampaikan secara tertulis kepada pemberi tugas

melalui direksi.

3. Apabila terjadi kerusakan pekerjaan karena kelalaian pelaksana, sebelum

pekerjaan itu diserahkan maka menjadi tanggung jawab pelaksana.

4. Pelaksana bertanggung jawab atas kenaikan harga/kenaikan upah kerja dan

tidak menuntut tambahan biaya, kecuali apabila kenaikan tersebut

diakibatkan oleh peraturan pemerintah.

5. Selama pekerjaan berlangsung pelaksana bertanggung jawab terhadap

perbuatan-perbuatan orang-orang yang dipekerjakannya dan berkewajiban

mentaati peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku.

6. Pelaksana dapat meminta perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan

dalam waktu yang layak sehubungan dengan :

a. Jika pelaksana harus mengerjakan yang tidak terdapat dalam bestek

sehingga penyerahan pekerjaan terlambat.

b. Jika pelaksana pekerjaan tidak dapat dimulai pada waktunya atau harus

dihentikan karena direksi tidak memenuhi kewajibannya.

c. Keterlambatan yang diakibatkan oleh leveransir dari pelaksana tidak

memenuhi kewajibannya tidak menjadi alasan untuk meminta

perpanjangan waktu kecuali dalam keadaan memaksa (force majeur ).


b. Kewajiban dan tanggung jawab Owner terhadap pelaksana.

Untuk menjaga kelancaran pekerjaan, maka Owner berkewajiban:

1. Menyediakan anggaran pelaksanaan menurut kontrak ( jumlah yang

telah disepakati ) tepat pada waktunya.

2. Membebaskan tanah atau lokasi dimana pekerjaan itu akan

dilaksanakan.

3. Menunjuk wakilnya dalam pengawasan pekerjaan dan apabila dalam

pelaksanaan ada penambahan dalam kontrak tidak ditetapkan maka

penambahannya akan diberitahukan kemudian kepada pelaksana

secara tertulis.

2.4.3 Hubungan antara perencana dengan pelaksana

Hubungan ini terjadi bila pelaksana sudah menyatakan kesediaan kepada

pemilik proyek untuk melaksanakan realisasi objek bangunan yang dibuat oleh

perencana. Perencana menetapkan persyaratan-persyaratan untuk pelaksana yang

tercantum dalam bestek dan gambar-gambar kerja.

Pelaksana harus mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai dengan persyaratan

yang telah ditetapkan oleh perencana dan dapat pula menyimpang asal saja

berdasarkan petunjuk tertulis oleh unsur teknik.

Adapun tugas dan kewajiban perencana terhadap pelaksana yaitu membuat

gambar-gambar kerja serta menetapkan syarat-syarat pelaksanannya, sedangkan

kewajiban pelaksana terhadap perencana adalah merealisasikan syarat-syarat

pelaksanaan yang ditetapkan oleh perencana.


2.4.4 Hubungan antara Owner dengan konsultan pengawas

Dari pola hubungan kerja dari keempat unsur terlihat bahwa dalam rangka

kerja sama antara keduanya maka pemberi tugas menerima jasa dari konsultan

pengawas dan konsultan pengawas menerima pembayaran atas pelaksanaan

pengawasan yang dilakukannya.

Masing-masing pihak terikat pada kewajiban dan tanggung jawab terhadap

pihak lainnya berdasarkan kontrak kerja yang disepakati oleh kedua belah pihak.

a. Kewajiban dan tanggung jawab konsultan pengawas. Adapun

kewajiban dan tanggung jawab pengawas terhadap Owner adalah:

1. Konsultan pengawas berkewajiban melakukan pengawasan terhadap

pelaksana agar hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai syarat-syarat yang

ditetapkan dalam kontrak.

2. Konsultan pengawas bertanggung jawab kepada Owner akibat kesalahan

pekerjaan yang diakibatkan oleh kelalaian pengawasan.

b. Kewajiban Owner terhadap konsultan pengawas.

Owner berkewajiban untuk melakukan pembayaran atas jasa pengawasan yang

telah dilakukan oleh konsultan pengawas sesuai dengan kontrak antara kedua

belah pihak.

2.4.5 Hubungan antara konsultan pengawas dengan pelaksana

Hubungan ini terjadi bila pelaksana sudah menyatakan kesediaan kepada

pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan yang dituangkan dalam kontrak

kerja.
Konsultan pengawas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan oleh pelaksana. Pengawas berhak untuk menegur

pelaksana apabila di dalam pelaksanaannya, pelaksana melakukan pekerjaan yang

tidak sesuai dengan gambar kerja dan syarat-syarat yang ada.

2.4.6 Hubungan antara perencana dengan konsultan pengawas

Adapun hubungan kerja antar perencana dan konsultan pengawas hanya

berupa pengawasan berkala yang dilakukan oleh perencana terhadap konsultan

pengawas. Adapun yang dimaksud dari pengawasan berkala ini adalah agar

perencana dapat mengetahui apakah di dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai

dengan hasil perencanaannya.

2.5 SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI

2.5.1 Spesifikasi Umum Proyek

Spesifikasi umum proyek memuat batasan pengertian istilah yang

digunakan, hak, kewajiban, tanggung jawab termasuk tanggung jawab pada

pekerjaan yang disub-kontrakkan, sanksi, penyelesaian perselisihan, dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dalam pelaksanaan kontrak bagi para pihak.

Spesifikasi umum proyek merupakan penjelasan umum mengenai Pembangunan

suatu proyek.

2.5.2 Jaminan Pelaksanaan Proyek

Jaminan pelaksanaan berupa jaminan dari bank pemerintah atau lembaga

keuangan lain yang ditunjuk oleh pemerintah ditetapkan sebesar selisih harga

penawarannya dengan berikutnya yang lebih tinggi atau 5 % dikali nilai kontrak,
harus diserahkan kepada pemberi tugas (pihak pertama) sebelum

penandatanganan kontrak. Penetapan besarnya jaminan pelaksanaan akan

diberikan secara tertulis oleh pemberi tugas

2.5.3 Jaminan Keselamatan Proyek

Jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan standard yang

harus dimilki setiap perusahaan dalam pelaksanaan pekerjaan untuk menjamin

keselamatan pekerjanya. Hal ini penting untuk menghindari biaya tak terduga

yang timbul akibat kecelakaan proyek dan produktivitas kerja akan meningkat

karena pekerja merasa terjamin keselamatannya.

Hal-hal yang biasanya dilakukan dalam menerapkan K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja) sebagaimana diatur oleh UU No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja adalah:

1. Menggunakan pakaian yang safety.

2. Menggunakan helm pengaman.

3. Menggunakan sepatu boot.

2.5.4 Surat Perintah Mulai Kerja

Surat perintah Mulai kerja (SPMK) adalah surat perintah yang dikeluarkan

oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dimana 14 (empat belas) hari setelah

dikeluarkannya penyedia jasa wajib menjalankan pekerjaan. Dalam SPMK berisi

tanggal paling lambat dimulainya pekerjaan dan tanggal penyelesaian pekerjaan.


Dalam proyek ini SPMK dikeluarkan pada tanggal 25 Februaril 2013 oleh

Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Perhubungan Laut Provinsi Sulawesi Selatan.

2.5.5 Kontrak dan Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan hubungan kerja dilakukan dalam suatu proyek konstruksi

apabila:

1. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai.

2. Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal diluar kekuasaan

(keadaan kahar) kedua belah pihak sehingga para pihak tidak dapat

melaksanakan kewajiban yang ditentukan di dalam kontrak. Dalam hal

kontrak dihentikan, maka pengguna jasa wajib membayar kepada penyedia

jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) sesuai dengan kemajuan pelaksanaan

pekerjaan yang telah dicapai.

3. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana penyedia jasa (PT. Nurhan Jaya

Perkasa) cidera janji atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggung

jawabnya sebagaimana diatur di dalam kontrak. Kepada penyedia jasa

dikenakan sanksi

4. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana para pihak terbukti melakukan

kolusi, kecurangan atau tindak korupsi baik dalam proses seleksi penyedia

jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) maupun pelaksanaan pekerjaan.

Pemutusan kontrak oleh pengguna jasa sekurang-kurangnya 30 (tiga

puluh) hari setelah pengguna jasa menyampaikan pemberitahuan rencana

pemutusan kontrak secara tertulis kepada Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya
Perkasa) untuk kejadian tersebut di bawah ini, pengguna jasa dapat memutuskan

kontrak. Kejadian dimaksud adalah :

1. Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) tidak mulai melaksanakan

pekerjaan berdasarkan kontrak pada tanggal mulai kerja.

2. Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) tidak berhasil memperbaiki suatu

kegagalan pelaksanaan, sebagaimana dirinci dalam surat pemberitahuan

penangguhan pembayaran.

3. Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) tidak mampu lagi melaksanakan

pekerjaan atau bangkrut;

4. Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) gagal mematuhi keputusan akhir

penyelesaian perselisihan;

5. Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) menyampaikan pernyataan yang

tidak benar kepada pengguna jasa dan pernyataan tersebut berpengaruh besar

pada hak, kewajiban, atau kepentingan pengguna jasa;

6. Terjadi keadaan kahar dan Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) tidak

dapat melaksanakan pekerjaan.

Terhadap pemutusan kontrak yang timbul karena terjadinya salah satu

kejadian sebagaimana dirinci dalam huruf a. sampai f. diatas, Pasal 1266 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata tidak diberlakukan.

Atas pemutusan kontrak yang timbul karena salah satu kejadian yang

diuraikan dalam huruf a. sampai e. Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa)

dimasukkan dalam daftar hitam.


2.5.6 Penyelesaian Perselisihan

Dalam keadaan tertentu, pelaksanaan pekerjaan dapat mengalami

perselisihan antara unsur-unsur yang terkait dalam pelaksanaan pekerjaan

“Peningkatan Jalan Kabupaten Pinrang, Paket VIII 2018”

Untuk penyelesaian perselisihan dapat melalui:

1. Di luar pengadilan, yaitu dengan cara musyawarah, mediasi, konsiliasi

atau arbitrase di Indonesia;

2. Pengadilan.

Disamping itu juga dibutuhkan ahli hukum untuk menyelesaikan

perselisihan yang terjadi yakni:

1. Mediator adalah orang yang ditunjuk atas kesepakatan pengguna jasa dan

Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) untuk menyelesaikan perselisihan

pada kesempatan pertama;

2. Konsiliator adalah orang yang ditunjuk atas kesepakatan pengguna jasa dan

Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) untuk menyelesaikan perselisihan

pada kesempatan kedua;

3. Arbiter adalah orang yang ditunjuk atas kesepakatan pengguna jasa dan

Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa), atau ditunjuk oleh pengadilan

negeri, atau ditunjuk oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan


mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui

arbitrase;

Penyelesaian perselisihan lebih lanjut diatur dalam syarat-syarat khusus

kontrak yakni melalui Pengadilan Negeri Makassar Pengeluaran biaya untuk

penyelesaian perselisihan ditanggung kedua belah pihak sesuai keputusan akhir.

2.5.7 Sanksi dan Denda

1. Sanksi

Sanksi dalam pelaksanaan pekerjaan Pembangunan “Peningkatan Jalan

Kabupaten Pinrang, Paket VIII 2018” ini akan terjadi jika penyebabnya antara

lain:

a. Bila Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) terlambat melaksanakan

pekerjaan, maka dikenakan sanksi penangguhan pembayaran setelah

pengguna jasa memberitahukan penangguhan pembayaran tersebut secara

tertulis.

b. Pemberitahuan penangguhan pembayaran memuat rincian keterlambatan

dan keharusan Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) untuk

menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana tercantum

dalam surat pemberitahuan penangguhan pembayaran tersebut.

c. Bila Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) terlambat melaksanakan

pekerjaan disebabkan oleh pengguna jasa, maka pengguna jasa dikenakan

sanksi perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan.


d. Bila keterlambatan terjadi karena keadaan kahar, maka pasal 16.1 tidak

diberlakukan.

2. Denda

Denda adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada Penyedia Jasa (PT.

Nurhan Jaya Perkasa), sedangkan ganti rugi adalah sanksi finansial yang

dikenakan kepada pengguna jasa, karena terjadinya cidera janji terhadap

ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

Besarnya denda kepada Penyedia Jasa (PT. Nurhan Jaya Perkasa) atas

keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah 1 ‰ (per seribu) dari harga kontrak

untuk setiap hari keterlambatan.

Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh pengguna jasa atas keterlambatan

pembayaran adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat

dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut

ketetapan Bank Indonesia.

2.5.8 Jaminan Penawaran

Setiap peserta pengadaan berkewajiban untuk menyerahkan jaminan

penawaran dalam mata uang penawaran dalam bentuk mata uang rupiah dengan

nilai nominal tidak kurang dari sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 3% (tiga

persen) dari nilai HPS.

Jaminan penawaran merupakan jaminan yang dikeluarkan oleh Bank

umum (tidak termasuk bank perkreditan rakyat) atau perusahaan asuransi yang
mempunyai program asuransi kerugian dan direasuransikan kepada perusahaan

asuransi di luar negeri sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia nomor: 481/KMK.017/1999 tanggal 07 Oktober 1999. Dalam hal ini

jaminan penawaran dikeluarkan oleh perusahaan Asuransi Parolamas dengan nilai

jaminan penawaran yang disepakati adalah 2% yaitu Rp. 49.596.200,- (empat

puluh Sembilan juta lima ratus Sembilan puluh enam ribu dua ratus ribu rupiah).

Jaminan penawaran memiliki masa berlaku yang tidak kurang 28 (dua

puluh delapan) hari dari masa berlakunya penawaran yang mencantumkan nama

dan alamat peserta pengadaan.

2.5.9 Termyn Pembayaran

Pembayaran jumlah harga borongan diatur sesuai dengan kemajuan

pekerjaan yang tercapai, yang diisyaratkan oleh pengawas dengan berita acara

pemeriksaan pekerjaan. Pembayaran atas dasar kemajuan pekerjaan dibagi atas 5

termyn :

1. Pembayaran tahap I : sebesar 25 % dari harga total borongan bila nilai

pekerjaan tercapai 45 %

2. Pembayaran tahap II : sebesar 25 % dari harga total borongan bila nilai

pekerjaan tercapai 75 %

3. Pembayaran tahap III : sebesar 25 % dari harga total borongan bila nilai

pekerjaan tercapai 90 %

4. Pembayaran tahap IV : sebesar 20 % dari harga total borongan bila nilai

pekerjaan tercapai 100 % (finish) dilakukan penyerahan pertama pekerjaan


5. Pembayaran tahap V : sebesar 5 % dari harga total borongan bila telah

dilaksanakan masa pemeliharaan dan dilakukan penyerahan kedua

pekerjaan.

(catatan : uang muka 20 % dan cara pemgembalian setiap termyn dipotong 5 %)

Bila dipandang perlu, termyn pembayaran ini dapat diubah sesuai dengan

kebutuhan dan pemberi tugas dapat pula menyediakan uang muka maksimum 20

% dari harga kontrak, hal ini akan dituangkan dalam surat perjanjian

pemborongan.

2.5.10 Pekerjaan Tambah Kurang

Pekerjaan tambah kurang (Contract change order) adalah kondisi yang

terjadi apabila perubahan lingkup pekerjaan sebagai akibat perbedaan signifikan

antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan persyaratan dalam kontrak

yang meliputi antara lain:

1. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan.

2. Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan.

3. Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan.

4. Melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam kontrak yang

diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.

Pada dasarnya harga borongan ini merupakan harga tetap (Fixed Rate)

sesuai dengan harga penawaran. Bilamana terjadi pekerjaan tambah kurang diluar

lingkup pekerjaan yang telah ditetapkan, maka hal tersebut hanya dapat

dibenarkan bila ada perintah tertulis dari pemberi tugas dan untuk itu harus dibuat

berita acara. Segera setelah adanya pekerjaan tambah kurang, pemborong harus
mengajukan anggaran biaya tambah kurang sesuai dengan harga satuan upah dan

bahan serta harga satuan bagian pekerjaan yang telah diajukan pemborong dalam

penawarannya.

2.6 Sistem Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

2.6.1 Macam-macam Rencana Anggaran Biaya

. Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah merencanakan suatu bentuk

yang memenuhi syarat, menentukan biaya, dan penyusunan tata cara pelaksanaan

teknik administrasinya. Pembuatan Rencana Anggaran Biaya ini bertujuan untuk

memberikan gambaran yang pasti mengenai, membentuk/konstruksi, besar biaya,

dan penyelesaiannya pelaksanaan proyek tersebut.

Menurut Ibrahim (1994) Rencana Anggaran Biaya suatu bangunan atau

proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan

upah tenaga kerja serta biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan

pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.

Metode perhitungan pembayaran pada proyek Pelebaran Jalan Enrekang-

Bts Kab. Sidrap ini menggunakan beberapa metode. Dalam menghitung rencana

anggaran biaya suatu proyek konstruksi digunakan beberapa metode perhitungan

pembayaran menggunakan metode Lump Sum dan Unit Price yang menggunakan

analisa:

1. Metode SNI

2. Metode Manhour

3. Metode Mandays

2.6.2 Metode perhitungan RAB


Metode-metode perhitungan RAB dengan menggunakan analisa dilakukan

dengan cara:

a. Metode SNI. Metode SNI menggunakan koefisien-koefisien pada unsur-unsur

material dan tenaga kerja yang ditransfer ke rupiah. Metode ini biasanya

digunakan pada analisa pekerjaan konstruksi (perhitungan material).

b. Metode mandays. Metode mandays menggunakan upah pada pekerjaan

berdasarkan upah harian. Metode ini mempertimbangkan bahwa hari kerja

setiap buruh tidak semua sama, mengingat beberapa faktor lain yang

menyangkut masalah motivasi kerja buruh tersebut.

c. Metode manhour. Dewasa ini para pemimpin proyek atau site manager suatu

proyek cenderung membayar para pekerja dengan dengan metode manhour,

mengingat jam kerja setiap buruh berbeda-beda dan sangat tergantung kepada

situasi pekerja dan mandor

d. Anggaran biaya kasar (taksiran). Dalam menyusun anggaran biaya kasar

sebagai pedoman digunakan harga satuan tiap meter persegi (m2) luas lantai.

Walaupun namanya anggaran biaya kasar, namun harga satuan tiap m 2 luas

lantai tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti.

e. Anggaran biaya teliti. Anggaran biaya teliti adalah anggaran biaya bangunan

atau proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat sesuai dengan

ketentuan dan syarat-syarat penyusunan anggaran biaya. Penyusunan

anggaran biaya yang dihitung dengan teliti didasarkan atau didukung oleh :

1. Bestek. Gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan

syarat-syarat teknis.
2. Gambar Bestek. Gunanya untuk menentukan/ menghitung besarnya

masing-masing volume pekerjaan.

3. Harga Satuan Pekerjaan. Didapat dari harga satuan bahan dan harga

satuan upah berdasarkan perhitungan analisa BOW, SNI atau harga

satuan dari BPIK.

Secara umum rumus menghitung RAB dapat disimpulkan sebagai berikut :

RAB pekerjaan = Σ (volume x harga satuan pekerjaan)

Persentase bobot pekerjaan adalah besarnya persen pekerjaan siap

dibanding dengan pekerjaan siap seluruhnya. Rumusnya sebagai berikut :

Bobot = {(volume x harga satuan) / harga bangunan }x 100%

2.7 Sistem Kontrak dan Metode Pelelangan

2.7.1 Macam-macam kontrak

Kontrak adalah suatu persetujuan sukarela yang diperkuat dengan hukum

dan dibuat antara dua pihak, dimana hak-hak dan kewajibannya didapat dan

diperoleh satu pihak terhadap yang lain.

Dalam proyek konstruksi dikenal beberapa tipe kontrak yang biasa

digunakan, di antaranya:

a. Unit price contract. Unit price contract adalah kontrak dengan dengan sistem

harga satuan. Pada kontrak jenis ini, kontraktor menyetujui atau melaksanakan

pekerjaan dengan harga yang telah disepakati sebelumnya yang sudah

mengandung laba di dalamnya. Bila volume pekerjaan tidak ditentukan secara

pasti atau tidak memungkinkan untuk menetapkan hasil perencanaan dan


penggambaran secara pasti, maka pekerjaan dibagi dalam beberapa item yang

menggambarkan jenis/macam pekerjaan dan tingkat kesukarannya.

Tiap-tiap item ditaksir besarnya yang dibutuhkan oleh pihak pelaksana.

Total penawaran diperoleh dengan menjumlahkan semua elemen dan

biayanya. Pembayaran kepada pelaksana didasarkan atas besarnya kuantitas

dari tiap-tiap item yang telah ditetapkan.

b. Lump sum contract. Lump sum contract adalah kontrak secara jumlah

menyeluruh. Bila hasil pekerjaan dan konstruksi dapat dibuat lebih terperinci

dalam bentuk gambar dan aspek, maka kontrak jumlah menyeluruh ini dapat

digunakan. Kesuksesan dalam menggunakan kontrak ini bergantung pada

kesempurnaan rencana detail dan spesifikasi yang menggambarkan

keseluruhan dari jenis pekerjaan. Seandainya semua kesulitan dapat

dihilangkan atau diatasi, pemilik harus lebih aktif mengadakan pengendalian

terhadap pengeluaran, pemeriksaan keuangan, persetujuan keuangan, dan

persyaratan administrasi lainnya yang dianggap sebagai praktek terbaik

menggunakan kontrak ini.

c. Negotiated contract. Negotiated Contract adalah suatu kontrak dimana

pemilik menunjuk langsung atau memilih kontraktor tanpa melalui proses

tender. Hal ini sering dilakukan untuk proyek yang dananya tidak terlalu besar

atau proyek yang pemiliknya adalah swasta.

Setelah mempelajari kualifikasi, pengalaman, perencanaan dan

peralatan, sumber daya, finansial serta rencana untuk penyelesaian dari

pekerjaan, maka sebuah kontrak dibuat tanpa melalui pelelangan.


d. Cost plus contract. Kontrak jenis ini dilakukan dimana dalam penawaran

tertulis harga yang harus dibayarkan pemilik proyek kepada pelaksana.

Perhitungannya tergantung dari hasil pembicaraan antar kedua pihak.

Kontrak jenis ini dilakukan jika pekerjaan yang akan dilaksanakan

mengandung resiko yang tinggi atau untuk pekerjaan yang baru pertama kali

dilakukan. Hal ini diperlukan untuk menarik minat kontraktor untuk

melakukan pekerjaan tersebut dan untuk mengantisipasi kemungkinan

kerugian yang akan diderita oleh kontraktor.

2.7.2 Macam-macam metode pelelangan

Pelelangan atau tender dimaksudkan untuk mencari atau menentukan

kontraktor yang akan melaksanakan pekerjaan pembangunan suatu proyek secara

fisik, dengan cara mengadakan penawaran biaya pekerjaan secara tertulis.

Menurut Kepres No. 80 tahun 2003, pengadaan barang atau jasa

(kontraktor/konsultan) dapat dilakukan dengan melalui :

a. Pelelangan Umum

b. Pelelangan Terbatas

c. Pemilihan Langsung

d. Penunjukan Langsung

a. Pelelangan umum. Pelelangan Umum adalah pelelangan untuk pekerjaan

yang dilakukan secara terbuka melalui media massa atau pada papan

pengumuman resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat umu yang

berminat dapat mengikutinya. Pelelangan umum biasanya dilaksanakan untuk


pemborongan atau pengadaan barang/jasa yang bernilai di atas Rp.

50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah).

b. Pelelangan terbatas. Pelelangan Terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan

tertentu yang diikuti sekurang-kurangnya lima rekanan yang tercantum dalam

Daftar Rekanan Terseleksi (DRT). Yang dipilih diantara rekanan tercatat

dalam Daftar Rekanan Mampu ( DRM ), sesuai dengan bidang usaha dan

ruang lingkupnya atau kualifikasi kemampuannya. Nilai proyek pada sistem

ini lebih besar dari Rp.50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah).

c. Pemilihan langsung. Pemilihan Langsung adalah pelaksanaan pengadaan

barang/jasa tanpa melalui pelelangan umum atau terbatas, yang dilakukan

dengan membandingkan sekurang-kurangnya tiga penawar dan melakukan

negosiasi baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang wajar dan

secara teknis dapat dipertanggungjawabkan dari rekanan yang tercatat dalam

Daftar Rekanan Mampu (DRM), sesuai dengan bidang usaha, ruang

lingkupnya atau kualifikasi kemampuannya. Nilai proyek dengan sistem ini

lebih besar dari Rp. 15.000.000,00 (Lima Belas Juta Rupiah) sampai dengan

Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah).

d. Penunjukan langsung. Penunjukan Langsung adalah pelaksanaan pengadaan

barang dan jasa atau pemborongan yang dilakukan diantara pemborong atau

rekanan golongan ekonomi rendah tanpa melalui proses pelelangan maupun

pemilihan langsung.
2.8 Kegiatan Umum Perusahaan

Lingkup pekerjaan pada pekerjaan proyek “ Peningkatan Jalan

Kabupaten Pinrang, Paket VIII 2018” meliputi

A. Pekerjaan Jalan

i. Divisi 1. Mobilisasi

a. Mobilisasi

b. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas

c. Pengamanan Lingkungan Hidup

d. Manajemen Mutu

ii. Divisi 2 . Drainase

a. Pekerjaan Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air

b. Pekerjaan Pasangan Batu Dengan Mortar

c. Gorong-gorong Pipa Bertulang diameter 75-85 cm

iii. Divisi 3. Pekerjaan Tanah

a. Galian Biasa

b. Galian Perkerasan Beraspal Tanpa Cold Milling Machine

c. Timbunan Biasa

d. Timbunan Pilihan

e. Penyiapan Badan Jalan

iv. Divisi 4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

a. Lapis Pondasi Agregat Kelas S

v. Divisi 5. Pekerasan Berbutir

a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A


b. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

vi. Divisi 6. Perkerasan Aspal

a. Lapis Resap Pengikat – Aspal Emulsi

b. Lapis Perekat – Aspal Emulsi

c. Laston Lapis Aus ( AC-WC ) (Gradasi/Kasar)

d. Laston Lapis Antara ( AC-BC ) (Gradasi/Kasar)

e. Aspal Minyak

f. Bahan Anti Pengelupasan

g. Bahan Pengisi ( Filler ) Tambahan

vii. Divisi 7. Struktur

a. Pasangan Batu

viii. Divisi 8. Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor

a. Campuran Aspal Panas Untuk Pekerjaan Minor

b. Marka Jalan Termoplastik

c. Rambu Jalan Tunggal Dengan Permukaan Pemantul Enggineer

Grade

d. Rambu Jalan Tunggal Dengan Pemantul High Intensity Grade

e. Patok Pengarah

ix. Divisi 9. Pekerjaan Harian

x. Divisi 10. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

a. Pemeliharaan Rutin Perkerasan

b. Pemeliharaan Rutin Selokan,Saluran Air,Galian dan

Timbunan
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA

3.1 Bidang Kerja Mahasiswa

Dalam pelaksanaan praktek kerja mahasiswa ditempatkan di lapangan dan

diposisikan sebagai pembantu pelaksana/pengawas dan dikontrol langsung oleh

pembimbing proyek, adapun tugas mahasiswa adalah :

1. mengawasi dan menganalisis setiap item pekerjaan yang sementara

berjalan dengan tetap berkonsultasi pada pembimbing lapangan maupun

dari pihak konsultan supervisi dan pihak yang terlibat pada proyek

tersebut.

2. Memberikan laporan kepada kepala proyek atau pelaksana proyek

mengenai kinerja dari para pekerja/operator.

3. Mengantur kelancar pelaksanaan pekerjaan dengan cara mengarahkan

mobil yang keluar masuk membawa material dilokasi proyek agar tidak

hambatan.

4. Mengatur penempatan material yang masuk kelokasi proyek dengan cara

memberikan arahan kepada pekerja ( sopir ) yang mengankut timbunan,

LPB dan LPA ketempat yang sudah tersedia.

5. Menerima retasi tanda terima pengangkutan material dilokasi sebagai

tanda bukti bahwa mobil yang mengangkut material telah sampai ditempat

tujuan ( dilokasi proyek ).


3.2 Pelaksanaan Pekerjaan

3.2.1 Pekerjaan Tanah

a. Penebangan Pohon/Semak Belukar Dan Pembersihan Lokasi

Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan pembersihan lokasi pekerjaan dari pohon-pohon

tertentu dan semak-semak harus dikerjakan setelah mendapat persetujuan terlebih

dahulu dari Engineer. Apabila dalam pelaksanaan pembersihan ditemukan bahan-

bahan yang mudah terbakar maka bahan-bahan tersebut harus dibakar atau

dibuang dari lokasi.

b. Pengupasan Lapisan Tanah Permukaan

Pengupasan terdiri dari pembongkaran dan pembersihan dari semua bahan

organik seperti rumput, lapisan tanah permukaan (humus) dan akar tumbuh-

tumbuhan dari lokasi dimana rencana pembuatan dasar tanggul, pada lokasi

pekerjaan galian tanah dimana tanah galiannya akan dipergunakan untuk bahan

timbunan pada pekerjaan tanggul. Pelaksanaan pekerjaan pengupasan dilakukan

pada kedalaman minimum untuk pengupasan adalah 0.20 meter.

c. Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan pengukuran harus dilaksanakan untuk menentukan batas jalan

atau lebar jalan yang akan dikerja sesuai pada gambar yang telah ditentukan

dengan menggunakan alat ukur water pas dan alat Theodolith . Alat ukur water

pas ini digunakan untuk menentukan kelurusan batas jalan dengan menggunakan

patok-patok yang sudah diberi tanda atau di pilos warna putih. Sedangkan

Theodolit adalah alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut
mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang

dinamakan dengan sudut vertikal. Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam

penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan.

Theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur jarak secara optis, membuat

garis lurus dan sipat datar orde rendah. Pada prinsipnya waterpass dan theodolit

mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai alat ukur tanah.

3.2.2 Pekerjaan Galian Tanah

Pekerjaan galian tanah harus dilaksanakan sampai mencapai elevasi yang

ditunjukkan pada gambar. Pekerjaan galian tanah dibagi dalam klasifikasi sbb :

1. Pekerjaan Galian Tanah Biasa

Galian tanah biasa termasuk galian semua material tanah dan dibagi kedalam

type-type berikut menurut daerah kerja dan jenis-jenis saluran dan drainase. Jenis-

jenis saluran irigasi dan saluran pembuang .

1. Galian tanah biasa untuk saluran irigasi.

Jenis galian tanah biasa ini akan digunakan untuk galian tanah saluran

irigasi yang tidak akan ditimbun kembali.

2. Galian Tanah biasa untuk struktur.

Jenis galian tanah biasa ini akan digunakan untuk galian tanah struktur

saluran irigasi dan saluran pembuang yang tidak akan ditimbun kembali.

3. Galian tanah biasa untuk saluran pembuang.

Jenis galian tanah biasa ini akan digunakan untuk galian tanah saluran

pembuang yang tidak akan ditimbun kembali.


2. Pekerjaan galian tanah keras

Galian tanah keras terdiri dari penggalian lapisan batu yang dapat

disingkirkan secara efektif dengan membelah atau dengan menggunakan stone

breacker.

3.2.3. Pekerjaan Timbunan (Urugan)

Pekerjaan ini terdiri dari mendapatkan, mengangkut, penempatan dan

memadatkan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembangunan

pematang, pengurugan kembali parit-parit atau galian di sekitar pipa atau struktur

serta pengurugan sampai kepada garis batas, kemiringan dan ketinggian

penampang melintang.

Urugan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Urugan biasa sebagai penahan drainase

2. Urugan biasa untuk bahu jalan

3. Urugan biasa untuk ruas jalan yang sudah dipasangkan kerb pracetak

4. Urugan pilihan ( timbunan pilihan ) untuk tanah dasar harus ditimbun

sampai ketinggian dan pemadatan yang tertentu.

3.2.4. Pekerjaan Drainase

a. Uraian Pekerjaan Drainase Jalan

Pekerjaan drainase jalan yang dimaksudkan disini terdiri dari pembangunan

saluran tepi jalan dan jalan air, gorong-gorong serta sarana drainase lainnya.

Adapun pekerjaan drainase ini harus selesai dan sudah berfungsi sebelum

pelaksanaan struktur perkerasan dan bahu jalan.


b. Ruang Lingkup Pekerjaan

Adapun ruang lingkup pekerjaan drainase yaitu:

1. Pekerjaan drainase meliputi saluran tepi jalan dan jalan air, gorong-gorong

dan sarana drainase lainnya yang dibangun sesuai dengan gambar rencana,

garis batas, ketinggian dan ukuran-ukuran yang ditunjukkan dan mematuhi

spesifikasi.

2. Saluran yang dibangun adalah saluran tanah terbuka baik dilapisi ataupun

tidak tidak dilapisi dengan pasangan batu beton.

3. Gorong-gorong berupa gorong-gorong pipa bertulang atau gorong-gorong

pipa tidak bertulang, atau pun pipa baja bergelombang

Sarana-sarana drainase lainnya meliputi dinding kepala, dinding sayap,

lapis bantalan, lubang tangkapan, tanggul pemecah aliran yang dibangun

dengan pasangan batu atau pekerjaan batu dengan siar, beton bertulang, beton

tidak bertulang atau bronjong.

3.2.5.PEKERJAAN JALAN

a. Pekerjaan Bahu Jalan

Pekerjaan bahu jalan ini terdiri dari peningkatan dan pembentukan bahu jalan,

termasuk pembersihan tumbuh-tumbuhan, pemotongan, perapihan, pengurugan

dengan bagan terpilih serta pemadatan untuk bahu jalan mencapai garis,

kemiringan dan dimensi yang benar sesuai dengan gambar rencana.

b. Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah dan Lapis Pondasi Atas

A. Lapis Pondasi Bawah


1. Lapis pondasi bawah adalah lapisan konstruksi yang meneruskan beban dari

lapis pondasi atas kepada tanah dasar yang berupa bahan berbutir diletakkan

di atas lapis tanah dasar yang telah dibentuk dan dipadatkan, serta langsung

berada dibawah lapis pondasi atas perkerasan. Lapis pondasi ini terdiri dari

mengadakan, memproses, mengangkut, menebarkan, membasahi dan

memadatkan bahan lapis pondasi bawah sesuai dengan gambar rencana.

2. Bahan-bahan yang dipakai untuk lapis lapis pondasi bawah (LPB) terdiri dari

bahan-bahan berbutir pecah, atau bahan berbutir dibelah dan kerikil atau

kerikil, pasir dan lempung alami.

3. Lapis pondasi bawah (LPB) kelas A , berupa agregat batu pecah disaring dan

digradasi dan semuanya lolos saringan 3” atau 75,00 mm

4. Lapis pondasi bawah (LPB) kelas B , berupa campuran batu belah dengan

kerikil, pasir dan lempung yang lolos saringan 2.5” atau 62.55 mm

5. Lapis pondasi bawah (LPB) kelas C , terdiri dari kerikil, pasir dan lempung

alami dan semuanya lolos saringan 1.5” atau 37.55 mm

Berikut ini adalah Tabel Persyaratan Gradasi Untuk Lapis Pondasi

Bawah

UKURAN % LOLOS ATAS BERAT

SARINGAN KELAS A KELAS B KELAS C

(mm) (<75 mm) (<62.5 mm)

75.0 100 -

62.5 - 100

37.5 60 – 90 67 – 100 Maks


25.0 46 – 78 - 100

19.0 40 – 70 40 – 100

9.5 24 – 56 25 – 80

4.75 13 – 45 16 – 66

2.36 6 – 36 10 – 55

1.18 - 6 – 45 Maks 80

0.60 2 – 22 -

0.425 2 – 18 3 – 33

0.075 0 –10 0 – 20

Maks 15

6. Pelaksanaan Pekerjaan

Lapis tanah dasar atau formasi harus disiapkan dan diselesaikan sesuai

dengan pekerjaan yang ditetapkan di bawah “Pekerjaan Tanah”. Semua bahan

sampai kedalaman yang telah ditentukan di bawah permukaan lapis tanah dasar

harus dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum. Setelah itu, bahan

pondasi bawah harus ditempatkan dan ditimbun di tempat yang bebas dari lalu

lintas serta aliran air di sekitarnya. Setelah itu, lapis pondasi bawah harus

dicampur di lapangan ruas jalan yang bersangkutan dengan menggunakan motor

grader. Tahap akhir adalah penghamparan dan pemadatan dimana pekerjaan ini

dilaksanakan dengan kelonggaran penurunan ketebalan maksimum yang telah

ditentukan 20 cm sesuai dengan gambar , Pemadatan dan penghamparan ini


dilakukan dengan menggunakan mesin gilas roda baja atau mesin gilas roda

pneumatic.

B. Lapis Pondasi Atas

1. Lapis pondasi atas jalan merupakan lapisan konstruksi utama diatas lapis

pondasi bawah (atau di atas lapis tanah dasar dimana tidak dipasang lapis

pondasi bawah). Pembangunan lapis pondasi atas terdiri dari pengadaan,

pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, penyiraman dengan air dan

pemadatan agregat batu atau kerikil alami pilihan dalam lapis pondasi atas di

atas satu lapis pondasi bawah.

2. Bahan-bahan yang dipakai untuk lapis lapis pondasi atas (LPA) terdiri dari

satu atau dua kelas bahan sebagaimana yang ditentukan dalam kontrak.

3. Lapis pondasi atas (LPB) kelas A , berupa agregat batu pecah disaring dan

digradasi dan merupakan batu pecah keras dan bersih serta semuanya lolos

saringan 3” atau 75,00 mm

4. Lapis pondasi atas (LPB) kelas B , macadam ikat basah, terdiri dari agregat

pecah yang berupa batu fraksi tungga dengan ukuran nominal antara 25 mm

dan 62.5 mm dan agregat halus dari kerikil dan pasir alami disaring dan

digradasi serta semuanya lolos saringan 9.5 mm

Berikut ini adalah Tabel Gradasi Agregat Lapis Pondasi Atas Kelas A

Dan Kelas B

LPA KELAS A LPA KELASB

Ukuran Lolos Atas Ukuran Lolos Atas

Saringan (mm) Berat (%) Saringan (mm) Berat (%)


37.5 100 Agg.kasar

19.0 64 – 81 75.0 100

9.5 42 – 60 62.5 95 –

4.75 27 – 45 50.0 100

2.36 18 – 33 37.5 35 –

1.18 11 – 25 25.0 70

0.60 - 19.0 0 – 15

0.425 6-16 0–5

0.075 0–8 -

5. Pelaksanaan Pekerjaan

Adapun pelaksanaan pekerjaan pencampuran dan penghamparan lapis pondasi

atas yaitu: Agregat mula-mula ditempatkan pada lokasi di atas LPB yang telah

disiapkan dengan menggunakan motor grader sampai campuran merata. Agregat

yang dihampar tidak boleh melebihi ketebalan 20 cm. Sebelum menghampar batu

kasar maka sebelumnya dibuat bangun penunjang samping pinggir agar batu

pokok yang digilas tidak terdorong ke pinggir. Penggilasan ini harus maju secara

gradual (sedikit demi sedikit) dari pinggir ke tengah dari perkerasan, sejajar

dengan sumbu jalan dan harus dilaksanakan dalam operasi yang menerus untuk

membuat pemadatan yang merata. Kadar air harus dijaga dalam batas 3% lebih

rendah dari kadar air optimum sampai 1 % lebih tinggi dari kadar air optimum

dengan cara penyiraman atau pengeringan bila perlu. Pemadatan dilakukan


sampai dihasilkan kepadatan 100% maksimum kepadatan kering yang diperlukan.

Batas kedapatan yang maksimum LPA yang digunakan 15 cm yang sesuai

dengan ketentuan gambar.

c. Pekerjaan Pelapisan Permukaan Perkerasan Aspal

Lapis permukaan (surface) adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan

beban roda kendaraan yang berfungsi menahan akibat beban roda kendaraan. Oleh

karena itu digunakan 2 lapis permukaan (surface) yaitu AC-BC, dan AC-WC guna

menjaga agar umur jalan tepat pada waktunya.

A. Lapis Aspal Resap Pengikat dan Lapis Aspal Pengikat

1. Untuk lapis aspal resap pengikat, pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan

pemakaian suatu bahan pengikat aspal dengan kekentalan rendah yang terpilih

di atas satu lapis pondasi jalan atau permukaan perkerasan tanpa lapis penutup

yang telah disiapkan, untuk menutup permukaan tersebut yang akan

menyediakan adhesi (pelekatan) untuk pemasangan satu lapis permukaan

beraspal seperti penetrasi Macadam, lapis tipis aspal beton panas (Lataston-

HRS)

2. Untuk lapis aspal pengikat, pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan

pemakaian suatu sangat sangat tipis bahan aspal pengikat yang terpilih diatas

satu permukaan yang sudah beraspal sebelumnya dalam persiapan untuk

pemasangan satu lapis permukaan aspal baru.

3. Peralatan dan Pelaksanaan Pekerjaan, yaitu:


Peralatan yang digunakan dalam dalam pekerjaan ini adalah distributor aspal

bertekanan beserta penyemprot, peralatan untuk memenaskan aspal, mesin

gilas ban pneumatic dan sapu sikat untuk penyapuan manual. Alat

penyemprot harus dapat menyemprotkan bahan aspal pada tingkat yang

terkendali dan seragam dan pada suhu yang telah ditentukan. Semua kotoran

yang kotoran lepas harus dikeluarkan atau dicuci kalau perlu. Panjang

permukaan yang harus disemprot untuk setiap lewatan distributor harus

diukur dan ditandai di atas tanah. Adapun jumlah bahan pengikat yang

digunakan dalam masing-masing penyemproten ditentukan dengan tangki

dengan menggunakan batang celup sebelum dan sesudah pemakaian. Tingkat

pemakaian rata-rata harus berada dalam batas  5% tingkat penyemprotan

yang direncanakan.

B. Lapis Aspal Beton AC-BC

Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan satu lapisan pengatur pondasi atas yang

padat, tahan lama, disusun dari agregat dan bahan aspal campur di dalam satu

instalasi campur pusat (CMP) dan digunakan sebagai penguatan perkerasan yang

ada dan pembentukan ulang perkerasan sampai punggung jalan dan kemiringan

melintang yang benar sebelum dipasang satu lapis ulang permukaan baru, untuk

lapis perkerasan AC-BC mempunyai kadar aspal paling sedikit dan memakai

agregat dengan gradasi lebih besar, sehingga permukaan dari lapis AC-Base lebih

kasar dari AC-WC. Ukuran ketebalan AC-BC yang digunakan yaitu ketebalan 6

cm disesuaikan dengan gambar rencana.


C. LAPISAN ASPAL BETON AC-WC ( Aus )

Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan satu lapis aus permukaan tahan lama dan

padat dari campuran aspal dikenal sebagai aspal beton (sama dengan Laston),

tersusun dari sejumlah agregat tertentu, filler dan aspal semen dihasilkan dari

instalasi campuran pusat (CMP) dan dipasang sesuai dengan spesifikasi dengan

ketebalan 4 – 5 cm. Campuran aspal beton tersebut dipasang sebagai satu lapis

permukaan baru di atas lapis pondasi atas yang dibentuk sebelumnya atau sebagai

satu lapis ulang di atas suatu perkerasan dengan lapis penutup yang ada, dan perlu

digunakan di atas jalan dengan lalu lintas berat serta kemiringan terjal.

berdasarkan proporsi campurannya, dapat dilihat bahwa kadar aspal lapis

perkerasan AC-WC lebih besar dan memakai agregat dengan gradasi lebih kecil,

sehingga permukaan dari AC-WC labih halus dibandingkan dengan AC-BC,

Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk

mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance)

permukaan jalan. Lapis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

Ukuran ketebalan AC-WC yang digunakan yaitu ketebalan 4 cm disesuaikan

dengan gambar rencana.

3.2.6 Pekerjaan Kerb

3.2.2.1 Maksud

Tata cara pemasangan kerb dimaksudkan sebagai pegangan dasar bagi perencana

teknis, pelaksana, dan pengawas lapangan dalam hal memilih bentuk dan ukuran

arah horisontal serta vertikal maupun penempatannya dilapangan.


3.2.2.2 Tujuan

Tujuan tata cara ini adalah untuk :

1) penghematan penggunaan bahan material dan tenaga kerja;

2) Mendapatkan hasil yang sesuai dengan persyaratan.

3.2.2.3 Ruang Lingkup

Tata cara ini meliputi tipe, kegunaan, bentuk, dan penempatan serta deretan

ukuran dalam arah horisontal maupun vertikal.

3.2.2.4 Pengertian

Yang dimaksud dengan :

1) kerb (batas pinggir) adalah bagian dari jalan sebagai pelengkap jalan yang

sangat membantu keamanan serta kenyamanan para pemakai jalan.

2) bahan material adalah semua bahan olahan yang mempunyai bentuk

beraturan dan ukuran tertentu dan digunakan sebagai bahan untuk membuat

komponen atau konstruksi tertentu.

3.2.2.5 Fungsi Kerb

Beberapa fungsi kurb , antara lain :

1) untuk menghalangi atau mencegah kendaraan keluar dari jalur lalu-lintas

(barrier curb);

2) untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan (gutter curb dan barrier

gutter curb;

3) sebagai proteksi terhadap pejalan kaki;

4) untuk mempertegas batas jalur lalu-lintas kendaraan dengan jalur-jalur

lainnya;
5) untuk menambah estetika.

3.2.2.6 Penempatan Kerb

Kurb digunakan atau ditempatkan pada :

1) median yang ditinggikan (raised median);

2) trotoar;

3) pulau (island);

4) pemisah jalur (separator);

5) tempat parkir di pinggir jalan.

3.2.2.7 Dimensi

Bentuk dan ukuran (dimention) secara detail serta persyaratan persyaratan

teknis lainnya .

3.2.2.8 Struktur

Struktur kerb adalah sebagai berikut :

1) kerb dibuat dari beton dengan mutu K 30 Mpa;

2) ukuran butir agregat maksimum 20 mm;

3) untuk pengendalian mutu campuran, sebagai pedoman untuk menentukan

agregat halus.

4) susunan gradasi agregat kasar yang dianggap ideal adalah 1:2 untuk agregat

10 dan 20 mm;

5) kerb tanpa penulangan;

6) kerb tidak boleh dicor ditempat, kecuali untuk kurb yang membentuk kurva

dengan diameter lebih kecil sama dengan 2 m.

3.2.7 Pekerjaan Duikker


Teknik pembuatan deuker

A. Galian Tanah

Galian tempat pemasangan saluran gorong-gorong/Deuker dibuat sesuai

dengan gambar rencana, atau sesuai petunjuk pengawas teknik. Diameter 1,00 M,

Lebar 5 meter.

B. Pemasangan

1) Pembuatan pondasi batu kali dan harus sesuai dengan gambar rencana dan

pengikuti petuntuk saran pengawas teknik.

2) Lantai deuker dan plat beton bertulang dengan mutu beton minimal K-175 dan

memakai besi tulangan minimal Ø 12 mm dengan jarak tulangan 20 cm.

3) Plat beton harus mencapai ketebalan minimal 20 cm, dengan elevasi yang

tepat agar menjamin kelancaran aliran air.

4) Kepala deuker yang dibuat dari pasangan batu gunung harus sesuai dengan

ukuran sebagaimana ditentukan dalam gambar rencana.

C. Timbunan

Selesai pemasangan, deuker plat beton bertulang ditimbuni tanah setelah

mendapat persetujuan pengawas teknik. Tanah timbunan yang harus memenuhi

persyaratan sesuai petunjuk pengawas teknik. Penimbunan dilakukan lapis demi

lapis pada bagian samping deuker plat dan diatas plat deuker. Pemadatan harus

dilakukan secara hati-hati dengan alat pemadatan sesuai,

3.3 Alat Berat Yang Digunakan

Adapun alat berat yang digunakan untuk menyelesaiakan pekerjaan proyek


jalan terutama pada proyek Pelebaran Jalan Enrekang- Bts Kab. Sidrap.

Beberapa jenis alat berat yang biasa digunakan antara lain :

3.2.2.8.1 Bulldozer

Bulldozer adalah suatu alat berat yang mempunyai roda rantai (track shoe)

untuk pekerjaan serbaguna yang memiliki kemampuan traksi yang tinggi. Bisa

digunakan untuk menggali (digging), mendorong (pushing), menggusur

meratakan (spreading), menarik beban, menimbun (filling), dan banyak lagi.

Adapun Jenis pekerjaan yang biasanya menggunakan bulldozer adalah:

a. Mengupas top soil dan pembersihan lahan dan pepohonan,

b. Pembukaan jalan baru,

c. Pemindahan material pada jarak pendek sampai dengan 100 m,

d. Menyebarkan material terutama timbunan,

3.2.2.8.2 Excavator

Excavator adalah alat berat yang biasa digunakan untuk mengeruk,

memindahkan, membersihkan material (tanah, pasir dll) yang dilengkapi lengan

(arm) yang cukup panjang.

Adapun Jenis pekerjaan yang biasanya menggunakan Excavator adalah

a. Menggali tanah dasar yang mengandung lempung sampai menemukan

tanah keras.

b. Menimbung lubang yang sudah digali

c. mengangkat material ke dump truck

d. membuat saluran air atau drainase

3.2.2.8.3 Dump Truck


Dump truck merupakan alat berat tranpostasi material yang biasa digunakan

untuk mengangkut dan memindahkan berbagai material kesuatu tempat dengan

volume yang sangat besar setiap kali muatan

Adapun Jenis pekerjaan yang biasanya menggunakan Dump Truck adalah

a. Mengangkut dan memindahkan material timbunan kelokasi,

b. Mengangkut dan memindahkan material LPA dan LPB kelokasi,

c. Mengangkut dan memindahkan material aspal kelokasi,

d. Membawakan minyak solar untuk alat-alat berat dilokasi.

3.2.2.8.4 Motor grade

Motor Grader adalah alat berat yang dapat digunakan untuk keperluan

perataan tanah, juga sebagai pembentuk permukaan yang dikendaki. Adapun Jenis

pekerjaan yang biasanya menggunakan Motor Grader adalah :

a. Grading (perataan permukaan tanah)

b. Mixing and Spreading (mencampur dan menghampar material di

lapangan)

c. Dengan posisi pisau (ripper) yang umumnya berada di tengah dan depan

motor. Dan pisau ini dapat diganti dan disesuaikan dengan lebar jalan.

3.2.2.8.5 Compactor/Taping Roller

Compactor merupakan alat berat yang biasa digunakan untuk meratakan dan

memadatkan jalan, aspal, dan permukaan lainnya. Kedua jenis alat di atas

memiliki fungsi yang sama yakni sebagai alat pemadat.

Hanya saja Compactor sering diartikan sebagai alat pemadat sedangkan

Roller sering disebut sebagai alat penggilas.Alat pemadat digunakan untuk


memadatkan tanah yang merupakan upaya untuk mengatur kembali susunan

butiran tanah agar menjadi lebih rapat sehingga tanah akan menjadi lebih padat.

Jenis-jenis alat pemadat mekanis, antara lain yaitu :

a. Three Wheel Roller (mesin gilas roda tiga) digunakan untuk pemadatan

aspal yang sudah dihampar.

b. Tandem Roller (mesin gilas roda dua atau tandem) digunakan untuk

memadatkan material timbunan, LPB dan LPA.

3.2.2.8.6 Vibrator Roller

Versi lain dari tandem roller adalah vibrator roller (penggilas getar). Vibrator

roller mempunyai efisiensi pemadatan yang sangat baik. Alat ini memungkinkan

digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Efek baik yang

diakibatkan oleh vibration roller adalah gaya dinamis terhadap tanah. Butir-butir

tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat diantara butir-

butirnya. Sehingga akibat getaran ini tanah menjadi padat dengan susunan yang

lebih kompak.

3.2.2.8.7 Paver Machine (Mesin Perata Aspal)

Mesin perata aspal adalah alat berat yang digunakan untuk menungankan dan

meratakan aspal pada jalan. Alat ini biasanya digandengkan dengan dump truck

untuk menuangkan aspal kedalamnya untuk diratakan ke jalan kemudian

dipadatkan.
3.2.2.8.8 Mixer Truck

Mixer truck adalah alat berat yang digunakan untuk mengubah dan mengaduk

batuan batuan, pasir dan mineral lainnya menjadi suatu bentuk lainnya/produk

baru lainnya. Contohnya : semen, aspal, beton dll. Alat ini biasa digunakan

sebagai penganduk campuran beton untuk pembuatan kerb dan pengecoran plat

Deukker.

3.4 KENDALA YANG DIHADAPI

Dalam setiap pekerjaan tentunya tak pernah lepas dari kendala-kendala yang

biasanya menjadi sebuah permasalahan yang kemudian membutuhkan sebuah

solusi atau pemecahan atas masalah tersebut, begitupun dalam pelaksanaan

proyek Pelebaran Jalan Enrekang –Bts Kab.Sidrap yang menjadi tempat

dimana kami melaksanakan praktek Kerja.

Selama melakukan praktek Kerja, dilapangan kami biasanya menemukan

masalah-masalah, Diantara kendala yang dihadapi masing masing diantaranya

adalah :

1. Cuaca

Hampir semua pekerjaan tak bisa dikerjakan saat cuaca tidak mendukung

pekerjaan yang sementara dilaksanakan. Masalah yang sempat terjadi saat

musim penghujan, kebetulan saat kami kerja praktek sering terjadi hujan
mulai akhir bulan Agustus 2013 sampai awal bulan September 2013 sering

terjadi hujan dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi membuat jalan

yang sudah ditimbung airnya meluap keatas melawati jalan. Masalah ini

terjadi karena kondisi saat pekerjaan jalan itu dimana musimnya menanam

padi jadi banyak petani yang menahan air disawahnya, sehingga air sawah

akan meresap ke jalan.

2. Kondisi tanah dasar ( tanah asli )

Kondisi tanah dasar biasanya menjadi kendala dalam pelaksanaan

proyek jalan , apa lagi saat lokasi proyek lahan sawah jadi kebanyak tanah

dasar banyak mengandung lumpur ( lempung )

3. Keterlambatan Material

Keterlambatan material yang masuk biasanya disebabkan

kurangnya armada pengangkutan material ( dump truck ) karena proyek

yang kami tempati membutuhkan banyak material terutama material

timbunan dan jarak pengambilan material sekitar 5 km dari lokasi.

4. Masalah Sosial

a. Lahan warga

b. Keamanan

c. Ketidakpahaman warga

3.5 Cara Mengatasi Kendala


1. Dipasangkan gorong-gorong sementara dibagian jalan tempat pengaliran

air sawah dan untuk jembatan penyembrangan mobil dump truck.

2. Tanah dasar harus dikupas atau digali sampai didapat tanah yang keras

kemudian diganti dengan timbunan pilihan terus dipadatkan.

3. Mobil dump truk ditambah dengan menyewah mobil dari

perusahaan/proyek lain.Material yang sudah dilokasi sebaik dihampar

terutama material LPB dan LPA terus dipadatkan.

4. Material yang sudah dihampar bisa dapatkan kembali apabila hujan sudah

redah jadi tidak perlu lagi disiram dengan mobil tangki air.

5. Sosialisai yang perlu ditingkatkan terhadap warga masyarakat agar tidak

ada kesalapahaman semua pihak kemudian lahan warga yang menjadi

lokasi proyek diganti.

Keamanan alat terutama alat berat sebaiknya dijaga oleh warga yang berada

dilokasi proyek tersebut.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Umum

a. Dengan Pengecoran Jalan di beberapa daerah pinrang dapat

meningkatkan pelayanan transportasi antar daerah dan provinsi.

b. Kami dapat melihat keuletan dan keterampilan dalam mengatur

tenaga/personil dan jenis pekerjaan yang ada pada proyek tersebut.

c. Dengan mengikuti kerja praktek, kami dapat mengamati hubungan antara

teori yang ada dengan kenyataan yang dilapangan.

d. Keberhasilan suatu proyek sangat ditentukan oleh sistem pengelolaan

proyek tersebut serta ditunjang oleh kelengkapan dan kesiapan dari unsur-

unsur penentu suatu proyek, seperti biaya, peralatan, manajemen proyek,

personil dan lain-lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek.

2. Teknis

a. Dalam hal spesifikasi teknis yang ada pada proyek ini semuanya kurang

baik, hal ini disebabkan kurangnya kerja sama yang baik antara pemberi

tugas, konsultan pengawas dan kontraktor,

b. Penggunaan/pengerahan peralatan yang cukup lengkap terkhusus dengan

alat alat berat sangat membantu pelaksanaan pekerjaan dan memberikan

kualitas pekerjaan yang lebih baik..

c. Upaya pengawasan dan pengendalian kerja merupakan hal yang sangat

penting dalam tercapainya hasil yang maksimal dari pelaksanaan suatu


proyek, misalnya dengan penggunaan tenaga kerja yang terampil lebih

menguntungkan meskipun dengan honor yang lebih tinggi, sehingga

perencanaan yang direncanakan dapat terlaksana sesuai dengan rencana

dan nantinya akan menghasilkan pekerjaan yang memuaskan semua

pihak.

d. Gambar-gambar rencana pelaksanaan pekerjaan yang cukup lengkap

sangat membantu pelaksanaan dilapangan sudah cukup lengkap.

4.2 Saran

1. Untuk Proyek

a) Pengawasan terhadap pekerjaan dilapangan terutama pada bagian penting

seperti Proses pemadatan material dan pengaspalan perlu mendapat

perhatian untuk menghindari hasil pekerjaan yang kurang memuaskan.

b) Penggunaan sumber daya dan penggunaan alat-alat berat sangat perlu

diperhatikan dan dialokasi sesuai dengan kebutuhan serta dalam rangka

efisiensi waktu dan biaya pekerjaan.

2. Untuk Fakultas

a) Praktek Kerja merupakan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

yang wajib diprogram dan bertujuan untuk memperkenalkan profesi bagi

mahasiswa Teknik Sipil, maka sepatutnya untuk diberi perhatian lebih,

terutama yang menyangkut persiapan sebelum terjun kelapangan terkhusus

terhadap jenis proyek yang akan dihadapi.


b) Bagi dosen pembimbing agar kiranya mengontrol dan memperhatikan

anak bimbingannya yang sedang Pratek Kerja diproyek atau dilokasi

tempat Praktek Kerja.


Nama
: NURHAN JAYA PERKASA, PT
Perusahaan
N.P.W.P : 74.978.513.5-802.000
Status Usaha : Data belum tersedia...
Jln. Pattimura K II No. 55 Kel. Penrang Kec. Sawitto Kab.
Alamat :
Pinrang
Kota/Kabupaten : Kab. Pinrang
Provinsi : Sulawesi Selatan
Kode Pos : 90122
Negara : Indonesia

Anda mungkin juga menyukai