Pendahuluan
Pada umumnya beton dikenal sebagai material yang tersusun dari komposisi utama batuan (agregat).
agregat merupakan suatu material granular(pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi), yang
dipakai secara bersama-sama dengan suatu bahan berupa pasir dan media pengikat yaitu semen untuk
membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan yang berfungsi sebagai material pengisi suatu
adukan dan biasanya menempati sekitar 75 % dari isi total beton sehingga agregat mempunyai pengaru
yang besar terhadap sifat dan daya tahan beton itu sendiri. Seperti ketahanan beton terhadap pengaruh
pembekuan-pencairan, keadaan basah–kering, pemanasan–pendinginan dan abarasi–kerusakan akibat
reaksi kimia.
Mengingat bahwa agregat menempati jumlah yang cukup besar dari volume beton dan sangat
mempengaruhi sifat beton, maka perlu suatu material ini diberi perhatian yang lebih detail dan teliti
dalam setiap pembuatan suatu campuran beton. Disamping itu, agregat dapat mengurangi penyusutan
akibat pengerasan beton dan juga mempengaruhi koefisien pemuaian akibat suhu panas. Pemilihan
jenis agregat yang akan digunakan tergantung pada mutu agregat, ketersediannya di lokasi, harga serta
jenis konstruksi yang akan menggunakannya.
Agregat digolongkan menjadi macam, yaitu agregat alam dan agregat buatan, Agregat alam merupakan
agregat yang bentuknya alami, terbentuk berdasarkan aliran air sungai dan degradasi. Agregat yang
terbentuk dari aliran air sungai berbentuk bulat dan licin, sedangkan agregat yang terbentuk dari proses
degradasi berbentuk kubus (bersudut) dan permukaannya kasar. Sedangan Agregat buatan merupakan
agregat yang berasal dari hasil sambingan pabrik-pabrik semen dan mesin pemecah batu. Agregat
buatan sering disebutfiller (material yang berukuran lebih kecil dari 0,075 mm).
Banyak hal yang harus di ketahui mengenai agregat, karena dalam setiap pekerjaan konstruksi apapun,
agregat merupakan hal yang sangat penting, untuk itu di perlukan pemahaman yang lebih mengenai
agregat supaya menghasilkan suatu konstruksi yang baik dan berkualitas.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang dapat penulis
rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah
Tujuan mempelajari agregat halus ialah untuk mengetahui apa-apa saja yang
terdapat pada agregat halus, apa-apa saja yang terkandung dalam agregat halus,
dan bagaimana menggunakan agregat halus dengan tepat dan akurat.
1.2. Agregat Halus
Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14-5 mm yang didapat
dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan
memecahnya (artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan terjadinya.
Menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 33, syarat-syarat agregat halus (pasir) adalah sebagai berikut :
1. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran tajam dan keras, bersifat kekal dalam arti tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan hujan.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap jumlah berat
agregat kering. Apabila kandungan lumpur lebih dari 5%, agregat halus harus dicuci
terlebih dahulu.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan–bahan organik terlalu banyak. Hal
demikian dapat dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams Harder dengan
menggunakan larutan NaOH.
4. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang beranekaragam besarnya dan apabila
diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat 1 (PBI 1971),
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.
b. Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.
c. Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80%-90% berat.
Pasir di dalam campuran beton sangat menentukan kemudahan pengerjaan (workability), kekuatan
(strengh), dan tingkat keawetan (durability) dari beton yang dihasilkan. Untuk memperoleh hasil
beton yang seragam, mutu pasir harus benar-benar dikendalikan. Oleh karena itu, pasir sebagai
agregat halus harus benar-benar memenuhi gradasi dan persyaratan yang ditentukan.
Batasan susunan butiran agregat halus dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2. Batasan Susunan Butiran Agregat Halus
Ukuran Prosentase lolos saringan
saringan (mm) Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4
10,00 100 100 100 100
4,80 90-100 90-100 90-100 95-100
2,40 60-95 75-100 85-100 95-100
1,20 30-70 55-90 75-100 90-100
0,60 15-34 35-59 60-79 80-100
0,30 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : Teknologi Beton ; Kardiyono Tjokrodimuljo
Keterangan:
Daerah I : pasir kasar
Daerah II : pasir agak kasar
Daerah III : pasir agak halus
Daerah IV : pasir halus
3.1 KESIMPULAN
1. Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14-5 mm yang didapat
dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan
memecahnya (artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan terjadinya.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap jumlah berat
agregat kering.