Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan
dikatakan bahwa penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian merupakan komponen
penting dalam sistem pendidikan untuk mengetahui perkembangan dan tingkat pencapaian
hasil pembelajaran. Penilaian memerlukan data yang baik. Salah satu sumber data itu adalah
hasil pengukuran. Pengukuran merupakan seperangkat langkah dalam rangka pemberian nilai
terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Kegiatan pengukuran atau penilaian hasil belajar oleh
pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi
dan tingkat perkembangan peserta didik (Permendiknas, 2007).
Tes merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang dianggap
mampu memfasilitasi kebutuhan orang-orang di bidang pendidikan tentang perangkat atau
alat yang mampu memberi gambaran tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk
menghasilkan gambaran yang akurat, relevan dan sesuai dengan data yang sesungguhnya
terjadi dilapangan membutuhkan tes yang berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan analisis
kualitas tes guna menciptakan kualitas tes yang benar-benar mampu melaksanakan tugasnya
sebagai alat evaluasi. Analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk
mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir soal yang
menjadi bagian dari tes tersebut. Analisis kualitas tes digunakan untuk menjawab pertanyaan
apakah tes sebagai alat ukur benar-benar mampu mengukur apa yang sebenarnya hendak
diukur dan apakah tes tersebut dapat diandalkan dan berguna bagi dunia pendidikan.
Dalam proses pembelajaran, terdapat berbagai macam tes yang digunakan. Tes diberikan
sebagai sarana untuk mengetahui apakah materi-materi yang sudah disampaikan selama
proses belajar berlangsung, sudah diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Terdapat
berbagai macam tes yang dapat digunakan, salah satu bentuk tes itu adalah tes bentuk essay
(uraian). Dengan digunakannya tes bentuk essay, setidaknya dapat menjadi alat pengukur
kemampuan siswa secara objektif.
Bentuk essay dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit
diukur oleh bentuk-bentuk objektif. Dengan tes bentuk essay ini, diharapkan siswa mampu
menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri.
1
Dengan mempertimbangkan dan melihat pendidikan yang ada di lingkungan ini, kami
tergugah untuk mengambil pokok pembahasan makalah ini berkenaan dengan pembahasan
bentuk soal uraian (esai) dan analisisnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tes esai?
2. Apa saja jenis-jenis tes esai?
3. Bagaimana pedoman dalam penulisan tes esai?
4. Bagaimanakah pedoman penskoran tes esai ?
5. Bagaimana analisis soal esai?
6. Bagaimanakah kelebihan dan kelemahan tes esai?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang dicapai dalam penulisan makalah ini yang sejalan dengan rumusan
masalah di atas adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian tes esai
2. Untuk mengetahui jenis-jenis tes esai
3. Untuk mengetahui pedoman dalam penulisan tes esai
4. Untuk mngetahui pedoman penskoran tes esai
5. Bagaimana analisis soal esai
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan tes esai

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Tes Esai


Secara ontologis tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas
item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban
siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi,
2008).
Menurut Suherman (1993) tes essay adalah tes yang menuntut siswa untuk dapat
menyusun dan memadukan gagasan-gagasan tentang hal-hal yang telah dipelajarinya, dengan
cara mengekspresikan atau mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-kata
sendiri.
Menurut Oemar Hamalik (2001) tes essay adalah salah satu bentuk tes yang terdiri dari
satu atau beberapa pertanyaan essay, yakni pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu oleh
siswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri. Setiap siswa memiliki kesempatan
memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan jawaban siswa lainnya. Tes essay juga
dapat disebut sebagai tes dengan menggunakan pertanyaan terbuka, dimana dalam tes
tersebut siswa diharuskan menjawab sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Selain itu, menurut Suherman, E (1993) tes essay juga sering disebut sebagai tes uraian
karena untuk menjawab soal siswa dituntut untuk menyusun jawaban secara terurai. Jawaban
tidak cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan uraian yang lengkap
dan jelas. Selain harus menguasai materi tes, siswa dituntut untuk bisa mengungkapkannya
dalam bahasa tulisan dengan baik. Tes essay yang biasa dipakai di sekolah mempunyai arti
yang luas, yaitu tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan pendapat
pribadi, melainkan juga menuntut kemampuan siswa dalam hal menyelesaikan hitungan,
menganalisis masalah, dan mengekspresikan pendapat.
Dalam tes dituntut kemampuan peserta didik untuk benar – benar memahami pertanyaan
dan merealisasikan gagasannya melalui bahasa tulisan, sehingga tipe esai tes lebih bersifat
power test. Bentuk-bentuk pertanyaannya biasanya meminta pada peserta didik untuk
menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk
pertanyaan tersebut mengharapkan agar peserta didik menunjukkan pengertian mereka
terhadap materi yang dipelajari. Tes esai digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur
soal objektif yang terbatas pada hasil belajar rendah. Soal tes bentuk ini cocok untuk

3
mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, karena
hasil belajar yang diukur bersifat kompleks.

2.2.Jenis-Jenis Tes Esai


Menurut Suherman, E (1993), ditinjau dari cara menyajikan soal, tes essay dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Tes essay berstruktur (terbatas)
Tes essay terbatas bentuk pertanyaan diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada
pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang
menjawabnya, dan indikator-indikatornya. Dengan adanya pembatasan tersebut, jawaban
siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara pemberian penilaian juga lebih
jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lenih mudah ditentukan.
Soal essay dengan jawaban terbatas biasanya mengandung permasalahan yang terbatas dan
jawabannya sudah ditentukan spesifikasinya. Kata-kata kerja operasional yang digunakan
dalam tes ini merupakan cirri khas yang membuat kita dapat dengan mudah membedakannya
dari tipe soal essay bebas, yaitu adanya penggunaan kata seperti defenisikan, sebutkan,
berilah alasan singkat.
Pada tes essay terbatas (restricted respons) peserta dapat dengan bebas mengemukakan
pendapat mereka, namun harus ada pokok penting yang terkandung dalam jawabannya sesuai
dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soal. Bentuk essay terbatas
ini dapat dipergunakan untuk menguji kemampuan sebab-akibat, menggambarkan prinsip-
prinsip, mengajukan argumentasi yang relevan, merumuskan hipotesis yang tepat,
merumuskan asumsi yang tepat, menggambarkan keterbatasan data, merumuskan kesimpulan
yang tepat, menjelaskan metode dan prosedur, dan hal-hal yang sejenis. Apabila disimpulkan
soal essay terbatas dapat menilai kemampuan-kemampuan peserta yang kompleks.
Contoh:
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan teori atom, molekul-molekul atom dan system
ionik unsur
Soal :
1.Jelaskan teori atom berdasarkan teori Dalton!
2.Jelaskan perbedaan teori atom Bohr dan teori atom Bohr!

4
2. Tes essay bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu
sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Pada tes essay
bebas (extended respons items) peserta dapat mengemukakan pendapat sesui dengan
kemampuan mereka tanpa ada batasan-batasan dari pembuat soal, sehingga jawaban setiap
peserta akan berbada satu sama lain.
Contoh.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep zat dan perubahan zat berdasarkan sifat
kimia.
Soal:
1. Menurut anda apakah erbedaan mendasar antara perubahan secara kimia dan fisika pada
suatu zat!
2. Berikan contoh perubahan zat secara kimia dan fisika dalam kehidupan sehari-hari,
jelaskan!
3. Menurut anda apa yang terjadi jika kertas dan kayu dibakar? Jelaskan perubahan apa yang
terjadi!

Ditinjau dari pola jawaban siswa dan cara pemberian skor untuk setiap langkah jawaban
itu, tes essay (uraian) dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Bentuk Uraian Objektif (BUO)
Bentuk uraian objektif adalah tes essay yang memiliki sekumpulan jawaban dengan
rumusan yang pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif. Ini berarti walaupun
pemeriksanya berlainan dapat menghasilkan skor yang sama. Untuk tes bentuk ini dapat
dibuatkan kunci jawaban dan pedoman penskorannya. Dengan kunci dan pedoman ini,
jawaban siswa yang bervariasi tetap dapat diperiksa oleh orang yang berbeda tetapi skor yang
diperoleh tidak berbeda. Cara pemberian skor untuk soal bentuk BUO ini adalah bersifat
dikotomi, yaitu jika jawaban siswa benar diberi skor 1 sedangkan jika salah diberi skor 0.
2. Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO)
Bentuk uraian non objektif adalah tes essay yang menuntut siswa untuk memberikan
jawaban berdasarkan pendapat, pikiran, atau pandangan pribadinya. Untuk soal bentuk ini,
kunci jawaban bersifat relatif karena kemungkinan jawaban yang diberikan siswa bisa
bervariasi, malahan bisa juga muncul jawaban yang tidak diduga sebelumnya oleh pembuat
soal (guru). Dalam pemeriksaan dan pemberian skor terhadap jawaban siswa cenderung
dipengaruhi oleh pertimbangn, situasi, kondisi, lingkungan dan pengalaman pemeriksa.

5
Dengan demikian unsur subjektivitasnya bisa dominan, sehingga kurang objektif.
Untuk soal jenis ini skor dijabarkan dalam skala rentangan. Makin baik jawaban siswa, makin
tinggi pula skor yang diperoleh. Sebaliknya, semakin kurang bemutu, makin rendah pula skor
yang diberikan. Besarnya rentangan itu ditetapkan oleh guru, misalnya 1 – 5, 1 – 10, 0 – 4.
Kualitas jawaban siswa biasanya diperhitungkan dari banyaknya kata kunci yang dijawab
dengan benar, sistematika jawaban, dan pengertian logis dari jawaban itu.
BOU dan BUNO merupakan bagian dari bentuk tes essay terbatas. Penggelompokkan
yang dilakukan oleh Depdikbud berdasarkan pada pendekatan atau cara pemberian skor. Pada
BOU rumusan jawabannya lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif.
Jawaban yang benar dapat diberi skor 1 dan yang salah atau tidak dijawab mendapat skor 0.
Pada satu rumusan jawaban terdapat beberapa kata kunci sehingga nilai maksimar skor dapat
lebih dari satu. Kata kunci dapat berupa apa saja seperti kalimat, kata, gambar, dan angka.

2.3.Pedoman dalam Penulisan Tes Esai


Untuk menghasilkan butir soal tes essay yang baik, bagi penyusun tes diharapkan
memperhatikan hal-hal berikut :
a. Butir soal hendaknya meliputi ide-ide pokok dari materi yang diujikan, dan jika mungkin
disusun soal yang bersifat komprehensif yang mampu mewakili materi pokok dalam
mata pelajaran yang diujikan.
b. Tujuan dari setiap soal jelas sesuai dengan kisi-kisi
c. Sebaiknya butir soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku
atau catatan. Penyusunan butir soal yang menyalin langsung dari buku atau catatan
cenderung mendorong siswa hanya menghafalkan materi ujian saja. Apabila hal ini
terjadi, butir soal tes essay hanya mengungkap aspek kemampuan kognitif tingkatan
yang paling rendah, yaitu ingatan.
d. Pada waktu menyusun butir soal hendaknya sudah dilengkapi dengan kunci jawaban
serta pedoman penskorannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan reliabilitas butir
soal. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan ketidakkonsistenan penilai (rater
unreliability) dapat dikurangi.
e. Menggunakan kata-kata dan bahasa yang mudah dipahami
f. Petunjuk tes dibuat tertulis
g. Soal yang dibuat tidak memerlukan waktu lama dalam proses penyelesaiannya.

6
h. Hendaknya diusahakan pertanyaannya bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”,
“bagaimana”, “uraikan”, “bandingkan”, agar dapat diketahui lebih jauh tingkat
penguasaan siswa terhadap bahan ujian.
i. Hendaknya rumusan butir soal disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh
peserta tes. Hindari penggunaan istilah atau kata-kata yang memiliki makna ganda.

2.4. Pedoman Penskoran Tes Esai


Pemberian skoring dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya skala 1-4, 1-10
dan 1-100. Sebaiknya jangan memberikan skor nol. Mulailah skoring dari angka 1. Semakin
tinggi skala pengukuran yang digunakan maka hasilnya semakin halus dan akurat. Pemberian
skor ini berlaku sama untuk semua nomor soal.
Setelah menetapkan skoring langkah selanjutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai
dengan tingkat kesukaran soal. Sebaiknya gunakan skala 1-10. misalnya soal yang mudah
diberi bobot 2, sedang bobotnya 3 dan soal yang sulit bobotnya 5.
Ada juga yang melakukan penilaian lembar jawaban tidak mengikuti cara di atas, dimana
setiap soal langsung diberi bobot nilai tanpa mempertimbangkan skala pengukuran. Sehingga
skala pengukuran tiap item tidak sama.
Ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban soal bentuk essay, yaitu:
a. Metode Analisis (Analytical method)
Cara untuk mengoreksi jawaban peserta didik dengan membandingkan jawaban peserta
didik dengan model jawaban yang sudah disiapkan dan sudah dianalisis menjadi beberapa
langkah dan pada setiap langkah tersebut disediakan skor-skor tertentu.Misalnya: ¼ benar
diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan benar
semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item.
b. Metode Penyortiran (Sorting method)
Cara menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap keseluruhan pekerjaan
peserta didik.Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban yang ada.Misalnya
mengklasifikasikan skor ke dalam beberapa tingkatan seperti jawaban benar (baik), cukup,
sedang, kurang, dan kurang sekali.Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8; 5 –
6; 3 – 4; dan 1 – 2 dari yang baik hingga ke yang kurang sekali.
c. Metode Poin (Point method)
Dalam metode ini (yang sering disebut sebagai metode poin jawaban), jawaban ideal
atau model jawaban disusun secara mendetail sampai ke poin -poin spesifik setiap jawaban.
Nilai yang akan diberikan kepada seorang siswa tergantung dari jumlah poin-poin isi jawaban

7
yang disertakan dalam jawabannya, selain itu komponen–komponen bagian seperti kejelasan
ekspresi yang digunakan, cara mengorganisasi pemikiran yang logis, dan bukti pendukung
jawaban juga dipertimbangkan dan diberi nilai. Oleh karena itu, sebuah daftar periksa sangat
berguna untuk dapat memberikan penilaian yang objektif.
d. Metode Rating
Dalam metode penilaian global (juga disebut sebagai metode holistik atau metode
rating), jawaban ideal tidak dibagi -bagi kedadalam poin-poin spesifik dankomponen-
komponen tambahan; jawaban ideal hanya berfungsi sebagai standar.Tulisan siswa yang
kurang dari standar ideal tersebut dan yang melenceng dalam halkualitas digolongkan
kedalam standar diluar standar ideal atau tolok ukur ideal.Para guru atau penilai kemudian
diinstruksikan untuk memeriksa jawaban dengan cepat danmemberikan pendapat globalnya
secara keseluruhan megenai kualitas jawaban.Jadi, jawaban setiap peserta didik ditetapkan
dalam salah satu kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi jawaban
tersebut dibaca. Kelompok-kelompok tersebut menggambarkan kualitas dan dan menentukan
berapa skor yang akan diberikan pada setiap jawaban. Misalnya, sebuah soal akan siberi skor
maksimal 8, maka soal tersebut akan dapat dibuat menjadi 9 kelompok jawaban, mulai dari 0
sampai 8. Metode ini cocok untuk bentuk essay bebas.
Langkah-langkah yang data digunakan untuk pemberian skor untuk soal bentuk uraian
non-objektif sebagai berikut:
1. Tulislah garis besar jawaban sebagai criteria jawaban untuk djadikan pegangan dalam
pemberian skor
2. Tetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban
3. Pemberian skor pada setiap jawab bergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh
peserta didik
4. Jumlahkan skor-skor yang diperoleh dari setiap criteria jawaban sebagai skor peserta
didik
5. Jumlah skor tertinggi dari setiap criteria jawaban disebut skor maksimum dari suatu soal
6. Periksalah soal untuk untuk setiap nomor dari semua peserta didik sebelum pindah ke
nomor soal yang lain. Tujuannya untuk menghindari pemberian skor berbeda terhadap
jawaban yang sama
7. Jika setiap butir soal telah selesai di skor, hitunglah jumlah skor perolehan peserta didik
untuk setiap soal. Kemudian hitunglah nilai tiap soal dengan rumus:
skor perolehan peserta didik
Nilai setiap soal = skor maksimum tiap butir soal x bobot soal

8
8. Jumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua soal. Jumlah nilai ini disebut nilai akhir
dari suatu perangkat tes yang diberikan.

Langkah-langkah pemberian skor soal bentuk uraian objektif adalah:


1. Tulislah semua kata kunci atau kemungkinan jawaban benar secara jelas untuk setiap
soal.
2. Setiap kata kunci yang dijawab benar diberi skor 1. Tidak ada skor setengah untuk
jawaban yang kurang sempurna. Jawaban yang diberi skor 1 adalah jawaban sempurna,
jawaban lainnya adalah 0.
3. Jika satu pertanyaan memiliki beberapa sub pertanyaan, perincilah kata kunci dari
jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci sub jawaban dan buatkan skornya
4. Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal tersebu, jumlah
skor ini disebut skor maksimum.

9
2.5. Analisis Tes Esai
Analisis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara rasional sebelum tes itu
digunakan/diujicobakan (seperti sudah dijelaskan pada bagian 5, dengan menggunakan kartu
telaah), dan secara empiris dengan menganalisis hasil ujian atau hasil uji-coba secara
kuantitatif.
1. Analisis Daya Pembeda Soal
Yang dimaksud dengan daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (menguasai materi yang ditanyakan) dengan siswa
yang kurang pandai (belum/tidak menguasai materi yang ditanyakan). Logikanya adalah
siswa yang pandai akan lebih mampu menjawab (mendapat skor lebih baik) dibanding
dengan siswa yang bodoh. Indeks daya pembeda biasanya dinyatakan dengan proporsi.
Semakin tinggi proporsi itu, maka semakin baik soal tersebut membedakan antara siswa yang
belajar dengan yang tidak belajar, antara siswa yang menguasai dengan yang tidak
menguasai. Untuk menguji Daya Pembeda (DP) ini perlu ditempuh langkah:

1. Menghitung/menjumlahkan dan mengurutkan skor total siswa dari yang terbesar


sampai terkecil, sehingga dapat diklasifikasikan menjadi kelompok unggul dan
kelompok asor, atau kelompok atas dan kelompok bawah.
2. Jika jumlah peserta tes cukup banyak, masing-masing kelompok (atas – bawah, atau
unggul - asor) dapat ditetapkan sebanyak 27% - 33%.
3. Hitung skor rata-rata (mean) untuk masing-masing kelompok (rata-rata kelompok
atas dan rata-rata kelompok bawah)
4. Hitung daya pembeda soal dengan rumus
Rata-rata kelompok atas -rata-rata kelompok
bawah
Daya Pembeda = -----------------------------------------------------------

Skor maksimum soal

Hasil perhitungan tersebut bandingkan dengan kriteria berikut:

> 0,40 = Sangat Baik


0,30 - 0,39 = Baik
0,20 - 0,29 = Cukup, soal perlu perbaikan

<- 0,19 = Jelek, soal dibuan

2. Analisis Tingkat Kesukaran.

10
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu, yang biasa dinyatakan dengan indeks. Indeks ini biasa dinyatakan
dengan proporsi yang bersarnya antara 0,00 sampai 1,00. Semakin besar indeks tingkat
kesukaran, berarti soal tersebut semakin mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal
uraian ditempuh langkah:

a. Mencari tingkat kesukaran soal dengan rumus


𝐵
P = 𝐽𝑆

Dimana:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya jumlah siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta didik

b. Kriteria untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut adalah:

0,00 - 0,30 = sukar


0,31 - 0,70 = sedang
0,71 - 1,00 = mudah

2.6.Kelebihan dan Kekurangan Tes Esai


Dalam pembelajaran di kelas, tes essay masih banyak digunakan oleh para guru, karena
tes essay memiliki beberapa kelebihan. Menurut Sukardi, H.M (2009) tes essay dapat
digunakan untuk menilai hal-hal berkaitan erat dengan beberapa butir berikut :
a. Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item
secara tepat.
b. Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka
sendiri.
c. Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan
pemikiran siswa secara aktif.

11
d. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam
bentuk kalimat mereka sendiri.
e. Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan
atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas.
Menurut Arikunto 2012), kelebihan dari tes esai adalah sebagai berikut:
1. Mudah disiapkan dan disusun
2. Tidak memberikan banyak kesempatan untuk berspekulasiatau untung-untungan
3. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan endapat serta menyusun dalam bentuk
kalimat yang bagus
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya
bahasa dan caranya sendiri
5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
Menurut Suherman, E (1993) kelemahan tes esai di antaranya sebagai berikut:
a. Ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes essay kurang menyeluruh. Hal ini
disebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir soal cukup banyak,
sehingga jumlah butir soal yang disajikan sedikit. Pada tes essay ini, jika siswa kebetulan
mempelajari materi yang secara kebetulan sesuai dengan butir soal yang disajikan, ia
dapat dengan mudah menyelesaikannya. Sebaliknya jika siswa tidak mempelajari dengan
baik materi yang tersaji dalam soal itu biasanya mendapat hasil yang kurang baik.
b. Sesuai dengan namanya, soal tipe subjektif ini dalam pemeriksaan dan pemberian nilai
akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas dari pemeriksa atau pemberi nilai,
sehingga nilai akhir yang diterima siswa ada kemungkinan bias, kurang mencerminkan
kemampuan sebenarnya. Faktor subjektivitas itu sebagai akibat pengaruh kondisi
pemeriksa, siswa dan lingkungan.
c. Pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tetapi
harus diperiksa oleh orang yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Bila pemeriksa
kurang mengetahui pokok persoalan yang diujikan, akan mengakibatkan hasil
pemeriksaan yang dapat merugikan siswa. Demikian pula jika pemeriksa kurang memiliki
pengetahuan luas mengenai cara penyelesaian suatu soal, mungkin langkah-langkah
penyelesaian suatu soal tidak sama dengan kunci jawaban akan dianggap salah, padahal
pekerjaan itu benar.

12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpukan beberapa hal penting
berikut ini :
1. Tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-
item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut

13
jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir
siswa.
2. Ditinjau dari cara menyajikan soal, tes essay dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu: Tes essay (uraian) berstruktur dan Tes essay (uraian) bebas.
Sedangkan jika ditinjau dari pola jawaban siswa dan cara pemberian skor untuk
setiap langkah jawaban itu, tes essay (uraian) dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu: Bentuk Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif
(BUNO).
3. Aturan-aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay yaitu: (a) gunakan
pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang kompleks, (b) hubungkan
pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan hasil belajar yang
diukur, (c) rumuskan pertanyaan yang menyajikan tugas yang jelas untuk
dilakukan, (d) hindari penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil
belajar yang memerlukan itu, dan (e) sediakan waktu yang cukup untuk menjawab
dan memberikan batas waktu pada setiap pertanyaan.
4. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan objektivitas penilain
dalam tes essay, diantaranya: (a) evaluasi jawaban-jawaban untuk soal essay dalam
hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur, (b) untuk soal-soal essay
dengan jawaban terbatas (restricted-response), berilah skor dengan metode point
(point method), gunakan suatu model jawaban (pedoman jawaban) sebagai
petunjuk, (c) untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response
answer), skorlah dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman
penskoran, (d) evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan
sebelum melanjutkan ke pertanyaan berikutnya, (e) evaluasi jawaban-jawaban soal
essay tanpa mengetahuai identitas penulis, dan (f) bila memungkinkan, mintalah
dua atau lebih orang guru lain yang mengetahui masalah itu, untuk menskor tiap
jawaban.
5. Kelebihan tes essay diantaranya : (a) mengukur proses mental para siswa dalam
menuangkan ide-ide ke dalam jawaban, (b) mengukur kemampuan siswa dalam
menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri, (c) mendorong siswa untuk
mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif,
(d) mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam
bentuk kalimat mereka sendiri, (e) mengetahui seberapa jauh siswa telah
memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang
14
diajarkan di dalam kelas, (f) kebebasan respon yang diberikan oleh para siswa, (g)
mencegah siswa menjawab secara menebak serta relatif lebih mudah dan lebih
cepat dibuat dibandingkan dengan tes objektif. Sedangkan kelemahannya
diantaranya: (a) ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes essay kurang
menyeluruh, (b) dalam pemeriksaan dan pemberian nilai akhir seringkali
dipengaruhi faktor subjektivitas, (c) pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak
bisa dilakukan oleh sembarang orang, (d) memeriksa jawaban tes essay cukup
rumit.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca makalah ini
yakni kita sebagai calon pengajar dan pendidik harus lebih memahami cara-cara
dalam mengkonstruksi tes essay dan memperhatikan segala kelemahan-
kelemahannya sehingga tes yang dibuat untuk mengukur hasil pembelajaran
berkualitas tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan Ed. Revisi, Cet. II . Jakarta:
Bumi Aksara.
Hamalik, O. 2001. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Mandar Maju

Permendiknas. 2007. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Suherman, E. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas

Terbuka

15
Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan : prinsip dan operasionalnya . Jakarta : Bumi Aksara

Suprananto, Kusaen. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan . Yogyakarta: Graha Ilmu.

16

Anda mungkin juga menyukai