Anda di halaman 1dari 3

1.

Prinsip Niat

Pada kasus yang terjadi di skenario dokter tersebut telah berniat untuk
menolong pasien.

‫ َحدَّثَنَا يَ ْحيَى ب ُْن‬:‫ قَا َل‬،‫ان‬ ُ َ‫س ْفي‬


ُ ‫ َحدَّثَنَا‬:‫ قَا َل‬،‫الزبَي ِْر‬ ُّ ‫َّللاِ ب ُْن‬
َّ ُ‫ع ْبد‬
َ ‫ي‬ُّ ‫َحدَّثَنَا ال ُح َم ْي ِد‬
َ‫ع ْلقَ َمةَ بْن‬ َ ُ‫ أَنَّه‬،‫ي‬
َ ‫س ِم َع‬ َ ‫ أَ ْخبَ َرنِي ُم َح َّمدُ ب ُْن إِب َْرا ِه‬:‫ قَا َل‬،‫ي‬
ُّ ‫يم التَّي ِْم‬ ُّ ‫ار‬ ِ ‫ص‬ َ ‫س ِعي ٍد األ َ ْن‬
َ
ِ ‫علَى‬
‫الم ْنبَ ِر‬ َ ُ‫ع ْنه‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ب َر‬ َّ ‫ع َم َر بْنَ الخ‬
ِ ‫َطا‬ ُ ُ‫س ِم ْعت‬َ :ُ‫ َيقُول‬،‫ي‬ َّ ِ‫اص اللَّ ْيث‬ ٍ َّ‫َوق‬
،ِ‫ «إِنَّ َما األ َ ْع َما ُل ِبالنِيَّات‬:ُ‫سلَّ َم يَقُول‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ :‫قَا َل‬
‫ئ َما ن ََوى‬ ْ ‫َو ِإنَّ َما ِل ُك ِل‬
ٍ ‫ام ِر‬
Artinya :”dari saidina Umar bin Khattab, beliau berkata :
saya dengar rasulullah SAW berkata : bahwasanya
seluruh niat dengan niat, dan yang didapatkan manusia
ialah apa yang diniatkannya (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Prinsip Kepastian
Pada kasus yang terjadi di skenario kepastian pasien
dirujuk ke rumah sakit karena keterbatasan biaya

Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam


(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah (5): 2)
3.Prinsip Kerugian
Pada kasus yang terjadi di skenario kondisi fisik dan
keterbatasan biaya pasien dalam berobat
“ Berobatlah kamu , Hai hamba_hamba Allah Sebab
asesungguhnya Allah SWT, tidak membuat penyakit
kecuali membuat pula obatnya, selain itu penyakitnya ,
ialah penyakit tua “

4. Prinsip Kesukaran
Pada kasus yang terjadi di skenario adalah sulit
melakukan tindak lanjut karena keterbatas biaya

Allah SWT Bersabda : “ Dan jika ada yang menyelamatkan


hidup, melainkan (tindakannya) akan seolah-olah dia
telah menyelamatkan kehidupan semua orang.”

5. Prinsip Kebiasan
Pada kasus yang terjadi di skenario adalah kebiasan
rumah sakit merujuk kerumah sakit yang lebih
berkompeten
berikut pendapat Imam Syafi’i ra

- ُ‫ضيَالل ُهعَ ْنه‬ ِ ‫ير‬ َ ‫قا َ ََللشاَفِ ِع‬


‫وماَأ َ ْحدَثَ ِمنَال َخي ِْر َولَ ْميُخ‬، َ ‫سنَّةًأَ ْو ِإ ْج َماعاًأَ ْوأَثَ ًرافَ ُه َوال ِب ْد‬
َ ُ‫عةُالضاَلَة‬ ُ ‫ماَأَ ْحدَثَ َوخاَلَفَ ِكتاَباًأَ ْو‬
) ‫ج‬- ‫الطالبين‬1 ‫ ص‬313 ‫(حاشيةإعانة‬-ُ ‫عةُال َم ْح ُم ْودَة‬ َ ‫شيْئا ً ِم ْنذَ ِل َكفَ ُه َوال ِب ْد‬
َ ُ‫اَ ِلف‬

Artinya ; Imam Syafi’i ra berkata –Segala hal (kebiasaan)


yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah) dan
menyalahi (bertentangan) dengan pedoman Al-Qur’an,
Al-Hadits, Ijma’ (sepakat Ulama) dan Atsar (Pernyataan
sahabat) adalah bid’ah yang sesat (bid’ah dholalah). Dan
segala kebiasaan yang baik (kebaikan) yang baru (tidak
terdapat di masa Rasulullah) dan tidak menyelahi
(bertentangan) dengan pedoman tersebut maka ia
adalah bid’ah yang terpuji (bid’ah mahmudah atau bid’ah
hasanah), bernilai pahala. (Hasyiah Ianathuth-Thalibin –
Juz 1 hal. 31

Anda mungkin juga menyukai