Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 TUJUAN

Tujuan dari kuliah lapangan metode geolistrik 1D yaitu untuk menentukan


litologi bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Lokasi pengukuran metode geolistrik 1D dalam kegiatan kuliah lapangan


dilakukan di kampus Universitas Halu Oleo, Kota Kendari. Dimana menurut
Rusmana,dkk., (1993) secara regional daerah penelitian termasuk dalam lembar
peta Lasusua-Kendari, berikut peta geologinya :

Gambar 1. Peta Geologi Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Simandjuntak, dkk.,


1993)
II.1.1 Geomorfologi
Menurut Rusmana,dkk., (1993) secara regional daerah penelitian termasuk
dalam lembar peta Lasusua-Kendari yang terletak pada lengan tenggara Pulau
Sulawesi. Morfologi lembar Lasusua-Kendari dapat dibedakan menjadi empat
satuan morfologi, yaitu:
a. Morfologi pegunungan; pegunungan menempati bagian tengah dan barat.
b. Morfologi perbukitan; perbukitan terdapat pada bagian barat dan timur.
Satuan perbukitan umumnya tersusun oleh batuan sedimen dengan ketinggian
berkisar 75 sampai 750 meter diatas permukaan laut puncak yang terdapat
pada satuan perbukitan adalah Gunung Meluhu (517 meter).
c. Morfologi kars; morfologi kars terdapat di Pegunungan Matarombeo dan
dibagian hulu Sungai Waimenda serta Pulau Labengke.
d. Morfologi dataran rendah; dataran rendah meliputi daerah-daerah sekitar
Teluk Kendari.

II.1.2 Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi Kendari (Simandjuntak, dkk.,1993) dan
formasi batuan penyusun lembar Lasusua-Kendari (Rusmana, dkk., 1993) maka
pada daerah penelitian berada pada forrmasi Alluvium (Qa).
Alluvium (Qa) merupakan Satuan yang tersusun oleh jenis batuan kerikil,
kerakal, pasir, lempung dan lumpur. Satuan ini berasal dari endapan sungai,
rawa dan pantai sebagai endapan permukaan (Gambar 1). Sebarannya terdapat
di daerah dataran sekitar muara sungai besar dan pantai. Umur satuan aluvium
ini diperkirakan Holosen.
Gambar 2. Korelasi Satuan Peta Geologi Regional Lembar Lasusua-Kendari,
Sulawesi.

Secara geologi, persebaran dan jenis batuan yang terdapat di Kota


Kendari dapat dilihat pada Gambar 1 adalah sebagai berikut (Endharto dan
Surono, 2013):
a. Batupasir, kuarsit, serpih hitam batu sabak, batugamping dan batulanau
tersebar di Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga sebelah Utara
sampai perbatasan dengan Kecamatan Soropia, tepatnya di kawasan Hutan
Raya Murhum.
b. Endapan alluvium pasir, lempung dan lumpur tersebar dipesisir pantai Teluk
Kendari dan disekitar sungai-sungai yang mengalir di Kota Kendari.
Mineral lempung merupakan senyawa aluminium silikat yang kompleks.
Mineral ini terdiri dari dua lempung kristal pembentuk kristal dasar, yaitu silika
tetrahedra dan aluminium oktahedra (Das Braja M, 1988). Das Braja M (1988)
menerangkan bahwa tanah lempung sebagian besar terdiri dari partikel
mikroskopis dan sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya
dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan
merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay
mineral), dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah lempung sangat
keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang.
Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket
(kohesif) dan sangat lunak. Kohesif menunjukan kenyataan bahwa partikel-
pertikel itu melekat satu sama lainnya sedangkan plastisitas merupakan sifat
yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau
tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan-retakan atau
terpecah-pecah.
Menurut Das Braja (1988), satuan struktur dasar dari mineral lempung
terdiri dari silika tetrahedron dan aluminium oktahedron. Satuan-satuan dasar
tersebut bersatu membentuk struktur lembaran. Jenis-jenis mineral lempung
tergantung dari komposisi susunan satuan struktur dasar atau tumpuan
lembaran serta macam ikatan antara masing-masing lembaran.Pasir
merupakan material sedimen lepas yang mempunyai permukaan yang kasar
dan mempunyai ukuran butir berada pada kisaran 0.06–2 mm sifat tidak saling
mengikat (tidak kohesif). Butiran pasir biasanya terdiri atas mineral tunggal,
biasanya kwarsa. Permasalahan yang sering terjadi pada tanah pasir adalah
penurunan pada fondasi, sehingga jika didirikan suatu bangunan diatasnya
dapat menyebabkan kerusakan pada kontruksi bangunan.
c. Batugamping, koral dan batupasir yang tersebar di Pulau Bungkutoko,
pesisir pantai Kelurahan Purirano dan Kelurahan Mata, serta Kecamatan
Mandonga kearah Barat-Laut yang dibatasi Jalan R. Soeprapto, Jalan Imam
Bonjol dan batas antara Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara.
d. Konglomerat dan batupasir tersebar disepanjang kiri kanan jalan poros antara
Kota Lama dengan Tugu Simpang Tiga Mandonga, bagian tengah
Kecamatan Mandonga dan bagian Barat Kecamatan Baruga serta bagian
Tengah Kecamatan Poasia sampai kearah Selatan, yaitu kawasan rencana
kompleks perkantoran 1.000 Ha kearah pegunungan Nanga-Nanga.
e. Filit, batu sabak, batupasir, malik, kuarsa kalsiulit, napal, batu lumpur dan
kalkarenit lempung tersebar di arah Tenggara Kecamatan Poasia tepatnya di
Kelurahan Talia, Kelurahan Abeli, Kelurahan Anggalomelai, Kelurahan
Tobimeita, Kelurahan Benuanirae dan Kelurahan Anggoeya.
f. Konglomerat, batupasir, batulanau dan batulempung tersebar di Kecamatan
Poasia bagian Timur yaitu di Kelurahan Petoaha, Kelurahan Sambuli dan
Kelurahan Nambo serta sebagian Kelurahan Tondonggeu.
g. Batugamping, batupasir dan batulempung tersebar dibagian Barat Kecamatan
Mandonga sampai dengan batas Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara
dan Kecamatan Ranometo.

II.2 GEOFISIKA DAERAH PENELITIAN


II.2.1 Vertical Electrical Sounding (VES)
Metode geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada
tahun 1912. Metode geolistrik merupakan salah satu cabang ilmu geofisika yang
mempelajari bumi dan lingkungannya berdasarkan sifat-sifat kelistrikan batuan.
Sifat ini adalah tahanan jenis, konduktivitas, konstanta dielektrik, kemampuan
menimbulkan potensial listrik sendiri, arus listrik diinjeksikan kedalam bumi
melalui dua ektroda arus dan distribusi potensial yang dihasilkan diukur dengan
elektroda potensial (Dobrin Juandi, 2008).
Metode VES atau Vertical Electrical Sounding adalah salah satu dari
metode geolistrik (Lowrie, 2007). Metode VES digunakan untuk menduga
lapisan-lapisan material di bawah permukaan Bumi berdasarkan sifat
resistivitasnya (Telford, dkk., 2004). Nilai resistivitas (ρ) dihitung berdasarkan
data arus listrik (I) dan beda potensial (V) yang diperoleh di lapangan
(Allred,dkk., 2008). Data arus listrik dan beda potensial diperoleh dari injeksi arus
listrik ke bawah permukaan bumi melalui pasangan elektroda arus (C1,C2) dan
elektroda potensial (P1, P2) (Loke, 2000).
Metode VES disebut sebagai metode geolistrik 1 dimensi (Loke, 2000).
Hal tersebut dikarenakan metode VES hanya mengukur distribusi nilai resistivitas
bawah permukaan Bumi secara vertikal. Hasil akhir dari metode VES adalah
distribusi nilai resistivitas atau tahanan jenis material bawah permukaan Bumi
berdasarkan kedalamannya terhadap permukaan Bumi (Bobachev, 2001).
Pengukuran resistivitas pada arah vertikal atau Vertical Electrical
Sounding (VES) merupakan salah satu metode geolistrik resistivitas untuk
menentukan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan
untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara
vertikal. Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak
tertentu maka akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang
sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan
kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas ‘log–log’ yang
merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan
menjadi jenis batuan dan kedalamannya (Halik dan Widodo, 2008).
Menurut Damtoro (2007) dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan
yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang
biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan dari
injeksi ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2. Umumnya metode
geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda
yang terletak dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2
buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda tegangan (MN) di
bagian dalam.
Metode ini lebih efektif dan cocok digunakan untuk eksplorasi yang
sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari
1000 kaki atau 1500 kaki. Oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk
eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang engineering
geology seperti penentuan kedalaman basement (batuan dasar), pencarian
reservoir (tandon) air, dan eksplorasi geothermal (panas bumi) (Nur.S., 2017).

1. Hukum ohm sebagai hukum dasar resistivitas


Hubungan antara beda potensial, arus dan hambatan listrik diberikan oleh
George Simon Ohm, dimana hambatan R (Ohm) merupakan perbandingan antara
beda potensial V (Volt) dengan arus I (Ampere) :
𝑉
𝑅= (1)
𝐼
Apabila ditinjau sebuah selinder dengan luas penampang A (m2), panjangnya L
(m), hambatan R (Ω) dan memiliki tahanan jenis 𝜌 (Ωm) maka hubungan yang
diperoleh dinyatakan dengan rumus :
𝜌𝐿
𝑅= (2)
𝐴
dengan,
R = Hambatan (Ω)
I = Arus Listrik (Ampere)
V = Beda potensial (Volt)
A = Luas penampang (m2)
L = Panjang penampang (m)

Gambar 3. Silinder dengan luas penampang A, panjang L, hambatan R


danresistivitas 𝜌.

Dalam penerapannya secara sederhana terhadap benda silinder


berhambatan-jenis ρ, arus listrik I akan berbanding lurus dengan luas penampang
A dan beda potensial antara ujung-ujungnya ΔV, serta berbanding terbalik dengan
panjangnya L. Sehingga berdasarkan persamaan (2) dapat ditulis :
∆𝐿
𝐼=𝐴 (3)
𝜌𝐿

dengan,
𝜌 = 𝐼 ⁄𝜎 (4)
untuk arus listrik menyebar (simetri bola) yang menembus permukaan bola
berongga yang luasnya A, tebal dr, dan beda potensial dV antara bagian luar dan
dalam adalah (Telfrod, dkk., 1990) :
𝐴 𝑑𝑉
𝐼=− (5)
𝜌 𝑑𝑟

oleh karena luas permukaan bola A= 4 r 2 , maka persamaan (5) menjadi :


4𝜋𝑟 2 𝑑𝑉
𝐼=− (6)
𝜌 𝑑𝑟

dengan potensial V (Volt), arus listrik I (ampere), tahanan-jenis batuan 𝜌 (ohm


meter), dan jarak antara satu titik dengan sumber r (m). Tanda negatif
menunjukkan bahwa arus mengalir dari tempat berpotensial tinggi ke berpotensial
rendah.

2. Resistivitas Semu
Berdasarkan Sunaryo, dkk., (2003) resistivitas semu (ρa) pada pengukuran
resistivitas secara umum adalah dengan cara menginjeksikan arus kedalam tanah
melalui 2 elektroda arus (C1 dan C2). Dan mengukur hasil beda potensial yang
ditimbulkannya pada 2 elektroda potensial (P1 dan P2). Dari data harga arus (I)
dan beda potensial (V), dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρa) sebagai berikut:
𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾 𝐼 (7)

Metode geolistrik tahanan jenis didasarkan pada anggapan bahwa bumi


mempunyai sifat homogeny isotropis. Dengan asumsi ini, tahanan jenis yang
terukur merupakan tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak tergantung pada spasi
elektroda. Namun pada kenyataanya bumi tersusun atas lapisan-lapisan dengan
resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan
pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Karenanya, harga resistivitas yang diukur
seolah-olah merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja resistivitas yang
terukur sebenarnya adalah resistivitas semu (ρa). Besarnya resistivitas semu (ρa)
adalah :
2𝜋 ∆𝑉
𝜌𝑎 = 1 1 1 1 × (8)
[( − )−( − )] 𝐼
𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟4

atau :
∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾 (9)
𝐼
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1 (10)
[( − )−( − )]
𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟4

Dengan,
K = Faktor geometri yang nilainya tergantung dari susunan konfigurasi elektroda
yang digunakan
𝜌𝑎 = Resistivitas semu (Ωm)
VMN = Beda potensial antara elektroda M dan N (V)
I = Kuat arus (mA)

3. Konfigurasi Schlumberger
Dalam kuliah lapangan ini digunakan konfigurasi Schlumberger dalam
pengukuran di lapangan. Konfigurasi Schlumberger pertama kali diperkenalkan
oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912, dan banyak digunakan di Eropa.
Konfigurasi ini juga dapat digunakan untuk resistivitas mapping dan resistivitas
sounding.

Gambar 4. Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan medium
homogen isotropis dengan tahanan jenis ρ (Bahri, 2005)

Untuk konfigurasi Schlumberger, 𝑟1 = s – b, 𝑟2 = s + b, 𝑟3 = s + b, dan 𝑟4 = s– b,


sehingga faktor geometri (K) menjadi :
1 1 1 1 −1 𝜋(𝑠2 −𝑏 2 )
𝐾 = 2𝜋 (𝑠−𝑏 − 𝑠+𝑏 − 𝑠+𝑏 + 𝑠−𝑏) = (11)
2𝑏

Untuk b << s, maka :


𝜋𝑠2
𝐾= (12)
2𝑏

Pada konfigurasi schlumberger, idealnya jarak MN dibuat sekecil-


kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena
keterbatasan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar, jarak MN
hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5
jarak AB.
Keunggulan konfigurasi schlumberger adalah kemampuan untuk
menembus kedalaman secara vertikal dan mendeteksi adanya sifat tidak homogen
lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas
semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi nilai resistivitas semu (Telford, dkk,
1990), yaitu:
1. Ukuran butir penyusun batuan. Semakin kecil butir makakelolosan arus akan
semakin baik, sehingga mereduksi nilai resistivitas.
2. Komposisi mineral dari batuan. Semakin meningkat kandungan mineral
lempung (clay), maka akan mengakibatkan menurunnya nilai resistivitas.
3. Kandungan air tanah atau air permukaan merupakan media yang mereduksi
nilai resistivitas.
4. Kelarutan garam dalam air di dalam batuan akan mengakibatkan
meningkatnya kandungan ion dalam air, sehingga berfungsi sebagai
konduktor.
5. Kepadatan semakin padat batuan akan meningkatkan nilai resistivitas.

Ada dua cara untuk mengolah data sounding, yaitu dengan teknik curve
matching dan teknik inversi (menggunakan program komputer).
a. Curve Matching
Pada dasarnya tahanan jenis semu untuk struktur berlapis (tahanan jenis
dan ketebalan perlapisan diketahui) dapat dihitung secara teoritis (penyelesaian
problem maju) dengan cara menyelesaikan persamaan Laplace untuk potensial
listrik dalam koordinat silinder dan pertimbangan syarat-syarat batas. Karena
penyelesaian sukar dan panjang dengan melibatkan fungsi Bessel dan syarat–
syarat batas maka interpretasi dapat dilakukan dengan teknik Curve Matching.
Teknik Curve Matching adalah mencocokkan kurva tahanan jenis semu hasil
pengukuran lapangan dengan kurva tahanan jenis semu yang dihitung secara
teoritis. Struktur berlapis mempunyai tahanan jenis dan ketebalan lapisan yang
sangat banyak variasinya, sehingga kita perlu kurva tahanan jenis semu teoritis
(standar atau baku).
b. Inversi / Forward Modelling
Teknik ini menggunakan komputer untuk mencari kurva tahanan
jenissemu yang nantinya akan diketahui urutan lapisan. Hal–hal yang
harusdiketahui interpreter adalah (Sharma, 1997) :
1. Keakuratan nilai perhitungan tahanan jenis ditunjukkan dengan adanya
pengindikasi kesalahan.
2. Terampil menerka (dengan berdasar pada konsep geologi) parameter
tiaplapisan, untuk dijadikan sebagai masukan awal.
3. Kurva tahanan jenis semu hasil masukan dari poin 2, dihitung atau diolah
dengan menggunakan program perhitungan maju (forward calculation
program).
4. Dilakukan minimalisasi kesalahan dari parameter tiap lapisan, hingga
didapatkan kurva teoritis yang sama atau mendekati kurva lapangan.

Secara umum, berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral


dapat dikelompokkan menjadi tiga (Telford, dkk., 1990), yaitu:
1) Konduktor baik : 10−8<ρ<1 Ωm
2) Konduktor pertengahan : 1 <ρ<107Ωm
3) Isolator : ρ>107Ωm
Resistivitas yang terukur pada material bumi utamanya ditentukan oleh
pergerakan ion-ion bermuatan dalam pori-pori fluida. Variasi resistivitas material
bumi ditunjukkan pada Tabel 1. dan Tabel 2.
Tabel 1. Resistivitas tahanan jenis batuan (Rolia Eva, 2015)
No Jenis Material/Batuan Tahanan Jenis (Ωm)
1 Humus 5 – 100
2 Pasir lepas 500 – 5000
3 Pasir 100 – 5000
4 Kerikil 100 – 600
5 Lempung 3 – 30
6 Lempung berdebu 5 – 40
7 Lempung berpasir 5 – 50
8 Pasir berlempung 30 – 100
9 Lempung, shale 50 – 200
10 Batuan dasar 100 – 1000
11 Batu pasir 200 – 800
12 Batu kapur 500 – 10000

Tabel 2.Resistivitas material-material bumi (Telford dkk, 1990 dalam Priambodo,


dkk., 2011)
Material (Ωm) Material resistivitas (Ωm)
resistivitas
Pyrite (Pirit) 0,01-100 Shales (Serpih) 20-2.000
Quartz (Kwarsa) 500-800.000 Sand (Pasir) 1-1.000
12 13
Calcite (Kalsit) 1x10 -1x10 Clay (Lempung) 1-100
13
Rock salt 30-1x10 Groundwater (Airtanah) 0,5-300
(Garambatu)
Granite (Granit) 200-100.000 Sea water (Air asin) 0,2
Andesite (Andesit) 1,7x102-45x104 Magnetite (Magnetit) 0,01-1.000
Basalt (Basal) 200-100.000 Drygravel (Kerikil 600-10.000
kering)
Limestones 500-10.000 Alluvium (Aluvium) 10-80
Sandstones
(Gampimg) 200-8.000 Gravel (Kerikil) 100-600
Breksi
(Batupasir) 75-200 Silt (Lanau) 10-200
Marls 3-70 Tufa Vulkanik 20-100
Konglomerat
(Batulumpur) 2x103-104 Lava 100-500x104
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 LOKASI PENELITIAN

Gambar 5. Peta lokasi kuliah lapangan metode geolistrik 1D

Pengambilan data lapangan telah dilaksanakan pada tanggal 21


Desember 2018 bertempat di depan Stadion Mini UHO, Kendari. Pada gambar
di atas terdapat 2 line pengukurun. Tiap-tiap line memiliki panjang lintasan 500
meter. Konfiguasi yang digunakan adalah konfigurasi Schlumberger

III.2 ALAT DAN BAHAN


Alat dan Bahan yang digunakan diperlihatkan pada Tabel 1 :
Tabel 1. Alat dan Bahan Kuliah Lapangan
No Alat danBahan Fungsi
Resistivitymeter single Untuk melakukan pengukuran dan
1
chanel perhitungan parameter data.
Handy GPS (Global Untuk menentukan titik-titik
2 Positioning System) Garmin pengukuran
s78
Untuk mencatat data yang diperoleh
3 Alat Tulis
dilapangan
Sebagai alat bantu untuk menancapkan
4 Palu
elektroda
Untuk menginjeksikan arus ke bawah
5 Elektroda permukaan bumi dan mengukur
potensial listrik
Sebagai sumber energi ketika
6 Aki
menginjeksikan arus
Untuk mengukurpanjang bentangan
7 Rol meter
elektroda
Untuk menjalankan program
8 Laptop (software) yang digunakan dalam
pengolahan data
9 Kabel Sebagai penghubung setiap elektroda
Untuk berkomunikasi jarak jauh pada
10 Handy Talky (HT)
saat pengukuran dilapangan
Untuk menghubungkan aki dengan
11 Kabel Penghubung
resistivity meter
12 Kamera Handphone Untuk dokumentasi
Microsoft Office Excel Untuk menghitung hasil pengukuran
13
2007 lapangan
Untuk memperlihatkan gambaran
14 Software Progress kedalaman dan ketebalan perlapisan
bawah permukaan
III.3 PROSEDUR PENELITIAN
Dalam pelaksanaan penelitian ini ada 5 (lima) tahapan yang dilakukan,
yaitu survei pendahuluan, penyiapan alat, pengambilan data (data acquisition),
pengolahan data (data processing), dan interpretasi (interpretation) :
1. Survei pendahuluan
Agar data yang diperoleh berkualitas baik serta mewakili daerah
penelitian maka harus dilakukan survei pendahuluan dengan menentukan
koordinat titik pengukuran, desain survei, menentukan letak titik pengukuran,
menentukan panjang lintasan, dan jarak antar lintasan.

2. Penyiapan alat.
Peralatan utama yang dipakai dalam pengambilan data adalah
Resistivitymeter single chanel. Berikut tahapan penyiapan alat di lapangan:
1) Merangkai serta menyusun alat sesuai dengan prosedur yang benar.
2) Menentukan jarak titik elektroda potensial MN dan arus AB menggunakan
roll meter.
3) Menancapkan elektroda potensial MN dan elektroda arus AB pada jarak yang
sudah ditentukan menggunakan palu.
4) Menghubungkan Aki (Power Supply), Resistivitymeter single chanel dan
eletroda-elektroda menggunakan kabel penghubung.
5) Mengaktifkan power pada resistivitymeter

3. Pengambilan Data
Proses akuisisi data di lapangan dilakukan dengan menggunakan
konfigurasi Schlumberger. Pada lokasi pengukuran, jumlah lintasan sebanyak 2
lintasan pengukuran. Untuk masing-masing lintasan, panjang lintasannya yaitu
500 m.

4. Pengolahan data (data processing)


Data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan adalah berupa nilai
tahanan jenis semu.Untuk mengetahui informasi litologi bawah permukaan bumi
diperlukan nilai tahanan jenis sebenarnyadari setiap lapisan bawah permukaan
sehingga perlu dilakukan pengolahan data. Metode pengolahan data yaitu
interpretasi langsung dengan menggunakan perangkat lunak komputer
(software). Dalam penelitian ini, software yang digunakan yaitu software
Progress v 3.0. dimana output yang dihasilkan oleh software Progress v 3.0 ini
berupa resitivitas log nilai resistivitas setiap lapisan.

5. Interpretasi data (data interpretation)


Interpretasi data dilakukan dengan menganalisa nilai resistivitas perlapisan
pada tiap-tiap titik pengukuran guna menduga litologi tiap-tiap lapisan. Seluruh
hasil pengolahan data pada tiap titik pengukuran diinterpretasi secara kualitatif
menggunakan tabel resistivitas material bumi (Rolia Eva,2015) dan (Telford dkk,
1990 dalam Priambodo, dkk., 2011)

III.4 AKUISISI DATA


Proses akuisisi data di lapangan dilakukan dengan menggunakan
konfigurasi Schlumberger. Pengukuran dilakukan dengan menekan tombol Inject
(menginjeksikan arus), kemudian menekan tombol Hold untuk mengetahui nilai
arus dan beda potensial, kemudian mencatat data kuat arus yang dan beda
potensial pada tabel pengamatan. Pada penelitian ini konfigurasi yang digunakan
adalah konfigurasi schlumberger. Dimana aturan untuk konfigurasi ini adalah
elektroda arus dipindahkan lebih jauh dari titik tengah setiap selesai melakukan
pengukuran agar menghasilkan arus yang dapat menembus lapisan yang lebih
dalam.
Untuk jarak elektroda arus (AB) yang sudah cukup jauh, maka jarak
elektroda potensial (MN) juga diperbesar. Pengukuran ini dilakukan pada tiap
titik sounding dengan mencatat posisi koordinat. Data yang diperoleh dari
pengukuran ini berupa arus (I) dan potensial (V)
III.5 PROSESING DATA
Data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan adalah berupa nilai
tahanan jenis semu.Untuk mengetahui informasi litologi bawah permukaan bumi
diperlukan nilai tahanan jenis sebenarnyadari setiap lapisan bawah permukaan
sehingga perlu dilakukan pengolahan data. Metode pengolahan data yaitu
interpretasi langsung dengan menggunakan perangkat lunak komputer
(software). Dalam penelitian ini, software yang digunakan yaitu software
Progress v 3.0. dimana output yang dihasilkan oleh software Progress v 3.0 ini
berupa resitivitas log nilai resistivitas setiap lapisan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL

Gambar 6. Hasil pengolahan data untuk line 1


Gambar 7. Hasil pengolahan data untuk line 2
IV.2 PEMBAHASAN

Interpretasi hasil pengolahan data Vertical Electrical Sounding (VES)


berdasarkan peta geologi daerah penelitian dan tabel nilai resistivitas material
bumi (Rolia Eva,2015) dan (Telford dkk, 1990 dalam Priambodo, dkk., 2011)
pada Tabel 1 dan Tabel 2 maka dapat dilakukan interpretasi sebagai berikut :
Pengambilan data pada line 1 dengan panjang bentangan 500 m dari hasil
pengolahan data menggunakan software Progress Versi 3.0 dengan nilai RMS
error sebesar 34.4763 % (Gambar 6). Dari gambar 6, terlihat bahwa pada lapisan
pertama dengan nilai resistivitas sebesar 129.26 Ωm dengan ketebalan lapisan 0 –
12.5 m diduga sebagai top soil. Kemudian lapisan dibawah nya dengan nilai
resistivitas 0.64 – 6.45 Ωm diduga sebagai lapisan akuifer atau lapisan batuan
yang memiliki porositas baik dengan diisi oleh fluida, hal ini diindikasikan
dengan nilai resistivitas yang kecil. Setelah itu lapisan dibawah nya cenderung
memiliki nilai resistivitas yang tinggi dengan kisaran 1070.76 – 43961.35 Ωm,
lapisan ini dapat diduga sebagai lapisan bedrock atau lapisan batuan konglomerat.
Dari gambar 7, terlihat bahwa pada lapisan pertama dengan nilai resistivitas
sebesar 11.65 Ωm dengan ketebalan lapisan 0 – 1 m diduga sebagai top soil basah,
hal ini diindikasikan nilai resistivitas yang kecil sehingga dimungkinkan pada
lapisan tersebut terkandung bahan yang baik dalam menghantarkan listrik bisa
diakibatkan fluida atau bahan-bahan logam. Kemudian lapisan dibawah nya
dengan nilai resistivitas 484.08 – 2286.57 Ωm diduga sebagai lapisan pasir
dengan ketebalan lapisan 2-3 m, diduga lapisan ini merupakan bekas timbunan.
Setelah itu lapisan dibawah nya cenderung memiliki nilai resistivitas yang rendah
dengan kisaran 0.17 – 35.96 Ωm, lapisan ini dapat diduga sebagai lapisan batuan
yang memiliki porositas yang baik dengan mengandung fluida (air tanah).
BAB V
PENUTUP

V.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari pengukuran metode geolistrik 1D (Konfigurasi


Schlumberger), adalah :
1. Dalam pengukuran di lapangan digunakan 2 line, dimana setiap line memiliki
panjang lintasan 500 m. Setelah dilakukan pengukuran didapatkan nilai
resistivitas, kemudian dilakukan pengolahan data di software Progress maka
didapatkan resitivitas log setiap lapisan. Setelah itu dilakukan interpretasi dari
resitivitas log yang ditampilkan.
2. Untuk line 1, nilai resistivitas pada lapisan pertama sebesar 129.26 Ωm dengan
ketebalan lapisan 0 – 12.5 m diduga sebagai top soil. Kemudian lapisan
dibawah nya dengan nilai resistivitas 0.64 – 6.45 Ωm diduga sebagai lapisan
akuifer atau lapisan batuan yang memiliki porositas baik dengan diisi oleh
fluida, hal ini diindikasikan dengan nilai resistivitas yang kecil. Setelah itu
lapisan dibawah nya cenderung memiliki nilai resistivitas yang tinggi dengan
kisaran 1070.76 – 43961.35 Ωm, lapisan ini dapat diduga sebagai lapisan
bedrock atau lapisan batuan konglomerat.
3. Untuk line 2, nilai resistivitas lapisan pertama sebesar 11.65 Ωm dengan
ketebalan lapisan 0 – 1 m diduga sebagai top soil basah, hal ini diindikasikan
nilai resistivitas yang kecil, dimungkinkan pada lapisan tersebut terkandung
bahan yang baik dalam menghantarkan listrik bisa diakibatkan fluida atau
bahan-bahan logam. Kemudian lapisan dibawah nya dengan nilai resistivitas
484.08 – 2286.57 Ωm diduga sebagai lapisan pasir dengan ketebalan lapisan 2-
3 m, diduga lapisan ini merupakan bekas timbunan. Setelah itu lapisan dibawah
nya cenderung memiliki nilai resistivitas yang rendah dengan kisaran 0.17 –
35.96 Ωm, lapisan ini dapat diduga sebagai lapisan batuan yang memiliki
porositas yang baik dengan mengandung fluida (air tanah).
V.2 SARAN

Adapun saran yang bisa saya berikan dari pelaksanaan kuliah lapangan
metode geolistrik 1D adalah sebaiknya disediakan alat resistivity meter yang
berfungsi baik agar bisa menghasilkan nilai pengukuran yang sesuai dengan
kenyataan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Allred, K. D., & Smith, T. W, 1989. The hardy personality: cognitve and
physiological responses to evaluative threat.Journal of Personality
andSocial Psychology, Vol. 56, No.2 , 257-266.
Ayu Margaworo P 2009, Identifikasi batuan dasar didesa kroyo, karang malang
kabupaten sragen menggunakan metode Geolistrik konfigurasi
Dipole-dipole. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Bahri, 2005, Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan Topik Metoda
Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, ITS, Surabaya.
Damtoro, Juswanto.2007.Geologi dan Geolistrik. Jurusan Teknik Pertambangan,
Institut Teknologi Bandung.
Halik, G., dan Widodo, J., 2008, Pendugaan Potensi Air Tanah dengan Metode
Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Kampus Tegal Boto
Universitas Jember, Media Teknik Sipil, Universitas Jember
Juandi, 2008, Analisis Air Bawah Tanah Dengan Metode Geolistrik. Fmipa
Universitas Riau.
Loke, M.H., 2000, Electrical Imaging Surveys For Environmental and
Engineering Studies, A practical guide to 2-D and 3-D surveys,
http://www.geo.mtu.edu/~ctyoung/LOKENOTE.PDFNigeria,Departem
ent of Earth Sciences, Olabisi Onabanjo Univesity, Ogun State
Milsom, J. 2003. Field Geophysics, The Geological Field Guide Series. England :
Sussex PO19 8SQ.
Reynolds, J.M, 1997, An Introduction to Applied and Environmental Geophysics,
New York.
Rolia, Eva. 2015. Analisis Potensi Air Tanah di Kelurahan Imopuro Metro
dengan Menggunakan Perhitungan Metode Resty. Universitas
Muhammadiyah Metro. Lampung.
Rusmana,E.,Sukido,D.,Haryono,Simandjuntak,T.O.,1993,Geologi Lembar
lasusua Kendari, Sulawesi, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi,Bandung.
Salam, Nur, 2018.Pemodelan 2d lapisan tanah dengan metode resistivitas pada
eks. Lahan rumah sakit umum daerah provinsi sulawesi
tenggara,Kendari : Universitas Halu Oleo.
Said Ahmad, 2016.Identifikasi Litologi Bawah Permukaan Menggunakan Metode
Geolistrik Dipole-Dipole Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.
Yogyakarta : Univeritas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Sharma, Subhash (1996), Applied Multivariate Techniques, John Wiley & Sons,
Inc, New York.
Simanjuntak, T.O., Surono, dan Sukido, 1993, Peta Geologi Lembar Kolaka,
Sulawesi, skala 1: 250.000. Pusat Peneltian dan Pengembangan
Geologi.
Surono, 2013, Geologi Lengan Tenggara Sulawesi, Pusat Badan Geologi,
Bandung.
Telford, W.M., Geldart, L.P. dan Sheriff, R.E.,1990, Applied Geophysics,
Second Edition, Cambridge University Press, New York.
LAMPIRAN

- Prosesing Data

Pengolahan data di Microsoft Excel untuk lintasan 1 :


Lintasan 1
Rho = K.V/I

AB/2 MN/2
K Arus (mA) Potensial rho (ohm.m)
(m) (m)
2 0.5 11.781 136 980 84.8925
3 0.5 27.488 151 628 114.3209536
4 0.5 49.479 197 569 142.9114264
5 0.5 77.752 145 353 189.2859034
5 1 37.698 146 754 194.6869315
6 1 54.976 145 604 229.0034759
8 1 98.957 202 574 281.1946436
10 1 155.504 133 234 273.5935038
10 2 75.396 133 481 272.6727519
12 2 109.953 132 340 283.2122727
15 2 173.568 129 248 333.6811163
18 2 251.32 65 96.5 373.1135385
20 2 311.009 101 16.8 51.7321901
20 4 150.792 104 209 303.0339231
25 4 239.147 52 143.8 661.3334346
30 4 347.136 107 153.3 497.3453159
40 4 622.017 107 104.5 607.4838925
50 4 975.436 21 60.4 2805.539733
50 10 376.98 23 111.6 1829.172522
60 10 549.763 44 71.4 892.1154136
80 10 989.573 42 50.8 1196.912105
100 10 1555.043 30 44 2280.729733
100 20 753.96 30 147.7 3711.9964
120 20 1099.525 11 115.1 11505.02977
150 20 1735.679 18 88.9 8572.325728
180 20 2513.2 29 90.4 7834.251034
200 20 3110.085 63 84.6 4176.399857
200 40 1507.92 95 12.5 198.4105263
250 40 2391.467 26 9.8 901.3991

-Proses smoothing lintasan 1 :


log rho
1.928869
2.058126
2.155067
2.277118 -0.01222 2.277118 - 2.289337
2.289337 2.277118 -0.01222 + 2.289337
2.359842 2.347624
2.449007 2.436789
2.437106 2.424887 0.001464 2.424887 - 2.423423
2.435642 2.423423 2.424887
2.452112 2.439894 2.441358
2.523332 2.511113 2.512577
2.571841 2.559622 2.561087
1.713761 1.701542 1.703006 -0.76773
2.481491 2.469273 2.470737 1.703006
2.82042 2.808202 2.809666 2.041936
2.696658 2.68444 2.685904 1.918173
2.783535 2.771316 2.77278 2.00505
3.448016 3.435798 3.437262 2.669532 0.185762
3.262255 3.250036 3.2515 2.48377 2.669532
2.950421 2.938203 2.939667 2.171936 2.357698
3.078062 3.065844 3.067308 2.299577 2.485339
3.358074 3.345855 3.347319 2.579589 2.765351 -0.21153
3.569608 3.557389 3.558853 2.791123 2.976884 2.765351
4.060888 4.048669 4.050133 3.282403 3.468165 3.256631
3.933099 3.92088 3.922344 3.154614 3.340376 3.128842
3.893997 3.881779 3.883243 3.115513 3.301274 3.089741
3.620802 3.608584 3.610048 2.842317 3.028079 2.816545 1.323237
2.297565 2.285346 2.28681 1.51908 1.704842 1.493308 2.816545
2.954917 2.942699 2.944163 2.176432 2.362194 2.15066 3.473898

-Hasil proses smoothing :


log rho rho AB/2 rho
1.928869 84.8925 2 84.8925
2.058126 114.321 3 114.321
2.155067 142.9114 4 142.9114
2.277118 189.2859 5 189.2859
2.347624 222.6504 6 222.6504
2.436789 273.3937 8 273.3937
2.424887 266.0034 10 266.0034
2.441358 276.2852 12 276.2852
2.512577 325.5196 15 325.5196
2.561087 363.9875 18 363.9875
1.703006 50.46687 20 50.46687
2.041936 110.1376 25 110.1376
1.918173 82.82723 30 82.82723
2.00505 101.1696 40 101.1696
2.669532 467.2309 50 467.2309
2.357698 227.8757 60 227.8757
2.485339 305.7308 80 305.7308
2.765351 582.5735 100 582.5735
3.256631 1805.639 120 1805.639
3.128842 1345.37 150 1345.37
3.089741 1229.534 180 1229.534
2.816545 655.4586 200 655.4586
3.473898 2977.815 250 2977.815

Pengolahan data di Microsoft Excel untuk lintasan 2 :

Lintasan 2

AB/2 MN/2
K Arus (mA) Potensial rho (ohm.m)
(m) (m)
2 0.5 11.781 50 1297 305.59914
3 0.5 27.488 59 950 442.6033898
4 0.5 49.479 50 564 558.12312
5 0.5 77.752 46 389 657.5114783
5 1 37.698 46 774 634.3098261
6 1 54.976 34 487 787.4503529
8 1 98.957 48 418 861.7505417
10 1 155.504 36 175.5 758.082
10 2 75.396 36 276 578.036
12 2 109.953 34 160.9 520.3364029
15 2 173.568 30 76.7 443.75552
18 2 251.32 36 34 237.3577778
20 2 311.009 30 7.5 77.75225
20 4 150.792 30 53.7 269.91768
25 4 239.147 21 21.7 247.1185667
30 4 347.136 22 14.4 227.2162909
40 4 622.017 14 0.8 35.54382857
50 4 975.436 22 0.7 31.0366
50 10 376.98 22 27.3 467.7979091
60 10 549.763 22 14.7 367.3416409
80 10 989.573 17 10.2 593.7438
100 10 1555.043 62 1.3 32.60574032
100 20 753.96 62 44.8 544.7969032
120 20 1099.525 157 38.7 271.0294108
150 20 1735.679 64 33 894.9594844
180 20 2513.2 99 31.2 792.0387879
200 20 3110.085 59 29.5 1555.0425
200 40 1507.92 60 30.8 774.0656
250 40 2391.467 63 28.2 1070.466181

-Proses smoothing lintasan 2 :


log rho
2.485152
2.646015
2.74673
2.817903 0.015602 2.817903 - 2.802301
2.802301 2.817903 0.015602 + 2.802301
2.896223 2.911825
2.935382 2.950983
2.879716 2.895318 0.117761
2.761955 2.777557 2.895318
2.716284 2.731886 2.849647
2.647144 2.662746 2.780507
2.375403 2.391005 2.508767
1.890713 1.906315 2.024076 -0.54052
2.431231 2.446833 2.564595 2.024076
2.392905 2.408507 2.526269 1.98575
2.356439 2.372041 2.489803 1.949284
1.550764 1.566366 1.684127 1.143609
1.491874 1.507476 1.625237 1.084719 -1.17818
2.670058 2.68566 2.803421 2.262903 1.084719
2.56507 2.580672 2.698433 2.157915 0.979731
2.773599 2.789201 2.906962 2.366444 1.18826
1.513294 1.528896 1.646657 1.106139 -0.07205 -1.22294
2.736235 2.751837 2.869598 2.329079 1.150895 -0.07205
2.433016 2.448618 2.56638 2.025861 0.847677 -0.37526
2.951803 2.967405 3.085167 2.544648 1.366464 0.143524
2.898746 2.914348 3.03211 2.491591 1.313407 0.090467
3.191742 3.207344 3.325105 2.784587 1.606403 0.383462 0.302964
2.888778 2.90438 3.022141 2.481623 1.303438 0.080498 0.383462
3.029573 3.045175 3.162936 2.622418 1.444234 0.221293 0.524258

-Hasil proses smoothing :


log rho rho AB/2 rho
2.485152 305.5991 2 305.5991
2.646015 442.6034 3 442.6034
2.74673 558.1231 4 558.1231
2.817903 657.5115 5 657.5115
2.911825 816.2535 6 816.2535
2.950983 893.2715 8 893.2715
2.895318 785.811 10 785.811
2.849647 707.3713 12 707.3713
2.780507 603.2634 15 603.2634
2.508767 322.676 18 322.676
2.024076 105.7003 20 105.7003
1.98575 96.77211 25 96.77211
1.949284 88.97834 30 88.97834
1.143609 13.91903 40 13.91903
1.084719 12.15399 50 12.15399
0.979731 9.544009 60 9.544009
1.18826 15.42623 80 15.42623
-0.07205 0.847139 100 0.847139
-0.37526 0.421441 120 0.421441
0.143524 1.391629 150 1.391629
0.090467 1.231591 180 1.231591
0.383462 2.418034 200 2.418034
0.524258 3.343933 250 3.343933
- Foto-foto Kegiatan

- Peralatan Geolistrik 1D

- Proses pengukuran dengan Resistivitymeter


- Penancapan Elektroda

- Foto bersama antara praktikan dan asisten

Anda mungkin juga menyukai