PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian merupakan salah satu siklus hidup yang pasti dilalui oleh setiap
orang. Pada orang yang meninggal, kematian berarti hilangnya berbagai hak dan
dan metabolisme sel organ-organ internal tubuh terhenti. Dikenal beberapa istilah
kematian, yaitu mati somatis, mati seluler, mati serebral, dan mati batang otak.
Perubahan pada tubuh dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit
kemudian. Tanda-tanda kematian dibagi atas tanda kematian pasti dan tidak pasti.
Tanda kematian tidak pasti adalah penafasan berhenti, sirkulasi terhenti, kulit
pucat, tonus otot menghilang dan relaksasi, pembuluh darah retina mengalami
lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh
mulai terjadi sekitar empat menit setelah kematian. Dekomposisi terbagi menjadi
1
2 proses yaitu dekomposisi putrefactive dan autolisis. Dekomposisi putrefactive
dan golongan proteus. Salah satu spesies yang paling sering dikaitkan dalam
proses putrefactive adalah klostridium welchii.8 Selain bakteri ini terdapat jenis
bakteri pengurai lain yang mampu mendekomposisi organisme yang telah mati,
organik lain menjadi CO2, gas amoniak dan senyawa-senyawa yang lebih
tubuh yang terjadi dalam kondisi steril dan tidak terdapat keterlibatan dari bakteri.
Autolisis terjadi akibat proses enzimatik dari sel tubuh sendiri. Setelah terjadi
kematian maka bakteri yang normal berada dalam tubuh akan menginvasi ke
jaringan tubuh, dimana darah adalah medium yang paling baik untuk
bagi menjadi kematian wajar dan kematian tidak wajar. Kematian wajar adalah
kematian yang terjadi akibat ketuaan atau penyakit. Kematian tidak wajar adalah
2
kematian yang terjadi akibat suatu peristiwa pembunuhan, bunuh diri, serta
kecelakaan.1
jenazah.1
pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
embalming
3
D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teknis
selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
orang mati pada posisi fisik yang dapat diterima. 3 Pengawetan jenazah dapat
dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi pada kematian tidak wajar
penguburan atau kremasi lebih dari 24 jam. Hal ini penting karena di Indonesia
yang beriklim tropis, dalam 24 jam mayat sudah mulai membusuk, mengeluarkan
jenazah dari suatu tempat ke tempat lain, harus dijamin bahwa jenazah tersebut
aman, artinya tidak berbau, tidak menularkan bibit penyakit ke sekitarnya selama
dan untuk mencegah adanya gugatan di belakang hari, harus mensyaratkan bahwa
5
jenazah akan diangkut telah diawetkan secara baik, yang dibuktikan oleh suatu
sertifikat pengawetan.1
adalah seorang individu yang memenuhi syarat untuk disinfeksi atau memelihara
jenazah dengan suntikan atau aplikasi eksternal antiseptik, desinfektan atau cairan
kematian disebabkan oleh penyakit menular atau infeksi sehingga tubuh jenazah
Embalming di Mesir dilakukan karena dua alasan: (1) Agama (2) Sanitasi. (1)
orang pertama yang percaya pada keabadian jiwa. Mereka percaya bahwa jiwa
tidak akan pernah sepenuhnya meninggalkan tubuh selama tubuh itu tetap utuh.
Embalming adalah untuk tujuan melestarikan tubuh sehingga jiwa dapat kembali
adalah perjalanan 3.000 tahun, jiwa harus dibuat sebelum dapat kembali ke tubuh.
Pada saat itu, seluruh manusia akan bangkit dari kematian dan hidup bersama
6
menguburkan orang mati di lembah Sungai Nil yang akan sering dibanjiri air.
Orang-orang Mesir rupanya juga mencatat bahwa kondisi tidak bersih ini
metode embalming mereka adalah "seni yang hilang" tetapi sebenarnya itu agak
kesuksesan mereka tidak diragukan lagi karena iklim panas yang kering. Mayat
dihancurkan oleh aksi bakteri. Panas dan kurangnya kelembaban adalah musuh
dengan resin.
perut. Organ-organ itu dicuci dan dicampur dengan resin dan rempah-rempah
Tindakan kaustik larutan (garam natrium) akan menyebabkan kuku dan kuku
7
(4) Langkah 4: Dehidrasi. Tubuh dibersihkan, diluruskan dan dibiarkan
(5) Langkah 5: Membungkus. sekitar 1.200 yard dari perban 3 1/4 inci digunakan
untuk membungkus tubuh. Getah atau lem menyatukan kain dan membantu
C. Tujuan Embalming
tujuan seperti (1) Kepercayaan, bahwa pengawetan mayat dapat menjaga jiwa
setelah kematian, seperti yang terjadi di Mesir dan untuk budaya lain misalnya,
jenazah tidak berbau busuk, lentur dan tidak kaku.1 Untuk itu diperlukan suatu
8
terlihat secara utuh. (3) Embalming juga dilakukan demi keperluan studi anatomi
dan penelitian untuk sistem vascular dengan vasografi, kinematika sendi dan
1. Tradisional
a. Mumifikasi
dingin.7,8 Kulit menjadi keras dan kasar, berubah dari kuning kecoklatan
ujung jari mumi membuat kuku tampak lebih panjang, inilah yang
menjadi mitos bahwa rambut dan kuku terus tumbuh setelah kematian. 7
Hal ini paling sering terlihat pada lingkungan yang hangat atau panas, 2
9
tetap diletakkan dalam tubuh karena orang Mesir Kuno percaya bahwa
ditutupi zat asin yang disebut Natron lalu dibiarkan kering selama 40 hari;
linen dan dibiarkan selama 30 hari; (6) setelah tahap mumifikasi selesai,
pada peti mati dan kemudian di sarcophagus dan dapat dikembalikan pada
keluarga.4,18
10
Gambar 3. Ekstremitas dapat mengalami mummifikasi lebih dini
tergantung pada interval postmortem.7
b. Preservation pada kondisi dingin atau es
tubuh atau bagian tubuh agar tetap awet dengan menggantikan komponen
air dan lemak pada tubuh atau organ mahluk hidup dengan menempelkan
specimen yang bisa disentuh, tidak berbau atau busuk, dan bahkan
oleh ahli anatomi Jerman Gunther Von Hagens pada tahun 1977, dan ia
11
1993.15
otot.15
dibutuhkan.
12
(3) Forced Impregnantion in a vacuum (Tekanan impregnasi), spesimen
13
Gambar 5. Plastinasi pada Jantung17
persiapan bahan langka atau yang secara historis penting untuk tampilan
hanya mempertahankannya.
membuat metode ini, harus melakukan “trial and error” untuk mencapai
14
hasil yang diinginkan sehingga menyebabkan konsumsi/pemborosan
spesimen langka yang tidak biasa; (3) Agak lebih mahal dan
mayat basah; (6) memiliki aplikasi terbatas dalam patologi oral, karena
2. Modern
15
Embalming merupakan sebuah "fiksasi" kimia protein sel. Secara
Setelah embalming selesai, tubuh hanya dapat diserang oleh udara yang
1) Desinfeksi
jaringan mati. Orang yang datang dan kontak langsung dengan tubuh
16
jenazah yang tidak embalming dapat terinfeksi serta ada kemungkinan
menjadi lalat atau agen lain mentransfer patogen untuk manusia dan
menginfeksi mereka.
2) Pelestarian
3) Restorasi
cairan embalming. Dalam kasus sirkulasi yang buruk, titik injeksi lain
atau aksila.
Adapun proses arterial embalming adalah sebagai berikut:3,5,10
17
b) Tubuh dicuci dan didesinfeksi
d) Mata tertutup. Hal ini biasanya dicapai dengan disk plastik kecil
di tempat
terdiri dari suatu reservoir galon 2-3 dan pompa listrik. Sebuah
g) Sebuah insisi dibuat di atas arteri karotid (di mana leher memenuhi
bahu) atau melalui arteri femoralis (di leg di pangkal paha). Arteri
18
vena yang menyertainya. Tabung ini melekat pada selang ke
trokar yang digunakan untuk aspirasi gas dan isi cairan di bawah
mati.
oleh kapiler darah di wajah yang tidak lagi hadir. Dalam kasus
19
wanita, kosmetik yang digunakan saat masih hidup juga dapat
2) Cavity embalming
Hisap cairan rongga tubuh mayat dan injeksi bahan kimia ke dalam
sayatan kecil tepat di atas pusar dan mendorong trocar di rongga dada
formaldehid terkonsentrasi.
3) Hypodermic embalming
Hypodermic embalming merupakan metode tambahan dimana injeksi
area yang tidak memiliki aliran arterial yang baik setelah dilakukan
injeksi arteri.
4) Surface embalming
Surface embalming merupakan metode tambahan yang menggunakan
permukaan kulit dan area superfisial lainnya dan juga area yang rusak,
1) Wangi
20
Untuk menghindari bau yang tidak menyenangkan pada jenazah dan
Selama ATP masih ada serabut aktin dan miosin berkontraksi. Bila
dan miosin otot berubah menjadi massa seperti jeli yang kaku
21
menjadi alkali. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
1. Peralatan
tubuh. Papan ini berbentuk ramping dan dapat dengan mudah meluncur di
bawah tubuh untuk membantu memindahkan tubuh dari satu meja atau
dipan lain.
b. Body lifts adalah metode lain yang digunakan untuk memindahkan tubuh
dari satu tempat ke tempat lain. Dapat berupa hydraulic atau elektrik.
Body lift ini dapat memindahkan tubuh dari meja ke peti mati, atau meja
22
tersedia, alat itu harus digunakan untuk menghindari cedera pada
embalmer.
c. Coolers Pendingin dapat secara drastis memiliki ukuran dan gaya yang
gravity and bulb syringe, hand pump dan air pressure machine. Gravity
pump memiliki satu selang untuk menciptakan tekanan dan satu selang
23
dipertimbangkan untuk digunakan karena pemadaman listrik akan
Saat ini, peralatan injeksi yang paling umum digunakan adalah embalming
bahkan secara otomatis mengatur laju aliran dan tekanan untuk embalmer.
24
rias, dan penyimpanan, di antara penggunaan lainnya. Meja ini dapat
berupa meja yang kokoh dan dibuat untuk tetap berada di satu tempat,
atau dapat ringan dan bergerak untuk lebih mudah menggerakkan tubuh.
Beberapa meja dapat disesuaikan, dan beberapa dapat dilipat dua untuk
memudahkan penyimpanan.
ukuran dan variasi. Instrumen ini umumnya dapat digunakan untuk banyak
tugas dan biasanya terbuat dari baja dan dilapisi dengan nikel atau krom.
Instrumen diperlakukan secara kimia agar tahan panas dan tahan lama.
digunakan. Bahan kimia sterilisasi dingin yang baik atau autoklaf dapat
25
menular, desinfeksi dapat dianggap cukup. Namun perlu dicatat bahwa hanya
tube (canunula), autopsy aspirator, Botol injeksi, cavity fluid injector, Tabung
26
kalvarium ke tengkorak setelah otopsi tengkorak. Eyecaps dimasukkan di
bawah kelopak mata, baik untuk membantu menjaga kelopak mata tetap
tertutup dan untuk membantu mempertahankan bentuk mata. Alat ini terbuat
dari plastik dengan grippers kecil untuk membantu penutupan. Mouth former
digunakan untuk mengganti gigi jika almarhum tidak memiliki cukup gigi
nyata atau gigi palsu. Needle injector barbs Jarum injektor duri adalah benda
kawat tajam yang dimasukkan ke mandibula dan rahang atas dengan injektor
menutup tusukan yang disebabkan oleh trokar. Alat ini terbuat dari plastik,
tombol trokar. Tombol Trokar juga dapat digunakan untuk menutup tusukan
pelindung diri, atau APD adalah suatu keharusan. APD harus menutupi
embalmer dari kepala hingga kaki tanpa kulit terbuka. Ini terdiri dari sarung
tangan sekali pakai, masker bedah, topi atau tudung bedah, pelindung wajah,
gaun tahan air, dan alas kaki tertutup, non-slip dengan sepatu non-slip atau
27
Gambar 8. Alat Pelindung Diri (APD) harus digunakan oleh embalmer 3
1. Bahan Kimia
a. Formaldehida9
termasuk manusia.
2) Sifat Formaldehida
Dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa
larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar 37% menggunakan merk
28
dagang 'formalin' atau 'formol'). Formalin bersifat asam karena
itu larutan formalin 10% harus dibuat netral atau sedikit alkalis
polioksimetilena.
3) Produksi
a) Formal Calcium
4) Kegunaan
29
Formaldehida diabsorbsi di jaringan dengan baik, tetapi relatif lambat.
dipaparkan pada senyawa ini dengan jangka waktu yang cukup lama
alkohol dan polietilen glikol tanpa aldehid. Efek kryofix pada fiksasi
30
dibandingkan formaldehid. Hal ini berhasil pada uji di laboratorium.
c. Glutaraldehid9
31
dibandingkan formaldehid, namun harga glutaraldehid lebih mahal 4-5
formaldehid. Sampai saat ini, belum ada data yang menyebutkan efek
2. Komposisi Embalming
Pada pengawetan jenazah yang dilakukan pada 100 orang mayat, cairan
memiliki kapasitas 500 liter air yang mengandung 10% formalin. Semua
formalin fenol, menthylated spirit, gliserin dan air. Proporsi bahan-bahan ini
32
Efek dari bahan kimia ini adalah untuk mendenaturasi dan mengentalkan
protein yang membentuk dasar dari semua jaringan sehingga sementara masih
itu memiliki efek mensterilkan jaringan. Methyl Spirit adalah bahan yang unik
Formalin menembus sangat dalam dan merupakan fiksatif yang sangat baik
asalkan mencapai semua bagian. Tetapi memiliki aksi yang relatif lambat.
keras dan hitam. Fenol adalah zat anti bakteri dan antijamur (pengawet) di
alkohol isopropil. 2 galon propilen glikol. 1⁄4 galon amfil 1⁄2 galon formalin
buffered 10%. 500 liter fenol cair. Setelah cairan ditambahkan, tangki
gravitasi diisi dengan air untuk mencapai kapasitas tangki sepuluh galon,
G. Proses Embalming
33
Proses embalming dimulai dengan mencuci dan desinfeksi seluruh tubuh.
Mulut, hidung, dan lubang lainnya dibersihkan dan ditutup untuk mencegah
ekskresi yang bisa menjadi sumber penyakit atau infeksi. Bahan pengawet kimia
kemudian disuntikkan ke dalam tubuh melalui satu atau lebih arteri, sementara
cairan tubuh dikeluarkan melalui pembuluh darah yang sesuai. Bahan pengawet
fisik dari protein tubuh, sehingga tidak bisa lagi berfungsi sebagai host untuk
1. Indikasi Embalming
a. Adanya penundaan penguburan atau kremasi lebih dari 24 jam: Hal ini
dari suatu tempat ke tempat lain, harus dijamin bahwa jenazah tersebut
34
c. Jenazah meninggal akibat penyakit menular: Jenazah yang meninggal
2. Kontraindikasi Embalming
benda bukti berdasarkan pasal 233 KUHP. Oleh karena itu setiap kematian
kematian yang tidak wajar. Cara kematian pada kematian tidak wajar adalah
pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan. Pada kasus kematian tidak wajar,
KUHAP. Adapun yang termasuk dalam kategori kasus yang harus dilaporkan
ke penyidik adalah:1
35
c. Adanya penemuan mayat dimana penyebab dan informasi mengenai
penyebab kematiannya.
mayat. Pada prinsipnya embalming hanya boleh dilakukan oleh dokter pada
mayat yang meninggal secara wajar (natural death), sedangkan pada mayat
36
menghancurkan, merusak, membikin tak dapat dipakai, menghilangkan
orang lain untuk kepentingan umum, diancam dengan pidana penjara paling
bertugas memilah kasus kematian wajar dan tidak wajar, maka tugas
memilah kasus seringkali justru ada pada embalmer yang menjadi orang
karena adanya bukti-bukti tindak pidana yang hilang atau berubah dan
berdasarkan pasal 233 KUHP. Jika pada kasus ini dilakukan juga gugatan
37
perdata, maka pihak rumah duka pun dapat saja ikut dilibatkan sebagai
pihak tergugat.
Atas dasar itu tentu dapat dimengerti mengapa beberapa embalmer yang
hasilnya jelek dan merugikan keluarga, maka pihak rumah duka sebagai
38
berbeda dengan pengawetan jenazah untuk keperluan lain. Prioritas pertama
adalah untuk pelestarian jangka panjang bukan untuk presentasi atau tampilan.
jangka panjang yang baik dari organ dan jaringan dengan penyusutan atau
bahaya bahan kimia ini ditempat kerja dan (7) Retensi warna jaringan dan
39
3. Embalming dari sudut pandang agama
bahwa roh akan tetap berada di tubuhnya dari mulai kematian setelah
pemakaman.
40
c. Sudut pandang agama Hindu
41
BAB III
KASUS JURNAL
A. Abstrak12
mayat itu akan digunakan untuk tujuan akademis atau harus diangkut. Dengan
tidak adanya kerabat dekat almarhum, seorang pekerja sosial medis yang
Anatomi yang berlaku di berbagai wilayah di India. Jadi, ada kebutuhan untuk
udara, kereta api, dan jalan karena prosedur ini tidak dilakukan secara rutin
B. Pendahuluan12
42
dilakukan sebagai bagian dari rutinitas di India, seperti negara-negara barat.
Tetapi hanya dilakukan jika jenazah akan digunakan baik untuk tujuan akademis
atau harus diangkut. Jenazah yang diawetkan diangkut melalui beberapa kota atau
orang yang meninggal berbeda dari tempat asalnya. Situasi ini banyak dijumpai
pada tentara yang mati di zona pertempuran atau wisatawan yang mati di tanah
atau prosedur untuk transportasi. Kasus ini menyoroti kekosongan dan perlunya
pedoman tersebut.
C. Laporan Kasus12
yang buruk, dirujuk dari sebuah rumah sakit di Kepulauan Andaman Nicobar ke
Selama konsultasi dan perawatan lebih lanjut sebagai pasien rawat inap di rumah
sakit, ia tidak didampingi oleh anggota keluarga kecuali pekerja sosial medis dari
43
pengangkutan jenazah melalui udara untuk penyelesaian ritual terakhir di
Kepulauan Andaman Nicobar. Usaha tertulis diperoleh dari kata pekerja sosial
medis, bahwa ia adalah satu-satunya orang yang tersedia dan bertanggung jawab
atas tubuh orang yang meninggal dan bahwa dia bertindak atas nama keluarga
melalui udara.
D. Diskusi12
sukarela dari seluruh tubuh setelah kematian dan untuk memungkinkan mayat
44
yang tidak diklaim digunakan untuk mengajar di perguruan tinggi medis dan
rumah sakit.
meninggal di penjara atau rumah sakit swasta atau tempat umum di daerah di
Dalam kasus yang dilaporkan saat ini, anggota keluarga almarhum telah
"kerabat dekat" sebagai pasangan, orang tua, anak-anak dan saudara kandung dari
almarhum termasuk orang lain yang terkait dengan kekerabatan garis, (dalam tiga
derajat) dan kerabat jaminan agunan ( dalam enam derajat), atau siapa saja yang
dikaitkan dengan perkawinan dengan salah satu dari hubungan yang disebutkan di
mayat atau memberikan sumbangan tubuh. Bagaimanapun juga, dalam kasus ini,
pekerja sosial medis tersebut tidak datang di bawah definisi istilah "kerabat
satunya orang yang tersedia dalam situasi tersebut, yang bertanggung jawab atas
45
tubuh orang yang meninggal tersebut. Ini yang menjadi pertanyaan, yaitu
mengenai validitas persetujuan yang diberikan oleh orang yang menemani tubuh
almarhum, terutama, jika orang yang menemani bukan kerabat atau teman orang
yang meninggal.
Menurut Bagian 5B, ayat (1) dan (2) dari Undang-Undang Anatomi
Maharashtra 2014, sumbangan dapat dilakukan oleh orang yang secara sah
jenazah kepentingan pemakaman oleh kerabat dekat, atau petugas resmi atau
petugas konsuler, otorisasi ekspor yang dikeluarkan oleh petugas kesehatan , dan
melalui udara, kereta api, jalan, maka sertifikat seperti sertifikat kematian dari
dokter, sertifikat izin polisi, sertifikat embalming, sertifikat peti mati, dan nomor
46
pemesanan PNR untuk penumpang dengan siapa mayat akan dipesan karena
dekat atau orang yang bertanggung jawab lainnya seperti teman dan wali dari
orang yang meninggal atau setiap petugas yang berwenang, terutama selama tidak
berlaku secara umum untuk semua Negara di Uni India yaitu untuk pengawetan
jenazah, pengepakan mayat yang diawetkan dan transportasi melalui udara, kereta
E. Kesimpulan12
transportasi mayat untuk jarak jauh untuk melakukan ritual terakhir. Tidak ada
Anatomi kontemporer yang berlaku di India. Oleh karena itu, ada kebutuhan
jenazah dengan tidak adanya anggota keluarga yang menyertai tubuh almarhum.
47
Penting untuk membuat pedoman untuk transportasi jenazah yang diawetkan
48
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
(formalin) ke dalam pembuluh darah, biasanya melalu arteri karotis dextra dan
darah dikeluarkan dari vena jugularis. Dalam kasus sirkulasi yang buruk, titik
injeksi lain dapat digunakan yaitu iliaka, arteri femoralis, subklavia atau aksila.
Bahan kimia dasar yang dapat digunakan dalam proses embalming di Indonesia
adalah formaldehid.
embalming hanya boleh dilakukan oleh dokter pada mayat yang meninggal secara
wajar (natural death), sedangkan pada mayat yang meninggal tidak wajar (akibat
jenazah yang dibuat oleh dokter spesialis forensik diterima di seluruh dunia.
B. Saran
Di Indonesia, sampai saat ini tidak ada institusi pendidikan yang khusus mendidik
49
dalam konteks hukum di Indonesia, embalming sebaiknya dilakukan oleh orang
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu, yaitu dokter spesialis
forensik.
50
DAFTAR PUSTAKA
51
11. Redaksi Bhafana Publishing. 2018. KUHP Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Jakarta: Bhafana
Publishing.
12. SSSN, Rajasekhar et al. Funeral embalming of dead body for transportation in
India a case report. Indian Journal of Clinical Anatomy and Physiology.
October-December 2016. Pages 560-562
13. Natekar, PE and FM Desouza. A New Embalming Fluid for Preserving
Cadavers. Journal of Krishna Institute of Medical Sciences University.
Desember 2012. Pages 76-80.
14. Todar, Kenneth. Todar’s Online Textbook of Bacteriology. Cited on 2019.
Available from: http://www.textbookofbacteriology.net/index.html
15. Singh et all. Plastination: A Promissing Method for Preserving Biological
Specimen: A Review Article. International Journal of Scientific and Research
Publications. June 2013. Volume 3, Pages 1-4
16. Teknik Pengawetan Mayat dengan Plastik. Cited On 2019. Available from:
https://www.anehdidunia.com/2013/06/teknik-pengawetan-mayat-dengan-
plastik.html
17. Ravikumar, Chandini. Plastination. Journal of Pharmaceutical Sciences and
Research. 2014. Vol 6 Pages 271-273.
18. Batra, Arvinder Pal Singh et all. Embalming And Other Methods of Dead Body
Preservation. International Journal of Medical Toxicology & Legal Medicine
Vol.12 No.3. Maret 2010. Pages 15-19.
52