kontinyu. artinya bukan 24 jam operasi, melainkan proses yang dilakukan secara tumpukan, bukan
per unit produk. Industri ini sering menggunakan proses kimia dari pada fisik atau mekanik.
Pada cara Sinambung (Continues Process), pengaliran subtrat dan pengambilan produk
dilakukan secara terus menerus (sinambung) setiap saat setelah diperoleh konsentrasi produk
maksimal atau subtract pembatasnya mencapai konsentrasi yang hampir tetap (Rusmana, 2008).
Pada proses produksi secara kontinu umum digunakan sistem yang terotomatisasi. Dengan
bantuan PLC (Programmable Logic Controller) atau pengontrol otomatis lain, kesalahan proses
produksi akibat kecerobohan manusia dapat dikurangi sehingga proses produksi dapat berlangsung
terus menerus dengan kondisi yang stabil atau bahkan mendekati tunak (semua keadaan konstan
dan tidak berubah). Bila dibandingkan dengan proses produksi secara partaian, proses produksi
secara kontinu bersifat lebih efisien karena waktu jeda yang terdapat pada proses produksi partaian
dapat dihindari.
Ciri-ciri proses produksi terus-menerus adalah:
1. Produksi dalam jumlah besar (produksi massa), variasi produk sangat kecil dan sudah
distandardisir.
5. Salah satu mesin /peralatan rusak atau terhenti, seluruh proses produksi terhenti.
9. Pemindahan bahan dengan peralatan handling yang fixed (fixed path equipment)
1. Biaya per unit rendahbila produk dalam volume yang besar dan distandardisir.
2. Proses produksi mudah terhenti, yang menyebabkan kemacetan seluruh proses produksi
Salah satu yang perlu diperhatikan dalam sistem proses adalah proses kontinyu dan proses
tidak kontinyu. Proses tidak kontinyu (batch) atau disebut dengan tumpak merupakan suatu sistem
proses dimana selama proses berlangsung tidak ada masukkan (input) maupun keluaran (output).
Sedangkan proses dengan sistem kontinyu atau sinambung merupakan suatu sistem proses dimana
selama proses berlangsung terdapat masukkan dan keluaran. Apabila hanya ada masukkan saja
atau hanya ada keluaran saja atau kadang-kadang ada yang dikeluarkan atau ditambahkan selama
Pada sistem kontinyu (sinambung) setelah beberapa saat akan terjadi keadaan tunak (steady state),
hal ini disebabkan pada sistem tersebut tidak terjadi akumulasi atau akumulasi = 0, dimana secara
Akumulasi merupakan perubahan dari variabel yang diamati pada sistem tersebut
(misalkan konsentrasi, suhu) sebagai fungsi waktu. Jadi pada sistem kontinyu pada suatu kondisi
dimana input = output, akibatnya akumulasi = 0, atau dengan kata lain sistem dengan keadaan
tunak merupakan suatu sistem dimana variabel yang diamati (misalkan konsentrasi atau kualitas
dari produk) tidak berubah dengan waktu atau bukan fungsi waktu. Sebaliknya, pada sistem
Berdasarkan kondisi tersebut, maka suatu industri kimia dimana produk yang dihasilkan
dalam jumlah yang besar, pada umumnya dilakukan dengan sistem kontinyu atau sinambung. Hal
ini dengan pertimbangan produk kualitas yand dihasilkan akan lebih seragam. Disisi lain untuk
suatu industri apabila jumlah produksinya relatif sedikit (misalkan industri farmasi) maka industri
tersebut menggunakan sistem batch atau tak kontinyu. Hal yang sama dilakukan untuk suatu
industri, dimana produksi yang bersifat musiman atau tergantung dari permintaan konsumen
(misalkan industri pakaian, tekstil, makanan), maka industri tersebut akan menggunakan sistem
tumpak. Peralatan yang digunakan untuk sistem kontinyu pada umumnya lebih kecil dibanding
sistem tumpak akan tetapi pada sistem kontinyu diperlukan alat pengendalian yang lebih ketat
Adapun contoh produk yang dapat menggunakan system sinambung (Continues Process)
diantaranya: protein sel tunggal, antibiotic, pelarut organic, kultur starter, dekomposisi selulosa,
Selain itu juga pembuatan etanol dapat digunakan cara System Sinambung (Continues Process),
hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Soehadi Reksowardojo (2010)
Produksi etanol dari molases secara fermentasi menggunakan yeast Saccharomyces cereviceae
dalam fermentor kontinyu. Proses fermentasi secara kontinyu menggunakan yeast Saccharomyces
Peneliti Katherin (2010), juga telah melakukan fermentasi dengan bioreactor System Sinambung
(Continues Process) pada fermentasi limbah cair tahu, bioreaktor ini digunakan untuk mengolah
limbah cair tahu yang dikondisikan terlebih dahulu derajat keasamannya dan dicampur dengan
fermentasi kontinyu dimana pada fermentor sistem terbuka, ada penambahan media baru, ada
kultur yg keluar, volume tetap dan fase fisiologi sel konstan (Iman, 2008).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Reksowardojo (2007), bahwa pada sistem kontinyu dengan
dilution rate yang lebih kecil (waktu tinggal yang lebih besar) memberikan hasil konsentrasi etanol
yang lebih mendekati sistem batch sehingga apabila waktu tinggal dalam reaktor diperpanjang,
Dalam hasil penelitian yang sama, menurut Reksowardjo (2007), dikatakan bahwa proses
fermentasi kontinyu dengan mmobilisasi sel akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
fermentasi batch. Pada fermentasi secara batch untuk fermentasi etanol terjadi kendala yaitu
produktivitas etanol rendah. Rendahnya produktivitas etanol karena pada kondisi tertentu etanol
yang dihasilkan akan menjadi inhibitor, yang akan meracuni mikroorganisme sehingga
mengurangi aktivitas enzim. Untuk mencari solusi terhadap kelemahan tersebut dari hasil
penelitian Abdul Hakim (2010), maka pada produksi etanol dari molases ini dilakukan proses
fermentasi secara kontinyu dalam bioreaktor packed bed menggunakan teknik immobilized cell
Hal ini juga dapat kita lihat secara jelas dalam penelitian yang dilakukan Darmawan (2010), yaitu
dengan melakukan proses fermentasi secara kontinyu dalam bioreaktor packed bed secara
immobilisasi sel dengan Zymomonas mobilis termutasi menggunakan Ca-Alginat yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi glukosa terhadap konsentrasi, yield, dan
produktivitas etanol. Hasil penelitian Hana Silviana (2010), juga memperkuat hasil penelitian
sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan, fermentasi dengan sistem kontinyu memberikan
konsentrasi etanol yang lebih kecil dari pada sistem batch yaitu 58,82 g/L untuk sistem kontinyu
pada dilution rate 0,18/jam dan 59,44 g/L untuk sistem batch. Hal ini dapat terjadi karena waktu
tinggal pada sistem kontinyu lebih pendek yaitu 5,55 jam dan 3,33 jam dari pada sistem batch yaitu
48 jam. Hal ini dapat terjadi karena pada sistem batch, jumlah bakteri akan terus bertambah
sedangkan tidak ada substrat yang ditambahkan dalam reaktor sehingga glukosa yang terkonversi
menjadi etanol akan semakin besar. Pada sistem kontinyu dengan dilution rate yang lebih kecil
(waktu tinggal yang lebih besar) memberikan hasil konsentrasi etanol yang lebih mendekati sistem
batch sehingga apabila waktu tinggal dalam reaktor diperpanjang, memungkinkan konsentrasi
Bioreaktor yang dibuat adalah jenis one stage kontinyu, yang terdiri dari tiga komponen
utama (penampung sementara, reaktor dan gas kolektor) (Katherin, 2010). Pada tipe aliran
kontinyu bahan dimasukkan ke dalam digester secara teratur pada satu ujung dan setelah melalui
jarak tertentu, keluar di ujung yang lain. Tipe ini mengatasi masalah pada proses pemasukan dan
pengosongan pada tipe batch. Menurut Aprilianto (2010), terdapat dua jenis dari tipe aliran
Horisontal, dikembangkan oleh Fry di Afrika Selatan dan California, selain itu
dikembangkan oleh Biogas Plant Ltd. dengan bioreaktor yang terbuat dari karet Butyl (butyl ruber
bag). Dalam penelitian Tontowi (2010), yang telah terapkan pada proses fermentasi kontinyu
dilakukan dalam mixed flow reactor yang bervolume 1 L dengan kecepatan putar 100 rpm. Proses
fermentasi ini diawali dengan melakukan fermentasi semibatch selama 16 jam. Sebelum
fermentasi dimulai, reaktor terlebih dahulu diisi dengan bead sampai volume mencapai 1/5 volume
reaktor. Setelah 16 jam, proses fermentasi kontinyu mulai dilakukan dengan mengalirkan feed
dalam fermentor menggunakan pompa peristaltik. Laju alir feed (media molasses) disesuaikan