Anda di halaman 1dari 3

Yusi Avianto Afrianom

Penulis yang Menantang Diri Sendiri

Apakah anda pernah berpikir menjadi seorang penulis hanya karena membaca
buku atau apapun yang berbau cerita menyangkut sastra? Bagi saya sendiri tidak,
karena menurut saya seorang penulis memang sudah dianugerahi bakat oleh Tuhan.
Tapi bagi bapak Yusi Avianom Afrianom penulis itu bukan hanya karena bakat
yang kita miliki tetapi dari kemauan kita membaca. Semua berasal dari membaca.
Bapak Yusi memang seorang yang selain berbakat, juga membujuk kita secara
lembut para generasi muda untuk meningkatkan cara membaca kita.

Sedikit biografi tentang bapak Yusi Avianto Afrianom

Nama: Yusi Avianto Pareanom

Tempat, Tanggal Lahir: Semarang, 9 November 1968.

Kebangsaan: Indonesia

Yusi Avianto adalah Jurusan Teknik Geodesi di UGM, Yogyakarta. Namun


jurusan teknik tersebut tidak terlalu mendukungnya untuk mencari pekerjaan. Yusi
Avianto telah menjadi seorang Jurnalis .Pernah bekerja sebagai wartawan di
majalah Forum Keadilan dan Tempo. Saat ini berkhidmat di Penerbit Banana.
Beliau menulis pertama kali di majalah dan media daerah. Dia menulis beberapa
buku fiksi dan nonfiksi. Perjalanan Yusi Avianto Afreanom dalam mengenali dunia
sastra begitu sangat mengingatkan kita untuk lebih rajin membaca. Intinya adalah
dari membaca dulu.

Namanya dikenal di kancah kesusastraan Indonesia melalui sejumlah karya


berupa novel dan cerita pendek yang dipublikasikan di berbagai surat kabar. Yusi
Avianto merupakan salah satu penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa
pada tahun 2016 untuk kategori Prosa, melalui karyanya berjudul Raden Mandasia
Si Pencuri Daging Sapi.

Saat kecil almarhum ayah dan ibunya yang memberikannya buku komik,
berlangganan koran dan majalah. Sekalipun beliau belum paham tentang sastra dan
tulisan, beliau sudah tahu bahwa ada dunia yang menarik disana. Dan ditambah
juga saat beliau belajar di SMP 3 Semarang yang memiliki klub baca serta
perpustakaan yang yang banyak mendukung wawasan beliau menjadi semakin
luas.Buku fiksinya yang telah terbit antara lain Rumah Kopi Singa Tertawa (2011)
dan Grave Sin No. 14 and Other Stories (2015, terbit dalam tiga bahasa: Indonesia,
Inggris, dan Jerman).

Yusi baru saja diangkat menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta. Yusi
Avianto sudah menunjukkan bakat menulisnya sejak SMP. Beliau juga aktif
menyunting dan menerjemahkan karya-karya penulis asing ke dalam bahasa
Indonesia. Pada bulan Maret 2016, Yusi menerbitkan novel perdananya berjudul
Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi. Novel ini mendapat sambutan yang
cukup luas dari kalangan pembaca, khususnya generasi muda, karena dinilai
memiliki banyak kebaruan dalam unsur tema maupun gaya bercerita.

Karya-karya Yusi Avianto Afrianom:

1. Rumah Kopi Singa Tertawa (2011)

2. Grave Sin No. 14 and Other Stories (2015)

3. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi (2016)

4. Muslihat Musang Emas (2017)

Yusi Avianto mengemas kata-kata Penuh dengan detail-detail menarik,


kosakata yang begitu kata dan tentu saja ending yang tak selalu bisa diduga. Seperti
cerpen Muslihat Musang Emas sendiri saya pikir kan bercerita tentang dunia silat
atau semacamnya. Tetapi cerita yang dihadirkan tak kalah getirnya. Kumpulan
kisah-kisah getir akan derita manusia yang luar biasa banyaknya. Sebuah inspirasi
yang unik, ajaib dan mungkin tak bisa dipercaya. Membuat kita sendiri harus
berdecak kagum memahami betapa pilihan-pilihan kita akan hidup ini sejatinya
penting sekali bahkan hal sepele sekalipun. Salah satu buku cerpen yang layak
dibaca.

Anda mungkin juga menyukai