Anda di halaman 1dari 14

COVER

KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Status Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi di
Kelurahan X Kabupaten Y” dengan lancar. Penyusunan proposal ini dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Seminar Proposal yang diampu oleh Sulaemana
Engkeng SKM, M.kes
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan proposal ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Manado, Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1


DAFTAR ISI ...................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belajang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 1
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 1
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 1
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum ........................................................................................... 1
2.2 Kerangka Konsep ......................................................................................... 1
2.3 Definisi Operasional ..................................................................................... 1
BAB III METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ......................................................................................... 1
3.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 1
3.3 Waktu Penelitian .......................................................................................... 1
3.4 Populasi dan Sampel .................................................................................... 1
3.5 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 1
3.6 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan
melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh.
Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya
kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi
penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur
dibawah 2 tahun (baduta).
Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi
memasuki usia 6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein
dan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula
tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai
diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) Agar kebutuhan gizi bayi/anak
terpenuhi.Dalam pemberian MP-Asi perlu diperhatikan waktu pemberian MP-ASI
,frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara
pemberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemberian makanan pada
waktu anak sakit dan bila ibu bekerja di luar rumah.Pemberian MP-ASI yang tepat
diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga
merangsang keterampilon makan dan merangsang rasa percaya diri.
Beberapa permasalahan pemberian makanan pendamping ASI (MP Asi) antara lain
; pemberian makanan pralaktat sebelum Asi keluar, kolostrum dibuang, pemberian
MP Asi terlalu dini atau terlambat, MP Asi yang diberikan tidak cukup, pemberian
MP-Asi sebelum Asi, frekuensi pemberian MP-Asi kurang, pemberian Asi terhenti
karena ibu kembali bekerja, kebersihan kurang, prioritas gizi yang salah pada
keluarga.
Bahaya dari pemberian MP Asi terlalu dini adalah Pemberian MP-Asi dini
sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman sebab,
system imun bayi dibawah 6 bulan masih belum sempurna. Belum lagi jika tidak
disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan
bahwa bayi yg mendapatkan MP-Asi sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak
terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yg hanya
mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia
lainnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status
pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung
memberikan makanan pendamping Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang
ditetapkan, dikarenakan waktu yang dimiliki olehnya relatif singkat untuk berada
bersama bayinya di dalam rumah.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang
baik atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang digunakan
secara efisien, sehingga kemungkinan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat
gizi esensisal. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis. Status gizi kurang atau lebih
merupakan gangguan gizi.
Turut sertanya ibu dalam mencari nafkah akan meningkatkan daya beli
keluarga, akan tetapi juga menimbulkan masalah, yaitu pembagian waktu terutama
dalam hal waktu untuk bekerja di luar rumah dengan waktu untuk mengelola rumah
tangga serta mengasuh anak. Peran ganda ibu ini menuntut di satu pihak perlu
curahan waktu penuh untuk mengasuh anak, bersamaan dengan itu perlu sisipan
waktu untuk bekerja di luar rumah. Salah satu peluang untuk mengatasinya adalah
anak diasuh oleh pembantu, keluarga atau family yang ada di rumah. Keterbatasan
waktu ibu dalam mengasuh anak dan menyediakan makanan akan berpengaruh
terhadap pola makan anak (bayi) dan konsumsi gizi anak, karena pada usia anak-
anak ini merupakan usia yang membutuhkan konsumsi pangan yang ideal untuk
membantu kecerdasan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Banggai tahun 2010 bahwa
67 % ibu rumah tangga di kelurahan Simpong bekerja di luar rumah.
Data Puskesmas Simpong tahun 2010 diperoleh informasi bahwa cakupan
pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Simpong hanya berjumlah 32,3 %. Hal ini
menandakan bahwa masih tingginya pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.
Karena hal-hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada
hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan
pemberian MP Asi Dini?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian
MP Asi dini di Kelurahan x

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui status pekerjaan ibu yang berisiko terhadap kurangnya
asupan pemberian Asi dini
b. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pekerjaan ibu dengan
pemberian MP Asi dini.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Untuk Institusi pendidikan (kampus)
Dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data awal bagi
peneliti selanjutnya.
b. Manfaat Untuk Pemerintah Kelurahan Simpong
Dapat lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan khususnya masalah gizi masyarakat yang berada di Kelurahan
Simpong.
c. Manfaat Untuk Peneliti
Sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya untuk
masalah-masalah gizi keluarga terutama zat gizi untuk bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1 Konsep Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping
Pada Bayi
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi
peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI
merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti
memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap
beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya
(Sunartyo, 2008).
Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI
merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4
bulan pertama. ASI yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum,
yaitu cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat
menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral
dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat.
Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Disamping
itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi dan perawatan
payudara. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama
ASI eksklusif (As’ad, 2002).
ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur, biskuit dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini
dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin
sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan harus mulai diperkenalkan dengan
makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau
bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000).
Dibandingkan dengan susu lainnya, ASI memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 3 – 4 bulan pertama.
2. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.
3. Mengandung beberapa zat antibodi, sehingga mencegah terjadinya infeksi.
4. Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi.
5. Tidak mengandung beta laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi.
6. Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan
dalam keadaan segar serta bebas dari kuman.
7. Berfungsi menjarangkan kehamilan.
8. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan
bayi.

Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia
6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan
padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena
terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan
tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan
dengan baik. Namun, sebelum diberi makanan tambahan sebaiknya coba diperbaiki
dahulu cara menyusuinya. Cobalah hanya memberi bayi ASI saja tanpa memberi
minuman atau makanan lain. Selain itu, bayi harus sering disusui, perhatikan posisi
menyusui. Secara umum usahakan dahulu agar cara pemberian ASI dilakukan
sebaik mungkin. Apabila setelah 1 – 2 minggu ternyata upaya perbaikan tersebut
tidak menyebabkan peningkatan berat badan, maka pemberian makanan tambahan
atau padat diberikan bagi bayi berusia diatas 4 bulan (Roesli, 2000).
Bila oleh suatu sebab (misalnya ibu bekerja atau hamil lagi) bayi tidak
memperoleh ASI, maka kepada bayi diberikan PASI (Pengganti Air Susu Ibu).
PASI dibuat dari susu sapi yang susunan gizinya sudah diubah menjadi hampir
sama dengan susunan gizi ASI, sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa
menyebabkan akibat sampingan. Akan tetapi belum ada PASI yang tepat
menyerupai susunan ASI (As’ad, 2002).
Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok
masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan.
Bahkan ada yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun.
Sebaliknya, pada masyarkat urban bayi disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari
lahir sudah diberi makanan tambahan (Arisman, 2004).
Menurut Sulistjani (2001), seiring bertambahnya usia anak, ragam makanan
yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk
menunjang tumbuh kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola
konsumsi makan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis
makanan yang bergizi seimbang. Setelah berumur 6 bulan, bayi memerlukan
makanan pendamping karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya
dapat dipenuhi oleh ASI. Menurut Arisman (2004), pemberian makanan
pendamping harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk bubur cair kebentuk
bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya
makanan padat. Pemberian pertama cukup 2 kali sehari, satu atau dua sendok teh
penuh. Pada usia 6-9 bulan bayi setidak-tidaknya membutuhkan empat porsi.
Menginjak usia 9 bulan bayi telah mempunyai gigi dan mulai pandai menguyah
makanan. Sekitar usia 1 tahun bayi sudah mampu memakan makanan orang
dewasa. Anak usia 2 tahun memerlukan makanan separuh takaran orang dewasa.
Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk, sayur-
sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh
diberikan setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal
masa penyapihan, ASI masih merupakan makanan pokok. Sementara makanan
sapihan hanyalah sebagai pelengkap. Kemudian secara berangsur ASI berubah
fungsi sebagai makanan tambahan, sementara makanan sapihan menjadi santapan
utama (Arisman, 2004).
Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu
pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu,
tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau
tambahan pada usia 4 – 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini
akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi (Roesli, 2000).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 6
bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap
diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting
yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu
makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan
oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 6 bulan sebanyak 4-6
kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan
orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian
MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan
hygiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga
meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian Widodo (2006)
bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan
kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan
bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang
diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)

2.1.2 Konsep tentang Pekerjaan Ibu


Kerja adalah aktivitas, gawai, kegiatan, operasi. Sedangkan yang dimaksud
dengan pekerjaan adalah operasi, order, proyek, kewajiban, tugas, aktivitas,
kegiatan, kesibukan, urusan, karier, profesi , pencaharian seseorang. (Tesaurus
Bahasa Indonesia)
Merawat anak, mulai dari memandikan, menyuapi sampai mengasuh hampir
semuanya dilakukan oleh ibu. Merawat anak dan menyediakan keperluan makan
dan minum anak merupakan tugas sehari-hari yang sudah melekat pada diri seorang
ibu. Akan tetapi, tugas itu tidak hanya itu saja bila ibu bekerja diluar rumah. Ibu
juga harus mengingatkan tugas anak-anaknya mengenai pekerjaan yang harus
dilakukan atau belum dilakukan seperti mengingatkan anak supaya mandi, makan
dan mengingatkan waktu bila anaknya bermain (Supanto, 1990). Anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kebutuhan fisik, mental dan perkembangan
emosinya. Bermain bukan berarti membuang-buang waktu, juga bukan berarti
membuat anak menjadi sibuk sementara orangtuanya mengerjakan pekerjaannya
sendiri. Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain. Untuk bermain
diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya
(Soetjiningsih, 1995).
Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui pendidikan orang tua
tentang interaksi orang tua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah dapat
menurunkan angka kurang gizi pada anak balita. Penelitian lainnya membuktikan
bahwa perubahan pola asuh psikososial telah meningkatkan derajat pertumbuhan
anak. Penelitian di Bogota, Columbia membuktikan bahwa anak-anak yang
menderita kurang gizi, dikunjungi rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh
kader desa, ternyata pertumbuhan pada umur 3 tahun lebih tinggi daripada yang
tidak dikunjungi. Dengan dikunjungi rumahnya, ibu- ibu menjadi lebih memahami
kebutuhan anak dan memberi makan pada saat anak sedang lapar. Didapatkan juga
bahwa ibu-ibu yang memahami tentang kebutuhan untuk perkembangan kognitif
anak, anak-anaknya lebih pintar daripada ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya
(Anwar, 2008).

2.2 Kerangka Konsep


1. Makanan Pendamping Asi (MP-Asi) adalah makanan yang diberikan pada
bayi berusia 6 bulan keatas dengan tetap memberikan Asi.
2. Pekerjaan adalah kesibukan atau aktifitas yang menghasilkan upah yang
dilaksanakan oleh seseorang sebagai upaya untuk kelangsungan hidupnya.
3. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah
status pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya
cenderung memberikan makanan pendamping Asi pada bayinya lebih
cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu yang dimiliki
olehnya relatif singkat untuk berada bersama bayinya di dalam rumah.

2.3 Definisi Operasional


Dimaksudkan dengan pekerjaan ibu dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu
menyusui yang berada di luar rumah dan memakan waktu yang banyak untuk
berada di luar rumah. Seperti menjaga toko, berdagang di Pasar, Karyawan
Perusahaan, pegawai negeri pada instansi pemerintah, dll.
Adapun pemberian MP Asi Dini dalam penelitian ini adalah Makanan
Pendamping yang sudah diberikan pada bayi sebelum berusia genap 6 bulan. Bila
MP Asi diberikan pada H-1 sebelum 6 bulan maka masih termasuk dalam penelitian
ini.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan adalah metode (analitik, deskriptif atau kualitatif)
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Simpong
1. Gambaran umum lokasi
………………………………………………………………………………….
3.3 Waktu Penelitian
Tanggal mulai dari penyusunan proposal hingga skripsi

3.4 Populasi dan Sampel


- Populasi adalah sasaran penelitian. Misalnya sumur populasinya adalah air
sumur.
- Sampel adalah bagian representative dari populasi
1. Sampel itu siapa ?
2. Tekniknya bagaimana ?
Teknik pengambilan sampel ; Random sampling, stratified random sampling
dan cluster ramdom sampling, dll
3. Sampel sizex berapa ?
Angka confidence/tingkat kepercayaan : tingkat kesalahan (misalnya 0,05 à
5 %) ada rumusnya !!!!

3.5 Metode Pengumpulan Data


1. Cek list
2. Kuesioner

3.6 Instrumen Penelitian


· Memakai instrument yang dibuat sendiri jika tidak ada instrument baku
yang digunakan.
· Harus kuat pada teori disesuaikan dengan Dasar Teori Membuat Intrumen
Penelitian
1. Mengukur pengetahuan
Apa yang dia ketahui tentang topic
2. Mengukur sikap
Bagaimaimana sikap dia tetang topic (pendapat, tanggapan, dll)

Anda mungkin juga menyukai