Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

MINYAK BUMI
LABORATORIUM MINYAK BUMI

Disusun Oleh :
Giri Fadli K. (181420007)
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL Akamigas
Jl. Gajahmada No 38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah,
58315 201
SMOKE POINT (TITIK ASAP) ASTM D 1322
I. TUJUAN

Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan:

1. Mahasiswa dapat menetapkan titik asap dari kerosine dan avtur

II. KESELAMATAN KERJA

1. Hati – hati bekerja menggunakan peralatan – peralatan yang mudah pecah.

2. Hati – hati bekerja dengan menggunakan bahan yang mudah terbakar

III. TEORI DASAR

Titik asap (smoke point) adalah tinggi nyala yang dapat dihasilkan oleh lampu standar
tanpa lengas (jelaga), titik asap ini diperlukan dalam spesifikasi kerosin dan minyak-minyak
bakar. Titik asap ditentuksn dengan cara membakar avtur kedalam lampu titik asap.

Nyala dibesarkan dengan jalan menaikkan sumbu sampai timbul titik asap,kemudian
nyala dikecilkan sampai asap hilang. Tinggi nyala dalam keadaan terakhir ini dalam satuan mm
adalah titik asap sampel. Asap terutama disebabkan oleh senyawa aromatic yang terdapat dalam
avtur.

Kepentingan smoke point dalam praktek ialah untuk menentukan kualitas Avtur/kerosin
yang penggunaan utamanya adalah sebagai bahan bakar lampu penerangan.Avtur yang baik
harus memiliki titik asap tinggi,sehingga nyala api bahan bakar avtur ini dapat dibesarkan
dengan kecenderungan untuk memberikan asap yang kecil.

Avtur

Avtur adalah salah satu jenis bahan bakar berbasis minyak bumi yang berwarna bening
hingga kekuning-kuningan, memiliki rentang titik didih antara 145 hingga 300oC, dan digunakan
sebagai bakar pesawat terbang. Secara umum, avtur memiliki kualitas yang lebih tinggi
dibandingkan bahan bakar yang digunakan untuk pemakaian yang kurang ‘genting’ seperti
pemanasan atau transportasi darat. Avtur biasanya mengandung zat aditif tertentu untuk
mengurangi resiko terjadinya pembekuan atau ledakan akibat temperatur tinggi serta sifat-sifat
lainnya.
Karakteristik Avtur

Avtur memiliki sifat yang menyerupai kerosin karena memiliki rentang panjang rantai C
yang sama. Komponen-komponen kerosin dan avtur terutama adalah senyawa-senyawa
hidrokarbon parafinik (CnH2n+2) dan monoolefinik (CnH2n) atau naftenik (sikloalkan, CnH2n)
dalam rentang C10 – C15. Sifat ini dipilih karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
bahan bakar jenis lain. Contohnya adalah volatilitas; dibandingkan dengan bensin, avtur
memiliki volatilitas yang lebih kecil sehingga mengurangi kemungkinan kehilangan bahan bakar
dalam jumlah besar akibat penguapan pada ketinggian penerbangan. Hal lain yang
menguntungkan dari avtur adalah kandungan energi per volumnya lebih tinggi dibandingkan
dengan bensin sehingga mampu memberikan energi bagi pesawat untuk penerbangan jarak yang
lebih jauh.

Avtur sebagai bahan bakar pesawat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu yang berbasis bahan
mirip kerosin (Jet A dan Jet A1) dan yang berbasis campuran nafta-kerosin (Jet B). Tabel 2.1.
menampilkan spesifikasi persyaratan mutu jenis-jenis avtur tersebut menurut standar ASTM. Jet
A1 adalah jenis avtur yang paling sering digunakan untuk bahan bakar pesawat di seluruh dunia
karena memenuhi standar ASTM, standar spesifikasi Inggris DEF STAN 91-91, dan NATO
Code F-35. Jet A adalah bahan bakar pesawat yang memiliki sifat yang sangat mirip dengan
kerosin, diproduksi hanya untuk memenuhi standar ASTM sehingga umumnya hanya dapat
ditemukan di kawasan Amerika Serikat. Jet B jarang digunakan karena sulit untuk ditangani
(mudah meledak), dan hanya digunakan pada daerah beriklim sangat dingin.
IV. BAHAN DAN PERALATAN

a. Bahan
1. Avtur
b. Peralatan
1. Lampu smoke point
2. Sumbu lampu
3. Pipet atau buret
V. LANGKAH KERJA
Langkah Kerja
1. Pasang sumbu bersih (panjang tidak kurang dari 125 mm) ke dalam lubang
sumbu.
2. Potong dengan rapi ujung sumbu ± 6 mm dari lubang sumbu
3. Rendam sumbu dan tabung sumbu ke dalam contoh uji sampai seluruh sumbu
basah.
4. Masukkan 20 ml contoh uji kedalam wadah contoh uji (candle),
kemudian pasang tabung sumbu ke candle dan pasangkan pada alat
smoke point.
5. Nyalakan dan atur tinggi nyala api ± 10 mm, biarkan menyala ± 5 menit,
kemudian naikkan dengan memutar candle sehingga nyala api
berjelaga/berasap.
6. Turunkan dengan memutar candle sedemikian sehingga jelaga/asap tepat hilang.
7. Baca dan catat ketinggian nyala api tepat saat tidak mengeluarkan
jelaga/asap sebagai titik asap (smoke point), sampai ketelitian 0,5 mm.
8. Untuk mencegah kesalahan pembacaan pada skala, maka ulangi pekerjaan
ini sampai tiga kali bila perbedaannya lebih dari 1,0 mm.

VI. HASIL PENGAMATAN

Sampel Titik minimum Titik maksimum Titik Asap (mm)


(mm) (mm)
Avtur 10 25 17

VII. PERTANYAAN

VIII. ANALISIS

Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan titik asap (smoke point) dari bahan
bakar avtur,dimana percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai smoke point dari
Avtur serta nantinya dapat menjelaskan pengertian dan peranan smoke point.Smoke
point adalah tinggi nyala maksimum dalam millimeter (mm) yang dihasilkan oleh
lampu standard tanpa terjadi lengas (jelaga), titik asap ini dtentukan dengan cara
membakar contoh uji yaitu avtur dalam lampu titik asap.
Pada percobaan pertama yang dilakukan adalah mencelupkan dan merendam
sumbu kedalam avtur selama 5 menit atau sampai semua basah.Penentuan titik asap
dilakukan kedalam sampel avtur,setelah itu sumbu dipasang kedalam tabung, kemudia
tabung dimasukkan kedalam alat smoke apparatus,baru setelah itu sumbu dapat
dinyalakan. Besar nyala api diatur dengan memutar alat sesuai arah jarum jam, hal ini
dilakukan untuk menaikkan sumbu sampai timbulnya asap. Ketika sudah timbul asap
maka langkah selanjutnya adalah pembacaan nilai smoke point dengan cara mengamati
tinggi api. Nilai titik asap dapat diketahui dengan cara menghitung selisih antara titik
minimum dan maksimumnya, dari data dan pengamatan yang telah saya lakukan
didapatkan nilai titik asap avtur yaitu 17 mm.
Berdasarkan sumber yang ditemukan bahwa titik asap mempengaruhi nilai mutu
dari bahan bakar, dimana semakin tinggi titik asap, maka semakin tinggi mutu bahan
bakar tersebut.

IX. SIMPULAN

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :


1. Nilai titik asap 17 mm
2. Smoke point adalah tinggi nyala maksimum yang dihasilkan lampu standar tanpa
jelaga dalam satuan millimeter
3. Nilai titik asap dapat mengetahui mutu produk dari bahan bakar yang diujikan,
dimana semakin tinggi nilai titik asap, maka semakin tinggi mutu bahan bakar
tersebut.
X. SARAN
1. Hati – hati bekerja menggunakan peralatan – peralatan yang mudah pecah.

2. Hati – hati bekerja dengan menggunakan bahan yang mudah terbakar

3. Segera membersihkan alat-alat praktikum jika praktikum telah selesai

XI. DAFTAR PUSTAKA

- https://airsideportal.wordpress.com/2018/11/05/spesifikasi-bahan-bakar-penerbangan-
avtur-di-indonesia/
- https://iinparlina.wordpress.com/ragam-teknologi/teknologi-kimia/avtur/

Anda mungkin juga menyukai