TUBERKULOSIS PARU
Oleh:
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih,
penyertaan, dan perkenanan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
home visit di wilayah kerja Puskesmas dengan kasus “Tuberkulosis Paru”.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
B. Genogram ........................................................................................... 12
LAMPIRAN……………………………………. ................................................. 23
3
PORTOFOLIO HOME VISIT
Daftar Pustaka:
Hasil pembelajaran:
4
RANGKUMAN PORTOFOLIO
1. Subjektif :
Saat ini pasien merasa keluhan batuk mulai berkurang dan berat badan
mulai membaik namun pasien mulai merasa sesak napas jika melakukan
aktifitas yang berat dan melelahkan seperti berjalan jauh, mengangkat
beban berat.
2. Objektif :
4. Plan :
5
Edukasi:
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
Selain untuk meningkatkan pemahaman dokter tentang kondisi pasien,
manfaat yang dapat didapatkan dari kunjungan rumah yang dilakukan oleh dokter
keluarga adalah meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dan dapat lebih
menjamin bagaimana terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.4
Pada home visit saat ini akan dilakukan peninjauan pada pasien yang telah
didiagnosa sebagai tuberkulosis paru yang sementara menjalani pengobatan.
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksi kronik menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sudah sangat lama dikenal
pada manusia dan sampai saat ini menjadi masalah kesehatan penting di dunia.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam satu tahun, kuman M.
tuberculosis telah membunuh sekitar 2 juta jiwa, dan WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2002- 2020 ada sekitar 2 miliar orang yang terinfeksi kuman
ini, di mana 5-10% di antara infeksi akan berkembang menjadi penyakit, 40% di
antara yang sakit dapat berakhir dengan kematian. Perkiraan dari WHO, yaitu
sebanyak 2-4 orang terinfeksi tuberkulosis setiap detiknya dan hampir 4 orang
setiap menit meninggal karena tuberkulosis. Kecepatan penyebaran tuberkulosis
bisa meningkat lagi sesuai dengan peningkatan penyebaran Human
Immunodeficiency Virus (HIV)/Acuired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan
munculnya kasus TB-MDR (multi drug resistant) yang kebal terhadap bermacam
obat. Pada tahun 2013 WHO memperkirakan ada 8,6 juta kasus baru TB (13%
merupakan koinfeksi dengan HIV) dan 1,3 juta orang meninggal karena
tuberkulosis di mana diantaranya 940.000 orang dengan HIV negatif dan 320.000
orang dengan HIV dan tuberkulosis positif.5-7
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah penderita TB
terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah
sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap
tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang.
Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000
penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Oleh karena itu
kerugian ekonomi akibat TB juga cukup besar. 7,8
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia.
Waktu pengobatan TB yang relatif lama (enam sampai delapan bulan) menjadi
8
penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop)
setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah
TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang
cepat dan munculnya permasalahan TB- Multi Drugs Resistant (MDR, kebal
terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah adanya penderita TB laten, dimana
penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB akan
muncul.8,9
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah
perkotaan, serta keadaan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB. Telah terbukti di amerika serikat selama bahwa
lingkungan sosial ekonomi yang baik, pengobatan teratur dan pengawasan minum
obat ketat berhasil menurunkan angka borbiditas dan mortalitas. Proses penularan
penyakit ini terjadi secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi
klinis yang paling sering dibandingkan dengan organ lainnya. Penularan penyakit
ini sebagian besar melalui basil tahan asam (BTA). Pada TB kulit atau jaringan
lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung.
Tatalaksana pada pasien dengan Tuberkulosis paru dibagi menjadi
penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis
1. Tatalaksana Farmakologis
Pada pasien baru dengan BTA positif, pasien baru TB paru BTA negatif
dengan foto thoraks mendukung TB dan TB ekstra paru, pengobatan fase
awal terdiri dari 4 Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yaitu Rifampicin
150mg, isoniazid 75 mg, pirazinamide 400 mg dan etambutol 275 mg
diminum setiap hari selama 2 bulan dimana jumlah tablet yang diminum
berdasarkan berat badan yaitu 2 tablet untuk berat badan 30-37 kg, 3 tablet
untuk berat badan 38-54, 4 tablet untuk berat badan 55- 70 kg, dan 5 tablet
untuk berat badan diatas 70 kg. Jumlah tablet berdasarkan berat badan
tersebut juga digunakan untuk pengobatan fase lanjutan. Pada fase
lanjutan, obat yang diminum adalah 2 KDT yang terdiri dari rifampisin
150 mg dan isoniazid 150 mg dengan frekuensi 3 kali seminggu selama 4
bulan.10
9
2. Tatalaksana Nonfarmakologis11
Tatalaksana nonfarmakologis yang dapat diberikan pada pasien dan
keluarga penderita TB paru adalah sebagai berikut:
a. Konseling mengenai pentingnya tipe pengobatan preventif
dibandingkan kuratif.
b. Konseling mengenai penyakit TB pada pasien dan keluarga.
c. Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada
keluhan dan mengambil obat di Puskesmas jika obatnya habis.
d. Konseling kepada pasien untuk memeriksakan kembali dahaknya
setelah dua bulan dan enam bulan pengobatan.
e. Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi berupa
tinggi kalori dan tinggi protein.
f. Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti buang
air kecil akan berwarna merah yang menandakan itu bukanlah darah
hanya menandakan reaksi obat. Selain itu juga bisa timbul gatal-gatal
dan kepala terasa pusing. Hal ini dilakukan agar pasien tetap minum
obatnya dan tidak berhenti minum obat.
g. Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial dengan
hal-hal bersifat positif.
h. Edukasi mengenai gaya hidup bersih dan sehat seperti tidak merokok
serta fungsi dari ventilasi dalam rumah.
i. Konseling mengenai penyakit TB yang dapat menular dengan anggota
keluarga lainnya yang dapat dicegah dengan pemakaian masker, dan
tidak membuang dahak sembarangan (di wc/ kotak sampah didapur/
asbak).
j. Konseling kepada pasien untuk pemberian imunisasi BCG kepada
cucunya yang masih berusia satu bulan untuk pencegahan terhadap
TB.
k. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam
mengingatkan pasien mengenai rutinitas minum obat.
10
l. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya perhatian dukungan dari
semua anggota keluarga terhadap perbaikan penyakit pasien. Deteksi
dini kuman TB pada keluarga yang tinggal serumah dengan pasien.
11
BAB II
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. SH
Jenis Kelamin : Laki- laki
Tempat/tanggal lahir : Manado, 28 September 1957
Umur : 61 Tahun
Alamat : Kelurahan Paal Dua Lingkungan VI, Kec. Paal 2
Agama : Kristen
Pekerjaan : Sopir
Bangsa : Indonesia
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Kunjungan : 24 November 2018
B. Struktur Keluarga/Genogram
: Pasien
: Perempuan
: Laki-laki
12
FH Anak Laki- laki 28 Sehat
5
3. Bertingkat/tidak : Tidak
5. Ruang keluarga :-
8. Dapur : 1 ruang
13
E. Denah Rumah
1 2
3 4
Keterangan :
1 Tempat Tidur
2 Dapur
3 Kamar Mandi
4 Ruang Tamu
Gambar 1. Denah Rumah
TD : 110/80 mmHg
N : 84 x/m
R : 18 x/m
S : 37oC
BB : 59 kg
TB : 165 cm
IMT : 21,67 kg/m2
Status gizi menurut WHO : Gizi baik
- Kepala/leher: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), perbesaran
kelerjar getah bening (-)
14
- Thoraks: Simetris, rhonki (-), wheezing (-), suara napas vesikuler,
bunyi jantung I/II regular, murmur (-/-), gallop (-/-).
- Abdomen: Tidak terdapat bekas luka, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-
), massa (-), hepar dan lien tidak teraba, timpani, BU (+) normal.
- Ekstermitas: Akral hangat, edema (-)
15
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol, namun sudah
berhenti sejak 8 tahun yang lalu
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Hubungan dengan tetangga dan orang sekitar baik, tidak ada masalah baik di
rumah maupun di masyarakat. Penderita sudah menikah dan tinggal bersama
anaknya.
7. Riwayat Gizi
Penderita memiliki berat badan 59 kg, tinggi badan 165 dan indeks massa
tubuh 21,67 kg/m2. Berdasarkan data ini, status gizi pasien dikategorikan
sebagai gizi baik.
8. Diagnostik holistik (biopsikososial)
Personal : Sesak napas jika beraktifitas lama dan berat
Klinis : Tuberkulosis paru
Faktor Internal : Tidak terdapat riwayat genetik
Faktor Perilaku : Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum
Alkohol.
Psikososial : Pasien tinggal bersama istri dan anak di daerah
lingkungan yang padat.
H Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
Keluarga tersebut merupakan keluarga inti yang terdiri dari pasien, istri
pasien serta ketiga anak pasien.
2. Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, pasien dan keluarga hanya sebagai
anggota masyarakat biasa dan komunikasi antar tetangga cukup baik,
tidak ada masalah antara tetangga.
3. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal dengan suami dan anak-anaknya. Hubungan keluarga
terjalin seperti keluarga pada umumnya.
16
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga bersumber dari penghasilan usaha membawa
angkot dan dirasakan cukup untuk pemenuhan kebutuhan makan sehari-
hari pasien.
5. Fungsi Fisiologis (skor APGAR)
APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi
keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap
hubungannya dengan anggota keluarga yang lain.
APGAR score meliputi:
1) Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan
anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan
saran dari anggota keluarga yang lain.
2) Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi,
saling bertukar pikiran antara anggota keluarga dalam segala
masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3) Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal – hal baru
yang dilakukan anggota keluarga tersebut.
4) Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga.
5) Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang
kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota
keluarga yang lain.
Terdapat 3 kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-
7 cukup dan 8-10 adalah baik. Dimana skor untuk masing –
masing kategori adalah:
2 : sering
1 : kadang - kadang
17
0 : jarang / tidak sama sekali
Pada keluarga ini hanya dilakukan penilaian APGAR score terhadap Tn. SH
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya √
mengahadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah √
dengan saya
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu √
bersama-sama
18
6. Fungsi patologis (SCREEM)
KET.
SUMBER PATOLOGIS
I Manajemen Kasus
1. Promotif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai tuberkulosis paru serta
penanggulangannya.
- Menjelaskan cara penggunaan, penyimpanan dan dosis yang benar.
2. Preventif
- Menjaga kebersihan individual
- Menggunakan masker baik pasien maupun keluarga
- Tidak membuang air liur sembarangan
19
- Ventilasi udara baik
- Lingkungan rumah dan kamar sebaiknya terkena sinar matahari
agar tidak lembab
3. Kuratif
Melanjutkan pengobatan tuberkulosis paru tahap lanjutan
menggunakan Kombinasi Dosis Tetap rifampisin 150 mg dan isoniazid
150 mg 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan.
20
BAB III
PENUTUP
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
23