Anda di halaman 1dari 23

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dikoreksi dan disetujui laporan Home Visit

TUBERKULOSIS PARU

Oleh:

Filzha Adelia - 18014101002

Telah dilaksanakan pada tanggal 24 November 2018

Bertempat di Kelurahan Paal Dua Lingkungan VI Kecamatan Paal Dua

Mengetahui,

Dokter Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Dina V. Rombot, M.Kes dr. Frelly Kuhon, M.Kes

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih,
penyertaan, dan perkenanan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
home visit di wilayah kerja Puskesmas dengan kasus “Tuberkulosis Paru”.

Laporan home visit ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan pada


kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi terutama untuk memberikan dukungan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ranomut.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak


terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penyusun
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan laporan ini, semoga laporan puskesmas ini bermanfaat.

Manado, 26 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 1

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

PORTOFOLIO HOME VISIT .............................................................................. 4

RANGKUMAN PORTOFOLIO .......................................................................... 5

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 7

BAB II LAPORAN HOME VISIT ..................................................................... 12

A. Identitas Pasien ................................................................................... 12

B. Genogram ........................................................................................... 12

C. Karakteristik Demografi Keluarga .................................................... 12

D. Keadaan Rumah dan Lingkungan ...................................................... 13

E. Denah Rumah ..................................................................................... 14

F. Pemeriksaan Fisik Umum .................................................................. 14

G. Penetapan Masalah Pasien ................................................................. 15

H. Fungsi Keluarga ................................................................................. 16

I. Manajemen Kasus .............................................................................. 19

BAB III PENUTUP .......................... .................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ………………………. ...................................................... 22

LAMPIRAN……………………………………. ................................................. 23

3
PORTOFOLIO HOME VISIT

No. ID dan Nama Peserta : Tn. SH

Topik: TUBERKULOSIS PARU

Nama Pasien: Tn. SH No.RM -

Tanggal Kunjungan: 24 November 2018 Pendamping : dr. Dina V. Rombot, M.kes

dr. Frelly Kuhon, M.Kes

Tempat: Kelurahan Paal Dua lingkungan VI

□ Keilmuan  □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka


□ Diagnostik  □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa  □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi: Laki-laki, 61 tahun dengan keluhan sesak napas dan nyeri dada saat beraktivitas lama, seperti
berjalan jauh dan naik tangga, serta batuk yang tidak sembuh sejak 2 minggu yang lalu.
□ Tujuan: Melakukan pemeriksaan, konseling, dan edukasi
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus  □ Audit

Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ E-mail □ Pos

Data pasien: Nama: Tn. SH No registrasi:

Nama klinik: Puskesmas Ranomut Telp: Terdaftar sejak:

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Tuberkulosis paru


Batuk-batuk sejak ± 2 minggu yang lalu, batuk berdarah campur lendir, demam, penurunan berat badan,
keringat di malam hari, sesak jika beraktivitas berat

2. Riwayat Pengobatan: Sudah pernah mendapat pengobatan TB hingga tuntas


3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Pernah didiagnosis dengan TB paru sebelumnya
4. Riwayat keluarga: Hanya penderita yang mendapat penyakit seperti ini.
5. Riwayat pekerjaan: Sopir
6. Lain-lain: terdapat anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama

Daftar Pustaka:

1. Buku Ajar Penyakit dalam


2. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis paru di Indonesia

Hasil pembelajaran:

1. Diagnosis Tuberkulosis Paru


2. Pencegahan Tuberkulosis Paru
3. Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru

4
RANGKUMAN PORTOFOLIO

1. Subjektif :

Pasien mengalami batuk-batuk lama sekitar ± 2 bulan lalu selama lebih


dari 2 minggu, demam, penurunan berat badan dan keringat malam. Saat
ini pasien mengalami sesak jika beraktivitas berat dan lama.

Saat ini pasien merasa keluhan batuk mulai berkurang dan berat badan
mulai membaik namun pasien mulai merasa sesak napas jika melakukan
aktifitas yang berat dan melelahkan seperti berjalan jauh, mengangkat
beban berat.

2. Objektif :

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan darah: 110/80 mmHg
Nadi: 84 x/m,
Respirasi: 18 x/m
Suhu: 37o C
Berat badan: 59 kg
TB: 165 cm
IMT : 21,67 kg/m2
Status Gizi menurut WHO : Gizi Baik
3. Assesment : Sesuai dengan gejala klinis yang dialami pasien dimana
pasien mengeluh batuk-batuk sejak ± 2 bulan lalu selama lebih dari 2
minggu batuk yang tidak sembuh, pasien juga mengeluh demam,
terdapat penurunan berat badan serta keringat di malam hari maka
pasien didiagnosis dengan Tuberkulosis Paru.

Diagnosis : Suspek Tuberkulosis Paru

4. Plan :

Pengobatan : Nebulizer combivent jika sesak, Dexametason 0,5 mg 3


kali dalam sehari, ambroxol 3 kali dalam sehari

Rujuk ke Laboratorium Klinik untuk Pemeriksaan Sputum

5
Edukasi:

Pasien disarankan untuk kontrol ke puskesmas, meminum obat secara


teratur dan jangan sampai putus obat, melakukan proteksi diri untuk
menghindari penularan dan terjangkitnya anggota keluarga di tempat
tinggal, kamar tidur pasien baiknya memiliki ventilasi udara yang baik
dan terkena sinar matahari agar tidak lembab, tidak batuk dan buang
lendir sembarangan, menjaga pola makan,menjaga kebersihan individu
dan lingkungan. Secepatnya ke rumah sakit yang telah dirujuk untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

6
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh


yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana
tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan
umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit
tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak
hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian
dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif
mengunjungi penderita atau keluarganya.1
Dokter keluarga merupakan bagian utama dari pelayanan kesehatan
primer. Dokter keluarga merupakan dokter tempat kontak pertama dan
kelanjutannya (continuing care) dengan pasien guna menyelesaikan secara
komprehensif dan terpadu semua masalah sedini dan sedapat mungkin dengan
mengutamakan pencegahan dan pemantauan berkala pada penyakit kronis yang
diderita pasien di dalam keluarganya.2
Berbagai cara dapat dilakukan seorang dokter keluarga dalam
mewujudkan pelayanan kedokteran seperti hal tersebut diatas. Diantaranya yaitu
dengan melakukan kunjungan rumah (home visit) atau dengan melakukan
perawatan pasien di rumah (home care). Kedua hal tersebut memiliki perbedaan,
Secara sedehana, yang dimaksud dengan kunjungan rumah adalah kedatangan
petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan
atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
pasien. Sedangkan yang dimaksud dengan perawatan pasien di rumah adalah
apabila pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut telah tidak
termasuk lagi dalam kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services),
melainkan dalam kelompok rawat inap (hospitalization). Ruang lingkup kegiatan
pada kunjungan rumah hanya untuk lebih mengenal kehidupan pasien serta
melakukan pertolongan kedokteran yang bersifat rawat jalan saja. Sedangkan pada
perawatan pasien di rumah, ruang lingkup kegiatan tersebut telah mencakup
kegiatan pertolongan kedokteran yang bersifat rawat inap.2,3

7
Selain untuk meningkatkan pemahaman dokter tentang kondisi pasien,
manfaat yang dapat didapatkan dari kunjungan rumah yang dilakukan oleh dokter
keluarga adalah meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dan dapat lebih
menjamin bagaimana terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.4
Pada home visit saat ini akan dilakukan peninjauan pada pasien yang telah
didiagnosa sebagai tuberkulosis paru yang sementara menjalani pengobatan.
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksi kronik menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sudah sangat lama dikenal
pada manusia dan sampai saat ini menjadi masalah kesehatan penting di dunia.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam satu tahun, kuman M.
tuberculosis telah membunuh sekitar 2 juta jiwa, dan WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2002- 2020 ada sekitar 2 miliar orang yang terinfeksi kuman
ini, di mana 5-10% di antara infeksi akan berkembang menjadi penyakit, 40% di
antara yang sakit dapat berakhir dengan kematian. Perkiraan dari WHO, yaitu
sebanyak 2-4 orang terinfeksi tuberkulosis setiap detiknya dan hampir 4 orang
setiap menit meninggal karena tuberkulosis. Kecepatan penyebaran tuberkulosis
bisa meningkat lagi sesuai dengan peningkatan penyebaran Human
Immunodeficiency Virus (HIV)/Acuired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan
munculnya kasus TB-MDR (multi drug resistant) yang kebal terhadap bermacam
obat. Pada tahun 2013 WHO memperkirakan ada 8,6 juta kasus baru TB (13%
merupakan koinfeksi dengan HIV) dan 1,3 juta orang meninggal karena
tuberkulosis di mana diantaranya 940.000 orang dengan HIV negatif dan 320.000
orang dengan HIV dan tuberkulosis positif.5-7
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah penderita TB
terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah
sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap
tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang.
Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000
penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Oleh karena itu
kerugian ekonomi akibat TB juga cukup besar. 7,8
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia.
Waktu pengobatan TB yang relatif lama (enam sampai delapan bulan) menjadi

8
penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop)
setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah
TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang
cepat dan munculnya permasalahan TB- Multi Drugs Resistant (MDR, kebal
terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah adanya penderita TB laten, dimana
penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB akan
muncul.8,9
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah
perkotaan, serta keadaan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB. Telah terbukti di amerika serikat selama bahwa
lingkungan sosial ekonomi yang baik, pengobatan teratur dan pengawasan minum
obat ketat berhasil menurunkan angka borbiditas dan mortalitas. Proses penularan
penyakit ini terjadi secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi
klinis yang paling sering dibandingkan dengan organ lainnya. Penularan penyakit
ini sebagian besar melalui basil tahan asam (BTA). Pada TB kulit atau jaringan
lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung.
Tatalaksana pada pasien dengan Tuberkulosis paru dibagi menjadi
penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis
1. Tatalaksana Farmakologis
Pada pasien baru dengan BTA positif, pasien baru TB paru BTA negatif
dengan foto thoraks mendukung TB dan TB ekstra paru, pengobatan fase
awal terdiri dari 4 Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yaitu Rifampicin
150mg, isoniazid 75 mg, pirazinamide 400 mg dan etambutol 275 mg
diminum setiap hari selama 2 bulan dimana jumlah tablet yang diminum
berdasarkan berat badan yaitu 2 tablet untuk berat badan 30-37 kg, 3 tablet
untuk berat badan 38-54, 4 tablet untuk berat badan 55- 70 kg, dan 5 tablet
untuk berat badan diatas 70 kg. Jumlah tablet berdasarkan berat badan
tersebut juga digunakan untuk pengobatan fase lanjutan. Pada fase
lanjutan, obat yang diminum adalah 2 KDT yang terdiri dari rifampisin
150 mg dan isoniazid 150 mg dengan frekuensi 3 kali seminggu selama 4
bulan.10

9
2. Tatalaksana Nonfarmakologis11
Tatalaksana nonfarmakologis yang dapat diberikan pada pasien dan
keluarga penderita TB paru adalah sebagai berikut:
a. Konseling mengenai pentingnya tipe pengobatan preventif
dibandingkan kuratif.
b. Konseling mengenai penyakit TB pada pasien dan keluarga.
c. Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada
keluhan dan mengambil obat di Puskesmas jika obatnya habis.
d. Konseling kepada pasien untuk memeriksakan kembali dahaknya
setelah dua bulan dan enam bulan pengobatan.
e. Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi berupa
tinggi kalori dan tinggi protein.
f. Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti buang
air kecil akan berwarna merah yang menandakan itu bukanlah darah
hanya menandakan reaksi obat. Selain itu juga bisa timbul gatal-gatal
dan kepala terasa pusing. Hal ini dilakukan agar pasien tetap minum
obatnya dan tidak berhenti minum obat.
g. Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial dengan
hal-hal bersifat positif.
h. Edukasi mengenai gaya hidup bersih dan sehat seperti tidak merokok
serta fungsi dari ventilasi dalam rumah.
i. Konseling mengenai penyakit TB yang dapat menular dengan anggota
keluarga lainnya yang dapat dicegah dengan pemakaian masker, dan
tidak membuang dahak sembarangan (di wc/ kotak sampah didapur/
asbak).
j. Konseling kepada pasien untuk pemberian imunisasi BCG kepada
cucunya yang masih berusia satu bulan untuk pencegahan terhadap
TB.
k. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam
mengingatkan pasien mengenai rutinitas minum obat.

10
l. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya perhatian dukungan dari
semua anggota keluarga terhadap perbaikan penyakit pasien. Deteksi
dini kuman TB pada keluarga yang tinggal serumah dengan pasien.

Peran dokter keluraga dalam penatalaksanaan TB paru sangatlah penting


yang tidak memandang seorang pasien sebagai seseorang individu melainkan
sebagai suatu unit keluarga yang penatalaksanaannya secara holistik dan
komprehensif. Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita
dalam menolong penderita TB, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah
satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan
kesehatan.Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat
berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan, serta cara untuk
mencegah penularan.12

11
BAB II

LAPORAN HOME VISIT

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. SH
Jenis Kelamin : Laki- laki
Tempat/tanggal lahir : Manado, 28 September 1957
Umur : 61 Tahun
Alamat : Kelurahan Paal Dua Lingkungan VI, Kec. Paal 2
Agama : Kristen
Pekerjaan : Sopir
Bangsa : Indonesia
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Kunjungan : 24 November 2018
B. Struktur Keluarga/Genogram

: Pasien

: Perempuan

: Laki-laki

C. Karakteristik Demografi Keluarga


Tabel 1. Karakteristik demografi keluarga
No Nama Hubungan Jenis Usia Status
Kelamin (tahun) Kesehatan
SH Pasien Laki-laki 61 Sakit
1
MK Istri Perempuan 54 Sehat
2
WH Anak Perempuan 36 Sehat
3
EH Anak Laki- laki 34 Sehat
4

12
FH Anak Laki- laki 28 Sehat
5

D. Keadaan Rumah dan Lingkungan


1. Kepemilikan rumah : Milik pribadi

2. Daerah rumah : Padat

3. Bertingkat/tidak : Tidak

4. Ruang tamu : 1 ruang

5. Ruang keluarga :-

6. Kamar tidur : 1 ruang

7. Kamar mandi/WC : 1 ruang

8. Dapur : 1 ruang

9. Dinding rumah : Beton

10. Ventilasi rumah : Ada

11. Lantai rumah : Tanah

12. Atap rumah : Seng

13. Sumur/sumber air : Air Sumur

14. Sumber/listrik : Perusahaan Listrik Negara (PLN)

15. Jumlah penghuni rumah : 5 orang

13
E. Denah Rumah

1 2

3 4

Keterangan :
1 Tempat Tidur
2 Dapur
3 Kamar Mandi
4 Ruang Tamu
Gambar 1. Denah Rumah

F. Pemeriksaan Fisik Umum


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :

 TD : 110/80 mmHg
 N : 84 x/m
 R : 18 x/m
 S : 37oC
 BB : 59 kg
 TB : 165 cm
 IMT : 21,67 kg/m2
 Status gizi menurut WHO : Gizi baik
- Kepala/leher: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), perbesaran
kelerjar getah bening (-)

14
- Thoraks: Simetris, rhonki (-), wheezing (-), suara napas vesikuler,
bunyi jantung I/II regular, murmur (-/-), gallop (-/-).
- Abdomen: Tidak terdapat bekas luka, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-
), massa (-), hepar dan lien tidak teraba, timpani, BU (+) normal.
- Ekstermitas: Akral hangat, edema (-)

G. Penetapan Masalah Pasien


1. Riwayat Medis
a) Hipertensi : Disangkal
b) Sakit Gula : Tidak ada
c) Kolesterol : Tidak ada
d) Asam Urat : Tidak ada
e) Alergi : Tidak ada
f) Sesak napas : Ada
g) Batuk lama : Ada
h) Penyakit jantung : Tidak ada
i) Penyakit tulang : Tidak ada
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami batuk-batuk lama sekitar ± 2 bulan lalu selama lebih dari 2
minggu, demam, penurunan berat badan dan keringat malam. Saat ini pasien
mengalami sesak jika beraktivitas berat dan lama.
Saat ini pasien merasa keluhan batuk mulai berkurang dan berat badan mulai
membaik namun pasien mulai merasa sesak napas jika melakukan aktifitas
yang berat dan melelahkan seperti berjalan jauh, mengangkat beban berat.
3. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah melakukan pengobatan TB paru selama 6 bulan
sebanyak 3 kali. Pertama kali pada tahun 2000.
4. Riwayat Keluarga
Terdapat anggota keluarga pasien yang tinggal di lingkungan sekitar pasien
tinggal yang mengalami keluhan yang sama.

15
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol, namun sudah
berhenti sejak 8 tahun yang lalu
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Hubungan dengan tetangga dan orang sekitar baik, tidak ada masalah baik di
rumah maupun di masyarakat. Penderita sudah menikah dan tinggal bersama
anaknya.
7. Riwayat Gizi
Penderita memiliki berat badan 59 kg, tinggi badan 165 dan indeks massa
tubuh 21,67 kg/m2. Berdasarkan data ini, status gizi pasien dikategorikan
sebagai gizi baik.
8. Diagnostik holistik (biopsikososial)
Personal : Sesak napas jika beraktifitas lama dan berat
Klinis : Tuberkulosis paru
Faktor Internal : Tidak terdapat riwayat genetik
Faktor Perilaku : Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum
Alkohol.
Psikososial : Pasien tinggal bersama istri dan anak di daerah
lingkungan yang padat.

H Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
Keluarga tersebut merupakan keluarga inti yang terdiri dari pasien, istri
pasien serta ketiga anak pasien.
2. Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, pasien dan keluarga hanya sebagai
anggota masyarakat biasa dan komunikasi antar tetangga cukup baik,
tidak ada masalah antara tetangga.
3. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal dengan suami dan anak-anaknya. Hubungan keluarga
terjalin seperti keluarga pada umumnya.

16
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga bersumber dari penghasilan usaha membawa
angkot dan dirasakan cukup untuk pemenuhan kebutuhan makan sehari-
hari pasien.
5. Fungsi Fisiologis (skor APGAR)
APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi
keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap
hubungannya dengan anggota keluarga yang lain.
APGAR score meliputi:
1) Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan
anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan
saran dari anggota keluarga yang lain.
2) Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi,
saling bertukar pikiran antara anggota keluarga dalam segala
masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3) Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal – hal baru
yang dilakukan anggota keluarga tersebut.
4) Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga.
5) Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang
kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota
keluarga yang lain.
Terdapat 3 kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-
7 cukup dan 8-10 adalah baik. Dimana skor untuk masing –
masing kategori adalah:
2 : sering
1 : kadang - kadang

17
0 : jarang / tidak sama sekali

Pada keluarga ini hanya dilakukan penilaian APGAR score terhadap Tn. SH

APGAR Tn. SH terhadap keluarga 0 1 2

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya √
mengahadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah √
dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung √


keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih √


sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu √
bersama-sama

Untuk Tn. SH, APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


Adaptation : Tn. SH mendapat dukungan yang maksimal dari
Tuberkulosis Paru yang dideritanya.(Score :2)
Partnership : Komunikasi antara pasien dengan keluarga terjalin sangat
baik. (Score : 2)
Growth : Tn. SH selalu berdiskusi bersama keluarga untuk
menentukan keputusan. (Score :2).
Affection : Keluarga dapat mengerti apabila Tn. SH meluapkan
emosinya seperti kemarahan. (Score : 1)
Resolve : Tn. SH memiliki waktu berkumpul yang maksimal dengan
anggota keluarganya. (Score : 2)
Total APGAR score Tn. SH : 9 (baik)

18
6. Fungsi patologis (SCREEM)

KET.
SUMBER PATOLOGIS

Social Tn. SH cukup rajin dalam mengikuti kegiatan di -


lingkungan sekitar
Culture Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik dapat -
dilihat
Religious -
Rajin ke gereja dan mengikuti kegiatan ibadah

Economic Penghasilan keluarga bertumpuh pada paien -


yang membawa angkot sehari-hari
Educational Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga -
tersebut baik.
Untuk mencari pelayanan kesehatan, kel. SH
Medical -
pergi ke puskesmas Ranomut untuk melakukan
pemeriksaan

Keluarga Tn. SH tidak mempunyai fungsi patologis. Kesimpulan


permasalahan fungsi keluarga : Tn. SH, umur 61 tahun dengan
Tuberkulosis Paru, memiliki fungsi sosial, fungsi psikologis dan fungsi
ekonomi yang cukup baik.

I Manajemen Kasus
1. Promotif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai tuberkulosis paru serta
penanggulangannya.
- Menjelaskan cara penggunaan, penyimpanan dan dosis yang benar.
2. Preventif
- Menjaga kebersihan individual
- Menggunakan masker baik pasien maupun keluarga
- Tidak membuang air liur sembarangan

19
- Ventilasi udara baik
- Lingkungan rumah dan kamar sebaiknya terkena sinar matahari
agar tidak lembab
3. Kuratif
Melanjutkan pengobatan tuberkulosis paru tahap lanjutan
menggunakan Kombinasi Dosis Tetap rifampisin 150 mg dan isoniazid
150 mg 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan.

20
BAB III

PENUTUP

Tuberkulosis paru (TB) merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang


sudah sangat lama dikenal pada manusia. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosa ini memiliki hubungan yang erat dengan kondisi
tempat tinggal seperti di daerah urban, lingkungan yang padat, serta keadaan
rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah
kasus TB.
Peran dokter keluraga dalam penatalaksanaan TB paru sangatlah penting
yang tidak memandang seorang pasien sebagai seseorang individu melainkan
sebagai suatu unit keluarga yang penatalaksanaannya secara holistik dan
komprehensif. Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita
dalam menolong penderita TB, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah
satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan
kesehatan.Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat
berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan, serta cara untuk
mencegah penularan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar A. Pemanfaatan Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan


Indonesia. Disampaikan pada Semiloka Standarisasi Pelayanan dan
Pelatihan Dokter Keluarga. Jakarta : PB IDI, 1999
2. Lawren MA, Alber G Muller JR, Allan H. 1995. Primary Care Medicine.
JB. Lipincott Company
3. Azwar, A.. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan
Penerbit Ikatan Dokter Indonesia. 1996
4. Jurusan IKM FK UNS.Modul Kedokteran Keluarga : Pelayanan di
Keluarga. KK 05. Surakarta : Program Semi Que IV Peningkatan Kualitas
Pendidikan Sarjana dan Manajemen Perguruan Tinggi
Indonesia.Surakarta:2002.
5. Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 6 jilid 1, h. 863-880
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia; 2006.
7. WHO.Tuberculosis. New York: WHO Media Centre; 2006.
8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional
penanggulangan tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2014.
9. Reviono, Suradi, Adji M, Sulaeman ES. Hubungan modal sosial dan
pencapaian case detection rate tuberkulosis puskesmas kabupaten
karanganyar. J Respir Indo. 2015; 35(1):28-38.
10. Departemen Kesehatan RI. Paket OAT kategori 1. Semarang, Indonesia
11. Zettira Z, Sari MI. Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan
Pendekatan Kedokteran Keluarga. J Medula Unila: 2017;7. H.68-79.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi nasional
pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2011.

22
LAMPIRAN

Saat melakukan Home visit

23

Anda mungkin juga menyukai