STATUS ASMATICUS
Dosen Pembimbing :
Romadhoni, S. Kep, Ns, M. Kep
Kelompok 1 :
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan InayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata
Kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Makalah ini berisikan tentang Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Status Asmaticus beserta pembahasannya,
sehingga diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan kepada kita pada kasus
pasien dengan Status Asmaticus.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun
berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ............................................................. i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 4
TUJUAN ....................................................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 5
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PASIEN DENGAN STATUS
ASMATICUS ................................................................................................................... 6
Airway Management.................................................................................................... 22
Respiratory Monitoring ............................................................................................... 23
Airway Management.................................................................................................... 24
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 28
SKENARIO KASUS ..................................................... Error! Bookmark not defined.
ANALISA KASUS......................................................... Error! Bookmark not defined.
PROSES TERJADINYA KASUS DILIHAT DARI MEDISError! Bookmark not
defined.
MANAJEMEN KASUS KEPERAWATAN .................. Error! Bookmark not defined.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................... Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jumlah penderita asma di dunia mungkin setinggi 334 juta. Angka ini berasal
dari analisis yang komprehensif terbaru dari Global Burden of Disease Study (GBD)
yang dilakukan tahun 2008-2010. The International Study of Asma dan Alergi in
Childhood (ISAAC) melakukan survei terbaru antara tahun 2000 dan 2003. ISAAC
menemukan bahwa sekitar 14% dari anak-anak di dunia yang cenderung memiliki
gejala asma pada tahun lalu dan, yang terpenting, prevalensi asma anak bervariasi
antar negara, dan antara pusat dalam negara yang diteliti. Kesimpulan ini dihasilkan
dari survei ISAAC tentang sampel yang representatif dari 798.685 anak usia 13-14
tahun di 233 pusat di 97 negara. (A kelompok usia yang lebih muda dari anak-anak
(6-7 tahun) juga dipelajari oleh ISAAC dan temuan itu umumnya sama dengan anak-
anak yang lebih tua). Prevalensi mengi baru-baru ini bervariasi. Prevalensi tertinggi
(> 20%) secara umum diamati di Amerika Latin dan di negara-negara berbahasa
Inggris dari Australasia, Eropa dan Amerika Utara serta Afrika Selatan. Prevalensi
terendah (<5%) diamati di anak benua India, Asia-Pasifik, Timur Mediterania, dan
Utara dan Eropa Timur. Di Afrika, 10-20% prevalensi sebagian besar
diamati.(ISAAC, 2014)
Status asmatikus merupakan serangan asma yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan konvensional dan ini merupakan keadaan darurat medis, bila tidak
segera diatasi akan terjadi gagal napas. Status asmatikus adalah asma yang berat
dan persisten yang tidak merespons terapi konvensional (Muttaqin, 2008).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada klien dengan kegawat daruratan Asmatikus.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penulisan Makalah ini adalah mahasiswa mengetahui dan
memahami :
a. Pengertian Status Asmaticus
b. Penyebab (Etiologi) Status Asmaticus
c. Patofisiologi Status Asmaticus
d. Tanda Gejala (Manifestasi Klinis) Terjadinya Status Asmaticus
e. Komplikasi Status Asmaticus yang tidak tertangani
f. Pathway Status Asmaticus
g. Pemeriksaan Penunjang untuk Menegakkan Status Asmaticus
h. Penatalaksanaan Medis Status Asmaticus
i. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien dengan Status Asmaticus
meliputi Pengkajian, Perencanaan, Diagnosa Keperawatan dan Evaluasinya
C. RUMUSAN MASALAH
a. Apa Pengertian Status Asmaticus?
b. Apa Penyebab (Etiologi) Status Asmaticus?
c. Bagaimana Patofisiologi Status Asmaticus?
d. Apa Tanda Gejala (Manifestasi Klinis) Terjadinya Status Asmaticus?
e. Bagaimana Komplikasi Status Asmaticus yang tidak tertangani?
f. Bagaimana Pathway Status Asmaticus?
g. Apa saja Pemeriksaan Penunjang untuk Menegakkan Status Asmaticus?
h. Bagaimana Penatalaksanaan Medis Status Asmaticus?
i. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Status Asmaticus
meliputi Pengkajian, Perencanaan, Diagnosa Keperawatan dan Evaluasinya?
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PASIEN DENGAN STATUS ASMATICUS
bronkhokontriksi
hipercapnia
Gagal Napas
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi
pada empisema paru yaitu :
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation.
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB ( Right bundle branch block).
3) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan
efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan obstruksi.
H. Penatalaksanaan Medis Status Asmaticus
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma
yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup
bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi
dada.
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan
jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang
termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang
baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (
beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap
hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping
maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak
. Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan
bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
I. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien dengan Status Asmaticus
1. Pengkajian
a. Primary Assessment
1) Airway
Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan
sputum pada jalan napas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan
napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi pasien
yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat
diperoleh.
2) Breathing
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan
bertambahnya usaha napas pasien untuk memporeh oksigen yang
diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien
mengalami napas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini
memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping
itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak
mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau
kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh
frekuensi napas lebih dari 25x / menit. Pantau adanya mengi.
3) Circulation
Pada kasus asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh
oksigen maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan
tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih
dari 110x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada
waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak
ekspirasi (APE) kurang dari 50% nilai dugaan atau nilai tertinggi yang
pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan
oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap
circulation ini.
4) Disability
Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status
asmatikus mengalami penurunan kesadaran. Disamping itu pasien
yang masih dapat berespon hanya dapat mengeluarkan kalimat yang
terbata-bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat akibat usaha
napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan kelelahan.
Namun pada penurunan kesadaran semua motorik sensorik paien
unrespon.
5) Exposure
Setelah tindakan pemantauan airway, breathing, circulation, disability,
dan exposure dilakukan, maka tindakan selanjutnya yakni transportasi
ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang lebih intensif
(ENA, 2007).
b. Secondary assessment
Survei sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang
dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary
survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian
tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai membaik.
c. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat
pasien yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat
pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang,
riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan sistem.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat
dari pasien dan keluarga :
A :Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan,
plester,makanan)
M :Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti
sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis,
jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat
P :Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit
yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan
obat-obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode
menstruasi termasuk dalam komponen ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
(kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama)
d. Pemeriksaan Head to Toe
Memeriksa pasien dari kepala sampai kaki (Head to Toe) dengan
teliti untuk menilai adakah perubahan bentuk, tumor, luka, dan sakit
(BTLS).
e. Pemerikasaan Tanda-Tanda Vital
Memeriksa tanda –tanda vital pasien yaitu pernapasan, tekanan
darah, suhu, nadi dan skala nyeri pasien. Pemeriksaan TTV ini penting
karena untuk mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan yang kita
berikan sebelumnya (ENA, 2007).
2. Rencana Asuhan Keperawatan Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
tidak efektif selama 1 x 5 menit, pasien mampu : Airway Management
berhubungan dengan Respiratory status : Ventilation Buka jalan nafas,
tachipnea, peningkatan Respiratory status : Airway patency guanakan teknik chin lift
produksi mukus, Aspiration Control, atau jaw thrust bila perlu
kekentalan sekresi dan Dengan kriteria hasil : Posisikan pasien
bronchospasme. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara untuk memaksimalkan
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan ventilasi
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, Identifikasi pasien
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada perlunya pemasangan
pursed lips) alat jalan nafas buatan
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien Pasang mayo bila
tidak merasa tercekik, irama nafas, perlu
frekuensi pernafasan dalam rentang Lakukan fisioterapi
normal, tidak ada suara nafas abnormal) dada jika perlu
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah Keluarkan sekret
factor yang dapat menghambat jalan nafas dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
gas berhubungan selama 1 x 30 menit, pasien mampu :
Airway Management
dengan perubahan Respiratory Status : Gas exchange
membran kapiler – Respiratory Status : ventilation
Buka jalan nafas,
alveolar Vital Sign Status
gunakan teknik chin lift
Dengan kriteria hasil :
atau jaw thrust bila perlu
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi
Posisikan pasien
dan oksigenasi yang adekuat
untuk memaksimalkan
Memelihara kebersihan paru paru dan
ventilasi
bebas dari tanda tanda distress pernafasan
Identifikasi pasien
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
perlunya pemasangan
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
alat jalan nafas buatan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
Pasang mayo bila
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
perlu
pursed lips)
Lakukan fisioterapi
Tanda tanda vital dalam rentang normal
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berika bronkodilator
bial perlu
Barikan pelembab
udara
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
Respiratory Monitoring
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas
yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Krisanty Paula, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama.
Jakarta:Trans Info Media