Anda di halaman 1dari 11

Struktur Inti

Partikel dasar yang bermuatan listrik positif dalam inti adalah proton, yang merupakan inti
atom hidrogen. Oleh karena itu, suatu inti dengan nomor atom Z mengandung Z proton dan
sebuah atom netral mengandung Z elektron yang bermuatan negatif. Karena massa elektron-
elektron itu sangat kecil dibandingkan dengan massa proton, mp ≈ 2000 me elektron itu sering
kali dapat diabaikan yang banyak terdapat kesukaran. (Sumardi, Yosaphat. 2017) (Brown,
2005)

Kesukaran tersebut dapat diatasi setelah diketemukan neutron pada tahun 1932 oleh James
Chadwick. Neutron adalah partikel yang mempunyai massa kira-kira sama dengan masa
proton (sebenarnya kira-kira 0,1% lebih besar), tetapi tidak bermuatan listrik. Model ini
disebut model protonneutron. Menurut model itu inti terdiri dari proton-proton dan
neutronneutron, yang disebut nukleon. Secara kuantitatif dinyatakan bahwa inti terdiri dari Z
proton dan (A – Z) neutron, yang memberikan muatan total Ze dan massa total secara kasar
A. Suatu jenis inti tertentu disebut nuklide, yang dapat dituliskan sebagai :

𝐴
𝑋
𝑍 𝑁

dengan

X = nuklide (jenis inti tertentu)

Z = nomor atom (jumlah proton)

N = nomor neutron (jumlah neutron)

A = nomor massa = Z + N (jumlah total proton dan neutron atau jumlah nukleon)

Sering kali nomor neutron suatu nuklide tidak dituliskan secara eksplisit. Sebagai contoh, inti
23 23
natrium 𝑁𝑎12 = 11 𝑁𝑎 yang artinya Na mempunyai Z = 11 proton, N = 12 neutron, dan A
11

= N + Z = 11 + 12 = 23 nukleon.

𝑧
Menurut model proton-proton, deuteron 𝐻 mempunyai Z = 1 proton dan N 1 neutron.
1
1
Masing-masing nukleon itu mempunyai spin intrinsik sehingga spin total yang mungkin
2

adalah 0 (jika dua spin itu berlawanan arah) atau 1 (jika dua spin itu searah).
Proton yang stabil biasaya ditemukan sebagai atom hidrogen yang terikat pada 1 elektron.
Massa elektron berbanding kecil dengan proton (511 keV / 939,000 keV or ~ 1/1800) dan
energi pengikatnya lebih kecil (13 eV / 939,000,000 eV or ~ 10-8) (Loveland, Walter D.
2006)

1. Potensial Inti
Interaksi gabungan antara neutron dan proton dapat dijelaskan dalam istilah “potensial
inti”. Dikarenakan karena proton adalah partikel bermuatan hal ini menyebabkan
neutron dan proton seolah olah bergerak dalam potensial yang terpisah (saling
melapisi satu sama lain). Dengan cara skematis dan sederhana gaya tersebut akan
bekerja pada neutron untuk dibawa ke inti. Ketika neutron mencapai pada permukaan
inti (dalam jangkauan gaya inti ~ 1 fm dari tepi) akan ada aya tarik dari nukleon
terdekat dan neutron tersebut akan ditarik ke dalam inti. Daya tarik ini akan
meningkat dengan cepat di wilayah permukaan nukleon bersentuhan dengan nukleon
yang lain sampai mengelilingi bagian dalam inti. Perilaku ini disebut dalam fungsi
energi potensial yang ditunjukkan sebagai fungsi jarak dari pusat inti yang
ditunjukkan sisi kiri Gambar 1.

Gambar 1
Representasi skematis daripotensial neutron-potensial nukleusdan proton-inti
potensial sebagai fungsi jari-jari.
(Loveland, Walter D. 2006)
2. Schematic Shell Model (Model Kulit Inti)
Dalam model kulit atom, kita mengisi kulit-kulit atom dengan elektron-
elektron menurut urutan energi yang makin bertambah, sesuai dengan persyaratan
asas Pauli. Bilamana kita melakukannya, kita akan mendapatkan suatu teras yang
lembam dengan kulit-kulit terisi dan sejumlah elektron valensi; kemudian model itu
menganggap bahwa sifat-sifat atom terutama ditentukan oleh elektronelektron valensi.
Jika kita membandingkan beberapa sifat sistem atom yang terukur dengan ramalan
model tersebut. kita mendapatkan kesesuaian yang luar biasa (Sumardi, Yosaphat.
2017).
Model kulit meninjau nukleon pada inti ganjil secara tunggal atau individu
tidak berinteraksi satu sama lain. Prediksi model kulit memiliki kesesuaian dengan
data eksperimen yakni ditemukan beberapa inti dengan jumlah nukleon tertentu
memiliki kelimpahan di alam yang jumlahnya lebih besar dibandingkan inti lainnya.
Jumlah nukleon ini dinyatakan dalam suatu bilangan yang disebut bilangan ajaib
(magic number). Model kulit berhasil menjelaskan beberapa fenomena inti seperti
spin inti, momen dipol magnet inti, dan keadaan isomer pada model nukleon tunggal
inti bola. Mayer mengasumsikan adanya kopling l−s menyebabkan splitting
(pemisahan) level l yang diberikan, sehingga teori ini sesuai dengan deret bilangan
ajaib pada kulit tertutup yakni Zc atau Nc = 2,8,20,28,50,82 dan 126 (Mayer,1949).
Ada beberapa atom yang stabil yakni He, Ne, Ar, Kr, Xe dengan Z = 2, 10, 18,
36, 54. Inti-inti yang mempunyai jumlah proton dan neutron sama dengan magic
number ternyata sangat stabil. Jadi nukleon-nukleonnya berada di dalam kulit. Untuk
menurunkan magic numberdiadakan pemisalan-pemisalan seperti: setiap nukleon
bergerak dalam potensial sentral, prinsip pauli tetap berlaku, persamaan Schrodinger
yang hanya mengandung r (persamaan radial) (Hidayat, Arif. 2014)
Menurut model kulit didapatkan tingkat-tingkat energi inti. Satu tingkat dapat
terdiri dari beberapa keadaan untuk nilai L dan J tertentu, serta satu bilangan kuantum
lain n. Maka keadaan inti dinyatakan sebagai , sementara L dinyatakan dalam S, P, D,
F, G, … untuk L = 0, 1, 2, 3, 4, …. Tiap tingkat keadaan dengan momentum angular
total J te rdegenerasi dalam 2(2J + 1) keadaan, yaitu untuk keadaan dengan bilangan
kuantum magnetik momentum angular M = -J, -J + 1, ..., 0, ..., J – 1, J serta spin ‘up’
dan ‘down’. Keadaan inti pada beberapa tingkat energi terendah menurut model kulit
yaitu:
Tingkat Keadaan (nLJ) Jumlah keadaan Jumlah keadaan total
1 1𝑆1⁄ 2 2
2

2 1𝑃1⁄ , 1𝑃3⁄ 6 8
2 2

3 2𝑆1⁄ , 1𝐷3⁄ , 1𝐷5⁄ 12 20


2 2 2

1𝐹1⁄
4 2 8 28
1𝐺9⁄ , 2𝑃1⁄ , 2𝑃3⁄ , 1𝐹5⁄
5 2 2 2 2 22 50

Pada atom, yang juga dimodelkan memiliki kulit-kulit keadaan, beberapa sifat
atom ditentukan oleh elektron-elektron pada kulit terluar. Demikian juga menurut
model kulit untuk inti, beberapa sifat inti ditentukan oleh nukleon-nukleon pada kulit
terluar, seperti paritas inti, spin inti. Contoh lain, ingat kembali rumus massa
semiempiris, di situ terdapat suku koreksi pasangan ∆(A). Suku ini berkaitan dengan
nukleon-nukleon pada kulit terluar (di luar kulit terakhir yang terisi penuh), yang
memiliki kecenderungan membentuk pasangan. Jadi, pada model kulit yang
diperhatikan hanya dinamika nukleon pada kulit terluar. Dinamika nukleon pada
bagian dalam diabaikan. Ini merupakan sifat model inti yang melihat nukleon-nukleon
secara independent, berlawanan dengan model inti yang melihat nukleon-nukleon
secara kolektif. (Fachrudin, Imam. 2014)

Fachrudin, Imam. 2014. Mengenal Fisika Nuklir.


Departemen Fisika. Universitas Indonesia.(Diakses tanggal 4 Februari 2019)
3. Independent Particle Model
Inti merupakan kumpulan nukleon yang berdiri sendiri-sendiri, diasumsikan nukleon-
nukleon tidak saling berinteraksi atau berinteraksi secara lemah. Pengaruh / interaksi
nukleon lain pada / dengan sebuah nukleon diwujudkan dalam bentuk suatu potensial,
tiap nukleon dikenai potensial tersebut. Elektron-elektron dalam atom dilihat sendiri-
sendiri, masing-masing menempati satu keadaan kuantum yang unik (n, l, m, s).
Namun demikian, kelompok model independen dapat menjelaskan sebagian
fenomena inti dan struktur ini sangat berfungsi untuk reasi dalam inti.
(Fachrudin, Imam. 2014)
4. Collective Model
Dinamika nukleon-nukleon dalam inti dilihat secara bersama, nukleon tidak
terisolasi sendiri-sendiri, dengan kata lain nukleon saling berinteraksi, yang
ditampilkan berupa dinamika kolektif seluruh nukleon (Hidayat, Arif. 2014)
Model inti kolektif meninjau inti secara satu kesatuan saling berinteraksi
mengalami gerak bersama sedangkan model inti individu meninjau inti secara
individu tidak ada interaksi mengalami gerak individu. Adanya gerak kolektif
menunjukkan beberapa inti terdeformasi yakni penyimpangan bentuk bola. Model
kulit berhasil meramalkan sifat-sifat sebagian inti berbentuk bola pada inti ganjil
(Lasijo, 1996).
Dalam schematic shell model (Model Kulit Inti) terdapat beberapa kekurangan
dalam hal ini model kolektif menggeneralisasi hasil dari schematic shell model atau
model kulit inti dengan mempertimbangkan efek potensial simetris non-bola, yang
mengarah pada deformasi substansial untuk nuklei besar dan saat-saat quadrupole
listrik yang besar.

Salah satu konsekuensi paling mencolok dari model kolektif adalah penjelasan
tentang keadaan tereksitasi inti berat yang rendah. Ini adalah dua jenis dari model
kolektif:
a) Vibrasional
Modus gerak kolektif nukleon dalam inti yang lain yaitu getaran / vibrasi. Model
vibrasional memperhitungkan gerak kolektif tersebut. Menurut model vibrasional,
permukaan inti tidak diam melainkan bergetar, seperti sebuah selaput yang
bergetar. Jadi, di sini terjadi gerakan kolektif nukleon-nukleon di permukaan inti.
Getaran ini membuat bentuk inti tidak tetap melainkan berubah-ubah secara
periodik di sekitar bentuk bola. Modus getaran permukaan inti ditandai oleh suatu
konstanta λ, contohnya:

A. B. C.
A = λ = 2 (quadrupol)
B = λ = 3 (oktupol)
C = λ = 4 (heksadekapol)
Dengan,
λ = 0 untuk modus getaran kembang kempis, yang tidak dipertimbangkan, karena
energinya terlalu besar.
λ = 1 untuk modus getaran translasi, yaitu pusat massa inti bergeser bolak balik.
Modus ini tidak dimasukkan karena yang diperhitungkan hanya getaran dengan
pusat massa inti diam.
(Fachrudin, Imam. 2014)

b) Model Rotasional
Sebuah inti yang distribusi kerapatan intinya simetris bulat (momen nol
quadrupole) tidak dapat memiliki eksitasi rotasi (dengan penerapan prinsip
ekuipartisi energi ke molekul monatom yang tidak ada derajat kebebasan terkait
dengan rotasi) Di sisi lain, inti dengan momen quadrupole non-nol dapat memiliki
level tereksitasi karena rotasi tegak lurus terhadap sumbu simetri. Untuk inti
genap yang kondisi dasarnya memiliki putaran nol, keadaan ini memiliki energi
𝐼 (𝐼 + 1)ℎ2
𝐸𝑟𝑜𝑡 =
2𝑃
di mana P adalah momen inersia inti tentang sumbu melalui pusat tegak lurus
terhadap sumbu simetri.

Tingkat energi rotasi nukleus genap genap hanya dapat mengambil nilai genap.
Misalnya nuclide 170 72 Hf (hafnium) memiliki serangkaian keadaan rotasi
dengan energi eksitasi
E (KeV): 100, 321, 641
Ini hampir persis dalam rasio 2 × 3: 4 × 5: 6 × 7, yang berarti bahwa ini adalah
keadaan dengan putaran rotasi sama dengan 2, 4, 6 masing-masing. Hubungannya
tidak tepat karena momen inersia berubah ketika putaran meningkat. Kita dapat
mengekstraksi momen inersia untuk masing-masing kondisi rotasi ini dari
persamaan . Momen inersia nuklir yang lebih mudah dikutip dalam MeV / c2 fm2,
dengan bantuan relasi
hc = 197.3 MeV fm
Lasijo, R.S.: Susunan Energi Partikel Tunggal Pada Inti-Inti A-Ganjil. PPIKSN-
BATAN, Jakarta (1996)
5. Nilsson Model
Model Nilsson merupakan model yang mengawali pemahaman fenomena inti
terdeformasi dengan pendekatan nukleon individu. Pendekatan nukleon individu pada
model Nilsson serupa dengan model kulit, digunakan untuk mengetahui struktur inti.
Kelemahan model kulit hanya mampu diterapkan pada inti bola sedangkan model
Nilsson dapat diterapkan pada inti bola dan tidak bola (terdeformasi). Adapun jenis
inti terdeformasi pada model Nilsson yakni digunakan pada deformasi kuadrapol
yakni prolate dan oblate (Sulistyani, 2015). Keberhasilan ini menyatakan bahwa
model Nilsson lebih umum dibandingkan model kulit yang hanya mampu diterapkan
untuk inti bola saja. Hal penting mengenai gagasan Nilsson adalah mampu
menyelesaikan perhitungan inti terdeformasi.

Penyelesaian inti terdeformasi pada model Nilsson diterapkan pada kasus yang
sederhana pada inti ringan yakni bentuk prolate dan oblate. Inti terdeformasi ini
terlihat jelas pengaruhnya pada inti berat, meskipun begitu perlu dikaji terlebih dahulu
pada inti ringan kemudian dapat dikembangkan pada inti berat. Selain itu model
Nilsson berhasil memperbaiki model kulit dan menjelaskan struktur inti terdeformasi.
Keberhasilan ini menyatakan bahwa model Nilsson lebih umum dibandingkan model
kulit yang hanya mampu diterapkan untuk inti bola saja (Sulistyani, 2015).
Pada inti bola menggunakan potensial osilator harmonik (OH) isotropik
disebut model kulit sedang pada inti terdeformasi menggunakan potensial OH
anisotropik disebut model Nilsson. Hamiltonian inti bola dalam model kulit sebagai
berikut :
ℎ2 1 2
Ĥ𝑠𝑝ℎ = − 2𝑚 ∇2 + 𝑚𝜔 0 𝑟 2 − 𝐶𝑙. 𝑠 − 𝐷(𝑙 2 −< 𝑙 >2 ) (1)
2

Dengan ω0 merupakan kecepatan sudut, l.s merupakan perkalian skalar antara


momentum sudut orbital dan momentum sudut spin, serta C dan D merupakan
konstanta suku koreksi akibat kopling spin orbit dan koreksi dasar potensial OH.
Hamiltonian inti bola pada persamaan (1) terdiri dari empat suku yakni suku pertama
merupakan energi kinetik, suku kedua merupakan potensial osilator harmonik
isotropik,suku ketiga merupakan koreksi kopling suku spin orbit, dan suku keempat
merupakan koreksi pada bagian dasar potensial osilator harmonik. Hamiltonian inti
terdeformasi pada model Nilsson dengan OH anisotropik dapat dituliskan. (Nillson,
1995)
ℎ2 1
Ĥ = − 2𝑚 ∇2 + 𝑚 [𝜔2 ± (𝑥 2 + 𝑦 2 ) + 𝑤 2 𝑧𝑍 2 ] − 𝐶𝑙. 𝑠 − 𝐷(𝑙 2 −< 𝑙 >2 )
2

Potensial OH anisotropik diperkenalkan dengan adanya perbedaan kecepatan sudut


pada sumbu tegak lurus ω± dan kecepatan sudut pada sumbu-z ωz. Kecepatan sudut
mengandung parameter deformasi pada inti ringan ξ yakni (Nillson, 1995).
Gambar 1: Bilangan kuantum asimptotik pada inti terdeformasi (Wang, 2007)
2
𝜔𝑧 = 𝜔0 (1− 3 ξ) (4)

Nilai ξ mendefinisikan bentuk inti, untuk ξ < 0 bentuknya oblate, sedang untuk ξ > 0
bentuknya prolate.
Nilsson, S.G.: Binding state of individual nucleons in strongly deformed
nuclei. Dan Mat Fys Medd 29 (1995)
Wang, X.: Exotic collective excitations at high spin : Triaxial rotation and octopole
condensation. PhD thesis, Indiana, University of Notre Dame (2007)

Sulistyani, Tri dan Candra Dewi. 2015. Jurnal Fisika Indonesia: Kaji Ulang Model Nilsson
untuk Proton atau Neutron dengan Z, N ≤ 50. (Vol. 19, No. 57) hlm 76-81

6. Nucleus as a Fermi Gass


Enrico Fermi menemukan teori medan interaksi lemah yang analog dengan
teori elektromagnetik. Teori ini mensyaratkan adanya partikel netral tak bermassa
atau hampir tak bermassa yang sekarang dikenal sebagai neutrino (partikel netral
kecil)
Modal Gas Fermi merupakan model inti independent yang pertama. Dalam
model ini, nukleon-nukleon dianggap seperti molekul-molekul gas yang berdiri
sendiri, tidak saling berinteraksi, namun berada dalam pengaruh potensial. Nukleon-
nukleon sebuah inti (jumlah total A) digambarkan berada dalam suatu potensial sumur
konstan sedalam V0 dan selebar radius inti R, masing-masing menempati satu keadaan
(state) yang berbeda dari yang lain,yang memenuhi laut Fermi (Fermi sea) dari dasar
sampai permukaan (permukaan Fermi). Energi tertinggi yang dimiliki nukleon yaitu
energi Fermi EF (Meyerhof, W.E, 1989)

Dalam ruang momentum, tiap keadaan menempati ruang sebesar (2πℏ)3 /V. Maka,
dalam sebuah bola berradius p tersedia keadaan yang mungkin sebanyak:

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑢𝑠 𝑝 4𝜋𝑝3 𝑉


𝑁= =
𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 3(2𝜋ℎ)3

1
Dalam ruang spin 2 terdapat dua keadaan yang mungkin, spin up dan spin down. Maka, jika

spin ikut diperhitungkan, jumlah keadaan N diatas menjadi :

8𝜋𝑝3 𝑉
𝑁=
3(2𝜋ℎ)3
1
Nukleon memiliki isospin 2 maka terdapat dua keadaan yang mungkin, isospin up (proton)

dan isospin down (neutron). Dengan demikian, untuk sebuah nukleon dalam inti yang besar
momentumnya p tersedia keadaan yang mungkin ditempatnya sebanyak :

16𝜋𝑝3 𝑉
𝑁=
3(2𝜋ℎ)3

(Fachrudin, Imam. 2014)

W. E. Meyerhof, Elements of Nuclear Physics(McGraw-Hill Book Co., Singapore,


1989)

Anda mungkin juga menyukai