Anda di halaman 1dari 24

PENCELUPAN ZAT WARNA DISPERSI-REAKTIF

PADA KAIN POLIESTER-RAYON (65%-35%)

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Teknologi Pencelupan 3

oleh:
Aditia Rachman M (15020061)
Afrizal Nurdiansyah (15020063)
Hasanul Arifin (15020067)
Khansa Husniah Nurjaman (1502069)
Mia Eriyanti (15020071)
Rifaldi Habibi (15020084)

Program Studi Kimia Tekstil


POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2018

[Type text] Page 1


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pencelupan bahan tekstil dengan zat warna, bahan diwarnai dengan zat warna
secara merata dengan zat warna sehingga diperoleh bahan bewarna dengan tahan luntur
tertentu. Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara
merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Proses pencelupan yang
digunakan menjadi faktor penting untuk menghasilkan celupan yang tepat. Metode
yang dapat digunakan untuk mencelup serat poliester-rayon menggunakan zat warna
dispersi-reaktif yaitu dengan exhaust. Kain celupan poliester-rayon ini biasa digunakan
sebagai bahan pakaian. Maka dari itu, penting untuk dapat mengetahui cara
pencelupan zat warna kain poliester-rayon dengan zat warna dispersi-reaktif
menggunakan metoda exhaust yang akan dibahas pada makalah ini.
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada makalah ini yaitu mencakup serat poliester, serat rayon, zat
warna dispersi, zat warna reaktif, mekanisme pencelupan serat poliester-rayon dengan
zat warna dispersi-reaktif, dan proses pencelupannya.
C. Masalah
Masalah pada makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan zat warna dispersi?
2. Apa yang dimaksud dengan zat warna reaktif?
3. Apa saja sifat serat poliester dan rayon?
4. Bagaimana mekanisme serta proses pencelupan kain poliester-rayon dengan zat
warna dispersi-reaktif?
D. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pencelupan 3.
2. Mengetahui tentang zat warna dispersi.
3. Mengetahui tentang zat warna reaktif.
4. Mengetahui tentang serat poliester dan rayon.
5. Mengetahui proses pencelupan kain poliester-rayon dengan zat warna dispersi-
reaktif.
E. Manfaat
Makalah ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi pembaca dan penyusun, diharapkan dapat menambah informasi mengenai
pencelupan kain poliester-rayon menggunakan zat warna dispersi-reaktif.
2.
BAB II

DASAR TEORI

A. Serat Poliester
Poliester adalah serat sintetik yang banyak digunakan untuk bahan tekstil, merupakan
suatu polimer hasil reaksi antara monomer asam tereftalat dan etilena glikol, seperti reaksi
berikut :

Gambar 1. Reaksi Pembuatan Serat Poliester

Gambar 2. Struktur kimia polyester

Polimer yang terbentuk disebut poliester yang memiliki keteraturan struktur rantai yang
menyebabkan serat memiliki struktur yang rapat akibat rantai yang saling berdekatan
membentuk ikatan antar rantai molekul polimer berupa gaya dipol. Oleh karena itu serat
poliester bersifat hidrofob dan sulit dimasuki air maupun zat warna. Kenaikan suhu
mengakibatkan adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan antar molekul,
menjadikan jarak antar rantai lebih longgar, serat menjadi lebih plastis sehingga dapat
dimasuki oleh molekul air dan zat warna.

 Sifat Poliester

Tabel 1. Sifat serat poliester

Sifat Parameter
Kekuatan Tarik 4,0 – 6,9 gram/denier
Mulur 11% - 40%
Elastisitas Baik (tahan kusut)
Moisture regain (RH 65%) 0,4 %
Tinggi (pembebanan 1,7 g/d menyebabkan
Modulus
mulur 2%
Berat Jenis 1,38
Titik Leleh 2500C
Morfologi Berbentuk silinder dengan penampang bulat
Tahan asam lemah mendidih dan asam kuat
dingin, tidak tahan alkali kuat. Tahan
Sifat Kimia
oksidator, pelarut untuk dry cleaning. Larut
dalam metakresoil panass, tahan jamur.

Proses pencelupan cara padding hanya cocok untuk kain yang relative kuat dan
memiliki kestabilan dimensi yang baik, bersih dari kanji, dan tidak ada lipatan, untuk itu
bahan poliester harus di heat-sett sebelum dicelup.

B. Serat Rayon Viskosa

Pembuatan serat rayon viskosa pertama kali dikembangkan pada tahun 1891 oleh C.F.
Cross dan E.J. Bevan. Produksi rayon dilakukan oleh Courtaulds Ltd, lalu dikembangkan
pesat ke seluruh dunia.

Rayon buatan termasuk serat setengah buatan yang merupakan serat selulosa yang di
regenerasi sehingga strukturnya saa dengan serat selulosa lain,kecuali derajat
polimerisasinya yang lebih rendah berkisar antara 300-500, karena terjadinya degradasi
rantai polimer selama pembuatan seratnya.

Pada prinsipnya pembuatan serat rayon viskosa adalah sebagai berikut :

1. Pengerjaan selulosa alkali, yaitu daridasar plup yang dimurnikan dan dengan
natrium hidroksida,kemudian dengan karbon disulfida membentuk natrium selulosa
xantat.
2. Natrium selulosa xantat dilarutkan dalan natrium hidroksida encer, sehingga
menjadi larutan kentalyang dikenal sebagai viscose.

Pemintalan larutan viscose dilakukan dengan menggunakan pemintalan basah,yaitu


dengan cara menyemprotkan larutan viscose melalui spineret yang direndam dengan
larutan asam dan garam, sehingga selulosa xantat berubah menjadi selulosa padat kembali.
1. Morfologi Serat Rayon Viskosa

Bentuk memanjang serat viskosa seperti silinder bergaris dan penampang melintangnya
bergerigi seperti terlihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Morfologi Serat Rayon

2. Sifat-Sifat Serat Rayon Viskosa


 Sifat Fisika Serat Rayon Viskosa
a. Kekuatan dan Mulur
Kekuatan rayon viskosa kira-kira 2,6 g/d dalam keadaan kering dan kekuatan
basahnya kira-kira 1,4 g/d mulurnya kira-kira 15% dalam keadaan kering dan
kira-kira 25% dalam keadaan basah.
b. Elastisitas
Serat rayon viskosa memiliki elastisitas yang jelek ,apabila dalam pertenunan
benangna mendapatkan suatu tarikan mendadak kemungkinan benang
tersebut tetap mulurdan tidak mudah kembalipada kondisi semula, akibatnya
dalam pencelupan akan menghasilkan warna yang tidak rata dan kelihatan
seperti garis-garis berkilau.
c. Moisture regain
Serat rayon viskosa mempunya moisture regain dalam kondisi standar adalah
12-13%
d. Berat jenis
Berat jenis rayon viskosa adalah 1,52
e. Sinar dan panas
Serat rayon viskosa dalam penyinaran kekuatan tarik berkurang dan
pemanasan dalam waktu lama penyebabnya rayon menjadi berwarna kuning
 Sifat Kimia Rayon Viskosa
Serat rayon viskosa memiliki sifat-sifat kimia sebagai berikut
a. Asam
Asam lemah tidak memberikan efek perusakan pada serat rayon tetapi asam
kuat menyebabkan terjadi hidrolisa dan pemutusan rantai molekul yang
mengakibatkan turunnya kekuatan tarik.
b. Alkali
Alkali lemah dalam keadaan panas dapat menyebabkan turunnya kekuatan
tarik sedangkan dalam keadaan dingin tidak berpengaruh . alkali kuat
menyebabkan terjadinya penggelembungan.
c. Oksidator
Adanya oksidator yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya oksiselulosa
padaserat rayon viskosa sehingga akan menurunkan keuatan serat.

C. Kain Campuran Poliester dan Rayon Viskosa

Pencapuran serat poliester dan rayon diharapkan mendapatkan sifat-sifat sebagai


berikut :

 Mempunyai daya serap tehadap air yang cukup


 Tahan terhadap tekanan dan gosok
 Mempunyai kestabilan dimensi dan ketahanan kusut yang baik
 Tahan terhadap mikrobiologis
 Mempunyai kekuatan yang cukup
 Tidak menimbulkan listrik statis

Pada umumnya pencampuran serat poliester dan serat rayon viskosa adalah komposisi
65%-35%, 80%-20%, bahkan 50%-50% tergantung dari tujuan penggunaan. Walaupun
campuran poliester dan rayon mengalami perubahan sifat fisik, akan tetapi karakteristik
pencelupannya sama seperti karakteristik pencelupan masing-masing serat.

D. Zat Warna Dispersi


Zat warna dispersi pada mulanya dapat dipergunakan untuk mencelup serat asetat yang
merupakan serat hidrofob. Dengan dikembangkannya serat buatan yang bersifat hidrofob,
seperti serat hidrofob, seperti serat poliakrilat, poliamida dan poliester, maka penggunaan
zat warna dispersi semakin meningkat. Pada waktu ini zat warna dispersi, terutama
dipergunakan pada pencelupan serat poliester. Beberapa nama dengan zat warna dispersi
adalah:

 Foron (sandoz)
 Dispersol (I.C.I)
 Pelanil (BASF)
 Sumikaron (Sumitomo-Jepang)
 Terasil (Ciba-Geigy)
Agar build up property nya baik jenis zat warna yang cocok untuk pencelupan metoda
thermosol adalah zat warna dispersi tipe c (SE) ATAU tipe D (S), dan dipilih zat warna
disperse yang tidak mudah teroksidasi udara pada suhu thermosol (contohnya zat warna
disperse yang tidak memiliki gugus amina primer). Kalau terpaksa menggunakan zat warna
yang mudah teroksiddasi pada suhu tinggi perlu ditambahkan zat fading inhibitor (reduktor
lemah).

Supaya hasil pencelupan lebih rata, zat warna dispersi yang digunakan adalah jenis zat
warna dispersi bentuk liquid atau micro powder.

 Penggolongan Zat Warna Dispersi Menurut Struktur Kimia


Ditinjau dari struktur kimianya zat warna dispersi yang banyak dipakai
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Zat warna dispersi yang mengandung gugusan azo
Contoh : C.I. DISPERS RED. 5, C.I. DISPERS ORANGE. 3
2. Zat warna dispersi yang mengandung gugusan Aril Amina
Contoh : C.I. DISPERS YELLOW. 1, C.I. DISPERS YELLOW. 15
3. Zat warna dispersi yang mengandung gugusan antrakwinon
Contoh : C.I. DISPERS BLUE. 1, C.I. DISPERS VIOLET. 8

 Penggolongan Zat Warna Dispersi Menurut Ketahanan Sublimasi


Pada umumnya zat warna dispersi dalam perdagangan digolongkan berdasarkan
sublimasinya, antara lain :
1. Zat warna dengan sifat sublimasi rendah
Mempunyai berat molekul yang relatif kecil dengan ketahanan sublimasi yang
rendah, tetapi sifat kerataannya sangat baik. Biasanya digunakan untuk
pencelupan serat rayon asetat dan poliamida. Dapat pula digunakan untuk
pencelupan serat polyester tanpa zat pengemban pada suhu 100OC.
2. Zat warna dengan sifat sublimasi cukup
Sifat pencelupannya cukup baik dan sifat sublimasinya pun cukup baik untuk
pencelupan serat polyester dengan zat pengemban pada suhu mendidih maupun
untuk pencelupan pada suhu tinggi. Dapat pula digunakan untuk pencelupan
metode thermosol, tetapi hanya untuk warna-warna muda.
3. Zat warna dengan sifat sublimasi baik
Sifat pencelupan dan sifat sublimasinya cukup baik, dapat digunakan untuk
pencelupan polyester dengan zat pengemban pada suhu tinggi atau metode
thermosol.
4. Zat warna dengan sifat sublimasi tinggi
Sifat pencelupannya jelek, tetapi sifat sublimasinya baik sekali. Sangat cocok
untuk pencelupan dalam suhu tinggi dan dengan metode thermosol.
Dari penggolongan zat warna dispersi berdasarkan ketahanan sublimasinya, maka
dapat diketahui penggunaan dan sifat masing-masing zat warna. Tetapi secara praktis, sifat
kerataan tersebut sering kali dipengaruhi oleh banyak faktor yang lainnya.
Tabel 2. Golongan Zat Warna Dispersi Berdasarkan Ketahanan Sublimasinya
Bentuk Kelompo Sumitom Suhu Suhu Metoda Celup
molekul k o BASF sublimas Termoso Thermosol HT/HP Carrier

i l 1300C 1000C
A 1700C 1800C
B E 1900C 2000C x x 

C SE 2000C 2100C   

D S 2100C 2200C   x

 Sifat Zat Warna Dispersi

Zat warna dispersi mempunyai sifat-sifat khusus yang pada umumnya tidak dimiliki
oleh zat warna lain, antara lain :

1. Mempunyai berat molekul yang relatif rendah


2. Titik lelehnya 150OC dan kristalinitasnya tinggi
3. Bila diberi zat pendispersi akan menghasilkan dispersi yang stabil dalam larutan
celup
4. Mempunyai ukuran partikel sebesar 0,5 – 2,0 μ
5. Bersifat non- ionik, walaupun mengandung gugus –NH2
6. Kelarutannya rendah ± 0,1 mg/l dalam air
7. Tidak ada perubahan kimiawi selama pencelupan
Pada umumnya ketahanan terhadap pencucian dan sinar cukup baik. Selain itu
keuntungan dari pencelupan dengan zat warna dispersi adalah :
1. Mudah dalam pemakaiannya
2. Mempunyai ketahanan yang baik
3. Hasil pencelupannya rata (pada kondisi yang optimum)
4. Stabil untuk penyempurnaan resin
5. Jumlah warnanya lengkap.

E. Zat Warna Reaktif


Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat
(ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Zat warna
reaktif yang pertama diperdagangkan dikenal dengan nama Procion. Zat warna ini terutama
dipakai untuk mencelup serat selulosa, serat protein seperti wol dan sutera dapat juga
dicelup dengan zat warna ini. Selain itu serat poliamida (nilon) sering juga dicelup dengan
zat warna reaktif untuk mendapatkan warna muda dengan kerataan yang baik. Nama
dagang zat warna reaktif adalah :
- Procion (I.C.I)
- Cibacron (Ciba Geigy)
- Remazol (Hoechst)
- Drimarine (Sandoz)
- Primazine (BASF)
Zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air. Karena
mengadakan reaksi dengan serat selulosa, maka hasil pencelupan zat warna reaktif
mempunyai ketahanan luntur warna yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul
kecil maka kilapnya baik. Berdasarkan cara pemakaiannya, zat warna reaktif digolongkan
menjadi dua golongan yaitu zat warna reaktif dingain dan reaktif panas.
Berdasarkan cara pemakaiannya, zat warna reaktif digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu :
1. Zat warna reaktif dingin
Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan tinggi, dicelup pada suhu rendah.
Misalnya procion M, dengan sistem reaktif dikloro triazin.
Gambar 4. Zat warna DCT (CI Reactive Red 1)
2. Zat warna reaktif panas
Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan rendah, dicelup pada suhu
tinggi. Misalnya Procion H, Cibacron dengan sistem reaktif mono kloro triazin, Remazol
dengan sistem reaktif vinil sulfon.

Gambar. 5 Struktur zat warna reaktif panas (MCT)


Reaksi antara gugus OH dari serat selulosa dengan zat warna reaktif dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu :
1. Reaksi substitusi
Membentuk ikatan pseudo ester (ester palsu) misalnya pada pencelupan serat selulosa
dengan zat warna reaktif Procion, Cibacron dan Levafix. Zat warna Procion H dan
Drimarene X yang masing-masing mempunyai sistem reaktif triazin dan pirimidin
termasuk zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat melalui mekanisme substitusi
nukleofilik (SN)2 yaitu sebagai berikut:

Gambar.6 Mekanisme reaksi subtitusi Nukleofilik (SN2) pada fiksasi zat warna
reaktif

Dengan laju reaksi = k. [Zat warna] [sel-O], jadi dalam pencelupan memerlukan
penambahan alkali untuk mengubah selulosa menjadi anion selulosa(sebagai nukleofil).
OH-

Sel – O – H Sel – O- + H2O


Semakin banyak alkali yang ditambahkan, pembentukan anion selulosanya semakin
banyak, maka reaksi fiksasi semakin cepat.

Secara singkat reaksi fiksasi tersebut dapat ditulis :

D – Cl sel-OH D-O-sel + HCl

Selain itu selama proses pencelupan dapat terjadi reaksi hidrolisis sehingga zat warna
menjadi rusak dan tidak bisa fiksasi / berikatan dengan serat.

D – Cl + H-O-H D-O-sel

Beruntung reaksi hidrolisis ini lebih kecil dari reaksi fiksasi karena kenukleofilan OH -
lebih lemah dari sel-O, namun demikian dalam proses pencelupan perlu diusahakan agar
reaksi hidrolisis ini sekecil mungkin antara lain dengan cara modifikasi skema proses
pencelupan sedemikian rupa, misalnya dengan cara menambahkan alkali secara bertahap.
2. Reaksi adisi
Membentuk ikatan eter, misalnya pada pencelupan serat selulosa dengan zat warna
reaktif Remazol dan Sumifik. Zat warna vinil sulfon dijual dalam bentuk sulfatoetilsulfon
yang tidak reaktif dan baru berubah menjadi vinil sulfon yang reaktif setelah ada
penambahan alkali.

Gambar 7. Reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif jenis vinil sulfon
Kelebihan zat warna Vinil Sulfon adalah relatif lebih tahan alkali, tetapi kelemahannya
adalah hasil celupnya mudah rusak oleh pengerjaan dalam suasana alkali, contoh bila
terhadap hasil pencelupan dilakukan proses pencucian dengan sabun dalam suasana alkali
dengan suhu yang terlalu panas, maka ketuaan warnanya akan sedikit turun lagi.
Selain zat warna - zat warna tersebut, saat ini banyak digunakan zat warna reaktif
dengan fungsi gugus ganda (bifunctional reactive dyes) seperti sumifik supra( mono chloro
tiazin (MTC)-vinil sulfon (VS) dan drimarene CL (tricholoropirimidin (TCP)-vinil Sulfon
(VS), sehingga zat warnanya lebih tahan hidrolisis. Efisiensi fiksasinya tinggi dan hasil
celupnya lebih tahan alkali dan tahan asam. Varian zat warna reaktif lainnya juga dibuat
misalnya zat warna reaktif yang lebih tahan panas dan afinitasnya lebih besar maupun zat
warna reaktif yang dapat fiksasi pada suasana nertral.

F. Mekanisme Pencelupan

Pencelupan yang dilakukan pada kain campuran polyester rayon disebut juga
pencelupan union. Dalam pencelupan ini terdapat 3 kemungkinan

1. Pencelupan hanya pada salah satu serat saja (polyester saja atau rayon saja) dan
sisanya tetap putih
2. Pencelupan terhadap kedua serat (polyester-rayon) dengan hasil warna sama atau
warna tunggal yang dikenal sebagai solid color
3. Pencelupan pada kedua serat dengan warna yang berbeda yang dikenal juga sebagai
cross dyeing

Proses pencelupan adalah proses pemberian warna pada bahan secara merata dan
permanen serat polyester tidak memiliki daya serap terhadap zat warna reaktif. Sedangkan
serat rayon tidak tercelup dengan zat warna dispersi, hanya masih dapat dinodai.dengan
demikian pencelupan serat polyester rayon dengan zat warna disperse reaktif dimaksudkan
untuk mendapatkan warna pada serat polyester dari zat warna dan serat rayon dari zat
warna reaktif.

Serat polyester memiliki kristalin yang tinggi dan bersifat hidrofob sehingga
pencelupan dilakukan menggunmakan zat warna yang juga hidrofob.penemuan zat warna
disperse membuka jalan untuk mencelup serat polyester.pencelupan polyester tidak
dilakukan dalam fasa larutan. Karena zat warna disperse merupakan fasa yang larut dalam
serat. Absorpsi zat warna ini sering disebut solid solution. Struktur serat polyester banyak
mengandung gugus ester dengan sedikit gugus ujung yang berupa gugus hidroksildan
kaboksilat. Kesulitan pada pencelupan serat polyester bukan dikarenakan tidak adanya
gugus tempat absorpsi warna melainkan difusi zat warna yang lambat akibat struktur
polyester yang sangat padat.

Serat rayon adalah serat selulosa yang diregenerasi sehingga sama seperti serat selulosa
laiinya. Hanya derajat polimerisasinya lebih rendah disbanding serat kapas. Serat rayon
mudah menyerap air sehinngamudah dicelup. Misalnya dengan zat warna reaktif yang
memiliki ketahanan luntur yang baik. Karena serat rayon akan berikatan kovalen dengan
zat warna reaktif
 Mekanisme pencelupan poliester dengan zat warna dispersi

Rantai molekul poliester tersusun dengan pola zig zag yang sangat rapi, rapat dan tidak
mudah berubah sehingga molekul zat warna akan kesulitan masuk ke dalam serat.
Akibatnya, proses pencelupan poliester akan sangat lambat bila dilakukan tanpa
pemanasan dan suhuh tinggi. Serat poliester harus dicelup dengan suhu melewati suhu
transisi gelasnya, saat itu rantai molekul bergerak sehingga dapat dimasuki oleh molekul
zat warna.

Serat poliester terdiri dari bagian amorf, bagian terorientasi dan bagian kristalin. Zat
warna menempati bagian amorf dan terorientasi. Pada saat pencelupan, kedua bagian itu
masih dapat bergerak sehingga zat warna dispersi dapat menyusup diantara celah rantai
molekul dengan ikatan antara zat warna dengan serat.

Mekanisme yang terjadi pada pencelupan serat poliester adalah zat warna dispersi
menyerupai peristiwa distribusi zat padat ke dalam suatu pelarut yang tidak dapat
tercampur. Zat warna dispersi merupakan zat padat yang larut (solid solution) ke dalam
molekul serat. Menurut teori pencelupan (Vickerstaff), terdiri dari tahap difusi zat warna
dari fasa ruah larutan zat warna ke dekat permukaan serat, kemudian tahap adsorpsi zat
warna ke permukaan serat, lalu tahap difusi zat warna ke dalam serat kemudian fiksasi zat
warna dengan serat.

Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat
poliester ada 2 macam yaitu:

1. Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang mellibatkan ikatan hidrogen dengan atom
lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak mengadakan ikatan
hidrogen dengan serat poliester karena zzat warna dispersi dan serat poliester bersifat non
polar. Hanya sebagian zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat
poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton seperti -OH atau
-NH2. Reaksi yang terjadi antara zat warna dispersi dengan serat poliester adalah sebagai
berikut :
Gambar. 8 Ikatan hidrogen serat poliester dengan zat warna dispersi

2. Ikatan Hidrofobik

Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non polar.
Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar. Non polar ini disebut
ikatan hidrofobik. Gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan hidrofobik antara serat
poliester dan zat warna dispersi adalah gaya dispersi london yang termasuk ke dalam gaya
Van Der Waals ( gaya fisika ). Ikatan dari gaya Van Der Waals sesungguhnya terdiri dari
dua komponen yaitu ikatan dipol dan gaya dispersi london. Akan tetapi sifat zat warna
dispersi cenderung non polar, sehingga gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan
antara zat warna dispersi dan serat poliester adalah gaya dispersi london.

 Mekanisme pencelupan rayon viskosa dengan zat warna reaktif

Menurut teori pencelupan, pemindahan molekul zat warna dari larutan ke serat terjadi
secara bertahap. Yaitu:

- Difusi zatwarna dan fasa larutan ke dekat permukaan serat


- Adsorpsi zat warna dari dekat permukaan serat ke permukaan serat
- Difusi zat warna dari permukaan serat ke dalam serat
- Fiksasi zat warna dengan serat

Pada dasarnya, mekanisme pencelupan zat warna reaktif terdiri dari dua tahap. Tahap
pertama merupakan tahap penetrasi zat warna ke dalam serat. Dalam tahap tersebut tidak
terjadi reaksi, sehingga zat warna dapat mengadakan migrasi. Oleh karena reaksi hidrolisa
lebih cepat pada pH yang tinggi, maka pada tahap pertama ini diharapka sebagian zat
warna telah terserap ke serat sebelum dikerjakan tahap kedua, yakni penambahan alkali
yang berfungsi untuk mereaksikan zat warna dengan serat.

Pada tahap kedua, yaitu fiksasi zat warna reaktif dari permukaan serat ke dalam serat
rayon, terjadi reaksi antara molekul zat warna dengan gugus hidroksil selulosa dalam
medium alkali. Penambahan alkali dapat meyebabkan selulosa mengion menjadi sel-O. ion
selulosa ini kemudian dapat menyerang atom karbon yang kekurangan electron dan akan
membentuk ikatan kovalen dengan serat. Jadi, mekanisme reaksi zat warna reaktif pada
umumnya dapat digambarkan sebagai penyerapan unsur positif pada zat warna terhadap
gugusan hidroksil pada selulosa yang terionisasi. Dngan demikian untuk bereaksi, zat
warna reaktif memerlukan penambahan alkali yang berguna untuk mengatur alkalinitas
yang sesuai untuk bereaksi dengan serat dan membentuk ikatan kovalen, mendorong
pembentukan ion selulosat dan menetralkan asam yang terjadi

Dalam proses pencelupan, reaksi fiksasi antara zat warna reaktif dengan serat selulosa
terjadi secara simultan dengan reaksi hidrolisis antara zat warna dengan air. Reaksi
hidrolisis ini sangat bergantung pada pH, suhu dan konsentrasi air. Bila Ph, suhu dan
konsentrasi air meningkat maka reaksi hidrolisis akan semakin cepat. namun, reaksi
hidrolisis ini lebih kecil dari reaksi fiksasi karena kenukleofilikan OH lebih lemahdari sel-
O. adapun gambaran reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif tipe MCT dalam
suasana alkalis secara sederhana dapat digambarkan pada gambar berikut.

Reaksi ionisasi selulosa

OH+Sel-OH sel-O- +H2O

Reaksi fiksasi

sel-O-+ZW-Cl sel-O-ZW+Cl-

Reraksi hidrolisis

OH-+ZW-Cl ZW-OH+Cl-

Gambar.9 Reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif

Setelah pencelupan selesai bahan harus dibilas dan dipanaskan dalam larutan sabn
terutama untuk menghilangkan sisa sisa zat warna reaktif yang telah terhidrolisa atau tidak
terserap oleh kain.

G. Proses Pencelupan

Berikut adalah contoh proses pencelupannya menurut PT INDONESIA SYNTHETIC


TEXTILE MILLS.
Proses pencelupan dilakukan secara perendaman/exhaust pada sistem suhu dan tekanan
tinggi (HT/HP) menggunakan mesin jet dyeing tipe “rapid single” atau “rapid double”
dengan merk Hisaka. Skema jalannya kain pada mesin tersebut ditunjukkan pada gambar
berikut.

Gambar.10 Skema jalannya kain pada mesin Jet Dyeing Rapid Single di PT ISTEM

Keterangan gambar:

1. Pintu mesin
2. Pengatur tekanan (nozzle press)
3. Reel
4. Nozzle
5. Tangki larutan
6. Kain yang diproses
7. Pemanas air proses (heat exchanger)
8. Pengatur sirkulasi larutan (main pump)
9. Tabung celup (dyeing tube)
10. Pengatur jalannya kain dan larutan (section valve)
11. Penyaring larutan (filter)

Berikut adalah resep pencelupannya.

 Metoda two bath two stage

Pencelupan ploiester dengan zat warna dispersi :

- Zat warna dispersi :x%


- Sunsolt RE – 5 (pendispersi) : 0,3 ml/l
- Asam asetat 30% : 0,3 ml/l
- Natrium asetat : 0,6 ml/l
- Vlot : 1:8
- Suhu : 1300C
- Waktu : 20 menit

Pencelupan rayon dengan zat warna reaktif :

- Zat warna reaktif :y%


- Na2SO4 : 40 g/l
- Na2CO3 : 20 g/l
- Vlot : 1:8
- Suhu : 800C
- Waktu : 30 menit

Pencucian :

- Sunmorl RC 700 : 1 g/l


- Vlot : 1:8

- Suhu : 800C

- Waktu : 10 menit

Fungsi zat:

- Zat warna dispersi untuk mewarnai serat poliester

- Zat warna reaktif untuk mewarnai serat rayon

- Sunsolt RE-5 untuk mendispersikan zat warna dispersi

- Asam asetat untuk mengatur agar pH larutan berada pada suasana asam
dipencelupan zat warna dispersi

- Natrium asetat berfungsi sebagai buffer atau larutan penyangga

- Na2SO4 untuk meningkatkan penyerapan zat wran reaktif ke dalam serat rayon

- Na2CO3 untuk menetralkan asam-asam dan fiksasi zat warna reaktif, mengaktifkan
ion selulosat pada serat rayon

- Sunmorl RC 700 untuk menyabukan sisa zat warna yang menempel pada
permukaan kain
Gambar.11 Skema pencelupan two bath two stage kain poliester-rayon dengan zat warna
dispersi-reaktif di PT ISTEM

Berikut terdapat metode two bath two stage (seperti di PT ISTEM) dan metode one
bath one stage (hasil modifikasi yang dilakukan oleh Wijaya, 2012) pada pencelupan kain
poliester-rayon dengan zat warna dispersi-reaktif.

 Metoda two bath two stage

Pencelupan poliester :

- dianix navy XF :1%


- Sunsolt RE – 5 (pendispersi) : 0,3 ml/l
- Asam asetat 30% : 0,3 ml/l
- Natrium asetat : 0,6 ml/l
- Vlot : 1:8
- Suhu : 1300C
- Waktu : 20 menit

Pencelupan rayon

- Procion dark blue H-EXL :1%


- Na2SO4 : 40 g/l
- Na2CO3 : 20 g/l
- Vlot : 1:8
- Suhu : 800C
- Waktu : 30 menit
 Metoda one bath two stage

Tahap 1

- dianix navy XF :1%


- Procion dark blue H-EXL :1%
- Sunsolt RE – 5 (pendispersi) : 0,3 ml/l
- Asam asetat 30% : 0,3 ml/l
- Natrium asetat : 0,6 ml/l
- Na2SO4 : 40 g/l
- Vlot : 1:8
- Suhu : 1300C
- Waktu : 20 menit

Tahap 2

- Na2CO3 : 20 g/l
- Suhu : 800C
- Waktu : 30 menit

Pencucian

- Sunmorl RC 700 : 1 g/l


- Vlot : 1:8

- Suhu : 800C

- Waktu : 10 menit

Fungsi zat :

- Dianix navy XF : Zat warna dispersi untuk mewarnai serat poliester

- Procion dark blu H-EXL : Zat warna reaktif untuk mewarnai serat rayon

- Sunsolt RE-5 : sebagai zat pendispersi untuk mendispersikan zat warna dispersi

- Asam asetat : untuk mengatur agar pH larutan berada pada suasana asam
dipencelupan zat warna dispersi

- Natrium asetat berfungsi sebagai buffer atau larutan penyangga

- Na2SO4 : untuk meningkatkan penyerapan zat wran reaktif ke dalam serat rayon
- Na2CO3 : untuk menetralkan asam-asam dan fiksasi zat warna reaktif,
mengaktifkan ion selulosat pada serat rayon

- Sunmorl RC 700 : untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna reaktif yang tidak
terfiksasi pada permukaan kain.

Gambar.12 Skema pencelupan two bath two stage kain poliester-rayon dengan zat warna
dispersi-reaktif standar pabrik

Gambar.13 Skema pencelupan one bath two stage kain poliester-rayon dengan zat warna
dispersi-reaktif

 Metode Two Bath Two Stage ( dua larutan dua tahap )


Metode dua larutan dua tahap merupakn metode pencelupan pertama yang dilakukan pada
pencelupan dipersi -reaktif. Metode ini merupakan metode yang paling aman, karena
pencelupanannya dilakukan untuk masing-masing serat.

Pada metode ini digunakan dua larutan celup,satu larutan celup yang trdiri dari zat warna
disperse dan zat pembantunyauntuk mencelup serat polyester dan satunya lagi terdiri dari
zat warna reaktif dan zat pembantunya unuk mencelup serat rayon.dengan demikian ,
proses pencelupan pencelupannya dilakukan dua tahap seperti sistem pencelupan masing-
masing serat tersebut,pencelupan tahap pertama,yaitu pencelupan serat polyester dnga zat
warn disperse dalam suasan asam,setelah penccelupan serat polyester dilakukan proses
reduction cleaning untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna disperse yang tidak berikatan
dengan serat polyester atau hanya menempel pada permukaan. Setelah proses reduction
cleaning,dilakukan pencelupan tahap kedua, yaitu pencelupan untuk serat dengan zat
warna reaktif dalam suasana alkali .

Kerugian metode two bath two stage ( dua larutan dua tahap ) adalah sebagai berikut :

- Memerlukan waktu total pencelupan yang lama karena adaproses reduction


cleaning

- Pemakaian air lebih banyak karena memerlukan air untuk dua larutan celup dan
untuk larutan reduction cleaning.

- Memerlukan biaya lebih tinggi.

 Metode One Bath Two Stage (satu larutan satu tahap )

Metode one bath two stage (satu larutan satu tahap ) ini merupakan suatu metode yang
muncul dari pemikiran para ahli sejak tahun 1980 untuk zat warna reaktif tertentu dengan
tujuan untuk mengefisienkan waktu dan energi, namun tidak mempengaruhi ketahanan
luntur zat warna pada hasil pencelupan , pada metode ini larutan celup yang digunakan
hanya satu larutan celup saja untuk mencelup serat polyester maupun rayonnya. Sehingga
dalam satu larutan lersebut terdri atas zat warna dispersi dan zat wama reaktif. Akan tetapi
meskipun satu larutan celup, proses fiksasinyanya terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama,
terjadi fiksasi zat warna dispersi pada serat poliester, kemudian pada tahap kedua, terjadi
fiksasi zat warna reaktif pada serat rayon. nasnya terladl datam dua tahap, Tahap perlama,
kemudian pada tahap kedua terjadl fiksast zat warna reaklif pada serat rayon. Dengan
demikian, maka pada awal pencelupan, larutan celup hanya terdiri dari zat warna dispersi
beserta zat pembantunya dan zat wama reaktif beserla garam, pemasukan alkali dilakukan
pada tahap kedua, setelah proses fiksasi zat warna dispersi pada serat poliester. Pada
metode ini memiliki kelemahan pada penggunaan konsentrasi garam yang tinggi (50-100
g/L), dapat menggangu stabilitas pendispersi, dimana pendispersi bermuatan anion yang
akan terganggu mekanisme ionisasi, sehingga menurunkan muatan yang tersebar pada
partikel dan menghasilkan aglomerasi. Hal ini dapat menggunakan zat pendispersi yang
tahan atau tidak berpengaruh pada elektrolit seperti pendispersi modifikasi dengan gugus
aktif anionik dan nonionik. Zat wama dispersi dengan gugus azo diester baik gunakan pada
metode ini, dikarenakan sisa zat wama yang tidak terfiksasi dapat dihidrolisis pada pH 11
suhu 80oC. Pemilihan zat wama dlspersi harus memiliki stabilitas dlspersi yang baik
tehadap elektrolit. Elektrolit yang digunakan berupa garam glauber. Penggunaan zat wama
reaktif yang memiliki reaktifitas rendah dan stabil pada suhu tinggi pencelupan poliester
pada pH 5-6. Adapun keuntungan dan kerugian metode one bath two stage dibandingkan
metod two bath two stage adalah sebagai berikut:

Kelebihan

- Waktu total pencelupan lebih singkat, karena prosesnya lebih sederhana


- Pemakaian air lebih sedikit, air yang digunakan hanya untuk satu larutan celup saja
- Produktifitas tinggi

Kekurangan

- Ketahanan luntur wama terhadap gosokan leblh rendah


- Penggunaan zat wama dan zat pembantu harus kompatibel
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Simpulan dari makalah ini yaitu:
1. Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang berperan mengadakan ikatan dengan zat warna.
2. Serat poliester merupakan serat hidrofob yang memiliki struktur yang rapat dan
ikatan antar rantai polimer berupa gaya dipol, kenaikan suhu mengakibatkan
adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan antar molekul, menjadikan
jarak antar rantai lebih longgar, serat menjadi lebih plastis sehingga dapat
dimasuki oleh molekul air dan zat warna.
3. Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan
serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat.
4. Zat warna dispersi mencelup serat poliester dengan ikatan hidrofob dan
hidrogen.
5. Menurut teori pencelupan, mekansime pencelupan molekul zat warna dari
larutan ke serat terjadi secara bertahap. Yaitu:
- Difusi zat warna dan fasa larutan ke dekat permukaan serat
- Adsorpsi zat warna dari dekat permukaan serat ke permukaan serat
- Difusi zat warna dari permukaan serat ke dalam serat
- Fiksasi zat warna dengan serat
6. Pada pencelupan kain poliester-rayon dengan zat warna dispersi-reaktif terdiri
dari dua metode yaitu two bath two stage dan one bath two stage yang masing-
masing mempunyai persyaratan serta kelebihan juga kekurangan.
B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan dari makalah ini yaitu:
1. Penyusun menyarankan pada penulis makalah lain untuk dapat lebih
menjelaskan tentang pencelupan serat poliester-rayon menggunakan zat warna
dispersi-rayon dengan sumber-sumber yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Broadbent, A. D. (2001). Basic Principle of Textile Coloration. England: Society of Dyes


and Colorist.

Burkinshaw, S. M. (2016). Physico-chemical Aspects of Textile Coloration. United


Kingdom: Society of Dyes and Colorist.

Isminingsih, S.Teks, M.Sc.dkk. Pengantar Kimia Zat Warna. Institut Teknologi Tekstil.
Bandung : 1982

Karyana, D. (2005). Bahan Ajar Praktek Pencelupan II. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.

Shore, J., Patterson, D., & Hallas, G. (2002). Colorants and Auxiliaries vol 1. Manchester,
United Kingdom: Society of Dyers and Colourists.

Wijaya, A. (2012). Pengaruh Konsentrasi Alkali Pada Pencelupan Kain Campuran


Poliester-Rayon dengan Zat Warna Dispersi-Reaktif Metode HT/HP. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai