MAKALAH
oleh:
Aditia Rachman M (15020061)
Afrizal Nurdiansyah (15020063)
Hasanul Arifin (15020067)
Khansa Husniah Nurjaman (1502069)
Mia Eriyanti (15020071)
Rifaldi Habibi (15020084)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pencelupan bahan tekstil dengan zat warna, bahan diwarnai dengan zat warna
secara merata dengan zat warna sehingga diperoleh bahan bewarna dengan tahan luntur
tertentu. Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara
merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Proses pencelupan yang
digunakan menjadi faktor penting untuk menghasilkan celupan yang tepat. Metode
yang dapat digunakan untuk mencelup serat poliester-rayon menggunakan zat warna
dispersi-reaktif yaitu dengan exhaust. Kain celupan poliester-rayon ini biasa digunakan
sebagai bahan pakaian. Maka dari itu, penting untuk dapat mengetahui cara
pencelupan zat warna kain poliester-rayon dengan zat warna dispersi-reaktif
menggunakan metoda exhaust yang akan dibahas pada makalah ini.
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada makalah ini yaitu mencakup serat poliester, serat rayon, zat
warna dispersi, zat warna reaktif, mekanisme pencelupan serat poliester-rayon dengan
zat warna dispersi-reaktif, dan proses pencelupannya.
C. Masalah
Masalah pada makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan zat warna dispersi?
2. Apa yang dimaksud dengan zat warna reaktif?
3. Apa saja sifat serat poliester dan rayon?
4. Bagaimana mekanisme serta proses pencelupan kain poliester-rayon dengan zat
warna dispersi-reaktif?
D. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pencelupan 3.
2. Mengetahui tentang zat warna dispersi.
3. Mengetahui tentang zat warna reaktif.
4. Mengetahui tentang serat poliester dan rayon.
5. Mengetahui proses pencelupan kain poliester-rayon dengan zat warna dispersi-
reaktif.
E. Manfaat
Makalah ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi pembaca dan penyusun, diharapkan dapat menambah informasi mengenai
pencelupan kain poliester-rayon menggunakan zat warna dispersi-reaktif.
2.
BAB II
DASAR TEORI
A. Serat Poliester
Poliester adalah serat sintetik yang banyak digunakan untuk bahan tekstil, merupakan
suatu polimer hasil reaksi antara monomer asam tereftalat dan etilena glikol, seperti reaksi
berikut :
Polimer yang terbentuk disebut poliester yang memiliki keteraturan struktur rantai yang
menyebabkan serat memiliki struktur yang rapat akibat rantai yang saling berdekatan
membentuk ikatan antar rantai molekul polimer berupa gaya dipol. Oleh karena itu serat
poliester bersifat hidrofob dan sulit dimasuki air maupun zat warna. Kenaikan suhu
mengakibatkan adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan antar molekul,
menjadikan jarak antar rantai lebih longgar, serat menjadi lebih plastis sehingga dapat
dimasuki oleh molekul air dan zat warna.
Sifat Poliester
Sifat Parameter
Kekuatan Tarik 4,0 – 6,9 gram/denier
Mulur 11% - 40%
Elastisitas Baik (tahan kusut)
Moisture regain (RH 65%) 0,4 %
Tinggi (pembebanan 1,7 g/d menyebabkan
Modulus
mulur 2%
Berat Jenis 1,38
Titik Leleh 2500C
Morfologi Berbentuk silinder dengan penampang bulat
Tahan asam lemah mendidih dan asam kuat
dingin, tidak tahan alkali kuat. Tahan
Sifat Kimia
oksidator, pelarut untuk dry cleaning. Larut
dalam metakresoil panass, tahan jamur.
Proses pencelupan cara padding hanya cocok untuk kain yang relative kuat dan
memiliki kestabilan dimensi yang baik, bersih dari kanji, dan tidak ada lipatan, untuk itu
bahan poliester harus di heat-sett sebelum dicelup.
Pembuatan serat rayon viskosa pertama kali dikembangkan pada tahun 1891 oleh C.F.
Cross dan E.J. Bevan. Produksi rayon dilakukan oleh Courtaulds Ltd, lalu dikembangkan
pesat ke seluruh dunia.
Rayon buatan termasuk serat setengah buatan yang merupakan serat selulosa yang di
regenerasi sehingga strukturnya saa dengan serat selulosa lain,kecuali derajat
polimerisasinya yang lebih rendah berkisar antara 300-500, karena terjadinya degradasi
rantai polimer selama pembuatan seratnya.
1. Pengerjaan selulosa alkali, yaitu daridasar plup yang dimurnikan dan dengan
natrium hidroksida,kemudian dengan karbon disulfida membentuk natrium selulosa
xantat.
2. Natrium selulosa xantat dilarutkan dalan natrium hidroksida encer, sehingga
menjadi larutan kentalyang dikenal sebagai viscose.
Bentuk memanjang serat viskosa seperti silinder bergaris dan penampang melintangnya
bergerigi seperti terlihat pada Gambar 3 berikut.
Pada umumnya pencampuran serat poliester dan serat rayon viskosa adalah komposisi
65%-35%, 80%-20%, bahkan 50%-50% tergantung dari tujuan penggunaan. Walaupun
campuran poliester dan rayon mengalami perubahan sifat fisik, akan tetapi karakteristik
pencelupannya sama seperti karakteristik pencelupan masing-masing serat.
Foron (sandoz)
Dispersol (I.C.I)
Pelanil (BASF)
Sumikaron (Sumitomo-Jepang)
Terasil (Ciba-Geigy)
Agar build up property nya baik jenis zat warna yang cocok untuk pencelupan metoda
thermosol adalah zat warna dispersi tipe c (SE) ATAU tipe D (S), dan dipilih zat warna
disperse yang tidak mudah teroksidasi udara pada suhu thermosol (contohnya zat warna
disperse yang tidak memiliki gugus amina primer). Kalau terpaksa menggunakan zat warna
yang mudah teroksiddasi pada suhu tinggi perlu ditambahkan zat fading inhibitor (reduktor
lemah).
Supaya hasil pencelupan lebih rata, zat warna dispersi yang digunakan adalah jenis zat
warna dispersi bentuk liquid atau micro powder.
i l 1300C 1000C
A 1700C 1800C
B E 1900C 2000C x x
C SE 2000C 2100C
D S 2100C 2200C x
Zat warna dispersi mempunyai sifat-sifat khusus yang pada umumnya tidak dimiliki
oleh zat warna lain, antara lain :
Gambar.6 Mekanisme reaksi subtitusi Nukleofilik (SN2) pada fiksasi zat warna
reaktif
Dengan laju reaksi = k. [Zat warna] [sel-O], jadi dalam pencelupan memerlukan
penambahan alkali untuk mengubah selulosa menjadi anion selulosa(sebagai nukleofil).
OH-
Selain itu selama proses pencelupan dapat terjadi reaksi hidrolisis sehingga zat warna
menjadi rusak dan tidak bisa fiksasi / berikatan dengan serat.
D – Cl + H-O-H D-O-sel
Beruntung reaksi hidrolisis ini lebih kecil dari reaksi fiksasi karena kenukleofilan OH -
lebih lemah dari sel-O, namun demikian dalam proses pencelupan perlu diusahakan agar
reaksi hidrolisis ini sekecil mungkin antara lain dengan cara modifikasi skema proses
pencelupan sedemikian rupa, misalnya dengan cara menambahkan alkali secara bertahap.
2. Reaksi adisi
Membentuk ikatan eter, misalnya pada pencelupan serat selulosa dengan zat warna
reaktif Remazol dan Sumifik. Zat warna vinil sulfon dijual dalam bentuk sulfatoetilsulfon
yang tidak reaktif dan baru berubah menjadi vinil sulfon yang reaktif setelah ada
penambahan alkali.
Gambar 7. Reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif jenis vinil sulfon
Kelebihan zat warna Vinil Sulfon adalah relatif lebih tahan alkali, tetapi kelemahannya
adalah hasil celupnya mudah rusak oleh pengerjaan dalam suasana alkali, contoh bila
terhadap hasil pencelupan dilakukan proses pencucian dengan sabun dalam suasana alkali
dengan suhu yang terlalu panas, maka ketuaan warnanya akan sedikit turun lagi.
Selain zat warna - zat warna tersebut, saat ini banyak digunakan zat warna reaktif
dengan fungsi gugus ganda (bifunctional reactive dyes) seperti sumifik supra( mono chloro
tiazin (MTC)-vinil sulfon (VS) dan drimarene CL (tricholoropirimidin (TCP)-vinil Sulfon
(VS), sehingga zat warnanya lebih tahan hidrolisis. Efisiensi fiksasinya tinggi dan hasil
celupnya lebih tahan alkali dan tahan asam. Varian zat warna reaktif lainnya juga dibuat
misalnya zat warna reaktif yang lebih tahan panas dan afinitasnya lebih besar maupun zat
warna reaktif yang dapat fiksasi pada suasana nertral.
F. Mekanisme Pencelupan
Pencelupan yang dilakukan pada kain campuran polyester rayon disebut juga
pencelupan union. Dalam pencelupan ini terdapat 3 kemungkinan
1. Pencelupan hanya pada salah satu serat saja (polyester saja atau rayon saja) dan
sisanya tetap putih
2. Pencelupan terhadap kedua serat (polyester-rayon) dengan hasil warna sama atau
warna tunggal yang dikenal sebagai solid color
3. Pencelupan pada kedua serat dengan warna yang berbeda yang dikenal juga sebagai
cross dyeing
Proses pencelupan adalah proses pemberian warna pada bahan secara merata dan
permanen serat polyester tidak memiliki daya serap terhadap zat warna reaktif. Sedangkan
serat rayon tidak tercelup dengan zat warna dispersi, hanya masih dapat dinodai.dengan
demikian pencelupan serat polyester rayon dengan zat warna disperse reaktif dimaksudkan
untuk mendapatkan warna pada serat polyester dari zat warna dan serat rayon dari zat
warna reaktif.
Serat polyester memiliki kristalin yang tinggi dan bersifat hidrofob sehingga
pencelupan dilakukan menggunmakan zat warna yang juga hidrofob.penemuan zat warna
disperse membuka jalan untuk mencelup serat polyester.pencelupan polyester tidak
dilakukan dalam fasa larutan. Karena zat warna disperse merupakan fasa yang larut dalam
serat. Absorpsi zat warna ini sering disebut solid solution. Struktur serat polyester banyak
mengandung gugus ester dengan sedikit gugus ujung yang berupa gugus hidroksildan
kaboksilat. Kesulitan pada pencelupan serat polyester bukan dikarenakan tidak adanya
gugus tempat absorpsi warna melainkan difusi zat warna yang lambat akibat struktur
polyester yang sangat padat.
Serat rayon adalah serat selulosa yang diregenerasi sehingga sama seperti serat selulosa
laiinya. Hanya derajat polimerisasinya lebih rendah disbanding serat kapas. Serat rayon
mudah menyerap air sehinngamudah dicelup. Misalnya dengan zat warna reaktif yang
memiliki ketahanan luntur yang baik. Karena serat rayon akan berikatan kovalen dengan
zat warna reaktif
Mekanisme pencelupan poliester dengan zat warna dispersi
Rantai molekul poliester tersusun dengan pola zig zag yang sangat rapi, rapat dan tidak
mudah berubah sehingga molekul zat warna akan kesulitan masuk ke dalam serat.
Akibatnya, proses pencelupan poliester akan sangat lambat bila dilakukan tanpa
pemanasan dan suhuh tinggi. Serat poliester harus dicelup dengan suhu melewati suhu
transisi gelasnya, saat itu rantai molekul bergerak sehingga dapat dimasuki oleh molekul
zat warna.
Serat poliester terdiri dari bagian amorf, bagian terorientasi dan bagian kristalin. Zat
warna menempati bagian amorf dan terorientasi. Pada saat pencelupan, kedua bagian itu
masih dapat bergerak sehingga zat warna dispersi dapat menyusup diantara celah rantai
molekul dengan ikatan antara zat warna dengan serat.
Mekanisme yang terjadi pada pencelupan serat poliester adalah zat warna dispersi
menyerupai peristiwa distribusi zat padat ke dalam suatu pelarut yang tidak dapat
tercampur. Zat warna dispersi merupakan zat padat yang larut (solid solution) ke dalam
molekul serat. Menurut teori pencelupan (Vickerstaff), terdiri dari tahap difusi zat warna
dari fasa ruah larutan zat warna ke dekat permukaan serat, kemudian tahap adsorpsi zat
warna ke permukaan serat, lalu tahap difusi zat warna ke dalam serat kemudian fiksasi zat
warna dengan serat.
Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat
poliester ada 2 macam yaitu:
1. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang mellibatkan ikatan hidrogen dengan atom
lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak mengadakan ikatan
hidrogen dengan serat poliester karena zzat warna dispersi dan serat poliester bersifat non
polar. Hanya sebagian zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat
poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton seperti -OH atau
-NH2. Reaksi yang terjadi antara zat warna dispersi dengan serat poliester adalah sebagai
berikut :
Gambar. 8 Ikatan hidrogen serat poliester dengan zat warna dispersi
2. Ikatan Hidrofobik
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non polar.
Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar. Non polar ini disebut
ikatan hidrofobik. Gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan hidrofobik antara serat
poliester dan zat warna dispersi adalah gaya dispersi london yang termasuk ke dalam gaya
Van Der Waals ( gaya fisika ). Ikatan dari gaya Van Der Waals sesungguhnya terdiri dari
dua komponen yaitu ikatan dipol dan gaya dispersi london. Akan tetapi sifat zat warna
dispersi cenderung non polar, sehingga gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan
antara zat warna dispersi dan serat poliester adalah gaya dispersi london.
Menurut teori pencelupan, pemindahan molekul zat warna dari larutan ke serat terjadi
secara bertahap. Yaitu:
Pada dasarnya, mekanisme pencelupan zat warna reaktif terdiri dari dua tahap. Tahap
pertama merupakan tahap penetrasi zat warna ke dalam serat. Dalam tahap tersebut tidak
terjadi reaksi, sehingga zat warna dapat mengadakan migrasi. Oleh karena reaksi hidrolisa
lebih cepat pada pH yang tinggi, maka pada tahap pertama ini diharapka sebagian zat
warna telah terserap ke serat sebelum dikerjakan tahap kedua, yakni penambahan alkali
yang berfungsi untuk mereaksikan zat warna dengan serat.
Pada tahap kedua, yaitu fiksasi zat warna reaktif dari permukaan serat ke dalam serat
rayon, terjadi reaksi antara molekul zat warna dengan gugus hidroksil selulosa dalam
medium alkali. Penambahan alkali dapat meyebabkan selulosa mengion menjadi sel-O. ion
selulosa ini kemudian dapat menyerang atom karbon yang kekurangan electron dan akan
membentuk ikatan kovalen dengan serat. Jadi, mekanisme reaksi zat warna reaktif pada
umumnya dapat digambarkan sebagai penyerapan unsur positif pada zat warna terhadap
gugusan hidroksil pada selulosa yang terionisasi. Dngan demikian untuk bereaksi, zat
warna reaktif memerlukan penambahan alkali yang berguna untuk mengatur alkalinitas
yang sesuai untuk bereaksi dengan serat dan membentuk ikatan kovalen, mendorong
pembentukan ion selulosat dan menetralkan asam yang terjadi
Dalam proses pencelupan, reaksi fiksasi antara zat warna reaktif dengan serat selulosa
terjadi secara simultan dengan reaksi hidrolisis antara zat warna dengan air. Reaksi
hidrolisis ini sangat bergantung pada pH, suhu dan konsentrasi air. Bila Ph, suhu dan
konsentrasi air meningkat maka reaksi hidrolisis akan semakin cepat. namun, reaksi
hidrolisis ini lebih kecil dari reaksi fiksasi karena kenukleofilikan OH lebih lemahdari sel-
O. adapun gambaran reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif tipe MCT dalam
suasana alkalis secara sederhana dapat digambarkan pada gambar berikut.
Reaksi fiksasi
sel-O-+ZW-Cl sel-O-ZW+Cl-
Reraksi hidrolisis
OH-+ZW-Cl ZW-OH+Cl-
Setelah pencelupan selesai bahan harus dibilas dan dipanaskan dalam larutan sabn
terutama untuk menghilangkan sisa sisa zat warna reaktif yang telah terhidrolisa atau tidak
terserap oleh kain.
G. Proses Pencelupan
Gambar.10 Skema jalannya kain pada mesin Jet Dyeing Rapid Single di PT ISTEM
Keterangan gambar:
1. Pintu mesin
2. Pengatur tekanan (nozzle press)
3. Reel
4. Nozzle
5. Tangki larutan
6. Kain yang diproses
7. Pemanas air proses (heat exchanger)
8. Pengatur sirkulasi larutan (main pump)
9. Tabung celup (dyeing tube)
10. Pengatur jalannya kain dan larutan (section valve)
11. Penyaring larutan (filter)
Pencucian :
- Suhu : 800C
- Waktu : 10 menit
Fungsi zat:
- Asam asetat untuk mengatur agar pH larutan berada pada suasana asam
dipencelupan zat warna dispersi
- Na2SO4 untuk meningkatkan penyerapan zat wran reaktif ke dalam serat rayon
- Na2CO3 untuk menetralkan asam-asam dan fiksasi zat warna reaktif, mengaktifkan
ion selulosat pada serat rayon
- Sunmorl RC 700 untuk menyabukan sisa zat warna yang menempel pada
permukaan kain
Gambar.11 Skema pencelupan two bath two stage kain poliester-rayon dengan zat warna
dispersi-reaktif di PT ISTEM
Berikut terdapat metode two bath two stage (seperti di PT ISTEM) dan metode one
bath one stage (hasil modifikasi yang dilakukan oleh Wijaya, 2012) pada pencelupan kain
poliester-rayon dengan zat warna dispersi-reaktif.
Pencelupan poliester :
Pencelupan rayon
Tahap 1
Tahap 2
- Na2CO3 : 20 g/l
- Suhu : 800C
- Waktu : 30 menit
Pencucian
- Suhu : 800C
- Waktu : 10 menit
Fungsi zat :
- Procion dark blu H-EXL : Zat warna reaktif untuk mewarnai serat rayon
- Sunsolt RE-5 : sebagai zat pendispersi untuk mendispersikan zat warna dispersi
- Asam asetat : untuk mengatur agar pH larutan berada pada suasana asam
dipencelupan zat warna dispersi
- Na2SO4 : untuk meningkatkan penyerapan zat wran reaktif ke dalam serat rayon
- Na2CO3 : untuk menetralkan asam-asam dan fiksasi zat warna reaktif,
mengaktifkan ion selulosat pada serat rayon
- Sunmorl RC 700 : untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna reaktif yang tidak
terfiksasi pada permukaan kain.
Gambar.12 Skema pencelupan two bath two stage kain poliester-rayon dengan zat warna
dispersi-reaktif standar pabrik
Gambar.13 Skema pencelupan one bath two stage kain poliester-rayon dengan zat warna
dispersi-reaktif
Pada metode ini digunakan dua larutan celup,satu larutan celup yang trdiri dari zat warna
disperse dan zat pembantunyauntuk mencelup serat polyester dan satunya lagi terdiri dari
zat warna reaktif dan zat pembantunya unuk mencelup serat rayon.dengan demikian ,
proses pencelupan pencelupannya dilakukan dua tahap seperti sistem pencelupan masing-
masing serat tersebut,pencelupan tahap pertama,yaitu pencelupan serat polyester dnga zat
warn disperse dalam suasan asam,setelah penccelupan serat polyester dilakukan proses
reduction cleaning untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna disperse yang tidak berikatan
dengan serat polyester atau hanya menempel pada permukaan. Setelah proses reduction
cleaning,dilakukan pencelupan tahap kedua, yaitu pencelupan untuk serat dengan zat
warna reaktif dalam suasana alkali .
Kerugian metode two bath two stage ( dua larutan dua tahap ) adalah sebagai berikut :
- Pemakaian air lebih banyak karena memerlukan air untuk dua larutan celup dan
untuk larutan reduction cleaning.
Metode one bath two stage (satu larutan satu tahap ) ini merupakan suatu metode yang
muncul dari pemikiran para ahli sejak tahun 1980 untuk zat warna reaktif tertentu dengan
tujuan untuk mengefisienkan waktu dan energi, namun tidak mempengaruhi ketahanan
luntur zat warna pada hasil pencelupan , pada metode ini larutan celup yang digunakan
hanya satu larutan celup saja untuk mencelup serat polyester maupun rayonnya. Sehingga
dalam satu larutan lersebut terdri atas zat warna dispersi dan zat wama reaktif. Akan tetapi
meskipun satu larutan celup, proses fiksasinyanya terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama,
terjadi fiksasi zat warna dispersi pada serat poliester, kemudian pada tahap kedua, terjadi
fiksasi zat warna reaktif pada serat rayon. nasnya terladl datam dua tahap, Tahap perlama,
kemudian pada tahap kedua terjadl fiksast zat warna reaklif pada serat rayon. Dengan
demikian, maka pada awal pencelupan, larutan celup hanya terdiri dari zat warna dispersi
beserta zat pembantunya dan zat wama reaktif beserla garam, pemasukan alkali dilakukan
pada tahap kedua, setelah proses fiksasi zat warna dispersi pada serat poliester. Pada
metode ini memiliki kelemahan pada penggunaan konsentrasi garam yang tinggi (50-100
g/L), dapat menggangu stabilitas pendispersi, dimana pendispersi bermuatan anion yang
akan terganggu mekanisme ionisasi, sehingga menurunkan muatan yang tersebar pada
partikel dan menghasilkan aglomerasi. Hal ini dapat menggunakan zat pendispersi yang
tahan atau tidak berpengaruh pada elektrolit seperti pendispersi modifikasi dengan gugus
aktif anionik dan nonionik. Zat wama dispersi dengan gugus azo diester baik gunakan pada
metode ini, dikarenakan sisa zat wama yang tidak terfiksasi dapat dihidrolisis pada pH 11
suhu 80oC. Pemilihan zat wama dlspersi harus memiliki stabilitas dlspersi yang baik
tehadap elektrolit. Elektrolit yang digunakan berupa garam glauber. Penggunaan zat wama
reaktif yang memiliki reaktifitas rendah dan stabil pada suhu tinggi pencelupan poliester
pada pH 5-6. Adapun keuntungan dan kerugian metode one bath two stage dibandingkan
metod two bath two stage adalah sebagai berikut:
Kelebihan
Kekurangan
A. SIMPULAN
Simpulan dari makalah ini yaitu:
1. Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang berperan mengadakan ikatan dengan zat warna.
2. Serat poliester merupakan serat hidrofob yang memiliki struktur yang rapat dan
ikatan antar rantai polimer berupa gaya dipol, kenaikan suhu mengakibatkan
adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan antar molekul, menjadikan
jarak antar rantai lebih longgar, serat menjadi lebih plastis sehingga dapat
dimasuki oleh molekul air dan zat warna.
3. Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan
serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat.
4. Zat warna dispersi mencelup serat poliester dengan ikatan hidrofob dan
hidrogen.
5. Menurut teori pencelupan, mekansime pencelupan molekul zat warna dari
larutan ke serat terjadi secara bertahap. Yaitu:
- Difusi zat warna dan fasa larutan ke dekat permukaan serat
- Adsorpsi zat warna dari dekat permukaan serat ke permukaan serat
- Difusi zat warna dari permukaan serat ke dalam serat
- Fiksasi zat warna dengan serat
6. Pada pencelupan kain poliester-rayon dengan zat warna dispersi-reaktif terdiri
dari dua metode yaitu two bath two stage dan one bath two stage yang masing-
masing mempunyai persyaratan serta kelebihan juga kekurangan.
B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan dari makalah ini yaitu:
1. Penyusun menyarankan pada penulis makalah lain untuk dapat lebih
menjelaskan tentang pencelupan serat poliester-rayon menggunakan zat warna
dispersi-rayon dengan sumber-sumber yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Isminingsih, S.Teks, M.Sc.dkk. Pengantar Kimia Zat Warna. Institut Teknologi Tekstil.
Bandung : 1982
Karyana, D. (2005). Bahan Ajar Praktek Pencelupan II. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Shore, J., Patterson, D., & Hallas, G. (2002). Colorants and Auxiliaries vol 1. Manchester,
United Kingdom: Society of Dyers and Colourists.