Asam Basa
Asam Basa
Disusun Oleh:
Izzati Saidah
Enggy Septy
Riska Ayu Wibaweni
Reiner Mukti
Ria Septi Harmia
Wisnu Narendratama
Wenny Oktavia
Pembimbing:
dr. Reza Tandean, MHSc (OM), Sp.Ok
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU HYGIENE PERUSAHAAN, KESEHATAN, DAN KESELAMATAN KERJA
PERIODE 14 JANUARI – 15 FEBRUARI 2019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang tercurah
serta keberkahan dan rahmat yang diberikan kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan tugas yang berjudul “ASAM dan BASA”. Tugas ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian
Ilmu Hygiene Perusahaan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja periode 14 Januari
– 15 Februari 2019.
Selama pembuatan tugas ini, penyusun mendapat bimbingan dan masukan
dari berbagai pihak, dan dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan
terima kasih kepada dr. Reza Tandean, MHSc (OM), Sp.Ok selaku pembimbing
yang telah memberikan banyak masukan selama penulisan tugas ini. Penyusun
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu
penyusun sangat menerima saran dan kritikan yang membangun. Akhir kata
penulis berharap referat ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada
para pembaca dan penulis terutama dalam bidang Ilmu Hygiene Perusahan,
Kesehatan, dan Keselamatan Kerja.
Jakarta,Februari 2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Izzati Saidah
Enggy Septy
Riska Ayu Wibaweni
Reiner Mukti
Ria Septi Harmia
Wisnu Narendratama
Wenny Oktavia
Mengetahui,
Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
Senyawa asam dan basa sering ditemukan dan berperan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh bahan yang bersifat asam yaitu pada buahan-
buahan misalnya lemon dan jeruk. Sedangkan contoh bahan yang bersifat basa
yaitu sabun dan deterjen. Untuk menjelaskan mengenai senyawa asam dan basa,
terdapat beberapa teori asam basa, diantaranya yaitu teori Arrhenius, teori
Bronsted-Lowry, teori asam basa Lewis, dan teori Lux-Flood.
Senyawa asam dan basa masing-masing memiliki sifat spesifik yang dapat
membedakannya satu sama lain, misalnya dengan rasanya. Senyawa asam
cenderung memiliki rasa masam, sedangkan senyawa basa memiliki rasa agak
pahit. Perbedaan lain yang dapat membedakan kedua senyawa ini yaitu
kemampuannya melarutkan zat lain. Senyawa asam bersifat korosif sehingga
dapat melarutkan beberapa logam aktif, sedangkan senyawa basa dapat
melarutkan lemak. Oleh karena itu, abu gosok yang bersifat basa dapat digunakan
untuk mencuci sisa lemak yang ada di piring.
Senyawa asam dan basa juga dapat digolongkan lebih lanjut berdasarkan
sifat keras dan lunaknya. Penggolongan ini didasarkan pada ligan dan ion
logamnya. Ligan (anion) keras dan lunak digolongkan berdasarkan polarisabilitas
anion, yaitu kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat medan
listrik yang berasal dari ion logam (kation). Sedangkan ion logam (kation) keras
dan lunak digolongkan berdasarkan polarisabilitas kation, yaitu kemampuan suatu
kation untuk mempolarisasi suatu anion dalam suatu ikatan. Penggolongan ini
penting dilakukan untuk memudahkan pemahaman mengenai pengertian dari
suatu asam atau basa yang keras dan lunak.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Dari enam asam mineral kuat yang umum dalam kimia, asam klorida
merupakan asam monoprotik yang paling tidak mungkin menjalani reaksi reduksi-
oksidasi. HCl merupakan salah satu dari asam kuat paling berbahaya untuk
ditangani, terlepas dari keasamannya, asam ini terdiri dari ion non reaktif dan
non-toksik. Larutan asam klorida dengan kekuatan sedang adalah sangat stabil
pada penyimpanan, mempertahankan konsentrasinya melampaui waktu. Atribut
ini, ditambah fakta bahwa HCl tersedia sebagai reagen murni, membuat asam
klorida reagen pengasaman yang baik.5
5
Standar ketetapan pemajanan3:
- OSHA-PEL (Occupational Safety and Health Administration – Permissibile
Exposure Limits ) (batas pemajanan yang diizinkan) = 5 ppm
- NIOSH-IDLH (National Institute for Occupational Safety and Health –
Immediately Dangerous to Life or Health) (waspada berbahaya bagi kehidupan
atau kesehatan) = 50 ppm
- AIHA ERPG-2 (American Industrial Hygiene Association - Emergency
Response Planning Giudelines) 20 ppm
2.1.4 Kegunaan
Asam hidroklorida ialah asam anorganik kuat yang digunakan dalam banyak
proses industri. Aplikasinya sering menentukan mutu produk yang diperlukan.
Berikut ini adalah beberapa bidang yang memanfaatkan HCl, baik pada skala
industri maupun skala rumah tangga.6
1. Asam klorida digunakan pada industri logam untuk menghilangkan karat
atau kerak besi oksida dari besi atau baja.
2. Sebagai bahan baku pembuatan vinyl klorida, yaitu monomer untuk
pembuatan plastik polyvinyl chloride atau PVC.
3. HCl merupakan bahan baku pembuatan besi (III) klorida (FeCl3) dan
polyalumunium chloride (PAC), yaitu bahan kimia yang digunakan
sebagai bahan baku koagulan dan flokulan. Koagulan dan flokulan
digunakan pada pengolahan air.
4. Asam klorida dimanfaatkan pula untuk mengatur pH (keasaman) air
limbah cair industri, sebelum dibuang ke badan air penerima.
5. HCl digunakan pula dalam proses regenerasi resin penukar kation (cation
exchange resin).
6. Di laboratorium, asam klorida biasa digunakan untuk titrasi penentuan
kadar basa dalam sebuah larutan.
7. Asam klorida juga berguna sebagai bahan pembuatan cairan pembersih
porselen.
6
8. HCl digunakan pada proses produksi gelatin dan bahan aditif pada
makanan.
9. Pada skala industri, HCl juga digunakan dalam proses pengolahan kulit.
10. Campuran asam klorida dan asam nitrat (HNO3) atau biasa disebut dengan
aqua regia, adalah campuran untuk melarutkan emas.
11. Kegunaan-kegunaan lain dari asam klorida diantaranya adalah pada proses
produksi baterai, kembang api dan lampu blitz kamera.
7
paparan konsentrasi tinggi dapat dengan cepat menyebabkan edema dan
kematian. Tanda awal terpapar pernapasan yang cepat, kulit tampak biru,
akibat dari penyempitan bronkiolus. Paparan terhadap hidrogen klorida dapat
menyebabkan Sindrom Disfungsi Airway Reaktif (RADS), jenis asma yang
diinduksi secara kimia atau iritasi. Anak-anak mungkin lebih rentan terhadap
agen korosif daripada orang dewasa karena diameter saluran udara mereka
yang relatif lebih kecil. Anak-anak juga mungkin lebih rentan terhadap paparan
gas karena peningkatan ventilasi menit per kg dan kegagalan untuk
mengevakuasi area dengan segera ketika terpapar.
Terpapar gas atau uap asam kuat menyebabkan batuk, sensasi terbakar pada
tenggorokan, sensasi tercekik, inflamasi dan ulser pada mukosa nasal,
tenggorokan dan larynx. Pada kasus yang lebih parah menyebabkan spasm
laryngeal, epistaxis, gingivitis dan kemungkinan gastritis. Terhirup asam sulfat
yang parah menyebabkan pneumonitis kimia dengan edema paru yang
mungkin akan tertunda gejalanya.
2. Metabolik
Peningkatan konsentrasi ion klorida dalam darah, menyebabkan
ketidakseimbangan asam-basa. Karena tingkat metabolisme yang lebih tinggi,
anak-anak mungkin lebih rentan terhadap racun yang mengganggu
metabolisme tubuh.
3. Gastrointestinal
Jika tertelan menyebabkan muntah, nyeri ketika menelan, keluar air liur
(drooling), ketidaknyamanan pada orofaring dan nyeri abdomen. Komplikasi
akut menyebabkan aspirasi pneumonia, rasa terbakar pada epiglotis dan vocal
cord, penyumbatan laring, perforasi pada lambung dengan abses mediastinal
atau peritoneal dan keracunan didarah (sepsis). Keracunan yang serius karena
menelan asam kuat adalah terjadinya resiko perforasi dalam 72 jam pertama,
walaupun perforasi terlambat sampai 2 minggu setelah tertelan. Penyumbatan
pada Pyloric merupakan gejala umum pada keracunan kronik.
4. Kulit
8
Kontak dengan kulit menyebabkan iritasi yang signifikan dan pada beberapa
kasus yang parah menyebabkan terbakar. Wajah yang terbakar menyebabkan
luka parut (scars). Kontak yang berulang menyebabkan dermatitis.
Kontak pada mata menyebabkan luka korosif yang dimulai dari
berkurangnya ketajaman penglihatan dan kehilangan penglihatan yang
permanen, hal ini tergantung dari konsentrasi asam sulfat dan lamanya
terpapar.
5. Mata
Paparan uap hidrogen klorida pekat atau asam klorida yang terkena mata
dapat menyebabkan kematian sel kornea, katarak, dan glaukoma. Paparan
larutan encer dapat menyebabkan rasa sakit dan kerusakan atau ulkus pada
permukaan mata.
2.1.8 Penatalaksanaan
- Managemen Pre-Hospital dengan melakukan dekontaminasi3
9
Lepaskan pakaian yang terkontaminasi sambil menyiram kulit dan rambut
dengan air yang mengalir selama 3 hingga 5 menit, cuci sampai bersih dengan
sabun dan air. Berhati-hatilah untuk menghindari hipotermia saat
mendekontaminasi anak-anak atau orang tua. Gunakan selimut atau penghangat
jika perlu.
Basuh mata yang terpapar atau teriritasi dengan air biasa hangat atau garam
selama 15 menit. Lepaskan lensa kontak jika mudah dilepas tanpa trauma
tambahan pada mata.
Dalam kasus tertelan, jangan memaksakan untuk dimuntahkan. Korban yang
sadar dan mampu menelan harus diberi 4 hingga 8 ons air atau susu. (Dosis anak-
anak adalah 2 hingga 4 ons).
10
2.1.9 Pencegahan
Asam klorida pekat (asam klorida berasap) membentuk kabut asam. Baik
kabut asam maupun larutannya mempunyai efek korosif terhadap jaringan tubuh
manusia, dengan berpotensi terhadap kerusakan organ pernafasan, mata, kulit, dan
usus secara irreversibel.1
Pada pencampuran asam hidroklorida (HCl) dengan zat kimia pengoksidasi
biasa, seperti natrium hipoklorit (pemutih, NaClO) atau kalium permanganat
(KMnO4), menghasilkan racun gas klor.
Peralatan pelindung diri seperti sarung tangan karet atau PVC, kaca mata
pelindung, dan pakaian tahan-zat kimia dan sepatu harus digunakan untuk
meminimalkan resiko ketika menangani asam hidroklorida. Badan Perlindungan
Lingkungan Amerika Serikat mengatur tingkat asam klorida sebagai suatu zat
beracun.1
11
- Mol. Formula : HF Mol.
- Weight : 20.01
- Boiling point : 68°F (20°C) at 760 mmHg
- Specific gravity : 0.99 at 19°F (-7°C)
- Vapor pressure : 400 mmHg (34°F) Vapor density: 0.7 (air=1)
b. Sifat kimia
- pKa : 3.15 bersifat asam lemah
- Description : gas tidak berwarna atau dalam uap cair. Disagreeable, berbau
menyengat dibawah 1 ppm
- Solubility : Larut dalam air dan etanol, larut sedikit dalam eter, benzena,
toluen, m-ksilen dan tetrahidronaftalen
- Flammability : tidak mudah terbakar
2.2.3 Kegunaan
1. Sebagai katalisator terutama dalam industri pengilangan minyak bumi
(alkilasi parafin)
2. industri aluminium
3. pembuatan senyawa fluorida untuk pemisahan isotop-isotop uranium
4. pembuatan plastik yang mengandung fluor
5. dalam bahan pewarna kimia
6. industri film dan fotografi.
7. Sebagai bahan perekat
12
penyumbatan hidung, pendarahan pada hidung, penyakit sinus dan
bronchitis.
2.4 Tertelan
Penelanan dapat menyebabkan luka bakar pada mulut,
kerongkongan, perut dan usus halus disertai radang lambung,
pendarahan lambung, muntah, mual, sakit perut, dan diare. Dosis
besar dapat menyebabkan nekrosis yang ekstensif dengan perforasi
pada perut, syok dan kematian. Penelanan konsentrasi kecil dalam
jangka panjang dapat menyebabkan fluorosis disertai penebalan
osteosklerotik dengan kalsifikasi dalam pelengkap ligamen tulang
kerangka.
2.5 Kontak dengan mata
Kontak langsung dengan cairan atau larutan dapat menyebabkan
luka bakar pada kornea. Jika tidak dihilangkan dengan cepat,
kerusakan penglihatan yang permanen atau kebutaan, sedaangkan
pada paparan berulang dengan dosis kecil dapat menyebabkan
iritasi mata dan lakrimasi yang ringan.
2.2.5 Patogenesis
Seperti halnya semua asam anorganik, karena degenerasi ion
hydrogen dan korosi, HF dapat membakar kulit. Setelah menembus ke
dalam kulit, ia bergerak cepat ke lapisan jaringan yang lebih dalam dan
melepaskan ion fluoride yang dapat dipisahkan secara bebas. Toksisitas
ion didasarkan pada reaktivitasnya yang kuat. Mekanisme cedera HF
diduga akibat pengikatan ion fluoride ke jaringan, kation kalsium dan
13
magnesium untuk membentuk garam yang tidak larut. hal Ini dapat
mengganggu metabolisme sel, menginduksi kematian sel dan nekrosis.
Jika terhirup atau tertelan HF, sistemik toksisitas menjadi
perhatian. Untuk menghasilkan HF, CaF2 bereaksi dengan asam sulfat,
Proses ini melepaskan energi dan terjadi dengan sangat cepat. Meskipun
nilai pH HF hanya 3,45, HF larut dalam air dengan reaksi kuat pada setiap
konsentrasi. Karena itu sangat higroskopis, ia memiliki kemampuan untuk
mendehidrasi zat. Karena itu, ia dapat dengan cepat menembus ke dalam
kulit dan lunak lainnya.
14
Lepaskan segera pakaian, perhiasan dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci bagian yang terkena dengan sabun atau
deterjen lunak dengan jumlah air yang banyak hingga tidak ada
bahan kimia yang tertinggal (setidaknya selama 15-20 menit).
Untuk luka bakar, tutup daerah yang terkena hingga aman
terlindung dengan pembalut yang longgar, steril dan kering. Segera
bawa ke dokter
Pelindung Mata :
15
Gunakan kacamata keselamatan yang tahan pecahan yang dilengkapi
dengan pelindung wajah. Jangan gunakan lensa kontak ketika bekerja
dengan bahan kimia ini. Sediakan kran air pencuci mata untuk keadaan
darurat dan semprotan air deras di sekitar lokasi kerja.
Pakaian :
Gunakan pakaian pelindung tahan bahan kimia yang sesuai
Sarung Tangan :
Gunakan sarung tangan tahan bahan kimia yang sesuai.
2 Penanganan Tumpahan/ Bocoran
a. ditempat kerja
Jangan sentuh bahan yang tumpah. Hentikan kebocoran jika dapat
dilakukan tanpa risiko. Kurangi uap dengan menyemprotkan air.
Tumpahan sedikit : Serap dengan menggunakan pasir atau bahan
lain yang tidak dapat terbakar. Kumpulkan bahan yang tumpah ke dalam
kemasan yang sesuai untuk pembuangan.
Tumpahan banyak : Bendung tumpahan untuk pembuangan lebih lanjut.
Isolasi daerah bahaya dan orang yang tidak berkepentingan dilarang
masuk.
16
d. Ke tanah : Gali tempat penampungan seperti lagoon,
kolam atau lubang. Bendung tumpahan untuk
pembuangan lebih lanjut. Absorbsi dengan
menggunakan pasir atau bahan lain yang tidak
dapat terbakar. Tambahkan bahan alkali (kapur,
batu kapur/ gamping, natrium bikarbonat atau
soda abu).
17
Merah 2.2–2.34 g•cm−3
Hitam 2.69 g/cm3
Massa jenis fosfor merah 2,34 g/cm3
Massa jenis fosfor putih 1,823 g/cm3
Massa jenis fosfor hitam 2,609 g/cm3
392.2 g/100 g (−16.3 °C)
Kelarutan dalam air 369.4 g/100 mL (0.5 °C)
446 g/100 mL (14.95 °C)
18
bentuk tetrahedral. Fosfor merah biasanya digunakan untuk bahan peledak
dan kembang api. Fosfor merah mempunyai sifat berupa serbuk, tidak
mudah menguap, tidak beracun dan tidak bersinar dalam gelap. Titik lebur
fosfor merah 600ºC.
3. Fosfor Hitam
Fosfor hitam kurang reaktif dibanding fosfor merah. Atom fosfor
tersusun dalam bidang datar melalui ikatan kovalen. Antara bidang
terdapat gaya van der Waals yang lemah. Bentuk fosfor yang paling stabil
tampaknya adalah P hitam, yang dapat terbentuk dari P putih pada tekanan
tinggi, atau melalui pemanasan P putih dengan katalis (Hg) dan kristal
“benih” Phitam. P hitam mempunyai struktur kristal berlapis, seperti
grafit, tetapi lapisan-lapisannya terikat kuat. P hitam merupakan
semikonduktor.3
2.3.3 Patogenesis
Paparan asam fosfor pada tubuh manusia dapat melalui inhalasi,
oral, maupun lewat kulit. Menurut OSHA paparan terhisap normal 1
mg/m3. Paparan tunggal terhadap senyawa asam fosfor dapat
menyebabkan efek akut maupun kronik. Efek akut dapat berupa iritasi
kulit dan mata, dan dapat menyebabkan timbulnya iritasi dan inflamasi
pada mukosa hidung dan saluran pernafasan, sehingga meyebabkan
terjadinya batuk dan wheezing. Paparan kronik asam sulfur berupa iritasi
saluran pernafasan sehinggan menyebabkan bronkitis dan kekeringan pada
kulit.4,5
19
4. Jika tertelan : Muntah, sakit perut, muntah darah hingga membakar
mukosa lambung6
20
a. Pemeriksaan spirometri dan rontgen paru
b. Pemeriksaan audiometrik
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah atau urin
1. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene
perusahaan yang memerlukan:
a. Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama
pemajanan
b. Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan
c. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan
data yang ada
1. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
Santa Clara Center for Occupational Safety and Health
(SCCOSH) menganggap bahwa paparan pekerja terhadap zat beracun di
tempat kerja tidak boleh lebih tinggi daripada di tempat biasa lain dimana
memungkinkan terjadinya paparan. Untuk alasan ini, nilai yang sesuai
dengan risiko penyakit yang sangat rendah di lingkungan kerja dihitung
untuk serangkaian zat dan menyesuaikan RfC (konsentrasi referensi
inhalasi) dengan mengubah waktu paparan dalam paparan kerja (8
jam/hari, 240 hari/tahun, selama 40 tahun). Penilaian risiko adalah
karakterisasi sistematis dari potensi efek merugikan yang dihasilkan dari
paparan manusia terhadap agen atau situasi berisiko. Penilaian risiko
adalah dasar untuk mengatur kriteria kualitas, untuk mengelaborasi standar
dan pengambilan keputusan. Untuk karakterisasi risiko efek akut paparan
titik (sesaat) digunakan, sedangkan untuk efek non-karsinogenetik kronis
disarankan untuk memperhitungkan eksposur rata-rata selama jangka
waktu tertentu.8
2.3.6 Tatalaksana
Saran umum Bila gejala bertahan atau bila ada keraguan apapun
mintalah pertolongan medis. Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai
pertolongan pertama pada kecelakaan adalah sebagai berikut:6
21
- Cek tanda vital : Jika pasien tidak sadar, pertahankan jalan nafas.
Jika pernafasan terhenti beri oksigen atau nafas buatan dan lakukan
resusitasi. Kemudian segera hubungi dokter/rumah sakit terdekat.
- Setelah terhirup uap: Pindahkan ke tempat berudara segar dan hirup
udara segar. Bila pernapasan tidak teratur atau berhenti, berikan
pernapasan buatan dan segera hubungi dokter.
- Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian dan
sepatu yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air mengalir atau
pancuran air ( selama 15 menit ). Setelah itu cuci pakaian yang
tercemar. Jika iritasi kulit berlanjut, segera hubungi dokter.
- Setelah kontak pada mata: bilaslah dengan air mengalir selama
sekitar 15 menit. Jika iritasi berlanjut, segera hubungi dokter mata.
- Setelah tertelan: Bilas mulut dengan air. Dan beri banyak minum.
perhatian jika korban muntah, jangan dibiarkan risiko pengeluaran
jika kondisi tidak sadar, dan pertahankan agar aliran udara tetap
bebas. Kerusakan paru-paru mungkin terjadi setelah pengeluaran
atau muntah.
2.3.7 Pencegahan
Berikut ini pencegahan pada penyakit akibat kerja, yaitu:7
1. Penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan
kesehatan mengenai asam fosfor
2. Penggunaan APD seperti baju,sarung tangan, masker dan sepatu boot
agar terhindar terkena asam fosfor
3. Penggunaan kacamata/goggle agar mata tidak terkena asam fosfor
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD
5. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih
lanjut
22
2.3.8 Kegunaan Asam Fosfor
1. Fosfor sangat penting dan dibutuhkan oleh mahluk hidup tanpa adanya
fosfor tidak mungkin ada organik fosfor di dalam Adenosin trifosfat
(ATP) Asam Dioksiribo nukleat (DNA) dan Asam Ribonukleat (ARN)
mikroorganisme membutuhkan fosfor untuk membentuk fosfor
anorganik dan akan mengubahnya menjadi organik fosfor yang
dibutuhkan untuk menjadi organik fosfor yang dibutuhkan, untuk
metabolisme karbohidrat, lemak, dan asam nukleat.
2. Kegunaan fosfor yang terpenting adalah dalam pembuatan pupuk,
bahan korek api, kembang api, pestisida, odol, dan deterjen.
3. Kegunaan fosfor yang paling umum ialah pada ragaan tabung sinar
katoda (CRT) dan lampu fluoresen, sementara fosfor dapat ditemukan
pula pada berbagai jenis mainan yang dapat berpendar dalam gelap
(glow in the dark ).
4. Asam fosfor yang mengandung 70% –75% P2O5, telah menjadi
bahan penting pertanian dan produksi tani lainnya.
5. Fosfor juga digunakan dalam memproduksi baja, perunggu fosfor, dan
produk-produk lainnya. Trisodium fosfat sangat penting sebagai agen
pembersih, sebagai pelunak air, dan untuk menjaga korosi pipa-pipa.
6. Fosfor juga merupakan bahan penting bagi sel-sel protoplasma,
jaringan saraf dan tulang.
7. Bahan tambahan dalam deterjen, bahan pembersih lantai dan
insektisida.
8. Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua
organisme untuk energi dan pertumbuhan.
23
ditembakan atau dibakar udara maka akan bereaksi dengan oksigen
membentuk fosfor pentaoksida (P2O5). Walaupun fosfor berbahaya namun
yang paling berbahaya yaitu terletak pada proses pembakaran fosfor dan hasil
pembakaran fosfor bukan pada ledakannya.
2.4.2 Epidemiologi
Banyaknya industri yang menggunakan bahan baku kromium,
seperti industri pengelasan stainless steel, produksi kromat, pelapisan
krom dan industri zat pewarna krom membuat meningkatnya
24
kemungkinan paparan pekerja dengan Cr(VI). Hal ini menimbulkan efek
risiko paparan terhadap krom meningkat. Sekitar 175.000 pekerja berisiko
terpapar oleh Cr(VI) di tempat kerja secara berulang dan dalam waktu
yang cukup lama.(1)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agency for Toxic
Substances and Disease Registry (ATSDR) di Tokyo, Jepang, melaporkan
tingginya angka keluhan subjektif dari iritasi hidung. Dalam penelitian
lain yang serupa, debu kromat dan asap kromium trioksida dilaporkan
menyebabkan terjadi asma pada pekerja pabrik pelapisan kromium,
pengelasan dan pabrik yang memproduksi ferrokromium.(5)
Terdapat sebuah studi kohort yang dilakukan pada 2689 sampel
(terdiri dari 1288 orang laki-laki dan 1401 orang perempuan) pekerja
pabrik pelapisan krom yang telah bekerja setidaknya selama 6 bulan pada
pabrik di Inggris memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
beberapa jenis kanker.(2)
2.4.4 Patogenesis
Terdapat 2 buah bentuk oksidan dari asam kromat, yaitu Cr(VI)
atau kromium heksavalen, dan Cr(III) atau kromium trivalen. Cr(III)
dalam dosis rendah dibutuhkan oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
mikronutrien tubuh, sedangkan Cr(VI) memiliki toksisitas 1000 kali dari
Cr(III).(5)
Paparan kromium pada tubuh manusia dapat melalui inhalasi, oral,
maupun lewat kulit.(6) Pekerja di inustri, terutama terpapar Cr(VI) melalui
25
inhalasi aerosol dan berada pada risiko terbesar menderita efek kesehatan
yang merugikan.(7)
Paparan tunggal terhadap senyawa Cr(VI) dapat menyebabkan
timbulnya iritasi dan inflamasi pada mukosa hidung dan saluran
pernafasan, iritasi kulit, luka bakar apabila kulit berkontak langsung
dengan asam kromat, ulkus, kerusakan pada mata apabila terkena percikan
dari asam kromat. Pada pekerja yang sering terpapar asam kromat maupun
kromium dalam waktu yang lama dapat timbul ulkus ada hidung, radang
paru-paru, reaksi alergi pada kulit maupun saluran pernapasan, gangguan
ginjal dan hati, perubahan hematologis maupun kanker paru.(5,7)
Akibat yang ditimbulakan dari paparan secara oral adalah
timbulnya ulkus pada mulut, gangguan pencernaan, acute tubular necrosis,
muntah, nyeri perut, gagal ginjal akut, dan kerusakan pada gigi.(8)
26
reaksi kulit alergi yang disebut dermatitis kontak alergi. Reaksi alergi ini
biasa terjadi pada pekerja yang sering berkontak dengan cairan maupun
padatan yang mengandung Cr(VI). Dermaitis kontak alergi ini akan
semakin parah dengan paparan berulang kulit dengan Cr(VI). Pada
toksisitas akut akibat Cr(VI) yang masuk ke tubuh melalui kulit, akan
timbul luka bakar yang terjadi akibat reaksi nekrosis koagulatif.(5)
Kontak antara Cr(VI) dengan mata dapat menimbulkan terjadinya
pandangan menjadi buram, kemerahan, nyeri dan dapat terjadi ulserasi
pada mukosa mata. Kontak langsung antara asam kromat dan debu
chromium trioxide dapat menimbulkan kerusakan mata yang permanen.(5)
Efek gastrointestinal dari pajanan Cr(VI) adalah timbulnya keluhan
nyeri perut atau nyeri substernal, muntah, iritasi dan ulserasi mukosa
gastrointestinal, serta dapat timbul perdarahan saluran cerna jika jumlah
asa kromat yang ditelan dalan jumlah yang banyak. Paparan kromium
secara oral juga dapat menimbulkan efek buruk bagi ginjal dan hati. Efek
pada fungsi ginjal yang sering ditimbulkan adalah acute tubular necrosis
dan gagal ginjak kronik. Acute tubular necrosis sering ditemukan terjadi
pada pekerja yang sering terpapar dengan kromium. Selain itu, pada kasus
toksisitas akut dapat timbul hepatomegali dan gagal hati.(5)
27
pekerjaan lain yang dilakukan, kebiasaan seperti merokok atau
mengkonsumsi alkohol.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja
d. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat,
tetapi pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala
berkurang atau hilang
e. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja
f. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau
dari data penyakit di perusahaan
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan:
d. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik
e. Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik
klinis
f. Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
d. Pemeriksaan spirometri dan rontgen paru
e. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah atau urin
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene
perusahaan yang memerlukan:
d. Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama
pemajanan
e. Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan
f. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan
data yang ada
2.4.7 Tatalaksana
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama pada
kecelakaan kerja akibat asam kromat adalah sebagai berikut: (4)
28
a. Setelah kontak dengan mata : Basuh mata dengan air mengalir setidaknya
selama 15 menit, sambil sesekali mengangkat kelopak mata atas dan
bawah. Setelah itu, mintalah bantuan pada petugas medis untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
b. Setelah kontak dengan kulit : Bilas kulit dengan air mengalir selama
setidaknya 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Mintalah
pertologan kepada petugas medis.
c. Setelah tertelan : Apabila tertelan asam kromat, jangan dimuntahkan
kecuari diarahkan untuk melakukannya oleh petugas medis. Jangan pernah
memberikan apapun melalui mulut orang yang tidak sadar. Mintalah
pertolongan kepada petugas medis.
d. Setelah terhirup uap atau bubuk: Pindahkan pasien dari tempat kejadian ke
tempat yang tidak terkontaminasi. Jika tidak bernapas, berikan bantuan
napas buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dilarang melakukan
resusitasi dari mulut ke mulut.
2.4.8 Pencegahan
Penerapan konsep lima tingkat pencegahan penyakit pada penyakit
akibat kerja, yaitu: (9)
1. Promosi kesehatan (health promotion), dengan melakukan
penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pendidikan
kesehatan, penyuluhan mengenai jenis-jenis penyakit akibat kerja
yang dapat dialami oleh pekerja dan cara mencegahnya.
2. Perlindungan khusus (specific protection), seperti dengan cara
meningkatkan proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja
dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm,
kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug)
baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan
titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi
29
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation), seperti
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif,
mengobati tenaga kerja secara sempurna, dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation), seperti rehabilitasi dan
mempekerjakan kembali para pekerja yang menderita disabilitas
dan mencoba menempatkan di jabatan dan pekerjaan yang sesuai
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk para pekerjanya
adalah sebagai berikut: (10)
a. Menyediakan ventilasi yang memadai untuk mempertahankan
konsentrasi Cr di udara tempat kerja tetap rendah
b. Menyediakan APD yang memadai bagi pekerjanya, seperti kacamata
kerja, sarung tangan, baju tahan panas, penutup wajah, dan masker.
c. Segera cuci pakaian yang telah terkontaminasi dengan produk.
2.5.2 Etiologi
30
Asam sulfat berbentuk cairan kental berminyak, tidak berwarna, tidak
berbau, bersifat higroskopis, rumus molekul H2SO4, berat molekul 98,08
9/mol, titik lebur/titik beku 10,5 °C (anhidrat) atau -35 °C (-31 °F) menjadi
10,36 °C (93% sampai 100% kemurnian), titik didih 290 °C atau 270 °C (518
°F) - 340 °C terurai di 340 °C, tekanan uap 1,33 hPa pada 145,8 °C, Kerapatan
uap 3.4 (udara = 1), berat jenis relatif 1,84 g/cm3 pada 25 °C, kelarutan:
mudah larut dalam air dingin, dan larut dalam etil alkohol.(2-6)
Asam sulfat terutama dihasilkan melalui reaksi katalitik sulfur dioksida
dengan oksigen untuk menghasilkan sulfur trioksida, selanjutnya dilarutkan
dalam air untuk menghasilkan asam sulfat pekat (lebih dari 99% murni).(7)
Dekomposisi termal menjadi sulfur trioksida dan air terjadi pada 340 ° C.
2.5.3 Kegunaan
Asam sulfat digunakan dalam industri, seperti pupuk, bahan peledak,
pemurnian minyak bumi, penambangan dan metalurgi, pengolahan bijih,
pemurnian alumina (untuk kerak), bahan kimia anorganik dan pigmen, bahan
kimia organik, karet sintetis dan plastik, pulp dan kertas, sabun dan deterjen ,
pengolahan air, serat dan film selulosa, dan pigmen dan cat anorganik.
Penggunaan asam sulfat menurun di beberapa industri. Ada kecenderungan
dalam industri baja untuk menggunakan asam klorida, asam sulfat dalam
pengawetan, dan asam hidrofluorik telah menggantikan asam sulfat untuk
beberapa kegunaan dalam industri perminyakan. Produk konsumen utama
yang mengandung asam sulfat adalah baterai timbal-asam. Namun, ini
menyumbang sebagian kecil dari keseluruhan penggunaan.(8)
Asam sulfat adalah salah satu bahan kimia industri yang paling banyak
digunakan, tetapi sebagian besar digunakan sebagai reagen daripada bahan.
Oleh karena itu, sebagian besar asam sulfat yang digunakan berakhir sebagai
asam yang dihabiskan atau limbah sulfat. Tingkat kemurnian yang tepat
diperlukan untuk digunakan dalam baterai penyimpanan dan untuk industri
rayon, pewarna, dan farmasi. Asam sulfat yang digunakan dalam industri baja,
kimia, dan pupuk memiliki persyaratan kemurnian yang lebih rendah.(8)
31
Industri besar dengan paparan kabut asam anorganik yang kuat meliputi
industri yang memproduksi pupuk fosfat, isopropanol (isopropil alkohol),
etanol sintetik (etil alkohol), asam sulfat, asam nitrat, dan baterai timbal-asam.
Eksposur juga terjadi selama peleburan tembaga, dan pengawetan serta
perlakuan asam lainnya dari logam seperti pembersihan logam dan pelapisan
logam, dan larutan logam sulfat dan asam sulfat digunakan dalam
electrowinning logam.
32
asam yang relatif encer (cair atau kabut) dapat menyebabkan
dermatitis.
3. Kontak Dengan Mata (2,3,4,6)
Kontak dengan mata dapat menyebabkan luka korosif mulai dari
penurunan ketajaman visual sampai kehilangan penglihatan
permanen tergantung pada asam yang terpapar, konsentrasi dan
tingkat paparan. Peradangan pada mata dapat ditandai dengan
kemerahan, berair dan gatal-gatal.
4. Tertelan (2,3,6)
Bila tertelan dapat menyebabkan muntah, disfagia, drooling
(mengiler/keluar air liur), ketidaknyamanan orofaringeal dan nyeri
perut. Komplikasi akut termasuk aspirasi pneumonia, luka bakar pada
epiglottis dan pita suara, obstruksi laring, perforasi lambung dengan
mediastinum atau peritoneal abses, dan sepsis. Setelah terlihat
kemajuan kemungkinan dalam 2 sampai 3 hari pasien mengalami
nyeri mendadak di perut atau dada dan shock, hal ini menunjukkan
perforasi lambung. Pada kasus tertelan asam yang parah, risiko
tertinggi pada perforasi dalam 72 jam pertama, namun perforasi
lambat dapat terjadi sampai sekitar 2 minggu setelah mengkonsumsi.
Paparan Jangka Panjang
1. Terhirup (4,6)
Dalam kasus yang lebih parah dapat terjadi spasme (kekejangan)
pada laring, epistaksis, gingivitis dan gastritis. Inhalasi yang parah
dapat menyebabkan pneumonitis kimia dengan edema paru, yang
memungkinkan terjadi saat onset tertunda. Jumlah paparan yang
33
Dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen tergantung
4. Tertelan (6)
Obstruksi pilorus adalah efek jangka panjang yang paling umum
terjadi.
34
memberikan jaminan yang cukup terhadap penghindaran kemungkinan
konsekuensi yang merugikan untuk epitel saluran pernapasan. Karenanya
SCOEL merekomendasikan batas 8 jam TWA 0,05 mg / m3 untuk memenuhi
persyaratan ini.
tertutup
35
Amonium besi (III) sulfat dodekahidrat : reaksi eksoterm pada
pemanasan
suhu 1800C
sebaliknya.
2.5.8 Tatalaksana
Pertolongan Pertama Pada Korban Keracunan
1. Terhirup (2-5)
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Longgarkan pakaian yang
melekat seperti kerah, dasi, ikat pinggang. Berikan pernapasan buatan jika
dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
2. Kontak dengan Kulit (2-5)
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci
kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak sampai
dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya selama 15-20
menit. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.
3. Kontak dengan Mata (2-5)
Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20 menit
dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai
36
dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitass kesehatan terdekat.
4. Tertelan (2-5)
Segera bilas mulut dengan air. Jangan merangsang muntah. Jangan pernah
memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
Lepaskan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi atau ikat pinggang. Jangan
memberikan cairan secara oral. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
Penatalaksanaan Pada Korban Keracunan
1. Resusitasi dan Stabilisasi (9)
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan
sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama
37
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
b. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku) (9)
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas
menghirupnya.
Segera bilas agar bahan keluar dari mulut dengan air. Cairan melalui
mulut (oral) harus dihindari karena risiko muntah, dengan risiko membantu
aspirasi dan terpapar ulang dari kerongkongan ke zat korosif ini.
Aspirasi nasogastrik, lavage lambung, dan irigasi seluruh usus merupakan
kontraindikasi. Tidak ada manfaat yang telah dibuktikan dari prosedur ini,
dan ada risiko yang signifikan dari perforasi selama intubasi lambung.
3. Antidotum (6)
38
2.5.9 Batas Paparan Dan Pelindung Diri
1. Ventilasi (2,3,4)
39
plastik, dan pewarna. Asam nitrat pertama kali disintesis sekitar 800 M oleh
alkimiawan Jabir ibnu Hayyan yang juga menemukan distilasi modern dan proses
kimiawi dasar lainnya yang masih digunakan sekarang ini.1
Asam nitrat murni (100 %) merupakan cairan tak berwarna dengan berat
jenis 1.522 kg / m³. Asam nitrat akan membeku pada suhu - 42 °C, membentuk
kristal - kristal putih, dan mendidih pada 83 °C. Ketika mendidih pada suhu
kamar, terdapat dekomposisi sebagian dengan pembentukan nitrogen dioksida
sesudah reaksi yang berarti bahwa asam nitrat anhidrat sebaiknya disimpan di
bawah 0 °C untuk menghindari penguraian. Asam nitrat bercampur dengan air
dalam berbagai proporsi dan distilasi menghasilkan azeotrop dengan konsentrasi
68 % HNO3 dan titik didih 120,5 °C pada 1 atm.8
Tabel 1. Sifat Fisik Asam Nitrat1
Bentuk Cair
Warna Tidak berwarna
Bau Berbau Kuat
pH 1.0
40
d. Dalam aneka industri, HNO3 encer untuk membuat pupuk buatan {NaNO3,
Ca(NO3)2}. Sebagai oksidator dalam pembuatan asam sulfat (cara bilik-asam
Glover).7
2.6.2 Epidemiologi
Asam Nitrat pada dasarnya adalah zat yang jarang ditemukan pada rumah
tangga, asam nitrat lebih sering dijumpai pada sektor industri. Menurut data
Pelaporan Peters et al, dari 12 kelompok yang terpapar asam nitrat ditemukan
peningkatan prevalensi penyakit paru-paru. Ada kemungkinan terpaparnya
pekerjaan terhadap Asam Nitrat melalui inhalasi di tempat-tempat di mana zat
tersebut diproduksi atau disimpan.1
2.6.3 Patogenesis
Asam nitrat adalah agen oksidasi tidak berwarna yang bisa menjadi
potensi sebagai peledak ketika kontak dengan senyawa tertentu. Asam
Nitrat dapat memiliki dua bentuk utama yakni bentuk uap dan cair. Batas
paparan untuk manusia adalah 1.6 ppm (4,13 mg/m3). Asam nitrat juga
bersifat sangat korosif sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada kulit
serta bagian lain, tergantung dari cara masuknya asam nitrat tersebut,
antara lain:
1. Ketika dihirup, uap dari asap asam nitrat dapat menyebabkan
kesulitan bernafas. Bahkan jika ada pemaparan, bahkan bisa
mendapatkan edema paru-paru dan berakibat sangat fatal. Iritasi
tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan, dapat menyebabkan
rasa tersedak dan batuk yang merupakan indikasi yang jelas bahwa
seseorang tersebut telah menghirup uap asam nitrat.
2. Ketika tertelan, dapat menyebabkan efek langsung seperti sensasi
menyakitkan dan rasa terbakar dalam saluran pencernaan seperti
mulut, tenggorokan, kerongkongan, dan saluran pencernaan
lainnya. Pada beberapa kasus dilaporkan adanya syok akibat
hipotensi secara mendadak.
41
3. Kontak pada kulit juga dapat menyebabkan luka bakar,
kemerahan, nyeri dan bahkan ulkus jika tidak ditangani secara
cepat.
4. Luka bakar dan kerusakan permanen pada mata juga
memungkinkan jika asam nitrat masuk ke mata. Demikian juga uap
yang dapat menyebabkan iritasi mata.3
2.6.4 Gejala klinis
Pada gejala paparan terhadap Asam Nitrat, gejala umum yang
sering terjadi adalah Dispnoe, wheezing, batuk, palpitasi, dan nyeri dada.
Namun tidak menutup kemungkinan adanya gejala-gejala lain seperti
pusing dan rasa mual-muntah dapat terjadi tergantung dari durasi paparan.
Gejala tersebut dapat terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam
dan bertahan hingga beberapa minggu. Gejala laten dapat muncul hingga 1
jam setelah paparan dan biasanya berkaitan dengan laringospasm dan
bronchospasm. Gejala klinis lainnya menunjukkan adanya kasus klinis
yang parah seperti pneumonitis kimiawi, edema paru, dan kegagalan
pernafasan.4
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lehmann et al,
seseorang mulai dapat mengalami gejala klinis yang berarti setelah
terpapar asam nitrat sebesar 158 ppm (408 mg/m3) selama 10 menit.
Kemudian akan mengalami batuk-batuk, rasa terbakar pada hidung dan
tenggorokan, lakrimasi, sekresi mukus berlebih pada hidung, rasa tercekik,
nyeri kepala, pusing, dan muntah-muntah.7,8
42
pertama kali bekerja, sudah berapa lama bekerja, apa yang dikerjakan, bahan
yang digunakan, informasi bahan yang digunakan (Material Safety Data
Sheet/MSDS), bahan yang diproduksi, jenis bahaya yang ada, jumlah pajanan,
kapan mulai timbul gejala, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat
pelindung diri, cara melakukan pekerjan, pekerjaan lain yang dilakukan,
kegemaran (hobi) dan kebiasaan lain (merokok, alkohol)
Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja
Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi pada
saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang
Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja
Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data
penyakit di perusahaan
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan:
Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik
Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinis
Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan
laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
Pemeriksaan spirometri dan rontgen paru
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan CT Scan Thoraks
Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene perusahaan
yang memerlukan:
Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama pemajanan
Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan
Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang
ada
Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
43
2.6.6 Tatalaksana
Pada paparan terhadap asam nitrat dapat dilakukan beberapa tindakan tatalaksana,
seperti :
Apabila menghirup uap asam nitrat, segera pindahkan ke tempat berudara
segar dan hirup udara segar. Bila pernapasan tidak teratur atau berhenti,
berikan pernapasan buatan dan segera hubungi dokter.
Bila terjadi kontak dengan kulit, mulai tanggalkan segera semua pakaian dan
sepatu yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air mengalir atau pancuran
air. Setelah itu cuci pakaian yang tercemar. Jika iritasi kulit berlanjut, segera
hubungi dokter. Pengobatan khusus dapat dilakukan secara sistemik dengan
menggunakan antihistamin (AH1) generasi pertama atau kedua, antibiotik bila
terdapat infeksi sekunder (amoksisilin 3x500mg atau klindamisin 2x300 mg
selama 5-10 hari), kortikosteroid (prednison 15-40 mg) bila lesi luas atau
secara topikal bergantung dengan jenis lesi. Jika lesinya basah dapat
menggunakan KMnO4, sedangkan bila kering dapat diberikan kortikosteroid.
Pada keadaan akut dapat diberikan kompres asam salisilat 1%, subakut dengan
pemberian krim kortikosteroid potensi lemah-sedang, seperti hidrokortison
2,5%, serta keadaan kronik dengan pemberian salep kortikosteroid potensi
kuatsangat kuat, seperti klobetasol propionate 0,05%, betametason dipropionat
0,05%. Jika iritasi ringan, dapat diberikan pelembab (salep/krim lanolin 10%,
krim urea 10%).
Setelah terjadi kontak pada mata: bilaslah dengan air mengalir selama sekitar
15 menit. Jika iritasi berlanjut, segera hubungi dokter mata.
Setelah menelan asam nitrat : Perhatikan jika korban muntah, jangan dibiarkan
risiko pengeluaran jika kondisi tidak sadar, dan pertahankan agar aliran udara
tetap bebas.5,7,8
2.6.7 Pencegahan
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five
level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja pada Masyarakat, yaitu:6
44
Peningkatan kesehatan (health promotion), seperti penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi,
lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan
seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik
Perlindungan khusus (specific protection), seperti imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan
kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti
helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug) baju
tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya
Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik
lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi
Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation), seperti memeriksa dan
mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara
sempurna, dan pendidikan kesehatan.
Pemulihan kesehatan (rehabilitation), seperti rehabilitasi dan
mempekerjakan kembali para pekerja yang menderita disabilitas dan
mencoba menempatkan di jabatan dan pekerjaan yang sesuai.
45
yang menyenangkan. Karbon disulfida yang paling banyak digunakan di industri
berwarna kekuning-kuningan dan memiliki bau belerang yang tidak
menyenangkan yang diberikan oleh pengotor. Bau karbon disulfida biasanya
memberikan peringatan yang memadai tentang keberadaannya. Karbon disulfida
mudah diserap melalui saluran pernapasan bagian atas. Karbon disulfida juga
dapat dengan mudah diserap melalui saluran pencernaan atau kulit.
2.7.2 Rute Paparan
Inhalasi
Inhalasi adalah rute utama paparan karbon disulfida. Uap mudah diserap
oleh paru-paru. Ambang bau sekitar 200 hingga 1.000 kali lebih rendah daripada
OSHAPEL-TWA (20 ppm). Aroma karbon disulfida murni atau komersial
biasanya memberikan peringatan yang memadai tentang konsentrasi berbahaya.
Eksposur signifikan terhadap karbon disulfida terjadi terutama dalam pengaturan
pekerjaan. Paparan akut uap karbon disulfida dapat mengiritasi mata, selaput
lendir, dan epitel pernapasan. Paparan akut konsentrasi yang urutan besarnya lebih
tinggi dari batas paparan OSHA dapat menyebabkan efek neurologis yang parah
seperti sakit kepala, kebingungan, psikosis, koma, dan bahkan kematian. Menjadi
lebih dari dua kali lebih berat dari udara, uap karbon disulfida mungkin lebih
terkonsentrasi di daerah dataran rendah. (3)
Kontak kulit atau mata
Kontak dengan uap karbon sulfida cair atau pekat dapat menyebabkan
iritasi pada kulit, mata, dan selaput lendir. Dalam kasus paparan ekstrem, kontak
langsung dapat menyebabkan pembakaran kimia pada kulit, mata, atau selaput
lendir. Kontak langsung dapat menyebabkan penyerapan kulit yang signifikan.
Penghirupan atau paparan kulit secara signifikan terhadap karbon disulfida
kemungkinan besar akan ditemui di lingkungan industri, khususnya selama
produksi rayon. (3)
Tertelan
Menelan karbon disulfida dalam jumlah sekecil 15 mL dapat
menyebabkan kematian orang dewasa. Gejala premortem termasuk kesulitan
46
pernapasan, tremor, kejang, dan koma. Manusia tidak mungkin terpapar karbon
disulfida dalam jumlah besar dalam makanan atau air. (3)
47
Pada Sistem saraf
Penyerapan karbon disulfida dalam jumlah besar menghasilkan timbulnya
gejala neurologis berat yang cepat seperti mual, pusing, sakit kepala, delusi,
halusinasi, delerium, mania, psikosis, penglihatan kabur, kejang, dan koma.
Gejala-gejala ini tergantung pada konsentrasi dan durasi paparan dan dapat terjadi
setelah inhalasi, oral, atau paparan kulit. Kematian telah dilaporkan karena
terpapar dengan konsentrasi uap 4.815 ppm selama 30 menit. Paparan 500 ppm
selama 30 menit dapat menyebabkan situasi yang segera berbahaya bagi
kehidupan dan kesehatan. Kematian akibat keracunan karbon disulfida dapat
terjadi, sebagian, sebagai akibat kelumpuhan pernapasan. (3)
Pada Sistem Pernapasan
Paparan akut konsentrasi uap karbon disulfida beberapa ratus bagian per
juta dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan bagian atas. (3)
Anak-anak mungkin lebih rentan terhadap paparan gas karena ventilasi
menit yang lebih tinggi per kg dan kegagalan untuk mengevakuasi area dengan
segera ketika terpapar. (3)
Pada Mata
Konjungtivitis dan luka bakar kornea dapat terjadi akibat efek iritasi dari
uap karbon disulfida dan dari paparan langsung ke cairan. Perubahan degeneratif
retina dan saraf optik juga dapat terjadi akibat paparan akut. (3)
Pada Kulit
Carbon disulfide adalah iritasi kulit yang menyebabkan rasa sakit,
kemerahan, dan lepuh, terutama pada selaput lendir. Karbon disulfida melarutkan
lapisan lemak epidermis. Oleh karena itu, luka bakar kimia tingkat kedua dan
ketiga dapat terjadi akibat kontak langsung selama paparan tingkat tinggi. (3)
Karena luas permukaannya yang relatif lebih besar: rasio berat badan,
anak-anak lebih rentan terhadap racun yang mempengaruhi kulit. (3)
Pada Sistem Pencernaan
Mual, muntah, dan nyeri perut telah dilaporkan setelah paparan akut
karbon disulfida. (3)
48
Efek Paparan Jangka Panjang
Paparan kronis terhadap karbon disulfida dapat menghasilkan efek
neurologis yang serupa dengan yang dialami selama paparan akut, tetapi pada
tingkat paparan yang jauh lebih rendah. Selain itu, paparan kronis dapat
menyebabkan efek seperti kerusakan sistem saraf pusat dan perifer permanen,
kecenderungan aterosklerotik, kelainan EKG, gangguan gastrointestinal,
degenerasi lemak pada hati, kerusakan ginjal, disfungsi seksual, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, mikroaneurisme retina, dan darah. diskrasia.
Paparan kronis mungkin lebih serius bagi anak-anak karena potensi mereka untuk
periode laten yang lebih lama.(3,4)
Mayoritas studi epidemiologi yang tersedia adalah pekerja di industri
produksi viscose rayon, di mana terdapat paparan karbon disulfida udara, bersama
dengan jumlah hidrogen sulfida yang lebih sedikit, 1 pada beberapa tahap selama
proses. Konsentrasi karbon disulfida dalam industri ini diketahui telah menurun
secara substansial selama beberapa dekade yang dicakup oleh studi epidemiologi
yang tersedia, dan hasil studi epidemiologis menunjukkan bahwa beberapa efek
yang disebabkan oleh karbon disulfida (misalnya, pengurangan kecepatan
konduksi saraf perifer) tidak sepenuhnya reversibel. Selain itu, jelas bahwa
paparan jauh lebih tinggi untuk tugas-tugas tertentu (mis., Operator mesin
pemintalan) daripada untuk tempat kerja secara keseluruhan. Konsekuensinya,
bila memungkinkan, studi-studi di mana paparan dan / atau proses dilaporkan
tetap sama selama bertahun-tahun, dan studi-studi yang mengumpulkan data
pemantauan pribadi, telah disorot dalam bagian-bagian berikut. (3,4)
49
kepala, kebingungan, psikosis, dan koma. Paparan akut pada tingkat karbon
disulfida yang sangat tinggi dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan
(3)
kematian. Tidak ada penangkal karbon disulfida. Perawatan terdiri dari
pengangkatan korban dari area yang terkontaminasi, dukungan fungsi pernapasan
dan kardiovaskular, dan irigasi mata atau kulit yang terkontaminasi. (3)
Area Paparan
Tim penyelamat harus dilatih dan mengenakan pakaian yang tepat
sebelum memasuki Zona Panas. Jika peralatan yang tepat tidak tersedia, atau jika
penyelamat belum dilatih dalam penggunaannya, mintalah bantuan dari tim bahan
berbahaya lokal (HAZMAT) atau organisasi respons yang dilengkapi dengan
baik. (3)
Poteksi Penyelamat
Karbon disulfida inhalasi mudah diserap dan merupakan iritasi saluran
pernapasan. Kontaminasi kulit atau mata dapat menyebabkan luka bakar kimia.
Karbon disulfida mudah diserap melalui kulit. (3)
Perlindungan pernafasan: Alat bantu pernapasan SCBA tekanan-positif
dan positif direkomendasikan untuk menanggapi situasi yang melibatkan pajanan
terhadap tingkat gas karbon disulfida yang berpotensi tidak aman. (3)
Perlindungan kulit: Pakaian pelindung bahan kimia yang dikemas penuh
disarankan karena karbon disulfida dapat menyebabkan iritasi kulit dan terbakar.
(3)
2.7.7 Tindakan
Cepat membangun jalan napas paten, memastikan pernapasan dan denyut
nadi yang memadai. Pertahankan sirkulasi yang memadai. Berikan oksigen
tambahan jika diduga ada kardiopulmonarycompromise. Jika diduga ada trauma,
pertahankan imobilisasi serviks secara manual dan oleskan kerah serviks dan
papan bila memungkinkan. Berikan tekanan langsung untuk menghentikan
pendarahan. (3)
2.7.8 Manajemen Gawat Darurat
50
Orang yang terpapar dengan uap disulfida karbon tidak berisiko terhadap
kontaminasi sekunder terhadap penyelamat. Orang-orang yang kulit atau
pakaiannya terkontaminasi dengan cairan karbon disulfida dapat secara sekunder
mengkontaminasi personel respons melalui kontak langsung atau melalui uap uap.
(3)
Karbon disulfida sangat mengiritasi mata, selaput lendir, dan kulit. Efek
neurologis akut dapat terjadi dari semua rute paparan dan mungkin termasuk sakit
kepala, kebingungan, psikosis, dan koma. Paparan akut pada tingkat karbon
disulfida yang sangat tinggi dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan
kematian. (3)
Tidak ada penangkal karbon disulfida. Perawatan terdiri dari
pengangkatan korban dari area yang terkontaminasi, dukungan fungsi pernapasan
dan kardiovaskular, dan irigasi mata atau kulit yang terkontaminasi. (3)
DAFTAR PUSTAKA
51
5. Office of Environmental Health Hazard Assessment (OEHHA). Hydrogen
chloride. Chronic toxicity summary. OEHHA. California.
6. Medical Management. Hydrogen chloride. In: Klasco RK (Ed): TOMES®
System. Thomson Micromedex, Greenwood Village, Colorado).
7. Expert Panel on Air Quality Standards (EPAQS) (2006). Guidelines for halogens
and hydrogen halides in ambient air for protecting human health against acute
irritancy effects: Hydrogen chloride. Department for Environment, Food and
Rural Affairs.
8. Andrew M, Pope, David P. Environmental medicine:Integrating a Missing Elemet
into Medical Education. Washington DC: The National Academies Press. 1995.
http://doi.org/10.17226/4795
9. Chromic Acid. Toxicology Data Network. Accessed at:
https://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-
bin/sis/search/a?dbs+hsdb:@term+@DOCNO+6769. Accessed on: 16 Januari
2019
10. Baresic M, Gornik I, Radonic R, et al. Survival after severe acute chromic acid
poisoning complicated with renal and liver failure. Inter Med. 2009;48:711-5.
11. Chromic Acid. Material Safety Data Sheet. 2000.
12. Teklay A. Physiological effects of chromium exposure: A review. Int J Food Sci
Nutr Diet. 2016;001:1-11.
13. Neghab M, Azad P, Honarbakhsh M, et al. Acute and chronic respiratory effects
of chromium mist. J Health Sci Surveillance Sys. 2015;3:3.
14. Ray RR. Adverse hematological effects of hexavalent chromium: an overview.
Interdiscip Toxicol. 2016;9(2):55-65.
15. Shekhawat K, Chatterjee S, Joshi B. Chromium toxicity and its health hazards. Int
J Adv Res. 2015;3:167-72.
16. Salawati L. Penyakit akibat kerja dan pencegahan. JKS 2015;2:91-5.
17. Departement of Health and Human Services, Centers for Disease Control and
Prevention, National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH).
NIOSH pocket guide to chemical hazards, 3rd edition. DHHS (NIOSH)
Publication 2015; 183-5
52
53