Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
Vaginosis Bakterialis, serta menjadi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada dr. Efriza Naldi, Sp.OG sebagai preseptor
yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan saran, perbaikan dan bimbingan.
Terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang turut
berpartisipasi.
Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
Daftar Gambar....................................................................................................... iii
Daftar Tabel.......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi................................................................................................... 3
2.2 Faktor Risiko................................................................................................... 4
2.3 Bakteri Penyebab............................................................................................ 7
2.4 Patogenesis...................................................................................................... 8
2.5 Gejala Klinis.................................................................................................... 9
2.6 Diagnosis......................................................................................................... 9
2.7 Vaginosis Bakterialis pada Kehamilan........................................................... 17
2.8 Diagnosis Banding.......................................................................................... 18
2.9 Tatalaksana..................................................................................................... 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 26
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Fungsi Lactobacilli 9
Gambar 2 Ketidakseimbangan Flora Vagina 9
Gambar 3 Clue cell 14
Gambar 4 Alur pemeriksaan Duh Tubuh Vagina 16
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Bakteri Penyebab Vaginosis Bakterial 7
Tabel 2 Skor Nugent dan Gram Stain dari Vagina Smear 12
Tabel 3 Pemeriksaan pada Vaginosis Bakterial 15
Tabel 4 Diagnosis Banding Vaginosis Bakterialis 18
Tabel 5 Regimen Pengobatan Vaginosis Bakterial 23
Tabel 6 Regimen Pengobatan pada Vaginosis Bakterialis Rekuren 24
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Infeksi Vaginosis Bakterial (BV) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
sering dihadapi oleh wanita yang berada dalam masa reproduksi dimana
pertumbuhan flora bakteri anaerob yang lebih banyak sehingga mengganti flora
adanya produksi sekret vagina yang banyak, berwarna putih, homogen, berbau amis
umum dari perempuan berusia 14-49 tahun dan 50 persen pada wanita
Afrika-Amerika. Ini termasuk semua kasus dengan gejala infeksi dan asimptomatik.
Studi terbaru yang dilakukan pada wanita hamil, HIV-positif dan wanita
perempuan hamil di timur laut Nigeria dan Ethiopia, prevalensi BV adalah 17 dan
adalah 48%, sedangkan pada wanita dengan infertilitas di Qom dan Iran prevalensi
1
Diagnostik infeksi vaginosis bakterial dapat ditegakkan dengan beberapa metode,
yaitu Kriteria Nugent, Kriteria Amsel, Kriteria Spiegel. Melihat besarnya risiko yang
ada pada infeksi vaginosis bakterial, maka perlu dilakukan skrining pada wanita
hamil maupun tidak hamil sehingga dapat menghindari risiko yang ada serta
bakterialis
literatur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
keputihan pada wanita usia subur, yaitu sebanyak 40 sampai 50 persen kasus. Di
berusia 14-49 tahun dan 50 persen pada wanita Afrika-Amerika. Ini termasuk semua
kasus dengan gejala infeksi dan asimptomatik. Di seluruh dunia, BV umum terjadi
Studi terbaru yang dilakukan pada wanita hamil, HIV-positif dan wanita
dengan infertilitas juga telah melaporkan adanya prevalensi BV yang tinggi. Pada
perempuan hamil di timur laut Nigeria dan Ethiopia, prevalensi BV adalah 17 dan
48%, sedangkan pada wanita dengan infertilitas di Qom dan Iran prevalensi BV
wanita yang berhubungan seks dengan wanita (WSW) telah menerima perhatian riset
tambahan. Antara 1995 dan 2014, lima studi telah melaporkan estimasi prevalensi
Meskipun tidak ada alasan anatomi atau fisiologis tertentu untuk menjelaskan
prevalensi tinggi ini, telah dihipotesiskan bahwa pertukaran cairan vagina dapat
mewakili sumber transmisi yang efisien, banyak seperti yang terjadi dengan coitus
3
penile-vagina. Para peneliti percaya bahwa WSW juga merupakan populasi berisiko
faktor risiko di masing-masing negara.3 Di Indonesia, tidak ada data yang definitif
mengenai BV, namun menurut penelitian yang telah dilakukan di FKUI pada tahun
30,7%.4
telah melaporkan keragaman risiko untuk kondisi umum ini, antara lain:
A. Aktivitas seksual
seksual dari patogen BV.5 Wanita yang berhubungan seks dengan wanita beresiko
untuk infeksi menular seksual (IMS). Wanita lesbian dan biseksual dapat mengalami
IMS satu sama lain melalui: Kulit-ke-kulit, kontak mukosa (misalnya, mulut ke
vagina) cairan vagina, darah haid dan berbagi mainan seks. BV dikaitkan dengan
herpes, trichomoniasis dan HIV namun BV belum dapat dikategorikan dalam infeksi
menular seksual.5
4
B. Kebiasaan membersihkan vagina dengan bahan kimia (douching)
meningkatkan risiko BV.7 Membersihkan atau mencuci vagina dengan bahan kimia
atau sabun khusus disebut dengan douching. Wanita yang sering douching (sekali
wanita yang tidak.8 Douching dapat mengubah keseimbangan flora vagina (bakteri
Vagina yang sehat memiliki bakteri baik dan berbahaya. Keseimbangan bakteri
dari infeksi atau iritasi. Douching dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih dari
bakteri berbahaya. Hal ini dapat menyebabkan infeksi ragi atau Vaginosis bakterial.
Jika seseorang sudah memiliki infeksi vagina, douching dapat mendorong bakteri
penyebab infeksi, ke dalam rahim, saluran tuba, dan ovarium. Hal ini dapat
C. Merokok
peningkatan virulensi bakteri, dan disregulasi fungsi kekebalan tubuh. Nikotin dan
metabolitnya cotinine telah terdeteksi dalam lendir serviks perokok. Ada hipotesis
mengalami BV.9
5
D. Stress
Stres adalah suatu peristiwa fisik atau emosional yang dapat mempengaruhi
tubuh dan / atau kesehatan emosional individu. Awalnya stres memicu respon
fight-or-flight. Pada saat yang sama pencernaan dan sistem kekebalan tubuh
kebutuhan gizi dan kekebalan menurun. Respon stres dan kekebalan rendah, dapat
E. Kekurangan Vitamin D
rendah dibandingkan dengan wanita bebas dari BV (40.1nmol/L). Penelitian ini tidak
F. Penggunaan kontrasepsi
Hubungan antara BV dan penggunaan IUD kurang jelas; beberapa penelitian telah
6
tidak menemukan peningkatan risiko pada pengguna. Penggunaan IUD yang
menyebabkan perdarahan yang tidak teratur memiliki dua kali lipat kemungkinan
tidak teratur bisa meningkatkan risiko BV adalah, darah memiliki pH netral yang
lactobacilli. Selain itu, lactobacilli adhesi pada sel-sel darah merah yang dapat
Mobiluncus
7
2.4 Patogenesis
namun pemahaman saat ini adalah mengenai perpindahan flora normal lactobacilli
sindrom klinis. Lactobacilli menghasilkan asam laktat dari glikogen, sebuah proses
pertumbuhan spesies bakteri lain yang biasanya hadir dalam vagina dalam tingkat
rendah. Ketika lactobacilli kurang, flora vagina berubah secara signifikan dengan
keragaman bakteri lebih besar bila dibandingkan dengan wanita tanpa BV. Salah satu
menginduksi transisi patogen dengan menempel pada sel epithelium host dan
lainnya. Ekologi vagina berbeda antara perempuan dan dipengaruhi oleh status
faktor-faktor ini dapat memodulasi ekspresi penyakit dan tingkat keparahan. Temuan
8
peran kunci dalam pengembangan BV, baik pada wanita heteroseksual dan pada
9
2.5 Gejala klinis
memiliki gejala. Jika ada gejala, sebagian besar wanita dengan vaginosis bakteri akan
memiliki berbau busuk (“bau amis”), cairan homogen, yang jelas, putih atau abu-abu
keputihan yang dilaporkan lebih sering setelah berhubungan seksual dan setelah
selesai menstruasi; labial dan / atau vulva bengkak dan tanda-tanda atau gejala
2.6 Diagnosis
Diagnosis Vaginosis bakterial ditegakkan berdasarkan anamnesis,
riwayat sekresi vagina terus-menerus dengan bau yang tidak sedap. Kadang-kadang
A. Pemeriksaan diagnostik
Sampel cairan vagina harus dikumpulkan dari dinding lateral vagina. Sebuah
slide spesimen, disebut sebagai “wet mount”, dapat dibuat dengan setetes 0,9% NaCl
dan setetes spesimen keputihan. Sebuah metode alternatif persiapan preparat basah
adalah dengan mengambil swab vagina dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan kurang dari 1 mL saline, diaduk, dan kemudian menambahkan satu tetes dari
tabung reaksi ke slide spesimen. Setelah itu, kaca penutup harus ditempatkan di atas
tetesan pada slide, diikuti dengan pemeriksaan langsung di bawah mikroskop pada
10
pembesaran (10x) dan (40x). Preparat harus diteliti secara menyeluruh untuk clue cell
dan organisme trichomonad yang motil. Penundaan lebih dari 10 menit dalam
Sampel cairan vagina ditempatkan pada kaca objek dan solusi KOH 10%
untuk melakukan tes whiff; kehadiran amina bau "amis" yang kuat dianggap sebagai
3. Pemeriksaan pH
pada dinding vagina atau langsung di sekresi vagina yang dikumpulkan. pH normal
vagina biasanya antara 3,8 dan 4,5. pH lebih dari 4,5 dapat didiagnosis dengan
vaginosis bakteri.13
4. Pewarnaan Gram
Vaginosis bakterial adalah dengan melakukan pewarnaan Gram pada pulasan cairan
vagina. Kombinasi pH vagina 4.5 dan pewarnaan Gram dari cairan vagina
anaerob, tetapi sampai saat ini cara tersebut tidak dapat dipakai untuk kriteria
diagnosis. Dengan melakukan pewarnaan Gram pada cairan vagina, pasien dengan
11
Vaginosis bakterial memperlihatkan sesuatu yang khas yaitu banyak organisme Gram
negatif ukuran kecil yang menyerupai Gardnerella vaginalis pada keadaan tidak
dijumpainya Lactobacillus.13,14
tanpa kultur pada cairan vagina untuk diagnosis bakterial dapat disebabkan oleh
wanita sehat. Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Thomason, dkk. yang tidak
diagnostik rendah.14
dukungan terhadap diagnosis lain dan menambah dukungan terhadap diagnosis klinik
dan pH vagina juga harus meningkat. Ketiga keadaan ini harus terjadi bersamaan.14
12
Kriteria Amsel
Secara klinik menurut Amsel, dkk. (4), diagnosis bakterial ditegakkan bila terdapat
(i) Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik dari sediaan basah;
(ii) Adanya bau amis, setelah penetesaan KOH 10% pada cairan vagina,
(iii) Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu;
Dari ke empat kriteria tersebut, yang paling baik untuk menegakkan diagnosis
vaginosis bakterial adalah pemeriksaan sediaan basah untuk mencari adanya clue cell
(sel epitel vagina yang diliputi oleh coccobacillus yang padat) dan adanya bau amis
pada penetesan KOH 10%. Penelitian yang telah dilakukan oleh Thomason Jl, dkk.
(i) Bila ditemukan sel clue pada sediaan basah,memberikan nilai sensitivitas
99%,
(ii) Bila ditemukan sel clue ditambah adanya bau amis, memberikan nilai
negatif 92,1%;
(iii) Bila dilakukan pewarnaan Gram, maka memberikan nilai sensitivitas 97%,
13
Dengan melihat hasil tersebut, apabila fasilitas laboratorium belum memadai,
adalah mencari clue cell pada sediaan basah dan tes adanya bau amis pada penetesan
KOH 10%. Tetapi adanya bau amis initidak selalu dapat dievaluasi pada saat siklus
menstruasi, dan juga tergantung pada fungsi penciuman agar dapat mendeteksi
adanya bau amis tersebut. Dengan demikian apabila adanya bau amis ini sukar
dievaluasi, maka ditemukannya clue cell saja sudah dapat membantu menegakkan
Kriteria Hay/Ison
14
Grade 3 (BV): Terutama Gardnerella dan / atau Mobiluncus morphotypes.
pemeriksaan tidak langsung aktivtas enzimatik yang terkait dengan organisme yang
Kultur untuk vaginosis bakteri tidak dianjurkan karena sensitivitas rendah (kurang
dari 50%) dan potensi salah mengidentifikasi bakteri komensal sebagai patogen,
15
Alur pemeriksaan menurut Pedoman Infeksi Menular Seksual
16
2.7 Vaginosis Bakterialis pada Kehamilan
Pada kehamilan normal, cairan vagina bersifat asam (pH ≤ 4-5), karena
memproduksi asam laktat. Keadaan asam yang berlebih ini membuat Lactobacillus
homeostasis vagina, karena dengan menghasilkan asam laktat dan membuat H2O2
vaginalis, Mycoplasma hominis, dan Bacteroides sp. Adanya perubahan flora vagina
dengan vaginosis bacterial mempunyai risiko 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan
wanita dengan flora normal untuk mengalami persalinan preterm. Demikian pula
terjadinya ketuban pecah dini lebih sering terjadi pada wanita dengan vaginosis
bakterial (46%) dibandingkan wanita tanpa vaginosis bakterial (4%). Selain itu juga
17
ditemukan bahwa konsentrasi Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob pada sekret
vagina wanita hamil dengan vaginosis bakterial adalah 100-1000 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan pada wanita tidak hamil. Di Indonesia sampai saat ini,
pemeriksaan tentang kolonisasi bakteri atau adanya vaginosis bakterial sebagai upaya
untuk menurunkan angka kejadian persalinan preterm belum ada. Martius, dkk.dalam
banyak yang mengalami infeksi vaginosis bakterial dibandingkan dengan wanita yang
melahirkan aterm.
18
Single dose (7hari) (7hari) on
Atau Atau 250mg
Metronidazol Metronidazol (IM)
2gr dosis 2gr dosis
tunggal tunggal
2.9 Tatalaksana
A. Pedoman Pengobatan
metronidazole 500 mg secara oral dua kali sehari selama 7 hari; metronidazol gel
0,75%, 2g dalam vagina sekali sehari selama 5 hari; atau krim klindamisin 2%, 2g
dalam vagina sebelum tidur selama 7 hari; rejimen alternatif termasuk tinidazol oral,
klindamisin oral, atau klindamisin intravagina ovules. Pasien harus diedukasi supaya
tidak minum alkohol saat mengonsumsi metronidazol atau tinidazol karena bisa
Selain itu, pasien tidak harus minum alkohol selama 24 jam setelah dosis
Klindamisin adalah berbasis minyak dan dapat melemahkan lateks kondom dan
rejimen pengobatan.5,15
metronidazole. Jika pengobatan ini digunakan untuk episode awal, atau jika pasien
19
Pasien harus difollow up dalam sehari atau dua setelah dosis asam borat terakhir. Jika
seorang pasien mengalami remisi, gel metronidazole harus diberikan dua kali
seminggu selama 4 sampai 6 bulan sebagai terapi supresif. Setelah BV diobati, jadwal
Amsel. Ini akan membantu memastikan eradikasi anaerob dan pertumbuhan kembali
berbeda berada pada flora vagina yang sehat, Lactobacillus crispatus dan
dalam kapsul untuk digunakan vagina namun tidak ada suplemen lactobacilli yang
B. Follow up
Follow up tidak perlu jika tidak ada lagi keluhan pada pasien. Bakterialis
vaginosis bersifat persisten atau rekuren adalah umum, sehingga pasien harus
yang terbatas tersedia mengenai strategi pengelolaan yang optimal untuk wanita
20
dengan BV persisten atau berulang. Menggunakan rejimen pengobatan yang berbeda
direkomendasikan metronidazole gel 0,75% dua kali seminggu selama 4-6 bulan dan
Nitroimidazole oral (metronidazol atau tinidazol 500 mg dua kali sehari selama 7 hari)
diikuti dengan pemberiaanasam borat intravaginal 600 mg setiap hari selama 21 hari
dan kemudian supresif dengan metronidazole gel 0,75% dua kali seminggu selama
4-6 bulan untuk para wanita dalam remisi mungkin menjadi pilihan bagi wanita
150 mg juga telah dievaluasi sebagai terapi supresif; rejimen ini mengurangi kejadian
Data dari uji klinis menunjukkan bahwa respon untuk terapi dan kemungkinan
kambuh atau kekambuhan tidak terpengaruh oleh pengobatan pasangannya seks. Oleh
Intravaginal krim klindamisin lebih disukai dalam kasus alergi atau intoleransi
dipertimbangkan untuk wanita yang tidak alergi terhadap metronidazole tapi tidak
21
disulfiram, harus dihindari penggunaan alkohol selama 24 jam setelah selesai
hamil dengan gejala dapat diobati dengan salah satu dari rejimen oral atau intravagina.
Meskipun efek kehamilan yang merugikan, termasuk ketuban pecah dini, persalinan
hamil dapat mengurangi tanda-tanda dan gejala infeksi vagina. Dalam sebuah
penelitian, terapi BV oral dapat mengurangi risiko untuk keguguran, dan dalam dua
studi tambahan, terapi tersebut menurun hasil yang merugikan pada neonatus.5
sebelumnya) telah dievaluasi oleh beberapa penelitian, yang telah menghasilkan hasil
yang beragam. Tujuh percobaan telah mengevaluasi pengobatan ibu hamil dengan
efek mutagenik pada bayi telah ditemukan di beberapa studi cross-sectional dan
kohort ibu hamil. Data menunjukkan bahwa terapi metronidazol menimbulkan risiko
rendah pada kehamilan. Metronidazol disekresi dalam ASI. Dengan terapi oral ibu,
bayi yang disusui menerima metronidazol dalam dosis yang kurang dari yang
digunakan untuk mengobati infeksi pada bayi, meskipun metabolit aktif menambah
22
total eksposur bayi. Kadar plasma obat dan metabolit yang terukur, namun tetap
kurang dari kadar plasma ibu. Meskipun beberapa melaporkan serangkaian kasus
tidak menemukan bukti efek samping metronidazol terkait pada bayi, beberapa dokter
menyarankan menunda menyusui selama 12-24 jam setelah pengobatan ibu dengan
2-g dosis tunggal metronidazole. Dosis yang lebih rendah menghasilkan konsentrasi
yang lebih rendah dalam ASI dan sesuai pada ibu menyusui.5
Angka kejadian BV lebih tinggi pada wanita dengan HIV. Pengobatan pada
23
Tabel 7. Regimen Pengobatan pada Vaginosis Bakterialis Rekuren5
24
BAB 3
KESIMPULAN
1. Vaginosis Bakterialis adalah suatu keadaan yang abnormal pada vagina yang
2. Di seluruh dunia, Vaginosis Bakterialis umum terjadi pada wanita usia reproduksi.
3. Vaginosis Bakterialis memiliki faktor risiko antara lain aktivitas seksual, kebiasaan
5. Menurut Amsel, ditegakkan Vaginosis Bakterialis jika tiga dari empat gejala, yakni:
sekret vagina yang homogeny, putih, pH vagina>4.5, tes amin positif dan adanya clue
yaitu, metronidazole 500 mg secara oral dua kali sehari selama 7 hari.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
13. Rebecca G.K, David H.S. vaginitis. National STD Curriculum. 2017. Diunduh
dari:
http://www.std.uw.edu/go/syndrome-based/vaginal-discharge/core-concept/all.
Hal 1-8
14. Sylvia Y.M, Julius E.S. Diagnosis praktis vaginosis bakterial pada
kehamilan.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Hal.
74-78.
15. Mark H.Y, Deborah M. M. Screening and Management of BacterialVaginosis in
Pregnancy. J Obstet Gynaecol Can 2008;30(8):702–708.
27
Clinical Science Session
Vaginosis Bakterialis
Oleh:
Preseptor :
Dr. Efriza Naldi, Sp.OG