Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PASIEN Nn. S DENGAN DIAGNOSA Ca. NASOFARING DI BANGSAL ANNA

RS SUAKA INSAN BANJARMASIN

OLEH

YATINI

NIM 113063J117079

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2018

0
I. KONSEP TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi Nasofaring
Nasofaring/ disebut juga efifaring, rinofaring terletak dibelakang rongga hidung, diatas
palatum molle dan di bawah dasar tengkorak. Bentuknya sebagai kotak yang tidak rata
dan berdinding enam, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi 4cm dan ukuran depan
belakang 2-3 cm. Batas-batasnya:
1. Dinding depan: koane
2. Dinding belakang: dinding melengkung setinggi vertebra servikalis I dan II.
3. Dinding atas: dasar tengkorak/ basis cranii.
4. Dinding bawah: permukaan atas palatum molle
5. Lateral: ostium tubae eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler (resesus
faringeus).

Pada atap dan dinding belakang nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.
Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut menentukan
kualitas suara yang dihasilkan oleh laring.

B. Definisi Ca Nasofaring
1. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring
dengan predileksi di fossa rossenmuller dan atap nasofaring (Efiati & Nurbaiti,
2001).
2. Karsinoma nasofaring
3. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh pada ephitalial pelapis
ruangan di belakang hidung (nasofaring) dan belakang laing-langit rongga mulut
dengan predileksi di fossa rossenmuller dan atap nasofaring (Nurarif & Kusuma,
2015).

C. Etiologi Ca Nasofaring
Kaitan virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama
timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal di sana
tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. untuk
mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk mengkonsumsi
ikan asin secara terus-menerus mulai dari masa kanak-kanak, merupakan mediator
utama yang dapat mengaktifkan virus ini, sehingga menimbulkan Ca Nasofaring.
Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring:
1. Ikan asin, makana yang diawetkan dan nitrosamine.
2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
3. Sering kontak dengan zat karsinogen (benzopyrenen, benzoantrance, gas kimia,
asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).

1
4. Ras dan Keturunan
5. Rasang kronis nasofaring
6. Profil HLA

D. Tanda dan Gejala Ca Nasofaring

E. Epidemiologi Ca Nasofaring

F. Patofisiologi Ca Nasofaring
1. Narasi Pathofisiologi
Virus Epstein-barr adalah virus yang berperan penting dalam timbulnya kanker
nasofaring. Virus yang hidup bebas di udara ini bisa masuk ke dalam tubuh dan
tetap tinggal di nasofaring tanpa menimbulkan gejala, kanker nasofaring
sebenarnya dipicu oleh zat nitrosamine yang ada dalam daging ikan asin. Zat ini
mampu mengaktifkan virus Epstein-barr yang masuk ke dalam tubuh ikan asin,
tetapi juga terdapat dalam makanan yang diawetkan seperti daging, sayuran
difermentasi (asinan) serta tauco.

2
2. Skema Pathofisiologi
Etiologi

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

Dapat dimodifikasi Tidak dapat - Tumor Otak

dimodifikasi - Penyakit Ginjal


- Ateroskeloris

Obesitas Merokok Olahraga Alkohol Umur Jenis Kel Genetik - Kelainan hormonal

Kadar lipid Nikotin Lansia

Tubuh Vasokonstriksi

Pemb. Darah Degenerasi organ

Menempel pd

Dinding Pemb. Darah Elastisitas Pemb Darah

Aterosklerosis

Hipertensi

Ginjal Pemb. Darah Otak

Vasokonstriksi Suply O2 Resistensi

Pemb. Darah Ginjal Sistemik Koroner otak Pemb.darah

Retensi Natrium Vasokonstriksi Miocard infark Gangguan Perfusi otak

Edema Afterload Nyeri dada jaringan serebral

3
Kelebihan Penurunan curah fatique Nyeri kepala

Volume Cairan Jantung Intoleransi aktivitas

G. Pemeriksaan Penunjang

H. Collaborative Care Management


1. Treatment

2. Medication

3. Surgery

4. Aktivity

5. Health Education

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN

B. PEMERIKSAAN FISIK

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miocard, hipertropi/ rigiditas ventrikuler.
Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC) Rasional
Hasil

4
NOC: 1. Monitor Tanda-tanda Perbandingan tekanan
 Cardiac pump Vital, terutama BP memberikan gambaran
effektiveness tentang keterlibatan atau
 Circulation Status bidang masalah vaskular
 Vital Sign Status 2. Kaji kulit terhadap Menunjukan menurunnya
Kriteria hasil: pucat dan sianosis perfusi perifer sekunder
 TTV dalam batas terhadap tidak adekuatnya
normal curah jantung,
 Irama dan frekuensi vasokonstriksi
jantung dalam batas 3. Monitor balance Ginjal berespon untuk
normal cairan menurunkan curah jantung
dengan menahan cairan dan
natrium
4. Monitor adanya Mengindikasikan gagal
dispneu, fatique, jantung, kerusakan ginjal
tachipneu, edema atau vaskular.
5. Monitor gambaran Depresi segmen ST dan
EKG datarnya gelombang T dapat
terjadi karena peningktan
kebutuhn O2 miokard
6. Kolaborasi untuk Menurunkan tekanan darah
pemberian obat agar kembali normal
antihipertensi

Diagnosa 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan


suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC) Rasional
Hasil
NOC: 1. Bantu klien untuk Melatih kekuatan dan irama
 Energy melakukan jantung selama aktivitas.
Conservation aktivitas/latihan fisik
 Self Care: ADLs secara teratur
Kriteria hasil: 2. Bantu klien memilih Aktivitas yang teralau berat
 Mampu melakukan aktivitas yang sesuai dan tidak sesuai dengan
ADLs secara dengan kondisi. kondisi klian dapat
mandiri memperburuk toleransi
terhadap latihan.

5
 Tidak nampak 3. Tentukan pembatasan Mencegah penggunaan
kelelahan aktivitas fisik pada energy yang berlebihan
klien karena dapat menimbulkan
kelelahan.
4. Monitor respon terapi Mengetahui efektifitas
oksigen klien. terapi O2 terhadap keluhan
sesak selama aktivitas.

Diagnosa 3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral.


Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC) Rasional
Hasil
NOC: 1. Lakukan pengkajian Mengetahui lokasi,
 Pain Level nyeri secara karakteristik, durasi,
 Pain Control komprehensif frekuensi, kualitas dan
 Comfort level termasuk lokasi, faktor presipirasi nyeri.
Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
tindakan keperawatan frekuensi, kualitas dan
selama..... pasien faktor presipitasi
teratasi dengan kriteria 2. Observasi TTV Untuk mengetahui keadaan
hasil: umum pasien
 Skala nyeri 0 3. Ajarkan teknik Mengurangi/ mengalihkan
 Mampu mengontrol relaksasi dan distraksi rasa nyeri
nyeri 4. Kolaborasi dengan Untuk mengurangi nyeri
 Melaporkan nyeri dokter pemberian obat
berkurang/ hilang analgetik
 TTV dalam batas
normal

Diagnosa 4. Risiko kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan retensi


natrium.
Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC) Rasional
Hasil
NOC: 1. Monitor tanda vital Tanda vital berperan pada
 Fluid Balance perkembangan kondisi
pasien

6
Setelah dilakukan 2. Monitor tanda dan Mengetahui tanda dan
tindakan keperawatan gejala retensi cairan gejala kelebihan cairan
selama..... pasien dan
teratasi dengan kriteria ketidakseimbangan
hasil: elektrolit
 Keseimbangan 3. Pantau intake dan Mengetahui asupan cairan
intake dan output output cairan masuk dan keluar.
stabil dalam 24 jam 4. Kolaborasi untuk Diuretik berfungsi dalam
 Turgor kulit baik pemberian obat menurunkan penumpukan
diuretic cairan sehingga mengurangi
edema

Diagnosa 5. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan


suplai oksigen ke otak.
Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC) Rasional
Hasil
NOC: 1. Monitor TTV Mengetahui adanya risiko
 Circulation status peningkatan TIK
 Tissue Perfusion: 2. Monitor status Peningkatan aliran vena dari
cerebral neurologi kepala menyebabkan

Setelah dilakukan penurunan TIK

tindakan keperawatan 3. Monitor adanya Mengetahui perubahan GCS

selama..... pasien diplopia, pandangan dan potensial peningkatan

teratasi dengan kriteria kabur dan nyeri kepala TIK

hasil: 4. Anjurkan posisi Mengurangi tekanan arteri

 Composmentis, kepala terlentang atau dengan meningkatkan

GCS: E4V5M6 posisi elevasi 15-45⁰ drainage vena dan

 Tidak ada tanda- memperbaiki sirkulasi

tanda peningkatan serebral

tekanan intrakranial 5. Monitor status cairan Pembatasan cairan dapat


(tidak melebihi 15 menurunkan edema
mmHg) serebral.
 TTV dalam batas
normal
(Nanda, 2015)

III. DAFTAR PUSTAKA


Baradero, Mary.2008. Klien Dengan Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC
7
Foster. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan System Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Lowis, Handoko & Maula N Gaharu. 2012. Bell’s Palsy, Diagnosis And Management In
Primary Care. Jakarta: IDI
Mardjono, M, Sidharta. 2014. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
Muttaqin, arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan System
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda Internasional. 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017
edisi 10. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai