2018
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular (infeksius) yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosa. Penyakit ini ditularkan melalui percikan air (droplet) dari penderita
TB saat batuk, bersin, dan berbicara. Penyakit TB biasanya menyerang organ paru (pulmonary
TB), tetapi dapat juga menyerang organ lain (extrapulmonary TB) (WHO, Global Report;2015).
Menurut WHO tahun 2016, Tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat secara global dan nasional. Menurut laporan WHO tahun 2017, ditingkat global
diperkirakan 10.900.000 kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan, dan
1.400.000 juta kematian karena TB. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1.170.000 (12%) HIV positif
dengan kematian 390.000 orang. TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6
juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000
kematian/tahun.
Indonesia merupakan negara pertama diantara negara-negara dengan beban tuberkulosis yang
tinggi di wilayah Asia Tenggara yang berhasil mencapai target Millenium Development Goals
(MDG) untuk tuberkulosis pada tahun 2006, yaitu 70% penemuan kasus baru BTA positif. Dan
pada tahun 2017, Kemenkes RI memperperkirakan 1 juta kasus TB baru (399 per 100.000
penduduk) dengan 100.000 kematian ( 41 per 100.000 penduduk). Angka Penemuan Kasus (Case
Notification Rate), dilaporkan 129 per 100.000 penduduk (dengan jumlah seiuruh kasus 324.539
kasus, dan 314.965 kasus adalah kasus baru. Diperkirakan 63.000 dengan TB+ HIV positif, (25
per 100.000 penduduk) (Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2017, kasus TB paru di
Jawa Timur menduduki peringkat kedua secara nasional yaitu dengan kasus sebesar 15.995.
Tingginya kasus tuberkulosis tersebut disebabkan masyarakat kurang mengerti cara
penyembuhan yang benar dan cara pencegahan penularan tuberkulosis paru. Kasus TB paru di
Kabupaten Jember menduduki peringkat ke dua setelah Surabaya yaitu sebesar 3.497 (Infodatin,
2017).
Menurut Kemenkes RI 2016, pengobatan TB membutuhkan waktu minimal 6 bulan dalam
penatalaksanaan TB kasus baru. Pengobatan dengan menggunakan Obat Anti Tuberculosis
(OAT) yang tepat dan teratur sangat dianjurkan pada kasus baru penderita TB, hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya TB Resisten Obat (WHO, Global Report;2015). Beberapa upaya
pemerintah telah dilakukan, salah satu program yang telah lama ada sejak tahun 1990-an, yaitu
WHO mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course). Pada sarana fasilitas kesehatan secara kuantitatif strategi
DOTS telah dilaksanakan di Puskesmas (96%) dan di Rumah Sakit (40%) baik RS pemerintah
maupun swasta, namun banyak juga kendala yang dihadapi pada pelaksanaan program ini di
lapangan. Dan pada tahun 2016, Indonesia telah mengadakan program baru yaitu TOSS
( Temukan Obati Samapi Sembuh) (Infodatin, 2017).
Pursed- Lip Breathing (PLB) adalah latihan di mana seseorang memanjangkan nafas
melalui resistansi. Melakukan hal itu memperlambat respirasi dengan cara yang membuka
gelombang udara, mengurangi kecemasan dan meningkatkan kinerja paru-paru Latihan Pursed-
Lip Breathing sering digunakan oleh pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik dalam
program rehabilitasi paru dan dalam kegiatan mereka sehari-hari, untuk meningkatkan
pernapasan.
Penerapan terapi Lip Breathing ini merupakan salah satu latihan pernapasan untuk
meningkatkan mekanisme pernapasan untuk pasien Paru Obstruktif Paru Obstruktif. Tujuan
dari latihan ini untuk mengubah otot pernapasan dalam menerima O2 untuk mengurangi
dyspnoea, mengurangi hiperinflasi, meningkatkan pernafasan kinerja otot dan mengoptimalkan
gerakan torako-abdominal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pursed Lips Breathing merupakan latihan pernapasan dengan merapatkan bibir bertujuan
untuk melambatkan ekspirasi, mecegah kolaps unit paru, dan membantu pasien untuk
mengendalikan frekuensi pernapasan serta kedalaman pernapasan, sehingga pasien dapat
mencapai kontrol terhadap dypsneu dan perasaan panik ( Smeltzer & Bare, 2010). Penderita
COPD biasanya meraa kesulitan melakukan ekspirasi daripada inspirasi, karena kecenderungan
menutupnya saluran napas sangat meningkat akibat tekanan ekstra positif dalam dada selama
ekspirasi (Guyton and Hall, 2007). Mengerucutkan bibir pernapasan membantu penderita COPD
untuk mengosongkan paru-paru dan memperlambat laju pernapasan. PLB membantu untuk
mengembalikan posisi diafragma yang merupakan otot pernapasan yang terletak di bawah paru-
paru. Biasanya, ketika inspirasi diafragma melengkung, paru-paru mengembang dan diafragma
bergerak ke bawah. PLB juga menyebabkan otot perut berkontraksi ketika ekspirasi, hal ini akan
memaksa diafragma ke atas, dan membantu untuk mengosongkan paru-paru, sehingg penderita
COPD akan bernapas lebih lambat dan efisien (Petty, Burns, & Tiep, 2005). Purse Lips Breathing
dapat mencegah atelektasis dan meningkatkan fungsi ventilasi ada paru, serta pemulihan
kemampuan otot pernapasan akan meningkatkan compliance paru sehingga membantu vrntilasi
lebih adekuat dan dan menunjang oksigenasi jaringan ( Westerdhal, 2005).
Indikasi:
1) Pasien yang mendapat terapi nebulizer
2) Sa02 ≥85%
3) Nadi : 60-100 x/ menit
Tujuan:
1) Untuk mencegah bronkiolus kecil mengalami kolaps dan mengurangi jumlah udara yang
terakumulasi
2) Untuk mengurangi dyspneu
3) Untuk membantu pernapasan lebih efektif
4) Meningkatkan saturasi oksigen
MetodePenelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasy-experiment pendekatan
one group pre-test post-test design. Rancangan one group pre-test post-test design ini
pengaruh efek diputuskan berdasarkan perbedaan antara pre-test dengan post-test, tanpa
ada pembanding dengan kelompok kontrol atau satu kelompok eksperiment diukur
variabel independennya (pre-test), kemudian diberi stimulus, setelah itu diukur lagi
variabel independennya (post-test), tanpa ada kelompok pembanding (Taniredja, 2014:
55).
Desain penelitian one group pre-test post-test design seperti gambar dibawah ini:
O1 X O2
Baed Nursing ini kita lakukan di Rumah Sakit Paru Jember. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua pasien TB di Rumah Sakit Paru Jember. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
diambil secara purposive sampling dari total populasi pasien TB Paru yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi sesuai standart penelitian, kemudian dilakukan rancangan sebelum dan
sesudah perlakuan. Sebelum dilakukan pengukuran tiap sampel diterangkan terlebih dahulu
rencan terapi, cara kerja terapi, dan hasil yang akan dicatat.
Langkah-langkah:
1) Instruksikan pasien untuk rileks dengan melemaskan otot-otot leher dan bahu
2) Instruksikan pasien bernapas melalui hidung dalam 3 hitungan dengan mulut tetap
tertutup
3) Lalu instruksikan pasien untuk mengeluarkan napas secara perlahan dalam 7 hitungan
dengan mengerucutkan mulut seperti meniup bola atau bersiul
4) Instruksikan pasien untuk melakukan PLB selama 10 menit
Tiap siklus sebanyak 6x pernapasan dengan jeda anatar siklus 2 detik
5) Kemudian evaluasi
Lakukan 3x dalam sehari (pagi, sore, malam)
Pursed Lips Breathing dalah suatu latihan bernapas yang terdiri dari dua mekanisme
yaitu inspirasi secara dalam serta ekspirasi aktifdalam dan panjang. Proses ekspirasi seara normal
merupakan proses mengeluarkan napas tanpa menggunakan energi berlebih. Bernapas pursed
lips breathing melibatkan proses ekspirasi secara panjang. Ekspirasi secara panjang tentunya
akan meningkatkan kekuatan kontraksi otot intra abdomen sehingga tekanan intra abdomen
meningkat melebihi saat ekspirasi pasif. Tekanan intra abdomen yang meningkat lebih kuat lagi
tentunya akan meningkatkan pergerakan diafragma ke atas membuat rongga thorax semakin
mengecil. Rongga thoraks yang semakin mengecil ini menyebabkan tekanan intra alveolus
semakin meningkat sehingga melebihi tekanan udara atmosfer.kondisi tersebut akan
menyebabkan udara mengalir ke luar dari paru ke atmosfir. Ekspirasi yang panjang saat bernapas
pursed lips breathing juga akan menyebabkan obstruksi jalan napas dihilangkan sehingga
resistensi pernapasan menurun. Penurunan resistensi pernapasan akan memperlancar udara yang
dihirup dan dihembuskan sehingga akan mengurangi sesak napas.
Hasil uji teknik PLB ada perbedaan pengaruh antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan meski duakelompok konrol dan perlakuan tersebut sama-sama memiliki pengaruh
untuk menurunkan tingkat sesak napas.
Pengaplikasian Pursed Lips Breathing
Tn. B Tn. A
Sebelum Sebelum
TD : 130/ 60 mmHg TD : 147/ 56 mmHg
Nadi : 85x/ menit Nadi : 78x/ menit
Suhu : 36, 0 ºC Suhu : 36, 5 ºC
RR : 26x / menit RR : 26x / menit
SaO2 : 95% SaO2 : 93%
Sesudah Sesudah
TD : 130/ 60 mmHg TD : 133/ 60 mmHg
Nadi : 85x/ menit Nadi : 80x/ menit
Suhu : 36, 0 ºC Suhu : 36, 5 ºC
RR : 26x / menit RR : 20x / menit
SaO2 : 95% SaO2 : 95%
Ny. Y Ny. N
Sebelum Sebelum
TD : 119/ 89 mmHg TD : 98/ 56 mmHg
Nadi : 94x/ menit Nadi : 88x/ menit
Suhu : 37, 5 ºC Suhu : 36, 0 ºC
RR : 28x / menit RR : 26x / menit
SaO2 : 95% SaO2 : 93%
Sesudah Sesudah
TD : 120/ 79 mmHg TD : 119/ 70 mmHg
Nadi : 90x/ menit Nadi : 90x/ menit
Suhu : 37, 0 ºC Suhu : 36, 5 ºC
RR : 24x / menit RR : 24x / menit
SaO2 : 96% SaO2 : 99%
Ny. S
Sebelum
TD : 135/ 96 mmHg
Nadi : 98x/ menit
Suhu : 36, 5 ºC
RR : 28x / menit
SaO2 : 93%
Sesudah
TD : 133/ 60 mmHg
Nadi : 98x/ menit
Suhu : 36, 8 ºC
RR : 26x / menit
SaO2 : 95%