Endometriosis
Endometriosis
Pertumbuhan dan reaksi jaringan endometriosis ini mirip sekali dengan pertumbuhan
jaringan pada selaput bagian dalam rahim (endometrium). Setiap bulan indung telur
mengeluarkan hormon estrogen yang merangsang pertumbuhan endometrium memper-
siapkan lapisan permukaan dalam dinding rahim (endometrium) menebal dan mereng-gang
(sekresi) untuk bersiap sebagai tempat telur yang telah dibuahi berkembang menjadi
embrio. Apabila sel telur tidak dibuahi, lapisan endometrium ini akan melepas-kan diri dan
luruh pada saat haid.
Begitu juga yang terjadi pada endometriosis, mulanya menebal bersamaan dengan
meningkatnya kadar estrogen, dan ketika kadarnya menurun, selaput itu luruh sehingga
berdarah. Perdarahan ini menyebabkan pembengkakan dan iritasi pada daerah sekitar-nya,
sehingga akan membentuk jaringan parut atau perlekatan. Perlekatan yang luas akan
berakibat pada penempelan organ tubuh satu sama lain misalnya indung telur dengan usus
kecil (intestinum), yang menyebabkan nyeri yang hebat.
Bilamana kadar estrogen menurun, misalnya karena pengobatan atau karena alami seperti
menopause, keluhan pada endometriosis akan mereda atau bahkan menghilang. Semasa
kehamilan, gejala dan keluhan juga dapat berkurang, karena pertumbuhan endometrium
dan haid berhenti. Namun demikian, gejala itu hanya sementara saja reda, karena
beberapa bulan setelah melahirkan atau persalinan, paling sedikit 50% dari gejala itu akan
muncul kembali.
Apakah penyebab endometriosis?
Hingga kini penyebab endometriosis secara pasti belum diketahui. Beberapa pendapat telah
dikemukakan, salah satu diantaranya menyatakan bahwa ketika haid serpihan
endometrium, ada yang membalik masuk ke dalam saluran telur dan terus masuk ke dalam
rongga panggul, kemudian menjadi penyerang (agresor) bagi selaput lendir perut
(peritoneum) untuk berubah perangai dan bentuk menjadi tetumbuhan (seperti benalu)
yang dapat menyusuk (implant) pada indung telur dan daerah sekitarnya. Proses ini dapat
terus tumbuh berkembang. Pendapat lainnya adalah bahwa jaringan endometrium itu
berpindah melalui pembuluh darah menuju ke berbagai tempat atau organ tubuh dan
kemudian melekat dan bertumbuh. Selain itu diduga pula ada faktor bawaan (herediter)
atau keturunan dalam keluarga untuk berbakat mempunyai komponen sel yang menjadi
endometriosis tetapi ini tidak ada hubungannya dengan kanker (tumor ganas).
Apa saja gejala endometriosis?
Kadangkala endometriosis sama sekali tidak bergejala. Namun lebih sering memberikan
gejala nyeri yang sangat beragam pada masa haid (dismenorea), karena ketika pelepa-san
endometriosis, terjadi perdarahan dan peradangan pada daerah sekitarya. Gejala tambahan
seringkali berupa kejang-otot (kram) rahim pada masa haid yang makin be-rat. Selain itu
dapat pula timbul nyeri berkemih (disuria), nyeri sanggama (dispareunia), nyeri buang air
besar (diskezia), nyeri pertengahan siklus haid (Mittelschmerz), dan nyeri selama ovulasi
(pelepasan sel telur).
Dampak lain yang sering ditemukan pada pengidap endometriosis adalah gangguan
kesuburan sehingga sukar hamil (infertil). Ini dialami oleh sekitar 30-40% wanita atau dua
kali kejadian pada populasi umum. Pada kelompok wanita infertil yang memeriksakan diri
ke spesialis ternyata hampir 93% mengidap endometriosis.
Bagaimana menentukan adanya endometriosis?
Diagnosis endometriosis tidak selalu mudah. Penentuan yang paling tepat adalah dengan
melakukan pemeriksaan endodkopi rongga perut, yang lebih dikenal sebagai laparoskopi,
yaitu suatu pemeriksaan dengan menggunakan alat teleskop (teropong) yang dimasukkan
ke dalam rongga perut dan rongga panggul (pelvis) melalui suatu pembedahan kecil di
daerah pusar (umbilikus).
2. Kontrasepsi oral (pil KB). Terkadang pil kontrasepsi dipakai pula untuk
mengobati nyeri pada penderita endometriosis. Obat ini harus dipakai terus-
menerus untuk beberapa bulan. Selama itu haid akan berhenti. Tetapi
kontrasepsi oral tidak dapat digunakan pada semua wanita, karena
bergantung pada kondisi kesehatan dan gaya hidupnya.
4. Agonis GnRH. Obat ini merupakan jenis hormon yang relatif baru
dipergunakan untuk pengobatan endometriosis. Dasar kerjanya meniru
hormon otak yang mengendalikan pelepasan hormon estrogen secara
beraturan. Pengaruh obat ini terhadap fungsi tubuh adalah membuat keadaan
mirip menopause akibat penurunan estrogen, dan sebagian membuat
jaringan endometrium mati. Agonis GnRH diberikan dengan berbagai cara :
Obat lain yang masih segolongan adalah yang diberikan dalam bentuk
suntikan depot bulanan. Contohnya, adalah small biodegradable pellet
yang diletakkan di bawah kulit dan bekerja melepaskan obat yang
terkandung di dalamnya secara teratur selama empat minggu (28
hari).
Pengobatan biasanya selesai kurang lebih dalam 6 bulan. Agonis GnRH juga
menyebabkan pengaruh sampingan, mirip menopause. Gejalanya adalah
gejolak panas, vagina kering dan perubahan emosi. Selain itu dapat terjadi
kehilangan kalsium tulang dalam jumlah kecil, yang pulih setelah pengobatan
dihentikan.
1. pembedahan konservatif
2. pembedahan radikal.