Bahan Baja (Revisi)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Sejarah Baja ...................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Baja ................................................................................................. 4
2.2 Bahan Pembentuk Baja ................................................................................ 4
1. Mangan, Manganese (Mn) .................................................................................. 5
2. Nikel, Nickolium (Ni) ......................................................................................... 5
3. Khrom, Chromium (Cr) ...................................................................................... 6
4. Wolfrom, Tungsten (W)...................................................................................... 6
Referensi: (http://mesinusu12.blogspot.com/) .................................................................... 8
2.3 Proses Pembuatan Baja .................................................................................... 8
2.4 Jenis-jenis Baja.................................................................................................. 9
1. Baja Karbon ........................................................................................................ 9
2. Baja Paduan (Alloy Stell) ................................................................................. 10
2.5 Sifat – sifat Mekanik Baja .............................................................................. 11
2.6 Pengaruh Temperatur Dan Korosi ............................................................... 13
2.7 Bentuk- bentuk penampang Baja .................................................................. 15
PENGGUNAAN BAJA SEBAGAI STRUKTUR ........................................................ 17
3.1 Baja Sebagai Struktur .................................................................................... 17
3.2 Pengaplikasian Baja Cold form Pada Struktur ........................................... 18
3.3 Pengaplikasian Stainless Steel pada struktur ............................................... 21
PENUTUP........................................................................................................................ 27
KESIMPULAN ............................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28

i
Daftar Gambar

2.1 Bentuk mangan................................................................................................................


2.2 Bentuk Nikel ....................................................................................................................
2.3 simulasi uji tarik .............................................................................................................
2.4 Gambar grafik hubungan tegangan dan regangan.........................................................
2.5 Gambar grafik hubungan regangan dan tegangan baja mutu tinggi .............................
2.6 R- Rasio kekuatan dan rasio modulus elastisitas............................................................
2.7 Gambar grafik hubungan reduksi dan periode ...............................................................
2.8 Gambar berbagai bentuk profil baja tarik ......................................................................
2.9 Gambar profil batang tekan............................................................................................
2.10 Gambar fenomena tekuk pada baja ..............................................................................
3.1 Gambar tegangan pada profil cold-formed ....................................................................
3.2 Gambar teganganLebar efektif pada profil cold-formed ................................................
3.3 Gambar pengaplikasian stainlees steel pada struktur ....................................................
3.4 Gambar hubungan antara tegangan dan regangan Austenitic,duplex,feritic ................
3.5 Gambar pegujian stainless steel .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Baja
Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM Tahun 1100
SM, Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun
dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun tersebut proses peleburan besi
mulai diketahui secara luas. Tahun 1000 SM, Bangsa Yunani, Mesir, Jews,
Roma, Carhaginians dan Asiria juga mempelajari peleburan dan menggunakan
besi dalam kehidupannya.Tahun 800 SM, India berhasil membuat besi setelah
di invansi oleh bangsa arya. Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar membuat besi.
Tahun 400 – 500 SM, Baja sudah ditemukan penggunaannya di Eropa. Tahun
250 SM, Bangsa India menemukan cara membuat baja. Tahun 1000 M, Baja
dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000 M pada
kekaisaran fatim yang disebut dengan baja Damaskus. 1300 M, Rahasia
pembuatan baja damaskus hilang.1700 M, Baja kembali diteliti penggunaan
dan pembuatannya di Eropa.
Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang
untuk bentang lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di
Inggris pada tahun 1777 - 1779. Dalam kurun waktu 1780 – 1820,. Dibangun
lagi sejumlah jembatan dari besi tuang, kebanyakan berbentuk lengkungan
dengan balok – balok utama dari potongan – potongan besi tuang indivudual
yang membentuk batang – batang atau kerangka (truss) konstruksi. Besi tuang
juga digunakan sebagai rantai penghubung pada jembatan – jembatan suspensi
sampai sekitar tahun 1840.
Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh
pertamanya yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales
yang dibangun pada 1846 – 1850. Jembatan ini menggunakan gelagar –
gelagar tubular yang membentang sepanjang 230 – 460 – 460 – 230 ft (70 –
140 – 140 – 70 m) dari pelat dan profil siku besi tempa.
Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi
tuang dan besi tempa telah semakin banyak digunakan. Batang – batang mulai

1
dicanai pada skala industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai
sekitar 1820 dan diperluas sampai pada bentuk – I menjelang tahun 1870-an.
Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada
konverter Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas
penggunaan produk – produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890,
baja telah mengganti kedudukan besi tempa sebagai bahan bangunan logam
yang terutama. Dewasa ini (1990-an), baja telah memiliki tegangan leleh dari
24 000 sampai dengan 100 000 pounds per square inch, psi (165 sampai 690
MPa), dan telah tersedia untuk berbagai keperluan struktural.
Teknik peleburan logam telah ada sejak zaman Mesir kuno pada tahun 3000
SM. Bahkan pembuatan perhiasan dari besi telah ada pada zaman sebelumnya.
Proses pengerasan pada besi dengan heat treatment mulai diperkenalkan untuk
pembuatan senjata pada zaman Yunani 1000 SM. Proses pemaduan yang
dibuat mulai ada sejak abad 14 yang diklasifikasikan sebagai besi tempa.
Proses ini dilakkan dengan pemanasan sejumlah besar bijih besi dan charchoal
dalam tungku atau furnance. Dengan proses ini bijih besi mengalami reduksi
menjadi besi sponge metalik yang terisi oleh slag yang merupakan campuran
dari pengotor metalik dan abu charcoal. Spone iron ini dipindahkan dari
furnance pada saat masih bercahaya dan diselimuti oleh slag yang tebal lalu
slagnya dihilangkan untuk memperkuat besi. Pembuatan besi meggunakan
metode ini menghasilkan kandingan slag sekiar 3 persen dan 0,1 persen
pengotor lain. Kadang kala hasil produksi dengan metode ini menghasilkan
baja bukannya besi tempa. Parapembuat besi belajar untuk membuat baja
dengan memanaskan besi tempa dan charcoal pada boks yang terbuat dar
tanah liat selama beberapa hari. Dengan proses ini besi akan menyerap cukup
karbon untuk menjadi baja sebenarnya.
Setelah abad ke 14 tungku atau furnance yang digunakan mulai mengalami
peningkatanukuran dan draft yang digunakan untuk pembakaran gas melewati
“charge,” pada pencampuran material mentah. Pada tungku yang lebih besar
ini, bijih besi pada bagian bagian atas furnance akan direduksi pertama kali
direduksi menjadi besi metalik dan menghasilkan banyak karbon sebagai hasil
dari serangan gas yang dilewatinya. Hasil dari furnance ini adalah pig iron,
yaitu paduan yang meleleh pada temperatur rendah. Pig iron akan dproses
lebih lanjut untuk membuat baja.
Pembuatan baja modern menggunakan blast furnance yang juga digunakan
untuk memurniakan besi oleh pembuat besi yang lamapu. Proses pemurnian
besi cair dengan peledakan udara diakui oleh penemu Inggris Sir Henry
Bessemer yang mengembangkan Bessemer furnance, atau pengkonversi, pada
tahun 1855. Sejak tahun 1960 telah diproduksi baja dari besi bekas secara
kecil-kecilan pada furnance elektrik, sehingga dinamakan mini mills. Mini
mills adalah komponen yang sangat sangat penting bagi produksi baja
Amerika. Mills yang lebih besar digunakan pada produksi baja dari bijih besi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Baja


Baja adalah logam paduan, logam besi yang berfungsi sebagai unsur dasar
dicampur dengan beberapa elemen lainnya, termasuk unsur karbon. Besi dapat
terbentuk menjadi dua bentuk kristal yaitu Body Center Cubic (BCC) dan
Face Center Cubic (FCC), tergantung dari tempraturnya ketika ditempa.
Dalam susunan bentuk BCC, ada atom besi ditengah-tengah kubus atom, dan
susunan FCC memiliki atom besi disetiap sisi pada enam sisi kubus atom.
Interaksi alotropi yang terjadi antara logam besi dengan elemen pemadu,
seperti karbon, yang membuat baja dan besi tuang memiliki ciri khas yang ada
pada diri mereka.

Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% dari
berat keseluruhan baja tersebut sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada
dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil
oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang
ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja
diantaranya: mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium
dan niobium.
2.2 Bahan Pembentuk Baja
Baja dibuat dari paduan besi-karbon dan bahan logam lainya. Umumnya
kadar karbon 0,1 – 1,5 %. Berdasarkan jenis paduan, baja dibedakan atas
Baja Karbon (plain carbon steel) dan Baja Paduan (alloy steel) Baja
karbon ialah baja yang kandungan unsur selain besi dan karbon relatif
tidak berarti, dengan demikian sifat utama ditentukan dari kadar karbon.
Sebutan baja karbon berlaku untuk paduan maksimum:
C < 1,7 %
Mn < 1,65 %
Si < 0,6 %
Ni < 0,6 %
1. Mangan, Manganese (Mn)

2.1 Bentuk mangan

Sifat-sifat mangan adalah baja konstruksi dan baja mesin memperbaiki sifat
kekuatan tprik dan tahan aus serta baja perkakas memperbaiki sifat tanah
ukuran. Kegunaannya adalah sebagai unsur paduan, bila dipadu dengan baja
konstruksi dan baja mesin digunakan untuk pekerjaan yang menginginkan
kekuatan tarik dan tahan aus. Bila dipadu dengan baja perkakas digunakan
untuk pekerjaan yang menginginkan ketahanan ukuran.

2. Nikel, Nickolium (Ni)

2.2 Bentuk Nikel

Sifat-sifat nikel yaitu cukup keras, BD 8,7 dan titik lebur 1, 455° C dengan
kelihatan tinggi dan mudah dibentuk dalam keadaan dingin atau panas dan
tahan korosi. Bijih Nickel mengandung 2,5 % Nickel yang bercampur

5
bersama-sama unsur lain yang sebagian besar terdiri atas besi dan silica
serta hampir 4 % Tembaga dan sedikit Cobalt, Selenium, Tellurium, Silver,
Platinum dan Aurum. Sedangkan Tembaga, besi dan Nicel berada pada bijih
itu sebagai Sulfida. Kegunaannya adalah untuk industri kimia, alat-alat
listrik dan alat-alat kedokteran.

3. Khrom, Chromium (Cr)


Khrom terdapat di alam dalam bentuk bijih khrom yang disebut khromit
(FeO.Cr2O3). Bijih khromit berwarna hitam mengandung33%-35% Cr2O3.
Khrom adalah logam yang berwarna putih kebiruan lebih keras daripada
kaca tapi rapuh. Sifat-sifat fisika dari khrom adalah titik lebur 1550°C
dengan titik didih 2477°C dan kerapatan 7,138 gr/cm3, mudah larut dalam
asam-asam seperti asam klorida, asam sulfat dan asam nitrat, untuk unsure
paduan dalam baja konstruksi dan baja mesin, memperbaiki kekuatan tarik
dan ketahanan korosi dan unsure paduan dalam baja perkakas, memperbaiki
ketahanan ukuran. Kegunaan khrom sebagai unsure pemadu untuk bahan
penghantar panas, bahan tahanan. Untuk paduan dengan besi (ferro-khrom),
untuk logam paduan nikhrom yang disebut khromel yang mempunyai
tahanan listrik yang sangat tinggi, unsure paduan baja konstruksi dan baja
mesin, untuk baja perkakas.

4. Wolfrom, Tungsten (W)


Tungten, Wolfram (W) memiliki titik cair 3410ºC berwarna kelabu, sangat
keras dan rapuh pada temperature ruangan, tetapi ulet dan liat pada
Temperatur tinggi. Sifat-sifat wolfrom adalah keras BD 20 titk cair tinggi
3400°C dan titk didih 900°C, dapat digilas menjadi lembaran dan bila
dipadu dalam baja perkakas, akan memperbaiki ketahanan ausnya
dan sifat tahan hangatnya. Kegunaannya dalam bidang elektronika seperti
katoda tabung electron dan bidang kelistrikan, seperti kawat pijar dalam
lampu, elektroda, pegas, unsure pemanas dan tabung sinar X.
C dan Mn adalah unsur utama yang berperan menaikan kekuatan baja.
Baja karbon sendiri dapat dibagi atas beberapa kelas :
Karbon rendah (C < 0,15 %)
Karbon lunak (0,15 % < C < 0,3 %)
Karbon sedang (0,3 % < C < 0,6 %)
Karbon tinggi ( 0,6 % < C < 1,7 %)
Makin tinggi kadar karbon makin tinggi tegangan leleh baja, serta makin
berkurang sifat ulet (daktail) baja.Tingginya kadar C selain mengurangi
daktilitas juga mempersulit proses pengelasan pada baja. Baja paduan
adalah jenis baja yang mengandung beberapa unsur yang ditambahkan
untuk keperluan khusus. Unsur paduan yang umum ditambahkan adalah
Mn, Cr, Ni, Si, Ti, P, W, V, Zr. Tiap unsur secara individual mempunyai
dampak tertentu terhadap sifat baja, Cr meningkatkan kekuatan pada suhu
kamar dan suhu tinggi, emningkatkan terhadap korosi, oksidasi dan abrasi.
Ni terutama meningkatkan ketangguhan dan ketahanan terhadap getaran,
suhu tinggi dan korosi.

Table Sifat-Sifat Baja Dapat Dipengaruhi Oleh Campuran Logam


Yang Lain

Pengaruh terhadap sifat-sifat baja


Campuran
logam
Menambah Mengurangi

Titik lebur, keuletan,


Kekokohan, kekerasan, sifat
Karbon (C) regangan sifat mengelas
pengerasan
dan menempa

Menambah elastisitas,
Silisium (Si) kekokohan, kekerasan dan daya Sifat mengelas
tahan karat

Rengangan dan daya


Fosfor (P) Leburan encer
kekuatan pukul

Lebaran kental, serpihan


Sulfur (S) Daya kekuatan pukul
mudah patah

7
Kekerasan, kekokohan, daya
Mangan (Mn) kekuatan pukul dan daya Sifat membuat serpih
keausan

Keuletan regangan, kekokohan,


Nikel (Ni) daya tahan karat, tahan listrik Pegangan oleh suhu tinggi
dan suhu tinggi

Kekerasan, kekokohan, daya


Khrom (Cr) tahan karat, suhu tinggi dan regangan
ketajaman

Daya tahan lama, kekerasan


Varadium (V) Daya tahan suhu tinggi
dan keuletan

Molibdenium Regangan dan sifat


Kekerasan daya tahan lama
(Mo) menempa

Keuletan mengurangi daya


Kobalt (Co) Kekerasan, ketajaman
tahan suhu tinggi

Kekerasan, kekokohan, daya


Wolfram (W) tahan karat, suhu tinggi dan regangan
ketajaman

Referensi: (http://mesinusu12.blogspot.com/)
Berdasarkan kadar total unsur paduan maka Baja Paduan dapat dibagi atas:
Baja Paduan rendah jika kadar logam paduan < 8 %.
Baja Paduan Tinggi jika kadar logam paduan > 8 %.
2.3 Proses Pembuatan Baja
Baja pada umumnya dihasilkan dari besi wantah (pig iron) yang mengandung
unsur C, Fe, P dan Mn. Proses yang paling banyak dipakai dalam produksi
baja secara komersial adalah proses oksigen basa, yaitu dengan melebur besi
wantah dan sisa baja di dalam reaktor sambil dilakukan peniupan oksigen
kedalam leburan pada suhu 1600 ᵒC. Oksigen akan bereaksi dengan lebburan
logam dan membentuk oksida besi (FeO) dan selanjutnya akan bereaksi
dengan karbon dan menghasilkan gas karbon Monoksida.
FeO + C (dalam besi) ---------- Fe + CO
Dengan cara oksidasi ini kandungan karbon dalam besi wantah dapat
diturunkan sampai tingkat yang diinginkan. Demikian juga unsur Si dan unsur
lainya akan teroksidasi.
Selain dengan oksigen basa juga dapat terdapat proses oksidasi asam dengan
memakai tungku pemanas yang bersifat asam. Dengan proses oksidasi diatas
disebut juga proses Bessemer.
2.4 Jenis-jenis Baja
1. Baja Karbon
 Baja karbon rendah (low carbon steel)
Baja karbon rendah (low carbon steel)mengandung karbon antara 0,025%
– 0,3% C. setiap satu ton baja karbon rendah mengandung 10 – 30 kg karbon.
Baja karbon ini dalam perdagangan dibuat dalam plat baja, baja strip dan baja
batangan atau profil. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam baja,
maka baja karbon rendah dapat digunakan atau dijadikan baja-baja sebagai
berikut:
a) Baja karbon rendah ( low carbon steel ) yang mengandung 0,04 % -
0,10% C untuk dijadikan baja – baja plat atau strip.
b) Baja karbon rendah yang mengandung 0,05% C digunakan untuk
keperluan badan-badan kendaraan.
c) Baja karbon rendah yang mengandung 0,15% - 0,20% C digunakan
untuk konstruksi jembatan, bangunan, membuat baut atau dijadikan
baja konstruksi.
 Baja karbon medium (medium carbon steel)

Baja karbon menengah (medium carbon steel) mengandung karbon antara


0,25% - 0,55% C dan setiap satu ton baja karbon mengandung karbon antara
30 – 60 kg. baja karbon menengah ini banyak digunakan untuk keperluan alat-
alat perkakas bagian mesin. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung

9
dalam baja maka baja karbon ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan
seperti untuk keperluan industri kendaraan, roda gigi, pegas dan sebagainya.

 Baja karbon tinggi (high carbon steel)

Baja karbon tinggi (high carbon steel) mengandung kadar karbon antara
0,56% -1,7% C dan setiap satu ton baja karbon tinggi mengandung karbon
antara 70 – 130 kg. Baja ini mempunyai kekuatan paling tinggi dan banyak
digunakan untuk material tools. Salah satu aplikasi dari baja ini adalah dalam
pembuatan kawat baja dan kabel baja. Berdasarkan jumlah karbon yang
terkandung didalam baja maka baja karbon ini banyak digunakan dalam
pembuatan pegas, alat-alat perkakas seperti: palu, gergaji atau pahat potong.
Selain itu baja jenis ini banyak digunakan untuk keperluan industri lain seperti
pembuatan kikir, pisau cukur, mata gergaji dan lain sebagainya.

2. Baja Paduan (Alloy Stell)


Baja paduan adalah campuran yang sengaja dibuat antara baja karbon
dengan unsur unsur lain yang akan mempengaruhi sifat-sifat baja, misalnya
sifat kekerasan, liat, kecepatan membeku, titik cair, dan sebagainya yang
bertujuan memperbaiki kualitas dan kemampuannya. Penambahan unsur-unsur
lain dalam baja karbon dapat dilakukan satu atau lebih unsur, tergantung dari
karakteristik atau sifat khsusus yang dikehendaki.
 Baja Paduan rendah (low alloy steel)

Bila jumlah unsur tambahan selain karbon lebih kecil dari 8% (menurut
Degarmo 2005). Sumber lain, misalnya Smith dan Hashemi menyebutkan 4%,
misalnya : suatu baja terdiri atas 1,35%C; 0,35%Si; 0,5%Mn; 0,03%P;
0,03%S; 0,75%Cr; 4,5%W (Dalam hal ini 6,06%<8%)

 Baja Paduan tinggi (high alloy steel)

Bila jumlah unsur tambahan selain karban lebih dari atau sama dengan 8%
(atau 4% menurut Smith dan Hashemi), misalnya : baja HSS (High Speed
Steel) atau SKH 53 (JIS) atau M3-1 (AISI) mempunyai kandungan unsur :
1,25%C; 4,5%Cr; 6,2%Mo; 6,7%W; 3,3%V
2.5 Sifat – sifat Mekanik Baja
Agar dapat memahami perilaku suatu struktur baja, maka harus memahami
pula sifat-sifat mekanik dari baja. Model pengujian yang paling tepat untuk
mendapatkan sifat-sifat mekanik baja adalah dengan melakukan uji tarik
terhadap material suatu benda uji baja. Uji tekan tidak dapat memberikan data
yang akurat terhadap sifat-sifat mekanik material baja karena beberapa hal,
antara lain adanya potensi tekuk pada benda uji yang mengakibatkan
ketidakstabilan dari benda uji tersebut. Selain itu perhitungan tegangan yang
terjadi dalam benda uji lebih mudah dilakukan uji tarik dari pada uji
tekan.Percobaan tarik baja biasanya dilakukan untuk mengetahui sifat
mekanik baja yang digambarkan oleh tegangan dan regangan. Dengan
percobaan tarik ini baja di beri gaya yang menimbulkan tegangan uniaksial
dan di ukur perpanjangan (d) yang timbul setiap tingkat gaya (P).
L d

P P

2.3 simulasi uji tarik


Dari percobaan pada gambar diatas di dapat Diagram tegangan regangan
sebagai berikut:
batas putus
A=(baja karbon tinggi)

daerah pengerasan
s regangan
daerah plastis
batas putus
batas proporsional B=(baja karbon rendah)

2.4 Gambar grafik hubungan tegangan dan regangan

R 1.0 11

0.8
Dimana : fyu = tegangan leleh
fu = tegangan putus
εsh = regangan saat mulai terjadi efek strain hardening (penguatan
regangan)
εu = regangan saat tercapainya tegangan putus
Ketika karbon ditingkatkan maka
L
tegangan leleh
d
akan meningkat juga tetapi
P P
daktilitas akan menurun. Ini dapat di lihat pada diagram tegangan regangan
baja karbon tinggi dan baja karbon rendah sebagai berikut :
batas putus
A=(baja karbon tinggi)
σ
daerah pengerasan
s regangan
daerah plastis
batas putus
batas proporsional B=(baja karbon rendah)

?
ε
2.5 Gambar grafik hubungan regangan dan tegangan baja mutu tinggi
Dalam mekanika bahan bentuk diagram tegangan regangan bahan sangat
R 1.0
menentukan distribusi gaya-gaya jika beberapa bahan diintegrasi menjadi satu
struktur. Karena
0.8 hakekat beberapa bahan yang bekerja sama harus melakukan
regangan atau
0.6deformasi yang sama sehingga distribusi tegangan atau gaya
akan sebanding dengan modulus elastisitas baja bekisar 210 Gpa dan nilai
0.4
modulus elastisitas beton antara 20 – 40 Gpa sehingga jika dua bahan baja dan
0.2
beton bekerja dengan regangan sama tegangan pada baja akan 10 kali lebih
besar dari beton. C°
200 400 600 800 1000
Tegangan putus dan tegangan leleh bahan akan menentukan kemampuan
bahan memikul tegangan.
Berdasarkan tinggi tegangan leleh, ASTM membagi baja dalam empat
Reduksi
kelompok
Baja karbon struktural
ketebalan (mm)
• Carbon steels (baja karbon) dengan tegangan leleh 210 - 280 Mpa.
• High-strength low-alloy steels (baja paduan rendah berkekuatantinggi)
Baja karbon dengan tembaga
dengan tegangan leleh 280 – 490 Mpa.

Baja karbon dengan tembaga

2 3 4 5 10 T (tahun)
• Heat treated carbon and high-strength low alloy steels (baja paduan rendah
dengan perlakuan karbon panas) mempunyai tegangan leleh 322 – 700
Mpa.
• Heat-treated constructional alloy steels (baja struktural paduan rendah
dengan perlakuan panas) dengan tegangan leleh 630 – 700 Mpa.
Dalam perencanaan struktur baja, SNI 03-1729-2002 mengambil beberapa
sifat-sifat mekanik dari material baja yang sama yaitu :
Modulus Elastisitas, E = 200.000 MPa
Modulus Geser, G = 80.000 MPa
Rasio Poisson = 0,30
Koefisien muai panjang, ɑ = 12 x 10-6 / ᵒC
Sedangkan berdasarkan tegangan leleh dan tegangan putusnya, SNI 03-1729-
2002 mengklasifikasikan mutu dari material baja menjadi lima kelas mutu
sebagai berikut :

2.6 Pengaruh Temperatur Dan Korosi


Bila temperatur melampaui 95ᵒC kurva tegangan regangan mulai berubah
menjadi tidak linear dan titik leleh secara nyata menurun. Pada temperatur
tinggi modulus elastisitasnya, kekuatan tarik dan kekuatan putus menurun
dengan cepat dan makin tajam pada temperatur 400ᵒC. Hubungan antara
temperatur dan rasio pengurangan kekuatan dilihat pada kurva dibawah ini :

13
?

R 1.0

0.8 L d

P P
0.6

0.4
batas putus
0.2 A=(baja karbon tinggi)

daerah pengerasan
200 400
regangan 600 800 1000 C°
s
daerah plastis
batas putus
B=(baja karbon rendah)
2.6 R- Rasio kekuatan
batas proporsional dan rasio modulus elastisitas
Untuk melindungi korosi struktur baja terhadap bahaya penurunan kekuatan
akibat kebakaran adalah dengan memberi lapisan pelindung dari beton ringan,
Reduksi
ketebalan Baja karbon struktural ?
asbes atau(mm)
rockwool. Tebal lapis pelindung tergantung pada tuntutan lama
ketahanan kebakaran yang disyaratkan. Umumnya bekisar antara 8 mm
Baja karbon dengan tembaga
sampai 35Rmm.
1.0
Seperti dijelaskan kelemahan utama pemakaian baja adalah kerusakan akibat
0.8
korosi atau karat. Baja karbon yang kekuatanya rendah sangat mudah berkarat.
0.6 Baja karbon dengan tembaga
Untuk meningkatkan sifat tahan karat ditambahkan tembaga. Tentu saja
0.4
dengan penambahan tembaga harga baja menjadi mahal bagi pemakaian
2 3 4 5 10 T (tahun)
umum. Baja 0.2
paduan rendah kekuatan tinggi yang mengandung unsur Cr, Si,
Cu dan P memiliki ketahanan korosi beberapa kali lebih baik dari baja karbon,
200 400 600 800 1000 C°
Reduksi ketebalan akibat korosi bergantung selain dari susunan kimia juga
oleh lingkungan polusi dan kelembaban cuaca. Perbandingan reduksi
ketebalan untuk beberapa jenis baja dalam korosif dapat dilihat berikut :
Reduksi
Baja karbon struktural
ketebalan (mm)

Baja karbon dengan tembaga

Baja karbon dengan tembaga

2 3 4 5 10 T (tahun)

2.7 Gambar grafik hubungan reduksi dan periode


2.7 Bentuk- bentuk penampang Baja
 Batang tarik dijumpai dalam banyak struktur baja, seperti struktur –
struktur jembatan, rangka atap, menara transmisi, ikatan angin, dan lain
sebagainya. Batang tarik ini sangat efektif dalam memikul beban. Batang
ini dapat terdiri dari profil tunggal maupun profil – profil tersusun.
Contoh- contoh penampang batang tarik adalah profil bulat, pelat, siku,
siku ganda, siku bintang, kanal, WF, dan lain-lain. Berikut menunjukan
beberapa penampang dari batang tarik yang umum digunakan :

2.8 Gambar berbagai bentuk profil baja tarik


• Batang tekan adalah batang struktur yang mengalami gaya aksial tekan.
Keadaan yang sebenanya di konstruksi, batang yang mengalami gaya
aksial tekan juga mengalami momen lentur, gaya lintang, dan torsi.

2.9 Gambar profil batang tekan

15
- Tekuk Lentur ; Pada umumnya kekuatan komponen struktur dengan
beban aksial tekan murni ditentukan oleh tekuk lentur. Hingga kini
komponen struktur tekan yang dibahas adalah komponen struktur
tekan yang mengalami tekuk lentur. Tekuk lentur mengakibatkan
defleksi terhadap sumbu lemah (sumbu dengan rasio kelangsingan
terbesar). Setiap komponen struktur teka dapat mengalami kegagalan
akibat tekuk lentur.
- Tekuk torsi ; Model tekuk ini terjadi akibat adanya puntiran dalam
sumbu memanjang komponen struktur tekan. Tekuk torsi hanya terjadi
pada elemen-elemen yang langsing dengan sumbu simetris ganda.
Bentuk profil standar hasil gilas panas umumnya tidak mempunyai
resiko terhadap tekuk torsi, namun profil yang tersusun dari pelat tipis
harus diperhitungkan terhadap tekuk torsi. Sebagai contoh, penampang
yang riskan terhadap tekuk torsi adalah penampang berbentuk silang.
Penampang ini dapat disusun dari empat buah profil siku yang
diletakan saling membelakangi.
- Tekuk lentur torsi ; yang terjadi akibat kombinasi dari tekuk lentur
dan tekuk torsi. Batang akan terlentur dan terpuntir secara bersamaan.
Tekuk lentur torsi dapat terjadi pada penampang – penampang dengan
satu sumbu simetri saja seperti profil kanal, T , siku ganda, dan tunggal
sama kaki. Selain itu tekuk tekuk lentur torsi juga dapat terjadi pada
penampang – penampang tanpa sumbu simetri seperti profil siku
tunggal tak sama kaki dan profil Z.

2.10 Gambar fenomena tekuk pada baja


BAB III
PENGGUNAAN BAJA SEBAGAI STRUKTUR

3.1 Baja Sebagai Struktur


Diantara sifat mekanis yang paling penting dikenal untuk bahan konstruksi
adalah : kekuatan, elastisitas, kekakuan, keuletan, kemampuan tempa,
kekerasan daya lenting, dan mulur.
 Kekakuan (strenght) adalah kemampuan bahan menahan tegangan tanpa
rusak, jadi ukuran kekuatan bahan adalah tegangan maksimumnya.
 Elastisitas adalah kemampuan bahan untuk kembali pada ukuran bentuk
asalnya.
 Kekakuan (Stiffness) adalah kemampuan menahan perubahan bentuk.
Ukuran kekakuan adalah modulus elastisitas, modulus geser.
 Keuletan (Ductility) adalah kemampuan bahan berubah bentuk permanen
tanpa rusak ukuran ductility adalah persentase pertambahan panjang
permanen dan pertambahan panjang elastis. Laan dari keuletan atau
ductility ini adalah Kerapuhan (britleness) Ukuran keuletan yang lain yang
dikenal dengan toughness adalah besarnya energi yang diserap selama
perubahan bentuk tanpa rusak.
 Kemampuan tempa (malleability) adalah kemampuan bahan menerima
tegangan untuk perubahan bentuk tanpa rusak.
 Kekerasan (hardness) adalah kemampuan bahan menahan takik/kikisan
yang diukur dengan uji Brinell.
 Daya lenting (resilience) adalah kemampuan bahan menerima energi
benturan tanpa rusak dan kembali pada bentuk semula. Daya lenting sering
disebut juga sebagai euletan elastis.
 Kemuluran (creep) adalah sifat perubahan bentuk pada tegangan konstan.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pemakaian baja sebagai bahan


bangunan adalah :

 Kekuatan tinggi lebih kurang 10 sampai 20 kali kekuatan beton

17
 Mutu merata karena diproduksi pabrik
 Dapat dibongkar pasang
 Karena kekuatan tinggi struktur yang diperoleh relatif lebih langsing
sehingga lebih ringan dan mampu mengatasi batang struktur yang besar.
 Waktu pelaksanaan yang lebih singkat.
 Modulus elastisitas hampir 10 kali modulus elastisitas beton.
 Keuletan baik terutama untuk baja lunak.
 Kekerasan dan daya lenting relatif mahal dari beton.

Beberapa kelemahan yang perlu diperhitungkan dalam pemakaian konstruksi baja


:

 Mudah berkarat sehingga perlu biaya perawatan terus menerus


 Relatif lebih mahal dari beton.
 Rawan temperatur tinggi.
 Estetika bentuk terbatas.
 Pelaksanaan perlu tenaga yang sangat terampil.
3.2 Pengaplikasian Baja Cold-formed Pada Struktur
Anggota baja cold-formed banyak digunakan dalam konstruksi bangunan,
konstruksi jembatan, rak penyimpanan, produk jalan raya, fasilitas drainase,
tempat sampah, menara transmisi, badan mobil, pelatih kereta api, dan
berbagai jenis peralatan. Bagian ini berbentuk dingin dari karbon atau
lembaran baja paduan rendah, strip, pelat, atau bar datar di mesin cold rolling
atau dengan mengerem atau membengkokkan operasi rem. Anggota biasanya
tidak lebih tebal dari 10 mm. Proses pembuatan melibatkan pembentukan
material dengan baik pengereman tekan atau roll membentuk dingin untuk
mencapai bentuk yang diinginkan.
3.1 Gambar tegangan pada profil cold-formed
-Konsep lebar efektif
Stres didistribusikan secara merata pada tahap beban awal. Karena tegangan
yang diterapkan mendekati tegangan tekuk, distribusi tegangan tidak lagi
seragam dan tegangan maksimum meningkat selama tegangan tekuk sampai
mencapai tegangan luluh, kemudian elemen tersebut gagal. Ini mengabaikan
variasi longitudinal dalam stres, tetapi menangkap perilaku stres membran
rata-rata.

3.2 Gambar teganganLebar efektif pada profil cold-formed


Dalam pendekatan Lebar Efektif, daripada mempertimbangkan distribusi
tegangan yang tidak seragam melintasi lebar elemen, diasumsikan bahwa total
beban dibawa oleh lebar fiktif b, yang mengalami tekanan fmax yang
terdistribusi merata. Di mana, fmax sama dengan tegangan tepi, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar
Penyebab tekuk(buckling) pada baja cold-formed
Beban aksial sangat umum dan jenis pembebanan yang sangat penting dan
persyaratan untuk menangani jenis pembebanan ini dalam anggota baja yang
terbentuk dingin bervariasi sesuai dengan jenis pembebananya, tegangan atau

19
kompresi dan geometri serta penggunaan anggota. Untuk baja yang dibentuk
dengan beban aksial, anggota kompresi harus dirancang untuk kondisi batas
berikut:
- Tekuk lokal
- Tekuk badan
- Tekuk sayap
- Tekuk torsi lateral
- Leleh

Pengujian dan hasil kuat tekan pada baja cold-formed dengan berbagai profil yang
bervariasi:
3.3 Pengaplikasian Stainless Steel pada struktur
Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan dalam penggunaan
baja struktural, terutama karena estetika dan kualitas arsitekturalnya beserta
daya tahannya. Di antara baja tahan karat, nilai feritik dicirikan oleh
kandungan nikel rendah menghasilkan bahan ekonomi yang lebih stabil biaya
dan dibandingkan dengan baja tahan karat austenit, memungkinkan
pendekatan yang seimbang antara aspek ekonomi dan lingkungan. Sebagai
pengantar, makalah ini menyajikan hasil penelitian terbaru terutama mengenai
proyek RFCS yang sedang berjalan saat ini “Aplikasi Struktural Baja Butir
Feritik”. Kemudian, perhatian diberikan pada keuntungan dan tantangan yang
terkait dengan penggunaan bahan ini dalam proyek konstruksi baru-baru ini
dalam pandangan keberlanjutan. Analisis siklus hidup dijelaskan. Latar
belakang dari standar Eropa baru EN 15804 dijelaskan, termasuk Modul D,
yang sekarang memperhitungkan fase akhir masa pakai. Inventaris siklus
hidup dari produk baja tahan karat (gulungan gulungan dingin dan pelat
quarto) disajikan.
Stainless steel dianggap sebagai bahan yang sangat dekoratif serta tahan lama
dan mudah dirawat. Banyak contoh bangunan di mana stainless steel telah
digunakan (di dalam atau di luar) untuk ekspresi estetika dan daya tahan ada:
Perpustakaan Francois Mitterand di Paris (Arch. Dominique Perrault) di mana
mesh stainless steel digunakan untuk langit-langit interior, Torre Caja di
Madrid ditutupi dengan cladding stainless steel berpola, New Justice Palace di
Anvers yang ditandai oleh atap baja tahan karat yang sangat dekoratif, The
Glass Centre di Lommel di mana rangka penunjang baja anti karat

21
digabungkan dengan kaca dalam kubah berbentuk kerucut yang sangat
transparan, dll.

3.3 Gambar pengaplikasian stainlees steel pada struktur


Selain itu, pergeseran menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan
membuka peluang baru untuk baja struktural struktural, karena biaya
konstruksi (awal) bukan lagi satu-satunya perhatian para pemangku
kepentingan. Pertama, berlawanan dengan baja galvanis atau dicat, baja tahan
karat memiliki lapisan permukaan tahan korosi yang memperbaiki diri
sehingga tidak perlu perlindungan dan pemeliharaan selama siklus kehidupan.
Kedua, melihat bahwa tidak ada nikel yang masuk ke komposisi kimianya,
kadar feritik harganya lebih murah dan lebih stabil biaya dibandingkan dengan
grade baja tahan karat lainnya, yang membuatnya menarik secara ekonomis.
Namun demikian, nilai feritik saat ini kurang digunakan sebagai anggota
pembawa beban karena kurangnya informasi tentang perilaku strukturalnya.
3.4 Gambar hubungan antara tegangan dan regangan Austenitic,duplex,feritic
3.4 Selanjutnya, uji tarik juga telah dilakukan pada suhu kamar pada kupon bahan
dari anggota untuk menetapkan karakteristik tegangan-regangan yang
sebenarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi bahwa
kolom baja tahan karat feritik dapat memberikan kinerja tekuk yang lebih baik
daripada yang terdiri dari baja karbon. Pengamatan ini belum divalidasi untuk
baja tahan austenitic.

3.5 Gambar pegujian stainless steel

23
3.6 Gambar kegagalan pegujian stainless steel
Banyak contoh kelas austenitic yang digunakan dalam membangun façade
dapat dikutip. Di atas segalanya, karena alasan stainless steel memiliki sifat
korosi yang sangat baik, yang membuat penampilan estetika yang
menyenangkan bertahan lama. Melihat manajemen siklus hidup, baja tahan
karat tidak memerlukan perawatan atau pelapisan. Hasilnya adalah desain
yang berkelanjutan dengan biaya pemeliharaan rendah dan dampak
lingkungan yang rendah yang menghasilkan nilai jangka panjang kepada
pemilik bangunan. Tentu saja, penggunaan material yang tahan lama ini telah
menyelamatkan pemiliknya dengan biaya besar selama bertahun-tahun.
Sebagai perbandingan, indikator yang sama untuk dua lagi siding dinding
eksterior telah dievaluasi menggunakan data LCI yang diekstraksi dari
database BEES (area geografis: pasar AS): Trespa Meteon berdasarkan façade
cladding kayu dan Generic plesteran yang merupakan plester semen yang
digunakan untuk menutupi permukaan dinding eksterior . FU adalah satu
meter persegi selesai di dinding.
Selain itu (penampilan jangka panjang, permukaan akhir yang tahan lama,
perawatan yang rendah), pelapisan luar dan atap dari baja tahan karat memiliki
peran penting untuk dimainkan sehubungan dengan keberlanjutan: Solar
Reflectance Index yang tinggi; perlindungan terhadap kebocoran udara,
kehilangan panas atau infiltrasi udara; kemudahan integrasi teknologi energi
terbarukan; limpasan atap rendah yang menarik untuk memperoleh air yang
tidak dapat diminum. Secara khusus, dalam makalah ini, empat kelas
dijelaskan dalam dua potensi dampak lingkungan: Permintaan Energi Primer
dan Potensi Pemanasan Global. Kedua dampak diberikan dengan
mempertimbangkan tiga tingkat pemulihan yang berbeda yang
menggarisbawahi pentingnya modul D dalam LCA stainless steel. Feritik
grade 1.4016 (AISI 430), tidak dicampur dengan nikel dan sangat stabil pada
harga, membutuhkan lebih sedikit energi daripada nilai lain yang dianggap,
lihat Tabel 3 meringkas hasil LCA untuk RR setara 95%.
Namun, seperti yang dinyatakan dalam makalah ini, beberapa karakteristik
lain saat ini mengambil tempat yang penting dalam proses pengambilan
keputusan pada tahap desain: sifat ketahanan terhadap korosi masih tetapi
diambil sebagai keuntungan (ekonomi dan lingkungan) dalam aplikasi
struktural (misalnya rebar di laut lingkungan, anggota struktural yang
digunakan dalam aplikasi lepas pantai atau kolam renang); sifat mekanisnya
seperti yang ditawarkan oleh kelas duplex berbagi keuntungan austenitics
(daktilitas besar, ketahanan korosi) dan feritik (kekuatan yang lebih tinggi)
menguntungkan digunakan dalam desain jembatan; kekuatan dan retensi
kekakuan pada suhu tinggi menawarkan ketahanan api unggul; ketika
bangunan tidak lagi beroperasi, kemungkinan besar bahan-bahan itu akan
didaur ulang; terakhir, seperti untuk baja, bahan kekuatan yang lebih tinggi
diperoleh dengan kerja dingin juga tersedia dan, jika dalam berbagai
kelangsingan kompak sampai sedang, dapat secara positif mempengaruhi

25
konsumsi bahan yang mengarah ke struktur yang lebih ringan, biaya
transportasi yang lebih rendah dan yayasan yang lebih kecil. Analisis biaya
siklus hidup umumnya dilakukan untuk mengevaluasi relevansi penggunaan
stainless steel dalam keadaan ini.
PENUTUP
KESIMPULAN

Sifat liat adalah kemampuan sebuah material untuk menyerap energi


dalam jumlah yang cukup besar. Baja sanggup menahan deformasi yang besar
tanpa menyebabkan keruntuhan pada beban tarik. Baja mampu menahan
beban deformasi baik selama proses fabrikasi, transportasi, maupun konstruksi
tanpa menyebabkan kehancuran. Hal ini berbeda dengan material baja
konvensional atau kayu yang bersifat keras dan getas yang akan langsung
hancur apabila dikenai beban kejut. Rangka atap baja (stainlees steel dan cold-
formed) bisa diberikan kelenturan, beban kejut, dan beban geser sehingga
bentuk strukturnya pun bisa lebih fleksibel. Disisi lain baja akan lebih mudah
di didaur ulang dibanding kayu jadi baja (stainlees steel dan cold-formed)
dapat dimanfaatkan kembali dengan di cetak ulang sehingga sangatlah ramah
terhadap lingkungan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Barbara Rossi. 2012 . STAINLESS STEEL IN STRUCTURES IN VIEW OF


SUSTAINABILITY, University of Liège.
Nikhil N. Yokar, Pratibha M. Alandkar . 2014 .Comparison of Compression
Capacity of Cold Formed Steel Channel Sections under
Concentrated Loading by Analytical Methods, Journal of Civil
Engineering and Environmental Technology.
Dewi, Sri Murni dan Nuralinah, Devi . 2005. Struktur bangunan baja,
Malang:Bargie Media.
Oentoeng .1999. Konstruksi Baja, Surabaya : Andi Yogyakarta
SNI 03 – 1729-2002. 2002. Tata Cara Perencanaan struktur Baja untuk
Gedung, Badan Standarisasi Nasional. Bandung.
Agung Sandi Prakasa, Makalah ilmu logam, diambil dari :
http://mesinusu12.blogspot.com (2 nopember 2018) 00.12

Anda mungkin juga menyukai