Bahan Baja (Revisi)
Bahan Baja (Revisi)
Bahan Baja (Revisi)
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Sejarah Baja ...................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Baja ................................................................................................. 4
2.2 Bahan Pembentuk Baja ................................................................................ 4
1. Mangan, Manganese (Mn) .................................................................................. 5
2. Nikel, Nickolium (Ni) ......................................................................................... 5
3. Khrom, Chromium (Cr) ...................................................................................... 6
4. Wolfrom, Tungsten (W)...................................................................................... 6
Referensi: (http://mesinusu12.blogspot.com/) .................................................................... 8
2.3 Proses Pembuatan Baja .................................................................................... 8
2.4 Jenis-jenis Baja.................................................................................................. 9
1. Baja Karbon ........................................................................................................ 9
2. Baja Paduan (Alloy Stell) ................................................................................. 10
2.5 Sifat – sifat Mekanik Baja .............................................................................. 11
2.6 Pengaruh Temperatur Dan Korosi ............................................................... 13
2.7 Bentuk- bentuk penampang Baja .................................................................. 15
PENGGUNAAN BAJA SEBAGAI STRUKTUR ........................................................ 17
3.1 Baja Sebagai Struktur .................................................................................... 17
3.2 Pengaplikasian Baja Cold form Pada Struktur ........................................... 18
3.3 Pengaplikasian Stainless Steel pada struktur ............................................... 21
PENUTUP........................................................................................................................ 27
KESIMPULAN ............................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28
i
Daftar Gambar
1
dicanai pada skala industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai
sekitar 1820 dan diperluas sampai pada bentuk – I menjelang tahun 1870-an.
Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada
konverter Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas
penggunaan produk – produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890,
baja telah mengganti kedudukan besi tempa sebagai bahan bangunan logam
yang terutama. Dewasa ini (1990-an), baja telah memiliki tegangan leleh dari
24 000 sampai dengan 100 000 pounds per square inch, psi (165 sampai 690
MPa), dan telah tersedia untuk berbagai keperluan struktural.
Teknik peleburan logam telah ada sejak zaman Mesir kuno pada tahun 3000
SM. Bahkan pembuatan perhiasan dari besi telah ada pada zaman sebelumnya.
Proses pengerasan pada besi dengan heat treatment mulai diperkenalkan untuk
pembuatan senjata pada zaman Yunani 1000 SM. Proses pemaduan yang
dibuat mulai ada sejak abad 14 yang diklasifikasikan sebagai besi tempa.
Proses ini dilakkan dengan pemanasan sejumlah besar bijih besi dan charchoal
dalam tungku atau furnance. Dengan proses ini bijih besi mengalami reduksi
menjadi besi sponge metalik yang terisi oleh slag yang merupakan campuran
dari pengotor metalik dan abu charcoal. Spone iron ini dipindahkan dari
furnance pada saat masih bercahaya dan diselimuti oleh slag yang tebal lalu
slagnya dihilangkan untuk memperkuat besi. Pembuatan besi meggunakan
metode ini menghasilkan kandingan slag sekiar 3 persen dan 0,1 persen
pengotor lain. Kadang kala hasil produksi dengan metode ini menghasilkan
baja bukannya besi tempa. Parapembuat besi belajar untuk membuat baja
dengan memanaskan besi tempa dan charcoal pada boks yang terbuat dar
tanah liat selama beberapa hari. Dengan proses ini besi akan menyerap cukup
karbon untuk menjadi baja sebenarnya.
Setelah abad ke 14 tungku atau furnance yang digunakan mulai mengalami
peningkatanukuran dan draft yang digunakan untuk pembakaran gas melewati
“charge,” pada pencampuran material mentah. Pada tungku yang lebih besar
ini, bijih besi pada bagian bagian atas furnance akan direduksi pertama kali
direduksi menjadi besi metalik dan menghasilkan banyak karbon sebagai hasil
dari serangan gas yang dilewatinya. Hasil dari furnance ini adalah pig iron,
yaitu paduan yang meleleh pada temperatur rendah. Pig iron akan dproses
lebih lanjut untuk membuat baja.
Pembuatan baja modern menggunakan blast furnance yang juga digunakan
untuk memurniakan besi oleh pembuat besi yang lamapu. Proses pemurnian
besi cair dengan peledakan udara diakui oleh penemu Inggris Sir Henry
Bessemer yang mengembangkan Bessemer furnance, atau pengkonversi, pada
tahun 1855. Sejak tahun 1960 telah diproduksi baja dari besi bekas secara
kecil-kecilan pada furnance elektrik, sehingga dinamakan mini mills. Mini
mills adalah komponen yang sangat sangat penting bagi produksi baja
Amerika. Mills yang lebih besar digunakan pada produksi baja dari bijih besi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% dari
berat keseluruhan baja tersebut sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada
dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil
oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang
ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja
diantaranya: mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium
dan niobium.
2.2 Bahan Pembentuk Baja
Baja dibuat dari paduan besi-karbon dan bahan logam lainya. Umumnya
kadar karbon 0,1 – 1,5 %. Berdasarkan jenis paduan, baja dibedakan atas
Baja Karbon (plain carbon steel) dan Baja Paduan (alloy steel) Baja
karbon ialah baja yang kandungan unsur selain besi dan karbon relatif
tidak berarti, dengan demikian sifat utama ditentukan dari kadar karbon.
Sebutan baja karbon berlaku untuk paduan maksimum:
C < 1,7 %
Mn < 1,65 %
Si < 0,6 %
Ni < 0,6 %
1. Mangan, Manganese (Mn)
Sifat-sifat mangan adalah baja konstruksi dan baja mesin memperbaiki sifat
kekuatan tprik dan tahan aus serta baja perkakas memperbaiki sifat tanah
ukuran. Kegunaannya adalah sebagai unsur paduan, bila dipadu dengan baja
konstruksi dan baja mesin digunakan untuk pekerjaan yang menginginkan
kekuatan tarik dan tahan aus. Bila dipadu dengan baja perkakas digunakan
untuk pekerjaan yang menginginkan ketahanan ukuran.
Sifat-sifat nikel yaitu cukup keras, BD 8,7 dan titik lebur 1, 455° C dengan
kelihatan tinggi dan mudah dibentuk dalam keadaan dingin atau panas dan
tahan korosi. Bijih Nickel mengandung 2,5 % Nickel yang bercampur
5
bersama-sama unsur lain yang sebagian besar terdiri atas besi dan silica
serta hampir 4 % Tembaga dan sedikit Cobalt, Selenium, Tellurium, Silver,
Platinum dan Aurum. Sedangkan Tembaga, besi dan Nicel berada pada bijih
itu sebagai Sulfida. Kegunaannya adalah untuk industri kimia, alat-alat
listrik dan alat-alat kedokteran.
Menambah elastisitas,
Silisium (Si) kekokohan, kekerasan dan daya Sifat mengelas
tahan karat
7
Kekerasan, kekokohan, daya
Mangan (Mn) kekuatan pukul dan daya Sifat membuat serpih
keausan
Referensi: (http://mesinusu12.blogspot.com/)
Berdasarkan kadar total unsur paduan maka Baja Paduan dapat dibagi atas:
Baja Paduan rendah jika kadar logam paduan < 8 %.
Baja Paduan Tinggi jika kadar logam paduan > 8 %.
2.3 Proses Pembuatan Baja
Baja pada umumnya dihasilkan dari besi wantah (pig iron) yang mengandung
unsur C, Fe, P dan Mn. Proses yang paling banyak dipakai dalam produksi
baja secara komersial adalah proses oksigen basa, yaitu dengan melebur besi
wantah dan sisa baja di dalam reaktor sambil dilakukan peniupan oksigen
kedalam leburan pada suhu 1600 ᵒC. Oksigen akan bereaksi dengan lebburan
logam dan membentuk oksida besi (FeO) dan selanjutnya akan bereaksi
dengan karbon dan menghasilkan gas karbon Monoksida.
FeO + C (dalam besi) ---------- Fe + CO
Dengan cara oksidasi ini kandungan karbon dalam besi wantah dapat
diturunkan sampai tingkat yang diinginkan. Demikian juga unsur Si dan unsur
lainya akan teroksidasi.
Selain dengan oksigen basa juga dapat terdapat proses oksidasi asam dengan
memakai tungku pemanas yang bersifat asam. Dengan proses oksidasi diatas
disebut juga proses Bessemer.
2.4 Jenis-jenis Baja
1. Baja Karbon
Baja karbon rendah (low carbon steel)
Baja karbon rendah (low carbon steel)mengandung karbon antara 0,025%
– 0,3% C. setiap satu ton baja karbon rendah mengandung 10 – 30 kg karbon.
Baja karbon ini dalam perdagangan dibuat dalam plat baja, baja strip dan baja
batangan atau profil. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam baja,
maka baja karbon rendah dapat digunakan atau dijadikan baja-baja sebagai
berikut:
a) Baja karbon rendah ( low carbon steel ) yang mengandung 0,04 % -
0,10% C untuk dijadikan baja – baja plat atau strip.
b) Baja karbon rendah yang mengandung 0,05% C digunakan untuk
keperluan badan-badan kendaraan.
c) Baja karbon rendah yang mengandung 0,15% - 0,20% C digunakan
untuk konstruksi jembatan, bangunan, membuat baut atau dijadikan
baja konstruksi.
Baja karbon medium (medium carbon steel)
9
dalam baja maka baja karbon ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan
seperti untuk keperluan industri kendaraan, roda gigi, pegas dan sebagainya.
Baja karbon tinggi (high carbon steel) mengandung kadar karbon antara
0,56% -1,7% C dan setiap satu ton baja karbon tinggi mengandung karbon
antara 70 – 130 kg. Baja ini mempunyai kekuatan paling tinggi dan banyak
digunakan untuk material tools. Salah satu aplikasi dari baja ini adalah dalam
pembuatan kawat baja dan kabel baja. Berdasarkan jumlah karbon yang
terkandung didalam baja maka baja karbon ini banyak digunakan dalam
pembuatan pegas, alat-alat perkakas seperti: palu, gergaji atau pahat potong.
Selain itu baja jenis ini banyak digunakan untuk keperluan industri lain seperti
pembuatan kikir, pisau cukur, mata gergaji dan lain sebagainya.
Bila jumlah unsur tambahan selain karbon lebih kecil dari 8% (menurut
Degarmo 2005). Sumber lain, misalnya Smith dan Hashemi menyebutkan 4%,
misalnya : suatu baja terdiri atas 1,35%C; 0,35%Si; 0,5%Mn; 0,03%P;
0,03%S; 0,75%Cr; 4,5%W (Dalam hal ini 6,06%<8%)
Bila jumlah unsur tambahan selain karban lebih dari atau sama dengan 8%
(atau 4% menurut Smith dan Hashemi), misalnya : baja HSS (High Speed
Steel) atau SKH 53 (JIS) atau M3-1 (AISI) mempunyai kandungan unsur :
1,25%C; 4,5%Cr; 6,2%Mo; 6,7%W; 3,3%V
2.5 Sifat – sifat Mekanik Baja
Agar dapat memahami perilaku suatu struktur baja, maka harus memahami
pula sifat-sifat mekanik dari baja. Model pengujian yang paling tepat untuk
mendapatkan sifat-sifat mekanik baja adalah dengan melakukan uji tarik
terhadap material suatu benda uji baja. Uji tekan tidak dapat memberikan data
yang akurat terhadap sifat-sifat mekanik material baja karena beberapa hal,
antara lain adanya potensi tekuk pada benda uji yang mengakibatkan
ketidakstabilan dari benda uji tersebut. Selain itu perhitungan tegangan yang
terjadi dalam benda uji lebih mudah dilakukan uji tarik dari pada uji
tekan.Percobaan tarik baja biasanya dilakukan untuk mengetahui sifat
mekanik baja yang digambarkan oleh tegangan dan regangan. Dengan
percobaan tarik ini baja di beri gaya yang menimbulkan tegangan uniaksial
dan di ukur perpanjangan (d) yang timbul setiap tingkat gaya (P).
L d
P P
daerah pengerasan
s regangan
daerah plastis
batas putus
batas proporsional B=(baja karbon rendah)
R 1.0 11
0.8
Dimana : fyu = tegangan leleh
fu = tegangan putus
εsh = regangan saat mulai terjadi efek strain hardening (penguatan
regangan)
εu = regangan saat tercapainya tegangan putus
Ketika karbon ditingkatkan maka
L
tegangan leleh
d
akan meningkat juga tetapi
P P
daktilitas akan menurun. Ini dapat di lihat pada diagram tegangan regangan
baja karbon tinggi dan baja karbon rendah sebagai berikut :
batas putus
A=(baja karbon tinggi)
σ
daerah pengerasan
s regangan
daerah plastis
batas putus
batas proporsional B=(baja karbon rendah)
?
ε
2.5 Gambar grafik hubungan regangan dan tegangan baja mutu tinggi
Dalam mekanika bahan bentuk diagram tegangan regangan bahan sangat
R 1.0
menentukan distribusi gaya-gaya jika beberapa bahan diintegrasi menjadi satu
struktur. Karena
0.8 hakekat beberapa bahan yang bekerja sama harus melakukan
regangan atau
0.6deformasi yang sama sehingga distribusi tegangan atau gaya
akan sebanding dengan modulus elastisitas baja bekisar 210 Gpa dan nilai
0.4
modulus elastisitas beton antara 20 – 40 Gpa sehingga jika dua bahan baja dan
0.2
beton bekerja dengan regangan sama tegangan pada baja akan 10 kali lebih
besar dari beton. C°
200 400 600 800 1000
Tegangan putus dan tegangan leleh bahan akan menentukan kemampuan
bahan memikul tegangan.
Berdasarkan tinggi tegangan leleh, ASTM membagi baja dalam empat
Reduksi
kelompok
Baja karbon struktural
ketebalan (mm)
• Carbon steels (baja karbon) dengan tegangan leleh 210 - 280 Mpa.
• High-strength low-alloy steels (baja paduan rendah berkekuatantinggi)
Baja karbon dengan tembaga
dengan tegangan leleh 280 – 490 Mpa.
2 3 4 5 10 T (tahun)
• Heat treated carbon and high-strength low alloy steels (baja paduan rendah
dengan perlakuan karbon panas) mempunyai tegangan leleh 322 – 700
Mpa.
• Heat-treated constructional alloy steels (baja struktural paduan rendah
dengan perlakuan panas) dengan tegangan leleh 630 – 700 Mpa.
Dalam perencanaan struktur baja, SNI 03-1729-2002 mengambil beberapa
sifat-sifat mekanik dari material baja yang sama yaitu :
Modulus Elastisitas, E = 200.000 MPa
Modulus Geser, G = 80.000 MPa
Rasio Poisson = 0,30
Koefisien muai panjang, ɑ = 12 x 10-6 / ᵒC
Sedangkan berdasarkan tegangan leleh dan tegangan putusnya, SNI 03-1729-
2002 mengklasifikasikan mutu dari material baja menjadi lima kelas mutu
sebagai berikut :
13
?
R 1.0
0.8 L d
P P
0.6
0.4
batas putus
0.2 A=(baja karbon tinggi)
daerah pengerasan
200 400
regangan 600 800 1000 C°
s
daerah plastis
batas putus
B=(baja karbon rendah)
2.6 R- Rasio kekuatan
batas proporsional dan rasio modulus elastisitas
Untuk melindungi korosi struktur baja terhadap bahaya penurunan kekuatan
akibat kebakaran adalah dengan memberi lapisan pelindung dari beton ringan,
Reduksi
ketebalan Baja karbon struktural ?
asbes atau(mm)
rockwool. Tebal lapis pelindung tergantung pada tuntutan lama
ketahanan kebakaran yang disyaratkan. Umumnya bekisar antara 8 mm
Baja karbon dengan tembaga
sampai 35Rmm.
1.0
Seperti dijelaskan kelemahan utama pemakaian baja adalah kerusakan akibat
0.8
korosi atau karat. Baja karbon yang kekuatanya rendah sangat mudah berkarat.
0.6 Baja karbon dengan tembaga
Untuk meningkatkan sifat tahan karat ditambahkan tembaga. Tentu saja
0.4
dengan penambahan tembaga harga baja menjadi mahal bagi pemakaian
2 3 4 5 10 T (tahun)
umum. Baja 0.2
paduan rendah kekuatan tinggi yang mengandung unsur Cr, Si,
Cu dan P memiliki ketahanan korosi beberapa kali lebih baik dari baja karbon,
200 400 600 800 1000 C°
Reduksi ketebalan akibat korosi bergantung selain dari susunan kimia juga
oleh lingkungan polusi dan kelembaban cuaca. Perbandingan reduksi
ketebalan untuk beberapa jenis baja dalam korosif dapat dilihat berikut :
Reduksi
Baja karbon struktural
ketebalan (mm)
2 3 4 5 10 T (tahun)
15
- Tekuk Lentur ; Pada umumnya kekuatan komponen struktur dengan
beban aksial tekan murni ditentukan oleh tekuk lentur. Hingga kini
komponen struktur tekan yang dibahas adalah komponen struktur
tekan yang mengalami tekuk lentur. Tekuk lentur mengakibatkan
defleksi terhadap sumbu lemah (sumbu dengan rasio kelangsingan
terbesar). Setiap komponen struktur teka dapat mengalami kegagalan
akibat tekuk lentur.
- Tekuk torsi ; Model tekuk ini terjadi akibat adanya puntiran dalam
sumbu memanjang komponen struktur tekan. Tekuk torsi hanya terjadi
pada elemen-elemen yang langsing dengan sumbu simetris ganda.
Bentuk profil standar hasil gilas panas umumnya tidak mempunyai
resiko terhadap tekuk torsi, namun profil yang tersusun dari pelat tipis
harus diperhitungkan terhadap tekuk torsi. Sebagai contoh, penampang
yang riskan terhadap tekuk torsi adalah penampang berbentuk silang.
Penampang ini dapat disusun dari empat buah profil siku yang
diletakan saling membelakangi.
- Tekuk lentur torsi ; yang terjadi akibat kombinasi dari tekuk lentur
dan tekuk torsi. Batang akan terlentur dan terpuntir secara bersamaan.
Tekuk lentur torsi dapat terjadi pada penampang – penampang dengan
satu sumbu simetri saja seperti profil kanal, T , siku ganda, dan tunggal
sama kaki. Selain itu tekuk tekuk lentur torsi juga dapat terjadi pada
penampang – penampang tanpa sumbu simetri seperti profil siku
tunggal tak sama kaki dan profil Z.
17
Mutu merata karena diproduksi pabrik
Dapat dibongkar pasang
Karena kekuatan tinggi struktur yang diperoleh relatif lebih langsing
sehingga lebih ringan dan mampu mengatasi batang struktur yang besar.
Waktu pelaksanaan yang lebih singkat.
Modulus elastisitas hampir 10 kali modulus elastisitas beton.
Keuletan baik terutama untuk baja lunak.
Kekerasan dan daya lenting relatif mahal dari beton.
19
kompresi dan geometri serta penggunaan anggota. Untuk baja yang dibentuk
dengan beban aksial, anggota kompresi harus dirancang untuk kondisi batas
berikut:
- Tekuk lokal
- Tekuk badan
- Tekuk sayap
- Tekuk torsi lateral
- Leleh
Pengujian dan hasil kuat tekan pada baja cold-formed dengan berbagai profil yang
bervariasi:
3.3 Pengaplikasian Stainless Steel pada struktur
Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan dalam penggunaan
baja struktural, terutama karena estetika dan kualitas arsitekturalnya beserta
daya tahannya. Di antara baja tahan karat, nilai feritik dicirikan oleh
kandungan nikel rendah menghasilkan bahan ekonomi yang lebih stabil biaya
dan dibandingkan dengan baja tahan karat austenit, memungkinkan
pendekatan yang seimbang antara aspek ekonomi dan lingkungan. Sebagai
pengantar, makalah ini menyajikan hasil penelitian terbaru terutama mengenai
proyek RFCS yang sedang berjalan saat ini “Aplikasi Struktural Baja Butir
Feritik”. Kemudian, perhatian diberikan pada keuntungan dan tantangan yang
terkait dengan penggunaan bahan ini dalam proyek konstruksi baru-baru ini
dalam pandangan keberlanjutan. Analisis siklus hidup dijelaskan. Latar
belakang dari standar Eropa baru EN 15804 dijelaskan, termasuk Modul D,
yang sekarang memperhitungkan fase akhir masa pakai. Inventaris siklus
hidup dari produk baja tahan karat (gulungan gulungan dingin dan pelat
quarto) disajikan.
Stainless steel dianggap sebagai bahan yang sangat dekoratif serta tahan lama
dan mudah dirawat. Banyak contoh bangunan di mana stainless steel telah
digunakan (di dalam atau di luar) untuk ekspresi estetika dan daya tahan ada:
Perpustakaan Francois Mitterand di Paris (Arch. Dominique Perrault) di mana
mesh stainless steel digunakan untuk langit-langit interior, Torre Caja di
Madrid ditutupi dengan cladding stainless steel berpola, New Justice Palace di
Anvers yang ditandai oleh atap baja tahan karat yang sangat dekoratif, The
Glass Centre di Lommel di mana rangka penunjang baja anti karat
21
digabungkan dengan kaca dalam kubah berbentuk kerucut yang sangat
transparan, dll.
23
3.6 Gambar kegagalan pegujian stainless steel
Banyak contoh kelas austenitic yang digunakan dalam membangun façade
dapat dikutip. Di atas segalanya, karena alasan stainless steel memiliki sifat
korosi yang sangat baik, yang membuat penampilan estetika yang
menyenangkan bertahan lama. Melihat manajemen siklus hidup, baja tahan
karat tidak memerlukan perawatan atau pelapisan. Hasilnya adalah desain
yang berkelanjutan dengan biaya pemeliharaan rendah dan dampak
lingkungan yang rendah yang menghasilkan nilai jangka panjang kepada
pemilik bangunan. Tentu saja, penggunaan material yang tahan lama ini telah
menyelamatkan pemiliknya dengan biaya besar selama bertahun-tahun.
Sebagai perbandingan, indikator yang sama untuk dua lagi siding dinding
eksterior telah dievaluasi menggunakan data LCI yang diekstraksi dari
database BEES (area geografis: pasar AS): Trespa Meteon berdasarkan façade
cladding kayu dan Generic plesteran yang merupakan plester semen yang
digunakan untuk menutupi permukaan dinding eksterior . FU adalah satu
meter persegi selesai di dinding.
Selain itu (penampilan jangka panjang, permukaan akhir yang tahan lama,
perawatan yang rendah), pelapisan luar dan atap dari baja tahan karat memiliki
peran penting untuk dimainkan sehubungan dengan keberlanjutan: Solar
Reflectance Index yang tinggi; perlindungan terhadap kebocoran udara,
kehilangan panas atau infiltrasi udara; kemudahan integrasi teknologi energi
terbarukan; limpasan atap rendah yang menarik untuk memperoleh air yang
tidak dapat diminum. Secara khusus, dalam makalah ini, empat kelas
dijelaskan dalam dua potensi dampak lingkungan: Permintaan Energi Primer
dan Potensi Pemanasan Global. Kedua dampak diberikan dengan
mempertimbangkan tiga tingkat pemulihan yang berbeda yang
menggarisbawahi pentingnya modul D dalam LCA stainless steel. Feritik
grade 1.4016 (AISI 430), tidak dicampur dengan nikel dan sangat stabil pada
harga, membutuhkan lebih sedikit energi daripada nilai lain yang dianggap,
lihat Tabel 3 meringkas hasil LCA untuk RR setara 95%.
Namun, seperti yang dinyatakan dalam makalah ini, beberapa karakteristik
lain saat ini mengambil tempat yang penting dalam proses pengambilan
keputusan pada tahap desain: sifat ketahanan terhadap korosi masih tetapi
diambil sebagai keuntungan (ekonomi dan lingkungan) dalam aplikasi
struktural (misalnya rebar di laut lingkungan, anggota struktural yang
digunakan dalam aplikasi lepas pantai atau kolam renang); sifat mekanisnya
seperti yang ditawarkan oleh kelas duplex berbagi keuntungan austenitics
(daktilitas besar, ketahanan korosi) dan feritik (kekuatan yang lebih tinggi)
menguntungkan digunakan dalam desain jembatan; kekuatan dan retensi
kekakuan pada suhu tinggi menawarkan ketahanan api unggul; ketika
bangunan tidak lagi beroperasi, kemungkinan besar bahan-bahan itu akan
didaur ulang; terakhir, seperti untuk baja, bahan kekuatan yang lebih tinggi
diperoleh dengan kerja dingin juga tersedia dan, jika dalam berbagai
kelangsingan kompak sampai sedang, dapat secara positif mempengaruhi
25
konsumsi bahan yang mengarah ke struktur yang lebih ringan, biaya
transportasi yang lebih rendah dan yayasan yang lebih kecil. Analisis biaya
siklus hidup umumnya dilakukan untuk mengevaluasi relevansi penggunaan
stainless steel dalam keadaan ini.
PENUTUP
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA