Anda di halaman 1dari 16

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia

Anemia adalah suatu keadaan kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan
oleh hilangnya darah secara cepat atau karena produksi sel darah merah terlalu lambat.
Hemoglobin ialah sejenis pigmen yang terdapat dalam sel darah merah, bertugas
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Zat besi mempunyai peranan
penting dalam tubuh, selain membantu hemoglobin mengangkut oksigen dan
mioglobin menyimpan oksigen, zat besi juga membantu berbagai macam enzim dalam
mengikat oksigen untuk proses pembakaran. 2,6,15
Batas normal dari kadar Hb dalam darah disebut sebagai cut off point (titik pemilah),
cut off point yang umum dipakai adalah kriteria WHO. Dinyatakan anemia bila:

Tabel 2.1 Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur Nilai (g/dl)
Anak-anak 6 bulan – 59 Bulan 11,0
5 – 11 tahun 11,5

12 - 14 tahun 12,0

Dewasa Wanita > 15 tahun 12,0

Wanita hamil 11,0


Lelaki > 15 tahun 13.0

Sebelum terjadi anemia biasanya terjadi kekurangan zat besi secara perlahan-
lahan. Pada tahap awal, simpanan zat besi yang berbentuk ferritin dan hemosiderin
menurun dan absorpsi besi meningkat. Daya ikat besi (iron binding
capacity) meningkat seiring dengan menurunnya simpanan zat besi dalam sumsum
tulang dan hati. Ini menandakan berkurangnya zat besi dalam plasma. Selanjutnya
zat besi yang tersedia untuk pembentukan sel-sel darah merah (sistem eritropoesis)
di dalam sumsum tulang berkurang dan terjadi penurunan jumlah sel darah merah
dalam jaringan. Pada tahap akhir, hemoglobin menurun (hypocromic) dan eritrosit
mengecil (microcytic) dan terjadi anemia gizi besi 6,17

6
7

Anemia gizi adalah suatu keadaan kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin. Menurut WHO batas ambang anemia untuk wanita usia 11 tahun keatas
adalah apabila konsentrasi atau kadar hemoglobin dalah darah kurang dari 12 g/dl.
Penggolongan jenis anemia menjadi ringan, sedang, dan berat belum ada keseragaman
mengenai batasannya, namun untuk mempermudah pelaksanaan pengobatan dan
mensukseskan program lapangan, menurut ACC/SCN (1991), anemia dapat
digolongkan menjadi tiga : 6

Tabel 2.2 Penggolongan Anemia Menurt Kadar Hb


Hb Anemia Hb (g/dl)
Ringan 10.0 – 11.9
Sedang 7.0 – 9.9
Berat < 7.0

Pada remaja yang menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan


yang optimal dan menjadi kurang cerdas. Remaja putri yang menderita anemia
dapat mengalami gangguan pertumbuhan, penurunan daya konsentrasi belajar,
kurang bersemangat dalam beraktivitas karena cepat merasa lelah. Defisiensi besi
dapat mempengaruhi pemusatan perhatian, kecerdasan dan prestasi belajar di
sekolah. Akibat jangka panjang dari anemia pada remaja putri adalah apabila
remaja putri hamil, maka ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan zat-zat gizi
bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya. Oleh karena itu keguguran,
kematian bayi dalam kandungan, berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur
rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia.6,18,19
Anemia dapat dialami siapa saja seperti wanita yang mengalami menstruasi,
wanita hamil atau menyusui, balita, anak-anak dalam masa pertumbuhan atau
orang dewasa, terutama yang tidak mengkonsumsi zat besi secara memadai karena
pantang memakan telur atau daging dalam jangka waktu yang cukup lama. Anemia
defisiensi zat besi dapat disebabkan karena kekurangan zat gizi yang berperan
dalam pembentukan hemoglobin yaitu besi, protein, Vitamin C, Piridoksin,
Vitamin E. Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi
makanan olahan. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak
pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya setelah dewasa dan berusia lanjut
6,19
20

2.1.2 Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologis

Anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang


dikandungnya.6

2.1.2.1 Anemia normokrom normositik


Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis,
dan anemia aplastik. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan
konsentrasi hemoglobin 6,18,19
2.1.2.2 Anemia hiperkrom makrositik
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. Ditemukan pada anemia megaloblastik
(defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik
(penyakit hati, hipotiroidisme) 6,18,19
2.1.2.3 Anemia hipokrom mikrositik
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. Penyebab anemia mikrositik
hipokrom: 1) Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi. 2) Berkurangnya sintesis
globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati. 3) Berkurangnya sintesis heme: Anemia
Sideroblastik. 6,18,19

Terdapat tiga faktor yang dapat menimbulkan terjadinya anemia, yaitu kehilangan
darah karena pendarahan, terjadinya kerusakan sel-sel darah merah, dan produksi sel
darah merah tidak mencukupi. Anemia yang paling umum terjadi di Indonesia adalah
anemia yang terjadi karena produksi sel-sel darah merah tidak mencukupi yang
disebabkan oleh konsumsi gizi, khususnya zat besi. Pendarahan dapat terjadi pada
kondisi eksternal maupun internal, misalnya pada waktu kecelakaan atau menstruasi
yang banyak bagi perempuan remaja 6,18,19
Penyebab anemia cukup beragam, namun anemia yang menjadi masalah bagi
dunia adalah anemia akibat kurangnya zat besi dalam darah atau anemia defisiensi besi.
Sebelum mengalami anemia, pada anak sebenarnya mengalami kekurangan besi
(Ferum), namun tidak terlihat. Besi memiliki peran yang sangat besar bagi kerja dan
pengadaan hemoglobin. Tak heran, kekurangan besi (Fe) dapat menyebabkan
komplikasi berat, seperti terganggunya tumbuh kembang anak, gangguan kognitif
9

(belajar) penurunan fungsi otot sehingga penderita malas melakukan aktivitas fisik,
6,18,19
serta turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah sakit dan terkena infeksi.
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi,
gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:

1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:


a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID,
kanker lambung, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b. Saluran genitalia (perempuan): menorrhagia
c. Saluran kemih: hematuria.
d. Saluran nafas: hemoptisis.
2. Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan (asupan
yang kurang) atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang rendah.
3. Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan, dan kehamilan.
4. Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau
dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol
(coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk susu).

2.1.3 Klasifikasi Anemia Berdasarkan Etiologi


Banyak jenis anemia yang dapat diobati secara mudah, tetapi pada beberapa jenis
lainnya kemungkinan berat, lama dan dapat mengancam jiwa jika tidak terdiagnosa
sejak awal dan tidak diobati segera 6,20
2.1.3.1 Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi
dalam darah. Konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena pembentukan sel
darah merah terganggu, akibatnya ukuran sel darah merah menjadi kecil (microcytic),
kandungan hemoglobin menjadi rendah (hypochromic). Semakin berat kekurangan zat
besi dalam darah, makan semakin berat pula tingkat anemia yang diderita. Anemia gizi
besi dapat menyebabkan penurunan kemampuan fisik, produktivitas kerja, dan
kemampuan berpikir. Selain itu anemia gizi juga dapat menyebabkan penurunan
antibodi sehingga mudah sakit karena terserang infeksi.6,19,21
Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin yaitu
sebagai alat transport oksigen. Besi merupakan trace element vital yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim.
20
Dampak lain anemia defisiensi besi adalah produktivitas yang rendah,
perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya sistem imunitas
tubuh, morbiditas, dll. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat
rendah berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-
gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup
untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar
hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut anemia
defisiensi besi .Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur
sering mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan
peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.6,19.21
Memproduksi sel darah merah diperlukan serangkaian zat gizi. Zat paling penting
adalah zat besi, vitamin Bc (asam folat), dan vitamin B12 (cyanocobalamine). Bahan
lain yang perlu tersedia : protein, piridoksin (vitamin B6), asam askorbat (ascorbic acid,
bahan dasar vitamin C), vitamin E, dan tembaga. Untuk mencukupi kebutuhan zat besi,
terutama bagi bayi dan anak-anak, sumber terbaik harus berasal dari makanan hewani
(kecuali susu).
Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama
diperlukan dalam pembentukan hb. Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya
anemia defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia
defisiensi besi, pengetahuan tentang zat-zat yang memicu dan menghambat absorpsi
besi (vitamin C dan teh). 2,6,7
Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat besi.
Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kekurangan zat besi, yaitu balita,
anak sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi
pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhannya akan zat besi yang sangat besar,
sedangkan asupan dari makanan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut.
Makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain daging, terutama hati dan
jeroan, aprikol, prem kering, telur, polong kering, kacang tanah, dan sayuran berdaun
hijau. 2,6,7
Terdapat 2 jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari hem dan
bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya antara 5-10
%, tetapi penyerapannya mencapai 25% (dibandingkan dengan zat besi non hem
yang penyerapannya hanya 5 %). Makanan hewani seperti daging, ikan, dan ayam
merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan
penyusun hemoglobin. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti sayur-
sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan. 2,6,7
11

Penyerapan zat besi non hem sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor penghambat
maupun pendorong, sedangkan zat besi hem tidak. Asam askorbat (Vitamin C) dan
daging faktor utama yang mendorong penyerapan zat besi dikenal sebagai MFP (meat,
fish, poultry) faktor. Remaja memerlukan lebih banyak zat besi dan wanita
membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti zat besi yang hilang bersama darah
haid. Dampak negatif kekurangan mineral sering tidak kelihatan sebelum mereka
6,19,21
mencapai usia dewasa

2.1.3.2 Anemia Defisiensi Asam Folat.


Anemia defisiensi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau makrositik.
Dalam anemia defisiensi asam folat, keadaan sel darah merah tidak normal dengan
ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya
adalah asam folat dan atau vitamin B12 kurang di dalam tubuh. Kedua zat tersebut
diperlukan dalam pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel darah
merah dalam sumsum tulang 6,19.21
2.1.3.3 Anemia Defisiensi B12
Anemia defisiensi B12 disebut juga pernisiosa, keadaannya dan gejala seperti
anemia gizi asam folat. Anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat
pencernaan bagian dalam. Ketika kronis dapat merusak sel-sel otak dan asam lemak
menjadi tidak normal serta posisi pada dinding sel jaringan saraf juga berubah.
Dikhawatirkan, akan mengalami gangguan kejiwaan6,19.21
2.1.3.4 Anemia Defisiensi B6
Anemia defisiensi B6 disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan anemia gizi
besi, tetapi jika darah diuji secara laboratorium, serum besinya normal. Kekurangan
vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan) hemoglobin6,19.21

2.1.4 Patofisiologi
Tanda dari anemia gizi ada beberapa tingkatan yaitu : 2,22
1) Tingkatan pertama, anemia defisiensi besi laten, yaitu keadaan di mana simpanan
zat besi yang semakin menipis namun besi di dalam sel darah merah dan jaringan
masih tetap normal.
2) Tingkatan kedua, anemia defisiensi besi dini, di mana simpanan zat besi
mengalami penurunan yang terus berlangsung sampai habis atau hampir habis,
tetapi zat besi di dalam sel darah merah dan jaringan masih belum berkurang.
20
Maka TIBC akan meningkat yang diikuti dengan penurunan besi dalam serum
(SI) dan jenuh (saturasi) transferin. Pada tahap ini mungkin anemia sudah
timbul, tetapi masih ringan sekali dan bersifat normokrom normositik. Dalam
tahap ini terjadi eritropoesis yang kekurangan zat besi (iron deficient
erythropoesis).
3) Tingkatan ketiga, anemia defisiensi besi lanjut, perkembangan lanjut dari
anemia defisiensi besi dini, di mana zat besi yang berada di dalam sel darah
merah sudah menurun, namun zat besi di dalam jaringan belum berkurang.
Gambaran darah tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.
4) Tingkatan keempat, anemia defisiensi besi jaringan, terjadi setelah zat besi di
dalam jaringan juga menurun. Hemoglobin rendah sekali. Sumsum tulang
tidak mengandung lagi cadangan besi, kadar besi plasma (SI) berkurang. Jenuh
transferin turun dan eritrosit jelas bentuknya hipokrom mikrositik. Pada
stadium ini kekurangan besi telah mencapai jaringan- jaringan. Gejala
klinisnya sudah terlihat.

Pada tahap yang lebih lanjut adalah habisnya simpanan zat besi,
berkurangnya kejenuhan transferin, jumlah protorpirin yang diubah menjadi heme
berkurang dan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Selanjutnya terjadi
anemia ditandai dengan rendahnya kadar Hb. Pada tahap simpanan zat besi yang
semakin menurun, tidak diimbangi dengan asupan zat besi yang tinggi dan terjadi
gangguan dengan penyerapan zat besi, akan terjadi gangguan pembentukan eritrosit,
sehingga terjadi penurunan hemoglobin. 2,22,23

2.1.5 Penyebab
Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan karena kekurangan zat besi yang
merupakan komponen yang membentuk hemoglobin atau sel darah merah. Pada
umumnya terdapat tiga penyebab anemia defisiensi besi, antara lain

1) Kehilangan darah secara kronis (menstruasi dan infestasi cacing)


2) Asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapan yang tidak adekuat
3) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah merah pada
kondisi tertentu, contohnya masa kehamilan, menyusui, pertumbuhan bayi,
dan masa remaja.
13

Kekurangan zat besi terjadi karena kurangnya mengkonsumsi makanan yang


mengandung zat besi atau sudah mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
besi, tetapi terjadi gangguan absorbsi di dalam usus karena ada cacing atau
gangguan pencernaan. Ditambah kebiasaan dengan mengkonsumsi makanan yang
mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi dan teh) pada waktu yang sama
dengan waktu makan sehingga menyebabkan absorbsi zat besi semakin rendah.2,24

2.1.6 Dampak Anemia Defisiensi Besi

Dampak yang merugikan kesehatan pada individu yang menderita anemia gizi
besi adalah 2, 6,7
1. Bagi bayi dan anak (0-9 tahun)
a. Gangguan perkembangan motorik dan koordinasi.
b. Gangguan perkembangan dan kemampuan belajar.
c. Gangguan pada psikologis dan perilaku

2. Remaja (10-19 tahun)


a. Gangguan kemampuan belajar
b. Penurunan kemampuan bekerja dan aktivitas fisik
c. Dampak negatif terhadap sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit
infeksi
3. Orang dewasa pria dan wanita
a. Penurunan kerja fisik dan pendapatan.
b. Penurunan daya tahan terhadap keletihan

4. Wanita hamil
a. Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu
b. Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin
c. Peningkatan resiko janin dengan berat badan lahir rendah

2.1.7 Tanda dan Gejala Anemia


Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas, seperti pucat,
mudah lelah, berdebar dan sesak napas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan,
kuku dan konjungtiva palbera. Tanda yang khas pada anemia yaitu, konjungtiva anemis,
koilonikia. angular stomatitis, dan disfagia.
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ini bervariasi. Gejala lemah, letih, lesu, lelah, lunglai atau yang biasa disebut
5L juga merupakan salah satu gejala anemia. Gejala yang lain adalah mata berkunang-
kunang, berkurangnya daya konsentrasi dan menurunnya daya tahan tubuh. 2,6,7,21,22
20
2,6,7,21,22
2.1.8 Kriteria Diagnostik Anemia Defisiensi Besi
1. Kadar Hb kurang dari normal
2. TIBC > 350 g/dl
3. Kadar Fe serum <50 ug/dl
4. Saturasi transferitin <15%
5. Serum feritinin < 20 g/dl
6. Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositer yang dikonfirmasi dengan
kadar MCV, MCH dan MCHC yang menurun

2.2 Status Gizi

Status gizi adalah ukuran atau gambaran mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari konsumsi makanan dan zat gizi yang digunakan di dalam
tubuh. Konsumsi makanan adalah makanan atau energi yang masuk ke dalam
tubuh, yaitu karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya 2,25

2.2.1 Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi adalah penjelasan dari data yang diperoleh dengan
menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu
yang memiliki risiko status gizi kurang ataupun lebih2
1. Penilaian Langsung
a. Antropometri
Antropometri adalah penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran
tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya
antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang. Metode
antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan
protein 2,26,27
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan
yang terjadi dan berhubungan erat dengan asupan gizi yang kurang maupun
berlebih. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di
mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan
tubuh (kelenjar tiroid) 2,26,27

c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia
pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi 2,26,27
15

2. Penilaian Tidak Langsung


a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah salah satu penilaian status gizi yang dilihat
dari data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif mengetahui jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif mengetahui
frekuensi makan dan cara seseorang ataupun keluarga dalam memperoleh
makanan sesuai dengan kebutuhan gizi, 2,26,27

b. Statistik Vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data
mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka
kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian,
statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan
kekurangan gizi. 2,26,27

c. Faktor Ekologi

Faktor Ekologi Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi


karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi,
seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. 2,26,27

2.2.2 Indeks Antropometri

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks


antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau
lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi.
Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index. IMT merupakan alat
sederhana untuk memantau status gizi khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan.2,27

Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh,


terdiri dari :

1. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling
sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi
seperti protein, lemak, air dan mineral. 2,27
20

2. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan status gizi masa lampau yang merupakan
akumulasi dari konsumsi makanan dari masa lampau hingga saat ini dan
parameter ukuran panjang dan dapat merefleksikan pertumbuhan skeletal
(tulang) 2,27
2.2.3. Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam
satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat 2,27

BB (kg)

IMT = TB2 (m)

2.2.4 Kategori Indeks Massa Tubuh

Status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT yang
digunakan, seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 yang merupakan ambang
batas IMT untuk Indonesia.2,18

Tabel 2.3 Kategori Batas Ambang IMT


Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0

Obesitas Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0


17

2.3 Hemoglobin

2.3.1 Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin adalah molekul globuler yang dibentuk dari 4 sub unit. Setiap
unit mengandung heme yang bergabung dalam polipeptida. Heme adalah molekul
protein yang mengandung zat besi dan merupakan pigmen darah yang membuat
darah berwarna merah. Zat besi merupakan inti molekul dari hemoglobin dan
menjadi unsur utama dalam sel darah merah2,28

2.3.2 Pembentukan Hemoglobin

Hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit terdiri dari heme dan globin.
(Struktur eritrosit terdiri dari pembungkus luar berisi masa hemoglobin. Eritorist
membutuhkan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino dan juga zat
besi untuk eritropoiesis. B12 dan B9 dibutuhkan dalam sintesis DNA untuk
kecepatan pembentukan eritrosit. Ketika eritrosit terbentuk, kemudian akan diisi
oleh hemoglobin dan diedarkan ke seluruh tubuh2,28
Pembentukan hemoglobin terjadi di dalam eritrosit. Sel eritrosit yang paling
awal dikenal dalam sumsum tulang yang disebut pronormoblast dan berisi
hemoglobin. Pada stadium retikulosit terjad sintesis hemoglobin. Pada eritrosit
yang matang sudah tidak terjadi sintesis hemoglobin, tetapi sudah mengandung
sejumlah hemoglobin. Jika proses eritropoiesis mengalami gangguan, makan
sintesa hemoglobin juga akan mengalami gangguan2,28

2.4 Anemia pada Remaja Putri


2.4.1 Pengertian
Anemia pada remaja putri adalah keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah di bawah batas normal untuk kelompok remaja putri yaitu kadar Hb
<12 g/dl. Remaja berada diantara dua masa kehidupan, dengan beberapa masalah
gizi yang sering terjadi pada anak – anak dan dewasa2,4

2.4.1 Penyebab

Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe).
Remaja mengalami pertumbuhan yang cepat (growth spurt) dan waktu
pertumbuhan yang intens setelah masa bayi. Selama masa remaja, seseorang dapat
mencapai 15% dari tinggi badan dan 50% dari berat badan ketika dewasa.
20

Pertumbuhan yang cepat sejalan dengan kebutuhan zat gizi yang meningkat, dan
secara signifikan dipengaruhi oleh infeksi dan aktivitas yang mengeluarkan energi.
Kebutuhan zat gizi mencapai titik tertinggi pada saat remaja. Sehingga jika terjadi
kekurangan zat gizi makro dan mikro dapat mengganggu pertumbuhan dan
kematangan seksual.2,3,6,7
Puncak perumbuhan terjadi sekitar 12 – 18 bulan sebelum mengalami
menstruasi pertama atau sekitar usia 10 – 14 tahun. Selama periode remaja,
kebutuhan zat besi meningkat sebagai hasil dari ekspansi total volume darah,
peningkatan massa lemak tubuh, dan terjadinya menstruasi.

Peningkatan kebutuhan berhubungan dengan waktu dan ukuran growth spurt sama
seperti kematangan seksual dan terjadinya menstruasi. Sehingga remaja putri lebih
rawan mengalami anemia besi dibandingkan remaja putra. 2,3,6,7

Selain disebabkan karena menstruasi, remaja putri sangat memperhatikan


bentuk tubuh (body image), sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan
melakukan diet ketat. Pola makan yang tidak teratur akan mempengaruhi asupan.
Asupan makanan yang kurang akan mempengaruhi status gizi seseorang. Asupan
makanan yang kurang membuat remaja putri cenderung memiliki simpanan zat besi
yang lebih rendah, sehingga remaja putri lebih rentan mengalami anemia zat besi
saat asupan zat besi kurang atau kebutuhan meningkat. Jika zat besi yang
dikonsumsi terlalu sedikit, sedangkan kebutuhan zat besi meningkat, cadangan zat
besi di dalam tubuh akan digunakan dan hal tersebut menimbulkan defisiensi zat
besi. 2,3,6,7

2.4.1 Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri

1) Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap perilaku
dalam memilih makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada status
kesehatan2,29
Pentingnya tingkat pengetahuan terhadap perilaku memilih makanan
(konsumsi makanan) agar status gizi tercukupi untuk pertumbuhan tubuh yang
optimal, pemeliharaan dan energi. Pemilihan asupan zat besi yang kurang akan
mempengaruhi zat besi di dalam tubuh sehingga di dalam tubuh zat besi
rendah, dapat menyebabkan anemia.2,29
19

2) Status Gizi
Status gizi merupakan cerminan kecukupan konsumsi zat gizi sebelumnya,
yang berarti bahwa status gizi saat ini merupakan hasil akumulasi konsumsi
makanan sebelumnya. Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri
adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau Body Mass Index (BMI) adalah metode sederhana untuk memantau
status gizi, khususnya yang berkaitan dengan berat badan kurang maupun
berlebih. 2,29

Remaja putri melakukan diet ketat sehingga semua asupan nutrisi berkurang
termasuk protein. Protein adalah zat makro di dalam tubuh. Protein di dalam
tubuh bisa digambarkan melalui status gizi. Pada status gizi dengan indikator

IMT dilakukan pemeriksaan berat badan, sedangkan berat badan adalah


indikator zat gizi makro dan anemia diperiksa kadar hemoglobin sebagai
indikator zat gizi mikro. Pada pembentukan hemoglobin, hemoglobin
terbentuk dari heme dan globin. Globin adalah senyawa protein. Hemoglobin
terbentuk jika terdapat heme dan globin, jika terjadi kekurangan globin,
hemoglobin tidak akan terbentuk. Sehingga keadaan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan kategori kurus akan mempunyai risiko terjadi anemia
dikarenakan protein yang terdapat di dalam tubuh kurang. Sehingga
pembentukan hemoglobin di dalam tubuh tidak akan terbentuk walaupun
kandungan heme tinggi. 2,29,30

3) Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan adalah informasi tentang jenis dan jumlah makanan
yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok dalam waktu tertentu.
Anemia pada remaja putri dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang tinggi
dengan zat besi. Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan
yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam). Makanan nabati
(seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit
yang bisa diserap dengan baik oleh usus. 2,29
Rendahnya asupan zat besi ke dalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat
besi dari makanan merupakan salah satu penyebab anemia. Rendahnya
kosumsi makanan pada remaja putri dikarenakan remaja putri sangat
memperhatikan bentuk tubuh (body image), sehingga sering dibatasi.
20

Konsumsi makanan yang kurang akan mempengaruhi status gizi seseorang.


Status gizi yang kurang baik pada remaja putri beresiko2 kali lebih besar untuk
terjadinyaanemia dibanding remaja putri dengan status gizi baik 2,24,29

4) Menstruasi
Anemia pada remaja putri disebabkan masa remaja sudah mengalami
menstruasi. Menstruasi adalah keadaan yang fisiologis, peristiwa pengeluaran
darah, lendir dan sisa – sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus
dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada
masa hamil dan laktasi. Pada umumnya, menstruasi akan berlangsung setiap 28
hari dan selama 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3 – 5 hari dengan jumlah
darah yang hilang sekitar 30 – 40cc.
Menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai sistem
tersendiri yaitu sistem hormonal aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial,
perubahan yang terjadi pada ovarium, perubahan yang terjadi pada uterus, dan
rangsangan estrogen dan progesterone langsung pada hipotalamus.2,6,10,13
21

Anda mungkin juga menyukai