Anda di halaman 1dari 34

PRINSIP KERJA AKI DAN ELEKTROLISIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kimia Dasar
Jurusan Teknologi Pangan

Oleh :
Nama : Tiara Intan Citaresmi
NRP : 103020047

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2010
AKUMULATOR

ACCU(mulator) atau sering disebut aki, adalah salah satu komponen utama

dalam kendaraan bermotor, baik mobil atau motor, semua memerlukan aki untuk

dapat menghidupkan mesin mobil (mencatu arus pada dinamo stater kendaraan).

Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Di pasaran saat ini

sangat beragam jumlah dan jenis aki yang dapat ditemui.

Gambar 1. Accu

Aki untuk mobil biasanya mempunyai tegangan sebesar 12 Volt, sedangkan

untuk motor ada tiga jenis yaitu, dengan tegangan 12 Volt, 9 volt dan ada juga

yang bertegangan 6 Volt. Selain itu juga dapat ditemukan pula aki yang khusus

untuk menyalakan tape atau radio dengan tegangan juga yang dapat diatur dengan

rentang 3, 6, 9, dan 12 Volt. Tentu saja aki jenis ini dapat dimuati kembali

(recharge) apabila muatannya telah berkurang atau habis.

Dikenal dua jenis elemen yang merupakan sumber arus searah (DC) dari

proses kimiawi, yaitu elemen primer dan elemen sekunder. Elemen primer terdiri

dan elemen basah dan elemen kering. Reaksi kimia pada elemen primer yang

menyebabkan elektron mengalir dari elektroda negatif (katoda) ke elektroda


positif (anoda) tidak dapat dibalik arahnya. Maka jika muatannya habis, maka

elemen primer tidak dapat dimuati kembali dan memerlukan penggantian bahan

pereaksinya (elemen kering). Sehingga dilihat dari sisi ekonomis elemen primer

dapat dikatakan cukup boros. Contoh elemen primer adalah batu baterai (dry

cells).

Allesandro Volta, seorang ilmuwan fisika mengetahui, gaya gerak listrik (ggl)

dapat dibangkitkan dua logam yang berbeda dan dipisahkan larutan elektrolit.

Volta mendapatkan pasangan logam tembaga (Cu) dan seng (Zn) dapat

membangkitkan ggl yang lebih besar dibandingkan pasangan logam lainnya

(kelak disebut elemen Volta).

Hal ini menjadi prinsip dasar bagi pembuatan dan penggunaan elemen

sekunder. Elemen sekunder harus diberi muatan terlebih dahulu sebelum

digunakan, yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik melaluinya (secara umum

dikenal dengan istilah 'disetrum'). Akan tetapi, tidak seperti elemen primer,

elemen sekunder dapat dimuati kembali berulang kali.

Elemen sekunder ini lebih dikenal dengan aki. Dalam sebuah aki berlangsung

proses elektrokimia yang reversibel (bolak-balik) dengan efisiensi yang tinggi.

Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel yaitu di dalam aki saat

dipakai berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik

(discharging). Sedangkan saat diisi atau dimuati, terjadi proses tenaga listrik

menjadi tenaga kimia (charging).


Jenis aki yang umum digunakan adalah accumulator timbal. Secara fisik aki

ini terdiri dari dua kumpulan pelat yang yang dimasukkan pada larutan asam

sulfat encer (H2S04). Larutan elektrolit itu ditempatkan pada wadah atau bejana

aki yang terbuat dari bahan ebonit atau gelas. Kedua belah pelat terbuat dari

timbal (Pb), dan ketika pertama kali dimuati maka akan terbentuk lapisan timbal

dioksida (Pb02) pada pelat positif.

Letak pelat positif dan negatif sangat berdekatan tetapi dibuat untuk tidak

saling menyentuh dengan adanya lapisan pemisah yang berfungsi sebagai isolator

(bahan penyekat). Proses kimia yang terjadi pada aki dapat dibagi menjadi dua

bagian penting, yaitu selama digunakan dan dimuati kembali atau 'disetrum'.

 Reaksi kimia

Pada saat aki digunakan, tiap molekul asam sulfat (H2S04) pecah menjadi

dua ion hidrogen yang bermuatan positif (2H+) dan ion sulfat yang bermuatan

negatif (S04-). Tiap ion S04 yang berada dekat lempeng Pb akan bersatu dengan

satu atom timbal murni (Pb) menjadi timbal sulfat (PbS04) sambil melepaskan

dua elektron. Sedang sepasang ion hidrogen tadi akan ditarik lempeng timbal

dioksida (PbO2), mengambil dua elektron dan bersatu dengan satu atom oksigen

membentuk molekul air (H2O).

Dari proses ini terjadi pengambilan elektron dari timbal dioksida (sehingga

menjadi positif) dan memberikan elektron itu pada timbal murni (sehingga

menjadi negatif), yang mengakibatkan adanya beda potensial listrik di antara dua
kutub tersebut. Proses tersebut terjadi secara simultan, reaksi secara kimia

dinyatakan sebagai berikut :

Pb02 + Pb + 2H2S04 -----> 2PbS04 + 2H20

Di atas ditunjukkan terbentuknya timbal sulfat selama penggunaan

(discharging). Keadaan ini akan mengurangi reaktivitas dari cairan elektrolit

karena asamnya menjadi lemah (encer), sehingga tahanan antara kutub sangat

lemah untuk pemakaian praktis.

Sementara proses kimia selama pengisian aki (charging) terjadi setelah aki

melemah (tidak dapat memasok arus listrik pada saat kendaraan hendak

dihidupkan). Kondisi aki dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan

memberikan arus listrik yang arahnya berlawanan dengan arus yang terjadi saat

discharging. Pada proses ini, tiap molekul air terurai dan tiap pasang ion hidrogen

yang dekat dengan lempeng negatif bersatu dengan ion S04 pada lempeng negatif

membentuk molekul asam sulfat. Sedangkan ion oksigen yang bebas bersatu

dengan tiap atom Pb pada lempeng positif membentuk Pb02. Reaksi kimia yang

terjadi adalah :

2PbS04 + 2H20 ----> PbO2 + Pb + 2H2S02

 Aki kendaraan

Besar ggl yang dihasilkan satu sel aki adalah 2 Volt. Sebuah aki mobil terdiri

dari enam buah aki yang disusun secara seri, sehingga ggl totalnya adalah 12 Volt.

Accu mencatu arus untuk menyalakan mesin (motor dan mobil dengan

menghidupkan dinamo stater) dan komponen listrik lain dalam mobil. Pada saat
mobil berjalan aki dimuati (diisi) kembali sebuah dinamo (disebut dinamo jalan)

yang dijalankan dari putaran mesin mobil atau motor.

Pada aki kendaraan bermotor arus yang terdapat di dalamnya dinamakan

dengan kapasitas aki yang disebut Ampere-Hour/AH (Ampere-jam). Contohnya

untuk aki dengan kapasitas arus 45 AH, maka aki tersebut dapat mencatu arus 45

Ampere selama 1 jam atau 1 Ampere selama 45 jam.

Penulis sempat melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik aki dan

hasilnya telah diseminarkan beberapa waktu yang lalu. Penelitian tersebut

dilakukan baik saat aki sedang di discharging maupun saat charging. Metodenya

adalah dengan mengukur tegangan jepit (Volt) antara kedua kutub dari aki yang

dibandingkan per satuan waktu (30 menit). Penelitian tersebut dilakukan untuk aki

12 Volt, 9 Volt dan 6 Volt (meliputi aki mobil dan motor).

Pengamatan ini dilakukan selama kurang lebih lima sampai enam jam untuk

tiap jenis aki, dan hasilnya antara tegangan jepit diplot terhadap perubahan waktu.

Ternyata aki yang kutubnya terbuat dari timbal dan timbal peroksida dan

dicelupkan dalam cairan asam sulfat (yang banyak dipakai) cukup baik hasilnya

dalam mempertahankan beda potensial. Karena itu kedua kutub aki timbal dan

timbal peroksida mampu mempertahankan perbedaan potensial antara kedua

kutub secara stabil, sekalipun arus yang melalui rangkaian cukup besar.
 Menghemat aki

Bila mana aki yang setelah kurang lebih satu tahun kita pakai mulai rewel alias

'zwak', ada beberapa tips yang dapat dicoba untuk lebih memperlama umur aki,

mengingat harganya cukup mahal.

1. Sebelum 'disetrum' ulang, buang seluruh cairan asam sulfat yang tersisa

dalam aki. Lalu dibilas dengan air murni sebanyak empat kali, dan isi

dengan cairan accu zuur. Setelah itu dapat 'disetrum'. Pada pemakaian

normal, aki dapat bertahan selama satu sampai tiga bulan.

2. Atau dapat juga setelah mobil atau motor diparkir, lepaskan salah satu

kabel pada kutub positif aki, sehingga pada aki tak ada arus yang benar-

benar mengalir. Dan sebaiknya jangan menyalakan perlengkapan yang

memerlukan arus (radio atau tape) saat mobil sedang tidak dijalankan.

3. Dan sebelum terjadi dua hal di atas, perawatan dan pengecekan terhadap

tinggi permukaan air aki harus diperhatikan. Dan selain itu juga massa

jenis air aki juga harus diukur dengan hidrometer secara berkala.

Bila ternyata ketiga cara di atas tidak maksimal, mungkin sudah saatnya kita perlu

membeli aki baru. Kita juga harus ingat, semua barang memiliki umur ekonomis,

artinya setelah jangka waktu tertentu digunakan, barang tersebut secara perlahan-

lahan akan berkurang kemampuannya dan rusak.


 Cara Kerja Aki

PERUBAHAN KIMIA SELAMA PENGISIAN DAN PEMAKAIAN

Gambar 2. Aki tampa pembungkus

Pada sebuah aki 12v biasanya terdapat 6 sel aki, setiap selnya menghasilkan

2,1 volt. Untuk menghasilkan 2,1volt di dapat dengan reaksi kimia. Pada saat

reaksi kimia terjadi maka akan dilepaskan panas, tegangan, dan juga air. Reaksi

kimia ini terjadi saat kita menggunakan aki untuk menghidupkan beban seperti

starter, lampu, klakson, tape dan lain-lain. Hebatnya aki ini proses kimia yang

terjadi dapat berbalik arah atau reversibel sehingga setelah aki digunakan dapat di

isi kembali dengan membalikkan proses di atas yaitu..dengan memberikan

tegangan kepada aki tersebut.

Secara lengkap Reaksi kimianya dapat dirumuskan seperti dibawah ini :


Pemakaian Pengisian

Kondisi Bermuatan Penuh Kondisi Terpakai Habis

Gambar 3. Prinsip Kerja Aki

Elektrolit
Pelat(+) Pelat(-) Pelat(+) Pelat(-)
2H2SO4 PEMAKAIAN Elektrolit
PB02 Pb PbSO4 PbSO4
+ Asam - + 2H2O +
Timbal Timbal Timbal Timbal
Sulfat dan PENGISIAN air
Peroksida berpori Sulfat Sulfat
Air

1. PERUBAHAN KIMIA PADA SAAT PELEPASAN MUATAN LISTRIK

Pada plat positif (+) terjadi reaksi antara PbO2 dengan Asam sulfur untuk

pembentukan Timbal sulfat. Dalam reaksi ini diperlukan muatan negative.

Sehingga pada plat ini yang tertinggal adalah muatan positif (+)

Pada plat negative (-) terjadi reaksi antara Pb dengan Asam sulfur untuk

pembentukan Timbal sulfat. Dalam reaksi ini diperlukan muatan Positif Sehingga

pada plat ini yang tertinggal adalah muatan negatif(-)

Aki memberikan aliran listrik jika dihubungkan dengan rangkaian luar

misalnya, lampu, radio dan lain-lain. Aliran listrik ini terjadi karena reaksi kimia

dari asam sulfat dengan kedua material aktif dari plat positif dan plat negatif. Pada
saat pelepasan muatan listrik terus menerus, elektrolit akan bertambah encer dan

reaksi kimia akan terus berlangsung sampai seluruh bahan aktif pada permukaan

plat positif dan negatif berubah menjadi timbal sulfat. Jika Aki tidak dapat lagi

memberi aliran listrik pada voltage tertentu, maka aki tersebut dalam keadaan

lemah arus (soak).

2. PERUBAHAN KIMIA PADA SAAT PENGISIAN MUATAN LISTRIK

Dengan adanya energy dari luar, maka timbal sulfat akan dipecahkan oleh

oksigen dari air yang terionisasi (H2O). Timbal peroxide mengendap pada plat

positif, Timbal mengendap pada plat negative.

Pada proses pengisian muatan listrik, kembali terjadi proses reaksi kimia yang

berlawanan dengan reaksi kimia pada saat pelepasan muatan. Timbal peroksida

terbentuk pada plat positif dan timbal berpori terbentuk pada plat negatif,

sedangkan berat jenis elektrolit akan naik, karena air digunakan untuk membentuk

asam sulfat. Aki kembali dalam kondisi bermuatan penuh.

PENURUNAN BERAT JENIS ACCU ZUUR

SELAMA PELEPASAN MUATAN LISTRIK

Berat jenis accu zuur akan turun sebanding dengan derajat pelepasan muatan,

jadi jumlah energi listrik yang ada dapat ditentukan dengan mengukur berat jenis

accu zuurnya, misalnya aki mempunyai berat jenis accu zuur 1.260 pada 20°C,

bermuatan listrik penuh, setelah melepaskan muatan listrik berat jenisnya 1.200

pada 20°C,maka Aki masih mempunyai energi listrik sebesar 70% . Berat jenis
accu zuur turun saat digunakan larutan electrolit berubah menjadi air sehingga

otomatis berat jenis larutan air accu turun.

Gambar 4. Grafik Perbandingan Aki dan B.J Accu Zuur

BERAT JENIS ACCU ZUUR TERGANTUNG DARI SUHU

Berat jenis accu zuur berubah tergantung dari temperaturnya, jadi pembacaan

berat jenis pada skala hidrometer kurang tepat sebelum dilakukan koreksi suhu.

Volume accu zuur bertambah jika dipanaskan dan turun jika dingin, sedang

beratnya tetap. Jika Volume bertambah sedang beratnya tetap maka berat jenis

akan turun. Berat jenis turun sebesar 0.0007 untuk kenaikan tiap derajat celcius

dalam suhu batas normal Aki. Standar berat jenis menurut perjanjian adalah untuk

suhu 20°C.

Macam-macam aki / battery

Meski ada puluhan merek aki, mau jenis basah sampai kategori bebas

perawatan, padahal fungsinya sama saja sebagai media penyimpan arus listrik.

Tinggal beda ragam dan kegunaannya.

1. BATERAI

Kalau ada istilah aki kering, mestinya baterai yang lebih pas karena sama
sekali tak ada cairan di dalamnya. Kategorinya, ada baterai sekali pakai

alias nggak bisa dicharge dan baterai yang bisa diisi ulang (rechargeable).

Dari segi bahan pun beragam. Dari paling kuno Nickel-Cadmium (Ni-Cd),

Nickel-Metal Hybride (Ni-Mh), Lithium Ion sampai tercanggih Lithium

Polymer. Biasanya dipakai untuk peralatan elektronik karena bisa dibikin

ringkas, makanya lazim diaplikasi di ponsel, kamera digital sampai laptop.

Belum lagi faktor pengisian (recharge) yang beda. Baterai Ni-Cd nggak

bisa diisi sebelum habis, kalau masih ada sisa arus listrik dan langsung

dicharge bakal merusak sel dalam baterai.

2. AKI BASAH

Media penyimpan arus ini paling popular. Meski rada kuno, tapi faktor

harga yang murah jadi alasan banyak di motor. "Lazim disebut baterai

basah karena di dalamnya diisi elektrolit asam sulfat yang akan bereaksi

dengan lempengan timah (Pb)," tambah Arip.

Ada dua jenis cairan, yang pertama botol merah atau asam sulfat yang

ngetop dipanggil air Zuur, ini dipakai untuk pengisian pertama kali. Jenis

kedua yaitu botol biru yang isinya air murni (aqua demineral) untuk

pengisian ulang.

3. AKI MF (MAINTENANCE FREE)


Generasi aki paling canggih karena nggak perlu ditambah cairan elektrolit

lagi. Pokoknya bebas perawatan deh. Mulai dikenal awam sejak dipakai di

Honda Karisma dan Kirana.

Aki MF bisa dibagi dua jenis, jenis tertutup tanpa lubang pengisian macam

GS GTZ5S bawaan Karisma yang sudah diisi langsung oleh produsennya.

Ada pula yang tipe terbuka, jadi konsumen harus memasukkan botol

pengisian ke rongga penyimpan.

Begitu cairan elektrolit sudah masuk, sampeyan harus memasang panel

penutup. Udah gitu doang, tinggal pakai! Yang pasti harga jual aki MF

bisa lebih mahal 40% dari aki basah.

Berarti aki MF masih ada airnya. Kalau kena panas, air penguapannya

ditampung dalam aki. Sehingga tidak kaluar. Begitu aki dingin, uap air

disirkulasikan kembali ke dalam ruang sel aki. Sehingga air aki terus

berputar.

4. AGAR AKI AWET

Aki, khususnya aki basah, alias accu atawa baterai di motor kayak jantung.

Terutama motor yang mengandalkan pengapian DC alias Direct Current.

Aki menyuplai arus ke semua bagian kelistrikan motor. Cara kerja aki

nggak langsung jos menyuplai arus. Tapi, butuh waktu supaya arus semua

terkirim ke komponen kelistrikan. “Kalau sesuai perputaran mesin, di rpm

tertentu arus dari aki baru ngisi maksimal.


5. AMPERE SESUAI KEBUTUHAN

Masih banyak yang nggak ngeh makna angka yang tertera di aki. Seperti

12V/3,5 Ah atau 12V/7 Ah. Itu adalah beban aki. Dimana aki memiliki

tegangan 12 volt, namun mampu menyuplai arus maksimal 3,5 atau 7

ampere dalam waktu 1 jam.

Menurut Saut, penentuan kode di aki sebenarnya sudah dihitung pabrikan

sesuai kebutuhan beban di motor. Dimana semua bisa dilihat dari jumlah

sel yang ada, lalu diimbangi dengan beban tersedia. Tentu saja semua

menganut perhitungan tegangan, arus dan daya yang dihasilkan.

Misalkan, diketahui aki memiliki tegangan 12 volt dengan tahanan beban

lampu utama yang didapat 6 ohm diukur pakai alat multitester. Kemudian

untuk mengetahui ampere-nya kita gunakan rumus I = V / r dimana

I = ampere, V = tegangan dan r = tahanan. Hasilnya, 12 / 6 = 2 ampere.

jika ingin mengetahui daya yang dihasilkan, tinggal gunakan rumus I x V

= daya (watt) lampu utama.

Prinsip Kerja AKI atau Accu

Saat baterai mengeluarkan arus

1. Oksigen (O) pada pelat positif terlepas karena bereaksi/bersenyawa/bergabung

dengan hidrogen (H) pada cairan elektrolit yang secara perlahan-lahan keduanya

bergabung/berubah menjadi air (H20).


2. Asam (SO4) pada cairan elektrolit bergabung dengan timah (Pb) di pelat positif

maupun pelat negatif sehigga menempel dikedua pelat tersebut.

Reaksi ini akan berlangsung terus sampai isi (tenaga baterai) habis alias dalam

keadaan discharge.

Pada saat baterai dalam keadaan discharge maka hampir semua asam melekat

pada pelat-pelat dalam sel sehingga cairan eletrolit konsentrasinya sangat rendah

dan hampir melulu hanya terdiri dari air (H2O), akibatnya berat jenis cairan

menurun menjadi sekitar 1,1 kg/dm3 dan ini mendekati berat jenis air yang 1

kg/dm3. Sedangkan baterai yang masih berkapasitas penuh berat jenisnya sekitar

1,285 kg/dm3. Nah, dengan perbedaan berat jenis inilah kapasitas isi baterai bisa

diketahui apakah masih penuh atau sudah berkurang yaitu dengan menggunakan

alat hidrometer. Hidrometer ini merupakan salah satu alat yang wajib ada di

bengkel aki (bengkel yang menyediakan jasa setrum/cas aki). Selain itu pada saat

baterai dalam keadaan discharge maka 85% cairan elektrolit terdiri dari air (H2O)

dimana air ini bisa membeku, bak baterai pecah dan pelat-pelat menjadi rusak.

Saat baterai menerima arus

Baterai yang menerima arus adalah baterai yang sedang disetrum/dicas alias

sedang diisi dengan cara dialirkan listrik DC, dimana kutup positif baterai

dihubungkan dengan arus listrik positif dan kutub negatif dihubungkan dengan

arus listrik negatif. Tegangan yang dialiri biasanya sama dengan tegangan total

yang dimiliki baterai, artinya baterai 12 V dialiri tegangan 12 V DC, baterai 6 V

dialiri tegangan 6 V DC, dan dua baterai 12 V yang dihubungkan secara seri
dialiri tegangan 24 V DC (baterai yang duhubungkan seri total tegangannya

adalah jumlah dari masing-maing tegangan baterai: Voltase1 + Voltase2 =

Voltasetotal). Hal ini bisa ditemukan di bengkel aki dimana ada beberapa baterai

yang duhubungkan secara seri dan semuanya disetrum sekaligus. Berapa kuat arus

(ampere) yang harus dialiri bergantung juga dari kapasitas yang dimiliki baterai

tersebut (penjelasan tentang ini bisa ditemukan di bagian bawah).

Konsekuensinya, proses penerimaan arus ini berlawanan dengan proses

pengeluaran arus, yaitu :1. Oksigen (O) dalam air (H2O) terlepas karena

bereaksi/bersenyawa/bergabung dengan timah (Pb) pada pelat positif dan secara

perlahan-lahan kembali menjadi oksida timah colat (PbO2).2. Asam (SO4) yang

menempel pada kedua pelat (pelat positif maupun negatif) terlepas dan bergabung

dengan hidrogen (H) pada air (H2O) di dalam cairan elektrolit dan kembali

terbentuk menjadi asam sulfat (H2SO4) sebagai cairan elektrolit. Akibatnya berat

jenis cairan elektrolit bertambah menjadi sekitar 1,285 (pada baterai yang terisi

penuh).
ELEKTROLISIS

a. Sel dan elektrolisis

Dalam sel, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia

yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Bila potensial

diberikan pada sel dalam arah kebalikan dengan arah potensial sel, reaksi sel yang

berkaitan dengan negatif potensial sel akan diinduksi. Dengan kata lain, reaksi

yang tidak berlangsung spontan kini diinduksi dengan energi listrik. Proses ini

disebut elektrolisis. Pengecasan baterai timbal adalah contoh elektrolisis.

Reaksi total sel Daniell adalah

Zn + Cu2+(aq) –> Zn2+(aq) + Cu (10.36)

Andaikan potensial lebih tinggi dari 1,1 V diberikan pada sel dengan arah

kebalikan dari potensial yang dihasilkan sel, reaksi sebaliknya akan berlangsung.

Jadi, zink akan mengendap dan tembaga akan mulai larut.

Zn2+(aq) + Cu –> Zn + Cu2+(aq) (10.37)

Gambar 10.6 menunjukkan representasi skematik reaksi kimia yang terjadi bila

potensial balik diberikan pada sel Daniell. Bandingkan dengan Gambar 10.2.
Gambar 10.6 Electrolisis. Reaksi kebalikan dengan yang terjadi pada sel Daniell

akan berlangsung. Zink mengendap sementara tembaga akan melarut.

b. Hukum elektrolisis Faraday

Di awal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang

mengalir dalam sel dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat elektrolisis.

Ia merangkumkan hasil pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833.

Hukum elektrolisis Faraday

1. Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus

listrik yang melalui sel.

2. Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang

berubah di elektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat. Misalnya,

kuantitas listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam

monovalen adalah 96 485 C(Coulomb) tidak bergantung pada jenis


logamnya.

C (Coulomb) adalah satuan muatan listrik, dan 1 C adalah muatan yang dihasilkan

bila arus 1 A (Ampere) mengalir selama 1 s. Tetapan fundamental listrik adalah

konstanta Faraday F, 9,65 x104 C, yang didefinisikan sebgai kuantitas listrik yang

dibawa oleh 1 mol elektron. Dimungkinkan untuk menghitung kuantitas mol

perubahan kimia yang disebabkan oleh aliran arus listrik yang tetap mengalir

untuk rentang waktu tertentu.

Contoh soal 10.7 hukum elektrolisis Faraday

Arus sebesar 0,200 A mengalir melalui potensiometer yang dihubungkan secara

seri selama 20 menit. Satu potensiometer memiliki elektrode Cu/CuSO4 dan

satunya adalah elektrode Pt/ H2SO4 encer. Anggap Ar Cu = 63,5. Tentukan

1. jumlah Cu yang mengendap di potensiometer pertama.

2. Volume hidrogen pada S. T. P. yang dihasilkan di potensiometer kedua.

Jawab

Jumlah muatan listrik yang lewat adalah 0,200 x 20 x 60 = 240, 0 C.

1. Reaksi yang terlibat adalah Cu2+ + 2e-–> Cu, maka massa (w) Cu yang

diendapkan adalah. w (g) = [63,5 (g mol-1)/2] x [240,0 (C)/96500(C mol-


1
)] = 0,079 g
2. Karena reaksinya 2H+ + 2e-–> H2, volume hidrogen yang dihasilkan v

(cm3) adalah.

v (cm3) = [22400 (cm3mol-1)/2] x [240,0(C)/96500(C mol-1)] = 27,85 cm3

c. Elektrolisis penting di industri

Elektrolisis yang pertama dicoba adalah elektrolisis air (1800). Davy segera

mengikuti dan dengan sukses mengisolasi logam alkali dan alkali tanah. Bahkan

hingga kini elektrolisis digunakan untuk menghasilkan berbagai logam.

Elektrolisis khususnya bermanfaat untuk produksi logam dengan kecenderungan

ionisasi tinggi (misalnya aluminum). Produksi aluminum di industri dengan

elektrolisis dicapai tahun 1886 secara independen oleh penemu Amerika Charles

Martin Hall (1863-1914) dan penemu Perancis Paul Louis Toussaint Héroult

(1863-1914) pada waktu yang sama. Sukses elektrolisis ini karena penggunaan

lelehan Na3AlF6 sebagai pelarut bijih (aluminum oksida; alumina Al2O3).

Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke

elektroda. Salah satu cara yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah

dengan menggunakan larutan dalam air. Namun, dalam kasus elektrolisis alumina,

larutan dalam air jelas tidak tepat sebab air lebih mudah direduksi daripada ion

aluminum sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.

Al3+ + 3e-–> Al potensial elektroda normal = -1,662 V (10.38)

2H2O +2e-–> H2 + 2OH- potensial elektroda normal = -0,828 V (10.39)


Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya Al2O3

meleleh pada suhu sangat tinggi 2050 °C, dan elektrolisis pada suhu setinggi ini

jelas tidak realistik. Namun, titik leleh campuran Al2O3 dan Na3AlF6 adalah

sekitar 1000 °C, dan suhu ini mudah dicapai. Prosedur detailnya adalah: bijih

aluminum, bauksit mengandung berbagai oksida logam sebagai pengotor. Bijih ini

diolah dengan alkali, dan hanya oksida aluminum yang amfoter yang larut. Bahan

yang tak larut disaring, dan karbon dioksida dialirkan ke filtratnya untuk

menghasilkan hidrolisis garamnya. Alumina akan diendapkan.

Al2O3(s) + 2OH-(aq)–> 2AlO2- (aq) + H2O(l) (10.40)

2CO2 + 2AlO2 -(aq) + (n+1)H2O(l) –> 2HCO3- (aq) + Al2O3·nH2O(s) (10.41)

Alumina yang didapatkan dicampur dengan Na3AlF6 dan kemudian garam

lelehnya dielektrolisis. Reaksi dalam sel elektrolisi rumit. Kemungkinan besar

awalnya alumina bereaksi dengan Na3AlF6 dan kemudian reaksi elektrolisis

berlangsung.

Al2O3 + 4AlF63-–> 3Al2OF62- + 6F- (10.42)

Reaksi elektrodanya adalah sebagai berikut.

Elektroda negatif: 2Al2OF62- + 12F- + C –> 4AlF63- + CO2 + 4e- (10.43)

Elektroda positif: AlF63- + 3e-–> Al + 6F- (10.44)

Reaksi total: 2Al2O3 + 3C –> 4Al + 3CO2 (10.45) Kemurnian aluminum yang

didapatkan dengan prosedur ini kira-kira 99,55 %. Aluminum digunakan dalam

kemurnian ini atau sebagai paduan dengan logam lain. Sifat aluminum sangat baik
dan, selain itu, harganya juga tidak terlalu mahal. Namun, harus diingat bahwa

produksi aluminum membutuhkan listrik dalam jumlah sangat besar.

10.1 Bilangan oksidasi

Tentukan bilangan oksidasi setiap unsur yang ditandai dengan hurugf tebal dalam

senyawa berikut.

(a) HBr (b) LiH (c) CCl4 (d) CO (e) ClO- (f) Cl2O7 (g) H2O2 (h) CrO3 (i) CrO42-

(j) Cr2O72-

10.1 Jawab

(a) +1 (b) -1 (c) +4 (d) +2 (e) +1 (f) +7 (g) -1 (h) +6 (i) +6 (j) +6

10.2 Reaksi oksidasi reduksi

Untuk tiap reaksi berikut, tentukan bilangan oksidasi atom berhuruf tebal.

Tentukan oksidan dan reduktan dan tentukan perubahan bilangan oksidasinya.

(a) PbO2 + 4H+ + Sn2+ –> Pb2+ + Sn4+ + 2H2O

(b) 5As2O3 + 4MnO4- + 12H+ –> 5As2O5 + 4Mn2+ + 6H2O

10.2 Jawab

(a) Pb: +4 –> +2 direduksi. Sn: +2 –> +4 dioksidasi

(b) As: +3 –> +5 dioksidasi. Mn: +7 –> +2 direduksi

10.3 Titrasi oksidasi reduksi

0,2756 g kawat besi dilarutkan dalam asam sedemikian sehingga Fe3+ direduksi

menjadi Fe2+. Larutan kemudian dititrasi dengan K2Cr2O7 0,0200 mol.dm-3 dan

diperlukan 40,8 cm3 larutan oksidan untuk mencapai titik akhir. Tentukan

kemurnian (%) besinya.


10.3 Jawab

99,5 %

10.4 Potensial sel

Tentukan potensial sel (pada 25°C) yang reaksi totalnya diberikan dalam

persamaan berikut. Manakah yang akan merupakan sel yang efektif?

1. Mg + 2H+ –> Mg2+ + H2

2. Cu2+ + 2Ag –> Cu + 2Ag+

3. 2Zn2+ + 4OH-–> 2Zn + O2 + 2H2O

10.4 Jawab

1. Mg –> Mg2+ +2e-, +2,37 V. 2H+ + 2e-–> H2, 0,00 V; potensial sel:

+2,37 V,efektif.

2. Cu2+ + 2e-–> Cu, 0,337 V. Ag–> Ag+ + e-, -0,799 V, potensial sel: -

0,46 V,tidak efektif.

3. Zn2+ + 2e-–> Zn, -0,763 V. 4OH-–> 4e- + O2 + 2H2O, -0.401 V

potensial sel: -1,16 V, tidak efektif.

10.5 Persamaan Nernst

Hitung potensial sel (pada 25°C) yang reaksi selnya diberikan di bawah ini.

Cd + Pb2+ –> Cd2+ + Pb

[Cd2+] = 0,010 mol dm-3; [Pb2+] = 0,100 mol dm-3

10.5 Jawab

0,30 V
10.6 Hukum Faraday

Bismut dihasilkan dengan elektrolisis bijih sesuai dengan persamaan berikut. 5,60

A arus listrik dialirkan selama 28,3 menit dalam larutan yang mengandung BiO+.

Hitung massa bismut yang didapatkan.

BiO+ + 2H+ + 3e- –> Bi + H2O

10.6 Jawab

6,86 g

Elektrosintesis, Metode Elektrokimia untuk Memproduksi Senyawa Kimia

Gambar 5. Elektrolisis

Selama ini kita hanya mendengar bahwa metode elektrokimia selalu

didayagunakan atau berkonotasi dengan kata pemurnian logam dan proses

penyepuhan/elektroplating (melindungi logam dari korosi). Ini termasuk juga

dengan pandangan penulis dan mungkin rekan-rekan lainnya selama ini. Sebuah

pandangan yang tidak sepenuhnya salah karena memang aplikasi utama dari

metode elektrokimia adalah untuk pemurnian logam dan elektroplating. Selain itu

di laboratorium pun, memang kita paling sering melakukan percobaan


elektrokimia terutama percobaan sel elektrolisis, sehingga memang klop rasanya

jika kita menyandarkan kata elektrokimia dengan elektroplating dan pemurnian

logam.

Sesuai dengan namanya, metode elektrokimia adalah metode yang didasarkan

pada reaksi redoks, yakni gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang

berlangsung pada elektroda yang sama/berbeda dalam suatu sistim elektrokimia.

Sistem elektrokimia meliputi sel elektrokimia dan reaksi elektrokimia. Sel

elektrokimia yang menghasilkan listrik karena terjadinya reaksi spontan di

dalamnya di sebut sel galvani. Sedangkan sel elektrokimia di mana reaksi tak-

spontan terjadi di dalamnya di sebut sel elektrolisis. Peralatan dasar dari sel

elektrokimia adalah dua elektroda -umumnya konduktor logam- yang dicelupkan

ke dalam elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan maupun cairan) dan

sumber arus. Karena didasarkan pada reaksi redoks, pereaksi utama yang berperan

dalam metode ini adalah elektron yang di pasok dari suatu sumber listrik. Sesuai

dengan reaksi yang berlangsung, elektroda dalam suatu sistem elektrokimia dapat

dibedakan menjadi katoda, yakni elektroda di mana reaksi reduksi (reaksi katodik)

berlangsung dan anoda di mana reaksi oksidasi (reaksi anodik) berlangsung.

Aplikasi metode elektrokimia untuk lingkungan dan laboratorium pada

umumnya didasarkan pada proses elektrolisis, yakni terjadinya reaksi kimia dalam

suatu sistem elektrokimia akibat pemberian arus listrik dari suatu sumber luar.

Proses ini merupakan kebalikan dari proses Galvani, di mana reaksi kimia yang

berlangsung dalam suatu sistem elektrokimia dimanfaatkan untuk menghasilkan


arus listrik, misalnya dalam sel bahan bakar (fuel-cell). Aplikasi lainnya dari

metode elektrokimia selain pemurnian logam dan elektroplating adalah

elektroanalitik, elektrokoagulasi, elektrokatalis, elektrodialisis dan elektrorefining.

Sedangkan aplikasi lain yang tidak kalah pentingnya dari metode elektrokimia dan

sekarang sedang marak dikembangkan oleh para peneliti adalah elektrosintesis.

Teknik/metode elektrosintesis adalah suatu cara untuk mensintesis/membuat dan

atau memproduksi suatu bahan yang didasarkan pada teknik elektrokimia. Pada

metode ini terjadi perubahan unsur/senyawa kimia menjadi senyawa yang sesuai

dengan yang diinginkan. Penggunaan metode ini oleh para peneliti dalam

mensintesis bahan didasarkan oleh berbagai keuntungan yang ditawarkan seperti

peralatan yang diperlukan sangat sederhana, yakni terdiri dari dua/tiga batang

elektroda yang dihubungkan dengan sumber arus listrik, potensial elektroda dan

rapat arusnya dapat diatur sehingga selektivitas dan kecepatan reaksinya dapat

ditempatkan pada batas-batas yang diinginkan melalui pengaturan besarnya

potensial listrik serta tingkat polusi sangat rendah dan mudah dikontrol. Dari

keuntungan yang ditawarkan menyebabkan teknik elektrosintesis lebih

menguntungkan dibandingkan metode sintesis secara konvensional, yang sangat

dipengaruhi oleh tekanan, suhu, katalis dan konsentrasi. Selain itu proses

elektrosintesis juga dimungkinkan untuk dilakukan pada tekanan atmosfer dan

pada suhu antara 100-900oC terutama untuk sintesis senyawa organik, sehingga

memungkinkan penggunaan materi yang murah.

Prinsip Elektrosintesis
Prinsip dari metode elektrosintesis didasarkan pada penerapan teori-teori

elektrokimia biasa sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Baik teknik

elektrosintesis maupun metode sintesis secara konvensional, mempunyai variabel-

variabel yang sama seperti suhu, pelarut, pH, konsentrasi reaktan, metode

pencampuran dan waktu. Akan tetapi perbedaannya, jika di elektrosintesis

mempunyai variabel tambahan yakni variabel listrik dan fisik seperti elektroda,

jenis elektrolit, lapisan listrik ganda, materi/jenis elektroda, jenis sel elektrolisis

yang digunakan, media elektrolisis dan derajat pengadukan.

Pada dasarnya semua jenis sel elektrolisis termasuk elektrosintesis selalu

berlaku hukum Faraday yakni:

 Jumlah perubahan kimia yang terjadi dalam sel elektrolisis, sebanding

dengan muatan listrik yang dilewatkan di dalam sel tersebut

 Jumlah muatan listrik sebanyak 96.500 coulomb akan menyebabkan

perubahan suatu senyawa sebanyak 1,0 gramekivalen (grek)

Sebelum melaksanakan elektrosintesis, sangatlah penting untuk memahami

reaksi yang terjadi pada elektroda. Di dalam sel elektrolisis akan terjadi perubahan

kimia pada daerah sekitar elektroda, karena adanya aliran listrik. Jika tidak terjadi

reaksi kimia, maka elektroda hanya akan terpolarisasi, akibat potensial listrik yang

diberikan. Reaksi kimia hanya akan terjadi apabila ada perpindahan elektron dari

larutan menuju ke elektroda (proses oksidasi), sedangkan pada katoda akan terjadi

aliran elektron dari katoda menuju ke larutan (proses reduksi). Proses perpindahan

elektron dibedakan atas perpindahan elektron primer, artinya materi pokok


bereaksi secara langsung pada permukaan elektroda, sedangkan pada perpindahan

elektron secara sekunder, elektron akan bereaksi dengan elektrolit penunjang,

sehingga akan dihasilkan suatu reaktan antara (intermediate reactan), yang akan

bereaksi lebih lanjut dengan materi pokok di dalam larutan. Reaktan antara ini

dapat dihasilkan secara internal maupun eksternal:

Perpindahan elektron secara primer : O + ne → P

Perpindahan elektron secara sekunder : X + ne → I, O + I → P

Perlu diketahui juga dalam mengelektrosintesis terutama sintesis senyawa

organik bahwa reaksi pada elektroda dapat saja berubah bila kondisi berubah.

Salah satu parameter yang penting untuk memahami reaksi yang terjadi adalah

dengan mengetahui potensial elektrolisis untuk reaksi oksidasi dan reduksi. Tabel

1 dan 2 berikut ini memperlihatkan potensial reduksi dan oksidasi beberapa

senyawa organik:

Senyawa E1/2 Senyawa E1/2

(Volt) (Volt)

Phenacyl Bromide - 0.16 Anthracene 1.20

Kloroform - 1.67 Phenantherene 1.68

Methylen Klorida - 2.33 Napthalene 1.72

Benzoquinon + 0.44 Phenol 1.35

Benzoquinon - 0.40 Anisol 1.67


Mesityl oxide - 1.6 Thioanisol 1.82

Camphor Anil - 2.6 Bitropyl 1.29

Benzalanin - 1.83 Tropylidiine 1.39

Anthracene - 1.94 Thiopene 1.91

Phenantherene - 2.46 Tabel. 2 Potensial oksidasi

senyawa organik
Napthalene - 2.47

Tabel . 1 Potensial reduksi

senyawa organik

Sumber: Buchori 2003

Pengaturan potensial juga amat penting dilakukan terutama bila reaksi

melibatkan molekul bergugus fungsi banyak (kompleks polyfunctional molecule).

Sebagai contoh reaksi reduksi kromida aromatik pada kondisi katon dan alkil

klorida tidak aktif dan alpha-kromoketon yang lebih mudah tereduksi dari pada

arilkromida. Reaksi reduksi selektif ini dapat diramalkan berjalan sesuai dengan

arah yang diinginkan melalui pengaturan potensial. Pengaturan potensial juga

berguna untuk suatu reaksi transformasi pembuatan suatu senyawa organik yang

melibatkan iodikal, karbanion ataupun korbonium, yang secara kimia biasa tidak

dapat dilakukan ternyata dapat dilaksanakan secara elektrokimia.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa sebenarnya

dasar dari terjadinya reaksi elektrosintesis adalah :


1. Pemutusan ikatan tunggal

Beberapa jenis ikatan tunggal yang elektroaktif antara lain : alkil halida,

ikatan karbon-oksigen, ikatan karbon-nitrogen, ikatan karbon-belerang,

ikatan karbon-fosfor dan ikatan oksigen-oksigen.

2. Reduksi Ikatan rangkap (rangkap dua dan rangkap tiga)

Beberapa kelompok ikatan rangkap yang elektroaktif, antara lain gugusan

karbonil (aldehida, keton, karboksilat dan turunannya), ikatan ganda

karbon nitrogen (Irium, turunan karbonil lainnya), gugus nitro (senyawa

nitro aromatik, nitro alifatik), ikatan rangkap lainnya (senyawa azo dan

nitrozo, diazo dan diazinum).

Aplikasi Metode Elektrosintesis

Dari beberapa contoh hasil penelitian yang penulis peroleh, metode

elektrosintesis telah banyak dimanfaatkan oleh para peneliti dalam mensintesis

senyawa organik (elektrosintesis organik) dan elektrosintesis bahan konduktor

organik serta yang tak kalah bergengsinya dan sedang dikembangkan saat ini

adalah pemanfaatan polutan menjadi senyawa yang bermanfaat melalui metode

elektrosintesis. Aplikasi di luar yang penulis ketahui sebagaimana tersebut di atas

mungkin telah sangat jauh berkembang karena memang sifat ilmu pengetahuan

yang dinamis dan selalu berkembang seiring waktu.

Untuk sintesis bahan organik, didasarkan pada reaksi penggabungan,

substitusi, siklisasi dan reaksi eliminasi yang diikuti pengaturan kembali secara

elektrokimia. Ini berbeda dengan metode secara konvensional yang memakai


dasar reduksi aldehid, oksidasi alkohol, reduksi senyawa nitro dan oksidasi

senyawa sulfur. Kesulitan yang timbul selama elektrosintesis organik yakni

apabila zat antara yang diinginkan memiliki kestabilan yang rendah, cara

mengatasinya adalah dengan menyediakan zat perangkap (trapping agent) di

dalam larutan dengan syarat zat perangkap ini tidak bereaksi dengan zat

elektroaktif dan tidak mengalami elektrolisis.

Berikut adalah contoh gambar rangkaian sel elektrolisis dengan menggunakan dua

buah elektroda untuk sintesis senyawa organik:

Gambar 7. Rangkaian Sel Elektrolisis

Beberapa contoh dari elektrosintesis organik adalah pembuatan chiral drug

untuk industri farmasi (Weinberg, 1997), sintesis p-aminofenol melalui reduksi

nitrobenzena secara elektrolisis (Suwarso., et al, 2003), pembuatan soda (NaOH)

dan asam sulfat (H2SO4) dari Na2SO4 melalui proses splitting electrochemistry

(Genders., et al, 1995), reduksi senyawa Triphenylbiomoethylene menjadi

Triphenilethylene dan Triphenylethane (Miller, 1968) serta ratusan senyawa


organik lainnya yang telah berhasil dibuat untuk keperluan bahan baku obat

(Buchari, 2003). Untuk skala perusahaan/pabrik telah dilakukan oleh Perusahan

Monsanto (Kanada) dengan memproduksi adiponitril (bahan dasar nylon 6,6) dan

produksi fluorokarbon oleh Perusahaan Philips (Belanda).

Sedangkan metode elektrosintesis bahan konduktor organik telah dilakukan

oleh para peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Bahan (P3IB) Batan

Indonesia yakni polipirol dan polialanin, pembuatan lapisan tipis superkonduktor

YBCO-123 dan Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O serta pengkajian pembuatan prekursor

superkonduktor YBCO-123.Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O, Ti-Sr-Ca-Cu-O dan lain-lain yang

didasarkan pada elektrodeposisi unsur-unsur penyusun superkonduktor tersebut.

Penanggulangan masalah polutan dalam arti pemisahan polutan dari

lingkungan mungkin telah sering kita dengar, tetapi metode atau aspek lain

pemanfaatan polutan menjadi senyawa yang bermanfaat mungkin hal baru bagi

sebagian orang (terutama non kimia). Untuk tujuan ini, elektrosintesis merupakan

metode yang paling banyak mendapat perhatian dan sedang giat dikembangkan

oleh para ahli lingkungan dewasa ini. Polutan yang paling banyak diteliti dalam

perspektif elektrosintesis adalah karbondioksida. Karbon dioksida mendapat

perhatian khusus karena polutan ini merupakan gas buangan paling banyak yang

ditemukan dan dampaknya yang sudah dikenal secara luas terhadap atmosfir

bumi, terutama terjadinya efek rumah kaca. Penelitian untuk pemanfaatan

karbondioksida yang sedang dilakukan dewasa ini adalah pengubahan polutan ini

menjadi metana, yang telah dikenal luas sebagai bahan bakar ramah lingkungan.
Meskipun baru dalam tahap pengembangan, hasil percobaan oleh Kaneco., et al

(2002) telah menunjukkan tingkat konversi karbon dioksida menjadi metana

hingga sekitar 45%. Di samping metana, hasil lain dari elektrosintesis dengan

bahan baku karbondioksida yang telah diidentifikasi adalah asetilena dan metanol,

yang juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Meskipun jumlah polutan yang

diteliti masih terbatas, hasil yang dicapai dengan elektrosintesis ini mempunyai

makna lain, yakni tidak tertutup kemungkinan bahwa polutan lain baik yang

terdapat dalam limbah cair, padat dan gas untuk dapat dimanfaatkan menjadi

senyawa yang bermanfaat dengan penggunaan metode yang sama.

Hasil-hasil penelitian tentang aplikasi teknik/metode elektrosintesis seperti

disajikan dalam tulisan ini hanya sebagian kecil dari penelitian yang telah

dilakukan di berbagai negara termasuk Indonesia. Cakupan aplikasi yang sangat

luas merupakan keuntungan yang membuat elektrosintesis oleh para peneliti

dianggap sebagai salah satu teknologi masa depan bagi sintesis organik dan

penanggulangan permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan polutan. Dalam

konteks ini yang dimaksud dengan para peneliti, tidak hanya dosen ataupun

peneliti di institusi penelitian yang telah memiliki gelar S.Si, MSc, Dr, Ph.D

ataupun Profesor tetapi juga para mahasiswa yang belum bergelar yang tertarik

menjadikan elektrosintesis sebagai bahan skripsi ataupun studi riset biasa semisal

untuk bahan karya tulis.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2011), Accu, http://id.wikipedia.org, Accessed : 6 Januari 2011.

Anonim, (2011), Prinsip Kerja Aki, http://id.ismailkarim86.wodpress.com,


Accessed : 6 Januari 2011.

Anonim, (2011), Cara Kerja Aki, http://tangomotor.110mb.com/artikel,


Accessed : 6 Januari 2011.

Anonim, (2011), Elektolisis, http://id.wikipedia.org, Accessed : 6 Januari 2011.

Anonim, (2011), Macam-Macam Elektrolisis, http://id.wikipedia.org, Accessed :


6 Januari 2011.

Anda mungkin juga menyukai