Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak
tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering
terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi,
di samping ketidak tersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam
menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta
penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa
pascapersalinan. Oleh karena itu, pelayanan pascapersalianan harus terselenggara pada masa nifas
atau puerperium untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,
deteksi dini pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta pelayanan pemberian
ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Infeksi Nifas?
2. Bagaimana Etiologi Infeksi Nifas?
3. Bagaimana Patofisiologi Infeksi Nifas?
4. Bagaimana Cara Terjadinya Infeksi?
5. Bagaimana Faktor Predisposisi Infeksi Nifas?
6. Bagaiamana Tanda dan Gejala Infeksi Nifas?
7. Bagaimana Klasifikasi Infeksi Nifas?
8. Bagiamana Pencegahan Infeksi Nifas?
9. Bagiamana Pengobatan Infeksi Nifas?
10. Bagaimana Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas?

1
1.3. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Infeksi Nifas
2. Mengetahui Etiologi Infeksi Nifas
3. Mengetahui Patofisiologi Infeksi Nifas
4. Mengetahui cara terjadinya infeksi
5. Mengetahui Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
6. Mengetahui Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
7. Mengetahui Klasifikasi Infeksi Nifas
8. Mengetahui Pencegahan Infeksi Nifas
9. Mengetahui Pengobatan Infeksi Nifas
10. Mengetahui Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infeksi Nifas


Infeksi Nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam
organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai
dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committee on Maternal Welfare,
AS).

2.2 Etiologi Infeksi Nifas


Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun
kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ
kandungan terbagi menjadi:

1. Ektogen (kuman datang dari luar)


2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri.

Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:

1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic


2. Staphylococcus Aerus
3. Escheria Coli
4. Clostridium Welchii

3
 Streptococcus Haemolyticus Aerobic

Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat.


Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong,
infeksi tenggorokan orang lain).

 Staphylococcus Aerus

Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang.
Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat.

 Escheria Coli

Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat menyebabkan
infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari
infeksi traktus urinarius.

 Clostridium Welchii

Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.

2.3 Patofisiologi Infeksi Nifas

Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio
(pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4 cm, permukaan
tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi oleh trombus. Selain itu, kuman
dapat masuk melalui servik, vulva, vagina dan perineum.

2.4 Cara Terjadi Infeksi


Infeksi nifas dapat terjadi karena:

1. Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-ulang.


2. Alat-alat tidak steril/ suci hama.
3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.
4. Infeksi nosokomial rumah sakit.
5. Infeksi intrapartum.
6. Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.

4
2.5 Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain:

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan banyak, pre
eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain (pneumonia, penyakit jantung, dsb).
2. Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan ketuban pecah dini,
korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan infeksi yang kurang baik dan
manipulasi yang berlebihan.
3. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
5. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.

2.6 Tanda dan Gejala Infeksi Nifas


Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi,
warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:

1. Infeksi lokal
2. Infeksi umum

Infeksi lokal

Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas
terbatas, suhu badan meningkat.
Infeksi umum

Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan
meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri,
lokia berbau, bernanah dan kotor.

2.7 Klasifikasi Infeksi Nifas


Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.


2. Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).

5
3. Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
4. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium.

1. Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium

Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium meliputi:

1. Vulvitis
2. Vaginitis
3. Servisitis
4. Endometritis

1. Vulvitis

Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan
episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka
yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
2. Vaginitis

Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi
secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.
3. Servisitis

Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka
serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan
infeksi yang menjalar ke parametrium.
4. Endometritis

Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik
turun. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu
singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah
berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.

6
2. Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah Septikemia, Piemia dan
Tromboflebitis pelvica. Infeksi ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman patogen
Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari
semua kematian karena infeksi nifas.
1. Septikemia

Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk ke dalam
peredaran darah dan menyebabkan infeksi. Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain:
kelihatan sudah sakit dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160
x per menit atau lebih; suhu meningkat antara 39-40 derajat Celcius; tekanan darah turun, keadaan
umum memburuk; sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
2. Piemia

Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas menjadi
embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada
organ-organ yang diserangnya.
Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit pada daerah tromboflebitis, setelah ada penyebaran
trombus terjadi gejala umum diatas; hasil laboratorium menunjukkan leukositosis; lokia berbau,
bernanah, involusi jelek.
3. Tromboflebitis

Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis femoralis.
Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan
darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis dapat
menjadi tromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran
tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan
aliran darah lambat pada lipat paha karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar fibrinogen
meningkat pada masa nifas.

7
3. Infeksi nifas yang penyebaran melalui jalan limfe

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis dan
parametritis (Sellulitis Pelvika)
1. Peritonitis

Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala klinik antara lain: demam,
nyeri perut bawah, keadaan umum baik. Sedangkan peritonitis umum gejalanya: suhu meningkat,
nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, terdapat abses pada cavum douglas, defense
musculair, fasies hypocratica. Peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh
kamatian karena infeksi.
2. Parametritis (sellulitis pelvika)

Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saaat dilakukan periksa dalam, demam tinggi menetap,
nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang
dapat teraba selama periksa dalam. Infiltrat terkadang menjadi abses.
4. Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium

Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah salfingitis dan
ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan pelvio peritonitis.

2.8 Pencegahan Infeksi Nifas

Infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga
pencegahannya berbeda.
a. Selama kehamilan

Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:

1. Perbaikan gizi.
2. Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.

8
b. Selama persalinan

Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:

1. Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.


2. Membatasi perlukaan jalan lahir.
3. Mencegah perdarahan banyak.
4. Menghindari persalinan lama.
5. Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.

c. Selama nifas

Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:

1. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.


2. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
3. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur
dengan ibu nifas yang sehat.
4. Membatasi tamu yang berkunjung.
5. Mobilisasi dini.

2.9 Pengobatan Infeksi Nifas


Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:

1. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan darah,
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang
mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi
yang dijumpai.

9
2.10 Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:

1. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr,


sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian
peroral.
2. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G 500.000
satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr
peroral.
3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Luka-luka pascapersalinan harus dirawat dengan baik. Menjaga kebersihan pada bekas luka
mutlak dilakukan. Alat-alat, pakaian, dan kain yang dikenakan ibu harus benar-benar dijaga
kebersihannya. Hal lain yang juga harus diwaspadai selama masa nifas selain infeksi adalah
terjadinya anemia. Bila ibu mengalami perdarahan yang sangat banyak, atau sudah terjadi anemia
selama masa kehamilan, hal ini dikhawatirkan akan memengaruhi proses kontraksi pada rahim
untuk kembali seperti semula. Ini terjadi karena darah tak cukup memberikan oksigen ke rahim.
Bila anemia hanya ringan, maka untuk mengatasinya cukup dengan mengonsumsi makanan kaya
zat besi. Namun bila kondisinya sangat parah, dokter akan melakukan transfusi darah.

3.2 Saran
Supaya tidak terjadi infeksi pada masa nifas, saat hamil cegah jangan sampai terjadi anemia,
malnutrisi, serta munculnya penyakit-penyakit yang diderita ibu. Sebaiknya juga tidak melakukan,
mengurangi, atau melakukan dengan hati-hati hubungan seksual saat hamil tua karena bisa
menyebabkan pecahnya ketuban dan menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi ke dalam jalan
lahir.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia.


Khaidir, M. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Infeksi Nifas.

12

Anda mungkin juga menyukai