FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
Skenario
Ny. A usia 50 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak napas berat dirasakan
sejak 1 hari terakhir. Sesak memberat bila pasien terlentang dan lebih nyaman
dengan posisi duduk. Keluhan makin berat bila pasien bergerak ataupun
beraktivitas. Tekanan darah saat masuk 160/100 mmHg, pernapasan 40x/menit,
saO2 90%.
Kata Sulit
Kata Kunci
Pertanyaan:
1. Jelaskan defenisi sesak dan perbedaan gejala sesak pada penyakit kardio
dan penyakit non-kardio!
2. Jelaskan patomekanisme sesak dari pasien kardio!
3. Jelaskan etiologi sesak nafas dan faktor yang memperberat keluhan sesak!
4. Sebutkan jenis-jenis penyakit yang menyebabkan sesak nafas!
5. Bagaimana penatalaksanaan awal pasien berdasarkan skenario?
6. Bagaimana langkah-langkah diagnosis berdasarkan skenario?
7. Sebutkan diagnosis banding berdasarkan gejala pada skenario!
Jawaban Pertanyaan
1. Definisi sesak dan perbedaan antara gejala sesak pada pasien kardio dan
non-kardio:
Definisi
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas
yang pendek danpenggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan
pada penyakit kardiovaskular, emboliparu, penyakit paru interstisial atau
alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis,
asma), kecemasan.1
Pada sebagian besar pasien dispnea terbukti klinis adanya penyakit jantung
atau pada paru.. Seperti halnya dispnea kardiak, PPOK juga dapat
terbangun di malam hari karena sesak napas, tetapi gejala ini biasanya
disertai dengan produksi sputum dan gejala dispnea akan mereda setelah
pasien berhasil mengeluarkan sputumnya.1,4
Pada pasien dengan etiologi dispnea yang tidak jelas, sebaiknya dilakukan
tes faal paru karena tes ini dapat membantu menentukan apakah dispnea
tersebut ditimbulkan oleh penyakit jantung, penyakit paru, kelainan
dinding dada ataukah oleh kecemasan. Pengukuran fraksi ejeksi pada saat
istirahat dan sewaktu melakukan latihan jasmani melalui pemeriksaan
ekokardiografi atau radionukletida ventrikulography amat membantu
dalam menentukan etiologi. Fraksi ejeksi ventrikel kiri akan menurun pada
gagal ventrikel kiri, sedangkan pada penyakit paru yang berat fraksi ejeksi
ventrikel kanan dapat rendah pada saat istirahat atau menurun sewaktu
melakukan latihan jasmani. Pada dispnea akibat cemas atau malingering,
kedua fraksi ejeksi tersebut normal saat istirahat dan sewaktu melakukan
latihan jasmani. Observasi yang cermat selama tes treadmill membantu
mengidentifikasi pasien cemas dan malingering. Pada kedua keadaan ini,
pasien biasanya mengeluh sesak napas, tetapi tampak bernapas irregular
atau tanpa tenaga.1
Pemeriksaan jantung paru meliputi penilaian kapasitas fungsional
maksimal exercise pasien saat dilakukan pengukuran elektrokardiogram,
tekanan darah, konsumsi oksigen, saturasi arteri (oksimetri), dan ventilasi,
membantu dalam membedakan dispnea kardiak dan pulmonal.1
Dyspnea mengacu pada sensasi sulit bernapas atau tidak nyaman dalam
bernafas. Hal tersebut merupakan pengalaman subyektif yang dirasakan
dan dilaporkan oleh pasien yang terkena. Dyspnea harus dibedakan dari
takipnea, hiperventilasi, dan hiperpnea, yang merujuk pada variasi
pernapasan terlepas dari sensasi subyektif pasien. Takipnea adalah
peningkatan laju pernafasan di atas normal; hiperventilasi merupakan
peningkatan ventilasi relatif terhadap kebutuhan metabolisme, dan
hiperpnea adalah peningkatan yang tidak seimbang dalam ventilasi relatif
terhadap peningkatan tingkat metabolisme. Kondisi ini mungkin tidak
selalu berkaitan dengan dyspnea.16
Dua jenis yang tidak umum dari sesak napas yang trepopnea dan
platypnea. Trepopnea adalah dyspnea yang terjadi dalam satu posisi
dekubitus lateral dibandingkan dengan yang lain. Platypnea mengacu pada
sesak napas yang terjadi dalam posisi tegak dan lega pada posis berbaring.
Sesak nafas atau dyspnea biasanya merupakan keluhan paling awal dan
signifikan pada pasien dengan keluhan gagal jantung kiri. Juga, seringkali
disertai dengan batuk karena ada transudat cairan ke dalam rongga udara.
Kerusakan yang lebih lanjut dapat menyebabkan pasien mengalami
dyspnea saat berbaring yang juga disebut orthopnea. Hal tersebut dapat
terjadi karena terjadi peningkatan pengembalian darah vena dari
ekstremitas bawah dan elevasi diafragma saat berada dalam posisi
supinasi. Karena itu juga, pasien akan merasa lebih baik saat duduk
maupun berdiri atau dengan mengganjal bagian atas tubuh dengan bantal
yang tinggi sehingga rongga dada cenderung naik ke atas. Pasien dapat
pula mengalami paroxymal nocturnal dyspnea (PND), berupa tiba-tiba
terbangun saat sedang tidur karena tidak bisa bernafas.19,20
Pada gagal ventrikel kiri awal, output jantung tidak meningkat dengan
cukup sebagai respon terhadap olahraga ringan sedang sehingga asidosis
jaringan dan otak terjadi, dan pasien mengalami dyspnea on exertion.
Sesak napas dapat disertai dengan kelelahan atau sensasi mencekik atau
kompresi sternum. Pada tahap selanjutnya dari kegagalan ventrikel kiri,
sirkulasi paru-paru tetap mengalami kongesti, dan dispnea dapat terjadi
dengan tenaga yang lebih ringan.
Pada emfisema, sesak nafas juga merupakan tanda pertama dari gejalanya.
Emfisema merupakan penyakit sumbatan jalan nafas kronik yang ditandai
dengan pembesaran permanen pada jalan nafas bagian distal ke terminal
bronkiolus. Awalnya tampak diam-diam tetapi progresif. Pada pasien
yang memang memiliki bronkitis atau asma bronkitis kronik, batuk dan
mengi mungkin menjadi penanda awal. Gambaran klasik pada pasien yang
tidak memiliki komponen bronkitis adalah mengalami barrel-chest dan
dispnea dengan expirasi yang lebih lama, duduk ke depan pada posisi
membungkuk, berusaha menekan udara keluar paru-paru dengan usaha
bernapas. Pada pasien tersebut, rongga udaranya membesar dan kapasitas
difusinya turun. Dispnea dan hiperventilasi sangat mencolok sehingga
sampai penyakit tahap akhir, pertukaran gas masih adekuat dan nilai gas
darah masih relatif normal.
Pasien emfisema lain yang ekstrem serta memiliki bronkitis kronik dan
riwayat infeksi berulang dengan sputum purulen biasanya memiliki
dyspnea yang kurang mencolok serta dorongan nafas. Hal tersebut
menyebabkan mereka akan menahan karbon dioksida sehingga hipoksia
dan seringkali sianosis.19
3. Etiologi sesak:
5. Penatalaksanaan awal:
Terapi awal yang dimaksud adalah Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin
(disingkat MONA), yang tidak harus diberikan semua atau bersamaan.10
a. Tirah baring (Kelas I-C)
b. Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan
saturasi O2 arteri <95% atau yang mengalami distres respirasi
(Kelas I-C)
c. Suplemen oksigen dapat diberikan pada pasien dalam 6 jam
pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi O2 arteri (Kelas IIa-C)
d. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak
diketahui intoleransinya terhadap aspirin (Kelas I-A). Aspirin tidak
bersalut lebih terpilih mengingat absorpsi sublingual (di bawah
lidah) yang lebih cepat (Kelas I-C)
e. Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
1. Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 2 x 90 mg/hari kecuali
pada pasien STEMI yang direncanakan untuk reperfusi
menggunakan agen fibrinolitik (Kelas I-B) atau
2. Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan 75 mg/hari (pada pasien yang direncanakan
untuk terapi reperfusi menggunakan agen fibrinolitik,
penghambat reseptor ADP yang dianjurkan adalah clopidogrel)
(Kelas I-C).
f. Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan
nyeri dada yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat
(Kelas I-C). jika nyeri dada tidak hilang dengan satu kali
pemberian, dapat diulang setiap lima menit sampai maksimal tiga
kali. Nitrogliserin intravena diberikan pada pasien yang tidak
responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual (kelas I-C).
dalam keadaan tidak tersedia NTG, isosorbid dinitrat (ISDN) dapat
dipakai sebagai pengganti
g. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit,
bagi pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG
sublingual (kelas IIa-B)
6. Langkah-langkah diagnosis:
Anamnesis15
1. Menanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan
2. Menanyakan keluhan utama (sesak nafas) dan menggali riwayat
penyakit sekarang.
3. Tanyakan :
a. Menanyakan keluhan utama sesak nafas
b. Menanyakan onset
c. Menanyakan faktor pencetus, psikogenik, fisik
d. Menanyakan faktor yang memperberat ( berjalan, naik tangga,
mengangkat barang, mengedan ) dan yang meringankan keluhan (
istirahat, duduk, obat-obatan )
e. Menanyakan posisi tubuh yang menyebabkan keluhan memberat dan
berkurang (ortopnea)
f. Apakah ada keluhan terbangun tengah malam karena sesak dan
seberapa sering
4. Tanyakan gejala lain yang berhubungan :
a. Nyeri dada, Jantung berdebar-debar, batuk, berkeringat, rasa
tertindih beban berat, rasa tercekik.
b. Mual, muntah, nyeri perut/ulu hati
c. Kejang, pusing, otot lemah/lumpuh, nyeri pada ekstremitas, edema
(bengkak)Pingsan, badan lemah/lelah
Pemeriksaan fisik15
Inspeksi15
Inspeksi dilakukan untuk menilai kecepatan pernapasan dan
memperhatikan deformitas thoraks, seperti pektus eskavatum (sternum
cekung), yang dapat menggeser apeks jantung ke kiri dan mem berikan
kesan palsu adanya kardiomegali, atau menyebabkan murmur aliren
ejeksi ‘inosen’ akibat kompresi ringan alur keluar venrikel kanan.
Pektus karinatum (dada merpati) dan kifoskoliosis dapat berkaitan
dengan gejala.
Palpasi12,15
Carilah posisi denyut apeks dengan ujung jari, kemudian rabalah
dengan telapaktangan untuk menentukan sifat denyut, terletak sedikit
medial dan diatas ruang interkostal ke lima di garis mid-kalvikular.
Seringkali denyutnya tidak teraba pada posisi terlentang, terutama pada
manula, tapi lebih mudah jika pasien dimiringkan ke kiri. saat
memeriksa ekstremitas atas Pada pasien jantung, berikut merupakan
temuan yang paling penting untuk diperhatikan:
a. Sianosis perifer, dimana kulit tampak kebiruan, menunjukkan
penurunan kecepatan aliran darah ke perifer, sehingga perlu waktu
yang lebih lama bagi hemoglobin mengalami desaturasi. Normal
terjadi pada vasokonstriksi perifer akibat udara dingin, atau pada
penurunan aliran darah patologis, misalnya, syok jantung.
b. Pucat, dapat menandakan anemia atau peningkatan tahanan vaskuler
sistemik.
c. Waktu pengisian kapiler (CRT=Capillary Refill Time), merupakan
dasar memperkirakan kecepatan aliran darah perifer. Untuk menguji
pengisian kapiler, tekanlah dengan kuat ujung jari dan kemudian
lepaskan dengan cepat. Secara normal, reperfusi terjadi hampir
seketika dengan kembalinya warna pada jari. Reperfusi yang lambat
menunjukkan kecepatan aliran darah perifer yang melambat, seperti
terjadi pada gagal jantung.
Tes CRT dilakukan dengan memegang tangan pasien lebih tinggi
dari jantung (mencegah refluks vena), lalu tekan lembut kuku jari
tangan atau jari kaki sampai putih,kemudian dilepaskan. Catatlah
waktu yang dibutuhkan untuk warna kuku kembali normal
(memerah) setelah tekanan dilepaskan.Pada bayi yang baru lahir,
pengisian kapiler dapat diukur dengan menekan pada tulang dada
selama lima detik dengan jari telunjuk atau ibu jari, dan catat waktu
yang dibutuhkanuntuk warna kulit kembali normal setelah tekanan
dilepaskan. Jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku
kembali normal kurang dari 2 detik. Pada bayibaru lahir batas
normal pengisian kapiler adalah 3 detik
d. Temperatur dan kelembapan tangan dikontrol oleh sistem saraf
otonom. Normalnya tangan terasa hangat dan kering. Pada keadaan
stress, akan terasa dingin dan lembab. Pada syok jantung, tangan
sangat dingin dan basah akibat stimulasi sistem saraf simpatis dan
mengakibatkan vasokonstriksi. Tangan yang hangat menandakan
adanya vasodilatasi perifer. Pasien dengan payah jantung biasanya
terjadi vasokonstriksi, sehingga tangannya terasa dingin dan
kadangkadang berkeringat akibat peningkatan sekresi adrenaline.
e. Edema meregangkan kulit dan membuatnya susah dilipat.
f. Penurunan turgor kulit terjadi pada dehidrasi dan penuaan.
g. Penggadaan (clubbing) jari tangan dan jari kaki menunjukkan
desaturasi hemoglobin kronis, seperti pada penyakit jantung
congenital
h. Tanda-tanda lain, misal finger Splinter haemorhage dan osler
node, mungkin dapat dijumpai pada endokarditis bakterial subakut.
Auskultasi12,15
Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan cara mendengar
bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian
dan kegiatan jantung dan hemodinamik darah dalam jantung.
Ketika memulai auskultasi keadaan lingkungan sekitar harus tenang dan
mulailah dengan mendengarkan dengan cepat diatas perikordium
dengan menggunakan diafragma dan corong, pasien dengan sikap
setengah duduk (40ᵒ) hal ini akan memberikan kesan memperkeras
bunyi dan murmur dari katup aorta dan pulmonal, dan mungkin katup
tricuspid, pasien sebaiknya miring ke depan dan untuk katup mitral agar
badan miring ke kiri. Pada setiap pergerakan, fase pernapasan perlu
dimanfaatkan untuk mendapatkan data yang maksimal.
2. Skan jantung
4. Kateterisasi jantung
6. Enzim hepar
7. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretik.
8. Oksimetri nadi
7. Diagnosis banding:
PERTANYAAN TAMBAHAN:
JAWABAN PERTANYAAN:
Definisi CHF12
Etiologi CHF12
2) Aterosklerosis koroner
6) Faktor sistemik
Patofisiologi CHF12
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu
sistem tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai dengan satu respon
hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan
patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah satu respon
hemodinamik yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian
(filling pressure) dari jantung atau preload. Respon terhadap jantung
menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk
meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan pembuluh
darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan
aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan
air dan garam oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.
1) Preload : setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2) Kontraktilitas : mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium.
3) Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk
sampai delirium.
Komplikasi CHF12
Penatalaksanaan CHF11
Terapi Farmakologi11
3) Obat inotropik
4) Glikosida digitalis
6) Inhibitor ACE
Defenisi
Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan
untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left
ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner,
dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan kerana peningkatan tekanan
darah, baik secara langsung maupun tidak langsung 13
Etiologi
Tekanan darah tinggi yang paling umum adalah faktor resiko untuk
penyakit jantung dan stroke. Ischemic dapat menyebabkan penyakit
jantung (penurunan suplai darah ke otot jantung pada kejadian
anginapektoris dan serangan jantung) dari peningkatan pasokan oksigen
yang dibutuhkan oleh otot jantung yang lemah.13
Epidemiologi
Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung
bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.
Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung
dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan
payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi kerana gabungan penyakit
arterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang
bertambah akibat penambahan massa miokard.13
Diagnosis
Penatalaksanaan13
Pengobatan ditujukan selain pada tekanan darah juga pada
komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu dengan:
1. Menurunkan tekanan darah menjadi normal
2. Mengobati payah jantung karena hipertensi
3. Mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit
kardiovaskuler
4. Menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovaskular
semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah dapat ditinaju 3 faktor fisiologis
yaitu: 1) Menurukan isi cairan intravaskuler dan Na darah dengan
diuretik; 2) menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon
kardiovakuler terhadap rangsangan adrenergik dengan obat dari
golongan anti-simpatis dan 3) menurunkan tahanan perifer dengan
obat vasodilator.
Diuretik
Cara kerja diuretik adalah dengan menurunkan cairan
intravaskuler, meningkatkan aktifita srenal-pressor (renin -angiotensin-
aldostero. Meningkatkan aktifitas susunan saraf sim-patis, menyebabkan
vasokonstriksi, meningkatkan irama jantung, meningkatkan tahanan
perifer (after-load) dan rangsangan otot jantung. Merangsang gangguan
metabolisme lemak, dan memiliki efek negatif terhadap risiko penyakit
kardiovsskuler. Hipokalemia dapat menyebabkan timbulnya denyut
ektopik meningkat, baik pada waktu istirahat maupun berolahraga.
Maningkatkan resiko kematian mendadak. Gangguan toleransi glukosa,
gangguan metabolisme lemak dan akhirnya meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler.13
Golongan anti-simpatis
Obat golongan anti-simpatis bekerja mempengaruhi susunan saraf
simpatis atau respon jantunp terhadap rangsangan simpatis. Golongan
yang bekerja sentral, misalnya reserpin, alfa metildepa, klonidin dan
guanabenz. Golongan yang bekerja perifer yaitu penghambat ganglion
(guanetidin, guanedril), penghambat alfa (prazosin), dan penghambat beta
adrenergik. Pada pokoknya hampir semua obat anti-simpatic
mempengaruhi metabolisme lemak, walaupun cara kerja yang pasti belum
diketahui. Pada penelitian Framingham, kolesterol total 200 mg/dl didapat
pada lebih dari 50 persen pasien hipertensi. Oleh karena itu harus hati-hati
memilih obat golongan ini, jangan sampai meningkatkan faktor risiko lain
dari penyakit kardiovaskuler.13
Vasodilator
Ada 2 golongan yaitu yang bekerja langsung seperti hidralazin dan
minoksidil dan yang bekerja tidak langsung seperti penghambat ACE
(kaptopril, enalapril), prazosin, antagonis kalsium.
Goicngan yang bekerja langsung mempunyai efek samping
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler dengan meningkatkan
pelepasan katekolamin, gangguan metabolisme lemak dan menyebabkan
progresifitas hipertrofi ventrikel. Sedangkan golongan yang tak lanysung
tidak meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler. Berbagai penelitian
menyatakan bahwa penghambat ACE dapat meregresi hipartrofi ventrikel
kiri.13
Komplikasi14
a. Gagal jantung
b. Aritmia
c. Serangan jantung
d. Angina
e. Kematian.
Pencegahan14
Diet rendah sodium:
a. Diet buah-buahan dan sayuran segar
b. Latihan aerobit rutin
c. Mencegah terjadinya kegemukan.
a. Dispnea
b. Orthopnea
Gagal jantung kanan maupun kiri dapat disebabkan oleh beban kerja
(tekanan atau volume) yang berlebihan dan atau gangguan otot jantung
itu sendiri. Beban volume atau preload disebabkan karena kelainan
ventrikel memompa darah lebih banyak semenit sedangkan beban
tekanan atau afterload disebabkan oleh kealinan yang meningkatkan
tahanan terhadap pengaliran darah ke luar jantung. Kelainan atau
gangguan fungsi miokard dapat disebabkan oleh menurunnya
kontraktilitas dan oleh hilangnya jaringan kontraktil (infark miokard).
Dalam menghadapi beban lebih, jantung menjawab (berkompensasi)
seperti bila jantung menghadapi latihan fisik. Akan tetapi bila beban
lebih yang dihadapi berkelanjutan maka mekanisme kompensasi akan
melampaui batas dan ini menimbulkan keadaan yang merugikan.
Manifestasi klinis gagal jantung adalah manifestasi mekanisme
kompensasi.
Manifestasi Klinis
a. Dispnea
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat
mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan Paroksimal
Nokturnal Dispnea (PND)
b. Batuk
c. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi
karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan
insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
d. Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat
kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik.
Keterangan gambar :
a = Jarak antara garis median dengan batas terluar cor dekstra
b = Jarak antara garis median dengan batas terluar cor sinistra
c1 = Jarak antara garis median dengan batas terluar pulmo dekstra
c2 = Jarak antara garis median dengan batas terluar pulmo sinistra
Pada pasien pria dan wanita dewasa usia 20 sampai 60 tahun, foto
toraks standar mempunyai Cardiothoracic Ratio (CTR) normal,
yaitu <0,524
4. Perspektif Islam
Q.S Qaf : 16
Penjelasan :