Alamat Korespondensi :
Arief Hidayat
Teknik Transportasi, Pascasarjana
Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10
HP. 085242286346
pwkuin_arief06@yahoo.co.id
Abstrak
Kawasan pusat Kota Makassar memiliki tumpah tindih 8 trayek Makassar yang menyebabkan angkutan umum
menaikkan dan menurunkan penumpang disembarang tempat. Penelitian ini bertujuan 1) Menganalisis
karakteristik simpul perpindahan moda ditinjau terhadap spasial dan system transportasi angkutan umum di Pusat
Kota Makassar dan 2) Membuat konsep pengembangan simpul perpindahan moda transportasi angkutan umum di
Pusat Kota Makassar. Metode yang digunakan yaitu deskriptif, , klasifikasi jalan rute, moda serta biaya dan waktu
perjalanan. Analisis Bangkitan Perjalanan dan sebaran pergerakan. Analisis skalogram dan analisis GIS dengan
guna lahan, klasifikasi jalan, feeder, dan simpul eksisting. Hasil penelitian Karakteristik simpul di perpindahan
moda ditinjau terhadap spasial ditemukan 10 simpul dengan ciri-ciri penggunaan lahan lain yang bercampur atau
mix used seperti perdagangan dan jasa, permukiman, perkantoran, wisata, rumah sakit, pendidikan dan RTH dan
Karakteristik simpul perpindahan moda ditinjau terhadap system transportasi angkutan umum yaitu ditemukan 4
karakter moda yaitu moda angkutan umum pete-pete (Rp.12000-Rp.25000) , ojek, becak, bentor serta jalan kaki
(10 menit). Konsep pengembangan simpul perpindahan moda di TOD Angkutan Umum terbentuk 10 simpul
dengan Pengembangan 1 TOD Simpul, 6 TOD Koridor dengan Halte 1 TOD Koridor dengan dengan Tempat
Pemberhentian Bus dan 1 TOD Koridor dengan sistem parkir atau Park and Ride.
Abstract
Makassar city center area has overlapping route Makassar 8 causes of public transport passengers up and down
the disembarang place. This study aims 1) to analyze the characteristics of modal transfer nodes in terms of the
spatial and the system of public transportation in Makassar City Center and 2) Making development concept node
displacement modes of public transportation in Makassar City Center. The method used is descriptive,
classification of road routes, modes as well as the cost and time of travel. Trip Generation and distribution
analysis of the movement. Schallogram analysis and GIS analysis of the land use, classification of roads, feeder,
and the existing node. The results in the displacement of node characteristics in terms of the spatial modes found
10 nodes with characteristics other mixed land use or mix used as trade and services, housing, offices, tourist,
hospital, education and RTH and node characteristics in terms of the modal transfer system public transportation
modes are found 4 characters public transport modes pete-pete (Rp.12000-Rp.25000), motorcycles, tricycles,
bentor and walk (10 minutes). Concept development in the TOD node modal transfer Public transport formed 10
nodes with 1 TOD Node, 6 TOD Corridor 1 TOD Corridor with stops at the Bus Stop and The TOD Corridor 1
with system the Park and Ride.
Disisi lain sistem transportasi di Kota Makassar dan wilayah sekitarnya yang didominasi
oleh angkutan umum (pete-pete) dinilai tidak efektif dan efisien. Hal tersebut disebabkan oleh
terjadi tumpang tindih trayek, kapasitas layanan jalan mendukung sistem pergerakan, kurang
terjaminnya keselamatan, kenyamanan dan ketepatan waktu perjalanan, Pada tahun 2009
tercatat sekitar 553.035 unit kendaraan yang beredar di Kota Makassar dan terjadi peningkatan
sekitar 5-7% kendaraan pertahun. Dari angka tersebut sebesar 360.122 unit adalah kendaraan
roda dua (BPS Kota Makassar). Saat ini telah terjadi penurunan tingkat pelayanan jalan dengan
(V/C ratio) dari 0,36 sampai 0,83 atau kondisi yang sangat berpotensi terjadinya tundaan atau
kemacetan (RTRW Kota Makassar, 2006), serta di pusat Kota Makassar tumpah tindih 8 trayek
Makassar yang menyebabkan angkutan umum menaikkan dan menurunkan penumpang
disembarang tempat. rendahnya aksesibilitas dan kurang optimalnya pelayanan angkutan
umum. Salah satu komponen dari perencanaan sistem transportasi adalah perencanaan terhadap
simpul sektor transportasi tersebut, baik berupa fasilitas terminal, halte maupun parkir yang
berfungsi sebagai simpul pergerakan.
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai system transit yang telah dilakukan yaitu
membandingkan pembangunan berorientasi transit berdasarkan indikator jalur pejalan kaki
(Schlossberg, dkk, 2004). Sedikit berbeda dengan diteliti currie (2006) pembangunan berbasis
transit (TOD) merupakan pendekatan terpadu untuk transportasi dan perencanaan penggunaan
lahan. Untuk transit berupa halte, Basuki (2006) mengevaluasi fungsi halte atau tempat
perhentian angkutan umum dalam melayani penumpang. Penelitian TOD yang dilakukan Currie
(2006) dan Schlossberg,dkk (2004) hampir sama yaitu menentukan Transit Oriented
Development berdasarkan jarak Pejalan Kaki (Canepa, 2007). Menggunakan variable yang
berbeda Cervero, dkk (2008) melihat dampak Transit Berorientasi Perumahan berakibat pada
Pengurangan perjalanan Kendaraan. Kaitan transit dengan angkutan massal memperlihatkan
peningkatan aksesibilitas lebih baik (Hong, dkk, 2008). Ternyata dari hasil penelitian lainnya
dengan melakukan optimasi jaringan transportasi untuk mengangkut penumpang yang lebih
banyak dan mereduksi biaya (Reinhold,dkk, 2008) sehingga terjalin smart growth dan
pembangunan berorientasi transit di tingkat negara: belajar dari california, new jersey, dan
australia barat (Renne, 2008).
Kebutuhan terhadap simpul pergerakan sangat penting sebagai wujud pelayanan terhadap
kegiatan pergerakan pelayanan moda angkutan umum, serta menghindari akumulasi
perpindahan dimulai dari simpul pergerakan di masa yang akan dating. Tujuan dari penelitian
ini untuk menganalisis karakteristik simpul yang ada di pusat Kota Makassar ditinjau terhadap
spasial dan system transportasi serta menyusun konsep simpul perpindahan moda di pusat Kota
Makassar.
Jenis peneitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif merupakan jenis penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai simpul serta yang berhubungan
mengenai angka, rumus, tabulasi serta grafik dan dianalisis secara deskritif untuk menganalisis
karakteristik simpul dan konsep simpul perpindahan moda. Lokasi penelitian ditetapkan pada
pusat Kota Makassar yaitu pada 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Kecamatan
Wajo sebagai Pusat Kota Makassar lihat gambar 1 peta lokasi penelitian.
Data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu a) data penggunaan lahan yang digunakan
yaitu luasan guna lahan per aktivitas baik perdagangan, perkantoran, pendidikan, permukiman
dan lainnya. data berikutnya yaitu data aktivitas guna lahan dengan simpul perpindahan moda
yang dimana dihitung dengan jarak. Serta identifikasi guna lahan yang berdekatan simpul serta
kemudahan ke simpul. b) Data yang dibutuhkan adalah Jumlah tarikan dan Bangkitan
perjalanan di disimpul perpindahan moda angkutan teknik observasi langsung dengan cara
menyebar kuesioner dengan metode sampling accindental (non probability) untuk simpul
sebanya 100 responden dan purposive sampling 390 responden di daerah permukiman sebagai
data bangkitan kelar dari pusat kota. c) Data yang dibutuhkan adalah hirarki atau klasifikasi
jaringan jalan yang berdekatan dengan simpul tempat penumpang beralih moda baik hirarki
arteri, kolektor dan lokal. d) data mengenai biaya, waktu dan rute perjalanan yang sering
dilewati masyarakat berdasarkan rute trayek angkutan umum.
Teknik analisis yang digunakan yaitu Analisis pergerakan penduduk dimulai dengan
melihat sebaran pergerakan menggunakan metode Matriks Asal Tujuan (MAT), yaitu suatu
matriks berdimensi dua yang berisi informasi mengenai besarnya pergerakan antara lokasi
(zona) di dalam daerah tertentu.
Analisis untuk menentukan simpul ini dilakukan dengan analisis skalogram yang pada
umumnya digunakan untuk menganalisis pusat-pusat permukiman, khususnya hirarki atau orde
pusat-pusat permukiman dengan Metode Skalogram. Analisis Hubungan Simpul dengan Guna
Lahan, analisis ini secara deskriptif mencoba memberikan masukkan atau pandangan mengenai
sifat hubungan antara hubungan guna lahan dengan simpul serta guna lahan dengan hirarki
jaringan jalan.
Analisis spasial untuk menentukan simpul potensial dan sistem transit pada setiap rute
angkutan umum Pusat Kota Makassar. Penentuan potensi simpul tersebut didasarkan pada
analisis pertumbuhan dan kepadatan penduduk (potensi demand), analisis proximity dengan
jaringan feeder, dan faktor penggunaan lahan serta jarak antara simpul dengan bangkitan
(permukiman) pada koridor Pusat Kota Makassar.
Analisis Overlay Tabulasi Untuk Menentukan Konsep Simpul Analisis ini yaitu
menggabungkan antara skalogram yaitu pusat-pusat kegiatan di tiap kecamatan dengan hirarki
jalan serta jumlah permintaan di simpul pergerakan. Hal ini memudahkan besar keputusan
secara kualitatif didaerah simpul dan memperlihatkan hubungan kebutuhan di tiap simpul
perpindahan moda
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
Penelitian ini akan memperlihatkan pola konektifitas antar moda transportasi yang akan
mengatasi persoalan kemacetan transportasi di pusat kota serta memberikan konsep
pengembangan titik simpul sebagai titik transit dengan pendekatan konsep Transit Oriented
Development (TOD), halte dan system parkir.
Penelitian ini didasarkan dari teori dengan hubungan antara variabel dan indikator.
Kondisi pusat Kota Makassar saat ini sangat berkembang dengan beberapa rencana tata ruang
yang telah direncanakan namun belum mampu secara detail menangani pergerakan masyarakat
dan angkutan umum yang tidak teratur dengan tidak jelasnya simpul pindah moda masyarakat
ditambah dengan semrawutnya penggunaan lahan yang terjadi di pusat kota. maka perlunya
dikembangkan konsep simpul perpindahan moda Adapun karakteristik simpul saat ini dengan
variabel yang digunakan oleh penelitian ini yaitu variabel transportasi dengan indikator
pemilihan moda, pemilihan rute, biaya dan waktu perjalanan. Variabel spasial yaitu bangkitan
perjalanan dan klasifikasi jalan. Hasil analisis keduanya akan dibuatkan konsep pengembangan
simpul perpindahan moda pusat Kota Makassar.
Prinsip-prinsip yang telah dijabarkan sebelumnya pada penelitian ini akan berimplikasi pada
desain stuktur TOD. Secara lebih detail, Struktur TOD dan daerah disekitarnya terbagi
menjadi area-area sebagai berikut: 1) fungsi publik (public uses). Area fungsi publik dibutuhkan
untuk memberi pelayanan bagi lingkungan kerja dan permukiman di dalam TOD dan kawasan
disekitarnya. Lokasinya berada pada jarak yang terdekat dengan titik transit pada jangkauan 5
menit berjalan kaki. 2) pusat area komersial (core commercial area). Adanya pusat area
komersial sangat penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada jangkauan 5
menit berjalan kaki. Ukuran dan lokasi sesuai dengan kondisi pasar, keterdekatan dengan titik
transit dan pentahapan pengembangan. Fasilitas yang ada umumnya berupa retail, perkantoran,
supermarket, restoran, servis, dan hiburan. (3) area permukiman (residential area). Area
permukiman termasuk permukiman yang berada pada jarak perjalanan pejalan kaki dari area
pusat komersial dan titik transit. Kepadatan area permukiman harus sejalan dengan variasi tipe
permukiman, termasuk single family housing, townhouse, condominium, dan apartement
(4) Area sekunder (secondary area). Setiap TOD memiliki area sekunder yang berdekatan
dengannya, termasuk area diseberang kawasan yang dipisahkan oleh jalan arteri. Area ini
berjarak lebih dari 1 mil dari pusat area komersial. Jaringan area sekunder harus menyediakan
beberapa jalan/akses langsung dan jalur sepeda menuju titik transit dan area komersial dengan
seminimal mungkin terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas yang lebih rendah
dengan fungsi single-family housing, sekolah umum, taman komunitas yang besar,
fungsi pembangkit perkantoran dengan intensitas rendah, dan area parkir. (5) fungsi-fungsi lain,
yakni fungsi-fungsi yang secara ekstensif bergantung pada kendaraan bermotor, truk, atau
intensitas perkantoran yang sangat rendah yang berada di luar kawasan TOD dan area sekunder
(Dittmar, dkk, 2004).
Perencanaan halte berdasarkan Pedoman Teknik Perencanaan Halte dan Pemberhentian Bus
Dirjen Perhubungan tahun 1996 ada beberapa hal menjadi Persyaratan umum tempat perhentian
kendaraan penumpang umum adalah berada di sepanjang rute angkutan umum/bus, terletak
pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas pejalan (kaki), diarahkan dekat dengan pusat
kegiatan atau permukiman, tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas dan pada
persimpangan, penempatan fasilitas tambahan itu tidak boleh mengganggu ruang bebas
pandang. Untuk system Park and Ride, secara umum didefenisikan sebagai perilaku parkir pada
fasilitas parkir tertentu dan berpindah ke transportasi publik untuk melakukan perjalanan ke satu
tujuan. Sistem parkir ini banyak diterapkan sebagai bagian dari manajemen transportasi.
(O’Flaherly, 1997).
Penelitian serupa telah dilakukan dengan judul Penggunaan Transit pada Pengembangan
Berbasis Transit di Portland, Oregon, Area (Dill, 2008). Penelitian ini menyajikan hasil survei
penduduk beberapa TOD di daerah Portland. variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
: kepadatan, penggunaan lahan campuran, keramahan pejalan kaki, dan dekat dengan transit.
Analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif dengan menggunakan tabulasi untuk menilai
penggunaan system transit yang menggunakan data kuesioner dari 300 orang responden. Hasil
temuan penelitian berfokus pada menjawab dua pertanyaan: a) Sejauh mana warga
menggunakan angkutan untuk Komuter dan perjalanan dengan system TOD dan b) Apakah
tingkat penggunaan angkutan bervariasi dengan fisik daerah yang disesuaikan dengan konsep
TOD.
Tulisan mengenai Pengaruh Pejalan Kaki Dengan System Transit Terhadap Bentuk Kota
(Ozbil dkk, 2012), Studi ini menganalisis sebuah survey transit untuk menentukan seberapa jauh
kepadatan perkotaan, campuran penggunaan lahan, dan konektivitas jaringan jalan terkait
dengan mode berjalan kaki dari system transit. Data diambil dari semua stasiun jaringan rapid
transit Atlanta (MARTA). Secara keseluruhan, analisis yang disajikan dalam penelitian ini
memberikan penjelasan hipotesis bahwa kondisi lokal sekitar Stasiun kereta api MARTA secara
signifikan terkait dengan pilihan pengendara untuk berjalan ke / dari transit.
Evaluasi dampak dari penggunaan lahan dan strategi untuk parkir dan penyediaan angkutan
pada Pilihan Moda komuter dalam kota (Zahabi dkk, 2012) Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk lebih memahami hubungan antara penggunaan lahan (LU), aksesibilitas angkutan umum
(PT), kebijakan parkir, dan modus pilihan untuk pinggiran kota Montreal komuter. Dalam hal ini
kita mengevaluasi dampak potensial dari penggunaan lahan, aksesibilitas transit kebijakan
parkir, dan pemilihan moda komuter jalur rel di wilayah Montreal, Kanada.
Basuki, Kami Hari. (2006). Evaluasi Fungsi Halte Sebagai Tempat Henti Angkutan Umum
Studi Kasus Rute Terboyo-Pudakpayung.Semarang : Jurnal Media Komunikasi Teknik
Sipil.Volume 14, NO. 3, EDISI XXXVI Oktober 2006. ISSN: 0854 -1809
Canepa, Brian. (2007). Determining the Transit-Oriented Development’s Walkable
Limits.Transportation Research Record.. Washington.D.C : Journal of the
Transportation Research Board. Transportation Research Board of the National
Academies
Cervero, Robert ; Arrington, G. B. (2008). Vehicle Trip Reduction Impacts of Transit-Oriented
Housing. University of South Florida : The Journal of Public Transportation. Volume
11, No. 3. ISSN 1077-291X.
Currie, Graham. (2006). Bus Transit Oriented Development— Strengths and Challenges
Relative to Rail. Virginia : Journal of Public Transportation, Vol. 9, No. 4, 2006.
Departemen Perhubungan. 1996. Pedoman Teknik Perencanaan Halte dan Tempat
Pemberhentian Bus. Dephub. Jakarta
Dill, Jenifer. (2008). Transit Use at Transit-Oriented Developments in Portland, Oregon, Area.
Washington, D.C : Transportation Research Record: Journal of the Transportation
Research Board, No. 2063, Transportation Research Board of the National Academies,
pp. 159–167. DOI: 10.3141/2063-19.
Dittmar, H ; Ohland, G. (2004). Defining Transit-Oriented Development. The New Regional
Building Block. Island Press
Gihring, Thomas A. (2009). The Value Capture Approach To Stimulating Transit Oriented
Development And Financing Transit Station Area Improvements. Journal of Planning
Practice & Research, Vol. 16, No. 3/4, 2001, pp. 307-320.
Hong K. Lo ; Tang, Siman ; Wang, David Z.W. (2008). Managing the accessibility on mass
public transit: The case of Hong Kong. Journal of Transport and Land Use 1:2 pp. 23–
49.
Makassar Dalam Angka. (2009). Badan Pusat Statistik (BPS)
Makassar Dalam Angka. (2012). Badan Pusat Statistik (BPS)
O’Flaherly. 1997. Transport Planning and Traffic Engineering Athanaeum. England ; Press
Ltd.
Özbil, Ayşe and Peponis, John. (2012). The Effects Of Urban Form On Walking To Transit.
Santiago de Chile : Proceedings Eighth International Space Syntax Symposium..
Reinhold, Tom ; Kearney , A.T.GmbH. (2008). More Passengers and Reduced Costs—The
Optimization of the Berlin Public Transport Network. University of South Florida :
The Journal of Public Transportation. Volume 11, No. 3. ISSN 1077-291X.
Renne, John L. (2008). Smart Growth and Transit- Oriented Development at the State Level:
Lessons from California, New Jersey, and Western Australia. University of South
Florida : The Journal of Public Transportation. Volume 11, No. 3. ISSN 1077-291X.
RTRW Kota Makassar. (2006).Bappeda Kota Makassar.
Schlossberg, Marc ; Brown, Nathaniel. (2004). Comparing Transit Oriented Developments
Based on Walkability Indicators. University of Oregon : The Transportation Research
Board Journal.
Zahabi, Seyed Amir H. (2012). Evaluating The Effects Of Land Use And Strategies For
Parking And Transit Supply On Mode Choice Of Downtown Commuters. Journal of
Transport and Land Use. Vol.5 No.2. pp. 103–119
Tabel 1, Analisis Overlay Simpul dengan Feeder, Guna Lahan dan Jarak Permukiman
serta waktu tempuh
Simpul 5 – Jln. pusat bisnis/ perdagangan dan jasa, 300 Jaringan 100-500 4
Jendral Sudirman ( dan kawasan perkantoran. Arteri
Kel. Baru)
Simpul 6 – Jln. pusat bisnis/ perdagangan dan jasa, 5 Jaringan 50 5
Kajoalalido (Kel. Rumah Sakit dan kawasan Kolektor
Baru) perkantoran.
Simpul 7 – Jln. perdagangan dan jasa, kawasan cagar 200 Jaringan 100 5
Somba Opu (Kel. budaya/kawasan wisata dan fasilitas meter Kolektor
Bulogading) pendidikan serta fasilitas perkantoran. terdekat
100-500 m
Simpul 8 – Jln. perdagangan dan jasa, dan kawasan 180 Jaringan 100 6
Penghibur (Kel. cagar budaya/kawasan wisata serta Kolektor
Maluko) fasilitas kesehatan (rumah sakit).
Simpul 10- Jln. perdagangan dan jasa, dan pemukiman 100 - Jaringan 100 5
Gunung Merapi serta berbagai fasilitas sosial lainnya. 200 Kolektor
(Kel. Pisang Utara)