Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM

Vina Rizkiana 170342615504


Offering I 2017
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang, Indonesia
Email : rizkiavina95@gmail.com

PENDAHULUAN

Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induk. Pembuahan terjadi di dalam
tubuh induk dan telur dikeluarkan dari tubuh dalam kondisi terbungkus oleh cangkang yang
sangat kuat untuk melindungi embrio di dalamnya. Selama berkembang, embrio
memperoleh makanan dan perlindungan dari dalam telur. Telur terdiri dari yolk, albumen,
dan kerabang telur. Telur merupakan suatu tempat penimbunan zat gizi yang diperlukan
untuk perkembangan suatu embrio hingga menetas (Basri, 2012).

Pada dasarnya perkembangan embrio aves terdiri dari tahap pembelahan, blastula,
gastrula, neurula dan organogenesis. Setelah fertilisasi, sel telur burung mengalami
pembelahan meroblastik di mana pembelahan sel hanya terjadi dalam daerah kecil
sitoplasma yang bebas kuning telur. Pembelahan awal menghasilkan tudung sel yang disebut
sebagai blastodisc yang berada diatas kuning telur. Blastomer kemudian memisah menjadi
dua lapisan, yaitu epiblas dan hipoblas. Rongga diantara kedua lapisan ini adalah blastosoel.
Gastrulasi aves melibatkan perpindahan sel dari permukaan embrio ke bagian yang lebih
dalam. Beberapa sel dari lapisan sel bagian atas (epiblas) berpindah ke arah garis tengah
blastodics, kemudian melepas dan memisah, lalu berpindah ke arah dalam menuju kuning
telur. Pergerakan ke tengah pada permukaan dan pergerakan sel-sel ke arah dalam pada garis
tengah blastodics menghasilkan lekukan yang disebut sebagai primitif streak (Campbell,
2008).

Bagian dari kuning telur yaitu kantung chorion, dimana membran ekstra embrio yang
paling luar dan yang berbatasan dengan cangkang atau jaringan induk, merupakan tempat
pertukaran antara emrio dan lingkungan disekitarnya adalah chorion atau serosa. Kantung
allantois, dimana kantung ini merupakan suatu kantung yang terbentuk sebagai hasil
evaginasi bagian ventral usus belakang pada tahap awal perkembangan. Fungsi kantung ini
sebagai tempat penampungan dan penyimpanan urine dan sebagai organ pertukaran gas
antara embrio dengan lingkungan luarnya. Lapisan penyusun kantung allantois sama dengan
kantung yolk, yaitu splanknopleura yang terdiri atas endoderm di dalam dan mesoderm

1
splank di luar. Kantung amnion, kantung ini adalah suatu membran tipis yang berasal dari
somatoplura berbentuk suatu kantung yang menyelubungi embrio yang berisi cairan.
Dimana kantung ini berfungsi sebagai pelindung embrio terhadap kekeringan, penawar
goncangan, pengaturan suhu intrauterus, dan anti adhesi (Adnan, 2012).

METODE

Pengamatan perkembangan embrio ayam ini dilaksanakan di Laboratorium Struktur


Perkembangan Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematiak dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang. Pengamatan regenerasi ikan sumatra ini dilakukan dari tanggal
8 - 12 November 2018. Praktikum ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung.
Sebelum memulai pemgamatan meja yang digunakan untuk kerja praktikum dibersihkan.
Prosedur pengamatan ini meliputi mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan, yaitu
inkubator, alat bedah, gelas kaca, plastik wrap, kertas aluminium foil, tissue, alkohol, dan
telur Langkah selanjutnya adalah meletakkan telur di tempat yang minim gerakan, hal
tersebut dilakukan selama 30 menit dan bertujuan agar keping embrional tepat di bagian atas
telur. Alat dan bahan yang digunakan dapat praktikum ini diharuskan steril, oleh karenanya
semua bahan termasuk telur harus di lap dengan alkohol agar steril begitu juga dengan
semula alat yang akan digunakan.

Pada percobaan terdapat 2 perlakuan yang diberikan, yang pertama yaitu dengan
cangkang dan tanpa cangkang. Pada percoban pertama dengan cangkang, gelas diisi dengan
tumpukan tissue agar telur tidak masuk terlalu dalam, telur yang telah dilubangi pada bagian
tumpulnya dimasukkan ke dalam gelas. Agar telur tidak bergoyang di dalam gelas, sekitar
telur diberi tissue agar telur dapat bertahan di dalam gelas. Setelah letak telur sudah benar
dan tepat, gelas ditutup dengan plastik wrap. Untuk percobaan kedua yaitu tanpa cangkang,
sama seperti dengan cangkang, telur didiamkan selama 30 menit dengan posisi vertikal agar
keping embrional tepat di bagian lateral atas. Setelah 30 menit, telur dipecahkan di atas gelas
yang telah disterilkan sebelumnya. Jika posisi keping embrional masih belum tepat di atas
maka geserlah posisi telur menggunakan spatula dengan hati-hati. Setelah posisi telur telah
benar, gelas ditutup dengan plastik wrap. Kedua gelas yang telah berisi telur tersebut
dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 38˚C. Pengamtan perkembangan dari embrio
ayam ini diamati setiap hari.

2
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

(Dokumentasi pribadi kelompok 3)

Menurut hasil pengamatan hari pertama sebelum dimasukkan incubator pada telur
nampak blastodisc berwarna putih yang akan menjadi calon embrio ayam nantinya (Gambar
1). Pada hari ketiga blastodisc berwarna putih tampak melebar berarti telur infertil (Gambar
2). Pada hari kempat embryo berhenti berkembang dan lapisan plastic wrap tertutup oleh
embun akibat inkubator yang terlalu sering dibuka tutup (Gambar 3). Sementara telur yang
di inkubasi dengan cangkang dibuat pola untuk dilubangi sebelum masuk inkubator (Gambar
4) hingga sedemikian diberi alas aluminium foil supaya tidak goyang dan kemudian ditutup
plastic wrap (Gambar 5), namun pada hari ketiga kita mengecek perkembangannya hasilnya
telur yang kami inkubasi berhenti berkembang sejak awal. (Gambar 6).

3
(Dok. Affandi, 2007)
Setelah melakukan dua kali ulangan dan telur yang kelompok kami inkubasi terus
menerus mengalami kegagalan berkembang. Berkaitan dengan hal tersebut kendala utama
yang dihadapi adalah berhentinya suplai listrik saat terjadi pemadaman bergilir oleh PLN
ketika proses penetasan dilakukan, sehingga menghentikan proses inkubasi, karena suhu
inkubator turun. Adapun beberapa faktor lain yaitu : alat dan tempat yang kita gunakan
kurang steril sehingga menimbulkan kontaminasi, suhu incubator yang kurang stabil
sehingga berubah sewaktu-waktu.

(Dok. Kelompok 5 : Embrio ayam pada 12 November 2018 (usia 4 hari))

Hasil pengamatan perkembangan embrio ayam kelompok 5 menunjukkan bahwa


embrio ayam usia 4 hari telah mengalami perkembangan namun tidak normal, jantung
berdetak tidak normal, otak berkembang tidak normal, posisi embrio tengkurap,tunas sayap
dan kaki berada di kanan kiri badan, terbentuk pembuluh darah.

Pada hari Sabtu dan Minggu, kami tidak dapat melihat perkembangan telur ayam
kami dikarenakan suatu hal, dan dikarenakan embrio ayam kami berhenti berkembang maka
untuk membhas tahap perkembangan yang hilang tersebut dilakukan studi literasi.

Menurut kaji literasi, adapun beberapa tahap perkembangan embrio ayam yang dapat
diamati dengan jelas adalah sebagai berikut:

4
1. Embrio umur 24 jam
Keterangan:
1. Area opaka (gelap)
2. Area pelusida (transparan)
3. Neural fold
4. head folding
5. Foregut
6. Neural groove
7. Somite
8. Chorda
9. Unsegmented mesoderm
10. Hensen's node
11. Primitive streak

Tampak lipatan neural dan parit neural. Porta usus depan mulai terbentuk. Terdapat
bakal pembuluh darah yaitu pulau-pulau darah yang merupakan penebalan dari mesoderm
splanknik di area opaka (Tenzer dkk,. 2001).

4. Embrio umur 33 jam


Jantung sudah mulai membelok kekanan dan sudah terbentuk 1 pasang aorta dan vena
vitelina dari anastomosis pulau darah. Sistem-sistem saraf mulai berdiferensiasi. Bumbung
neural terbagi menjadi 3 wilayah yaitu prosensefalon, mesensefalon dan rhombensefalon.
Pada bagian anterior masih terdapat neuroporus, sedangkan di daerah posterior terdapat
wilayah terbuka disebut sinus rhomboidales. Di daerah prosensefalon terdapat penonjolan
ke arah lateral disebut vesikula optik (Tenzer dkk,. 2001).

5. Embrio umur 48 jam Keterangan:


1. Amnion
2. Metencephalon
3. Mesencephalon
4. Optic cup + lens
5. Prosencephalon
6. Otic vesicle
7. Branchial arches
8. Atrium
9. Ventricle
10. Lateral fold
11. Lateral mesoderm
12. Vitelline arteria / vein
13. Somite
14. Spine
15. Tail fold 5
Wilayah otak terbagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon
dan mielensefalon. Vesikula optik berinvaginasi membentuk cawan optik yang berdinding
rangkap. Plakoda telinga berinvaginasi membentuk vesikula otik. Vena vitelin bergabung
menjadi vena omfalomesenterika yang lebih besar. Jantung berputar seperti huruf S dan
sudah terbagi menjadi atrium, ventrikel, sinus venosus dan trunkus arteriosus (Tenzer dkk,.
2001).

6. Embrio umur 72 jam

(Dok. Affandi, 2007)


Bakal hidung terbentuk berupa lekuk hidung, yaitu hasil invaginasi plakoda hidung.
Tunas sayap terbentuk berupa tonjolan dari permukaan tubuh lateral dekat porta usus depan
(Tenzer dkk,. 2001).

KESIMPULAN

Embrio ayam dapat berkembang di dalam cangkang maupun di luar cangkang


dengan menginkubasi embrio dalam inkubator pada suhu 38°C. Namun berdasarkan
pengamatan, embrio ayam hanya bertahan selama empat hari saja, pada hari berikutnya
embrio berhenti berkembang. Hal tersebut terjadi karena alat dan tempat yang kita gunakan
kurang steril sehingga menimbulkan kontaminasi, suhu incubator yang kurang stabil
sehingga berubah sewaktu-waktu. Pada embrio ayam usia empat hari telah mengalami
perkembangan namun tidak normal, jantung berdetak tidak normal, otak berkembang tidak
normal, posisi embrio tengkurap,tunas sayap dan kaki berada di kanan kiri badan, terbentuk
pembuluh darah.

6
DAFTAR RUJUKAN

Adnan. 2010. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM Makassar.
Affandi,F., Gunawan,H., Rakphongpairoj,V., Setiabudi,P., Utomo, D. 2007. Perkembangan
Embrio dari Hari ke Hari. Divisi Agro Feed Business Charoen Pokphand Indonesia.

Basri. 2012. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.


Bogemann, G.M, et al. 2011. Embryology. Radboud: Radboud University Nijmegen.
Campbell, Neil A, & Reece, Jane B. 2008. Biologi 1 Ed. 8. Jakarta: Erlangga.
Tenzer, Amy., Handayani, Nursasi., Lestari, Umie., Listyorini, Dwi., Judani, Titi., Gofur,
Abdul. 2001. Petunjuk Praktikum Perkembangan Hewan. Malang: Universitas Negeri
Malang.

Anda mungkin juga menyukai