PERATURAN DIREKTUR
BLUD RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN
NOMOR : 445 /......... /........-KEB /2018
TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT
Pasal 5
1. Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari system pelayanan rumah sakit yang
utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
2. Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan system satu
pintu.
BAB II
PENGORGANISASIAN
Pasal 6
1. Instalasi farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijaza
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang
telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan
Surat Izin Praktik Apoteker.
2. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap
segala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi
baik terhadap adminstrasi sediaan farmasi dan
pengawasan distribusi.
BAB III
SELEKSI DAN PENGADAAN
Pasal 7
1. Mengatur penggunaan obat dirumah sakit sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
2. Memberikan rekomendasi pada pimpinan Rumah
Sakit untuk mencapai budaya pengelolaan dan
penggunaan obat secara rasional.
3. Khusus untuk pasien kelas tiga agar menggunakan
obat generik.
Pasal 8
Pasal 9
BAB IV
PENYIMPANAN
Pasal 10
BAB V
PERESEPAN DAN PENYALINAN
Pasal 11
1. Yang berhak menulis resep adalah staf medis
purnawaktu, dan dokter tamu yang bertugas dan
mempunyai surat izin praktik di Rumah Sakit.
2. Yang berhak menulis resep narkotika adalah dokter
yang memiliki nomor SIP (Surat Izin Praktik) atau
SIPK (Surat Izin Praktik Kolektif) di Rumah Sakit.
3. Yang berhak menulis obat anestesi untuk sedasi
adalah dokter yang memiliki nomor SIP (Surat Izin
Praktik) atau SIPK (Surat Izin Praktik Kolektif) di
Rumah Sakit dan memiliki kewenangan melalui
ketetapan dari direktur utama Rumah Sakit.
BAB VI
Pasal 12
BAB VII
PEMBERIAN OBAT
Pasal 13
BAB VIII
PEMANTAUAN (MONITOR)
Pasal 14
1. Pamantauan dan pelaporan efek samping obat di
Rumah Sakit dilakukan oleh petugas farmasi
(Apoteker) dibantu oleh Panitia Keselamatan Pasien.
2. Panitia Keselamatan Pasien di Rumah Sakit terdiri
dari dokter spesialis, dokter umum, farmasi dan
perawat.
3. Metode pemantauan dan pelaporan efek samping obat
dilakukan dengan cara monitoring terhadap pasien.
4. Monitoring pengawasan dan keamanan obat
berpedoman pada :
a. Indikasi penggunaan (dosis obat dan rute
pemberian obat)
b. Efektivitas obat dan keamanan obat (safety)
c. Resiko obat
d. Biaya obat
e. Setiap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang
tidak diantisipasi atau kondisi yang berhubungan
dengan obat baru selama periode pengenalan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku
sampai 5 (lima) tahun kedepan, namun dapat berubah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Ditetapkan di : Andoolo
Pada tanggal : September 2018
Direktur,