Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 2

SENSOR BIOMEDIS
ROSALIND FAWNIA MARGERITHA / 1706121861

Sensor

Sensor adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi adanya perubshsn
fisik, kimia, atau elektrik. Sensor merupakan jenis transduser yang digunakan untuk
mengubah besaran secara mekanis, magnetic, panas, sinar, kimia, dan biologi
menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian
pada saat melakukan pengukuran atau pengendalian. Berikut akan dijelaskan tipe-
tipe sensor berdasarkan pengelompokkannya :

A. Thermal Sensor (Sensor Thermal) adalah sensor yang digunakan untuk


mendeteksi gejala perubahan panas / temperature / sehu pada suatu dimensi
benda atau dimensi ruang tertentu. Untuk membuatnya ada dua cara yaitu
dengan menggunakan bahan logam dan bahan semikonduktor. Cara ini
digunakan karena logam dan bahan semikondoktor dapat berubah
hambatannya terhadap arus listrik tergantung pada suhunya. Pada logam,
semakin besar suhu maka nilai hambatan akan semakin naik, berbeda pada
bahan semikonduktor, semakin besar suhu maka nilai hambatan semakin
turun. Sensor thermal dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
B.
1. Termocouple Gauge
Jenis sensor suhu yang digunakan untuk mendeteksi atau mengukur
suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda yang digabyng pada
ujungnya sehingga menimbulkan efek “Thermo-electric”. Alat ukur
thermokopel merupakan alat yang digunakan untuk mengukur vakum
rendah. Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser
panas dan dingin yang disambungkan dan dilebur bersama, dimana
terdapat perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan
sambungan referensi yang berfungsi sebagai pembanding.
Gambar 1. Termocouple

Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling


populer dan sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun
peralatan listrik dan Elektronika yang berkaitan dengan Suhu
(Temperature). Beberapa kelebihan Termokopel yang membuatnya
menjadi populer adalah responnya yang cepat terhadap perubahaan suhu
dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar diantara
-200˚C hingga 2000˚C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang
luas, Termokopel juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah
digunakan.
Termokopel / thermocouple merupakan sensor suhu yang paling
sering atau kebanyakan digunakan pada boiler, mesin press, oven, dan
lain sebagainya. Termokopel dapat mengukur temperatur dalam
jangkauan suhu yang cukup luas dengan batas kesalahan pengukuran
kurang dari 1⁰ C.

Gambar 2 Termokopel

Termokopel terdiri dari 2 jenis kawat logam konduktor yang


digabung pada ujungnya sebagai ujung pengukuran. Konduktor ini
kemudian akan mengalami gradiasi suhu dan dari perbedaan suhu antara
ujung termokopel/ujung pengukuran dengan ujung kedua kawat logam
konduktor yang terpisah akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini
disebut sebagai efek termo elektrik. Perbedaan ini umumnya berkisar
antara 1 hingga 70 microvolt setiap perbedaan satu derajat celcius untuk
kisaran yang dihasilkan dari kombinasi logam modern.
Jadi sangat penting untuk di ingat bahwa termokopel hanya
mengukur perbedaan temperatur diantara 2 titik, bukan temperatur
absolut. Jadi temokopel tidak bisa digunakan untuk mengukur suhu
ruangan karena tidak ada perbedaan antara ujung pengukuran dengan
ujung referensi / ujung pada kedua kawat logam. Tersedia beberapa jenis
termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya:
1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang
suhu −200 °C hingga +1200 °C.
2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))
Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok
digunakan pada temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe
non magnetik.
3. Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer
dibanding tipe K,tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C
4. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok
untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur
suhu di atas 1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C,
sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K
5. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang
sama pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di
bawah suhu 50 °C.
6. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan
umum.
7. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan
umum. Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar
pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).
8 Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif
terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering
dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga.
Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C
Tabel 1. Batas maksimum suhu(°C)
Tipe Diameter Kawat (mm)
3.25 1.53 0.81 0.51 0.33
B - - - 1705 -
E 871 649 538 427 427
J 760 593 482 371 371
K 1260 1093 982 871 871
R - - - 1482 -
S - - - 1482 -
T - 371 260 204 204

Sumber :

https://www.academia.edu/31429757/Sensor_Temperatur

Syam, Rafiuddin. 2013. Dasar-dasar Teknik Sensor. Makasar : Universitas Negeri


Hassanud
2. Resistance Temperature Detectors (RTD)
Sensor suhu yang pengukurannya menggunakan prinsip perubahan
resistansi atau hambatan listrik logam yang dipengaruhi oleh perubahan
suhu. RTD adalah salah satu sensor suhu yang paling banyak digunakan
dalam otomatisasi dan proses kontrol.

Gambar 3. RTD
Pada tipe elemen wire-wound atau tipe standar, RTD terbuat dari
kawat yang tahan korosi, yang dililitkan pada bahan keramik atau kaca,
yang kemudian ditutup dengan selubung probe sebagai pelindung.
Selubung probe ini biasanya terbuat dari logam inconel (logam dari
paduan besi, chrom, dan nikel). Inconel dipilih sebagai selubung dari
RTD karena tahan korosi dan Ketika ditempatkan dalam medium cair
atau gas, selubung inconel cepat dalam mencapai suhu medium
tersebut. Antara kawat RTD dan selubung juga terdapat keramik
(porselen isolator) sebagai pencegah hubung pendek antara kawat
platina dan selubung pelindung. Sedangkan jenis logam untuk kawat
dari RTD umumnya adalah platina. Kawat RTD biasanya juga terbuat
dari tembaga dan nikel. Namun platina adalah bahan yang paling umum
digunakan, karena memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dan rentang
suhu yang lebih luas.
Prinsip kerja dari RTD yaitu Ketika suhu elemen RTD meningkat,
maka resistansi elemen tersebut juga akan meningkat. Dengan kata
lain, kenaikan suhu logam yang menjadi elemen resistor RTD
berbanding lurus dengan resistansinya. elemen RTD biasanya
ditentukan sesuai dengan resistansi mereka dalam ohm pada nol derajat
celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum adalah 100 Ω (RTD
PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C, elemen RTD harus
menunjukkan nilai resistansi 100 Ω.
Dalam prakteknya, arus listrik akan mengalir melalui elemen RTD
(elemen resistor) yang terletak pada tempat atau daerah yang mana
suhunya akan diukur. Nilai resistansi dari RTD kemudian akan diukur
oleh instrumen alat ukur, yang kemudian memberikan hasil bacaan
dalam suhu yang tepat, pembacaan suhu ini didasarkan pada
karakteristik resistansi yang diketahui dari RTD.
Elemen sensor RTD mempunyai dua tipe konfigurasi yang paling
umum, yaitu
A Wire-wound
Seperti yang dijelaskan pada sebelumnya, wire-wound
merupakan tipe elemen yang terdiri dari kumparan kawat logam
(platina) yang melilit keramik atau kaca, yang ditempatkan atau ditutup
dengan selubung probe sebagai pelindung.

C. Thin-film
Thin-film merupakan tipe elemen RTD yang terdiri dari lapisan
bahan resistif yang sangat tipis (umumnya platina), yang diletakkan
pada substrat keramik yang kemudian dilapisi dengan epoxy atau kaca
sebagai segel atau pelindungnya.

Sumber :
https://www.academia.edu/31429757/Sensor_Temperatur
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2014/03/Pengertian-
Resistance-Temperature-Detector.html
3. Sensor suhu IC (IC temperature sensor)

Sensor suhu IC (IC temperature sensor) adalah sensor suhu yang


prinsip kerjanya didasarkan pada sifat atau perilaku semikonduktor PN
junction silikon yang sangat sensitif terhadap suhu/ temperature.
Kesensitifan PN junction ini mungkin menjadi kerugian dalam banyak
aplikasi, akan tetapi perilaku ini akan sangat menguntungkan bila digunakan
dalam perangkat sensor suhu. Sensor suhu IC akan menghasilkan sinyal
output (tegangan, arus) yang berbanding lurus atau linier dengan
temperatur. Sensor suhu IC biasa digunakan dalam suhu kisaran –50⁰ C
sampai 150⁰ C. Karakteristik Sensor LM35:
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara
tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung
dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25
ºC
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai
+150 ºC.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang
dari 0,1 ºC pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban
1 mA.
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC. Grafik akurasi LM35
terhadap suhu
Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi
besaran tegangan. Tegangan ideal yang keluar dari LM35 mempunyai
perbandingan 100°C setara dengan 1 volt. Sensor ini mempunyai
pemanasan diri (self heating) kurang dari 0,1°C, dapat dioperasikan dengan
menggunakan power supply tunggal dan dapat dihubungkan antar muka
(interface) rangkaian control yang sangat mudah. IC LM 35 sebagai sensor
suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana
output tegangan keluaran sangat linear terhadap perubahan suhu. Sensor ini
berfungsi sebagai pegubah dari besaran fisis suhu ke 8 besaran tegangan
yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti bahwa kenaikan
suhu 1° C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV. Gambar
Rangkaian Sensor LM35 IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian
atau penyetelan dari luar karena ketelitiannya sampai lebih kurang
seperempat derajat celcius pada temperature ruang. Jangka sensor mulai
dari – 55°C sampai dengan 150°C, IC LM35 penggunaannya sangat mudah,
difungsikan sebagai kontrol dari indicator tampilan catu daya terbelah. IC
LM 35 dapat dialiri arus 60 μ A dari supplay sehingga panas yang
ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 ° C di dalam suhu ruangan.

Sumber :
http://eprints.polsri.ac.id/3065/3/BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/31429757/Sensor_Temperatur

D. Mechanical Sensor merupakan sensor atau transduser yang digunakan untuk


mengetahui, mengukur atau mendeteksi nilai perubahan atau gerakan
mekanis dari suatu objek.
1. Pressure sensor (Sensor Tekanan) adalah sensor untuk mengukur
tekanan suatu zat. Tekanan (p) adalah satuan fisika untuk menyatakan
gaya (F) per satuan luas (A). Satuan tekanan sering digunakan untuk
mengukur kekuatan dari suatu cairan atau gas. Sensor tekanan berfungsi
untuk mengukur tekanan suatu zat yang memiliki tekanan sangat kecil
sehingga sulit untuk diukur apabila menggunakan alat pengukur biasa.
Fungsi dari sensor tekanan adalah mengunah tekanan menjadi
induktansi.

Sensor tekanan mempunyai prinsip kerja perubahan tekanan


pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan sehingga
menyebabkan perubahan induksi magnetic pada kumparan.
Kumparan yang digunakan adalah kumparan CT ( center tap). Prinsip
kerja dari sensor tekanan adalah mengubah tegangan mekanik
menjadi listrik. Kurang ketegangan didasarkan pada prinsip bahwa
tahanan pengantar berubah dengan panjang dan luas penampang.
Daya yang diberikan pada kawat itu sendiri menyebabkan kawat
menjadi bengkok. Sehingga menyebabkan ukuran kawat berubah dan
mengubah ketahananya. Ada beberapa fungsi lain dari sensor
tekanan. Applikasi sensor tekanan adalah sebagai pemantau cuaca
yang sering berubah-ubah. Digunakan dipesawat terbang untuk
mengukur tekanan angina yang berada didalam band pesawat terbang,
lalu yang terakhir adalah pengukur tekanan udara pada ruangan
tertutup.

Sumber :

https://www.academia.edu/31429802/Sensor_Tekanan
2. Sensor accelerometer
Sebenernya merupakan sensor yang berfungsi untuk mengukur
getaran (vibrasi), percepatan, sama percepatan gravitasi.
Accelerometer juga dapat digunakan untuk mengukur getaran yang
terjadi pada kendaraan, bangunan, mesin, dan juga bisa digunakan
untuk mengukur getaran yang terjadi di dalam bumi, getaran mesin,
jarak yang dinamis, dan kecepatan dengan ataupun tanpa pengaruh
gravitasi bumi.

Gambar 6. Sensor Accelerometer

Prinsip kerja dari tranduser ini berdasarkan hukum fisika bahwa


apabila suatu konduktor digerakkan melalui suatu medan magnet,
atau jika suatu medan magnet digerakkan melalui suatu konduktor,
maka akan timbul suatu tegangan induksi pada konduktor tersebut.
Accelerometer yang diletakan di permukaan bumi dapat mendeteksi
percepatan 1g (ukuran gravitasi bumi) pada titik vertikalnya, untuk
percepatan yang dikarenakan oleh pergerakan horizontal maka
accelerometer akan mengukur percepatannya secara langsung ketika
bergerak secara horizontal. Hal ini sesuai dengan tipe dan jenis sensor
Accelerometer yang digunakan karena setiap jenis sensor berbeda-
beda sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
pembuatnya. Saat ini hamper semua sensor/tranduser accelerometer
sudah dalam bentuk digital (bukan dengan sistem mekanik) sehingga
cara kerjanya hanya bedasarkan temperatur yang diolah secara digital
dalam satu chip.
Sumber :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47
742/Chapter?sequence=3
E. Electrical Sensor
Sensor yang membutuhkan trnaga listrik untuk dapat bekerja. Sensor ini
utamanya dipasang atau digunakan pada alat-alat yang bekerja
menggunakan sistem kelistrikan.
1. Ohmmeter adalah perangkat elektronik yang mengukur resistansi dalam
komponen rangkaian elektronik. Alat ohm-meter ini menggunakan
galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada
suatu hambatan listrik, yang kemudian dikalibrasikan kedalam satuan
listrik. Ohmmeter dapat digunakan untuk menahan / mendeteksi arus
listrik dalam suatu konduktor.
2. Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi mengukur tegangan listrik.
Satuan tegangan listrik adalah volt. Untuk mengukur tegangan listrik,
voltmeter dipasang paralel terhadap beban. Voltmeter dapat digunakan
untuk mengukur tegangan searah maupun tegangan bolak-balik. Digital
voltmeter Merupakan sebuah instrumen yang dapat mengukur tegangan
DC atau AC dalam bentuk angka diskrit.

Sumber :

https://www.electronics-tutorials.ws/io/io_1.html

F. Chemical Sensor atau Sensor Kimia


Sensor yang mendeteksi jumlah satuan zat kimia dengan cara mengubah
besaran kimia menjadi besaran listrik. Ada dua elemen penting pada sensor
kimia, yaitu;
a. Elemen tempat reaksi kimia terjadi. Pada elemen ini reaksi yang terjadi
diharapkan adalah reaksi yang selektif terhadap partikulat yang
diinginkan. Reaksi kimia ini biasanya akan menghasilkan perubahan
warna, cahaya fluoresen, perubahan potensial atau panas.
b. Transduser yang bertugas merubah respons tersebut menjadi sinyal dan
menerjemahkan besaran sinyal tersebut ke dalam besaran yang terukur.
Chemical sensor dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu ;

1. Oxygen sensor atau sensor lambda adalah perangkat elektronik yang


mengukur proporsi oksigen (02) dalam gas atau cairan yang dianalisis. Para
ilmuwan menggunakan sensor oksigen untuk mengukur respirasi atau
produksi oksigen dan menggunakan pendekatan yang berbeda. Sensor
oksigen yang digunakan dalam analisis oksigen yang menemukan banyak
digunakan dalam aplikasi medis seperti monitor anestesi, respirator dan
konsentrator oksigen. Sensor oksigen juga digunakan dalam sistem
pencegahan kebakaran udara hipoksia untuk memantau terus menerus
konsentrasi oksigen dalam volume yang dilindungi. Ada banyak cara yang
berbeda untuk mengukur oksigen dan ini termasuk teknologi seperti
zirkonia, elektrokimia (juga dikenal sebagai galvanic), metode laser
inframerah, ultrasonik dan sangat baru-baru ini. Setiap metode memiliki
kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Sumber :

Yamada, T., Hayakawa, N., Kami, Y., and Kawai, T., "Universal Air-Fuel
Ratio Heated Exhaust Gas Oxygen Sensor and Further Applications," SAE
Technical Paper 920234, 1992, doi:10.4271/920234.

G. Optical Sensor

1. Proximity Probes and Linear Variable Differential Transformers


(LVDTs)
Proximity Probesdan LVDTs adalah dua sensor yang
serupa.Keduanya terbatas percepatan mapan atau pengukuran
getaran frekuensi rendah; Namun, sensor LVDT getaran memiliki
frekuensi alami sedikit lebih tinggi, yang berarti bahwa ia dapat
menangani / mendeteksi getaran yang agak tinggi. Proximity Probe
hanyalah sebuah pegas massa yang melekat pada wiper dari
potensiometer.
Gambar 10. Struktur sensor LVDT, arus melalui
kumparan primer di A, menyebabkan arus induksi yang
dihasilkan melalui kumparan di B.

Anda mungkin juga menyukai