Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan
dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan
maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi
yang banyak terjadi dimasyarakat adalah penyakit asma.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak
menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan
berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor
ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang
menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu
serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi
pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi
problem tersendiri.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting.
Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam
menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah
satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan
keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap
dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan
bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan
penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma
di Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga
mencolok. Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih
dari lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju.
Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma

1
meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun,
ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan
di rumah sakit dan bahkan kematian.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu mahasiswa agar mampu memahami Asuhan Keperawatan
pada anak dengan Asma Bronchiale.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pembahasan tentang Asma Bronchiale di harapkan
mahasiswa dapat memahami tentang :
a. Teori penyakit Asma Bronchiale
1) Menyebutkan pegertian Asma Bronchiale
2) Menyebutkan etiologi Asma Bronchiale
3) Menjelaskan pastofisiologi Asma Bronchiale
4) Menyebutkan manifestasi klinis Asma Bronchiale
5) Menyebutkan pemeriksaan penunjang Asma Bronchiale
6) Menjelaskan penatalaksanaan Asma Bronchiale
7) Menyebutkan komplikasi Asma Bronchiale
8) Menjelaskan HE (Health Education) Asma Bronchiale
b. Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Asma
Bronchiale :
1) Menjelaskan Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan
Asma Bronchiale.
2) Menjelaskan Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Asma
Bronchiale.
3) Menjelaskan Intervensi Keperawatan pada pasien dengan Asma
Bronchiale.
4) Menjelaskan Implementasi Keperawatan pada pasien dengan
Asma Bronchiale.
5) Menjelaskan Evaluasi Keperawatan pada pasien dengan Asma
Bronchiale.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori


1. Defenisi
a. Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai
oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan
obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.( Huddak
& Gallo, 1997 ).
b. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronchi berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu.( Smeltzer, 2002 : 611).
c. Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi
ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan
hiperresponsif.(Reeves, 2001 : 48)

3
4
2. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2) Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
 Inhalan, yang masuk melalui saluran
pernapasan,misalnya : debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
 Ingestan, yang masuk melalui mulut misalnya :
makanan dan obat-obatan
 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim,seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin,serbuk bunga dan debu.
 Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
5
asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
 Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan
dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
 Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
3. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
6
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua
faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkhiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari
paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
4. Manifestasi Klinis
a. Stadium dini
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
3) Whezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6) Analisa Gas Darah ( AGD).
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan :
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Whezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
7
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)
5. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
a. Status asmatikus
b. Atelektasis
c. Hipoksemia
d. Pneumothoraks
e. Emfisema
f. Deformitas thoraks
g. Gagal nafas
6. Pemeriksaan Labratorium
a. Pemeriksaan Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma
yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan
transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok
sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk
melibat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan
uji resistensi terhadap beberapa antibiotik (Muttaqin, 2008).
b. Pemeriksaan Darah (Analisa Gas Darah/AGD/astrub)
 Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi
dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau
asidosis.
 Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT
dan LDH.

8
 Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu
infeksi.
7. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
b. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya. Pengobatan pada asma bronkhial
terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik :
 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisiotherapy
 Beri O2 bila perlu.
2) Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi
dalam 2 golongan :
 Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
 Orsiprenalin (Alupent)
 Fenoterol (berotec)
 Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam
bentuk tablet, sirup,suntikan dan semprotan. Yang
berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler).
Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup
9
(Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau
cairan broncodilator (Alupent,Berotec, brivasma
serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah
menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus
) untuk selanjutnya dihirup.
 Santin (teofilin)
Nama obat :
 Aminofilin (Amicam supp)
 Aminofilin (Euphilin Retard)
 Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan
efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin /
aminofilin dipakai pada

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
a. Riwayat kesehatan yang lalu :
1) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
2) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor
lingkungan.
3) Kaji riwayat pekerjaan pasien.
b. Aktivitas
1) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
2) Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
3) Tidur dalam posisi duduk tinggi.

10
c. Pernapasan
1) Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan.
2) Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat
tidur.
3) Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan
bahu, melebarkan hidung.
4) Adanya bunyi napas mengi.
5) Adanya batuk berulang.
d. Sirkulasi
1) Adanya peningkatan tekanan darah.
2) Adanya peningkatan frekuensi jantung.
3) Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
4) Kemerahan atau berkeringat.
e. Integritas ego
1) Ansietas
2) Ketakutan
3) Peka rangsangan
4) Gelisah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
d. Kurang pengetahuan Berhubungan dengan kurang informasi / tidak
mengenal informasi.
3. Intervensi
a. Bersikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.

11
Tujuan :Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih
dan jelas.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas
jelas/bersih
2) Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihkan jalan
nafas,misalnya : batuk efektif dan mengeluarkan secret.
Intervensi :
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; krekels,
ronki.
Rasional :
Krekels dan ronki menyerti obstruksi jalan napas atau
kegagalan pernapasan.

2) Kaji/pantau frekuensi pernafasan.


Rasional :
Mengetahui frekuensi pernapasan
3) Catat adanya/derajat diespnea misalnya : gelisah, ansietas,
distres pernafasan, penggunaan otot bantu.
Rasional :
Mengetahui derajat dispneu
4) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman (semi fowler).
Rasional :
Posisi semi fowler dapat mengurangi sesak.
5) Pertahankan polusi lingkungan minimum.
Rasional :
Menghindar polusi lingkungan.
6) Observasi karakteristik batuk,misalnya : menetap,batuk
pendek,basah.
Rasional :
Mengetahui karakteristik batuk.

12
7) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000ml/hari
Rasional :
Masukan cairan dapat mengurangi sesak nafas pasien.
8) Berikan obat sesuai indikasi’
Rasional :
Berikan obat sesuai indikasi.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen.
Tujuan : Perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat.
Kriteria hasil :
1) Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
yang rentang normal dan bebas gejala distress penafasan
2) Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan
Intervensi
1) Kaji frekuensi,kedalaman pernafasan,catat penggunaan otot
aksesori,nafas bibir,ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional :
Mengetahui frekuensi,kedalaman nafas,catat penggunaan tot
aksesori,nafas bibir,ketidakmampuan bicara/berbincng.
2) Tinggikan kepala tempat tidur / semi fowler.
Rasional :
Semi fowler dpat mengurangi sesak karena adanya ekspansi
paru sehingga memudahkan pernapasan.
3) Dorong pengeluaran sputum.
Rasional :
Untuk mengeluarkan sputum
4) Auskultasi bunyi nafas.
Rasional :
Mengetahui bunyi napas.

13
5) Awasi tingkat kesadaran.
Rasional :
Mengetahui tingkat kesadaran pasien
6) Awasi tanda vital dan irama jantung.
Rasional :
Mengetahui tanda-tanda vital dan irama jantung.
7) Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional :
Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja
napas,memberikan kelembaban pada membran mukosa dan
membantu pengenceran sekret.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
1) Menunjukan peningkatan berat badan.
2) Menunjukan perilaku/perubahan pada hidup untuk
meningkatkan dan/mempertahankan berat badan yang ideal.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diet,masukan oral,catat derajat kesulitan makan.
Rasional :
Mengetahui kebiasaan diet,masukan oral.
2) Evaluasi BAB.
Rasional :
Mengetahui hasil BAB
3) Auskultasi bunyi usus.
Rasional :
Mengetahui bunyi usus pasien
4) Berikan perawatan oral sering,buang secret.
Rasional :
Untuk membersihkan mulut pasien agar lebih nyaman.

14
5) Dorong pasien untuk istirahat.
Rasional :
Agar pasien beristirahat
6) Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
Rasional :
Makan sedikit tapi sering dapat memenuhi kebutuhan pasien.
7) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional :
Makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat dapat
mengembungkan perut pasien.
8) Hindari makanan yang sangat panas/ dingin.
Rasional :
Makanan yang panas dan dingin dapat merusak mulut pasien
maupun lambung pasien.
9) Timbang berat badan pasien.
Rasional :
Mengetahui berat badan pasien.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi / tidak


mengenal informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien tentang proses penyakit bertambah.
Kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
2) Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala
3) Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan.
Intervensi :
1) Jelaskan proses penyakit kepada pasien maupun keluarga
pasien.
Rasional :
Agar pasien mengerti tentang penyakit yang di derita pasien.

15
2) Instruksikan untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional :
Agar pasien mengerti cara latihan napas dan batuk efektif.
3) Diskusikan tentang obat yang digunakan,efek samping,dan
reaksi yang tidak diinginkan.
Rasional :
Agar pasien mengerti obat yang di gunakan.
4) Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi.
Rasional :
Agar pasien mengerti peawatan oral.
5) Beritahu efek bahaya merokok kepada pasien.
Rasional :
Agar pasien berhenti atau tidak merokok.
6) Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.
Rasional :
Agar pasien mengerti untuk membatasi aktivitasnya.
4. Implementasi
Sesuai Intervensi
5. Evaluasi
Diagnosa I :
a. Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas
jelas/bersih
b. Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihkan jalan
nafas,misalnya : batuk efektif dan mengeluarkan secret.
Diagnosa II :
a. Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
yang rentang normal dan bebas gejala distress penafasan
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan
Diagnosa III :
a. Menunjukan peningkatan berat badan.

16
b. Menunjukan perilaku/perubahan pada hidup untuk meningkatkan
dan/mempertahankan berat badan yang ideal.
Diagnosa IV :
a. Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
b. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala
c. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena adanya respon yang berlebih terhadap rangsangan
tertentu dan menyebabkan peradangan, namun penyempitan ini bersifat
sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan
merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak
akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh
berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara
dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami
kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami
pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam
saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara
(disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita
harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan
nafas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi
terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain
waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang
secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang
pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas,
batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa
menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama
beberapa hari. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada
atau di leher.
Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat,
sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita
juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada serangan yang sangat
berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat
18
hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana
penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian
segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan
pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu
segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang
berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna.Obat yang bias
digunakan yaitu :
a. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor
beta-adrenergik.
b. Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif
dalam mengurangi gejala asma.
c. Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan
peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya
kemungkinan pengkerutan saluran udara.
d. Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida)
bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan
lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin.
Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera
mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk
mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang
lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.
B. Saran
a. Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Chronik
Asma di perlukan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan
teori penyakit bagi seorang perawat.
b. Informasi yang adekuat dan penkes sangat bermanfaat bagi klien, agar
klien mampu mengatasi masalah nya secara mandiri

19
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, K. (1990) “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam,


Jakarta : FK UI.
Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta :
AGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) “Rencana Asuhan
Keperawatan”, Jakarta : EGC.
Judith M.Wilkinson,2007,Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC
NANDA,2001-2002,Diagnosis keperawatan Nanda,Yogyakarta;UGM

20

Anda mungkin juga menyukai