DENSITAS MASSA
18040006
FASHION DESIGN
1G5
2018
Abstrak
PENDAHULUAN
2.1 Densitas
Massa jenis zat dapat dihitung dengan membandingkan massa zat (benda)
dengan volumenya. Massa jenis merupakan salah satu ciri untuk mengetahui
kerapatan zat, Pada volume yang sama,semakin rapat zatnya, semakin besar
massanya. Sebaliknya makin renggang, makin kecil massa suatu benda, Pada
massa yang sama, semakin rapat zatnya, semakin kecil volumenya.Sebaliknya,
semakin renggang kerapatannya semakin besar volumenya (Bredthauer, 1993),
Hukum Archimedes:
“Jika sebuah benda dicelupkan kedalam zat cair, maka benda tesebut akan
mendapat gaya yang disebut gaya apung sebesar berat zat cair yang dipindahkan
nya”
Akibat adanya gaya apung itulah mengapa berat benda yang berada di dalam zat
cair akan berkurang, Hal itu dikarenakan adanya gaya ke atas yang ditimbulkan
oleh air yang diterima oleh suatu benda, Hubungan antara berat benda di udara,
gaya ke atas dan berat semua adalah:
Ws = W - Fa
Keterangan:
Fa = ρzat cair , Vo , g
Keterangan:
𝑚
𝜌= (𝑔/𝑐𝑚3 )
𝑣
∑F = 0
T1 = Mg
∑F = 0
B + T2 = Mg
B = Mg – T2 – T2 = T1 – T2
Besar B adalah besar gaya buoyant yang merupakan besar gaya reaksi zat cair.
Karena T1 dan T2 masing – masing dihitung dengan menggunakan neraca
teknis,maka variabel yang teukur adalah massa sehingga massa zat cair dapat
ditentukan dari:
𝐵
= Mzat cair = MT1 - MT2
𝑔
BAB III
METODE EKSPERIMEN
Mikrometer sekrup
Jangka sorong
Pipet tetes
Neraca Quodrople Beam Balance
Batang zat padat
Gelas ukur
Penggaris
3.2 Prosedur
1) Diukur panjang , lebar dan tebal 3 zat padat dengan pengukuran berulang
kemudian dihitung volume 3 benda padat
2) Dihitung massa 3 benda zat padat
3) Diukur massa air dan gelas
4) Diukur gaya buoyant per konstanta percepatan gravitasi
5) Diukur massa kenaikan zat cair dan densitasnya
1. HASIL DAN PEMBAHASAN
1
∆p = 0,1
20
= 0,005 cm
1
∆l = 0,1
20
= 0,005 cm
1
∆t = 0,5
50
= 0,01 mm
= 0,001 cm
Sehingga :
p ± ∆p = (3,29 ± 0,005) cm
l ± ∆l = (3 ± 0,005) cm
t ± ∆t = (1 ± 0,001) cm
Menghitung V ± ∆V benda 1
V =p.l.t
= 3,29 . 3 . 1
= 9,870 cm3
V ± ∆V
(9,870 ± 0,041) cm3
1
∆t = 20 0,1
= 0,005 cm
1
∆r = 20 0,1
= 0,005 cm
1
∆m = 20 0,01
= 0,005 gr
V = 𝜋𝑟 2 𝑡
= 3,14 . 2,362 . 0,525
= 9,181cm3
∆V = |𝜋𝑟 2 ∆𝑡| + |2𝜋𝑟𝑡∆𝑟|
= |3,14 . 2,362 0,005| + |2 .3,14 . 2,36 . 0,525 . 0,005|
= |0,087| + |0,038|
= 0,126 cm3
𝑚 𝑇1−𝑇2
‘ 𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = =
𝑉 𝑉
87,51−76,86
=
9,181
= 1,160 gr/cm3
1 𝑚
∆𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = |𝑉 ∆𝑚| + |𝑉 2 ∆𝑉|
1 10,65
= |9,181 0,005| + |9,1812 0,126|
= |0,0005| + |0,0159|
= 0,016 gr/cm3
Sehingga :
𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 ± ∆𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
(1,160 ± 0,016) gr/cm3
𝑚 𝑚𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟−𝑚𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠
𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = =
𝑉 𝑉
58,74−47
=
9,181
= 1,278 gr/cm3
1 𝑚
∆𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = |𝑉 ∆𝑚| + |𝑉 2 ∆𝑉|
1 10,65
= |9,181 0,005| + |9,1812 0,126|
= |0,0005| + |0,0159|
= 0,016 gr/cm3
Sehingga :
𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 ± ∆𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
(1,278 ± 0,016) gr/cm3
1
∆p =20 0,1
= 0,005 cm
1
∆l =20 0,1
= 0,005 cm
1
∆t = 0,5
50
= 0,01 mm
= 0,001 cm
Sehingga :
p ± ∆p = (3,6 ± 0,005) cm
l ± ∆l = (1,61 ± 0,005) cm
t ± ∆t = (1,523 ± 0,001) cm
Menghitung V ± ∆V benda 1
V =p.l.t
= 3,6 . 1,61 . 1,523
= 8,827 cm3
Sehingga :
V ± ∆V
(8,827 ± 0,041) cm3
1
∆t = 20 0,1
= 0,005 cm
1
∆r = 20 0,1
= 0,005 cm
1
∆m = 20 0,01
= 0,005 gr
V = 𝜋𝑟 2 𝑡
= 3,14 . 2,362 . 0,54
= 9,443 cm3
𝑚 𝑇1−𝑇2
𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = =
𝑉 𝑉
87,51−76,86
=
9,443
= 1,127 gr/cm3
1 𝑚
∆𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = |𝑉 ∆𝑚| + |𝑉 2 ∆𝑉|
1 10,56
= |9,443 0,005| + |9,4432 0,127|
= |0,0005| + |0,0150|
= 0,015 gr/cm3
Sehingga :
𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 ± ∆𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
𝑚 𝑚𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟−𝑚𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠
𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = =
𝑉 𝑉
56,42−47
=
9,443
= 0,997 gr/cm3 ...(36)
1 𝑚
∆𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = |𝑉 ∆𝑚| + |𝑉 2 ∆𝑉|
1 10,56
= |9,443 0,005| + |9,4432 0,127|
= |0,0005| + |0,0150|
= 0,015 gr/cm3
Sehingga :
𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 ± ∆𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
2. PEMBAHASAN
Setelah melakukan praktikum tentang densitas massa diketahui bahwa densitas adalah
pengukuran massa dibagi dengan volume, densitas massa tidak bergantung oada penentuan
zat, jumlah zat, sedikit banyaknya jumlah zat, memiliki massa jenis yang tetap. Hal ini
menunjukan bahwa densitas merupakan ciri khas suatu zat. Perbedaan massa benda dan
juga volume benda menyebabkan hasil massa jenis zat cair yang diperoleh untuk massa
jenis zat cair berbeda-beda.
Penggunaan teori ralat pada praktikum telah disepakati di dunia teknik dan sains
dikarenakan nilai ralat memperlihatkan nilai ketidakpastian. Tanpa adalanya nilai ralat ini,
maka suatu praktikum menjadi tidak ada artinya. Pada perhitungan densitas massa ini nilai
ralat yang digunakan pada jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca, ralat volume, dan
ralat densitas.
𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 ± ∆𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
(1,160 ± 0,016) gr/cm3
𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 ± ∆𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
(1,278 ± 0,016) gr/cm3
Yang akhirnya ditemukan bahwa pada benda 2 memiliki :
V ± ∆V
(8,827 ± 0,041) cm3
𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 ± ∆𝜌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
(1,127 ± 0,015) gr/cm3
𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 ± ∆𝜌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
3. KESIMPULAN
Hasil dari praktikum kali ini bisa disimpulkan bahwa, setelah mengetahu bahwa densitas
adalah perbandingan antara massa benda dengan volume benda, maka harus diketahui
massa benda ketika di udara dan di dalam zat cair. Kemudian dicari volume kenaikan
airnya. Maka diketahui densitas massa benda tersebut.
Penggunaan ralat pengukuran tunggal maupun berulang untuk menghitung volume suatu
permukaan batang zat padat. Pada percobaan ini densitas massa dapat diukur dengan
menggunakan prinsip kerja mekanika Newton dengan hasil :
Benda 1 (𝜌 ± ∆𝜌)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 =
1,160 ± 0,016 gr/cm3
Benda 2 (𝜌 ± ∆𝜌)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 =
1,127 ± 0,015 gr/cm3
Benda 1 (𝜌 ± ∆𝜌)𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 =
1,278 ± 0,016 gr/cm3
Benda 2 (𝜌 ± ∆𝜌)𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 =
0,997 ± 0,015 gr/cm3
Pada praktikum adanya ketidaksesuaian antara praktikum dengan teori maupun literature
dikarenakan keterbatasan alat yang kurang representative untuk dilakukan percobaan
yang baik serta pengukuran tunggal dan berulang yang memperlihatkan hasil yang kurang
teliti
DAFTAR PUSTAKA