Perubahan nomenklatur
pengawasan:
Menkeu OJK Perlunya
harmonisasi 1. POJK Nomor
Penyesuaian pengaturan dan 28/POJK.05/2014 tentang
Perizinan Usaha dan
di bidang perbankan, konkordansi Kelembagaan PP*)
IKNB, dan perlindungan 2. POJK Nomor
konsumen 29/POJK.05/2014 tentang
POJK
Penyelenggaraan Usaha PP
mengenai Konvensional
Perusahaan 3. POJK Nomor
Perkembangan usaha Pembiayaan 30/POJK.05/2014 tentang
Perusahaan Pembiayaan Tata Kelola yang Baik Bagi
(PP) yang dinamis PP*)
4. POJK Nomor
31/POJK.05/2014 tentang
Peningkatan Penyelenggaraan Usaha
Mendukung penerapan kualitas Pembiayaan Syariah.
RBS, dibutuhkan: peraturan
1. Pengaturan tingkat
kesehatan
*)mengatur Perusahaan
Pembiayaan dan Perusahaan
2. Pengaturan Tata Pembiayaan Syariah
Kelola
2
Peraturan Pelaksanaan
POJK Perizinan Usaha dan SE OJK tentang Mekanisme Perizinan Kantor Cabang
Kelembagaan PP Perusahaan Pembiayaan.
POJK Penyelenggaraan
SE OJK tentang Uang Muka Pembiayaan
Usaha PP
POJK Tata Kelola yang Baik SEOJK tentang Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan
Bagi PP Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan
3
Framework Pengaturan Perusahaan Pembiayaan
Tingkat kesehatan
Standardisasi perjanjian Rasio permodalan
dan akad Pembiayaan Kualitas piutang pembiayaan
Uang muka pembiayaan Rentabilitas
Mitigasi risiko Likuiditas
pembiayaan Prudential Financing to asset ratio
Penyertaan Gearing ratio
Pendanaan Sanksi
Sertifikasi
Penguatan Kelembagaan
Pengelolaan Usaha Perluasan Kegiatan Usaha
Penyesuaian ekuitas minimum
Kepemilikan asing secara
Tata Kelola yang Baik kumulatif direct dan indirect ≤
85%
Jumlah minimal direksi dan Kewajiban menjadi anggota
komisaris. asosiasi & SID
Komisaris independen dan Tenaga kerja asing
komite Pelatihan SDM
Pembatasan pengurus WNA.
Rangkap jabatan.
4
Struktur POJK Penyelenggaraan Usaha PP
Kegiatan Usaha
Tingkat Kesehatan
Perjanjian
Keuangan Pembiayaan Sewa Pembiayaan
Pembiayaan
Rasio Permodalan Investasi Anjak Piutang
5
Perluasan Kegiatan Usaha
POJK 29/2014
Kegiatan Usaha
(PMK 84/2006)
Pembiayaan Investasi (Produktif, >2 th)
Cara :
1. Sewa Guna Usaha : Finance Lease & Sale and Leaseback
2. Anjak Piutang With Recourse
3. Installment Financing
4. Pembiayaan Proyek
5. Pembiayaan Infrastruktur
Pembiayaan Modal Kerja (Produktif,<2 th)
Cara :
1. Sewa Guna Usaha : Sale and Leaseback
2. Anjak Piutang with recourse & without recourse
3. Fasilitas Modal Usaha
6
KEGIATAN LAIN
Perusahaan Pembiayaan dapat
melakukan Operating lease
&kegiatan berbasis fee sepanjang
tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan-undangan
di sektor jasa keuangan
7
Q&A
Bagaimana aplikasi penerapan pembiayaan investasi
dan pembiayaan multiguna
8
Q&A
Pembiayaan UMKM (Usaha kecil & menengah) diusulkan agar dapat diberikan
langsung kepada debitur/nasabah dananya karena masih terbuka besar untuk
UMKM.
9
Q&A
Dalam Pasal 52 POJK 29/2014, PP dilarang melakukan pembelian barang dari Debitur
atau calon Debitur kecuali melalui cara Jual dan Sewa-Balik (Sale and Leaseback).
Mengapa Sale and Leaseback diperbolehkan?
Pada saat penyusunan POJK, kegiatan sale and leaseback dengan mekanisme
finance lease merupakan salah satu jenis kegiatan yang diperbolehkan oleh PMK
84/2006 dan telah dilakukan oleh banyak perusahaan pembiayaan.
Mengingat kegiatan sale and leaseback dengan mekanisme finance lease
merupakan transaksi 2 pihak, OJK memandang perlu untuk memberikan
pengecualian dari definisi kegiatan dana tunai untuk transaksi sale and leaseback
dengan mekanisme finance lease.
Namun demikian, dalam melakukan kegiatan sale and leaseback, PP juga tetap
harus memperhatikan ketentuan finance lease yang diatur dalam Pasal 8 POJK
29/2014.
10
Q&A
Apakah Sale and Leaseback dengan mekanisme Operating Lease diperbolehkan?
Apakah dikategorikan sebagai operating lease sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) POJK 29/2014?
11
Q&A
Apakah PP yang akan melakukan kegiatan anjak piutang dalam skim pembiayaan
modal kerja akan memerlukan izin baru, apabila PP tersebut hanya memperoleh
izin untuk melakukan kegiataan usaha Sewa Guna Usaha dan Pembiayaan
Konsumen.
13
Q&A
Fungsi kepatuhan adalah antara lain memastikan bahwa kegiatan usaha yang
dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bagaimana cara memastikan dan bagaimana apabila ada kegiatan usaha yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan membahayakan
perusahaan?
1) Tata cara pelaksanaan kegiatan usaha PP telah diatur khususnya dalam Pasal
2 s.d.Pasal 14, dan Pasal 52 POJK 29/2014.
2) Dalam hal PP yang akan melakukan kegiataan usaha Pembiayaan lain atau
cara pembiayaan lain wajib terlebih dahulu memenuhi persyaratan tertentu
dan mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada OJK dengan
menyertakan dokumen-dokumen pendukung sebagaimana diatur dalam Pasal
2, Pasal 4 dan Pasal 5 POJK 29/2014.
3) Apabila perusahaan memerlukan kepastian apakah PP melakukan kegiataan
usaha yang bertentangan dengan Peraturan, PP dapat melakukan koodrinasi
dengan OJK terlebih dahulu.
14
Q&A
Untuk pembelian kendaraan produktif, dengan tenor <2tahun,
dengan pembayaran angsuran (installment financing) masuk ke dalam
pembiayaan apa?
15
PENGATURAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN
Perjanjian Pembiayaan wajib dibuat secara tertulis.
Perjanjian pembiayaan wajib dibuat dalam ukuran dan bentuk
huruf yang dapat dibaca secara jelas sesuai dengan Peraturan
OJK tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Perjanjian Pembiayaan wajib dibuat dalam bahasa Indonesia,
dan apabila dipandang perlu dapat diterjemahkan ke dalam
bahasa asing.
16
Q&A
Bagaimana standardisasi bentuk perjanjian pembiayaan?
17
MITIGASI RISIKO PEMBIAYAAN
18
Q&A
Pasal 18 POJK No.29/POJK.05/2014, perihal mitigasi risiko melalui asuransi,
apakah wajib per 19 november 2014,atau berlaku peraturan peralihan berlaku 1
tahun setelahnya.
Dalam POJK 29/2014, ketentuan Pasal 18 berlaku pada saat POJK ditetapkan
pada tanggal 19 November 2014.
19
Tingkat Kesehatan Keuangan
Peraturan sebelumnya
(PMK Np. POJK No.29/2014
84/PMK.12/2006)
Permodalan
Rasio Permodalan
Rentabilitas
Nilai komposit:
Tidak ROA, BOPO
terdapat
pengaturan
Kualitas Aset
NPF
Likuiditas
Perbandingan Aset & Liabilitas Lancar
20
(Current Ratio)
20
Rasio Permodalan
modal yang telah disesuaikan
Rasio Permodalan = X 100%
aset yang telah disesuaikan
Rasio permodalan paling rendah sebesar 10%.
Modal yang telah disesuaikan dihitung dari nilai ekuitas Perusahaan Pembiayaan
dengan mempertimbangkan faktor penambah dan pengurang untuk memperoleh nilai
modal yang akan diperhitungkan dalam Rasio Permodalan seperti selisih antara
pencadangan regulasi dengan pencadangan akuntansi.
Aset yang telah disesuaikan dihitung dari nilai aset dikurangi dengan kas dan setara
kas.
Ketentuan mengenai rasio permodalan akan berlaku 1 tahun sejak POJK ditetapkan.
Ketentuan rasio permodalan dapat ditinjau kembali dan perubahannya diatur dalam
SE OJK.
21
Kolektibilitas Piutang Pembiayaan
PMK No. 84/PMK.12/2006 POJK No. 29/POJK.05/2014
Sewa Guna Usaha Pasal 28 ayat (1): Pengkategorian menjadi 5 kategori, yaitu, lancar,
Lancar (0-6 bulan) dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.
Diragukan (6-14 bulan) Penilaian Kualitas Piutang Pembiayaan untuk Pembiayaan
Macet (>14 bulan) Investasi dan Pembiayaan Modal Kerja => Rp3M
Anjak Piutang prospek usaha;
Lancar (<90 hari) kinerja (performance) Debitur/peminjam;
Diragukan (90-180 hari) kemampuan membayar.
Macet (>180 hari) Pembiayaan < Rp3M
Kartu Kredit Batas waktu Pembayaran Pokok dan bunga berdasarkan
Lancar (<30 hari) kolektibilitas:
Diragukan (30-90 hari) Lancar (<30 hari*)
Macet (>90 hari) Dalam Perhatian Khusus (15-90 hari)
Pembiayaan Konsumen Kurang Lancar (90-120 hari)
Lancar (<4 bulan) Diragukan (120-180 hari)
Diragukan (4-12 bulan) Macet (>180 hari).
Macet (>12 bulan) *hari kalender
Ketentuan di Perbankan:
One Obligor Concept PP wajib menetapkan kualitas yang sama Lancar (< 0 hari)
terhadap 1 debitur dengan beberapa kontrak pembiayaan yang Dalam Perhatian Khusus (1-
berbeda. 90 hari)
Batasan maksimum piutang pembiayaan yang masuk dalam kategori Kurang Lancar (90-120 hari)
Non Performing Financing-Netto sebesar 5% (Rasio Total Piutang Diragukan (120-180 hari)
Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet terhadap Total Piutang Macet (>180 hari).
22
Pembiayaan)
22
Pencadangan Piutang Pembiayaan
PMK No. 84/PMK.12/2006 POJK No. 29/POJK.05/2014
23
Q&A
Ketentuan batas max NPF sebesar 5% dari total piutang berlaku bagi perusahaan
pembiayaan secara keseluruhan atau per kantor cabang?
24
Q&A
Standardisasi mengenai tata cara perhitungan dan penilaian agunan sebagai
faktor pengurang dan pembentukan cadangan penyisihan penghapusan piutang.
25
Penyesuaian Ekuitas Perusahaan Pembiayaan
31 Desember 2019
Satu Satu
Pihak Debitur Kelompok
Terkait Debitur
Paling Tinggi Paling Tinggi
Total 50% 20% 50%
27
Sumber Pendanaan
PMK No POJK No. 29/POJK.05/2014
84/PMK.12/2006
SUMBER PENDANAAN *)
Pinjaman dari bank
Menerima
pinjaman
dari bank
industri Menerbitkan melakukan
pinjaman menerbitkan Sekuritisasi
Pinjaman dari badan keuangan penawaran
usaha non-bank, MTN subordinasi obligasi
saham
aset
dan/atau
badan
usaha lain
Tidak perlu dilakukan Pinjaman dari badan usaha lain Mengikuti ketentuan di Pasar
dibatasi (Pasal 45): Modal
Penilaian oleh Lembaga
Jumlah pinjaman paling sedikit Rp1 Pinjaman Subordinasi:
Independen miliar. Jangka waktu paling singkat 5
tahun;
Jangka waktu paling singkat 1 tahun. Hak tagih berlaku paling akhir dari
Dibuat dalam Akta Notariil segala pinjaman yang ada
Dituangkan dalam akta notaril
28
Penyertaan Saham
(Pasal 49)
Ketentuan Penyertaan modal oleh Perusahaan Pembiayaan:
Perusahaan pada sektor jasa keuangan di Indonesia
perusahaan yang terkait dengan kegiatan Perusahaan Pembiayaan
antara lain: Dealer kendaraan bermotor, Lembaga penyedia Informasi
perkreditan, penyedia alih daya di bidang penagihan, surveyor.
Untuk memastikan bahwa PP tetap melakukan kegiatan usaha utamanya,
penyertaan saham PP dibatasi dengan hal-hal sebagai berikut:
Jumlah seluruh penyertaan langsung PP paling tinggi 20% dari jumlah
Ekuitas PP.
Jumlah penyertaan langsung PP kepada entitas dalam 1 (satu) grup
paling tinggi 10% dari jumlah Ekuitas PP.
Ketentuan tersebut harus dipenuhi pada saat melakukan penyertaan.
29
29
Sertifikasi
(Pasal 50)
Posisi Manajerial (kepala kantor cabang sampai dengan satu tingkat
dibawah Direksi)
• Wajib memiliki sertifikat keahlian tingkat dasar di bidang pembiayaan dari lembaga
yang ditunjuk oleh asosiasi.
Direksi
• Wajib memiliki sertifikat keahlian di bidang pembiayaan dari lembaga yang ditunjuk
oleh asosiasi.
Dewan Komisaris
• Wajib memiliki sertifikat keahlian tingkat dasar di bidang pembiayaan dari lembaga
yang ditunjuk oleh asosiasi.
31
PENYAMPAIAN LAPORAN BERKALA
Ketentuan mengenai laporan
Laporan
bulanan diatur dalam Peraturan OJK
Bulanan
mengenai laporan bulanan
33
Sistem Informasi dan Teknologi
(Pasal 58)
• Perusahaan Pembiayaan wajib mempunyai
sistem informasi dan teknologi yang
terintegrasi;
• Berlaku untuk PP yang memiliki kantor cabang
lebih dari 5 (lima).
34
PENEGAKAN KEPATUHAN
Perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan
Peraturan OJK tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan.
Sanksi Administratif
o Restrukturisasi aset dan/atau liabilitas;
o Penambahan modal disetor;
o Surat Peringatan (3x) o
o
Pembatasan penerimaan pinjaman baru
Penerimaan pinjaman subordinasi;
Rencana
o Pembekuan Kegiatan Usaha o
o
Pengalihan sebagian atau seluruh aset;
Pembatasan pembagian laba pemenuhan
o Pencabutan Izin Usaha o
o
Pembatasan kegiatan yang menyebabkan pelanggran ketentuan
Pembatasan pembukaan kantor cabang baru; dan/atau
o Penggabungan badan usaha.
35
Struktur POJK Tata Kelola yang Baik bagi PP
37
Penerapan Tata Kelola Yang Baik (2)
4. Kebijakan dan
prosedur penerapan
manajemen risiko,
termasuk sistem
3. Kebijakan dan
pengendalian intern. 5. Kebijakan
prosedur penerapan
fungsi kepatuhan, remunerasi.
audit intern, dan audit
ekstern.
38
Pemegang Saham
Pemegang saham pengendali Perusahaan wajib memenuhi
ketentuan penilaian kemampuan dan kepatutan.
Pemegang saham Perusahaan harus memastikan Perusahaan
dijalankan berdasarkan praktik usaha pembiayaan yang sehat
melalui RUPS
Pemegang saham Perusahaan dilarang mencampuri kegiatan
operasional Perusahaan yang menjadi tanggung jawab Direksi,
kecuali dalam rangka melaksanakan hak dan kewajiban selaku
RUPS
Pemegang saham Perusahaan yang menjabat sebagai anggota
Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau anggota Dewan Pengawas
Syariah pada Perusahaan yang sama harus mendahulukan
kepentingan Perusahaan.
39
DIREKSI
Setiap anggota Direksi Perusahaan wajib lulus penilaian kemampuan dan
kepatutan
PP beraset > Rp 200M wajib memiliki minimal 3 orang anggota direksi, sedangkan
PP beraset ≤ Rp.200M wajib memiliki minimal 2 orang anggota direksi
Seluruh anggota Direksi dari PP yang seluruh Pemegang Saham WNI dan/atau
badan hukum Indonesia, wajib berkewarganegaraan Indonesia.
PP dengan kepemilikan asing wajib memiliki paling sedikit 50% anggota Direksi
yang merupakan warga negara Republik Indonesia
Anggota Direksi Perusahaan dilarang melakukan rangkap jabatan pada
perusahaan lain kecuali sebagai anggota Dewan Komisaris paling banyak pada 3
Perusahaan lain
Direksi Perusahaan wajib menyelenggarakan rapat Direksi secara berkala paling
sedikit 1 kali dalam 1 bulan & wajib menghadiri rapat Direksi paling sedikit 50% dari
jumlah rapat Direksi dalam periode 1 tahun;
Perusahaan wajib memiliki anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan.
40
KOMISARIS
Setiap anggota Dewan Komisaris Perusahaan wajib lulus penilaian kemampuan dan
kepatutan;
PP dengan aset > Rp.200M wajib memiliki minimal 2 orang anggota Dewan Komisaris dan
salah satunya adalah 1 orang Komisaris Independen;
Perusahaan wajib mempunyai paling sedikit 1 orang anggota Dewan Komisaris yang
berdomisili di wilayah negara Republik Indonesia;
Anggota Dewan Komisaris Perusahaan dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai anggota
Dewan Komisaris pada lebih dari 3 PP lain;
Dewan Komisaris Perusahaan wajib menyelenggarakan rapat secara berkala paling sedikit 1
kali dalam 3 bulan & wajib menghadiri rapat paling sedikit 75% dari jumlah rapat Dewan
Komisaris dalam periode 1 tahun.
Komisaris Independen:
Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota
DPS, atau pemegang saham Perusahaan, dalam Perusahaan yang sama;
Tidak pernah jadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota DPS atau menduduki
jabatan 1 tingkat dibawah Direksi pada PP yang sama atau perusahaan lain yang memiliki
hubungan afiliasi dengan PP dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.
41
Contoh rangkap jabatan
Direksi dan Komisaris
Nama Jabatan Jabatan Perusahaan Pembiayaan Perusahaan Non
Rangkap Perusahaan Pembiayaan
A B C D E F G H
Andi/ Direktur v x x x x x x x
Direktur PP A Komisaris x v v v v v v v
Budi/ Direktur x x x x x x x x
Komisaris PP A Komisaris v v v v v v v v
Anggota Direksi Perusahaan dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai Direksi pada
perusahaan lain kecuali sebagai anggota Dewan Komisaris paling banyak pada 3 (tiga)
Perusahaan lain.
Anggota Dewan Komisaris Perusahaan dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai
anggota Dewan Komisaris pada lebih dari 3 (tiga) Perusahaan lain.
42
Q&A
Bagaimanakah implementasi dari BOC Meeting (4x/tahun)?
43
Komite
Perusahaan yang memiliki total aset lebih dari Rp.200M wajib
membentuk komite audit.
Salah seorang anggota komite adalah Komisaris Independen
yang sekaligus berkedudukan sebagai ketua komite;
Dewan Komisaris Perusahaan dapat membentuk komite lain
guna menunjang pelaksanaan tugas Dewan Komisaris. Komite
lain yang dapat dibentuk oleh Dewan Komisaris antara lain:
komite pemantau risiko;
komite remunerasi dan nominasi; dan
komite tata kelola perusahaan (governance).
44
Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas terdiri atas 1 orang ahli syariah atau lebih
yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesi;
Dewan Pengawas Syariah dilarang melakukan rangkap
jabatan sebagai anggota Direksi atau Dewan Komisaris pada
Perusahaan yang sama;
Dewan Pengawas Syariah dilarang melakukan rangkap
jabatan sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris
atau anggota Dewan Pengawas Syariah pada lebih dari 4
lembaga keuangan syariah lain.
Dewan Pengawas Syariah wajib menyelenggarakan rapat
Dewan Pengawas Syariah secara berkala paling sedikit 6 kali
dalam 1 tahun.
45
Transparansi Kepemilikan Saham
Anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan wajib mengungkapkan mengenai:
Kepemilikan sahamnya yang mencapai 50% (lima puluh perseratus) atau lebih pada
Perusahaan tempat anggota direksi dimaksud menjabat dan/atau pada perusahaan
lain yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri; dan
Hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Direksi lain, anggota
Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, dan/atau pemegang saham
Perusahaan tempat anggota direksi dimaksud menjabat,
kepada perusahaan tempat anggota direksi dimaksud menjabat dan dicantumkan
dalam laporan penerapan tata kelola perusahaan yang baik.
46
Auditor Eksternal
Auditor eksternal Perusahaan wajib ditunjuk oleh RUPS dari calon auditor eksternal
yang diajukan oleh Dewan Komisaris berdasarkan usulan komite audit (jika ada).
Perusahaan wajib menyediakan semua catatan akuntansi dan data penunjang yang
diperlukan bagi auditor eksternal sehingga memungkinkan auditor eksternal
memberikan pendapatnya tentang kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan
Perusahaan dengan standar audit yang berlaku.
47
Praktik dan Kebijakan Remunerasi
Perusahaan wajib menerapkan kebijakan remunerasi bagi anggota Direksi, anggota
Dewan Komisaris, DPS dan pegawai yang mendorong perilaku berdasarkan prinsip
kehati-hatian (prudent behavior) yang sejalan dengan kepentingan jangka panjang
perusahaan dan perlakuan adil terhadap Debitur, kreditur, dan/atau Pemangku
Kepentingan lainnya.
48
Tata Kelola Pembiayaan
Perusahaan wajib menyusun kebijakan dan rencana pembiayaan yang
dituangkan dalam rencana bisnis Perusahaan
Perusahaan wajib memiliki satuan kerja atau pegawai yang bertanggung
jawab:
a. menyelenggarakan fungsi pemasaran, penerapan prinsip mengenal
nasabah, analisis pembiayaan, pemantauan kualitas piutang
pembiayaan, penagihan, penanganan pengaduan Debitur;
b. menyusun dan menerapkan standar dan prosedur operasional
pembiayaan; dan
c. menyusun dan menerapkan sistem dan prosedur pengendalian
internal untuk memastikan bahwa proses pemberian pembiayaan
dilakukan sesuai dengan kebijakan dan strategi pembiayaan, serta
tidak melanggar peraturan perundangan.
49
Q&A
Untuk efisiensi, hingga saat ini sistem administrasi, pembukuan dan manajemen
risiko di sebuah PP dilakukan oleh holding, kapan batas waktu maksimal fungsi
tersebut harus ada pada struktur organisasi secara mandiri di perusahaan
pembiayaan?
50
Etika Bisnis
51
Keterbukaan Informasi
Kebijakan dan strategi komunikasi Perusahaan harus
memungkinkan informasi yang dibutuhkan diberikan kepada
OJK secara lengkap, tepat waktu, dan dengan cara yang efisien.
Perusahaan wajib memiliki sistem pelaporan keuangan yang
diandalkan untuk keperluan pengawasan dan Pemangku
Kepentingan lain.
Perusahaan wajib mengungkapkan kepada OJK mengenai hal-
hal penting, paling sedikit meliputi:
pengunduran diri atau pemberhentian auditor eksternal;
transaksi material dengan pihak terkait;
Benturan Kepentingan yang sedang berlangsung dan/atau
yang mungkin akan terjadi; dan
informasi material lain mengenai Perusahaan.
52
Pelaporan
53
Q&A
Bagaimana cara penyusunan pelaporan tata kelola yang baik?
54
Sanksi
Perusahaan yang
melanggar ketentuan Sanksi administratif berupa
Peraturan OJK ini peringatan dapat diberikan
dikenakan sanksi paling banyak 3 kali berturut- Dalam hal sampai
administratif turut dengan masa berlaku dengan berakhirnya
paling lama masing-masing 2 jangka waktu peringatan
bulan, yaitu: ketiga, Perusahaan tidak
a.peringatan pertama; juga memenuhi
ketentuan, Direksi,
b.peringatan kedua; dan Dewan Komisaris
Sanksi administratif c.peringatan ketiga. dan/atau Pemegang
antara lain berupa Saham Pengendali
peringatan dan dikenakan penilaian
pelaksanaan penilaian kembali kemampuan dan
kembali kemampuan dan kepatutan.
kepatutan
Dalam hal Perusahaan mendapatkan sanksi
administratif berupa peringatan sebanyak 5 kali atau
lebih secara kumulatif dalam jangka waktu 2 tahun,
Direksi, Dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham
Pengendali dikenakan penilaian kembali kemampuan
dan kepatutan.
55
Q&A
Apakah dengan berlakunya POJK 28,29,30, dan 31 tahun 2014 menghapus
ketentuan PMK 84/2006?
56
TERIMA KASIH