Anda di halaman 1dari 57

Latar Belakang dan Ruang Lingkup

Perubahan nomenklatur
pengawasan:
Menkeu OJK Perlunya
harmonisasi 1. POJK Nomor
Penyesuaian pengaturan dan 28/POJK.05/2014 tentang
Perizinan Usaha dan
di bidang perbankan, konkordansi Kelembagaan PP*)
IKNB, dan perlindungan 2. POJK Nomor
konsumen 29/POJK.05/2014 tentang
POJK
Penyelenggaraan Usaha PP
mengenai Konvensional
Perusahaan 3. POJK Nomor
Perkembangan usaha Pembiayaan 30/POJK.05/2014 tentang
Perusahaan Pembiayaan Tata Kelola yang Baik Bagi
(PP) yang dinamis PP*)
4. POJK Nomor
31/POJK.05/2014 tentang
Peningkatan Penyelenggaraan Usaha
Mendukung penerapan kualitas Pembiayaan Syariah.
RBS, dibutuhkan: peraturan
1. Pengaturan tingkat
kesehatan
*)mengatur Perusahaan
Pembiayaan dan Perusahaan
2. Pengaturan Tata Pembiayaan Syariah
Kelola

2
Peraturan Pelaksanaan

POJK Perizinan Usaha dan SE OJK tentang Mekanisme Perizinan Kantor Cabang
Kelembagaan PP Perusahaan Pembiayaan.

SE OJK tentang Persyaratan Pembiayaan Proyek

POJK Penyelenggaraan
SE OJK tentang Uang Muka Pembiayaan
Usaha PP

SE OJK tentang Tingkat Kesehatan

SE OJK tentang Akad-Akad Pembiayaan Syariah.

POJK Penyelenggaraan SE OJK tentang Pelaporan Akad Pembiayaan Syariah


Pembiayaan Syariah
SE OJK tentang Uang Muka Pembiayaan Syariah

SE OJK tentang Tingkat Kesehatan

POJK Tata Kelola yang Baik SEOJK tentang Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan
Bagi PP Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan

3
Framework Pengaturan Perusahaan Pembiayaan
 Tingkat kesehatan
 Standardisasi perjanjian  Rasio permodalan
dan akad Pembiayaan  Kualitas piutang pembiayaan
 Uang muka pembiayaan  Rentabilitas
 Mitigasi risiko  Likuiditas
pembiayaan Prudential  Financing to asset ratio
 Penyertaan  Gearing ratio
 Pendanaan  Sanksi
 Sertifikasi

Penguatan Kelembagaan
Pengelolaan Usaha Perluasan Kegiatan Usaha
 Penyesuaian ekuitas minimum
 Kepemilikan asing secara
Tata Kelola yang Baik kumulatif direct dan indirect ≤
85%
 Jumlah minimal direksi dan  Kewajiban menjadi anggota
komisaris. asosiasi & SID
 Komisaris independen dan  Tenaga kerja asing
komite  Pelatihan SDM
 Pembatasan pengurus WNA.
 Rangkap jabatan.

4
Struktur POJK Penyelenggaraan Usaha PP

Kegiatan Usaha
Tingkat Kesehatan
Perjanjian
Keuangan Pembiayaan Sewa Pembiayaan
Pembiayaan
Rasio Permodalan Investasi Anjak Piutang

Pembiayaan Pembelian dengan Uang Muka


Kualitas Piutang Pembayaran Secara
Pembiayaan Modal Kerja Angsuran
Mitigasi Risiko
Rentabilitas Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan
Multiguna Proyek
Likuiditas
Fasilitas Modal
Op. lease & Usaha Sertifikasi
Fee Based
FAR
Kerja Sama Pendanaan Sistem TI
Ekuitas Pembiayaan Penyertaan
BMPP Laporan Berkala
Larangan

5
Perluasan Kegiatan Usaha
POJK 29/2014
Kegiatan Usaha
(PMK 84/2006)
Pembiayaan Investasi (Produktif, >2 th)
Cara :
1. Sewa Guna Usaha : Finance Lease & Sale and Leaseback
2. Anjak Piutang With Recourse
3. Installment Financing
4. Pembiayaan Proyek
5. Pembiayaan Infrastruktur
Pembiayaan Modal Kerja (Produktif,<2 th)
Cara :
1. Sewa Guna Usaha : Sale and Leaseback
2. Anjak Piutang with recourse & without recourse
3. Fasilitas Modal Usaha

Pembiayaan Multiguna (Konsumtif)


Cara :
1. Sewa Guna Usaha : Finance Lease
2. Installment Financing

Kegiatan Usaha Pembiayaan Lain sesuai dengan


persetujuan OJK

6
KEGIATAN LAIN
Perusahaan Pembiayaan dapat
melakukan Operating lease
&kegiatan berbasis fee sepanjang
tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan-undangan
di sektor jasa keuangan

Kegiatan berbasis fee mencakup kegiatan untuk


memasarkan produk-produk jasa keuangan antara
lain, reksadana, asuransi mikro, atau produk-produk
lain yang terkait dengan kegiatan jasa keuangan

7
Q&A
Bagaimana aplikasi penerapan pembiayaan investasi
dan pembiayaan multiguna

Pembiayaan Investasi adalah Pembiayaan Multiguna adalah


pembiayaan untuk pengadaan pembiayaan untuk pengadaan
barang-barang modal beserta jasa barang atau jasa yang diperlukan
yang diperlukan untuk aktivitas oleh debitur untuk
usaha/investasi, rehabilitasi, pemakaian/konsumsi dan bukan
modernisasi, ekspansi atau relokasi untuk keperluan usaha (aktivitas
tempat usaha/investasi yang produktif) dalam jangka waktu yang
diberikan kepada debitur dalam diperjanjikan. (Pasal 1 angka 4
jangka waktu lebih dari 2 (dua) POJK Nomor 29/POJK.05/2014)
tahun. (Pasal 1 angka 2 POJK
Nomor 29/POJK.05/2014)

8
Q&A
Pembiayaan UMKM (Usaha kecil & menengah) diusulkan agar dapat diberikan
langsung kepada debitur/nasabah dananya karena masih terbuka besar untuk
UMKM.

 Pembiayaan UMKM dapat diberikan melalui Pembiayaan Investasi dan


Pembiayaan Modal Kerja antara lain melalui cara Finance Lease, Anjak
Piutang, Pembiayaan dengan Pembelian secara Angsuran dan Fasilitas
Modal Usaha.
 Dalam menyalurkan pembiayaan kepada UMKM, Perusahaan Pembiayaan
agar berpedoman kepada antara lain Pasal 3, Pasal 4, Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11, Pasal 14, dan Pasal 52 POJK 29/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan

9
Q&A
Dalam Pasal 52 POJK 29/2014, PP dilarang melakukan pembelian barang dari Debitur
atau calon Debitur kecuali melalui cara Jual dan Sewa-Balik (Sale and Leaseback).
Mengapa Sale and Leaseback diperbolehkan?

 Pada saat penyusunan POJK, kegiatan sale and leaseback dengan mekanisme
finance lease merupakan salah satu jenis kegiatan yang diperbolehkan oleh PMK
84/2006 dan telah dilakukan oleh banyak perusahaan pembiayaan.
 Mengingat kegiatan sale and leaseback dengan mekanisme finance lease
merupakan transaksi 2 pihak, OJK memandang perlu untuk memberikan
pengecualian dari definisi kegiatan dana tunai untuk transaksi sale and leaseback
dengan mekanisme finance lease.
 Namun demikian, dalam melakukan kegiatan sale and leaseback, PP juga tetap
harus memperhatikan ketentuan finance lease yang diatur dalam Pasal 8 POJK
29/2014.

10
Q&A
Apakah Sale and Leaseback dengan mekanisme Operating Lease diperbolehkan?
Apakah dikategorikan sebagai operating lease sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) POJK 29/2014?

 Sale and Leaseback dengan mekanisme Operating Lease diperbolehkan.


 Sebagaimana halnya dengan kegiatan operating lease, Sale and Leaseback
dengan mekanisme Operating Lease tidak dapat dikategotikan sebagai
kegiatan usaha pembiayaan dikarenakan kegiatan tersebut tidak
menimbulkan piutang pembiayaan dalam neraca Perusahaan Pembiayaan

11
Q&A

Apakah PP yang akan melakukan kegiatan anjak piutang dalam skim pembiayaan
modal kerja akan memerlukan izin baru, apabila PP tersebut hanya memperoleh
izin untuk melakukan kegiataan usaha Sewa Guna Usaha dan Pembiayaan
Konsumen.

Pasal 68 POJK 29/2014:


1) Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha sebelum
Peraturan OJK ini ditetapkan, dapat melaksanakan kegiatan usahanya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf
c, serta Pasal 2 ayat (2).
2) Bagi Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha sebelum
Peraturan OJK ini ditetapkan, ketentuan mengenai pencantuman kegiatan
usaha dalam anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
dinyatakan berlaku 1 (satu) tahun sejak Peraturan OJK ini ditetapkan.
12
Q&A

Apa saja yang menjadi batasan PP dalam melakukan kerjasama skim


pembiayaan kepada nasabahnya, misal kerjasama dalam membiayai suatu
projek pembangunan hotel bekerjasama dengan bank, maka mana yang menjadi
bagian PP, mana yg menjadi bagian bank?.

1) Masalah pembagian share PP dan Bank diserahkan kepada mekanisme


business to business.
2) Namun demikian, dalam melakukan kegiataan pembiayaan bersama
dengan Bank atau pihak lain, PP tetap harus memperhatikan ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam Peraturan OJK.

13
Q&A

Fungsi kepatuhan adalah antara lain memastikan bahwa kegiatan usaha yang
dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bagaimana cara memastikan dan bagaimana apabila ada kegiatan usaha yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan membahayakan
perusahaan?

1) Tata cara pelaksanaan kegiatan usaha PP telah diatur khususnya dalam Pasal
2 s.d.Pasal 14, dan Pasal 52 POJK 29/2014.
2) Dalam hal PP yang akan melakukan kegiataan usaha Pembiayaan lain atau
cara pembiayaan lain wajib terlebih dahulu memenuhi persyaratan tertentu
dan mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada OJK dengan
menyertakan dokumen-dokumen pendukung sebagaimana diatur dalam Pasal
2, Pasal 4 dan Pasal 5 POJK 29/2014.
3) Apabila perusahaan memerlukan kepastian apakah PP melakukan kegiataan
usaha yang bertentangan dengan Peraturan, PP dapat melakukan koodrinasi
dengan OJK terlebih dahulu.
14
Q&A
Untuk pembelian kendaraan produktif, dengan tenor <2tahun,
dengan pembayaran angsuran (installment financing) masuk ke dalam
pembiayaan apa?

Pembiayaan lain dengan persetujuan OJK

15
PENGATURAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN
 Perjanjian Pembiayaan wajib dibuat secara tertulis.
 Perjanjian pembiayaan wajib dibuat dalam ukuran dan bentuk
huruf yang dapat dibaca secara jelas sesuai dengan Peraturan
OJK tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
 Perjanjian Pembiayaan wajib dibuat dalam bahasa Indonesia,
dan apabila dipandang perlu dapat diterjemahkan ke dalam
bahasa asing.

16
Q&A
Bagaimana standardisasi bentuk perjanjian pembiayaan?

Pasal 16 POJK 29/2014:


Perjanjian Pembiayaan paling sedikit memuat jenis kegiatan usaha dan cara
pembiayaan; nomor dan tanggal perjanjian; identitas para pihak; barang atau
jasa pembiayaan; nilai barang atau jasa pembiayaan; jumlah piutang dan nilai
angsuran pembiayaan; jangka waktu dan tingkat suku bunga pembiayaan;
objek jaminan, apabila ada; Rincian biaya-biaya terkait dengan pembiayaan,
klausul Pembebanan Fidusia secara jelas, jika objek pembiayaan dibebani
jaminan fidusia; klausul mengenai mekanisme penyelesaian sengketa; klausul
mengenai hak dan kewajiban para pihak; Uang Muka; dan Denda

17
MITIGASI RISIKO PEMBIAYAAN

18
Q&A
Pasal 18 POJK No.29/POJK.05/2014, perihal mitigasi risiko melalui asuransi,
apakah wajib per 19 november 2014,atau berlaku peraturan peralihan berlaku 1
tahun setelahnya.

Dalam POJK 29/2014, ketentuan Pasal 18 berlaku pada saat POJK ditetapkan
pada tanggal 19 November 2014.

19
Tingkat Kesehatan Keuangan
Peraturan sebelumnya
(PMK Np. POJK No.29/2014
84/PMK.12/2006)

Permodalan
Rasio Permodalan

Rentabilitas

Nilai komposit:
Tidak ROA, BOPO
terdapat
pengaturan
Kualitas Aset
NPF

Likuiditas
Perbandingan Aset & Liabilitas Lancar
20
(Current Ratio)
20
Rasio Permodalan

modal yang telah disesuaikan
Rasio Permodalan = X 100%
aset yang telah disesuaikan
 Rasio permodalan paling rendah sebesar 10%.
 Modal yang telah disesuaikan dihitung dari nilai ekuitas Perusahaan Pembiayaan
dengan mempertimbangkan faktor penambah dan pengurang untuk memperoleh nilai
modal yang akan diperhitungkan dalam Rasio Permodalan seperti selisih antara
pencadangan regulasi dengan pencadangan akuntansi.
 Aset yang telah disesuaikan dihitung dari nilai aset dikurangi dengan kas dan setara
kas.
 Ketentuan mengenai rasio permodalan akan berlaku 1 tahun sejak POJK ditetapkan.
 Ketentuan rasio permodalan dapat ditinjau kembali dan perubahannya diatur dalam
SE OJK.

21
Kolektibilitas Piutang Pembiayaan
PMK No. 84/PMK.12/2006 POJK No. 29/POJK.05/2014
 Sewa Guna Usaha  Pasal 28 ayat (1): Pengkategorian menjadi 5 kategori, yaitu, lancar,
 Lancar (0-6 bulan) dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.
 Diragukan (6-14 bulan)  Penilaian Kualitas Piutang Pembiayaan untuk Pembiayaan
 Macet (>14 bulan) Investasi dan Pembiayaan Modal Kerja => Rp3M
 Anjak Piutang  prospek usaha;
 Lancar (<90 hari)  kinerja (performance) Debitur/peminjam;
 Diragukan (90-180 hari)  kemampuan membayar.
 Macet (>180 hari)  Pembiayaan < Rp3M
 Kartu Kredit Batas waktu Pembayaran Pokok dan bunga berdasarkan
 Lancar (<30 hari) kolektibilitas:
 Diragukan (30-90 hari)  Lancar (<30 hari*)
 Macet (>90 hari)  Dalam Perhatian Khusus (15-90 hari)
 Pembiayaan Konsumen  Kurang Lancar (90-120 hari)
 Lancar (<4 bulan)  Diragukan (120-180 hari)
 Diragukan (4-12 bulan)  Macet (>180 hari).
 Macet (>12 bulan) *hari kalender

Ketentuan di Perbankan:
 One Obligor Concept  PP wajib menetapkan kualitas yang sama Lancar (< 0 hari)
terhadap 1 debitur dengan beberapa kontrak pembiayaan yang Dalam Perhatian Khusus (1-
berbeda. 90 hari)
 Batasan maksimum piutang pembiayaan yang masuk dalam kategori Kurang Lancar (90-120 hari)
Non Performing Financing-Netto sebesar 5% (Rasio Total Piutang Diragukan (120-180 hari)
Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet terhadap Total Piutang Macet (>180 hari).
22
Pembiayaan)
22
Pencadangan Piutang Pembiayaan
PMK No. 84/PMK.12/2006 POJK No. 29/POJK.05/2014

 Belum ada pengaturan yang ada hanya  Besaran Pencadangan


ketentuan terkait perpajakan:  Lancar: paling kurang sebesar 1% dari saldo piutang
 SGU : 2,5% pembiayaan kualitas lancar setelah dikurangi agunan.
 Pembiayaan Konsumen: 5%
 Dalam Perhatian Khusus: paling kurang sebesar 5% dari saldo
piutang pembiayaan kualitas dalam perhatian khusus setelah
dikurangi agunan.
 Kurang Lancar: paling kurang sebesar 15% dari saldo piutang
pembiayaan kualitas kurang lancar setelah dikurangi agunan.
 Diragukan paling kurang sebesar 50% dari saldo piutang
pembiayaan kualitas diragukan setelah dikurangi agunan.
 Macet: paling kurang sebesar 100% dari saldo piutang
pembiayaan kualitas macet setelah dikurangi agunan.
 Pencadangan yang wajib dibentuk berdasarkan POJK digunakan
dalam pelaporan bulanan dan dalam menghitung ratio keuangan
yang diatur dalam POJK.
 Pencadangan yang telah dibentuk menggunakan standar akuntansi
(CKPN) digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tahunan
audited oleh KAP.

23
Q&A
Ketentuan batas max NPF sebesar 5% dari total piutang berlaku bagi perusahaan
pembiayaan secara keseluruhan atau per kantor cabang?

Ketentuan tersebut berlaku untuk seluruh total piutang pembiayaan yang


dimiliki oleh PP.

24
Q&A
Standardisasi mengenai tata cara perhitungan dan penilaian agunan sebagai
faktor pengurang dan pembentukan cadangan penyisihan penghapusan piutang.

Pasal 32 ayat (6) POJK 29/2014


 Ketentuan mengenai jenis, tata cara perhitungan, dan pengembalian
agunan, serta tata cara perhitungan cadangan diatur dalam Surat Edaran
OJK.
 Hal-hal yang diatur dalam SE OJK tersebut antara lain jenis dan persyaratan
agunan yang dapat digunakan untuk pengurang pembentukan cadangan

25
Penyesuaian Ekuitas Perusahaan Pembiayaan

31 Desember 2019

PT: Min Rp100 M


31 Desember 2016 Koperasi: Min Rp50 M

PT: Min Rp40 M


Koperasi: Min Rp30 M

Apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut, PP wajib


menyampaikan rencana pemenuhan (action plan) paling
sedikit memuat rencana yang akan dilakukan Perusahaan
Pembiayaan untuk pemenuhan ketentuan yang disertai
dengan jangka waktu
26
Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan
Ketentuan BMPP BMPP
pada Pasal 39 ayat
(1), Pasal 40 ayat (Pasal 39 dan Pasal 40)
(1) dan ayat (2)
dikecualikan bagi
pembiayaan untuk
pengadaan barang
dan/atau jasa
dalam rangka Pihak Tidak Terkait
program
pemerintah.

Satu Satu
Pihak Debitur Kelompok
Terkait Debitur
Paling Tinggi Paling Tinggi
Total 50% 20% 50%

Pihak yang memiliki hubungan pengendalian


Anggota suatu kelompok Debitur memiliki
dengan Perusahaan Pembiayaan secara
hubungan pengendalian dengan Debitur lain
langsung maupun tidak langsung baik
baik melalui hubungan kepemilikan,
melalui hubungan kepemilikan,
kepengurusan, dan/atau keuangan
kepengurusan, keluarga, dan/atau keuangan

27
Sumber Pendanaan
PMK No POJK No. 29/POJK.05/2014
84/PMK.12/2006

SUMBER PENDANAAN *)
Pinjaman dari bank
Menerima
pinjaman
dari bank
industri Menerbitkan melakukan
pinjaman menerbitkan Sekuritisasi
Pinjaman dari badan keuangan penawaran
usaha non-bank, MTN subordinasi obligasi
saham
aset
dan/atau
badan
usaha lain

Tidak perlu dilakukan Pinjaman dari badan usaha lain Mengikuti ketentuan di Pasar
dibatasi (Pasal 45): Modal
Penilaian oleh Lembaga
Jumlah pinjaman paling sedikit Rp1 Pinjaman Subordinasi:
Independen miliar.  Jangka waktu paling singkat 5
tahun;
Jangka waktu paling singkat 1 tahun.  Hak tagih berlaku paling akhir dari
Dibuat dalam Akta Notariil segala pinjaman yang ada
 Dituangkan dalam akta notaril
28
Penyertaan Saham
(Pasal 49)
 Ketentuan Penyertaan modal oleh Perusahaan Pembiayaan:
 Perusahaan pada sektor jasa keuangan di Indonesia
 perusahaan yang terkait dengan kegiatan Perusahaan Pembiayaan
antara lain: Dealer kendaraan bermotor, Lembaga penyedia Informasi
perkreditan, penyedia alih daya di bidang penagihan, surveyor.
 Untuk memastikan bahwa PP tetap melakukan kegiatan usaha utamanya,
penyertaan saham PP dibatasi dengan hal-hal sebagai berikut:
 Jumlah seluruh penyertaan langsung PP paling tinggi 20% dari jumlah
Ekuitas PP.
 Jumlah penyertaan langsung PP kepada entitas dalam 1 (satu) grup
paling tinggi 10% dari jumlah Ekuitas PP.
Ketentuan tersebut harus dipenuhi pada saat melakukan penyertaan.

29

29
Sertifikasi
(Pasal 50)
Posisi Manajerial (kepala kantor cabang sampai dengan satu tingkat
dibawah Direksi)
• Wajib memiliki sertifikat keahlian tingkat dasar di bidang pembiayaan dari lembaga
yang ditunjuk oleh asosiasi.

Direksi
• Wajib memiliki sertifikat keahlian di bidang pembiayaan dari lembaga yang ditunjuk
oleh asosiasi.

Dewan Komisaris
• Wajib memiliki sertifikat keahlian tingkat dasar di bidang pembiayaan dari lembaga
yang ditunjuk oleh asosiasi.

Direksi dan pejabat satu tingkat dibawah Direksi yang


membawahkan fungsi manajemen risiko
• Wajib memiliki sertifikat keahlian di bidang manajemen risiko dari lembaga yang
ditunjuk oleh asosiasi.

Pegawai dan/atau tenaga alih daya yang menangani bidang


penagihan
• Wajib memiliki sertifikat profesi di bidang penagihan dari lembaga yang ditunjuk
oleh asosiasi.
30
Larangan Dana Tunai
(Pasal 52)
 Dalam melakukan kegiatan, Perusahaan Pembiayaan dilarang
melakukan pembiayaan secara dana tunai kepada Debitur, yaitu
 Penyaluran pembiayaan yang tidak didasari transaksi atas pengadaan
barang dan/atau jasa dari penyedia barang dan/atau jasa;
 Pembiayaan kembali atas produk yang telah dimiliki Debitur tanpa
disertai dengan pengadaan produk baru (refinancing).
 Pembiayaan dana tunai yang pendanaannya berasal dari joint financing
atau channeling.
 Dalam menyalurkan pembiayaan, Perusahaan Pembiayaan
dilarang melakukan pembelian barang dari Debitur atau calon
Debitur kecuali melalui cara sale and lease-back.

31
PENYAMPAIAN LAPORAN BERKALA
Ketentuan mengenai laporan
Laporan
bulanan diatur dalam Peraturan OJK
Bulanan
mengenai laporan bulanan

Dalam hal Perusahaan


Wajib menyampaikan
Pembiayaan memperoleh izin
Laporan ke OJK paling lama 4
usaha kurang dari 6 bulan
Berkala bulan setelah tahun
hingga tahun takwim berakhir,
Laporan Keuangan buku terakhir
kewajiban penyampaian
Tahunan (audited) laporan mulai berlaku pada
Laporan keuangan
tahunan yang tahun takwim berikutnya
Kewajiban penyampaian disampaikan dalam
Laporan Kegiatan Usaha bentuk hard copy dan Wajib mengumumkan neraca
Semesteran dihapus soft copy dan perhitungan laba rugi
dikarenakan informasi singkat paling lama 4 bulan
dalam LKUS telah Wajib melaporkan pelaksanaan setelah tahun buku berakhir
terdapat di dalam pengumuman paling lama 20 hari minimal pada 1 surat kabar
Laporan Bulanan setelah pelaksanaan pengumuman nasional

32 dilampiri bukti pengumuman


Q&A
Terkait dengan perubahan produk pembiayaan, bagaimana penyesuaian
pelaporan keuangan yang mengacu pada POJK No.3/POJK.05/2014 masih
menggunakan kegiataan pembiayaan SGU, Anjak piutang, Kartu Kredit dan
Pembiayaan Konsumen

Pasal 74 POJK 29/2014


Ketentuan dan mekanisme pelaporan bulanan Perusahaan Pembiayaan
dinyatakan tetap berlaku sepanjang belum terdapat peraturan yang mengatur
mengenai ketentuan pelaporan bulanan sesuai dengan kegiatan usaha dalam
Peraturan OJK ini.

33
Sistem Informasi dan Teknologi
(Pasal 58)
• Perusahaan Pembiayaan wajib mempunyai
sistem informasi dan teknologi yang
terintegrasi;
• Berlaku untuk PP yang memiliki kantor cabang
lebih dari 5 (lima).

34
PENEGAKAN KEPATUHAN
Perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan
Peraturan OJK tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan.

• PP wajib melakukan pemenuhan


paling lama 1 bulan sejak tanggal
Surat Pemberitahuan surat pemberitahuan;
• Sampai dengan berakhirnya jangka
waktu surat pemberitahuan, PP
tidak juga memenuhi ketentuan.

• PP wajib melakukan pemenuhan


Penegakan Penyampaian Rencana Tindak paling lama 1 bulan sejak tanggal
Kepatuhan (Action Plan) penetapan terjadi pelanggaran oleh
OJK;
• Sampai dengan berakhirnya jangka
waktu pemenuhan action plan, PP
tidak juga memenuhi ketentuan.

Sanksi Administratif
o Restrukturisasi aset dan/atau liabilitas;
o Penambahan modal disetor;
o Surat Peringatan (3x) o
o
Pembatasan penerimaan pinjaman baru
Penerimaan pinjaman subordinasi;
Rencana
o Pembekuan Kegiatan Usaha o
o
Pengalihan sebagian atau seluruh aset;
Pembatasan pembagian laba pemenuhan
o Pencabutan Izin Usaha o
o
Pembatasan kegiatan yang menyebabkan pelanggran ketentuan
Pembatasan pembukaan kantor cabang baru; dan/atau
o Penggabungan badan usaha.

35
Struktur POJK Tata Kelola yang Baik bagi PP

Organ Perusahaan Prinsip Tata Kelola Fungsi Kepatuhan


RUPS Transparancy Accountability Auditor Internal
Direksi Responsibility Indenpendence Praktik dan
Dewan Komisaris Kebijakan
Fairness Remunerasi
Dewan Pengawas
Syariah Manajemen Risiko
dan Pengendalian
Pemegang Saham Internal
Transparansi Pelaporan
Kepemilikan
Tata Kelola
Saham
Pembiayaan
Keterbukaan Rencana Bisnis
Informasi Tahunan Etika Bisnis

37
Penerapan Tata Kelola Yang Baik (2)
4. Kebijakan dan
prosedur penerapan
manajemen risiko,
termasuk sistem
3. Kebijakan dan
pengendalian intern. 5. Kebijakan
prosedur penerapan
fungsi kepatuhan, remunerasi.
audit intern, dan audit
ekstern.

2. Kelengkapan & tata 6. Kebijakan


cara pelaksanaan tugas
transparansi kondisi
komite-komite & satuan
kerja terkait fungsi keuangan dan non
pengendalian intern. keuangan.

1. Tata cara Cakupan 7. Tata cara


pelaksanaan tugas Pelaksanaan penyusunan rencana
dan tanggung jawab GCG jangka panjang serta
Dewan Komisaris dan rencana kerja &
Direksi. anggaran tahunan.

38
Pemegang Saham
 Pemegang saham pengendali Perusahaan wajib memenuhi
ketentuan penilaian kemampuan dan kepatutan.
 Pemegang saham Perusahaan harus memastikan Perusahaan
dijalankan berdasarkan praktik usaha pembiayaan yang sehat
melalui RUPS
 Pemegang saham Perusahaan dilarang mencampuri kegiatan
operasional Perusahaan yang menjadi tanggung jawab Direksi,
kecuali dalam rangka melaksanakan hak dan kewajiban selaku
RUPS
 Pemegang saham Perusahaan yang menjabat sebagai anggota
Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau anggota Dewan Pengawas
Syariah pada Perusahaan yang sama harus mendahulukan
kepentingan Perusahaan.

39
DIREKSI
 Setiap anggota Direksi Perusahaan wajib lulus penilaian kemampuan dan
kepatutan
 PP beraset > Rp 200M wajib memiliki minimal 3 orang anggota direksi, sedangkan
PP beraset ≤ Rp.200M wajib memiliki minimal 2 orang anggota direksi
 Seluruh anggota Direksi dari PP yang seluruh Pemegang Saham WNI dan/atau
badan hukum Indonesia, wajib berkewarganegaraan Indonesia.
 PP dengan kepemilikan asing wajib memiliki paling sedikit 50% anggota Direksi
yang merupakan warga negara Republik Indonesia
 Anggota Direksi Perusahaan dilarang melakukan rangkap jabatan pada
perusahaan lain kecuali sebagai anggota Dewan Komisaris paling banyak pada 3
Perusahaan lain
 Direksi Perusahaan wajib menyelenggarakan rapat Direksi secara berkala paling
sedikit 1 kali dalam 1 bulan & wajib menghadiri rapat Direksi paling sedikit 50% dari
jumlah rapat Direksi dalam periode 1 tahun;
 Perusahaan wajib memiliki anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan.

40
KOMISARIS
 Setiap anggota Dewan Komisaris Perusahaan wajib lulus penilaian kemampuan dan
kepatutan;
 PP dengan aset > Rp.200M wajib memiliki minimal 2 orang anggota Dewan Komisaris dan
salah satunya adalah 1 orang Komisaris Independen;
 Perusahaan wajib mempunyai paling sedikit 1 orang anggota Dewan Komisaris yang
berdomisili di wilayah negara Republik Indonesia;
 Anggota Dewan Komisaris Perusahaan dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai anggota
Dewan Komisaris pada lebih dari 3 PP lain;
 Dewan Komisaris Perusahaan wajib menyelenggarakan rapat secara berkala paling sedikit 1
kali dalam 3 bulan & wajib menghadiri rapat paling sedikit 75% dari jumlah rapat Dewan
Komisaris dalam periode 1 tahun.
 Komisaris Independen:
 Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota
DPS, atau pemegang saham Perusahaan, dalam Perusahaan yang sama;
 Tidak pernah jadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota DPS atau menduduki
jabatan 1 tingkat dibawah Direksi pada PP yang sama atau perusahaan lain yang memiliki
hubungan afiliasi dengan PP dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.

41
Contoh rangkap jabatan
Direksi dan Komisaris
Nama Jabatan Jabatan Perusahaan Pembiayaan Perusahaan Non
Rangkap Perusahaan Pembiayaan
A B C D E F G H
Andi/ Direktur v x x x x x x x
Direktur PP A Komisaris x v v v v v v v
Budi/ Direktur x x x x x x x x
Komisaris PP A Komisaris v v v v v v v v

 Anggota Direksi Perusahaan dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai Direksi pada
perusahaan lain kecuali sebagai anggota Dewan Komisaris paling banyak pada 3 (tiga)
Perusahaan lain.
 Anggota Dewan Komisaris Perusahaan dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai
anggota Dewan Komisaris pada lebih dari 3 (tiga) Perusahaan lain.

42
Q&A
Bagaimanakah implementasi dari BOC Meeting (4x/tahun)?

 Pasal 30 POJK 30/2014


Dewan Komisaris Perusahaan wajib menyelenggarakan rapat Dewan
Komisaris paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
 Tata cara pelaksanaan seperti pihak yang hadir dalam rapat Dewan
Komisaris dan materi rapat Dewan Komisaris diserahkan kepada masing-
masing PP.

43
Komite
Perusahaan yang memiliki total aset lebih dari Rp.200M wajib
membentuk komite audit.
Salah seorang anggota komite adalah Komisaris Independen
yang sekaligus berkedudukan sebagai ketua komite;
Dewan Komisaris Perusahaan dapat membentuk komite lain
guna menunjang pelaksanaan tugas Dewan Komisaris. Komite
lain yang dapat dibentuk oleh Dewan Komisaris antara lain:
 komite pemantau risiko;
 komite remunerasi dan nominasi; dan
 komite tata kelola perusahaan (governance).

44
Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas terdiri atas 1 orang ahli syariah atau lebih
yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesi;
Dewan Pengawas Syariah dilarang melakukan rangkap
jabatan sebagai anggota Direksi atau Dewan Komisaris pada
Perusahaan yang sama;
Dewan Pengawas Syariah dilarang melakukan rangkap
jabatan sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris
atau anggota Dewan Pengawas Syariah pada lebih dari 4
lembaga keuangan syariah lain.
Dewan Pengawas Syariah wajib menyelenggarakan rapat
Dewan Pengawas Syariah secara berkala paling sedikit 6 kali
dalam 1 tahun.

45
Transparansi Kepemilikan Saham
Anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan wajib mengungkapkan mengenai:

 Kepemilikan sahamnya yang mencapai 50% (lima puluh perseratus) atau lebih pada
Perusahaan tempat anggota direksi dimaksud menjabat dan/atau pada perusahaan
lain yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri; dan
 Hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Direksi lain, anggota
Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, dan/atau pemegang saham
Perusahaan tempat anggota direksi dimaksud menjabat,
kepada perusahaan tempat anggota direksi dimaksud menjabat dan dicantumkan
dalam laporan penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

46
Auditor Eksternal
Auditor eksternal Perusahaan wajib ditunjuk oleh RUPS dari calon auditor eksternal
yang diajukan oleh Dewan Komisaris berdasarkan usulan komite audit (jika ada).

Pencalonan auditor eksternal wajib disertai:


a.alasan pencalonan dan besarnya honorarium atau imbal jasa yang diusulkan untuk
auditor eksternal tersebut; dan
b.pernyataan kesanggupan yang ditandatangani oleh auditor eksternal, untuk bebas
dari pengaruh Direksi, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, dan pihak yang
berkepentingan di Perusahaan dan kesediaan untuk memberikan informasi terkait
dengan hasil auditnya kepada OJK.

Perusahaan wajib menyediakan semua catatan akuntansi dan data penunjang yang
diperlukan bagi auditor eksternal sehingga memungkinkan auditor eksternal
memberikan pendapatnya tentang kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan
Perusahaan dengan standar audit yang berlaku.

47
Praktik dan Kebijakan Remunerasi
Perusahaan wajib menerapkan kebijakan remunerasi bagi anggota Direksi, anggota
Dewan Komisaris, DPS dan pegawai yang mendorong perilaku berdasarkan prinsip
kehati-hatian (prudent behavior) yang sejalan dengan kepentingan jangka panjang
perusahaan dan perlakuan adil terhadap Debitur, kreditur, dan/atau Pemangku
Kepentingan lainnya.

Kebijakan remunerasi harus memperhatikan paling sedikit:


a.kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perusahaan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b.prestasi kerja individual;
c.kewajaran dengan Perusahaan dan/atau level jabatan yang setara (peer group); dan
d.pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang Perusahaan.

48
Tata Kelola Pembiayaan
 Perusahaan wajib menyusun kebijakan dan rencana pembiayaan yang
dituangkan dalam rencana bisnis Perusahaan
 Perusahaan wajib memiliki satuan kerja atau pegawai yang bertanggung
jawab:
a. menyelenggarakan fungsi pemasaran, penerapan prinsip mengenal
nasabah, analisis pembiayaan, pemantauan kualitas piutang
pembiayaan, penagihan, penanganan pengaduan Debitur;
b. menyusun dan menerapkan standar dan prosedur operasional
pembiayaan; dan
c. menyusun dan menerapkan sistem dan prosedur pengendalian
internal untuk memastikan bahwa proses pemberian pembiayaan
dilakukan sesuai dengan kebijakan dan strategi pembiayaan, serta
tidak melanggar peraturan perundangan.

49
Q&A
Untuk efisiensi, hingga saat ini sistem administrasi, pembukuan dan manajemen
risiko di sebuah PP dilakukan oleh holding, kapan batas waktu maksimal fungsi
tersebut harus ada pada struktur organisasi secara mandiri di perusahaan
pembiayaan?

Pasal 63 POJK 30/2014


Bagi Perusahaan yang telah memperoleh izin usaha sebelum berlakunya
Peraturan OJK ini ditetapkan, ketentuan dalam Peraturan ini dinyatakan
berlaku 1 (satu) tahun sejak Peraturan OJK ini ditetapkan kecuali terhadap
ketentuan Pasal 9 ayat (1), Pasal 23, Pasal 28 ayat (1), dan Pasal 58 ayat (1).

50
Etika Bisnis

• Perusahaan wajib membuat pedoman tentang


perilaku etis, yang memuat nilai etika berusaha
sebagai panduan bagi Organ dan seluruh
karyawan Perusahaan.

51
Keterbukaan Informasi
 Kebijakan dan strategi komunikasi Perusahaan harus
memungkinkan informasi yang dibutuhkan diberikan kepada
OJK secara lengkap, tepat waktu, dan dengan cara yang efisien.
 Perusahaan wajib memiliki sistem pelaporan keuangan yang
diandalkan untuk keperluan pengawasan dan Pemangku
Kepentingan lain.
 Perusahaan wajib mengungkapkan kepada OJK mengenai hal-
hal penting, paling sedikit meliputi:
 pengunduran diri atau pemberhentian auditor eksternal;
 transaksi material dengan pihak terkait;
 Benturan Kepentingan yang sedang berlangsung dan/atau
yang mungkin akan terjadi; dan
 informasi material lain mengenai Perusahaan.

52
Pelaporan

Perusahaan wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment)


atas penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik secara
berkala.

Penilaian sendiri (self assessment) atas penerapan Tata


Kelola Perusahaan Yang Baik dilakukan berdasarkan
Pedoman Tata Kelola Perusahaan Yang Baik.

Perusahaan wajib menyusun laporan pelaksanaan prinsip-prinsip Tata


Kelola Perusahaan Yang Baik pada setiap akhir tahun buku dan
disampaikan paling lambat tanggal 30 April 2014.

53
Q&A
Bagaimana cara penyusunan pelaporan tata kelola yang baik?

Pasal 58 POJK 30/2014


 Laporan penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, paling sedikit
memuat:
 transparansi penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik;
 penilaian sendiri (self assessment) atas penerapan Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57; dan
 rencana tindak (action plan) yang meliputi tindakan korektif (corrective action)
yang diperlukan dan waktu penyelesaian serta kendala/hambatan
penyelesaiannya, apabila masih terdapat kekurangan dalam penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan susunan laporan penerapan
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik diatur dalam SE OJK.

54
Sanksi
Perusahaan yang
melanggar ketentuan Sanksi administratif berupa
Peraturan OJK ini peringatan dapat diberikan
dikenakan sanksi paling banyak 3 kali berturut- Dalam hal sampai
administratif turut dengan masa berlaku dengan berakhirnya
paling lama masing-masing 2 jangka waktu peringatan
bulan, yaitu: ketiga, Perusahaan tidak
a.peringatan pertama; juga memenuhi
ketentuan, Direksi,
b.peringatan kedua; dan Dewan Komisaris
Sanksi administratif c.peringatan ketiga. dan/atau Pemegang
antara lain berupa Saham Pengendali
peringatan dan dikenakan penilaian
pelaksanaan penilaian kembali kemampuan dan
kembali kemampuan dan kepatutan.
kepatutan
Dalam hal Perusahaan mendapatkan sanksi
administratif berupa peringatan sebanyak 5 kali atau
lebih secara kumulatif dalam jangka waktu 2 tahun,
Direksi, Dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham
Pengendali dikenakan penilaian kembali kemampuan
dan kepatutan.
55
Q&A
Apakah dengan berlakunya POJK 28,29,30, dan 31 tahun 2014 menghapus
ketentuan PMK 84/2006?

Berdasarkan ketentuan POJK:


Pada saat Peraturan OJK ini mulai berlaku, ketentuan mengenai Perizinan,
Kelembagaan, Penyelenggaraan Usaha, dan Tata Kelola Yang Baik Bagi
Perusahaan tunduk pada Peraturan OJK.

56
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai