Anda di halaman 1dari 405

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
CILANDAK, JAKARTA SELATAN
PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm.


1206330072

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
CILANDAK, JAKARTA SELATAN
PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm.


1206330072

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


iii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


iv

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan
laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan Periode 2 September – 25
Oktober 2013.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana
untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan sebelum melakukan
pengabdian sebagai Apoteker dan merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi,
Universitas Indonesia, Depok.
Pada penyelesaian penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini,
penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mengarahkan, yaitu kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia, Depok.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt selaku Pjs. Fakultas Famasi Universitas
Indonesia, Depok sampai dengan 20 Desember 2013.
3. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi,
Universitas Indonesia.
4. Dr. Retnosari Andrajati, M.Si, Ph.D., Apt selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan laporan ini.
5. Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt selaku Pembimbing PKPA yang telah
membimbing dengan sabar dan mengarahkan penulis dengan penuh
kesungguhan hati selama PKPA berlangsung.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


6. Seluruh karyawan Rumah Sakit Umum Fatmawati yang telah memberikan
bantuan dan kerjasama yang baik selama penulis melaksanakan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA)
7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
8. Papa dan mama, sang perpanjangan tangan-Nya yang paling dekat dan nyata.
Terima kasih atas ruahan kasih sayang, doa yang tak pernah putus, seluruh
motivasi dan dukungan, serta dekapan dan pelukan, yang telah dan akan selalu
menemani Santi dari kecil hingga kini dan nanti. Kakak, Ika Reny Retnowati
dan Adik, Sinta Yanuarti Dewi yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan, serta mau mendengarkan keluhan selama penyusunan laporan
Praktek Kerja Profesi Apoteker. Ravi Rays Chaudhary atas kesediaannya
mendengarkan keluhan penulis, memberikan saran, dan menyemangati penulis
selama penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
9. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 dan 77 atas semangat, dukungan dan
kerjasama selama ini.
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini menjadi amal ibadah
yang dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pihak yang
membacanya. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita
bimbingan dan balasan kebaikan atas amal ibadah kita. Amin.

Penulis

2014

vi

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


vii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Santi Yanuarti Utami, S. Farm


NPM : 1206330072
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Periode 2 September – 25 Oktober
2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati


bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker di Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati dan memahami kegiatan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus
yang diberikan berjudul Pedoman Pemberian Sediaan Parenteral. Tujuan dari
tugas khusus ini adalah untuk memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pencampuran dan pemberian sediaan parenteral.

Kata kunci : Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati; bagian Farmasi Klinik
Tugas umum : xii + 99 halaman; 16 lampiran
Tugas khusus : ii + 292 halaman
Daftar Acuan Tugas Umum : 12 (2003 - 2013)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 17 (1979 - 2013)

viii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


ABSTRACT

Name : Santi Yanuarti Utami, S.Farm


NPM : 1206330072
Program Study : Apothecary profession
Title : Pharmacist Internship Program at General Hospital Center
Fatmawati Period September 2th - October 25th 2013

Pharmacists Professional Practice at General Hospital Center Fatmawati aims to


understand the duties and functions of pharmacists in General Hospital Center
Fatmawati and pharmacist understand the activities in both technical and non-
technical pharmacy activity. Given a special task entitled Guidelines for
Parenteral Preparations. The purpose of this special task is to understand the
things that must be considered in the mixing and administration of parenteral
preparations.

Keywords : General Hospital Center Fatmawati, Pharmacy Clinical


General Assignment : xii + 99 pages; 16 appendices
Specific Assignment : ii + 292 pages
Bibliography of General Assignment: 12 (2003 - 2013)
Bibliography of Specific Assignment: 17 (1979 - 2013)

ix

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv
KATA PENGANTAR....................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGA AKADEMIS…………….…..………... vii
ABSTRAK…………………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ............................................................................ 3


2.1 Definisi Rumah Sakit..................................................................... 3
2.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit ................................................... 3
2.3 Klasifikasi Rumah Sakit................................................................ 3
2.3.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan ............................................ 3
2.3.2 Berdasarkan Pengelolaan .................................................. 5
2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati............................ 5
2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati................................. 7
2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati ......................................... 7
2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati ................................................... 7
2.6 Visi dan Misi.................................................................................. 7
2.6.1 Motto dan Falsafah ............................................................. 8
2.6.2 Nilai .................................................................................... 8
2.6.3 Tujuan................................................................................... 9

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS......................................................................... 10


3.1 Instalasi Farmasi ............................................................................. 10
3.1.1 Bagan Organisasi .................................................................. 10
3.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan FRS ......................... 10
3.1.3 Analisa Kebutuhan Tenaga ................................................... 11
3.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ........................................... 12
3.1.5 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alkes 14
3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati................................................ 15
3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi ........................... 16
3.2.2 Visi Instalasi Farmasi ............................................................. 17
3.2.3 Misi Instalasi Farmasi ............................................................. 17
3.2.4 Tujuan Instalasi Farmasi ......................................................... 18
3.2.5 Nilai – nilai Instalasi Farmasi .................................................. 18
3.2.6 Kegiatan Farmasi Klinik ........................................................... 18

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


xi

3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi ........................................... 29


3.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati................................... 54

BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................. 56

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 79


5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 79
5.2 Saran ............................................................................................... 79

DAFTAR ACUAN............................................................................................. 81
LAMPIRAN....................................................................................................... 84

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati....................................... 84


Lampiran 2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati........ 85
Lampiran 3 Alur Pengkajian Resep................................................................. 86
Lampiran 4 Alur Pemantauan Efek Samping Obat......................................... 87
Lampiran 5 Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat................................. 88
Lampiran 6 Alur Penyimpanan Resep dan Arsip ........................................ 89
Lampiran 7 Alur Pemusnahan Resep dan Arsip........................................... 90
Lampiran 8 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi......................................... 91
Lampiran 9 Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima..... 92
Lampiran 10 Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik .................................. 93
Lampiran 11 Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap 94
Lampiran 12 Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual
Prescription.................................................................................. 95
Lampiran 13 Alur Pelayanan Resep di Depo Askes ...................................... 96
Lampiran 14 Alur Distribusi Obat secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi
RSUP Fatmawati......................................................................... 97
Lampiran 15 Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo
Instalasi Bedah Sentral........................................................... 98
Lampiran 16 Alur Program Pelayanan Informasi Obat................................... 99

xii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu kegiatan farmasis rumah sakit adalah menyediakan dan/ atau
membuat sediaan obat sesuai dengan standar teknis pembuatan yang sudah
dikenal, termasuk di dalamnya teknik pencampuran sediaan-sediaan parenteral,
serta menempatkannya dalam wadah yang tepat. Famasis rumah sakit
bertanggung jawab terhadap seluruh proses pembuatan sampai penyerahan
sediaan obat, termasuk sediaan obat parenteral pada pasien atau tenaga kesehatan
lain (Linden, Ellyana. et al., 2009).
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang biasa diberikan dengan
berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk
sediaan obat yang lain karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran
mukosa ke bagian dalam tubuh. Rute pemberian parenteral yang paling umum
adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya
(Potter, Perry., 2006). Pada umumnya, pemberian obat secara parenteral dilakukan
Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita
tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima
pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain
(Ansel, H.C., 1989)
Hal penting yang perlu diperhatikan seorang farmasis dalam pencampuran
dan pemberian sediaan parenteral pada pasien adalah masalah stabilitas bahan
obat. Ketidakstabilan suatu bahan obat dalam sediaan parenteral dapat berakibat
obat menjadi tidak aktif secara farmakologi dan/atau menjadi berbahaya bagai
pasien. Oleh karena itu, seorang farmasis rumah sakit perlu mempunyai
pengetahuan mengenai stabilitas bahan obat (Linden, Ellyana. et al., 2009).
Selain itu, farmasis perlu mempunyai pengetahuan tentang
ketercampuran/ketidakcampuran suatu sediaan parenteral, baik dalam larutan
infus, pemberian melalui syringe, Y-site, maupun aditif (Linden, Ellyana. et al.,
2009). Ketidakcampuran suatu sediaan parenteral adalah reaksi yang tidak
1 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


2

diinginkan terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan melalui IV atau larutan
parenteral. Dalam hal ini, seorang farmasis harus mampu menangani masalah
fisik, kimia, dan kecocokan/ketidakcocokan terapi untuk merancang alternatif
suatu sediaan parenteral yang cocok ketika masalah tersebut muncul (Deb, Ratul.,
2012).
Dalam penulisan laporan ini, terdapat dosis setiap sediaan parenteral serta
pelarut yang kompatibel untuk melarutkan atau mengencerkan suatu sediaan
parenteral. Laporan ini diharapkan dapat diterapkan sebagai pedoman dalam
pemberian obat secara parenteral.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pedoman dalam pemberian obat secara
parenteral.
2. Mengetahui dan memahami informasi tentang sediaan parenteral
dengan merek dagang tertentu.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Rumah Sakit


Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit (UU RI No. 44/2009)


Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit
mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit


Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009, rumah sakit dapat diklasifikasikan
berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan
dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


4

2.3.1.1 Rumah Sakit Umum


Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum
terdiri dari:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain, dan
13 (tiga belas) subspesialis.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2
(dua) subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis
dasar.
2.3.1.2 Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Klasifikasi
Rumah Sakit Khusus terdiri atas :
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A
Rumah Sakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


5

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B


Rumah Sakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C
Rumah Sakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.

2.3.2 Berdasarkan pengelolaan


Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi Rumah
Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat.
2.3.2.1 Rumah Sakit Publik
Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik
yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang
dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah
Sakit Privat.
2.3.2.2 Rumah sakit privat
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati


Pendirian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari
gagasan Ibu Fatmawati Soekarno untuk mendirikan rumah sakit tuberkulose anak
yang dikhususkan untuk penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Dengan dana
yang dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari Yayasan Dana
Bantuan Kementerian Sosial RI dilaksanakan pembangunan Gedung Rumah Sakit
Ibu Soekarno.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


6

Pada tanggal 15 April 1961, status dan fungsi rumah sakit tersebut berubah
menjadi rumah sakit umum dan penyelenggaraan serta pembiayaannya diserahkan
kepada Departemen Kesehatan RI sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai
hari jadi Rumah Sakit Ibu Soekarno. Pada tanggal 20 Mei 1967, nama RSU Ibu
Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati. Selanjutnya pada tahun 1984
RSU Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan dan
tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Pendidikan.
Dalam perkembangan Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Unit Swadana Bersyarat pada tahun 1992 dan dua tahun berikutnya yakni tahun
1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada tahun
1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No.27 Tahun 1997, rumah sakit
mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan
Negara Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati
ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.117 tahun
2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada
tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).
Dalam penilaian Tim Akreditasi Rumah Sakit, tahun 1997 RS Fatmawati
memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP
Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12
pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16
Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat
Lengkap 16 Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan
Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri
Kesehatan No.424/MENKES/SK/V/2008. Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati
telah menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 :
2007 dan saat ini (Mei 2013) sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI
(Joint Commission International).

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


7

2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati


2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati
RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan upaya
penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan, dan penelitian.

2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati


Fungsi RSUP Fatmawati adalah menyelenggarakan:
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan penunjang medis dan non medis
c. Pelayanan dan asuhan keperawatan
d. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit
e. Pelayanan rujukan
f. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan
g. Penelitian dan pengembangan
h. Administrasi umum dan keuangan

2.6 Visi dan Misi


Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan,
paripurna dan terpercaya di Indonesia. Menurut Keputusan Direktur Utama RSUP
Fatmawati Nomor: HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang organisasi dan tata kerja
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, yang dimaksud dengan terdepan,
paripurna, dan terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan:
a. Terdepan karena ketersediaan sumber daya yang lengkap;
b. Paripurna karena memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif, dan pelayanan berkesinambungan (continuum of care)
serta tuntas;
c. Terpercaya karena senantiasa mengikuti kaidah - kaidah IPTEK terkini;
d. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat; dan
e. Berorientasi kepada para pelanggan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


8

Misi dari RSUP Fatmawati adalah:


a. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan
penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan
rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis.
b. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
c. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta
berdaya saing tinggi.
d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini.
e. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya
manusia.

2.6.1 Motto dan Falsafah


Motto RSUP Fatmawati adalah “Percayakan Pada Kami” sedangkan
falsafah yang dianut sebagai pegangan dalam menjalankan organisasi adalah:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai - nilai luhur kemanusiaan
c. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama
d. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan
e. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan

2.6.2 Nilai
Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional,
komunikatif, dan ikhlas, serta peduli dalam melaksanakan tugas.
2.6.2.1 Jujur
Menerapkan transparansi dalam melaksanakan tugas.
2.6.2.2 Profesional
Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi (pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan peka budaya).
2.6.2.3 Komunikatif
Mampu melaksanakan hubungan interpersonal yang asertif dan responsif.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


9

2.6.2.4 Ikhlas
Selalu memegang teguh ketulusan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan.
2.6.2.5 Peduli
Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.

2.6.3 Tujuan
Tujuan RSUP Fatmawati adalah:
a. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi
kaidah keselamatan pasien (patient safety)
b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
c. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian.
d. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan
pelanggan.
e. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya
manusia rumah sakit.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


BAB 3
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Instalasi Farmasi


Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit
atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau
fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri
(Siregar, 2003).

3.1.1 Bagan organisasi


Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,
koordinasi, kewenangan, dan fungsi. Kerangka organisasi minimal
mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi
klinik dan manajemen mutu, dan selalu harus dinamis sesuai perubahan yang
dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur
organisasi RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi Rumah Sakit


3.1.2.1 Panitia Farmasi dan Terapi
Panitia Farmasi dan Terapi merupakan badan yang membantu pimpinan
rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang obat dan penggunaan obat di
rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medik dengan staf farmasi, sehingga
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi - spesialisasi yang ada di
rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan
lainnya. Panitia Farmasi dan Terapi sekurang - kurangnya terdiri dari 3 (tiga)
orang yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga
dokter bisa lebih dari tiga orang yang mewakili semua staf medik fungsional

10 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


11

yang ada. Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena
semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di
seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini.
Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan
formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Formularium adalah himpunan
obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di
rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.
3.1.2.2 Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit adalah organisasi yang terdiri
dari staf medik, apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit dan tenaga kesehatan
lainnya.
3.1.2.3 Panitia lain yang terkait dengan tugas farmasi rumah sakit
Apoteker juga berperan dalam tim/ panitia yang menyangkut dengan
pengobatan antara lain:
a. Panitia mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
b. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri
c. Tim penanggulangan AIDS
d. Tim transplantasi
e. Tim PKMRS, dan lain - lain.

3.1.3 Analisa kebutuhan tenaga


3.1.3.1 Jenis ketenagaan
a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana farmasi,
dan asisten apoteker (AMF, SMF)
b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga operator komputer atau
teknisi yang memahami kefarmasian dan tenaga administrasi
c. Pembantu pelaksana
3.1.3.2 Beban kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor - faktor yang
berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:
a. Kapasitas tempat tidur dan BOR
b. Jumlah resep atau formulir per hari
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


12

c. Volume perbekalan farmasi


d. Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian rawat
inap)
3.1.3.3 Jenis pelayanan
a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)
b. Pelayanan rawat inap intensif
c. Pelayanan rawat inap
d. Pelayanan rawat jalan
e. Penyimpanan dan pendistribusian
f. Produksi obat

3.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Pengelolaam perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan
dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
3.1.4.1 Pemilihan
Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan
seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan pada transaksi
pembelian.
3.1.4.2 Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar - dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain metode konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


13

metodekombinasi konsumsi dan mobirditas. Metode konsumsi dan


epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
3.1.4.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi atau pembuatan
sediaan farmasi, maupun sumbangan atau droping atau hibah.
3.1.4.4 Produksi
Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan
mengemas kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
3.1.4.5 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian
langsung, tender, konsinyasi (penitipan barang dari pemilik kepada suatu pihak
untuk dijualkan) atau sumbangan.
3.1.4.6 Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi
menurut persyaratan yang ditetapkan dan disertai dengan sistem informasi
yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
3.1.4.7 Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan
farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi
pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medik.
a. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap
Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan
atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem
resep perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


14

b. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan.


Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi
dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotik rumah
sakit.
c. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja
Pendistibusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan
pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar
jam kerja yang diselenggarakan oleh:
1) Apotik rumah sakit/ satelit farmasi yang dibuka 24 jam
2) Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi

3.1.5 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan


Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam
menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman
dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian,
keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan
profesi kesehatan lainnya. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
3.1.5.1 Pengkajian resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari
seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
3.1.5.2 Dispensing
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan/ meracik obat, memberikan label/ etiket,
penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem
dokumentasi.
3.1.5.3 Pemantauan dan pelaporan efek samping obat
Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


15

yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi.
3.1.5.4 Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
3.1.5.5 Konseling
Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan
pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
3.1.5.6 Pemantauan kadar obat dalam darah
Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit.
3.1.5.7 Ronde atau visite
Ronde atau visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat
inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
3.1.5.8 Pengkajian penggunaan obat
Pengkajian pengguanaan obat merupakan program evaluasi penggunaan
obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati


Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan satuan kerja (satker) satu-
satunya di Rumah Sakit yang menjalankan fungsi pengelolaan perbekalan
farmasi dengan sistem satu pintu. Instalasi Farmasi berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Medik dan
Keperawatan RSUP Fatmawati. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang
kepala dengan sebutan Kepala Instalasi Farmasi dan satu orang Wakil Kepala
Instalasi yang membawahi 15 (lima belas) orang Penyelia, yaitu:
a. Penyelia Depo IRJ (Lantai 1, 2, dan 3)
b. Penyelia Depo Askes
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


16

c. Penyelia Depo IGD dan IRI


d. Penyelia Depo IBS
e. Penyelia Depo Teratai - IRNA A
f. Penyelia Depo Teratai - IRNA B
g. Penyelia Depo Griya Husada
h. Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto
i. Penyelia Gudang Farmasi
j. Penyelia Produksi Farmasi
k. Penyelia Sistem Informasi
l. Penyelia Distribusi dan Penerimaan
m. Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi
n. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan
o. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi
Instalasi Farmasi mempunyai struktur organisasi sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 2.

3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi


Tugas Pokok Instalasi Farmasi adalah:
a. Menjalankan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati.
b. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi dengan kegiatan perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan
farmasi di RSUP Fatmawati.
c. Menjalankan integrasi dan sinkronisasi terkait dengan pelaksanaan tugas
pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati.
d. Turut serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan
kefarmasian di RSUP Fatmawati.
e. Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikut serta dalam uji klinik obat.
f. Turut serta menyelenggarakan pembinaan etika dan pengembangan profesi
kefarmasian.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


17

Fungsi instalasi farmasi adalah:


a. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas
pelayanan kefarmasian dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP
Fatmawati dengan pihak - pihak terkait.
b. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan kefarmasian di RSUP
Fatmawati.
c. Turut serta dalam pengembangan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati
berdasarkan perkembangan kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
d. Menetapkan indikator pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi serta
tindak lanjut terkait dengan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di
RSUP Fatmawati.

3.2.2 Visi Instalasi Farmasi


Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna,
Terpercaya dalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian di Indonesia.”

3.2.3 Misi Instalasi Farmasi


Misi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:
a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien.
b. Mengupayakan pencapaian rasionalisasi penggunaan obat di RSUP
Fatmawati.
c. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit secara efektif dan
efisien.
d. Meningkatkan dan mengembangkan pelayanan farmasi terutama bidang
orthopedi dan rehabilitasi medik.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


18

3.2.4 Tujuan Instalasi Farmasi


Tujuan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:
a. Menjamin pelayanan farmasi rumah sakit yang profesional dan
bertanggung jawab atas semua penggunaan perbekalan farmasi di rumah
sakit.
b. Mewujudkan kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien.
c. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi
seluruh masyarakat rumah sakit.
d. Meningkatkan peran instalasi farmasi sebagai bagian integral dari tim
pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari
pelayanan farmasi.
e. Ikut menjamin keamanan dan keselamatan kerja seluruh staf rumah sakit,
masyarakat, serta lingkungan.
f. Meningkatkan kemampuan tenaga kefarmasian melalui pendidikan dan
pelatihan.
g. Menjamin pelayanan bermutu melalui pemantauan, analisa dan evaluasi
pelayanan.
h. Mengadakan penelitian dan peningkatan metode di bidang farmasi.

3.2.5 Nilai - nilai Instalasi Farmasi


Nilai - nilai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:
a. Profesional
b. Benar dan aman (safety)
c. Penuh tanggung jawab
d. Jujur
e. Ramah dan peduli (care)

3.2.6 Kegiatan Farmasi Klinik


3.2.6.1 Pengkajian Resep
Pengkajian resep adalah tata cara dan urutan proses kegiatan analisa dan
skrining resep untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


19

administratif, farmasetis dan klinis. Pengkajian peresepanobat dilakukan terhadap


resep pasien dengan menggunakan prosedur pengkajian resep. Untuk resep yang
telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel
keterangan “Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada resep pasien. Untuk
resep yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasi dengan
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) untuk menemukan solusi permasalahan
yang ditemukan terkait dengan pengobatan pasien. Prosedur:
a. Penerimaan resep oleh petugas depo farmasi dengan ketentuan:
1) Depo Farmasi Rawat Inap hanya melayani resep pasien rawat inap internal
dari RSUP Fatmawati
2) Depo Farmasi IGD dan Rawat Jalan melayani dari poli rawat jalan RSUP
Fatmawati
b. Pelaksanaan skrining resep oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi
untuk menilai kelengkapan:
1) Persyaratan administrasi resep dengan menilai ada atau tidak:
a) Nama dokter
b) Tanggal penulisan resep
c) Tanda tangan / paraf dokter penulis resep
d) Nomor rekam medik pasien
e) Nama pasien
f) Umur pasien
g) Jenis kelamin pasien
h) Berat badan pasien
i) Nama obat
j) Jumlah yang diminta dalam resep obat
k) Aturan pemakaian obat
2) Persyaratan Farmasetis dengan menilai:
a) Bentuk sediaan
b) Kekuatan sediaan
c) Kompatibilitas / ketercampuran farmasetis
d) Stabilitas sediaan

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


20

e) Cara penyimpanan obat


3) Persyaratan Klinis dengan menilai:
a) Indikasi obat
b) Riwayat alergi obat
c) Duplikasi pengobatan
d) Interaksi obat dengan obat
e) Interaksi obat dengan makanan
f) Kontra indikasi obat
g) Biaya obat
c. Pelaksanaan kegiatan komunikasi oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi
Farmasi dengan dokter penulis resep
1) Untuk konfirmasi bila ditemukan
a) Ketidaklengkapan pada aspek administratif resep
b) Ketidaklengkapan pada aspek farmasetis resep
c) Ketidaklengkapan pada aspek klinis resep
d) Resep tidak terbaca
e) Obat tidak tersedia
f) Temuan masalah resep lainnya
2) Klarifikasi dan problem solving
a) Klarifikasi dan komunikasi verbal langsung ke dokter penulis resep
b) Apabila terjadi hambatan jarak untuk komunikasi langsung, dilakukan
dengan komunikasi melalui telepon
d. Pelaksanaan pencatatan hasil komunikasi dengan dokter oleh Apoteker atau
Penyelia Instalasi Farmasi untuk penyempurnaan dan pembenaran resep.
e. Pelaksanaan penandaan resep yang telah di skrining oleh Apoteker atau
Penyelia Instalasi Farmasi dengan melakukan:
1) Untuk resep yang telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda”
berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi” pada resep
pasien.
2) Penandaan cap stempel HETIP yaitu:
a) Harga (billing)

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


21

b) Etiket
c) Timbang
d) Isi
e) Penyerahan dan pemeriksaan
3) Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat diklarifikasi
kebenarannya atau resep tidak setuju dibeli, resep dikembalikan kepada user
(pemilik resep)

3.2.6.2 Pengkajian penggunaan obat


Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengkajian
penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur
dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan pengkajian penggunaan
obat adalah:
a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada
pelayanan kesehatan/ dokter tertentu.
b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/ dokter satu
dengan yang lain.
c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik.
d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian
penggunaan obat antara lain:
a. Indikator peresepan
b. Indikator pelayanan
c. Indikator fasilitas
Berdasarkan Standar Prosedur Operasional RSUP Fatmawati, pengkajian
penggunaan obat secara prospektif merupakan kegiatan penilaian (assessment)
terhadap pengobatan pasien selama pasien menjalani pengobatan. Kegiatan
pengkajian penggunaan obat secara retrospektif dilakukan dengan mengumpulkan
data dari catatan rekam medik pasien pada periode tertentu. Kegiatan pengkajian
penggunaan obat dilakukan dengan menggunakan Standar Prosedur Operasional

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


22

(SPO) pengkajian penggunaan obat. Kegiatan dilakukan oleh apoteker dengan


menilai adanya potensial drug related problem (DRP), yaitu:
a. Kesesuaian indikasi obat dengan diagnosa
b. Ketepatan pemilihan obat
c. Dosis terlalu tinggi
d. Dosis terlalu rendah
e. Efek samping obat
f. Interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan uji
laboratorium.
g. Ketidakpatuhan pasien, misalnya karena obat tidak tersedia, pasien tidak
mampu mendapatkan obat yang diinginkan, pasien tidak bisa menelan obat,
pasien tidak mengerti instruksi pemberian obat, pasien lebih suka tidak
mendapatkan pengobatan atau pasien lupa dalam pengobatan.
h. Pasien menerima terapi obat yang tidak diperlukan
Apoteker yang dapat melakukan kegiatan review pengobatan adalah
apoteker yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdaftar sebagai tenaga apoteker di RSUP Fatmawati
b. Mempunyai Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
c. Telah selesai mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam orientasi internal
Pada pasien rawat inap, pengkajian resep dan penggunaan obat ditujukan
untuk evaluasi terhadap resep dan pengobatan pasien. Untuk pengobatan yang
telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel
keterangan “Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada Rekam Medik (RM)
pasien. Untuk obat yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan
komunikasi dengan DPJP untuk menemukan solusi permasalahan yang ditemukan
terkait dengan pengobatan pasien. Alur pengkajian resep pada Lampiran 3.

3.2.6.3 Visite
Pelayanan kefarmasian saat ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan
obat, namun telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien
(pharmaceutical care). Hal ini juga berlaku bagi apoteker yang berada dalam

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


23

lingkup rumah sakit. Apoteker rumah sakit diharapkan mampu memberikan


pelayanan kefarmasian kepada setiap individu pasien untuk memastikan bahwa
pengobatan yang diberikan kepada setiap pasien adalah pengobatan yang rasional.
Salah satu contoh kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada
pasien adalah praktek apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite
sebagai salah satu aktivitasnya.
Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan
apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang
lebih baik. Aktivitas ini dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara
aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan
keputusan terkait terapi obat pasien. Praktek visite yang dilakukan oleh apoteker
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,
perkembangan kondisi klinik , dan rencana terapi secara komprehensif
b. Memberikan informasi mengenai farmakologi farmakokinetika, bentuk sediaan
obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pasien
c. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam
pemilihan terapi, implementasi dan monitoring terapi
d. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan obat
akibat keputusan klinik yang sudah ditetapkan sebelumnya
Sebelum memulai praktek visite di ruang rawat, seorang apoteker perlu
membekali diri dengan berbagai pengetahuan minimal: patofisiologi, terminologi
medik, farmakokinetika, farmakologi, farmakoterapi, farmakoekonomi,
farmakoepidemiologi, interpretasi data laboratorium, dan data penunjang
diagnostik lainnya. Di dalam melakukan pelayanan visite maka hal lain
yang harus dipertimbangkan adalah jumlah sumber daya manusia
(apoteker). Terkait keterbatasan jumlah apoteker, maka dilakukan pembatasan
pasien yang menerima pelayanan visite oleh apoteker. Beberapa kriteria pasien
yang dapat menerima pelayanan visite oleh apoteker adalah sebagai berikut:
a. Pasien baru (dalam 24 jam pertama);
b. Pasien dalam perawatan intensif;

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


24

c. Pasien yang menerima ≥ 5 macam obat;


d. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama organ hati dan ginjal;
e. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis (critical
value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar albumin;
f. Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit akan berpotensi
menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang fatal.
Setelah melakukan seleksi terhadap pasien yang akan mendapatkan
pelayanan visite maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengumpulkan
informasi penggunaan obat. Informasi tersebut dapat diperoleh dari rekam medik,
wawancara dengan pasien atau keluarga. Setelah informasi didapatkan maka
selanjutnya dilakukan pengkajian masalah terkait obat. Pengkajian yang dilakukan
yaitu pengkajian bagi pasien dengan terapi obat yang memiliki risiko mengalami
masalah terkait penggunaan obat baik yang aktual (nyata terjadi) maupun yang
potensial (mungkin terjadi).
Kegiatan visite dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau bersama
dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan kondisi. Kegiatan visite
mandiri dimulai dengan melakukan perkenalan diri kepada pasien, mendengarkan
respon yang disampaikan oleh pasein setelah itu apoteker mengidentifikasi
masalah lalu memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah
terkait penggunaan obat. Untuk kegiatan visite tim dimulai dengan
memperkenalkan diri kepada pasien dan atau tim, mengikuti dengan seksama
presentasi kasus yang disampaikan, memberikan rekomendasi berbasis bukti
berkaitan dengan masalah terkait penggunaan obat, melakukan pemantauan
pelaksanaan rekomendasi dan melakukan pemantauan efektivitas serta keamanan
penggunaan obat.
Setelah melakukan praktek visite, maka tahapan yang harus dilakukan
adalah melakukan dokumentasi yang bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan
kredibilitas, sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan mutu kegiatan serta
sebagai materi pendidikan dan penelitian kegiatan.
a. Monitoring efek samping obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


25

Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping.


Pengertian efek samping menurut WHO adalah tiap respon terhadap obat, pada
dosis lazim untuk manusia, yang merugikan atau tidak diharapkan untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi. Efek samping dapat dicegah dengan
menghindari faktor-faktor resiko. Adanya efek samping obat dapat
meningkatkan morbiditas sehingga meningkatkan penderitaan, lama perawatan
serta kematian. Alur pemantauan efek samping obat dapat dilihat pada
Lampiran 4. MESO berguna bagi badan pengawas obat, perusahaan obat dan
juga akademisi. Tujuan diadakannya MESO diantaranya adalah :
1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin, terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang
2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang baik yang
sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan.
3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau
mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka
kejadian dan hebatnya efek samping obat
4) Memberi umpan balik adanya interaksi pada petugas kesehatan
5) Membuat peraturan yang sesuai
6) Memberi peringatan pada masyarakat umum bila dibutuhkan
7) Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang dipakai WHO
MESO dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
1) Laporan insidentil
Jenis laporan ini biasanya dikemukakan pada pertemuan di rumah sakit atau
laporan kasus di majalah.
2) Laporan sukarela
Biasa disebut dengan laporan spontan dan dikoordinir oleh pusat
3) Laporan intensif di RS.
Data yang diperoleh untuk laporan ini berasal dari data yang
terkumpul kelompok tim di rumah sakit (dokter, perawat, ahli farmasi, dan
lain - lain). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisa oleh tim.
4) Laporan wajib

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


26

Adalah peraturan yang mewajibkan setiap petugas kesehatan melaporkan


efek samping obat di tempat tugas atau praktek sehari-hari.
5) Laporan lewat catatan medik
Data yang dikumpul melalui riwayat penyakit serta pengobatan yang
diterima.
b. Pelayanan informasi obat
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak
bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
dan pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan
informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan
rumah sakit serta untuk membuat kebijakan – kebijakan yang berhubungan
dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang
terapi obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan
informasi obat adalah:
1) Rumah sakit dengan kapasitas 200 tempat tidur : 20 m2
2) Rumah sakit dengan kapasitas 400 – 600 tempat tidur : 40 m2
3) Rumah sakit dengan kapasitas 1300 tempat tidur : 70 m2
Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan atau
sumber referensi yang memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon,
lemari arsip dan kartu arsip. Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan
informasi obat adalah :
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif
dan pasif.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
3) Membuat buletin, leaflet serta label obat.
4) Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


27

5) Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien


rawat jalan dan rawat inap.
6) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya.
7) Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan
kefarmasian.
c. Monitoring interaksi obat
Program pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati meliputi tata cara
melakukan pemantauan serta pencegahan terhadap interaksi antara obat dengan
obat maupun antara obat dengan makanan yang digunakan oleh pasien di rawat
inap RSUP Fatmawati. Kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan
tahapan dari proses penilaian interaksi obat hingga pemberian rekomendasi
penanggulangan interaksi obat kepada dokter penanggung jawab pasien. Pada
saat mengevaluasi interaksi obat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah level
signifikan dari interaksi yang sedang atau akan terjadi. Beberapa alternatif
pemecahan masalah yang dapat digunakan adalah :
1) Penggantian dengan obat yang lebih aman.
2) Pengaturan jadwal penggunaan.
3) Penurunan dosis obat.
4) Pemberian antidot/ pramedikasi sebelum penggunaan obat.
Alur kegiatan pemantauan interaksi obat menurut SPO yang ada dapat
dilihat pada Lampiran 5.

3.6.2.4 Konseling obat


Konseling obat adalah suatu proses yang sistematis untuk menjelaskan
dan memberikan pemahaman bagi pasien tentang pengobatan yang mereka
gunakan serta untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan pasien
berkaitan dengan penggunaan obat. Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
pasien dalam penggunaan obat. Prosedur konsultasi obat adalah tata cara dalam
pemberian pemahaman kepada pasien tentang cara penggunaan obat yang benar
dan aman. Seluruh penyerahan obat kepada pasien, baik rawat inap maupun rawat

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


28

jalan harus dilengkapi dengan informasi yang memadai dan dapat menjelaskan
kepada pasien atau keluarga pasien tentang obat yang digunakan sehingga dapat
menghindari kesalahan dalam penggunaan obat. Pelaksanaan kegiatan tersebut
dilakukan dengan menggunakan prosedur konsultasi obat atau pelayanan
informasi obat (PIO). Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap
dilakukan oleh apoteker pada pasien dengan kriteria:
a. Pasien dengan rujukan dokter untuk konsultasi obat dengan apoteker.
b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi obat dengan apoteker.
c. Pasien yang akan pulang. Apoteker mendapatkan informasi pasien yang akan
pulang dari perawat ruangan atau petugas depo farmasi rawat inap.
Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker di
ruang perawatan pasien. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat jalan
dilakukan oleh apoteker berdasarkan kriteria pasien tertentu diantaranya:
a. Pasien dengan rujukan dokter untuk berkonsultasi dengan apoteker.
b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi dengan apoteker.
c. Pasien dengan penggunaan obat khusus seperti:
1) Pasien dengan pengobatan lebih dari 4 macam obat (poli farmasi).
2) Pasien dengan pengobatan kronis.
3) Pasien dengan riwayat alergi.
4) Pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupun kombinasi.
5) Pasien dengan pengobatan khusus seperti pengobatan Kemoterapi,
pengobatan HIV/ AIDS, pengobatan Tuberkulosis.
Pengisian data pasien dan data informasi obat dalam formulir konsultasi
dilakukan oleh apoteker secara lengkap dan benar. Pelaksanaan konsultasi obat
oleh apoteker dengan tahapan berikut:
a. Perkenalan.
b. Penilaian pemahaman pasien terhadap obatnya.
c. Pemberian penjelasan dan konsultasi obat secara lengkap. Penjelasan obat
meliputi indikasi obat, cara kerja obat, dosis penggunaan obat, cara pemakaian
obat yang benar, waktu pemakaian obat, efek samping obat yang mungkin

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


29

terjadi, cara pemakaian obat yang benar, interaksi antara obat dan makanan
baik yang potensial maupun aktual, dan informasi lain yang mendukung.
d. Pengujian pemahaman pasien atas informasi yang telah diberikan.
e. Penutup.

3.6.2.5 Edukasi farmasi


Program edukasi farmasi adalah rangkaian proses pendidikan dan
penyampaian informasi tentang obat kepada pasien, keluarga pasien dan
masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman yang benar
mengenai obat, terwujudnya kepatuhan terkait dengan penggunaan obat secara
benar. Prosedur program edukasi farmasi dilakukan dengan pembuatan jadwal
apoteker untuk kegiatan edukasi berdasarkan topik bahasan tentang obat pada tiap
bulan oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi. Pelaksanaan
sosialisasi kepada petugas yang telah ditentukan namanya dalam jadwal oleh
penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi tentang waktu pelaksanaan dan
tema edukasi yang telah dibuat melalui telepon atau copy lembar jadwal.
Pelaksanaan pengumpulan materi edukasi oleh penyelia administrasi dan SDM
Instalasi Farmasi dalam bentuk power point atau makalah atau lainnya dalam
softcopy atau hardcopy dari apoteker pembicara minimal dua hari sebelum
pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan edukasi oleh apoteker ditentukan
dengan metode:
1. Penyampaian materi presentasi terbuka dan diskusi (tanya jawab) antara
pembicara dan peserta selama waktu yang telah disepakati (minimal selama 60
menit).
2. Seluruh peserta yang hadir mengisi daftar hadir yang akan digunakan sebagai
materi evaluasi pelaksanaan kegiatan.

3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi


3.2.7.1 Tata Usaha Farmasi
Kegiatan yang dilakukan di Tata Usaha Farmasi adalah seluruh kegiatan
administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. Terdapat 2

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


30

penyelia Tata Usaha Farmasi, yaitu Penyelia Pencatatan dan Pelaporan serta
Penyelia Tata Usaha (TU) dan SDM Farmasi. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan
bertanggung jawab dalam pencatatan seluruh surat masuk dan surat keluar,
pembuatan laporan dan penyimpanan arsip. Penyelia Tata Usaha dan SDM
Farmasi bertanggung jawab dalam administrasi seluruh pegawai Instalasi Farmasi
RSUP Fatmawati, dari absensi atau kehadiran sampai cuti dan lembur pagawai.
Penyelia Tata Usaha dan SDM juga bertanggung jawab dalam pengurusan klaim
untuk seluruh pasien dengan jaminan sosial.
Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam lingkup rumah sakit
ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi, sedangkan pengiriman surat
keluar untuk lingkungan eksternal rumah sakit melalui Sub Bagian Tata Usaha
Rumah Sakit. Pembuatan laporan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang
dilakukan oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan adalah sebagai berikut:
a. Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan
1) Pengambilan data dari gudang farmasi berupa catatan permintaan
barang floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi dari semua satuan
kerja berdasarkan formulir permintaan barang setiap akhir bulan untuk
pembuatan laporan keuangan dan catatan permintaan obat atau alkes depo
farmasi ke gudang farmasi untuk pembuatan laporan pengeluaran
perbekalan farmasi per depo farmasi.
2) Pengambilan data jumlah pemasukan dan pengeluaran obat - obat
narkotika dan psikotropika di gudang farmasi dan seluruh depo farmasi
oleh Kepala Perbekalan Instalasi Farmasi setiap akhir bulan untuk
narkotika dan setiap akhir tahun untuk psikotropika untuk pembuatan
laporan masing-masing penggunaannya.
3) Pengambilan data jumlah penulisan resep obat dengan nama generik
dan non generik dari catatan pemantauan penulisan resep obat generik di
depo - depo farmasi setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan
pemantauan penulisan resep obat generik.
4) Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi untuk
pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


31

5) Pengambilan data dari catatan lembar resep dan jumlah resep depo farmasi
dari pasien rawat jalan (poliklinik) dan pasien rawat inap (ruangan) di
depo - depo farmasi untuk pembuatan laporan kegiatan instalasi farmasi.
6) Pengambilan data kwitansi dan faktur pembelian perbekalan farmasi
dari catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi untuk pembuatan
laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi.
b. Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati oleh
Penyelia Pencatatan dan Pelaporan.
1) Penyusunan laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi
tiap depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non
generik, laporan tagihan obat pasien tiap depo farmasi, laporan
kegiatan instalasi farmasi, dan laporan pemakaian kas kecil instalasi
farmasi setiap bulan.
2) Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan
pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi
Farmasi.
Pengiriman laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika
dilakukan ke Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat
pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu
dikirim ke Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Pengiriman laporan
keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi per depo farmasi,
laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik, laporan
tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan kegiatan instalasi
farmasi ditujukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan Kepala
Instalasi Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip yang
akan disimpan oleh Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati didasarkan atas:
a) Arsip surat masuk, surat keluar, SK Direktur RSUP Fatmawati dan SK
Kemenkes. Alur ini dapat dilihat pada lampiran 6 yaitu alur
penyimpanan arsip.
b) Arsip Kepegawaian yang terdiri dari map masing-masing pegawai
Instalasi Farmasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


32

c) Arsip laporan – laporan


d) Arsip resep rawat jalan dan rawat inap. Alur penyimpanan resep dapat
dilihat pada lampiran 6.
e) Arsip catatan kehadiran pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.
f) Arsip catatan lembur pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.
g) Arsip catatan rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.
h) Arsip rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.
Untuk pemusnahan arsip di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dilakukan
pada awal tahun untuk arsip laporan dan resep yang berumur lebih dari 3 tahun
serta arsip surat masuk dan keluar yang berumur labih dari 5 tahun. Alur
pemusnahan resep dan arsip dapat dilihat pada lampiran 7.

3.2.7.2 Gudang
Kegiatan yang dilakukan di Gudang Farmasi merupakan proses kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi. Dalam menjalankan kegiatannya, terdapat empat
penyelia di gudang farmasi yaitu: penyelia gudang farmasi, penyelia perencanaan
perbekalan farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan dan penyelia sistem
informasi farmasi. Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati
antara lain:
a. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan dari
perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit (Dirjen Binfar Alkes, 2008).
Perencanaan dilakukan setiap bulan yaitu pada tanggal 10-20 tiap bulan untuk
memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi bulan berikutnya. Perencanaan
dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
dan usulan masing-masing depo farmasi. Dalam metode komsumsi, data yang
digunakan adalah analisa penjualan masing-masing depo dan penggunaan obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


33

dan alkes floor stock masing-masing ruangan selama 3 bulan terakhir; terutama 1
bulan sebelumnya, melihat data stok obat yang ada dan anggaran yang tersedia.
Perencanaan yang dibuat oleh penyelia gudang farmasi diantaranya adalah
perencanaan obat, alkes habis pakai, gas medik, reagen, bahan baku, dan
kebutuhan untuk instalasi radiologi seperti film rontgen. Dasar perencanaan
merujuk pada daftar obat dalam formularium, DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) ,
DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), obat bebas dan generik. Perencanaan
yang telah dibuat akan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
b. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan
farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang
terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga dan
waktu berlebihan (Dirjen Binfar Alkes, 2008).
Perencanaan yang telah ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
kemudian dikirimkan ke Direksi RSUP Fatmawati untuk mendapatkan
persetujuan pengadaan. Pertama, perencanaan dikirimkan ke Direktur Medik
dan Keperawatan yang selanjutnya dikirimkan ke Direktur Keuangan. Direktur
Keuangan mengirimkan ke Bagian Anggaran dan dikirim kembali ke Direktur
Keuangan. Direktur Keuangan selanjutnya mengirimkan ke Direktur Utama
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Setelah mendapat persetujuan pengadaan,
data perencanaan disampaikan ke PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). PPK
akan mengirimkan ke Sekretariat PPK untuk dibuatkan Harga Perkiraan Sendiri
(HPS). HPS dikirimkan kembali ke PPK dan dikirim ke Direktur Keuangan,
yang selanjutnya dikirim ke Bagian Anggaran untuk disetujui dan dikirim
kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur Keuangan, HPS akan dikirimkan
ke PPK. Bila perencanaan di bawah 200 juta, maka diberikan kepada Pejabat
Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan harga. Bila perencanaan di atas
200 juta, maka harus ke ULP untuk dilakukan lelang secara LPSE (Layanan
Pengadaan Secara Elektronik). Sekretariat PPK akan membuatkan Surat Pesanan
(SP) untuk perencanaan di bawah 50 juta, atau membuatkan Surat Perintah

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


34

Kerja (SPK) untuk perencanaan antara 50 juta sampai 200 juta, dan
mengirimkan ke distributor terkait. Alur pengadaan perbekalan farmasi dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Obat-obat cito dapat diadakan dengan cara pembelian langsung, syarat
pembelian langsung obat-obat cito adalah kurang dari 20 juta. Pengadaannya
dilakukan dengan membuat disposisi untuk meminta persetujuan Direktur Medik
dan Keperawatan untuk menggunakan kas kecil Pejabat Pengadaan Medik,
sedangkan bila di luar jam kerja menggunakan kas kecil Duty Manager.
Pengadaan obat juga dilakukan untuk obat gratis atau hibah dari pemerintah,
yaitu obat HIV, obat TBC dan Metadon. Pengadaan obat-obat ini dilakukan oleh
masing-masing penanggung jawab obat pemerintah, berdasarkan laporan
pemakaian obat yang disusun setiap bulannya.
c. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai aturan kefarmasian. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin
perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah
maupun waktu kedatangan (Dirjen Binfar Alkes, 2008).
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Penerima Barang
berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang dibuat oleh ULP (Unit Layanan Penyedia),
tender, konsinyasi atau sumbangan pada. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada
lampiran 9 yaitu alur penerimaan perbekalan farmasi oleh tim penerima. Prosedur
penerimaan perbekalan farmasi ialah sebagai berikut:
1) Perbekalan farmasi yang berasal dari distributor atau rekanan atau rumah sakit
atau apotik atau donatur diterima oleh Tim Penerima Barang Medik,
selanjutnya diserahkan ke gudang farmasi untuk disimpan. Penerimaan
perbekalan farmasi di luar jam kerja dilakukan oleh Tim Penerima Barang
Medik untuk obat atau alkes yang termasuk dalam pengadaan rutin. Untuk
obat-obat cito yang datang di luar jam kerja, maka diserahkan ke Depo IGD
untuk selanjutnya diserahterimakan ke Tim Penerima Barang Medik.
2) Serah terima perbekalan farmasi yang diterima dari Tim Penerima Barang
Medik dengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan:

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


35

a) Faktur perbekalan farmasi;


b) Kesesuaian nama perbekalan farmasi dengan Surat Pesanan atau SPK;
c) Kondisi perbekalan farmasi;
d) Jumlah perbekalan farmasi;
e) Tanggal kadaluwarsa minimal 2 tahun, kecuali untuk perbekalan farmasi
tertentu (vaksin atau reagensia) dapat kurang dari 2 tahun dengan
persetujuan user;
f) Certificate of analysis untuk bahan baku obat; Certificate of origin untuk
alat kesehatan sedangkan Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan
berbahaya.
3) Pelaksanaan verifikasi administrasi penerimaan barang oleh Penyelia Gudang
Farmasi berdasarkan Bukti Penyerahan Barang dari Tim Penerima Barang
Medik yang disesuaikan dengan faktur barang datang.
4) Pembuatan Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi yang
akan diserahkan ke Bagian Akuntansi.
5) Pembuatan Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang
Medik, Penyelia Gudang Farmasi, dan Kepala Instalasi Farmasi.
6) Penyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi.
d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Dirjen Binfar
Alkes, 2008). Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSUP
Fatmawati adalah:
1) Pelaksanaan penyimpanan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi dengan
memperhatikan faktor - faktor sebagai berikut:
a) Jenis perbekalan farmasi harus disimpan pada tempat yang terpisah
sesuai dengan pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan
bentuk sediaan serta jenisnya dan disusun secara alfabetis.
P enyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi RSUP Fatmawati
dibedakan menjadi empat ruang besar yakni :

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


36

i. Ruang penyimpanan alat kesehatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan


kegunaan (fungsi) dan ukurannya.
ii. Ruang penyimpanan cairan atau elektrolit (infus). Cairan disimpan di
ruang yang terpisah dengan sediaan injeksi dan alat kesehatan.
Disusun di dalam dus dan diletakkan di atas pallet.
iii. Ruang penyimpanan sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid sediaan
tablet, obat injeksi dan semisolid disusun berdasarkan suhu kestabilan,
bentuk sediaan dan alfabetis.
iv. Ruang penyimpanan gas medik. Gas medik disimpan di gedung
terpisah, terletak dibelakang gedung teratai. Penyimpanannya
disusun berdasarkan jenis gas medik dan ukurannya.
b) Penyusunan perbekalan farmasi
i. Penyusunan perbekalan farmasi dengan metode FIFO (First In First
Out) berdasarkan waktu kedatangan perbekalan farmasi atau FEFO
(First Expired First Out) berdasarkan waktu kadaluwarsa. Metode
FIFO dan FEFO akan meletakkan perbekalan farmasi di muka atau
di depan perbekalan farmasi yang datang kemudian atau kadaluwarsa
lebih lama.
ii. Perbekalan farmasi yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka
penyimpanan memperhatikan sistem FEFO. Perbekalan farmasi yang
tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka penyimpanan
memperhatikan sistem FIFO.
iii. Penyimpanan obat memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike)
untuk patient safety. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip dan
nama atau pengucapannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan
walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi
dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya dan pada
rak atau tempat obat diberikan stiker LASA.
iv. Penempatan perbekalan farmasi yang mudah pecah di rak yang
kondisinya masih layak pakai, disusun dengan rapi sehingga tidak

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


37

ada kemungkinan jatuh karena tersenggol dan diberikan tanda


peringatan “Awas Hati - Hati Perbekalan Farmasi Mudah Pecah”
v. Penempatan perbekalan farmasi mudah pecah atau perbekalan farmasi
masih dalam kemasan besar tidak boleh pada posisi rak yang tinggi
untuk mencegah resiko jatuh dan menimpa petugas.
vi. Penempatan perbekalan farmasi dalam kemasan besar yang berat
diletakkan di lantai menggunakan alas pallet plastik atau kayu untuk
menghindari kelembaban.
c) Suhu selama penyimpanan

i. Penyimpanan pada suhu kamar (25oC) untuk obat - obat, cairan infus,
alat kesehatan, pembalut, dan gas medik.
ii. Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu 2- 8
oC untuk obat – obat tertentu, produk biologis, dan reagensia yang

membutuhkan suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya sesuai


dengan persyaratan penyimpanan pada etiket. Setiap hari ada petugas
yang mencatat suhu lemari pendingin pada “kartu monitor suhu”.
iii. Sediaan vaksin membutuhkan “pharmaceutical refrigerator” khusus
dan harus dilindungi dari kemungkinan matinya aliran listrik
menggunakan alarm yang akan berbunyi jika aliran listrik mati.
d) Kelembaban
Kelembaban dipantau menggunakan alat termohigrometer atau pemantau
kelembaban udara di ruang penyimpanan perbekalan farmasi antara 65 % -
98 %.
e) Cahaya matahari
Penyimpanan obat tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.
f) Sirkulasi udara
Tempat penyimpanan perbekalan farmasi harus mempunyai ventilasi yang
cukup untuk pertukaran udara di ruangan penyimpanan.
g) Resiko kebakaran

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


38

Bahan berbahaya mudah terbakar atau mudah meledak harus disimpan


pada Gudang Tahan Api yang dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam
Api Ringan).
h) Kebersihan tempat dan sarana penyimpanan dari debu atau kotoran lainnya.
i) Pengaturan tata ruang gudang farmasi dengan memperhatikan kemudahan
bergerak dan mobilisasi perbekalan farmasi.
j) Pengawasan dan monitoring tempat dan fasilitas penyimpanan untuk
menjamin mutu perbekalan farmasi yang ada.
k) Obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari Tim Penerima
Barang Medik RSUP Fatmawati, dicatat pada kartu stok sesuai jenis,
jumlah, expire date, dan nama distributor khusus obat narkotika, yaitu
PT. Kimia Farma. Prosedur Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika:
i. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang sudah dicatat/
dokumentasi dengan ketentuan:
i). Menggunakan lemari sesuai ketentuan, yaitu lemari double lock
(kunci ganda) pada dua pintu dengan susunan berlapis.
ii). Kondisi kunci kedua pintu dapat berfungsi dengan baik dan dalam
kondisi terkunci guna pembatasan akses pengambilan obat.
iii). Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak
dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya.
iv). Dilengkapi dengan kartu stok.
ii. Pengaturan penyimpanan obat narkotika dan psikotropika berpedoman
kepada beberapa ketentuan dan persyaratan sebagai berikut:
i). Menurut bentuk sediaan dan jenisnya.
ii). Menurut suhu dan kestabilan sediaan:
Obat disimpan dalam lemari dingin, yaitu suhu 2 - 8oC
Obat disimpan dalam suhu kamar, yaitu 15 - 25oC
iii). Menurut sifatnya mudah terbakar
iv). Menurut ketahanan terhadap cahaya
iii. Penyusunan penyimpanan berdasarkan sistem FIFO (First In First
Out) atau berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out).

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


39

iv. Penyusunan urutan pada lemari penyimpanan dilakukan secara


alfabetis, yaitu berdasarkan urutan abjad, dimulai dari huruf “A” dan
seterusnya.
v. Pencatatan obat narkotika dan psikotropika, yaitu jumlah keluar, jumlah
stok awal, jumlah stok akhir, dan petugas yang mengambil.
vi. Monitoring selama proses penyimpanan dengan melakukan pengecekan
fasilitas penyimpanan dan pengecekan kondisi fisik sediaan dan jumlah
stok narkotika dan psikotropika setiap hari.
l) Prosedur Identifikasi, Penandaan, dan Penyimpanan Obat High Alert:
i. Penerimaan obat high alert oleh Gudang Farmasi dari distributor
melalui Tim Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati.
ii. Pemeriksaan kebenaran obat high alert yang diterima dengan memeriksa
nama, jumlah, tanggal kadaluwarsa, dan kondisi fisik obat high alert,
serta kondisi penyimpanan khusus obat high alert bila dipersyaratkan.
iii. Pemberian penanda khusus (sticker) obat high alert golongan
elektrolit konsentrasi tinggi yang diterima oleh Gudang Farmasi
dilakukan pada kardus terluar obat high alert.
iv. Pencatatan stok obat high alert yang diterima oleh Gudang Farmasi
dilakukan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan kartu stok
gudang farmasi sebagai penambahan jumlah.
v. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan obat yang
bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat
lainnya.
vi. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan dengan metode
FIFO dan FEFO berdasarkan urutan alfabetis dengan cara:
i). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu
dingin, yaitu antara 2 – 8OC, maka disimpan pada lemari
pharmaceutical refrigerator dengan suhu terkendali.
ii). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu
ruangan, yaitu 25OC, maka disimpan dalam lemari yang telah
diberikan penanda khusus.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


40

iii). Untuk obat high alert yang memenuhi kriteria LASA (Look Alike
Sound Alike), maka obat tersebut diletakkan secara terpisah dengan
memberikan selingan minimal 2 obat non kategori LASA di
antaranya.
e. Pendistribusian
Proses pendistribusian yang terdapat pada gudang farmasi adalah distribusi
perbekalan dari gudang ke depo farmasi dan ke ruang- ruang rawat (floor stock).
Distribusi perbekalan farmasi ke depo-depo secara sistem komputerisasi yang
dilakukan setiap hari. Pada pagi hari staf gudang farmasi akan mengecek
permintaan dari masing-masing depo, kemudian akan dinilai secara keseluruhan
pembagian stok ke depo – depo farmasi agar manajemen persediaan di gudang
farmasi tetap baik. Setelah perbekalan farmasi disiapkan oleh petugas gudang
farmasi, maka akan dilakukan serah terima dengan petugas depo. Saat serah
terima dilakukan pengecekan volume dan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi
Petugas menandatangani bila telah dilakukan pengecekan dan telah sesuai,
kemudian dilakukan proses pemasukkan data (input) ke sistem kemudian dicetak
untuk mendapatkan print out. Setelah itu, petugas gudang farmasi mengecek
pengeluaran sesuai atau tidak. Stok gudang farmasi akan berpindah ke depo
farmasi bila telah diverifikasi.
Proses distribusi obat dan alkes floor stock dilakukan setiap bulan sesuai
jadwal pemgambilan barang masing-masing ruang satuan medik. Permintaan
perbekalan farmasi dilakukan secara manual atau dengan mengisi formulir
permintaan dan penerimaan barang, untuk kemudian diambil oleh petugas
ruangan.

f. Pelaporan
Pelaporan perbekalan farmasi di gudang farmasi, antara lain:
1) Rekapitulasi penerimaan barang
2) Rekapitulasi pengeluaran barang

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


41

3) Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran gas medis


4) Laporan stok opname
5) Laporan persediaan floor stock
6) Laporan narkotik (setiap bulan) dan psikotropik (setiap tahun)
7) Laporan barang sumbangan

3.2.7.3 Produksi
a. Produksi Non Steril
Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah pembuatan sediaan
farmasi, pengenceran sediaan, dan pengemasan kembali. Bentuk sediaan yang
diproduksi mencakup bentuk sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semipadat.
Semua bentuk sediaan dibuat berdasarkan master formula RSUP Fatmawati. Di
ruang produksi RSUP Fatmawati saat ini terdapat 43 master formula sebagai
panduan pelaksanaan produksi farmasi. Tujuan dilakukannya produksi di RSUP
Fatmawati antara lain adalah untuk penghematan anggaran, terdapat sediaan
dengan formula khusus dan sediaan obat dibutuhkan segar seperti rekonstitusi
obat suntik dan obat kanker.
Bahan baku yang digunakan di produksi non steril diperoleh dari gudang
farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan bulanan
sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang farmasi untuk
dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril mendistribusikan
produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi non steril terbagi
menjadi 2, yaitu penyimpanan bahan baku (disusun berdasarkan kegunaannya)
dan penyimpanan produk (berdasarkan alfabetis). Pelaporan yang dilakukan oleh
produksi non steril adalah laporan jumlah perbekalan farmasi, laporan produk
yang rusak, dan laporan produk yang kadaluwarsa.

b. Produksi steril
Produksi steril merupakan bagian dari Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
Kegiatan yang melakukan rekonstitusi obat kemoterapi. Untuk sediaan steril,
preparasi dilakukan di ruang produksi steril dengan menggunakan SPO (Standar

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


42

Prosedur Operasional) Aseptic dispensing preparation. Salah satu kebijakan yang


berkaitan dengan produksi steril yaitu seluruh pencampuran atau rekonstitusi obat
kemoterapi dilakukan dengan menggunakan SPO handling cytotoxic. Kegiatan
pencampuran obat kemoterapi ini hanya dilakukan di Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati di ruang steril/semi steril dengan menggunakan BSC. BSC atau
Biological Safety Cabinet merupakan sebuah alat kerja untuk pencampuran obat
kemoterapi yang mempunyai sistem sirkulasi udara melalui HEPA filter
sedemikian rupa sehingga dapat melindungi petugas, lingkungan serta menjaga
terhindarnya produk steril dari paparan kontaminan. Kegiatan ini dilakukan oleh
tenaga kefarmasian yang telah melakukan pelatihan internal. APD (Alat
Pelindung Diri) wajib digunakan dengan tujuan tercapainya perlindungan petugas
dari paparan obat dan bahan berbahaya saat kegiatan pelarutan obat dilakukan,
terjaganya mutu dan sterilitas produksi injeksi.
Untuk menjaga mutu sterilitas alat BSC dan LAF (Laminar Air Flow) maka
perlu dilakukan desinfeksi BSC dan LAF agar menghilangkan kontaminan
infeksius organik. Prosedur ini rutin dilakukan baik sebelum dan sesudah BSC
dan LAF digunakan. Desinfeksi ini menggunakan alkohol 95%. Sedangkan
dekontaminasi BSC dan LAF dilakukan rutin setiap 2 minggu sekali. Tujuan
dekontaminasi ini adalah untuk membersihkan BSC atau LAF tempat
dilakukannya pelarutan atau peracikan obat injeksi guna menghilangkan segala
bentuk kontaminasi pada BSC atau LAF baik organik (mikroba) maupun organik
(partikel sisa obat) pada BSC atau LAF.
Petugas produksi steril diharuskan memeriksakan kondisi fisiologisnya secara
klinik di Instalasi Patologi klinik dan Poli pegawai untuk menilai tingkat
kesehatan fisik dan mental petugas secara keseluruhan. Ini dilakukan agar kondisi
kesehatan operator terkontrol dan terjamin dalam keadaan normal tanpa adanya
kelainan akibat paparan obat kanker maupun pengaruh stress lainnya. Serta agar
tercapainya peningkatan motivasi operator/ petugas rekonstitusi bekerja secara
hati - hati dan disiplin.
Untuk alur masuk ke ruang produksi aseptic dispensing dan pelayanan obat
sitostatika dapat dilihat pada Lampiran 10 dan lampiran 11. Pembuangan limbah

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


43

kemoterapi merupakan kegiatan membuang limbah atau sisa barang tidak terpakai
sepetri vial, ampul, syringe setelah dilakukan proses pelarutan atau pencampuran
obat kemoterapi. Pengelolaan limbah ini meliputi persiapan kontainer sampah
hingga sampah kemoterapi di kirim ke Bagian Instalasi Sanitas dan Pertamanan
(ISP) untuk dimusnahkan dengan incenerator.

3.2.7.4 Depo Rawat Jalan


Gedung Instalasi Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdapat
poliklinik bedah, poliklinik OK minor, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik
ortopedi, poliklinik pegawai, poliklinik medik umum dan poliklinik jantung.
Lantai 2 terdapat poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah saraf, poliklinik
kebidanan dan kandungan, poliklinik edukasi, poliklinik diabetes melitus,
poliklinik gizi dan poliklinik rehabilitasi medik. Lantai 3 terdapat poliklinik
paru, poliklinik Pusat Pelayanan Kanker Terpadu (PPKT), poliklinik anestesi
anak, poliklinik akupuntur, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik mata dan
poliklinik THT (Telinga Hidung Tenggorokan). Prosedur penyiapan obat rawat
jalan secara individual dapat dilihat dalam lampiran 12. Depo farmasi terdapat di
setiap lantai gedung Instalasi Rawat Jalan. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan
lantai 1 berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1 Apoteker, 2 Tenaga Teknis
Kefarmasian, dan 1 Juru Racik. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2
terdiri atas 1 Apoteker, 3 Tenaga Teknis Kefarmasian, 1 Juru Racik dan 1 bagian
Administrasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 hanya terdiri dari 1 Apoteker
dan 2 Tenaga Teknis Kefarmasian.
Setiap pagi masing - masing lantai depo farmasi melakukan permintaan
ke gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien
tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2
melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3
melayani pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, Jamkesda Tangerang, dan pasien
TBC.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Jamkesmas,
Jamkesda Depok, dan Jamkesda Tangerang Selatan serta pasien KJS yaitu: resep

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


44

asli, SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 IRJ lantai 1, fotocopy
bukti pendaftaran, dan surat rujukan asli puskesmas yang ditujukan untuk RSUP
Fatmawati.
Depo Instalasi Rawat Jalan menerapkan sistem distribusi obat rawat jalan
secara individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara
individual prescription merupakan tata cara dan urutan proses kegiatan
menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat
diberikan seluruhnya sesuai yang tertera dalam resep yang telah melalui kajian
peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara
individual prescription adalah agar:
a. Tercapainya jaminan kebenaran dan keamanan dalam proses dispensing obat
pada pasien rawat jalan.
b. Tercapainya peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keamanan dalam
penggunaan obat.
Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription Lampiran
12 :
a. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi.
b. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep.
c. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada
skrining resep.
d. Pemeriksaan berkas kelengkapan resep untuk pasien jaminan / asuransi: pasien
Jamkesmas, pasien Jamkesda, atau pasien KJS.
e. Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi persyaratan dari
skrining dan kajian peresepan obat.
f. Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien tunai. Pembayaran
dilakukan di kasir RSUP Fatmawati.
g. Pelaksanaan permohonan izin prinsip:
1) Resep pasien Jamkesmas dengan verifikasi oleh penjamin Jamkesmas, atau
2) Resep pasien KJS dengan verifikasi oleh penjamin KJS, atau

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


45

3) Verifikasi izin prinsip Direktur RSUP Fatmawati untuk perbekalan


farmasi yang tidak terjamin dalam paket pembiayaan atau menjadi beban
RSUP Fatmawati.
h. Pembuatan etiket obat dengan pemilihan etiket:
1) Etiket warna putih untuk penggunaan melalui enteral (oral / sublingual /
dan lain - lain).
2) Etiket warna biru untuk penggunaan melalui parenteral dan topikal.
Pembuatan etiket obat dengan mencantumkan nomor rekam medik, nama
pasien, nama obat, dosis obat, waktu dan frekuensi pemberian, rute
pemberian, dan tanggal kadarluwarsa.
i. Pelaksanaan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi dibeli pasien
atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi.
j. Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan
klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi
pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar
dokumentasi.
k. Pelaksanaan penyerahan obat yang sudah disiapkan kepada pasien.
Pemanggilan nama pasien rawat jalan melalui pengeras suara untuk menuju
loket pengambilan obat. Pelaksanaan penyerahan obat kepada pasien rawat
jalan dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian dengan kriteria:
1) Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
2) Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang telah mendapatkan Surat
Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)
3) Terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUP Fatmawati
4) Selesai mengikuti masa orientasi
l. Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih
lanjut.
m. Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status
pembiayaan pasien.

3.2.7.5 Depo Askes

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


46

Depo Askes adalah depo farmasi yang khusus melayani semua pasien
rawat jalan peserta Askes. Sumber daya manusia yang terdapat di depo Askes
terdiri dari 1 orang apoteker sebagai penyelia, 6 orang asisten apoteker, 2 orang
juru resep, dan 3 orang petugas administrasi. Pengadaan obat dilakukan setiap hari
langsung dari Gudang Farmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang
melalui komputer secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Penyimpanan barang
disusun berdasarkan obat DPHO Askes dan non DPHO Askes, bentuk sediaan,
dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari tersendiri dan terkunci (double lock) (RSUP Fatmawati, 2012b). Obat -
obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang menggunakan
sistem FIFO dan FEFO.
Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk
mendapatkan pelayanan pengobatan pasien Askes di Depo Farmasi Askes adalah
(PT. Askes, 2004) :
a. Resep Asli
b. Surat rujukan asli dari Puskesmas dengan 2 lembar fotokopi surat rujukan
c. Fotokopi kartu Askes
d. Surat Jaminan Pasien (SJP) yang didapat dari gedung Askes
Dalam melayani pasien, Depo Askes mengacu pada pedoman – pedoman
yang disesuaikan dengan status pasien. Pedoman yang digunakan di depo askes
adalah Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes merupakan acuan obat bagi
pasien peserta Askes. Dalam DPHO terdapat dua daftar obat yang dapat diberikan
kepada pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat khusus untuk penyakit
kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat dengan batasan jumlah peresepan
maksimal yang dapat diberikan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2009).
Alur pelayanan pasien di depo Askes dimulai dari masuknya resep ke
bagian penerimaan resep (bagian sortir). Pada bagian ini petugas depo Askes akan
memeriksa kelengkapan berkas yang menjadi persyaratan yang harus dibawa oleh
pasien. Apabila persyaratan yang diperlukan sudah lengkap, selanjutnya dilakukan
skrining resep. Setelah itu, pasien akan mendapatkan nomor pengambilan obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


47

yang sama dengan nomor yang ada pada resep. Kemudian resep distempel dan
datanya dimasukkan ke komputer. Setelah data dimasukkan ke komputer,
selanjutnya resep diberikan kepada petugas untuk dibuatkan etiketnya. Setelah itu
resep diberikan kepada petugas penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat
racikan. Obat yang telah siap dikemas dan diserahkan ke pasien disertai
pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat. Alur pelayanan resep
depo Askes dapat dilihat pada lampiran 13.
Laporan - laporan yang dibuat oleh depo Askes, yaitu (RSUP Fatmawati,
2012c):
a. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
b. Laporan penulisan obat generik dan non generik.
c. Laporan penulisan obat yang masuk DPHO Askes dan non DPHO Askes.
d. Laporan analisa penjualan.
e. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
f. Laporan jumlah lembar resep dan jumlah resep.
Depo Askes memiliki pasien terbanyak dengan jumlah 200 – 300 resep per
hari. Obat yang paling sering diresepkan adalah obat untuk penyakit jantung dan
penyakit dalam. Pembayaran pasien Askes dapat diklaim ke PT Askes
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia, 2009)

3.2.7.6 Depo Rawat Inap (Teratai A dan B)


Depo farmasi rawat inap (Depo Teratai) berada tepat di tengah lantai
pertama gedung teratai. Gedung ini terdiri dari enam lantai dan memiliki kapasitas
516 tempat tidur. Dengan rincian tiap lantai sebagai berikut :
a. Lantai pertama yaitu ruangan kebidanan (emergency kebidanan, contohnya
pada kondisi pre eklampsia berat), high care unit di selatan Teratai, ruang
Thalasemia dan ruang kemoterapi.
b. Lantai kedua yaitu ruangan perawatan khusus kebidanan dan high care unit di
selatan Teratai.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


48

c. Lantai ketiga yaitu ruangan khusus pasien anak – anak (< 18 tahun) dan yang
belum menikah, ruang isolasi serta high care unit di selatan Teratai.
d. Lantai keempat yaitu ruangan pasien pasca bedah dan high care unit di utara
Teratai.
e. Lantai kelima yaitu ruangan pasien penyakit dalam (internis) dan high care
unit di selatan Teratai.
f. Lantai keenam yaitu ruangan untuk pasien penyakit saraf dan high care unit
di selatan Teratai.
Penanggung jawab depo farmasi rawat inap terdiri dari dua penyelia.
Penyelia pertama bertanggung jawab terhadap IRNA A yang terdiri dari lantai 1,
2 dan 3, sedangkan penyelia kedua bertanggung jawab pada IRNA B yang
terdiri dari lantai 4, 5 dan 6. Jumlah SDM di depo teratai adalah sebanyak 29
orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang, petugas perincian (billing)
sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan 17 orang merupakan
tenaga teknis kefarmasian.
Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari
Instalasi Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat perincian
kebutuhan yang diinput ke komputer yang online dengan sistem di gudang
farmasi. Perbekalan farmasi di depo rawat inap, disimpan terpisah berdasarkan
bentuk sediaan, obat generik, dan non generik yang disusun berdasarkan alfabetis
dan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Obat
LASA (Look Alike Sound Alike) penyusunannya diberi jarak 2 box antar obat
LASA dan diberikan stiker LASA. Terdapat pharmaceutical refrigerator untuk
penyimpanan obat - obat yang membutuhkan suhu dingin untuk kestabilannya.
Obat – obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari dengan
double lock dan setiap obat - obat tersebut diambil maka dilakukan
pencatatan di buku penggunaan.
Sistem distribusi yang diterapkan di depo farmasi rawat inap beragam,
diantaranya adalah sistem distribusi dosis unit atau dikenal dengan UDD (unit
dose dispensing). Dalam sistem UDD petugas menyiapkan sejumlah obat
dengan dosis sekali pakai dan disiapkan untuk keperluan pasien selama 24

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


49

jam per hari selama pasien menjalani rawat inap. Alur sistem distribusi dosis
unit tertera Lampiran 14.
Sistem selanjutnya yaitu sistem floor stock dan sistem resep individual
berupa resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual
ini diterapkan di lantai dua dan lantai tiga untuk pasien anak - anak yang masih
mendapatkan puyer. Depo Rawat Inap terdapat beberapa paket untuk
penanganan pasien. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama
halnya dengan depo - depo farmasi lain, di antaranya adalah:
a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.
b. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan.
c. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
d. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.
e. Laporan barang rusak dan kadaluwarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

3.2.7.7 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan dari Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam.
Didukung oleh tenaga profesional dan tenaga ahli yang berpengalaman lebih dari
40 orang yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara
maksimal mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD memiliki pelayanan
pendukung seperti laboratorium Instalasi Gawat Darurat 24 jam, radiologi (USG,
CT Scanning), kamar operasi, bank darah, apotik, dan ambulance 24 jam (RSUP
Fatmawati, 2009). IGD terdiri dari beberapa ruangan:
a. Ruang resusitasi (ruang merah)
Di ruang ini terdapat delapan tempat tidur, lemari emergency, dan paket
resusitasi. Lemari emergency sangat penting keberadaannya dalam ruang ini
dikarenakan pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan
kondisi yang cukup parah, sehingga jika pasien mengalami kegawatdaruratan dan
butuh penanganan segera, perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di IGD
untuk mengambil obat maupun alat kesehatan sehingga dapat menghemat waktu

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


50

dalam menolong pasien. Lemari emergency di cek setiap hari pada pagi hari dan
dilengkapi jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh RSUP
Fatmawati.
b. Ruang P2 (Ruang kuning)
Ruang ini dibagi menjadi ruang bedah dan ruang non bedah dimana di ruang
ini terdapat paket, namun tidak disediakan lemari emergency.
c. Ruang Triase
Pasien yang masuk ruangan ini dalam kondisi yang tidak terlalu parah sehingga
tidak mendapat tindakan dan tidak ada paket di ruang ini.
d. Ruang Intermediate Ward
Ruang ini digunakan pada pasien yang menunggu untuk dipindahkan ke ruang
rawat inap atau ruang lainnya.
Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang
administrasi, dan 14 orang asisten apoteker. Depo IGD dan IRI buka 24 jam
dengan 3 shift dan melayani pasien rawat inap serta pasien rawat jalan. Pasien
rawat inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU),
Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU),
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Sedangkan pasien rawat jalan merupakan
pasien yang masuk ruang IGD seperti ruang resusitasi, ruang P2, ruang triase,
maupun poli IGD.
Paket-paket yang ada di depo IGD antara lain :
a. Paket Alat Kesehatan (Alkes) ICU
b. Paket Alat Kesehatan (Alkes) NICU / PICU
c. Paket Infus Dewasa
d. Paket Resusitasi Anak
e. Paket Resusitasi Dewasa
Depo farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan
ke gudang farmasi setiap hari secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Obat -
obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk
obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari
pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


51

khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu dengan susunan berlapis.
Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat
dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012b). Alat
kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat
kesehatan tersebut. Jenis sediaan obat yang sering digunakan di Depo IGD dan
IRI adalah sediaan injeksi. Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi
IGD adalah (RSUP Fatmawati, 2012c):
a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.
b. Laporan pemakaian obat – obat narkotika yang dibuat setiap bulan.
c. Laporan pemakaian obat – obat psikotropika yang dibuat setiap bulan.
d. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
e. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.
f. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
g. Laporan jumlah resep dan lembar resep setiap bulan.

3.2.7.8 Depo Instalasi Bedah Sentral


Lantai 1 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Cito sebanyak 2 kamar.
Pasien yang masuk ke OK Cito merupakan pasien yang tidak direncanakan jadwal
operasinya atau yang sifatnya cito. Pada OK Cito terdapat Paket obat dan alkes
OK Cito dan lemari emergensi. Lemari emergensi terdiri dari lemari emergensi
bedah dan lemari emergensi anestesi. Lemari emergensi bedah berisi antibiotik,
sedangkan lemari emergensi anestesi berisi obat anestesi dan alat kesehatan. Saat
pasien masuk ke OK Cito, maka penata anestesi mengambil Paket obat dan alkes
OK Cito yang telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila obat dan alat
kesehatan dalam paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di
lemari emergensi dan mencatatnya di Lembar Pemakaian. Setelah selesai operasi,
Lembar Pemakaian dimasukkan ke dalam Paket obat dan alkes OK Cito yang
telah terpakai oleh pasien. Lemari emergensi akan dicek jumlah pemakaian dan
pemakai, serta diisi kembali oleh petugas depo farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


52

Lantai 2 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Elektif sebanyak 8 kamar


dan 1 Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral. Pasien yang masuk ke OK Elektif
telah memiliki jadwal operasi. Sehari sebelum operasi, depo farmasi menerima
jadwal operasi pasien dan permintaan anestesi umum atau spinal. Depo farmasi
kemudian menyiapkan paket anestesi dan memberi label nama pasien pada paket
tersebut, sehingga pada hari operasi penata anestesi cukup meminta paket
berdasarkan nama pasien. Penata bedah akan mencatat permintaan di buku pada
hari operasi, kemudian paket bedah akan disiapkan oleh petugas depo farmasi.
Bila terdapat kekurangan obat dan alat kesehatan saat operasi sedang
berlangsung, maka penata bedah atau penata anestesi dapat meminta secara
langsung ke depo farmasi dengan menyebutkan nama pasien dan kamar operasi.
Petugas depo farmasi akan mencatat permintaan obat dan alat kesehatan. Bila
pasien telah selesai dioperasi, maka paket akan dikembalikan ke depo farmasi dan
petugas depo farmasi akan merekapitulasi semua penggunaan obat dan alat
kesehatan ke administrasi perincian. Perincian selanjutnya akan dikirimkan ke
depo farmasi di mana pasien dirawat. Depo Instalasi Bedah Sentral juga
menyiapkan Paket Bedah Prima yang merupakan sistem paket untuk pasien tunai.
Sebelum operasi, pasien tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Pasien
tunai dengan Paket Bedah Prima dapat menjalankan operasi di OK Elektif atau
OK Cito. Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di depo instalasi bedah sentral
dapat dilihat Lampiran 15.
Obat - obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis
sediaan. Untuk obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka
penyimpanannya di lemari pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika
ditempatkan di lemari khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu
dengan susunan berlapis. Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding
sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP
Fatmawati, 2012b). Alat kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama
pada tempat atau box alat kesehatan tersebut.
SDM yang ada di Depo Instalasi Bedah Sentral berjumlah 1 Penyelia dan
2 Asisten Apoteker. Paket anestesi spinal terdiri dari Spinocan (spinal and

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


53

diagnostic puncture) 27G x 3”, bupivacain HCl 5 mg / ml, ondansetron 4 mg / 2


ml, klonidin HCl 150 μg / ml, dan ketolorac 3%. Paket anestesi umum terdiri dari
propofol 10 mg / ml, atracurium besilat, fentanyl, ondansetron 4 mg / 2ml, dan
ketolorac 3%.

3.2.7.9 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan
informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan
rumah sakit serta untuk membuat kebijakan - kebijakan yang berhubungan
dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi
obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi
obat adalah:
a. 200 tempat tidur : 20 m2
b. 400 - 600 tempat tidur : 40 m2
c. 1300 tempat tidur : 70 m2
Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan yang
memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon, lemari arsip, kartu arsip.
Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan informasi obat adalah:
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan
pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label obat.
d. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


54

e. Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat


jalan dan rawat inap.
f. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya.
g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
b. Alur program pelayanan informasi obat dapat dilihat pada Lampiran 16.

3.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati


Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah suatu unit kerja yang dibentuk
untuk membantu Direktur Rumah Sakit dalam hal membuat kebijakan tentang
penggunaan obat dan pengelolaan obat di Rumah Sakit. Tujuan dibentuknya
TFT adalah :
a. Menjamin tersedianya obat dan alat kesehatan (alkes) habis pakai yang
bermutu untuk kebutuhan pasien di RSUP Fatmawati.
b. Tersusunnya standar obat yang berlaku di RSUP Fatmawati.
c. Terwujudnya pelaksanaan kebijakan penggunaan obat dan pengelolaan yang
baik bagi pengguna maupun penyedia obat di RSUP Fatmawati.
d. Terselenggaranya penggunaan obat yang rasional dan aman di RSUP
Fatmawati.
e. Terlaksananya pengawasan, pengendalian, dan evaluasi penggunaan dan
pengelolaan obat dan alkes di RSUP Fatmawati.
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di bawah koordinasi dan bertanggung
jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. Struktur
organisasi TFT terdiri dari:
a. Ketua : Dokter
b. Sekretaris : Apoteker
c. Anggota : Dokter, Apoteker, dan Perawat
Tugas pokok dari TFT adalah:
a. Melaksanakan uji coba dan memberikan rekomendasi dalam pemilihan
penggunaan obat dan alkes habis pakai.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


55

b. Menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes
habis pakai di Rumah Sakit dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara
berkala.
c. Menyusun Antibiotic Guideline bersama-sama dengan Komite Pengendalian
Penyakit Infeksi.
d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan
penggunaan obat generik serta alkes habis pakai bersama-sama Instalasi
Farmasi.
e. Melaksanakan edukasi pada staf farmasi, profesi lainnya tentang obat dan
perbekalan kesehatan lainnya .
Formularium Obat RSUP Fatmawati adalah daftar dari seluruh item obat
yang ada di RSUP Fatmawati dalam periode waktu tertentu, yaitu maksimal 3
tahun. Daftar obat di Formularium Obat disusun berdasarkan kelas terapi dan
berisi nama generik produk (1 item), nama merek original dari pabrik tertentu (1
item), nama merek dagang dari pabrik tertentu (2 item), serta keterangan
mengenai bentuk sediaan, kekuatan produk dalam kemasan, dan nama pabrik
pembuat. Formularium Obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun
1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada
tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Pembuatan revisi
formularium RSUP Fatmawati tidak dilakukan setiap tahun, dikarenakan kendala
biaya untuk mencetak formularium baru dan kesulitan untuk mengumpulkan
anggota TFT.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


BAB 4
PEMBAHASAN

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan dan atau upaya
kesehatan penunjang, salah satunya RSUP Fatmawati. Dalam upaya
memberikan pelayanan kesehatan, RS tidak dapat dipisahkan dari pelayanan
kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Untuk menunjang hal tersebut
maka dibentuk suatu badan organisasi yaitu IFRS (Instalasi Farmasi Rumah
Sakit). IFRS dipimpin oleh seorang Kepala IFRS yaitu Apoteker dan
bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan – peraturan
farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi.
Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah
menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes
habis pakai di Rumah Sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau
tidaknya TFT rumah sakit adalah dengan melihat formularium yang disusunnya.
Pada tiap 6 bulan atau maksimal 1 tahun dilakukan evaluasi atau review untuk
penyempurnaan Formularium. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak
dapat direvisi tiap setahun sekali karena masalah biaya untuk mencetak
Formularium terbaru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Revisi
formularium obat yang dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati adalah setiap 3
tahun sekali. Formularium obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun
1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada
tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Dengan adanya
kesinambungan proses revisi, dapat dikatakan bahwa TFT RSUP Fatmawati
sudah berjalan dengan baik.
Salah satu tugas pokok farmasi klinik RSUP Fatmawati ialah
meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan farmasi
klinik. Berikut ini merupakan pembahasan dari pelaksanaan kegiatan farmasi
klinik.

56 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


57

a. Pengkajian Resep
Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat pasien. Selain itu, pengkajian resep
juga dilakukan agar tercapainya rasionalisasi penggunaan obat. Kegiatan dalam
pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetis, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian resep tidak sepenuhnya dilakukan. Hal ini
terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap. Misalnya pada resep untuk
pasien bayi atau anak, berat badan dan umur pasien sering kali tidak tertera pada
lembar resep, padahal hal tersebut diperlukan terutama untuk menghitung dosis
maksimal pada pasien bayi atau anak. Sering kali hanya nama pasien yang tertera
pada lembar resep. Pada lembar instruksi pemberian obat pada pasien rawat inap,
terkadang tidak semua lembar ada penanda berupa stempel keterangan “Resep
telah di review Farmasi”.
Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh
banyaknya resep atau pasien yang harus dilayani oleh petugas farmasi di RSUP
Fatmawati. Selain itu, untuk melakukan pengkajian resep secara keseluruhan
cukup membutuhkan waktu sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan
secara cepat karena banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien
rawat jalan.
b. Pengkajian Penggunaan Obat
Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui gambaran pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pengkajian
penggunaan obat juga dilakukan untuk menilai ada tidaknya drug related problem
selama pasien menjalani pengobatan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian
penggunaan obat dilakukan terhadap pasien rawat jalan dengan melihat instruksi
pemberian obat yang terdapat pada rekam medik pasien. Data yang diperoleh dari
rekam medik pasien dipindahkan ke dalam lembar Formulir Terapi Pasien untuk
selanjutnya dinilai ada tidaknya masalah - masalah yang terkait dengan
pengobatan pasien.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


58

c. Visite
Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker
kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik.
Apoteker melakukan praktik di ruang rawat sesuai dengan kompetensi dan
kemampuan farmasi klinik yang dikuasai. Visite pasien yang dilakukan di RSUP
Fatmawati diaplikasikan kepada pasien yang berada dalam perawatan intensif dan
memiliki resiko mengalami terjadinya kesalahan obat (medication errors).
Beberapa tempat dilakukannya praktik apoteker ruang rawat di RSUP Fatmawati
contohnya pada ruang perawatan pasien Intensive Care Unit (ICU), Neonatal
Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive
Cardiac Care Unit (ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien
pra operasi dan post operasi.
Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan secara
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat
memperoleh informasi terkini dan komprehensif, dapat dijadikan sebagai fasilitas
pembelajaran, serta dapat langsung dikomunikasikan masalah terkait penggunaan
obat dan mengimplementasikan rekomendasi yang dibuat. Namun, kegiatan visite
ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah jadwal visite harus
disesuaikan dengan jadwal tim dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi
dan penyampaian informasinya kurang lengkap.
Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan dan
umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan
Rehabilitasi Medik dan High Care lantai 6 Selatan Teratai. Sedangkan untuk
pasien Intensive Care Unit (ICU) umumnya dilakukan 3-4 kali dalam seminggu,
hal ini disebabkan kondisi pasien pada ruang perawatan tersebut merupakan
pasien yang menderita penyakit komplikasi sehingga memungkinkan pasien
menerima bermacam - macam jenis obat. Hal ini memungkinkan terjadinya
masalah terkait obat yang dapat mempengaruhi outcome pasien sehingga
diperlukan visite yang lebih sering untuk memastikan terapi obat yang diterima
oleh pasien.
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


59

Dalam kegiatan visite, sebelum apoteker memberikan rekomendasi maka


apoteker berdiskusi dengan anggota tim secara aktif untuk saling mengklarifikasi,
mengkonfirmasi, dan melengkapi informasi penggunaan obat. Pada saat visite
secara tim rekomendasi lebih ditujukan kepada dokter yang merawat pasien.
Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa pertanyaan atau rekomendasi yang
diminta oleh tim visite kepada apoteker diantaranya adalah pemilihan terapi obat,
misalnya dalam pemilihan jenis dan regimen, obat pengganti yang dapat diberikan
kepada pasien, efek samping obat, interaksi obat, segi cost effectiveness, dan lain -
lain.
Setelah rekomendasi yang diberikan oleh apoteker disetujui, selanjutnya
apoteker melakukan pemantauan pelaksanaan rekomendasi dari sisi efektifitas dan
keamanan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rekomendasi yang
diterima aman bagi pasien. Tahap akhir dari visite adalah melakukan dokumentasi
praktik visite yang dikelola dengan baik dan terjaga kerahasiaannya. Dengan
adanya pendokumentasian yang baik dapat dijadikan sebagai jaminan
terlaksananya kegiatan visite, serta sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan
mutu pelayanan.
d. Monitoring Efek Samping Obat
Prosedur program monitoring efek samping obat (MESO) adalah tata cara
menganalisa kejadian efek samping obat yang terjadi pada pasien. Proses ini
merupakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan semua tenaga kesehatan baik
dokter, perawat, apoteker dan semua tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
termasuk pasien dan keluarga pasien. Di RSUP Fatmawati kegiatan monitoring
penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui efek terapi dari proses pengobatan
serta kemungkinan terjadinya efek terapi dari proses pengobatan serta
kemungkinan terjadinya efek samping obat. Setiap temuan efek samping obat
dilakukan pengkajian oleh tenaga kesehatan. Seluruh kronologis kejadian efek
samping obat dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya harus
terdokumentasi dalam catatan rekam medik pasien dan dibuatkan laporan untuk
disampaikan pada Komite Mutu dan Manajemen Risiko (KMMR) dalam waktu
maksimal 48 jam.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


60

Prosedur pemantauan efek samping obat meliputi :


1) Pelaksanaan kegiatan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap timbulnya
efek samping obat.
2) Pelaksanaan penerimaan laporan kejadian efek samping obat tenaga
kesehatan, keluarga pasien atau petugas lainnya.
3) Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan temuan kejadian efek samping obat
dalam formulir pelaporan.
4) Pelaksanaan kegiatan komunikasi atau interview oleh tim kerja (tim
monitoring efek samping obat) yang terdiri dari DPJP, perawat ruangan,
apoteker ruangan.
5) Pelaksanaan kegiatan analisa oleh tim monitoring efek samping obat terhadap
hasil interview maupun laporan efek samping obat dari semua sumber.
6) Pelaksanaan kegiatan diskusi setara komprehensif sebagai media problem
solving oleh tim monitoring efek samping obat atas hasil analisa yang telah
dilakukan.
7) Pencatatan di rekam medik pasien oleh DPJP atau tim monitoring efek
samping obat tentang kejadian efek samping obat pasien. Pencatatan terkait
bentuk kejadian efek samping obat, tindakan pengatasian efek samping obat
yang terjadi dan tindakan pencegahan efek samping obat yang akan datang.
8) Pembuatan formulasi rekomendasi oleh tim monitoring efek samping obat.
Pilihan rekomendasi antara lain menghentikan pengobatan, mengganti obat
dengan yang lebih aman, mengatur jadwal penggunaan, menurunkan dosis
obat, memberikan antidot atau premedikasi sebelum penggunaan obat, dan
membuat laporan kejadian insiden dengan mengisi formulir laporan insiden
(internal).
9) Pelaksanaan implementasi rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
efek samping obat.
10) Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi tingkat keberhasilan
intervensi yang dilakukan.
11) Pelaksanaan diskusi lanjutan oleh tim monitoring efek samping obat jika
diperlukan guna mencapai hasil intervensi yang telah diberikan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


61

12) Pendokumentasian rekomendasi penanganan efek samping obat pada formulir


laporan MESO Nasional.
Penyampaian laporan efek samping obat yang terjadi segera
ditindaklanjuti oleh tim monitoring efek samping obat menjadi laporan ke Tim
Farmasi dan Terapi (TFT) dan Komite Mutu dan Manajemen Resiko (KMMR)
dalam waktu 48 jam; bila kejadian efek samping obat masuk dalam kategori
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Sentinel.
e. Pelayanan Informasi Obat
RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang dilakukan
oleh apoteker selama 24 jam atau on call. Berbagai bentuk kegiatan pelayanan
informasi obat seperti yang ada pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
telah dilakukan di RSUP Fatmawati. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan
meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek
samping, dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi,
farmakokinetik, farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan,
indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Untuk dapat
menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka dilakukan usaha penggalian
informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat
pengobatan pasien, dan riwayat alergi atau efek samping obat yang pernah dialami
pasien. Literatur yang digunakan di pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati
adalah literatur tersier.
Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan
dokumentasi yang bertujuan untuk:
1) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam
menjawab pertanyaan dengan lengkap.
2) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.
3) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.
4) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi.
5) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan.
6) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan
informasi obat.
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


62

Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup


penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara
membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan
pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam
membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012, sempat terjadi
penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun
demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan
menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1 jam).
Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi
obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up to
date), apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan jumlah
pertanyaan yang masih sedikit.
f. Monitoring Interaksi Obat
Kegiatan pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati telah dilakukan
seiring dengan dilakukannya pemantauan terapi obat untuk menemukan masalah
yang berkaitan dengan penggunaan obat. Menurut Standar Prosedur Operasional
(SPO) yang ada, kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan
menggunakan software interaksi obat, namun pada pelaksanaannya kegiatan
analisis masih menggunakan literatur pustaka sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama dalam menemukan interaksi obat yang berpotensi terjadi. Kegiatan
pemantauan interaksi obat juga tidak dilakukan rutin karena kesibukan apoteker di
pelayanan kefarmasian lainnya sehingga seringkali kegiatan pemantauan interaksi
obat yang dilakukan tidak sampai pada pemberian rekomendasi penanggulangan.
g. Konsultasi Obat
Konsultasi obat diawali dengan memperkenalkan diri kepada pasien.
Kemudian, apoteker mulai menanyakan masalah yang dihadapi pasien terkait
penggunaan obatnya. Apoteker mulai menjelaskan obat-obat yang diterima pasien
dengan memberitahukan nama obat dan indikasi obat. Dalam menjelaskan atau
memecahkan masalah pasien, apoteker menggunakan alat tulis untuk
memudahkan pasien dalam memahami penjelasan dari apoteker, misalnya
masalah waktu dan frekuensi penggunaan obat pada pasien yang mendapat
polifarmasi. Pasien yang mendapat polifarmasi sering mengalami kesulitan dalam
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


63

hal waktu penggunaan obat. Pasien sering menanyakan apakah semua obat yang
diberikan harus diminum bersamaan atau harus diberi jarak waktu. Pasien juga
menanyakan obat mana yang harus diminum sebelum dan sesudah makan. Setelah
pasien mendapat penjelasan tentang obatnya, apoteker akan meminta pasien untuk
mengulangi penjelasan yang dipaparkan tadi untuk menguji pemahaman pasien.
Jika pasien masih kurang jelas dengan penjelasan yang diberikan, apoteker akan
mengulangi penjelasan tersebut dan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan
dari apoteker tersebut. Setelah pasien memahami yang dijelaskan apoteker,
apoteker akan menanyakan masalah lainnya yang dialami pasien yang dapat
dibantu penanganannya oleh apoteker.
Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker kurang menggali informasi
dari pasien seperti obat, vitamin, atau jamu apa saja yang pernah atau sedang
dikonsumsi pasien. Apoteker juga tidak menanyakan apakah pasien memiliki
riwayat alergi. Apoteker hanya memberikan informasi tentang obat yang
ditanyakan oleh pasien, informasi lain seperti aturan pakai obat, efek samping
yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya, interaksi yang mungkin terjadi
antara obat dengan obat lain termasuk vitamin dan jamu atau interaksi antara obat
dengan makanan.
h. Edukasi Farmasi
Program edukasi farmasi dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah orang
dalam ruangan tertentu guna mendengarkan penjelasan dari apoteker mengenai
tema tertentu misalnya tema tentang penggunaan dan penyimpanan obat yang
benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih satu jam, dimulai dengan
presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta
diperkenankan bertanya mengenai obat berupa cara pakai, penyimpanan obat, dan
masalah-masalah terkait obat lainnya. Untuk melakukan kegiatan program
edukasi farmasi di rumah sakit diperlukan fasilitas penunjang seperti infocus,
layar, laptop, microphone, dan lain-lain. Pada saat kegiatan, dilakukan pembagian
questioner mengenai tanggapan peserta terhadap kegiatan tersebut. Hasil
questioner tersebut berguna untuk perbaikan dan koreksi terhadap kegiatan
edukasi selanjutnya. Peserta program edukasi banyak yang tidak mengisi
questioner dikarenakan tidak membawa alat tulis. Saat dilaksanakan program
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


64

edukasi di Depo Askes, perhatian peserta edukasi terbagi antara mendengarkan


pemaparan presenter dengan mendengarkan panggilan petugas depo farmasi yang
akan memberikan obat.
Dalam melaksanakan kegiatannya, Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
dibagi menjadi beberapa sub bagian, antara lain:
1) TU Farmasi dan SDM Farmasi serta Pencatatan dan Pelaporan
Seluruh kegiatan administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati dilakukan di Tata Usaha Farmasi. Tujuan kegiatan administrasi dan
pelaporan dalam pelayanan kefarmasian adalah:
a) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi
b) Tersedianya informasi yang akurat
c) Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan
d) Tersedianya data yang lengkap untuk perencanaan.
Selain itu, kegiatan administrasi dan pelaporan merupakan dasar dari
akreditasi yang dilakukan di rumah sakit. RSUP Fatmawati sebagai RS
pemerintah wajib melaporkan seluruh kegiatan yang dilakukan, pengawasan dari
pemerintah dilakukan dengan melakukan audit-audit baik secara internal maupun
eksternal. Jika proses administrasi dan pelaporan yang dilakukan baik, akan
mempermudah audit.
Salah satu laporan yang dilakukan adalah laporan penggunaan obat narkotika
dan psikotropika. Laporan penggunaan obat narkotika dilakukan setiap bulan dan
laporan penggunaan obat psikotropika dilakukan setiap tahun, namun tetap
dilakukan perekapan penggunaan obat psikotropika setiap bulannya.
2) Gudang Farmasi
Gudang Farmasi melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan kesehatan di
RSUP Fatmawati dari perencanaan sampai pembuatan laporan. Perencanaan
dibuat berdasarkan analisa penjualan masing-masing depo dan pemakaian obat
serta alkes floor stock tiap ruang, selain itu perencanaan juga dibuat berdasarkan
data epidemiologi di RSUP Fatmawati. Data epidemiologi bisa didapat dari
laporan 10 besar penyakit di RSUP Fatmawati yang selalu diberikan IRMIK ke
TU Farmasi setiap bulan. Dalam perencanaan pengadaan perbekalan farmasi,
usulan-usulan dari depo-depo farmasi juga bisa menjadi rujukan perencanaan,
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


65

untuk mengetahui obat apa saja yang belum terlayani atau untuk mengetahui obat
yang banyak diresepkan oleh dokter. Pemilihan perbekalan farmasinya
berdasarkan DOEN, DPHO Askes, dan Formularium RSUP Fatmawati. Tahap
perencanaan merupakan tahap yang krusial dimana perencanaan harus dibuat
sebaik mungkin untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi di RSUP
Fatmawati.
Pengadaan yang dilakukan oleh RSUP Fatmawati dengan cara pembelian
telah sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No. 70 tahun 2012 tentang
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah karena sebagai rumah sakit pemerintah aset
yang ada di RSUP Fatmawati merupakan aset pemerintah. Kegiatan produksi di
RSUP Fatmawati juga merupakan salah satu kegiatan pengadaan. Selain dengan
pembelian dan produksi, pengadaan juga dilakukan untuk obat-obat program
pemerintah yang gratis. Syarat pengadaan obat-obat ini adalah pengajuan
permohonan kepada Dinas Kesehatan dan pembuatan laporan penggunaan obat
program tersebut secara periodik. Obat program ini juga hanya dapat
dipergunakan bagi pasien tertentu yang sesuai dengan kriteria.
Setelah barang datang, dilakukan proses penerimaan barang oleh tim
penerima. Ruang tim penerima sudah strategis karena terletak di bagian depan
gudang farmasi sehingga pengecekan barang bisa langsung dilakukan. Jika semua
syarat yang harus dicek sudah lengkap dan sesuai dengan faktur, tim penerima
menyerahkan barang ke gudang farmasi untuk disimpan. Penyerahan barang
dilakukan dengan membuat Berita Acara Penerimaan barang sebagai bukti bahwa
barang yang diterima terjamin kesesuaiannya. Penyimpanan seluruh perbekalan
farmasi dilakukan di gudang famasi secara terpisah sesuai dengan
pengelompokannya. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun masih ada atau
sebagian ditempatkan bersama dengan ruang penyimpanan obat. Seluruh label
untuk obat karsinogen, bahan berbahaya dan beracun telah ditempelkan sesuai
dengan tempatnya. Begitu pula dengan lembar MSDS untuk bahan B3, tidak
seluruhnya ditempel di dinding, tetapi ada juga berupa buku yang diletakkan di
dekat bahan B3 tersebut. Penyimpanan gas medis dilakukan di tempat yang
terpisah dari gudang induk, gas medis yang terdapat di RSUP Fatmawati antara
lain O2 kecil (1 m3) dan O2 besar (6 m3), N2O 25 kg dan CO2 25 kg disimpan
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


66

berdasarkan ukuran dan pada tabung terdapat tanda B3 mudah meledak. Tempat
dan sarana penyimpanan perbekalan farmasi secara keseluruhan terlihat bersih.
Petugas melaksanakan pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok perbekalan
farmasi ke dalam kartu persediaan dan dalam Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIRS).
3) Produksi Farmasi
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati memiliki ruang produksi farmasi untuk
sediaan farmasi non steril dan steril. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan
merupakan produksi untuk keperluan rumah sakit itu sendiri, sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Kegiatan produksi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengadaan obat tertentu (mendapatkan obat dengan harga yang lebih murah
sehingga pasien tidak membayar terlalu mahal untuk suatu obat dan lebih
menjamin kualitas obat yang dihasilkan). Selain itu, produksi juga memudahkan
penerimaan obat oleh pasien atau tenaga kesehatan lainnya karena sudah dikemas
kembali menjadi sediaan yang telah sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan
produk yang tidak dijual di pasaran seperti pembuatan kapsul NaCl dan kapsul
Natrium Bikarbonat.
Sebenarnya terdapat 73 formula standar yang terdapat di ruang produksi
RSUP Fatmawati, namun hanya 43 item yang masih diproduksi sampai saat ini.
Artinya, hanya 58,9 % item obat yang masih diproduksi. Setiap kali petugas akan
melakukan produksi, petugas harus mengisi formulir master formula baik untuk
pembuatan atau pengenceran atau pengemasan kembali pada setiap tahapan
kegiatan produksi. Formulir master formula berfungsi sebagai dokumentasi dari
kegiatan produksi yang dilakukan dan juga merupakan bukti bahwa produksi yang
dilaksanakan sesuai dengan CPOB.
Setelah produk dihasilkan, produk dikemas dan diberi etiket serta tanggal
kadaluwarsa. Penyimpanan produk jadi masih dilakukan di ruang produksi sendiri
karena keterbatasan sumber daya, sementara obat-obat hasil produksi merupakan
persediaan gudang. Petugas depo farmasi yang membutuhkan produk dari
produksi non steril datang ke gudang farmasi untuk mendapatkan formulir bon
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


67

obat lalu datang ke produksi farmasi non steril untuk mendapatkan produknya
kemudian melaporkannya ke gudang farmasi dengan membawa formulir bon
obat. Pendistribusian obat seperti ini memiliki kekurangan karena dapat
menyebabkan timbulnya kesalahan pencatatan stok produk.
Peran apoteker sangat penting dalam mempersiapkan rekonstitusi obat kanker,
diantaranya memastikan dosis yang sesuai dengan luas permukaan tubuh pasien.
Walaupun dalam prakteknya rekonstitusi dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian, akan tetapi di RSUP Fatmawati diberlakukan kebijakan agar semua
tenaga teknis kefarmasian bisa melakukan rekonstitusi termasuk apoteker. Ini
dilakukan karena paparan obat kanker secara terus menerus akan membahayakan
petugas, serta perlu tenaga kesehatan yang paham akan ketelitian dosis,
melakukan teknis aseptis dan melakukan semua prosedur secara hati-hati. Sebagai
apoteker yang bertugas di produksi steril ini, harus mampu menghitung dosis yang
tepat dari suatu zat anti kanker, serta dikaji apakah obat tersebut sesuai dengan
diagnosis pasien. apoteker juga harus dapat menentukan macam pelarut serta
mengetahui dari literatur tentang kestabilan zat aktif obat kanker.
Bagi pasien kanker, pelaksanaan kegiatan penitipan obat sitostatika
dilakukan minimal 3 hari sebelum obat digunakan untuk perawatan. Pada saat
obat diperlukan untuk perawatan, maka dilakukan permintaan pencampuran obat
sitostatika dari ruang kemoterapi pasien ke produksi farmasi steril. Obat
sitostatika harus disiapkan selalu baru karena pada umumnya, obat sitostatika
memiliki waktu kadaluwarsa selama 24 jam sehingga obat yang telah disiapkan
harus segera digunakan. Setelah obat selesai disiapkan, petugas produksi farmasi
akan membawa obat tersebut ke ruang kemoterapi pasien.
Beberapa waktu terakhir ini, pasien dengan diagnosa kanker payudara dan
serviks merupakan pasien yang paling banyak ditemui. Petugas biasanya
merekonstitusi 12 hingga 15 resep. Beberapa temuan yang diperoleh dari
kegiatan orientasi produksi steril adalah tidak dilakukan pemantauan atau
monitoring lingkungan seperti jumlah mikroba dan pemantauan jumlah partikel
di BSC misalnya dengan metode settle plate (cawan papar) atau menggunakan
alat particle counter dikarenakan keterbatasan waktu serta SDM untuk
melakukannya.
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


68

4) Depo Instalasi Rawat Jalan


Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur penyiapan obat rawat
jalan secara individual prescription dengan baik. Depo Instalasi Rawat Jalan
lantai 1 khusus melayani pasien tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo
Instalasi Rawat Jalan lantai 2 khusus melayani pasien Kartu Jakarta Sehat
(KJS). Sedangkan depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 khusus melayani pasien
Jamkesmas, Jamkesda Depok dan Tangerang Selatan, serta pasien TBC. Obat-
obatan HIV dan TBC merupakan obat-obatan program pemerintah yang
pengeluarannya dipantau oleh tim HIV dan tim TBC untuk kemudian dilaporkan
setiap bulannya ke Departemen Kesehatan RI.
Berdasarkan pengamatan penyimpanan obat-obat LASA di Depo Instalasi
Rawat Jalan lantai 1, 2 dan 3 masih ada beberapa obat yang belum ditempel label
LASA serta pada penyusunannya tidak diselingi dengan minimal 2 obat non
kategori LASA di antaranya, hal ini disebabkan karena keterbatasan luas
ruangan dan kendala kesulitan untuk mencari obat karena penyusunan obat
secara alfabetis akan terganggu oleh banyaknya obat-obatan yang termasuk
LASA. Pada depo farmasi IRJ lantai 1, 2 dan 3 juga ditemukan beberapa obat
keras yang terpajang di etalase depan umumnya berupa sediaan sirup dan topikal,
seharusnya obat keras ini disimpan di dalam depo. Selain itu, pada depo farmasi
IRJ lantai 1, 2, dan 3 persyaratan lemari narkotika telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku yaitu terdiri dari dua pintu dengan kunci terpisah, namun dalam hal
ini penyimpanan narkotika dan psikotropika berada di dalam satu lemari
narkotika, hal ini dikarenakan jumlah sediaan narkotika yang sedikit sehingga
pada pelaksanaannya di dalam salah satu lemari terdapat pintu lagi di dalamnya
dengan kunci terpisah dari dua kunci pintu yang ada di depan.
Pembayaran di IRJ lantai 1 berdasarkan harga obat dengan persyaratan hanya
berupa resep asli, sedangkan pembayaran pada IRJ lantai 2 dan 3 berdasarkan
jaminan INA-CBGs (Indonesia Case Based Groups). Besarnya jaminan INA-
CBGs per hari yaitu sebesar Rp 350.000 – Rp 400.000,- untuk keseluruhan
pelayanan kesehatan dengan pembatasan farmasi sebesar Rp 150.000,-. Jika
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


69

jumlah obat yang harus diberikan kepada pasien lebih dari Rp 150.000,- maka
pasien akan diberi copy resep yang dapat dilayani dikemudian hari beserta
persyaratan SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 yang terdapat
pada IRJ lantai 1, fotokopi pendaftaran dan rujukan asli dari puskesmas yang
ditujukan untuk RSUP Fatmawati.
5) Depo Askes
Pasien Askes merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati.
Mulai tanggal 1 April 2013, pasien Askes yang semula dilayani di lantai 2 dan 3
gedung Instalasi Rawat Jalan, sekarang dilayani di Depo Askes. Depo farmasi
instalasi rawat jalan lantai 2 melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS),
sedangkan depo farmasi instalasi rawat jalan lantai 3 melayani pasien Jamkesmas
dan Jamkesda (seperti Jamkesda Tangerang, Jamkesda Bogor, Jamkesda Depok,
dan lain-lain). Acuan yang dapat digunakan dalam melayani pasien Askes adalah
DPHO Askes. Acuan tersebut digunakan untuk mengetahui obat-obat apa saja
yang dapat diberikan kepada pasien Askes beserta batasan jumlah maksimal yang
dapat diberikan.
Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkas-
berkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas.
Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obat-
obat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat
diserahkan kepada pasien). Kemudian, resep diinput untuk pemotongan stok obat,
lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan. Masing-masing
tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda. Pada masing-masing tahap akan
dilakukan pemberian stempel HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan).
Pemberian stempel tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan pengecekan
kembali apabila terjadi kesalahan.
Sebelum pembuatan etiket, petugas terlebih dahulu memeriksa kartu rujukan
dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada kartu
rujukan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengecekan apabila
pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya
telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


70

akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di Depo
Askes sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain.
Setelah etiket dibuat, selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat,
baik obat jadi maupun obat racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan
memasukkan obat ke dalam etiket sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket.
Untuk mempermudah penyiapan, obat-obat fast moving diletakkan di meja
tersendiri sehingga petugas akan lebih cepat dalam mengambil obat yang
dibutuhkan. Untuk obat yang tidak dikemas dalam kemasan blister, obat
dimasukkan ke dalam etiket dengan menggunakan peralatan seadanya karena
tidak tersedia alat hitung tablet. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi obat
apalagi jika obat dimasukkan ke dalam etiket menggunakan tangan.
Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan. Alur
penyerahan obat meliputi verifikasi nomor pasien, verifikasi identitas pasien,
pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat, kemudian petugas
meminta nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan meminta tanda tangan
pasien. Pemberian informasi obat dilakukan secara singkat. Informasi yang
diberikan kepada pasien hanyalah informasi mengenai indikasi dan aturan pakai
obat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah pasien yang dilayani sehingga
waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat. Jumlah resep yang
dilayani Depo Askes lebih kurang 200-300 resep per hari.
Dengan jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat terlayani.
Terkadang masih terdapat pasien yang belum dilayani, meskipun jam pelayanan
telah selesai. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang terdapat di Depo Askes.
Selain itu, seringkali pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh orang yang sama,
misalnya selain melakukan penyerahan obat, petugas tersebut juga melakukan
penyiapan obat.
Obat yang sering diresepkan di Depo Askes adalah obat - obat jantung. Selain
itu, terdapat obat spesifik yang dilayani di Depo Askes yaitu obat-obat
kemoterapi. Namun, untuk obat-obat kemoterapi, yang dilayani di Depo Askes
hanya berkas-berkasnya saja, sedangkan obatnya dititipkan di ruang produksi
steril di Instalasi Farmasi. Hal ini dikarenakan hanya gudang farmasi dan produksi
farmasi steril yang boleh menyimpan obat - obat kemoterapi. Obat akan diberikan
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


71

kepada pasien setelah direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi pada saat
kemoterapi akan dilakukan. Selain melayani obat DPHO Askes, Depo Askes juga
melayani obat non DPHO Askes, tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan
biaya. Untuk obat non DPHO Askes, pembayaran dilakukan setelah penyerahan
obat. Sedangkan untuk pasien peserta Askes yang mendapatkan obat-obat DPHO
Askes, pembayaran dilakukan dengan cara melakukan klaim ke PT. ASKES.
Setelah selesai pelayanan, dilakukan input data kembali menggunakan
program yang terhubung dengan PT. ASKES. Klaim Askes dilakukan oleh
Instalasi Penagihan Pasien (IPP). Oleh karena itu, di Depo Askes disediakan
komputer yang digunakan untuk klaim Askes. Pembayaran untuk pasien peserta
Jamkesda menggunakan sistem INA CBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paket-
paket yang telah ditentukan. Apabila tagihan pasien melebihi biaya paket yang
diberikan, selebihnya akan menjadi beban rumah sakit. Sedangkan bila tagihan
pasien kurang dari paketnya, kelebihan tersebut akan menjadi keuntungan rumah
sakit yang dapat digunakan untuk menutupi tagihan pasien yang menjadi beban
rumah sakit. Dengan demikian, terjadi subsidi silang antara pasien yang
tagihannya melebihi paket dengan pasien yang tagihannya kurang dari paket.
Penyimpanan barang di Depo Askes dilakukan berdasarkan jenis sediaannya, suhu
penyimpanan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika
disimpan di lemari khusus (double lock). Pelaporan yang dibuat oleh Depo Askes
antara lain laporan analisa penjualan antara lain obat generik dan non generik,
narkotika dan psikotropika, jumlah resep dan jumlah R/. Penghitungan jumlah
resep dan jumlah R/ dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan
mengetahui beban kerja pegawai di Depo Askes.
6) Depo Teratai A dan B
Depo farmasi rawat inap merupakan depo yang menyediakan perbekalan
farmasi (obat dan alkes) bagi pasien rawat inap gedung teratai. Depo ini memiliki
SDM sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang,
petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan
17 orang merupakan tenaga teknis kefarmasian. Kegiatan - kegiatan yang
dilakukan di depo farmasi rawat inap diantaranya pengadaan obat, penyiapan
obat, distribusi hingga dokumentasi.
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


72

Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari


Instalasi Farmasi. IFRS bertanggung jawab terhadap obat yang beredar dan
penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan.
Tanggung jawab ini termasuk pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk
konsumsi dan distribusi obat ke unit perawatan penderita. Oleh karena itu,
sistem pendistribusian obat dari IFRS ke daerah perawatan pasien harus sesuai
untuk efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan juga mencegah
kesalahan atau kekeliruan agar dapat terpenuhi persyaratan penyampaian obat
yang baik yaitu benar obat, benar waktu dan frekuensi, benar dosis, benar rute
pemberian, benar pasien, benar informasi dan benar dokumentasi.
Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan setiap
rumah sakit bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi
dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata ruang rumah sakit. Di antara
sistem distribusi yang digunakan di depo farmasi rawat inap,
sistem dosis unit merupakan sistem distribusi yang paling menguntungkan
diantara sistem distribusi lainnya. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan
diantaranya adalah pasien menerima pelayanan 24 jam sehari dan pasien hanya
membayar obat yang dikonsumsinya saja, semua dosis yang diperlukan pada
ruang perawat telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Hal ini membuat
perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung pasien,
sistem ini juga menghemat ruangan perawat dengan meniadakan persediaan
obat- obatan dan kemasan dosis unit dapat mengurangi kesempatan terjadinya
kesalahan obat, juga membantu penelusuran kembali kemasan apabila terjadi
penarikan obat. Namun, sistem ini juga memiliki beberapa keterbatasan
diantaranya adalah sistem ini mengharuskan obat harus sudah siap
dikonsumsi sebelum jam makan pasien sehingga perlu teknik kerja yang cepat
dan tepat, serta kebutuhan tenaga farmasi lebih banyak. Namun pada
kenyataannya, peran apoteker belum optimal, karena proses mulai dari
penerimaan resep hingga penyerahan obat ke ruang pasien lebih banyak dilakukan
oleh asisten apoteker sehingga evaluasi kerasionalan penggunaan obat pasien
masih belum dapat dilakukan secara maksimal.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


73

Tiap pasien memiliki map yang berisi formulir instruksi obat, kardeks, lembar
resep dan formulir pemberian obat insidentil. Formulir pemberian obat insidentil
adalah formulir untuk mencatat obat atau alat kesehatan yang diambil dari lemari
emergency yang digunakan oleh pasien. Dalam formulir ini tercantum nama,
alamat, umur pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, diagnosa, nama dan
jumlah obat yang digunakan per hari dan tanda tangan petugas administrasi
farmasi.
Pengadaan barang di depo rawat inap berasal dari gudang farmasi,
permintaan barang dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir
permintaan barang. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat
perincian kebutuhan yang diinput ke komputer secara online dengan sistem
di gudang farmasi dan selanjutnya permintaan perbekalan farmasi akan
disiapkan oleh petugas gudang farmasi. Setelah perbekalan farmasi yang diminta
disiapkan, petugas gudang farmasi akan mengkonfirmasi petugas depo farmasi
melalui telepon untuk pengambilan barang dan selanjutnya dilakukan serah
terima barang antara petugas gudang farmasi dan petugas depo farmasi. Pada
saat penerimaan barang, petugas depo farmasi harus mengecek barang yang
diminta untuk memastikan kesesuaian jenis atau bentuk sediaan, jumlah, tanggal
expired date, kondisi fisik barang dan kekuatan sediaan. Setelah dilakukan
verifikasi, secara otomatis maka stok barang yang diminta oleh depo farmasi
rawat inap telah menjadi stok di depo rawat inap di dalam sistem. Dengan adanya
sistem ini, maka memungkinkan stok obat di depo farmasi dan di sistem sama
besarnya (real stock). Namun, hal ini terkadang masih belum berjalan dengan
baik, stok di depo farmasi terkadang berbeda dengan stok yang ada di sistem.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya SDM untuk
memantau stok yang ada. Terkadang obat-obat yang sudah digunakan lupa
untuk diinput ke sistem.
Penyimpanan perbekalan farmasi yang tersedia di depo farmasi ini cukup
lengkap dan disusun dengan teratur. Obat dipisahkan antara generik dan non
generik, bentuk sediaan dan disusun berdasarkan alfabetis agar memudahkan
pengambilan sehingga mempercepat pelayanan. Obat-obat yang memerlukan
penyimpanan suhu dingin ditempatkan pada pharmaceutical refrigerator. Obat-
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


74

obat mahal dan mudah pecah disimpan di dalam lemari kaca dan terkunci. Hal
ini bertujuan agar mencegah hilang atau pecahnya obat. Sediaan nutrisi juga
disimpan rapi dan terlindung dari cahaya dengan tujuan untuk menjaga kestabilan
sediaan tersebut.
Depo Farmasi Teratai memiliki beberapa unit lemari emergency
yang berisi obat dan alat kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di
ruang HCU (High Care Unit) lantai 4 Utara, 5 Selatan dan 6 Selatan. Obat dan
alkes yang terdapat dalam lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa
harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Setiap petugas mengambil obat
dan alkes dari lemari emergency harus mencatat di lembar insidentil per pasien
guna dimasukkan ke dalam tagihan pasien. Isi dari lemari emergency memiliki
standar baku. Jumlah obat yang disediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan
dalam satu malam. Setiap harinya petugas depo farmasi memiliki tugas
untuk mengecek persediaan obat dan alkes dalam lemari emergency, mencatat
pasien yang menggunakan dan mengisi kembali jika terdapat kekurangan sesuai
dengan standar baku.
Selain lemari emergency, depo farmasi juga menyiapkan kit emergency yang
disimpan di ruang perawat, dimana yang bertanggung jawab terhadap kit
emergency tersebut adalah kepala ruangan (perawat) pada masing-masing
ruangan. Kit emergency dilengkapi gembok sekali pakai dengan nomor seri yang
ditulis oleh petugas depo farmasi.
Depo farmasi rawat inap juga menyediakan paket-paket kebidanan yang
digunakan di lantai satu gedung teratai (emergency kebidanan). Paket-paket ini
disediakan agar mempercepat pelayanan obat dan alkes sampai kepada pasien
tanpa harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Paket-paket ini berisi obat
dan alkes yang dibutuhkan untuk pasien yang membutuhkan tindakan
penanganan yang cepat karena berhubungan dengan nyawa. Terdapat delapan
jenis paket yang tersedia antara lain Paket Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET), Paket Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket
Partus Sectio, Paket Abortus Curetage, Paket Haemorogic Post Partum
(HPP), Paket PreEklampsia Berat (PEB) dan Paket Partus Normal.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


75

Sistem distribusi yang digunakan cukup beragam diantaranya resep


individual, floor stock dan dosis unit. Sistem distribusi resep individual adalah
sistem order atau resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien melalui perawat ke
ruang pasien tersebut. Dalam sistem ini, resep orisinil oleh perawat dikirim ke
depo farmasi, kemudian resep diproses sesuai kaidah dispensing yang baik dan
obat disiapkan untuk didistribusikan kepada pasien. Sistem ini diterapkan di lantai
tiga untuk pasien anak-anak yang masih mendapatkan puyer dan lantai 2
kebidanan. Selanjutnya, sistem distribusi floor stock merupakan suatu sistem
dengan cara kelompok obat tertentu disimpan di ruang perawatan untuk
digunakan oleh seluruh pasien, biaya penggunaan obat-obat ini dihitung sebagai
biaya perawatan. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah obat
penggunaan umum yang terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah
ditetapkan oleh TFT dan IFRS yang tersedia di ruang perawat, seperti
kapas, alkohol, masker. Apoteker bertanggung jawab dan bekerja sama
dengan bidang keperawatan untuk menyediakan obat dan meningkatkan
pelayanan. Sistem distribusi terakhir adalah sistem distribusi dosis unit, yaitu
sistem distribusi obat yang diresepkan oleh dokter untuk penderita selama 24
jam atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit
tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Untuk penyediaan dosis unit, satu petugas depo farmasi bertanggung jawab
terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada bagian utara dan selatan Teratai
di tiap lantai yang menerapkan sistem ini. Proses penyiapan dosis unit oleh
petugas dimulai dari pagi hari, dimulai dari pemilahan obat, penyiapan obat ke
dalam kemasan dosis unit, pengecekan kembali hingga peletakkan di dalam
trolley dosis unit sesuai dengan nama pasien. Selanjutnya, sore hari pukul 15.00
petugas depo farmasi yang bertanggung jawab mengantarkan obat dengan
menggunakan trolley dosis unit ke ruangan perawat untuk selanjutnya
dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekan kembali. Hal ini sangat efektif
untuk memastikan bahwa obat yang diterima oleh pasien adalah obat yang
sesuai dengan yang diresepkan dan tidak ada duplikasi obat.
Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan
depo-depo farmasi lainnya, diantaranya adalah laporan analisa penjualan dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


76

laporan tagihan pasien, laporan pemakaian obat-obat narkotika dan psikotropika,


laporan penulisan resep obat generik dan non generik, laporan medication
error dan stok opname setiap 3 bulan.
7) Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)
Pasien-pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat dipilih atau dipisahkan
sesuai kondisi dan tingkat keparahan pasien. Pasien yang butuh penanganan
segera atau dalam kondisi parah akan masuk ruangan resusitasi untuk
mendapatkan tindakan medis sesuai yang dibutuhkan pasien. Pasien yang
membutuhkan tindakan bedah akan di bawa ke ruang P2 atau ruang kuning.
Pasien yang masuk ruang triase tidak mendapat tindakan apapun dan hanya
diperiksa tanda-tanda vital dari pasien tersebut. Pasien yang masuk ruang
Intermediate Ward (IW) merupakan pasien rawat inap yang mengantri kamar di
gedung rawat inap. Pendistribusian obat untuk pasien-pasien rawat inap dilakukan
dengan sistem unit dose, sedangkan pasien rawat jalan pendistribusiannya
dilakukan dengan sistem individual prescription. Di instalasi gawat darurat
terdapat lemari emergency yang selalu diperiksa setiap pergantian shift sebanyak
tiga kali sehari, sedangkan di ruang rawat inap seperti ruang ICU, NICU, PICU
lemari emergency hanya diperiksa satu kali sehari. Lemari emergency diperiksa
jumlahnya dan siapa yang menggunakan obat tersebut pada lembar insidentil. Jika
terjadi ketidaksesuaian antara jumlah obat yang tersisa di lemari emergency
dengan yang terdapat pada lembar insidentil maka petugas depo farmasi akan
mencatatnya dan mengkonfirmasikan hal tersebut kepada perawat.
Alur permintaan obat dan alat kesehatan di depo IGD dimulai dengan pasien
masuk IGD, kemudian pasien ditempatkan di ruang sesuai kondisi pasien. Pasien
yang masuk ruang P2 akan mendapat paket yang berisi obat maupun alat
kesehatan ke depo farmasi IGD. Pasien yang masuk ruang resusitasi akan
mendapatkan paket yang telah ada di ruang resusitasi tersebut melalui perawat.
Perawat akan mencatat nama pasien yang menggunakan paket tersebut. Barang
dalam paket yang tidak digunakan oleh pasien akan dikembalikan ke depo farmasi
IGD dan dibuat rincian penagihan untuk obat dan alat yang telah dipakai oleh
pasien.
8) Depo Instalasi Bedah Sentral
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


77

Lemari emergensi hanya terdapat di OK Cito karena operasi bersifat segera


dan depo farmasi berada di lantai 2. Permintaan obat dan alat kesehatan antara
penata anestesi dan penata bedah dibedakan untuk mempermudah pendistribusian
keperluan setiap penata. Pada saat perincian biaya, permintaan obat dan alat
kesehatan penata anestesi dan bedah akan digabungkan. Obat di Depo Instalasi
Bedah Sentral disimpan pada lemari yang terpisah dari alat kesehatan, namun obat
tidak disusun sesuai abjad. Menurut ketentuan yang berlaku, obat seharusnya
disusun sesuai abjad untuk mempermudah pengambilan saat diperlukan. Obat
tidak disusun sesuai abjad karena fasilitas lemari penyimpanan yang sempit. Obat
yang memerlukan suhu dingin disimpan di pharmaceutical refrigerator yang
dilengkapi dengan monitor suhu.
9) PIO
RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang
dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call dengan nomor 1382.
Berbagai bentuk kegiatan pelayanan informasi obat seperti yang ada pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi telah dilakukan
di RSUP Fatmawati. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan meliputi
pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek samping,
dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi, farmakokinetik,
farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan, indikasi, dan
keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Pertanyaan terbanyak
adalah mengenai dosis obat. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan
tepat, maka dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas
pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi
atau efek samping obat yang pernah dialami pasien. Literatur yang digunakan di
pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati adalah literatur tersier, paling banyak
menggunakan DIH (Drug Information Handbook).
Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga
dilakukan dokumentasi yang bertujuan untuk:
a) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam
menjawab pertanyaan dengan lengkap.
Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


78

b) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.


c) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.
d) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi.
e) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan.
f) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan
informasi obat.
Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat
mencakup penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat
dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah
dilaksanakan pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada
pimpinan dalam membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012
sempat terjadi penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi
obat. Sekalipun demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh
apoteker. Kecepatan menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera
dijawab (< 1 jam). Berdasarkan hasil perhitungan pada bulan September
2013, sebanyak 69,23 % pertanyaan dapat dijawab dalam waktu < 1 jam.
Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi
obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up
to date), tidak ada jaringan internet untuk mengupdate informasi maupun
literatur, apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan
jumlah pertanyaan yang masih sedikit.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan praktek kerja profesi
Apoteker di RSUP Fatmawati adalah:
a. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) Fatmawati adalah melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan
farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi
m erupakan s u at u s i kl us , dimulai dari proses perencanaan, pengadaan,
penyimpanan hingga pendistribusian dengan menggunakan sistem satu pintu.
b. Peran dan fungsi Apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di RSUP Fatmawati
yang bersifat profesional antara lain melakukan visite pasien, monitoring
atau review penggunaan obat, monitoring efek samping obat, pemberian dan
edukasi bagi staf farmasi.
c. Kegiatan PKPA di RSUP Fatmawati memberikan wadah bagi calon apoteker
untuk dapat mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang telah diperoleh
sebelumnya.

5.2 Saran
Kegiatan kefarmasian yang dilakukan di RSUP Fatmawati sudah berjalan
baik, namun untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian maka penulis menyarankan beberapa upaya berikut :
a. Untuk meringankan dan memperjelas pembagian kegiatan di Instalasi
Farmasi RSUP Fatmawati, sebaiknya Wakil Kepala Instalasi dibagi menjadi
3 bagian, yaitu: Waka IFRS Pelayanan, Waka IFRS Perbekalan dan Waka
IFRS Farmasi Klinik.
b. Untuk mempermudah proses pelaporan pemakaian Narkotik dan Psikotropik,
maka IFRS dapat melakukan secara online sebagaimana yang telah diterapkan
pada fasilitas pelayanan lain.

79 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


80

c. Pelaporan psikotropik hendaknya dilakukan setiap satu bulan sekali


bersamaan dengan pelaporan narkotik, hal ini dilakukan untuk menjamin data
yang dilaporkan tersebut.
d. Sebaiknya penyimpanan produk hasil produksi disimpan di gudang Farmasi,
untuk mempermudah akses distribusi dan memaksimalkan ruang produksi
hanya untuk kegiatan produksi saja.
e. Untuk rekonstisusi obat yang memerlukan kondisi steril, setelah pengamatan
kami menyarankan agar perlu dilakukan monitoring lingkungan pada saat
dilakukan rekonstitusi.
f. Untuk menunjang kegiatan farmasi klinik, maka perlu diaktifkan kembali
kegiatan konseling (tanpa harus diminta oleh pasien, apoteker harus berperan
aktif dalam menentukan pasien yang membutuhkan konseling).
g. Untuk depo rawat jalan, beri Label LASA pada obat-obat LASA yang belum
dilengkapi penanda untuk meminimalisir kesalahan dalam pengambilan obat,
simpan obat keras di depo bagian dalam atau bagian yang tidak terjangkau
dengan konsumen, dan sediakan lemari psikotropik terpisah.
h. Untuk depo IBS, sebaiknya ditempatkan seorang apoteker sebagai penyelia
depo IBS.
i. Hasil dari tugas yang di berikan kepada para peserta PKPA di RSUP
Fatmawati sangat baik dijadikan acuan atau evaluasi dari kegiatan pelayanan
kefarmasian

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


DAFTAR ACUAN

Daris, Azwar. (2012). Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Tangerang : Duwo
Okta.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2004).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2006)
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (2008). Pedoman


Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri


Republik Indonesia. (2009). Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi
Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas,
Balai Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Daerah. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta : Sekretariat
Negara RI.

PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia. (2004). Pedoman Bagi Peserta


Askes Sosial. Jakarta : PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia.

RSUP Fatmawati. (2012a). Keputusan Direktur Utama No. HK.


03.05/II.1/1686/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur Operasional
Hak Akses Sistem Informasi Farmasi. Jakarta : RSUP Fatmawati.

RSUP Fatmawati. (2012b). Keputusan Direktur Utama No. HK.


03.05/II.1/779/2012 tentang Penyimpanan Narkotika Dan Psikotropika.
Jakarta: RSUP Fatmawati.

RSUP Fatmawati. (2012c). Keputusan Direktur Utama No. HK.


03.05/II.1/1612/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur Operasional
Tata Cara Persuratan, Pelaporan, Pengarsipan di Instalasi Farmasi.
Jakarta : RSUP Fatmawati.

81 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


83

RSUP Fatmawati. (2013) Diunduh dari


http://www.fatmawatihospital.com/konten/details/profil#sejarahsingkat.
Pada : 28 Oktober 2013 Pukul 22.00 WIB.

Siregar, Charles J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Terapan. Jakarta :
EGC

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


LAMPIRAN

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Universitas Indonesia

84
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
85

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


86

Lampiran 3. Alur Pengkajian Resep

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


87

Lampiran 4. Alur Pemantauan Efek Samping Obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


88

Lampiran 5. Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


89

Lampiran 6. Alur Penyimpanan Resep dan Arsip (surat masuk, surat keluar, SK,
Laporan-laporan dan arsip Kepegawaian)

Resep

Arsip

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


90

Lampiran 7. Alur Pemusnahan Resep dan Arsip

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


Lampiran 8. Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi
Universitas Indonesia

91
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
92
8

Lampiran 9. Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


93

Lampiran 10. Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


94

Lampiran 11. Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap

Rawat Jalan

Rawat Inap

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


Lampiran 12. Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual Prescription
Universitas Indonesia

95
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
96

Lampiran 13. Alur Pelayanan Resep di Depo Askes

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


97

Lampiran 14. Alur Distribusi Obat Secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


98

Lampiran 15. Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo Instalasi Bedah
Sentral
OK Cito

OK Elektif

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


99

Lampiran 16. Alur Program Pelayanan Informasi Obat

User (pasien/lainnya)
Menyampaikan pertanyaan secara lisan/tertulis

Apoteker
1. Menerima pertanyaan
2. Penilaian penanya dan pertanyaan sesungguhnya

Tidak Ya

Apoteker
1. Pencatatan pertanyaan pada formulir pelayanan informasi obat.
2. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur.
3. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat.
4. Penyampaian jawaban kepada user.

User
1. Menerima jawaban pertanyaan
2. Memberi respon atas informasi yang telah diberikan

Tidak
Ya

Selesai

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI


APOTEKER
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI, JALAN
FATMAWATI, CILANDAK, JAKARTA SELATAN
PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

PEDOMAN PEMBERIAN OBAT PARENTERAL

SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm.


1206330072

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. iii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………… 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………..……………………… 3
2.1 Definisi Sediaan Parenteral………………………………………. 3
2.2 Persyaratan Sediaan Parenteral…………………………………… 3
2.3 Penggolongan Sediaan Parenteral…….…………...……………... 5
2.4 Rute Pemberian Sediaan Parenteral………………………………. 5
2.5 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Sediaan Parenteral............ 7
2.6 Pedoman Pemberian Obat Parenteral.............................................. 8
2.6.1 Dosis…………..…………………………………………… 8
2.6.2 Pelarut…….………………………………………………... 9
2.6.3 Stabilitas…….……………………………………………... 9
2.6.4 Ketidakcampuran (Incompatibility)...……………………... 12
BAB 3 METODE PENGUMPULAN DATA……………………………. 13
3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data…………………………. 13
3.2 Metode Pengumpulan Data……………………………………. 13
BAB 4 HASIL…………………………………………………..……………… 14
DAFTAR ACUAN……………………………………………………………… 19

ii Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu kegiatan apoteker rumah sakit adalah menyediakan dan/ atau
membuat sediaan obat sesuai dengan standar teknis pembuatan yang sudah
dikenal, termasuk di dalamnya teknik pencampuran sediaan-sediaan parenteral,
serta menempatkannya dalam wadah yang tepat. Apoteker rumah sakit
bertanggung jawab terhadap seluruh proses pembuatan sampai penyerahan
sediaan obat, termasuk sediaan obat parenteral pada pasien atau tenaga kesehatan
lain (Linden, Ellyana. et al., 2009).
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang biasa diberikan dengan
berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk
sediaan obat yang lain karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran
mukosa ke bagian dalam tubuh. Rute pemberian parenteral yang paling umum
adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya
(Potter, Perry., 2006). Pada umumnya, pemberian obat secara parenteral dilakukan
Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita
tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima
pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain
(Ansel, H.C., 1989)
Hal penting yang perlu diperhatikan seorang apoteker dalam pencampuran
dan pemberian sediaan parenteral pada pasien adalah masalah stabilitas bahan
obat. Ketidakstabilan suatu bahan obat dalam sediaan parenteral dapat berakibat
obat menjadi tidak aktif secara farmakologi dan/atau menjadi berbahaya bagai
pasien. Oleh karena itu, seorang apoteker rumah sakit perlu mempunyai
pengetahuan mengenai stabilitas bahan obat (Linden, Ellyana. et al., 2009).
Selain itu, apoteker perlu mempunyai pengetahuan tentang
ketercampuran/ketidakcampuran suatu sediaan parenteral, baik dalam larutan
infus, pemberian melalui syringe, Y-site, maupun aditif (Linden, Ellyana. et al.,
2009). Ketidakcampuran suatu sediaan parenteral adalah reaksi yang tidak
1 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


2

diinginkan terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan melalui IV atau larutan
parenteral. Hal inilah yang mengarah seorang apoteker harus mampu menangani
masalah fisik, kimia, dan kecocokan/ketidakcocokan terapi untuk merancang
alternatif suatu sediaan parenteral yang cocok ketika masalah tersebut muncul
(Deb, Ratul., 2012).
Penulisan laporan ini terdapat dosis setiap sediaan parenteral serta pelarut
yang kompatibel untuk melarutkan atau mengencerkan suatu sediaan parenteral.
Laporan ini diharapkan dapat diterapkan sebagai acuan dalam pencampuran dan
pemberian obat secara parenteral.

1.2 Tujuan
1. Memahami pedoman pemberian obat secara parenteral.
2. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencampuran dan
pemberian sediaan parenteral.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sediaan Parenteral


Istilah parenteral berasal dari kata Yunani “Para” dan “Enteran, yang
berarti disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara
menyuntikkan obat dibawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau
membran mukosa. Karena rute ini di sekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi
dari tubuh yaitu kulit dan selaput/membran mukosa, maka kemurnian yang sangat
tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute
pemberian yaitu intramuskular, intravena, intrakutan, subkutan, intraspinal, dan
intra dermal (Ganiswara, 2005).
Sediaan parenteral dapat didefinisikan sebagai produk obat steril yang
tersedia dalam bentuk larutan, suspensi, emulsi, atau bubuk yang dapat dilarutkan
oleh pelarut kompatibel yang diberikan melalui suntikan (Ahuja, Satinder dan
Stephen Scypinsky., 2001)

2.2 Persyaratan Sediaan Parenteral


Kerja optimal dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya
akan diperoleh jika memenuhi persyaratan (Voight, A., 1995), yaitu :
1. Aman
Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek
toksik.
2. Harus jernih
Injeksi berupa larutan harus jernih dan bebas dari partikel asing, serat dan
benang. Pada umumnya, kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan.
Alat-alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga tidak
terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari bahwa larutan yang

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


4

jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak
melepaskan partikel.
3. Sedapat mungkin isohidris
Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh
lain yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak
terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.
4. Sedapat mungkin isotonis
Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan
osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan
osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis
ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan
yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil)
terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh
yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang
hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap cairan-
cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan
mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi
penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya larutan
yang hipertonis dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang
hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat larutan
isotonis adalah natrium klorida dan glukosa.
5. Tidak berwarna
Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna
dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila
obatnya memang berwarna.
6. Steril
Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang
patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk tidak vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


5

Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume
besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang
mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.

2.3 Penggolongan Sediaan Parenteral


Menurut USP, obat suntik dibagi dalam lima jenis yang secara umum
didefinisikan sebagai berikut (Ansel, H.C., 1989):
1. Obat larutan atau emulsi yang sesuai untuk obat suntik, memakai judul
“_______ injection.” (Contoh: Insulin Injection)
2. Bubuk kering atau larutan pekat, tidak mengandung dapar, pengencer atau zat
tambahan lain dan bila ditambah pelarut lain yang sesuai memberikan larutan
yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk obat suntik, dan ini dibedakan
dengan judul: “Sterile ________” (Contoh: Sterile Ampicillin Sodium)
3. Sediaan-sediaan seperti dijelaskan di nomor 2 kecuali bahwa mereka
mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau zat penambah lain, dan
dibedakan dengan judul: “________ for injection” (Contoh: Methicillin
Sodium for Injection)
4. Padatan yang disuspensikan di dalam media cair yang sesuai dan tidak untuk
disuntikkan intravena atau ke dalam ruang spinal, dibedakan dengan judul:
“Sterile _________ Suspension” (Contoh: Sterile Cortisol Suspension)
5. Padatan kering, yang bila ditambahkan pembawa yang sesuai menghasilkan
sediaan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk Sterile Suspension
dan yang dibedakan dengan judul “Sterile ________ for Suspension” (contoh:
Sterile Ampicillin for Suspension).

2.4 Rute Pemberian Sediaan Parenteral


Berdasarkan cara pemberiannya, sediaan parenteral dapat digolongkan
dalam beberapa jenis(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979), yaitu :
1. Injeksi intraderma atau intrakutan

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


6

Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah


startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume
yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa.
2. Injeksi subkutan atau hipoderma
Injeksi subkutan dimasukkan ke dalam jaringan lembut dibawah permukaan
kulit. Jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Larutan harus
sedapat mungkin isotonis dan isohidris, dimaksudkan untukmengurangi iritasi
jaringan dan mencegah terjadinya nekrosis (mengendornya kulit).
3. Injeksi intramuskular
Injeksi intramuskular dimasukkan langsung ke otot, biasanya pada lengan atau
daerah gluteal. Sediaannya biasa berupa larutan atau suspensi dalam air atau
minyak, volume tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan
dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.
4. Injeksi intravena
Injeksi intravena langsung disuntikkan ke dalam pembuluh darah, berupa
larutan isotoni atau agak hipertoni, volume 1-10 ml. Larutan injeksi intravena
harus bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler
dan menyebabkan kematian. Injeksi intravena yang diberikan dalam volume
besar, umumnya lebih dari 10 ml, disebut infus. Jika volume dosis tunggal
lebih dari 15 ml, injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan
jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.
5. Injeksi intraarterium
Injeksi intraarterium dimasukkan langsung ke dalam pembuluh darah perifer,
digunakan jika efek obat diperlukan segera. Umumnya berupa larutan, dapat
mengandung cairan non iritan yang dapat bercampur dengan air, volume 1-10
ml. Tidak boleh mengandung bakterisida.
6. Injeksi intrakardial
Injeksi intrakardial dimasukkan langsung ke dalam otot jantung atau
ventrikulus, hanya digunakan untuk keadaan gawat. Tidak boleh mengandung
bakterisida.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


7

7. Injeksi intratekal atau subaraknoid


Injeksi intratekal digunakan untuk menginduksi spinal atau lumbal anestesi
dengan menyuntikkan larutan ke ruang subaraknoid, biasanya volume yang
diberikan 1-2 ml. Injeksi intratekal yang digunakan tidak boleh mengandung
bakterisida untuk wadah dosis tunggal.
8. Injeksi intraperitonial
Injeksi intraperitonial disuntikkan langsung ke dalam rongga perut.
Penyerapannya cepat, bahaya infeksi besar sehingga jarang dipakai.
9. Injeksi intraartikulus
Injeksi intraartikulus digunakan untuk memasukkan material seperti obat anti
inflamasi langsung ke luka atau jaringan yang teriritasi. Injeksi berupa larutan
atau suspensi dalam air.
10. Injeksi subkonjungtiva
Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lendir bawah mata,
umumnya tidak lebih dari 1 ml.
11. Injeksi intrasisternal dan peridual
Injeksi ini disuntikkan ke intrakarnial sisternal dan lapisan dura dari
spinalcord. Keduanya merupakan prosedur yang sulit dengan peralatan yang
rumit.

2.5 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Sediaan Parenteral


Pemberian melalui injeksi mempunyai beberapa keuntungan maupun
kerugian dibandingkan dengan melalui cara lain. Keuntungan pemberian secara
parenteral (Groves, M., 1988 ; Turco dan King, 1979), yakni:
(1) Obat-obat yang rusak atau diinaktifkan oleh sistem saluran cerna atau tidak
diabsorpsi dengan baik untuk memberikan respon memuaskan, dapat
diberikan secara parenteral,
(2) Sering digunakan apabila dibutuhkan absorpsi yang segera, seperti pada
keadaan darurat,

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


8

(3) Kadar obat dalam darah yang dihasilkan jauh lebih bisa diramalkan (kadar
obat lebih besar dari pemberian oral),
(4) Memungkinkan pemberian dosis yang lebih kecil,
(5) Pemberian secara parenteral berguna dalam pengobatan pada pasien yang
tidak mau bekerjasama, kehilangan kesadaran atau sebaliknya tidak dapat
menerima obat secara oral.
Adapun kerugian pemberian secara parenteral (Groves, M., 1988 ; Turco
dan King, 1979), yakni:
(1) Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi.
Ini berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau
toksik maupun kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar
dilakukan,
(2) Tuntutan sterilitas untuk sediaan parenteral sangat ketat,
(3) Harga sediaannya relatif mahal,
(4) Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan pengobatan,
(5) Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan
serta sulit untuk memulihkan keadaan bila terjadi kesalahan.

2.6 Pedoman Pemberian Obat Parenteral


2.6.1 Dosis (Syamsuni, 2005)
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seseoarng penderita, baik untuk obat dalam
maupun obat luar.
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan dosis adalah dosis
maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan, dan rektal.
Selain itu, dikenal juga istilah dosis lazim. Dalam Farmakope Indonesia Edisi III
tercantum dosis lazim untuk dewasa dan bayi atau anak yang merupakan takaran
petunjuk yang tidak mengikat.
Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek
yang diharapkan tergantung banyak faktor antara lain umur, bobot badan, luas

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


9

permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit, dan kondisi daya tangkis
penderita.
2.6.1.1 Macam-macam dosis (Syamsuni, 2005)
Selain dosis lazim, juga dikenal macam-macam istilah dosis yang lain,
yaitu :
1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan penderita.
2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
3. Dosis maksimum, takaran obat terbesar yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita.
4. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
keracunan pada penderita.
5. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
kematian pada penderita. Dosis letalis terdiri atas
a. LD 50 : takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan.
b. LD 100 : takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 100% hewan
percobaan.

2.6.2 Pelarut
Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat
lain. Umumnya, pelarut merupakan jumlah terbesar dari sistem larutan (Sunarya,
Yayan dan Agus Setiabudi, 2007). Pelarut dikenal juga sebagai zat pendispersi
yaitu tempat menyebarkannya partikel-partikel zat terlarut (Sumardjo, Damin.,
2006)

2.6.3 Stabilitas (Linden, Ellyana., et al, 2009)


Suatu sediaan memerlukan kondisi penyimpanan (suhu dan tempat) yang
tepat agar terjaga stabilitasnya

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


10

2.6.3.1 Suhu Penyimpanan


Beberapa suhu penyimpanan dalam hubungan stabilitas suatu sediaan
parenteral :
1. Suhu kamar adalah suhu yang berkisar antara 20-25°C dan setelah
diperhitungkan toleransi penyimpangan menjadi kisaran 15-30°C.
2. Cool temperature yang diterjemahkan menjadi suhu sejuk adalah suhu
penyimpanan antara 8-15°C.
3. Cold temperature yang diterjemahkan menjadi suhu dingin adalah suhu
penyimpanan ≥8°C (tidak lebih dingin).
4. Penyimpanan dalam lemari pendingin adalah penyimpanan pada suhu 2-8°C.
5. Penyimpanan dalam freezer (suhu beku) adalah penyimpanan pada suhu
antara -25°C dan -10°C.
Sebagian besar sediaan memiliki perbedaan kondisi penyimpanan antara
sebelum dan sesudah rekonstitusi. Perlu diperhatikan rentang waktu stabil sediaan
yang telah direkonstitusi karena seringkali suatu sediaan telah mengalami
perubahan potensi tanpa didahului perubahan stabilitas fisik (misalnya : terbentuk
endapan dan/ atau kabut).

2.6.3.2 Parameter Penilaian Stabilitas


Parameter yang biasanya digunakan untuk menilai stabilitas adalah t90
(shelf life). Shelf life merupakan waktu yang diperlukan untuk mencapai
konsentrasi 90% dari konsentrasi awal. Suatu sediaan obat dikatakan stabil apabila
konsentrasi yang tersisa minimum 90% dari konsentrasi awal atau dekomposisi
bahan obatnya tidak lebih dari 10%.
Selain shelf life, suatu obat dikatakan stabil bila hasil degradasinya tidak
melebihi spesifikasi yang sudah ditetapkan. Contoh : hasil degradasi cefepime, N-
methyl pirrolydine, merupakan senyawa yang toksik dan berdasarkan United
Stated Pharmacopoeia (USP), konsentrasi yang diperbolehkan tidak boleh
melebihi 1%. Dengan demikian, bila konsentrasi N-methyl pirrolydine dalam
larutan cefepime telah mencapai 1%, meskipun konsentrasi cefepime belum

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


11

mencapai 90% dari konsentrasi awal, larutan cefepime tersebut dianggap tidak
stabil.
Dua parameter diatas merupakan parameter yang umum digunakan. Akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa masing-masing rumah sakit
mempunyai parameter sendiri berdasarkan konsensus bersama yang disusun,
dengan memperhatikan sifat fisika kimia tiap obat dan kondisi lingkungan.

2.6.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Bahan Obat


Stabilitas bahan obat dipengaruhi oleh antara lain :
1. pH
pH berperan penting dalam reaksi hidrolisis, terutama dalam kaitannya dengan
acid-base catalysis. Sedapat mungkin suatu larutan obat dibuat dalam pH
stabilitas maksimumnya, sehingga stabilitas obat dalam larutan lebih terjamin.
2. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap shelf life. Umumnya dalam fase cair, semakin
tinggi sushu, semakin tinggi dekomposisinya. Contoh : shelf life larutan
meropenem 22 mg/ml dalam NS pada 4°C adalah 4,87 hari; sedangkan pada
23°C hanya 17,4 jam. Pengaruh suhu terhadap dekomposisi obat terutama
dipengaruhi energi aktivasi dan berkaitan dengan persamaan Arrhenius.
3. Pelarut
Beberapa pelarut (seperti dapar ataupun pelarut yang mengandung
karbohidrat) dapat menyebabkan efek katalisis. Contoh : ampicillin ternyata
mempunyai shelf life lebih rendah bila dilarutkan dalam %% glukosa
dibandingkan dengan dalam NS ataupun air. Hal ini disebabkan adanya reaksi
spesifik antara ampicillin dan larutan karbohidrat. Golongan beta-laktam yang
lain (seperti amoxicillin) dan golongan karbapenem (imipenem, meropenem,
dan ertapenem) juga memberikan hasil serupa.
4. Konsentrasi
Konsentrasi obat terlarut mempunyai peranan dalam mekanisme polimerisasi.
Umumnya, untuk golongan beta-laktam, semakin tinggi konsentrasi, semakin

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


12

tinggi pula dekomposisi yang terjadi. Contoh : pada suhu 4°C dan 23°C,
larutan meropenem 1 mg/ml dalam NS mempunyai kecepatan dekomposisi
lebih rendah dibandingkan larutan meropenem 22 mg/ml (t90 1 mg/ml vs 22
mg/ml pada 4°C ±10 hari vs ±4 hari, sedangkan pada 23°C ±22 jam vs ±17
jam).
5. Faktor-faktor lainnya : kekuatan ion, konstanta dielektrik, oksigen, cahaya,
dan lain-lain.

2.6.4 Ketidakcampuran (Incompatibility) (Linden, Ellyana., et al, 2009)


Berisi informasi tentang ketidakcampuran suatu sediaan obat, baik dalam
larutan infus, pemberian melalui syringe, Y-site maupun aditif. Informasi tentang
ketidakcampuran suatu sediaan tidak selalu diketahui karena terbatasnya
penelitian yang dilakukan. Bahkan ketidakcampuran harus dilakukan sesuai
dengan kondisi praktis saat pencampuran dua atau lebih sediaan obat dilakukan.
Oleh karena itu, sangat direkomendasikan bila memungkinkan sediaan intravena
diberikan secara terpisah dengan sediaan intravena yang lain.
Suatu campuran bahan obat akan dikategorikan sebagai ketidakcampuran
hanya apabila sudah jelas dinyatakan dalam brosur obat maupun bukti penelitian
yang terdapat dalam pustaka. Apabila terdapat perbedaan pendapat mengenai
beberapa hasil penelitian tentang ketidakcampuran, baik disebabkan perbedaan
kondisi perlakuan maupun larutan infus yang digunakan, maka tidak akan
dimasukkan dalam data ketidakcampuran dalam laporan ini. Apabila tidak
ditemukan informasi mengenai ketidakcampuran monografi obat tertentu dalam
laporan ini, bukan berarti tidak terdapat data mengenai hal tersebut, namun perlu
melakukan konsultasi dengan apoteker atau pusat informasi obat lebih lanjut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


BAB 3
METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data


Pengkajian terhadap pedoman pemberian obat parentral dilakukan pada tanggal
27 September – 25 Oktober 2013 yang bertempat di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penyusunan pedoman pemberian obat parenteral
yaitu melalui penelusuran/studi literatur dari media cetak maupun elektronik.
Pembuatan laporan dimulai dengan melakukan studi literatur dari berbagai sumber
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Buku teks,
2. Review artikel, dan
3. E-book.
Kemudian dilakukan penyusunan laporan berdasarkan sumber pustaka.

13 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


BAB 4
HASIL
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

1. ABU 5 ml  Jumlah dosis yang tepat  500 ml  Simpan - -


(Serum anti bergantung tingkat keparahan NaCl 0,9% pada suhu
bisa ular : penderita pada saat akan atau antara 2°C
ABU I (khusus menerima serum dekstrosa dan 8°C.
ular dari luar  Dosis pertama sebanyak 2 vial 5%  Jangan
Papua), ABU @5 mL yang bila ditambahkan dibekukan
II (Khusus ular kedalam larutan fisiologis
dari Papua) menjadi larutan 2% dan
diberikan sebagai cairan infus
dengan kecepatan 40-80 tetes/
menit, diulang 6 jam kemudian
 Apabila
diperlukan (misalnya dalam
keadaan gejala–gejala tidak
berkurang atau bertambah )
Serum Antibisa Ular Polivalen
Universitas Indonesia

dapat terus diberikan setiap 24


jam sampai maksimum 80 –
100 mL.
 Serum Antibisa Ular Polivalen
yang tidak diencerkan dapat

14
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 diberikan langsung sebgai


suntikan intravena dengan
sangat perlahan-lahan.
 Dosis Serum Antibisa Ular
Polivalen untuk anak-anak
sama dengan dosis untuk orang
dewasa.
Lakukan Uji Kepekaan terlebih
dahulu, jika peka lakukan
desensitisasi.
2. Actravid HM  Dosis awal 0.5-1 U / kgBB /  Amino  Insulin  Simpan  Larutan Insulin
100 IU/10 ml, hari dalam dosis terbagi. acids reguler pada suhu dapat hilang
Actravid HM  Atau direkomendasikan juga 4.25%. harus 2 dan 8 C; efektifitasnya bila
100 IU/ 3 ml dengan dosis 0.2-0.4 units/  Dekstrosa disimpan jangan dicampur dengan
[insulin short- kgBB/ hari untuk mencegah 25%. dalam dibekukan; zinc and isophane
acting (kerja terjadinya hipoglikemia.  NaCl pendingin hindari insulin.
pendek) : 0.9% dan pemanasan
Neutral sol of dilindungi dan cahaya.
human dari  Setelah
Universitas Indonesia

monocompone pembekua digunakan


nt (HM) n. vial bisa
insulin disimpan
(recombinant hingga 31
DNA origin] hari jika di

15
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

simpan di
refrigerator
dengan
suhu 2°C
dan 8°C
3. Actilyse 50 mg  ST-elevation myocardial  Untuk  Simpan  Karena  Risiko perdarahan
(Alteplase) infarction (STEMI) : rekonstitu pada alteplase meningkat dengan
 Pasien >67 kg : total dosis : 100 si, temperatur tidak penggunaan derivatif
mg selama 1,5 jam; infuse 15 digunaka ruangan mengandun kumarin, antiplatelet
mg selama 1-2 menit, infuse 50 n pelarut dan g agen agregasi,
mg selama 30 menit. Infus 35 aqua pro terlindungi bakteriostat heparin atau agen
mg selama maksimal 1 jam. injection. dari ik, produk lainnya yang
 Pasien ≤67 kg : infuse 15 mg IV  Untuk cahaya tersebut mempengaruhi
bolus selama 1-2 menit, lalu pemberia langsung. harus hemostasis
infuse 0,75 mg/kg (tidak lebih n melalui digunakan (sebelum, selama
dari 50 mg) selama maksimal 30 infus IV, segera. atau dalam 24 jam
menit diikuti 0,5 mg/kg selama dilarutkan  Apabila pertama setelah
60 menit (tidak lebih 35 mg). dengan tidak pengobatan dengan
 Emboli paru-paru akut : 100 mg Dekstrose digunakan Actilyse).
Universitas Indonesia

selama 2 jam. 5% dalam dengan  Seiring pengobatan


 Stroke iskemia akut : air atau segera, dengan Angiotensin
 Rekomendasi total dosis 0,9 NaCl dapat Converting Enzim
mg/kg (maksimum total dosis : 0.9%. disimpan (ACE) inhibitor
90 mg). tidak lebih dapat meningkatkan

16
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Pasien ≤ 100 kg : 0,9 mg/kg dari 24 jam reaksi anafilaktoid.


sebagai IV bolus selama 1 menit pada suhu  Pemantauan
diikuti 0,81 mg/kg sebaga infs 2-8°C. dianjurkan terutama
lanjutan selema 60 menit. untuk pasien yang
 Pasien > 100 kg : 9 mg sebagai menerima ACE
IV bolus selama 1 menit diikuti inhibitor secara
81 mg sebagai infuse lanjutan bersamaan.
selama 60 menit.
4. Adona AC-17  1 ampul@5 ml - 2 ampul@10 -  Simpan - -
Amp 50 mg/10 ml secara IV drip infusion. pada suhu
ml  Dosis dapat dinaikkan atau 8°-15°C
(Carbazochro diturunkan tergantung dari usia dan
me Na pasien dan gejala penyakit. terlindung
Sulfonat) dari
cahaya.
5. Adrenalin  Serangan jantung: 0,5-1 g IV  NaCl  Lindungi  Lindungi Larutan alkali,
0,1% tiap 5 menit jika dibutuhkan; 0,9%, dari dari cahaya misalnya Na
(Adrenalin  Asma: 0,2-1 mL larutan IM  Dextrose cahaya, dan udara. bikarbonat
bitartrat) diulang tiap 4 jam, 0,1-0,25 mg 5% dalam panas  Sediaan
Universitas Indonesia

injeksi IV lambat air ektrem, yang sudah


dan mengalami
pembekua perubahan
n. warna
 Simpan tidak boleh

17
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

di tempat lagi
sejuk digunakan
6. Aethoxysklerol  Max dosis harian: 2 mg/kg  Tidak ada  Simpan -  Alkohol, misalnya
kreussler Inj berat badan/hari. Varises karena pada suhu etanol
3% 2 ml sklerosasi hingga 2 mL/lokasi. diberikan 15°-30°C.
(polidocanol) Sklerosasi dari varises vena langsung
kulit 0.3-0.5 mL sebagai dosis secara IV.
tunggal. Sklerosasi wasir 0,5-
1,5 mL/tempat sakit. Max: 2,5
mL/sesi.
7. Albuminar-25  Anak : Hipovolemia 0,5-1  Dekstrose  Simpan  Jangan  Aqua pro injeksi
Infus 25% 100 g/kg/dosis (10-20 ml/kg). 5% dalam Antara digunakan
ml (Human  Dewasa : Dosis lazim 25 g. air. 20°-25° C apabila
Albumin) dosis ini dapat diulang jika  NaCl (68-77 ° produk
dalam 15-30 menit tidak ada 0.9%. F); keruh.
respon, tetapi tidak boleh lebih  Atau dapat  Karena
dari 250 g selama 48 jam. disimpan tidak
Hipoprotenemia : o,5- pada suhu mengandu
1g/kg/dosis. Diulang setiap 1-2 15°-30° C ng
Universitas Indonesia

hari jika potensi hilang. (59-86 ° pengawet,


Hipovolemia : 5% albumin 0,5- F). maka
1g/kg/dosis. Diulang jika  Tidak. dianjurkan
dibutuhkan. penggunaa
n produk

18
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

boleh tidak lebih


didinginka dari 4 jam.
n atau
dibekukan
8. Alinamin – F  10 sampai 20 ml, sehari 1  Aqua pro  Simpan  Suhu  Tidak diketahui.
20 mg/10 ml sampai 2 kali, secara intravena injeksi. pada kamar 25°-
(Fursutiam dan perlahan-lahan. temperatu 30°C.
HCl 25 mg/ml, r ruangan.
glucose 2000
mg/ml)
9. Amfoterisin 50  Bayi dan anak-anak : 0,1  Untuk  Simpan  Amfoterisi  NaCl 0,9% atau
mg/10 ml mg/kg/dosis. Maksimum 1 mg; rekonstitu pada suhu n B yang larutan yang berisi
(Amfoterisin infus selama 30-60 menit. si, 2°-8° C direkonstit agen pengawet dapat
B) Dosis pemeliharaan : 0,25-1 digunaka dan usi dengan menyebabkan
mg/kg/dosis diberikan sekali n aqua terlindung aqua pro presipitasi
sehari; infus selama 2-6 jam. pro dari injeksi (pengendapan)
Amfoterisin B dapat diberikan injeksi cahaya. tanpa antibiotik.
setiap hari 1-1,5 mg/kg/dosis. tanpa  Stabil pengawet
Dosis kumulatif 1,5-2 g selama pengawet pada dan ditutup
Universitas Indonesia

6-10 minggu. . temperatur stabil pada


Durasi terapi : dengan variasi  Untuk ruangan temperatur
infeksi, durasi lazim 4-12 infus, selama 2 ruangan
minggu atau dosis kumulatif 1- selama 24
4 g. jam dan

19
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 digunaka  minggu  2°-8°C


n sampai 1 selama 1
dextrosa bulan. minggu
5% pada suhu
dalam air
dengan
pH di
atas 4,2.
10. Aminophylline  IV Infus. Pediartik <9 tahun 1  Dekstrosa  Simpan  Ampul  Y-site : amiodaron
10 ml mg/kg BB/ jam, pediatric >9 5% dalam pada suhu tersebut HCl, ceftazidime,
(Aminophyllin tahun dan dewasa merokok 0,8 air 25°-30°C dinyatakan cimetidine HCl,
e) mg/kg BB/jam , dewasa tidak  NaCl dan stabil tanpa ciprofloxacin,
merokok 0,5 mg/kg BB/jam, 0.9%. terlindung batas diltiazem HCl,
penderita dengan dekompensasi  Ringer’s dari waktu pada dobutamin HCl,
jantung atau fungsi hati 0,2 injection, cahaya. suhu docetaxel,
mg/kg BB/jam. lacatated.  Periksa kamar. doxorubicin HCl,
 IV intermittent. 30 menit. Laju  Dekstrosa kemasan  Stabilitas ondansetron HCl,
infuse maksimum 25 mg/menit. 10% terkait aminophyli paclitaxel, potassium
 IV bolus Minimum 10 menit. dalam air. pembentu n dengan chkoride.
Universitas Indonesia

Laju infus maksimum 25  Dekstrosa kan konsentrasi  Adiktif : amikacin


mg/menit. 5% dalam partikulat tidak sulfate, ascorbic
 IV Bronkospasme akut yang ringer’s dan melebihi acid, atracurium
parah, Loading dose : 5 mg / kg injection, 40 mg / ml besylate, bleomycin
(berat badan ideal). lactated. dilaporkan sulfate, cefepime

20
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Pemeliharaan: 0,5 mg / kg / jam. perubahan dapat HCl, ceftazidime,


Dosis tidak boleh melebihi 25 warna. dipertahan ceftriaxone sodium,
mg /menit.  Jangan kan pada chlorpromazine HCl,
digunakan pH 3,5-8,6 ciprofloxacin,
jika selama clindamycin
terbentuk setidaknya phosphate, epinefrin
kristal. 48 jam HCl, insulin,
Kristal pada suhu meropenem,
teofilin 25°C. vanncomycin HCl,
mungkin  Walaupun verapamil HCl,
dapat amonophyl vitamin B kompleks
terbentuk in produk dengan vitamin C,
pada pH diberi label procaine HCl.
<8. untuk
penyimpan
an dengan
perlindung
an dari
cahaya,
Universitas Indonesia

salah satu
studi
aminophyli
n 50 mg /
ml tidak

21
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

menemuka
n
perubahan
potensi
teofilin
setelah
delapan
minggu
penyimpan
an dengan
paparan
sinar neon.
11. Aminofluid  Dosis biasa: 500 ml infus  Dekstrosa  Wadah 
Infus 500 ml; melalui vena perifer. Max: 2.500 5% dalam harus
Aminofluid Inf mL / hari. air, disimpan
1000 ml (per L  Infusion rate: 500 mL/120  NaCl pada suhu
: glucose 75 g; menit, melambat pada pasien 0.9%. 25°C dan
total free usia lanjut & sakit kritis. dilindungi
amino acids 30 dari
Universitas Indonesia

g; total pembekua
nitrogen 4,7 g; n dan
essential/non cahaya
essential a,ino
acids 1,44 g;

22
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

branched chain kondisi pelarutnya.


amino acid asam dan  Obat dalam bentuk
30% w/w) basa. Obat kering yang
tidak larut dilarutkan harus
dalam air. sesuai dengan proses
 Stabilitas pembuatan yang
aminophyli direkomendasi.
n yang  Partikulat tercatat
tidak akan terbentuk dalam
melebihi waktu dua jam
40 mg / ml setelah
dilaporkan menambahkan 1 ml
terkontrol aminofilin sampai 5
pada pH ml air suling steril
3.5 sampai bersama dengan 1 ml
8.6 dari masing-masing
 Walaupun obat berikut:
produk dimenhydrinate,
aminophyli hidroklorida
Universitas Indonesia

n diberi Hidroksizin, Fenitoin


label untuk natrium,
penyimpan proklorperazin
an dengan edisylate, Promazine
hidroklorida,

23
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

perlindung hidroklorida
an dari Prometazin,
cahaya, hidroklorida
salah satu Vankomisin
studi
menngemu
kakan
bahwa
aminophyli
n dengan
konsentrasi
50 mg / ml
tidak
mengalami
perubahan
potensi
setelah
delapan
minggu
Universitas Indonesia

penyimpan
an dengan
paparan
sinar neon.
12. Aminofusin L  15-60 ml/kg BB/hari. -  Simpan - -

24
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

600 Infus 500  pada suhu


ml (per L : 2°C-8°C.
amino acids 50
g; sorbitol 50
g; xylitol 50 g;
vit;
electrolytes)
13. Aminofusin  50 mL/kg berat badan/hari, laju -  Simpan - -
Paed Infus 500 infus: 2-5 mL/kg berat pada suhu
ml (per L : badan/jam. 2°C-8°C.
amino acids 50
g; vit;
electrolytes)
14. Aminoleban  Dosis dewasa : 500-1000 ml/ -  Endapan  Kocok -
Infus 500 ml dosis melalui infus drip IV. kristal larutan
(High conc of Kecepatan infus (500 ml) yang dapat pada
branced chain diberikan pada orang dewasa terjadi temperatur
amino acid and melalui infus perifer 180-300 karena 15°C-25°C
low conc of menit (sekitar 25-40 tetes/ perubahan untuk
Universitas Indonesia

aromatic menit). temperatur melarutkan


amino acid (no  Untuk total nutrisi parenteral, selama endapan
tyrosine), Na, 500-1000 ml injeksi harus penyimpan sebelum
Cl, other dicampur dengan glukosa atau an. digunakan
important larutan laindan diberikan selama dan setelah

25
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

amino acids 24 jam melalui pembuluh darah  didinginka


vena sentral. n.
 Jangan
gunakan
produk jika
terjadi
perubahan
warna atau
endapan
yang tidak
larut
setelah
pengocoka
n.
 Jangan
gunakan
jika tutup
rusak dan
larutan
Universitas Indonesia

keruh.
 Simpan
pada
temperatur
di bawah

26
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

30°C,
lindungi
dari
cahaya.
15. Aminoplasmal  Dosis tergantung pada  Untuk  Sediaan  Simpan -
Infus 10% 500 keparahan kondisi katabolik pemberia harus pada
ml, atau kebutuhan terhadap asam n secara disimpan temperatur
Aminoplasmal amino. langsung, pada suhu tidak kurang
Infus 5% 500  Dosis maksimum sehari 2 g dapat 15°C-30° dari 25°C.
ml (20 Amino asam amino/kg BB/ tidak boleh dicampur C dan  Jangan
acids and berlebih dalam nutrisi dengan terlindung dibekukan.
electrolyte) parenteral. larutan dari  Jangan
 Proporsi dari asam amino tidak asam cahaya gunakan jika
boleh lebih dari 20% dari total. amino matahari terjadi
 Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg yang langsung. pemisahan
BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g dapat emulsi.
N(2)-L-alanyl-glutamin/BB). tercampur  Periksa
Sebanding dengan 100-140 ml kan atau kompatibilit
larutan untuk pasien dengan regimen as dan
Universitas Indonesia

berat badan 70 kg. infuse stabilitas


 Dosis maksimum harian : 2,0 yang nutrisi
ml larutan /kg BB. mengand campuran
ung asam sebelum
amino digunakan.

27
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

16. Aminosteril  Laju infus : 1,3-1,5 mL/kg berat  Dekstroa  Simpan  Aminosteril  Kandungan
Infus 10% 500 badan/jam (30-35 tetes/menit 5% dalam pada suhu Infus 10% aminosteril, misalnya
ml (Asam untuk 70 kg berat badan). air. dibawah dengan L-metionin dapat
amino) Maksimum laju infus: 1,25  Fat 25°C dan elektrolit mengurangi efek
mL/kg berat badan/jam setara emulsion terlindungi tanpa levodopa. Jika perlu
dengan 0,1 g/kg berat 10% dari karbohidrat digunakan levodopa,
badan/jam. cahaya. yang tersisa obat harus
 Dosis maksimum: 1,5 g asam  Jauhkan setelah ditambahkan ke
amino/kg berat badan/hari dari digunakan, larutan, sebelum
tubuh setara dengan 1300 jangkauan harus digunakan.
ml/hari untuk 70 kg berat anak-anak. dibuang.
badan.  Jangan  Umur
digunakan simpan
pada setelah
tanggal dilarutkan
kadaluwars sesuai
a. petunjuk,
 Tempatkan tidak ada
pada sehingga
Universitas Indonesia

bentuk harus
sediaan digunakan
cair dan dengan
botol. segera.

28
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

17. Aminosteril  Untuk infus IV : Dosis  Dexstrose  Simpan  Aminosteril  Karena kemungkinan
infant Infus maksimum: hingga 0,1 g asam 5% dalam pada suhu Infus 10% kontaminasi dan
6% 100 ml amino/kg BB setara dengan 1,6 air, dibawah dengan ketidakcocokan,
(Asam amino) mL/kg BB/jam.  Fat 25°C dan elektrolit larutan asam amino
Dosis harian maksimum: dosis emulsion terlindungi tanpa tidak boleh dicampur
harus dibatasi sampai 1 g asam 10% dari karbohidrat dengan obat lain.
amino/kg berat badan/hari. cahaya. yang tersisa Selain obat dapat
1 tahun hidup: 1,5-2,5 g asam  Jauhkan setelah mengubah sifat
amino/kg berat badan. dari digunakan, fisikokimia dari
2 tahun-5 hidup: 1,5 g asam jangkauan harus larutan, obat tersebut
amino/kg berat badan. anak-anak. dibuang. dapat menghasilkan
6 tahun-14 hidup: 1 g asam  Jangan  Umur risiko reaksi beracun.
amino/kg berat badan. digunakan simpan Jika benar-benar
pada setelah diperlukan untuk
tanggal dilarutkan menambah obat lain
kadaluwars sesuai ke dalam Aminosteril
a. petunjuk, Infant 6%, penting
 Gunakan tidak ada untuk
produk sehingga mempertimbangkan
Universitas Indonesia

yang harus sterilitas dan


homogen. digunakan homogenitas produk
dengan akhir, misalnya, saat
segera. menambahkan
emulsi lemak, unsur

29
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

elektrolit dan vitamin


untuk nutrisi TPN.
18. Aminovel 600  Dosis dewasa : untuk gangguan  Asam  Lindungi  Simpan -
infus 500 ml internal atau kekurangan protein amino cahaya pada
(per L : L- sebelum operasi 500 ml IV drip  Glucosa dan temperatur
amino acid 50 infus selama 4-6 jam. Diulang  Emulsi temperatur di bawah
g; sorbitol 100 tiap 12 jam selama 5-7 hari. lemak yang 30°C,
g; electrolytes,  Untuk gangguan sintesis protein 10% ekstrem hindarkan
vit) setelah operasi 500 ml selama 4- hingga dari
6 jam diikuti infus drip larutan siap cahaya.
Darrow’s dan larutan gula 10%. digunakan Kecepatan
Diulangi dengan interval 24 jam  Hindari maksimal
selama 5-7 hari. dari infus IV 3
pembekua ml / menit.
n atau  Gunakan
suhu lebih segera
dari 40°C. setelah
segel
dibuka dan
Universitas Indonesia

jangan
digunakan
jika
kemasan
rusak dan

30
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

larutan
keruh.
19. Amiparen  Infus vena sentral : -  Simpan di - -
Infus 500 ml Dosis dewasa: 1000 mL/hari tempak
(per L : total dengan infus drip melalui vena sejuk.
free amino sentral.  Jauhkan
acid 100 g;  Infus vena peripheral : dari sinar
nitrogen 15,7 Dewasa: 500 mL/dosis dengan matahari
g; Na 2 meq; infus drip melalui vena perifer. langsung.
acetate 120 Laju infus perifer sekitar 10 g
meq) asam amino selama 60 menit.
Laju infuse yang lazim adalah
100 mL selama 60 menit
(sekitar 25 tetes / menit) dan
harus disesuaikan dengan kasus
anak-anak, pasien lansia dan
pasien yang sakit parah.
 Dosis dapat ditingkatkan atau
diturunkan tergantung pada usia
Universitas Indonesia

pasien, gejala dan berat badan.


 Kombinasi Amiparen dengan
larutan karbohidrat sangat
direkomendasikan untuk
penggunaan yang efisien dari

31
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

asam amino di dalam tubuh.


20. Amoksisilin  Injeksi intramuskular : 500 mg  Aqua pro  Simpan  Karena  Amoksisilin dapat
Inj 1 g setiap 8 jam; Anak 50-100 injeksi pada merupaka menurunkan
(Amoksisilin mg/kg BB sehari dalam dosis tempat n efektivitas
trihidrat) terbagi; sejuk, golongan kontrasepsi oral yang
 Injeksi intravena atau infus : 500 kering, beta mengandung
mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan dan laktam, estrogen.
samapi 1 g tiap 6 jam pada terlindung produk  Konsentrasi plasma
infeksi berat; anak : 50-100 dari harus amoksisilin
mg/hari dalam dosis terbagi. cahaya segera ditingkatkan jika
 Listerial meningitis (dalam digunakan probenesid diberikan
kombinasi dengan antibiotik . bersamaan.
lain), infus intravena, 2 g setiap  Ada penurunan
4 jam untuk 10-14 jam. ekskresi methotrexate
 Endokardititis (dalam kombinasi (peningkatan risiko
dengan antibiotik lain jika toksisitas).
diperlukan), infus intravena, 2 g  Jangan diberikan
setiap 6 jam, ditingkatkan hingga amoksisilin
2 g setiap 4 jam seperti dalam bersamaan dengan
Universitas Indonesia

endokarditis enterokokus atau agen bakteriostatik


jika amoksisilin digunakan seperti kloramfenikol.
tunggal.  Peningkatan frekuensi
ruam kulit pada
pasien yang

32
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

menerima amoksisilin
bersama dengan
allopurinol.menerima
amoksisilin bersama
dengan allopurinol.
21. Ampicilin  Bayi dan anak :  Aqua pro  Serbuk  Setelah  Larutan infus : RL.
serbuk i.m/i.v Intramuskular dan intravena : 1- injeksi injeksi rekonstitusi  Dalam syringe :
250 mg/vial, 00-400mg/kg BB/hari setiap 6  NaCl disimpan , gunakan gentamicin sulphate,
Ampicilin jam (maksimum 12 g/hari). 0,9% pada sesegera kanamycin sulphate,
serbuk i.m/i.v  Dewasa : tempat mungkin metoklopramida,
500 mg/vial, Intramuskular dan intravena : kering dan (tidak lebih streptomycin sulfate
Vicillin serbuk 250-500 mg setiap 6 jam. sejuk. dari 1 jam stabilized.
i.m/i.v 1000 pada suhu  Y-site : epinephrine
mg/vial kamar) dan HCl, fluconazole,
sebagai garam tidak boleh midazolam HCl,
Na dibekukan. nicardipine HCl,
(Ampicillin) ondansetron,
verapamil HCl.
 Adiktif : amikacin
Universitas Indonesia

sulfate,
chlorpromazine
HCl, dopamine HCl,
gentamicin sulfate.

33
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

22. Anbacim 1 g,  Anak 3 bulan sampai 12 tahun :  Dekstrosa  Simpan  Larutan  Larutan infus : Na
Zinacef vial 75-150 mg/kg BB/hari setiap 8 5% serbuk untuk bikarbonat.
250 mg, jam (maksimum dosis : 6 g/ dalam air untuk infuse  Dalam syringe :
Zinacef vial hari).  NaCl injeksi (konsentra pentoprazole Na.
750 mg,  Anak ≥13 tahun dan dewasa : 0,9% pada suhu si 1,5 g/50  Y-site :
Cefuroxime 750 mg-1,5 g setiap 6-8 jam  Ringer’s 15°C-30°C ml) dalam azithromycin,
750 mg atau 100-150 mg/kg/hari setaip injection, dan aqua pro filgrastim,fluconazol
(cefuroxime 6-8 jam (maksimum dosis : 6 lactated. terlindung injeksi e, midazolam HCl.
Natrioum) g/hari).  Dekstrosa dari stabil  Aditif :
10% cahaya. selama 24 ciprofloxacin,
dalam air. Larutan jam pada ranitidine HCl.
ataupun suhu
serbuk <25°C;
kering dan 72 jam
dapat pada
menjadi penyimpan
gelap an dalam
tergantung kulkas.
pada  Larutan IV
Universitas Indonesia

kondisi bolus dan


penyimpan suspense
an, namun IM stabil
perubahan selama 5
jam pada

34
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

warna suhu
tersebut <25°C dan
tidak 48 jam
mengindika pada
sikan penyimpan
terjadinya an dalam
perubahan kulkas.
potensi.
23. Anexate 0,5  Dosis pediatrik : dosis awal  Dextrose  Simpan  Hanya  Tidak disebutkan.
mg/5 ml 0,01 mg/kg selama 15 menit. 5% dalam pada untuk
(Flumazenil) Dosis pengulangan (maksimum air. temperarat penggunaan
4 dosis) 0,005-0,01 mg/kg  NaCl ur ruangan 24 jam pada
(maksimum 0,2 mg) diulangi 0,9%. yang temperatu
setiap interval 1 menit. Total  RL terkontrol r ruangan.
kumulatif dosis maksimum 1
mg atau 0,05 mg/kg.
 Dosis dewasa untuk
membalikkan kesadaran : dosis
awal 0,2 mg IV selama 15
Universitas Indonesia

menit. Dosis pengulangan


(dosis maksimum : 4 dosis) jika
tidak mengalami pembalikkan
kesadaran, maka berikan dosis
0,2 mg/hari selama 1 menit.

35
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Total kumulatif dosis


maksimum 1 mg (dosis lazim :
0,6-1 mg). Dalam pembalikkan
kesadaran berikan setiap
interval 20 menit dengan dosis
maksimum1 mg/dosis dan 3
mg/jam.
 Dosis dewasa untuk overdosis
benzodiazepin : dosis awal 0,2
mg/IV selama 30 detik. Jika
tidak mengalami perubahan,
maka diberikan 0,3 mg selama
30 menit. Dosis pengulangan :
0,5 mg selama 30 menit
diulangi setiap interval 1 menit.
Total kumulatif dosis
maksimum : 3 mg (dosis lazim
1-3 mg). Jika tidak mengalami
perubahan, maka ulangi setiap
Universitas Indonesia

interval 20 menit dengan dosis


maksimum 1 mg/dosis dan 3
mg/hari.
24. Antrain 500  Injeksi 500 mg jika sakit timbul, -  Terlindun  Simpan di  Amidopirin.
mg/ml 2 ml berikutnya 500 mg tiap 6 – 8 g dari bawah

36
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(Metamizol jam. cahaya. suhu 30°C


Na) Maks. 3 x sehari secara IM atau dan
IV. terlindung
dari
cahaya.
 Jangan
disimpan
dilemari
pembeku.

25. Apidra Inj 100  Diberikan cepat (0-15 menit  Amino  Simpan di  Setelah  Larutan Insulin dapat
IU/ml 10 ml sebelum atau segera setelah acids lemari es digunakan, hilang efektifitasnya
[insulin ultra- makan) melalui suntikan 4.25%, (2°-8°C). jangan bila dicampur dengan
rapid-acting subkutan atau infus pompa  dekstrosa  Jangan disimpan zinc and isophane
(kerja sangat subkutan, berdasarkan 25% membekuk diatas suhu insulin.
cepat) : insulin penetapan dosis secara individu.  NaCl an. 25°C.
glulisin] 0.9%  Lindungi  Setelah
dari digunakan
cahaya. vial bisa
Universitas Indonesia

disimpan
hingga 31
hari jika
disimpan
di

37
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

refrigerato
r dengan
suhu 2°C
dan 8°C.
26. Apidra  Dosis awal 0.5-1 U / kgBB / hari  Tidak ada  Insulin  Simpan  Larutan Insulin dapat
Solostar dalam dosis terbagi. karena reguler pada suhu hilang efektifitasnya
[insulin ultra-  Atau direkomendasikan juga langsung harus 2°-8°C; bila dicampur dengan
rapid-acting dengan dosis 0.2-0.4 units/ diberikan disimpan jangan zinc and isophane
(kerja sangat kgBB/ hari untuk mencegah secara dalam dibekukan; insulin.
cepat) : insulin terjadinya hipoglikemia. subkutan pendingin hindari
glulisin] (SC). dan pemanasan
dilindungi dan
dari cahaya.
pembekua  Produk
n. yang
 Lindungi digunakan
dari sebagai
cahaya cadangan
dapat
Universitas Indonesia

disimpan
selama 4
minggu
dibawah
suhu 25°C.

38
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Tidak
harus
disimpan
di lemari
es.
 Jangan
digunakan
setelah
periode
tersebut.
27. Apomorfin  Dosis harian bervariasi antara  NaCl  Apomorfin  Jangan  Produk obat ini
HCl 5 mg/ml 1 pasien, biasanya dalam kisaran 0,9% HCl harus digunakan tidak boleh
ml (Apomorfin 3-30 mg.  Aqua pro disimpan jika larutan dicampur dengan
HCl)  Total dosis harian apomorphine injeksi. dalam telah obat lain.
HCl tidak boleh lebih dari 100 pendingin berubah
mg. dan menjadi
dilindungi hijau.
dari Solusinya
pembekua harus
Universitas Indonesia

n. diperiksa
 Lindungi secara
dari visual
cahaya sebelum
digunakan.

39
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Terlihat
dengan
jelas dan
tidak
berwarna
kuning
pucat,
larutan
boleh
digunakan.
 Untuk
penggunaan
tunggal
saja. Setiap
larutan
yang tidak
terpakai
harus
dibuang.
Universitas Indonesia

28. Apresoline 10  Anak : 0,1-0,2 mg/kg/dosis  Dekstrosa  Simpan  Dapat  Hydralazine


mg/10 ml (tidak lebih dari 20 mg) setiap 5% pada suhu digunakan hydrochloride
(Hydralazine 4-6 jam sesuai kebutuhan,  Dekstrosa ruangan selama 8 bereaksi dengan
Hydrochloride) dinaikkan sampai 1,5-3,5 10% yang sampai 12 metal yang
mg/kg/hari setiap 4-6 jam. dalam air terkontrol jam setelah menyebakan

40
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Dewasa : Hipertensi : Dosis  NaCl dan pencampura perubahan warna ,


awal 10-20 mg/dosis setaip 4-6 0,9% terlindungi n larutan misalnya pada
jam sesuai kebutuhan, dapat  RL dari yang syringe. Oleh karena
ditingkatkan menjadi 40 pembekuan disimpan itu, hydralazine
mg/dosis, lalu diganti dengan pada suhu hydrochloride
terapi oral. 30°C sebaiknya disiapkan
 Dewasa : pre- apabila sesaat sebelum
eklampsia/eklampsia : 5 tidak digunakan.
mg/dosis lalu ditingkatkan mengalami
menjadi 5-10 mg setiap 20-30 perubahan
menit sesuai kebutuhan. warna.
29. Aquadest Infus  Sesuai kebutuhan karena  Tidak ada  Simpan  Harus  Dengan darah karena
500 ml digunakan sebagai pelarut. karena pada suhu disimpan dapat menyebabkan
digunaka di bawah di suhu terjadinya hemolisis
n sebagai 25°C. ruangan jika diberikan secara
pelarut.  Tidak yang IV.
boleh terkontrol.
dibekukan
30. Arixtra 2,5  Dewasa :  NaCl 0,9%  Simpan  Jika Arixtra  Produk obat ini tidak
Universitas Indonesia

mg/0,5 ml DVT profilaksis : dewasa ≥50 pada suhu ditambahkan boleh dicampur
(Fondaparinux kg : 2,5 mg sekali sehari. DVT di bawah ke dalam dengan produk obat
Na) profilaksis dengan riwayat 30°C. NaCl 0,9% lain.
penyakit HIT : 2,5 mg sekali  Tidak “minibag”
sehari. Durasi lazim 5-9 hari boleh (volume 25

41
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(ditingkatkan menjadi 10 hari dibekukan ml atau 50


pada operasi abdominal atau 11 ml) harus
hari operasi pinggul atau segera
operasi lutut). Profilaksis digunakan,
lanjutan dapat ditingkatkan tetapi dapat
menjadi 32 hari. disimpan
Pengobatan DVT/PE akut : antara 15°-
pertama kali diberikan warfarin 30°C sampai
kemudian pengobatan harian 24 jam.
diberikan fondaparinux sampai “Minibag”
INR selama 2-3 hari (biasanya biasanya
5-7 hari) : <50 kg diberikan 5 terdiri dari
mg sekali sehari. 50-100 kg berbagai
diberikan 7,5 mg sekali sehari. polimer
>100 kg diberikan 10 mg sekali termasuk
sehari. Durasi harian : 5-9 hari PVC,
(maksimal 26 hari). polyethylene
,
polypropyle
Universitas Indonesia

ne, atau
stirena-
ethylenebuta
diene secara
individu atau

42
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dalam
kombinasi.
31. Artem 80  Injeksi intramuskular selama 5 - - - -
mg/ml 1 ml hari. Dosis awal 3,2 mg/kg BB
(Artemeter) diikuti dengan 1,6 mg/kg BB
selama 4 hari. Dosis awal untuk
dewasa 160 mg diikuti dengan
80 mg dari hari ke dua sampai
hari ke lima. Dosis untuk anak-
anak atau pasien kelebihan berat
badan harus diturunkan atau
dinaikkan berdasarkan berat
ideal dibawah pengawasan
dokter.
32. Artesunate  Injeksi intravena 2,4 mg/kg BB  Dekstrosa  Simpan di  Simpan di  Produk obat ini tidak
Injeksi 60 pada hari pertama diikuti 5% bawah bawah boleh dicampur
mg/ml 1 ml dengan 1,2 mg/kg BB selama 6  NaCl suhu 30°C. suhu 30°C dengan produk obat
(Artesunat) hari. 0,9%  Terlindung dan harus lain.
i dari digunkan
Universitas Indonesia

cahaya. dalam
waktu 1
jam.
33. Asam  Fibrinolisis lokal: 500 mg-1 g  NaC l  Simpan  Setelah  Penicillin dan obat
Traneksamat injeksi IV 3x/hari. Jika 0.9%; pada pengencera yang bersifat basa

43
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

500 mg, Asam diperlukan terapi IV lebih dari 3  Glukosa suhu n, stabil kuat.
Traneksamat hari, berikan 25-50 mg/kg/hari 5% kamar. selama 24
250 mg (Asam infus IV kontinu;  Ringer jam dalam
traneksamat)  Koagulasi intravaskular laktat lemari
tediseminasi dengan aktivasi pendingin.
predominan sistem fibrinolisis:
1 g injeksi IV; netralisasi terapi
trombolisis: 10 mg/kg BB
injeksi IV lambat;
 Dosis pada gangguan ginjal: Cl
Cr >20-50 mL/menit berikan 10
mg/kg tiap 12 jam, Cl Cr 10-20
mL/menit berikan 10 mg/kg tiap
12-24 jam, Cl Cr <10 mL/menit
berikan 5 mg/kg tiap 12-24 jam
34. Asering Infus  Dosis disesuaikan pada setiap  Tidak ada  Simpan di  Jangan -
500 ml (per L : individu karena bawah digunakan
Na 130 meq; K digunaka suhu 25°C. jika larutan
4 meq; Cl 109 n sebagai  Jangan keruh.
Universitas Indonesia

meq; Ca 3 pelarut. membekuk  Simpan


meq; Asetat 28 an. pada
meq), Asering ruangan
Infus 500 ml dengan
(per L : Na 130 suhu

44
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

meq; K 4 meq; terkontrol


Cl 109 meq; dan
Ca 3 meq; terlindung
Asetat 28 meq; dari
Dekstrosa pembekuan
anhidrat 50 g dan
temperatur
tinggi
(40°C atau
lebih)

35. Ativan 20  Antiemetik. Anak-anak 2-15  Dextrosa  Simpan di  Produk  Lorazepam


mg/10 ml tahun : 0,05 mg/kg (tidak lebih 5% dalam dapat inkompatibel dengan
(Lorazepam) dari 2 mg/dosis). Dewasa : 0,5-  “Ringer’s lemari disimpan buprenorphine
2 mg setiap 4-6 jam sesuai injestion, dingin dan sampai 2 hydrochloride.
kebutuhan. lactated terlindungi minggu
 Ansietas dan sedasi. Bayi dan (RL). dari pada
anak : 0,05 mg/kg/dosis (range  NaCl cahaya. temperatur
0,02-0,09 mg/kg) setiap 4-8 0,9%. ruangan.
Universitas Indonesia

jam.  Aqua pro  Berdasarka


 Preoperatisi dewasa : IM : 0,05 injeksi n stabilitas
mg/kg diberikan 2 jam sebelum fisik dan
operasi (maksimum 4 kimia,
mg/dosis). IV : 0,044 mg/ produk

45
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

20 menit sebelum operasi  dapat


(maksimum 2 mg/dosis). diterima
 Operasi amnesia dewasa : sampai 60
ditingkatkan menjadi 0,05 hari pada
mg/kg (maksimum 4 mg/dosis) temperatur
 Sedasi. Bayi dan anak-anak : ruangan.
0,05 mg/kg (range 0,02-0,09  Sebagai
mg/kg). Pada IV diberikan produk
dosis terkecil 0,01-0,03 mg/kg parenteral,
setiap interval 20 menit. lorazepam
harus bebas
dari partikel
dan tidak
mengalami
perubahan
warna
sebelum
digunakan.
 Tidak boleh
Universitas Indonesia

digunakan
jika
mengandun
g partikel
dan

46
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mengalami
perubahan
warna.
36. ATP 20 mg/2  Ampul : IM / SC 1 ampul sekali  Tidak ada  Simpan -  Larutan alkalin.
ml(Adenosin sehari, IV 1 ampul sekali sehari karena pada
Tri Phosphate disuntikkan perlahan pada 10 diberikan tempat
Disodium) mg/1-2 menit atau bila langsung tertutup
dicampur dengan 10-20 mL secara dan pada
injeksi glukosa isotonik atau IM. suhu
hipertonik. dingin.
37. Atrakurium  Anak 1 bulan sampai 2 tahun :  Dextrosa  Simpan di  Secara fisik  Atrakurium besilat
besilat 25 dosis awal 0,2-0,4 mg/kg diikuti 5% dalam dalam dan kimia, inkompatibel dengan
mg/ml 2,5 ml, dengan dosis pemeliharaan air. lemari stabil pada propofol
Atrakurium sesuai kebutuhan untuk  NaCl dingin dan suhu 5°C
besilat 50 pengobatan blokade 0,9%. terlindungi selama 24
mg/ml 5 ml, neuromuskular. dari jam.
Notrixum 10  Anak >2 tahun sampai dewasa : cahaya.  Atau secara
mg/ml 5 ml, 0,4-0,5 mg/kg, lalu 0,08-0,1 fisik dan
Tramus 10 mg/kg setiap interval 20-45 kimia,
Universitas Indonesia

mg/ml 2,5 ml menit setelah dosis awal untuk stabil pada


(Atrakurium pengobatan blokade suhu 25°C
besilat) neuromuscular, lalu diikuti selama 24
dengan pengulangan dosis 0,08- jam.
0,1 mg/kg setaip interval 15-25

47
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

menit.
 Dosis awal setelah
suksinilklorida untuk intubasi :
dewasa 0,2-0,4 mg/kg.
 Infus lanjutan : Operasi. Dosis
awal 9-10 mcg/kg/menit secara
IV bolus lalu untuk
pemeliharaan 5-9 mcg/kg/menit
dengan laju infus 11-13
mcg/kg/menit selama anestesi.
ICU : bisanya diberikan dengan
laju infus 11-13 mcg/kg/menit
38. Atropin 0,25  Pramedikasi: 300-600 mcg  NaCl  Simpan  Simpan  Y-site : Na
mg/ml 1 ml injeksi IV segera sebelum 0,9% kemasan injeksi tiopental.
(Atropin induksi anestesi atau 300-600  Glukosa pada pada  Dalam syringe :
sulfat) mcg injeksi SC atau IM 30-60 5% sushu temperatur Pantoprazole Na.
menit sebelum induksi; (dengan kamar. ruangan
 Bradikardi intraoperatif: 300- penamba  Hindarka yang
600 mcg injeksi IV; han KCl). n suhu terkontrol
Universitas Indonesia

 Kontrol ES muskarinik atau  Ringer’s beku. antara


edroporium dalam pembalikan injection, 15°C-30°C
blok neuromuskular kompetitif: lactated. (59°F-
600 mcg-1,2 mg injeksi IV; 86°F).
 Bradikardi infark miokard: 500  Hindari

48
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mcg injeksi IV diulang tiap 3-5 \ pembekuan


menit, total dosis 3 mg;  Terlindung
 CPR untuk asistol: 3 mg IV dari
dosis tunggal. cahaya.
39. ATS [Untuk  Imunisasi pasif: Dosis yang  Aquadest  Simpan di  Simpan  Obat ini tidak boleh
pencegahan : diberikan untuk orang dewasa  NaCl 0,9 lemari es pada suhu dicampur dengan
ampul 1500 IU adalah 1500 IU per IM, % (2°C-8°C). < 25oC, obat lain.
1 ml. Untuk  Dan untuk anak adalah 750 IU  Jangan lindungi
pengobatan : per IM. membekuk dari cahaya
ampul 10.000 an. dan lemari
IU 2 ml vial pendingin
20.000 IU 4
ml] (Serum
antitetanus =
ATS), ATS 10
ml (Serum
Antitetanus
immunoglobuli
n)
Universitas Indonesia

40. Avastin 25  Kanker payudara : 10 mcg/kg  NaCl  Jangan  Larutan  Produk obat ini tidak
mg/ml 4 ml setiap 2 minggu (dengan 0,9% gunakan infus harus boleh dicampur
(Bevakizumab) kombinasi paklitaksel). obat ini digunakan dengan produk obat
 Kanker kolorektal : 5-10 setelah segera lainnya kecuali NaCl
mcg/kg setiap 2 minggu tanggal setelah 0,9%; polivinil

49
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(kopmbinasi dengan kadaluwars pengenceran klorida.


fluorourasil). a yang  Jangan  Konsentrasi profil
 Glioblastoma : 10 mcg/kg tertera pada gunakan degradasi
setiap 2 minggu sebagai karton luar Avastin jika bevacizumab diamati
monoterapi atau kombinasi dan pada terlihat ada bila diencerkan
dengan irinotecan. label botol partikulat dengan solusi
 Kanker paru-paru : 15 mcg/kg  Simpan di atau dextrosa 5%.
setiap 3 minggu sebagai lemari es perubahan
monoterapi atau kombinasi (2°C-8°C). warna
dengan karboplatin atau  Jangan sebelum
paklitaksel. membekuk pemberian.
 Kanker sel ginjal : 10 mcg.kg an.
setiap 2 minggu sebagai  Terlindungi
monoterapi atau kombinasi dari
dengan interferon alfa. cahaya.
 Kanker ovarian : 15 mcg/kg
setiap 3 minggu.
41. Bactesyn 3,0 g  Dewasa 1.5-12 g/hr terbai dalam  NaCl  Serbuk  Larutan  Larutan : larutan yang
[ampisilin 2 g 6-8 jam, maks 4g/hr untuk 0,9% berwarna rekonstitusi mengandung
Universitas Indonesia

+ sulbaktam 1 sulbactam. putih berwarna dekstrosa dan


g  Infeksi berat: s/d 12 g/hr. Anak, sampai kuning karbohidrat lainnya,
(sultamisilin)], bayi, neonatus 150 mg/kg BB/hr. hampir pucat produk darah,
Bactesyn 1,5 g  Profilaksis infeksi operasi: 1.5-3 putih. sampai hidrolisat protein.

50
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

[ampisilin 1 g g sebelum induksi anaestetic. Simpan kuning.  Y-site : amiodaraon


+ sulbaktam Diulang tiap 6-8 jam. Diberikan vial yang Untuk HCl, ciprofloxacin,
0,5 g sebelum atau sesudah makan belum memastikan nicardipine HCl,
(sultamisilin)] dibuka potensi obat ondansetron HCl.
pada suhu tetap stabil  Aditif :
≤30°C. selama Aminoglikosida,
periode ciprofloxacin.
infuse,
pemberian
larutan
harus
selesai
dalam 8
jam
dihitung
dari saat
merekonstit
usi larutan.
Larutan
Universitas Indonesia

rekonstitusi
untuk
injeksi IM
harus
digunakan

51
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dalam
waktu 1
jam setelah
rekonstitusi.
42. Baquinor Infus  Dosis lazim anak-anak : 20-30  Dekstrosa  Simpan  Setelah  Dalam syringe :
200 mg/100 mg/kg /hari setiap 12 jam. 5% dalam pada suhu botol Pantoprazole Na.
ml, Maksimum 800 mg/hari. air. 5°C-25°C, dibuka,  Y-site :
ciprofloxacin,  Dosis lazim pada dewasa : 200-  NaCl dan stabilitas Aminophylline,
Jayacin Infus 2 400 mg setiap 12 jam. 0,9% terlindung obat ampicillin sodium-
mg/ml 100 ml,  Dextrose dari dipengaruhi sulbactam sodium,
Jayacin 200 10% cahaya. oleh faktor- azithromycin,
mg/ml 10 ml dalam air. faktor cefepime HCl,
(Ciprofloxacin  “Ringer’s mikrobiolo furosemida, heparin
HCl) injection, gis dan sodium, propofol,
lactated higienis. phenytoin sodium.
 Larutan  Aditif :
yang telah aminophylline,
disiapkan amoxicillin sodium-
harus clavulanate
Universitas Indonesia

segera potassium, ampicillin


diberikan. sodium-sulbactam
 Larutan sodium, ceftazidime,
infuse cefuroxime sodium,
ciproxin clindamycin

52
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

peka phosphate, heparin


terhadap sodium.
cahaya.
Botol hanya
boleh
dikeluarkan
dari
pembungku
snya sesaat
sebelum
digunakan.
43. Benzatin  Injeksi intramuscular atau  Aqua pro  Simpan  Simpan  Tidak disebutkan.
Benzil intravena lambat atau infus, 2,4- injeksi pada suhu pada suhu
Penicillin 1,2 4,8 g sehari dalam 4 dosis ruangan tidak lebih
juta IU/ml 20 terbagi, pada infeksi yang lebih yang dari 30°C
ml, Benzatin berat dapat ditingkatkan jika terkendali pada
Benzil perlu (dosis tunggal diatas 1,2 g 2°C kemasan
Penicillin 2,4 injeksi intravena). sampai kedap
juta IU/ml 20  Bayi prematur dan neonatal 8°C. udara.
Universitas Indonesia

ml (Benzatin dibawah 1 minggu, 50 mg/kg  Lindungi  Terlindung


Benzil BB dalam 2 dosis terbagi; bayi dari dari cahaya.
Penisilin) 1-4 minggu, 75 mg/kg BB/hari kelembaba  Jika
dalam 3 dosis terbagi; Anak 1 n digunakan
bulan-12 tahun 100 mg/kg untuk

53
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

BB/hari dalam 4 dosis terbagi injeksi,


(dosis lebih tinggi mungkin maka
dibutuhkan); rute intravena larutan
direkomendasikan pada harus bebas
neonatal dan bayi. dari
 Endokarditis (dalam kombinasi mikroorgani
dengan bakteri lain jika sme.
diperlukan); infuse atau injeksi
intravena lambat 7,2 gram/hari
dalam 6 dosis terbagi,
tingkatkan jika perlu (contoh
dalam endokarditis enterokokus
atau jika benzil penisilin
digunakan tunggal) menjadi
14,4 g sehari dalm 6 dosis
terbagi.
 Antraks (dalam kombinasi
dengan antibakteri lain), infuse
atau injeksi intravena lambat,
Universitas Indonesia

2,4 g setiap 4 jam; anak 150


mg/kg BB sehari dalam 4 dosis
terbagi.
 Profilaksis infeksi streptokokus
grup B intrapartum, infuse atau

54
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

injeksi intravena lambat, dosis


awal 3 g selanjutnya 1,5 g
setiap 4 jam hingga saat
melahirkan.
 Penyakit meningokokus; injeksi
intravena lambat atau infuse,
2,4 gram setiap 4 jam. Bayi
premature dan neonatal
dibawah 1 minggu, 100 mg/kg
BB/hari, dalam 2 dosis terbagi;
neonatal 1-4 minggu 150 mg/kg
BB/hari dalam 3 dosis terbagi;
anak 1 bulan -12 tahun 180-300
mg/kg BB/hari dalam 4-6 dosis
terbagi.
44. Bifotik, Cepraz  IM/IV Dewasa : 2 - 4 gram  NS.  Simpan  Gunakan -
1 g, ceropid 1 perhati setiap 12 jam.  Aqua pro dalam larutan
g (Cefoperazon  Infeksi berat : 6 - 12 gram injeksi. wadah rekonstitusi
Na) terbagi dalam 2, 3, 4 dosis.  Glucose kedap sesegera
Universitas Indonesia

injection. udara. mungkin.


45. Biru metilen  Persalinan tahap 3 : 0,5-1 mL  Tidak ada  Simpan  Sisa yang  Obat ini tidak boleh
10 mg/ml (0,1-0,2 mg) IM setelah karena pada tidak dicampur dengan
sebagai keluarnya kepala atau bahu diberikan temperatu digunakan obat lain.
dihidrat (Metil anterior atau segera setelah langsung r harus

55
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

thionin melahirkan anak. secara ruangan dibuang.


klorida)  Untuk General Anestesi: IM, Intra- yang
Rekomendasi Dosis: 1 mL (0,2 artikular, terkontrol
mg) IV. intrasinov .
 Uterus atonia/Perdarahan: 1 mL ial,
IM atau 0,5-1 mL IV. Dapat intralesio
diulang sesuai kebutuhan nal.
dengan interval tidak kurang
dari 2 jam.
 Pengobatan subinvolusi,
“Lochiometra”,
perdarahan/nifas : 0,5-1 mL IM
3 kali sehari pada wanita
menyusui sebaiknya tidak lebih
dari 3 hari.
46. Bisolvon  Dalam kasus parah serta  NaCl  Simpan  Jangan -
ampul 4 mg/2 sebelum dan sesudah intervensi 0,9%. pada suhu dicampur
ml bedah, 1 ampul IV (durasi  Dekstrosa kamar dan dengan
(Bromheksin injeksi 2 - 3 menit) 2 - 3 kali 5% terlindung larutan
Universitas Indonesia

HCl) sehari. dalam air. dari cahaya alkali


matahari. karena sifat
asam
larutan
bisolvon

56
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(pH 2,8)
dapat
menyebabk
an
kekeruhan
atau
flokulasi.
47. Bonviva 3mg /  Prefilled syringe 3mg / 3ml  NaCl  Simpan  Harus  Larutan Bonviva
3ml (Asam secara injeksi IV bolus selama 0,9%. pada suhu digunakan untuk injeksi tidak
ibandronat) 15-30 detik, dilakukan tiap 3  Dextrosa ruangan dengan boleh dicampur
bulan. 5% yang segera. dengan larutan yang
dalam air. terkendali  Residu mengandung
15°C harus kalsium atau produk
sampai dibuang obat lainnya yang
30°C. sesuai diberikan secara
dengan intravena.
prosedur
kesehatan.
48. Brainact 250  Untuk kehilangan kesadaran -  Larutan - -
Universitas Indonesia

mg 2 ml, akibat trauma kepala atau jernih dan


Brainact Inj operasi otak : biasanya 100 mg tidak
500 mg 4 ml, sampai 500 mg, 1-2 kali sehari berwarna.
Citicoline secara drip IV atau IV biasa.  Simpan
Injeksi 250  Untuk gangguan psikis atau pada

57
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mg, Neurolin saraf :dalam kasus-kasus suhu 15°C


1000 mg 8 ml gangguan kesadaran pada infark sampai
(citicolin) serebri stadium akut ; biasanya 30°C dan
diberikan citicolin 1000 mg terlindung
sekali sehari secara IV selama dari
dua minggu berturut-turut. cahaya.
 Dalam kasus-kasus pasca
hemiplegia apopletik; biasanya
citicoline 1000 mg diberikan
sekali sehari secara IV selama 4
minggu berturut-turut, dan jika
tampak perbaikan, pemberian
dilanjutkan selama 4 minggu
lagi.
49. Bricasma 0,5  Untuk meringankan  Dekstros  Simpan  Jangan  Y-site : insulin.
mg/ml 1 ml bronkospasmae akut, biasanya e 5% pada suhu menggunaka  Aditif : bleomycin
(Terbutalin atau 2 kali secara inhalasi 250 dalam air 15°C n larutan sulfate.
sulfat) mcg setiap 4-6 jam, Maks : 8 x  NaCl sampai yang
inhalasi selama 24 jam. 0.45% 30°C mengalami
Universitas Indonesia

 Breath-actuated : 1 x inhalasi  NaCl  Lindungi perubahan


500 mcg bila diperlukan, Maks : 0.9% dari cahaya warna.
6 x inhalasi selama 24 jam.  Jangan
 Bronkospasmae berat atau tidak dicampur
responsif, dosis yang biasa dengan

58
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

10. mg dihirup 2-4 x sehari larutan


alkali
(pH>7,0)
50. Broadced 1000  Dewasa dan anak di atas 12  Lidokain  Simpan  Larutan  Larutan infus :
mg, Ceftriaxon tahun: 1 sampai 2 gram HCl pada suhu rekonstitus larutan yang
Inj 1g, Cefxon diberikan sekali sehari (atau (tanpa 30°C dan i stabil mengandung
Injeksi dalam dosis terbagi dua kali ephinefrin terlindung selama 6 calcium (contohnya
(Ceftriaxone) sehari) tergantung pada jenis e) 1%, dari jam pada larutan Hartmann
dan beratnya infeksi. Dosis  Aqua pro cahaya. suhu kamar dan Ringer)
harian total tidak boleh melebihi Injeksi, atau 24  Y-site :
4 gram.  NaCl jam dalam azithromycin,
 Untuk infeksi gonokokal : 250 0.9%, kulkas filgrastim,
mg secara IM sebagai dosis  Dekstrosa (suhu 5°C). flukonazol.
tunggal. 5% dalam  Gunakan  Aditif :
 Bayi dan di bawah 12 tahun : air, Air larutan aminophylline,
untuk infeksi serius selain bakteriost rekonstitus clindamycin
meningitis, 50 – 75 mg / kgBB / atik untuk i sesegera phosphate,
hari (maksimum 4 gram per injeksi mungkin. linezolid.
hari) dalam dosis terbagi setiap (benzyl  Larutan
Universitas Indonesia

12 jam, dengan atau tanpa dosis alcohol dengan


muatan 75 mg / kg. 0,9%). konsentrasi

Untuk penggunaan pra operasi 100 mg/ml
(profilaksis bedah), dosis stabil
tunggal 1 gram diberikan ½ selama 3

59
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

sampai 2 jam sebelum operasi hari pada


dianjurkan. suhu kamar
atau 10
hari pada
suhu 4°C.
Warna
larutan
berkisar
antara
kuning
muda
hingga
merah
coklat,
tergantung
dari kadar
dan
lamanya
penyimpan
Universitas Indonesia

an.
51. BuvAnestesi  Dewasa 400 mg dosis tunggal  NaCl  Lindungi  Simpan  Bupivakain Injeksi
Spinal 5% setiap hari 0.9%. dari pada suhu tidak boleh
Heavy 20  Bedah anesth: Lumbar epidural cahaya. kamar dicampur dengan
mg/50ml (perut, panggul & bedah terkendali, obat lain.

60
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(Bupivacaine ekstremitas bawah termasuk   pembekuan  Larutan tidak harus


HCl) operasi caesar) 75-150 mg (5 harus disimpan dalam
mg / mL); toraks epidural (atas dihindari wadah logam,
perut) 12,5-37,5 mg (2,5 mg /  Produk misalnya jarum atau
mL), bedah dada 25-50 mg (5 yang bagian logam jarum
mg / mL), ekor epidural 37,5- mengandu suntik, ion logam
100 mg (2,5 mg / mL) & / atau ng akan terlarut dapat
75-125 mg (5 mg / mL), blok nfuse ri menyebabkan
lainnya (infiltrasi lokal) 12,5- ne harus bengkak di tempat
150 mg (2,5 mg / mL) atau 25- dilindungi suntikan.
150 mg (5 mg / mL), interkostal dari cahaya
(per segmen) 10-20 mg (2,5 mg selama
/ mL) atau 15-25 mg (5 mg / penyiapa
mL); brakialis pleksus 100-150  Tempat
mg (5 mg / mL ), siatik 3 in 1 penyimpan
(obturator femoralis & kutaneus an harus
lateralis) 50-100 mg (5 mg / bebas dari
mL), pudenda 7,5-100 mg (2,5-5 bakteri
mg / mL)
 Analgesia: Caudal epidural
Universitas Indonesia

(pengobatab nyeri pasca-op) 50-


75 mg bolus (2,5 mg / mL);
lumbar epidural (bolus & infus
kontinu) 15-60 mg bolus (2,5-5

61
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mg / mL) diikuti oleh 12,5-


18,75 mg / jam (1,25-2,5 mg /
mL); (infus kontinu selama
pasca-op) toraks epidural 6,25-
12,5 mg / jam (1,25 mg / mL)
 Anak hitung dosis berdasarkan
berat sampai dengan 2 mg / kg,
adrenalin dapat ditambahkan
untuk memperpanjang durasi
blok dengan 50-100%.
52. Calcium  Hipokalsemia : IV: 2-15g/24  NS  Simpan  Larutan  Y-site : fluconazole,
glukonat 10% jam sebagai nfuse kontinyu  D5W pada suhu IV/ larutan lansoprazole.
10 ml, calcii atau dalam dosis terbagi  D5S kamar. infus IV  Dalam syringe :
gluconas  Hipokalsemia Neonatus: 200- Sediaan stabil metoclopromide HCl,
ampul 100 800 mg / kg / hari sebagai yang selama 24 pantoprazole Na.
mg/1 ml nfuse kontinyu atau dalam 4 mengandun jam pada  Aditif : dobutamin
(Kalsium dosis terbagi (maksimal 1 g / g endapan suhu HCl,
glukonat) dosis) tidak boleh kamar. Methylprednisolone
 Hipokalsemia Bayi dan Anak- digunakan.  Hindari sodium succinate.
Universitas Indonesia

anak: 200-500 mg / kg / hari dari


sebagai nfuse kontinyu atau pembekuan
dalam 4 dosis terbagi .
(maksimal: 2-3 g / dosis)
 Hipokalsemia tetani : IV: 1-3 g /

62
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dosis dapat diberikan sampai


respon terapi tercapai
 Hipokalsemia tetani Bayi dan
Anak-anak: 100-200 mg / kg /
dosis selama 5-10 menit; dapat
diulang setiap 6-8 jam atau
diikuti dengan nfuse 500 mg /
kg / hari
 Keracunan Magnesium atau
serangan jantung dengan adanya
hiperkalemia atau hipokalsemia:
IV: 500-800 mg / dosis
(maksimal 3 g / dosis)
 Keracunan Magnesium atau
serangan jantung dengan adanya
hiperkalemia atau hipokalsemia
Bayi dan Anak-anak: 60-100 mg
/ kg / dosis (maksimal 3 g /
dosis)

Universitas Indonesia

Pemeliharaan untuk kebutuhan


elektrolit TPN: IV: Persyaratan
Harian: 1,7-3,4 g/1000 kcal/24
jam
 Overdosis Calcium channel

63
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

blocker : infuse IV : larutan 10%


0,6-1,2 mL / kg / jam atau I.V.
0,2-0,5 ml / kg setiap 15-20
menit untuk 4 dosis (maksimum:
2-3 g / dosis)
 Hanya untuk pemberian secara
IV. Berikan perlahan (â ¼ 1,5
ml kalsium glukonat 10% per
menit) melalui jarum kecil ke
pembuluh darah besar untuk
menghindari terlalu cepat
meningkat serum kalsium dan
ekstravasasi
53. Cardiject 25  Neonatus : 2-15 mcg/kg/menit.  Dekstrosa  Simpan  Karena  Inkompatibel dengan
mg/ml 10 ml,  Anak-anak dan dewasa : 2,5-20 5% dalam pada bersifat alkalin, tidak boleh
Dobutamine mcg/kg/menit, maksimum 40 air temperatur sitotoksik, dicampur dengan Na
Giulinni Infus mcg/kg/menit. ruangan harus bicarbonate 5%,
250 mg/5 ml, terkontrol digunakan larutan alkali lainnya,
Dobutel Inj 50 dan segera atau obat lain, atau
Universitas Indonesia

mg/ml 5 ml terlindungi dalam waktu larutan yang berisi


(Dobutamin dari panas 24 jam. kombinasi bisulfit
HCl) dan cahaya. dan etanol.
54. Catapres 0,15  Injeksi intravena : lambat  NaCl  Simpan  Simpan  Tidak diketahui.

64
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mg/ml perlahan 150-300 mcg; 0,9% pada pada suhu


(Klonidin HCl) maksimum 750 mcg dalam 24 temperatur 37°C
jam. ruangan selama 10
minggu dan
terlindungi
dari
cahaya.
55. Cedantron,  Pengobatan mual muntah pasca  Dextrose  Larutan  Larutan IV  Y-site :
Ondansetron 4 bedah : 4 mg/IM sebagai dosis 5% dalam ondansetro infuse yang aminophylline,
mg/2 ml, tunggal atau injeksi IV secara air, n HCl sudah ampicillin sodium,
Ondansentron perlahan.  Dekstrosa jernih dan dibuat ampicillin sodium-
inj 8 mg/2 ml  Pemberian kemoterapi yang 5% dalam tidak harus sulbactam sodium,
(ondansetron) sangat emetogenik : mula-mula air berwarna. segera cefepime HCl,
diberikan injeksi 8 mg/IV secara dengan Ampul digunakan. furosemida,
lambat atau diinfuskan selama potasium tidak  Larutan methylprednisolone
15 menit segera sebelum klorida boleh di ondansetro sodium succinate,
diberikan kemoterapi diikuti 0,3%, autoklaf. n HCl piperacillin sodium,
dengan infus 1 mg  Manitol  Simpan dalam NS, sodium bicarbonate.
ondansentron/jam secara 10%, pada suhu D5W,
Universitas Indonesia

kontinyu selama kurang dari 24 injeksi 15°C- D5¼NS,


jam atau 2 kali injeksi 8 mg ringer 30°C atau D5S stabil
peroral selama 5 hari. itu,lactate di dalam pada suhu
 Penderita dengan gangguan d, kamar dan
fungsi ginjal tidak memerlukan  NaCl penerangan

65
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

penyesuaian dosis harian, 0,9%, Lemari normal


frekuensi, ataupun cara  NaCl pendingin selama 48
pemberian. 0,9% dan jam.
 Penderita dengan gangguan dengan terlindung Kombinasi
fungsi hati, dosis total harian potassium dari ondansetro
tidak boleh lebih dari 8 mg. klorida cahaya. n dengan
 Anak berusia lebih dari 4 tahun : 0.3%. obat-
5 mg/m2 IV selama 15 menit obatan
segera sebelum diberikan bersifat
kemoterapi diikuti dengan basa
pengobatan oral 4 mg tiap 8 jam menunjukk
selama 5 hari. an
 Untuk penderita lanjut usia terjadinya
(lebih dari 65 tahun) pengendap
efektivitasnya dan toleransinya an.
ama dengan pada penderita  Ondansetro
dewasa mula sehingga tidak n stabil
perlu dilakukan penyesuaian dalam
dosis/ cara pemberian pada wadah
Universitas Indonesia

penderita lanjut usia. infuse


polietilen
atau botol
gelas tipe
1. Larutan

66
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

ondansetro
n dalam
NS atau
D5W juga
56. Cedocard 10  Infus intravena : 2-10 mg/jam;  NaCl  Simpan  Ampul atau  Y-site : heparin
mg/10 ml dosis lebih tinggi samapi 20 0,9% pada suhu botol harus sodium.
(Isosorbid mg/jam mungkin diperlukan.  Dextrosa kamar. digunakan
dinitrat) 5%  Larutan /diencerkan
dalam air ampul atau segera
botol setelah
sebelum dibuka dan
dibuka sisanya
tidak dibuang.
berwarna. Lakukan
pengencera
n secara
aseptic.
 PVC dapat
mengabsor
Universitas Indonesia

bsi
isosorbide
dinitrate,
gunakan
container

67
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dan
administrat
ion set
yang
terbuat dari
polietilen
atau gelas.
57. Cefazol 1 g  Anak >1 bukan : 25-100  Dextrosa  Sinpan  Larutan  Dalam syringe :
(Sefazolin mg/kg/hari setiap 6-8 jam, 5%. pada suhu harus ascorbic acid
Natrium) maksimum 6 g/hari.  NaCl kamar dan dipakai injection, cimetidine
 Dewasa : 250 mg-1,5 g setiap 6- 0,9%. hindari dalam HCl, lidocaine HCl,
12 jam (biasanya 8 jam),  Aqua pro paparan waktu 48 pantoprazole
tergantung infeksi, maksimum injeksi langsung jam setelah sodium.
dosis 12 g/hari. cahaya, rekonstitusi  Aditif : amikacin
karena pada suhu sulfate, atracurium
paparan kamar. besylate, bleomycin
yang lama  Larutan sulfate, ranitidine
dapat rekonstitusi HCl.
menyebab harus
Universitas Indonesia

kan disimpan
perubahan dalam
warna tempat
serbuk. gelap.
 Presipitasi

68
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Serbuk dan dapat


larutan terjadi
cefazolin karena
dapat pengaruh
berubah perubahan
menjadi suhu,
lebih gelap namun
karena dapat
pengaruh diatasi
kondisi dengan
penyimpan menghanga
an, namun tkan vial
perubahan dalam air
warna hangat.
tidak
mengindik
asikan
terjadinya
perubahan
Universitas Indonesia

potensi.
58. Cefotaxim  Infeksi ringan sampai sedang: 1 g  NaCl  Serbuk  Larutan  Dalam syringe :

69
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

1000 mg, injeksi IM atau IV atau infus IV 0,9%, injeksi rekonstitusi pantoprazole.
Clafaron vial tiap 12 jam; infeksi berat: 2 g  Glukosa stabil pada berwarna  Y-site : azithromycin,
500 mg, 1 g, 2 injeksi atau infus IV 4x/hari. 5%, suhu kamar kuning filgrastim,
g. Dosis lebih tinggi sampai 12  Glukosa- dan muda fluconazole,
g/hari terbagi dalam 3-4 dosis; NaCl terlindung samapi gemcitabine HCl,
 Gonorrhoea: 500 mg injeksi IM  Hartmann, dari cahaya. kuning hetastarch dalam NS.
atau IV dosis tunggal;  Ringer tergantung
 Meningitis bakterial: dewasa dan Laktat dari pelarut,
anak-anak >12 tahun 1 g, anak di konsentrasi,
bawah 12 tahun 50 mg/kg; dan
 Dosis pada gangguan ginjal: Cl penyimpana
Cr <5 mL/menit berikan 1 g n. Warna
loading dose kemudian dosis kuning
pemeliharaan 50% dari dosis pucat dari
normal larutan
induk
mengindika
sikan
adanya
Universitas Indonesia

perubahan
potensi.
 Larutan
rekonstitusi
dapat

70
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

disimpan
selama 24
jam pada
suhu 25°C
59. Cefoperazole  Dewasa : 2-4 g/ hari, diberikan -  Simpan - -
Sulbactam 1 g tiap 12 jam dalam dosis terbagi. dalam
Infeksi berat atau sukar wadah
disembuhkan dosis dapat kedap
ditingkatkan sampai 8 g/ hari. udara.
 Anak 40 mg/kgBB/hari, dosis
dapat diberikan tiap 6 - 12 jam
dalam dosis terbagi. Infeksi
berat atau sukar disembuhkan
dosis dapat ditingkatkan sampai
dengan160 mg/kgBB/hari.
 Neonatus minggu pertama :
dosis maks sulbaktam : 80
mg/kgBB/hari. Bila perlu
diberikan cefoperazone > 80
Universitas Indonesia

mg/kgBB/hari, cefoperazone
tambahan diberikan secara
terpisah.
 Pasien dengan gangguan fungsi
hati maks 2 g/ hari.

71
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Gangguan fungsi ginjal dengan


bersihan kreatinin < 15 ml/menit
: sulbactam maks 500 mg/ 12
jam. IV pemberian infus berkala
1 g/ 20 ml diperlukan lebih dari
15-60 menit. injeksi IV 1 g/ 20
ml, diberikan minimal > 3
amenit. IM lidokain merupakan
media yang sesuai untuk
pemberian secara IM, tetapi
tidak untuk rekonstitusi awal
60. Ceftazidime  Dosis standard: 1 g injeksi IM  Dextrose  Simpan  Larutan  Larutan infus :
pentahydrate, atau IV tiap 8 jam atau 2 g 5% dalam pada suhu dengan sodium bicarbonate
fortum 500 injeksi/infus IV tiap 12 jam; air; 25°C dan konsentrasi  Dalam syringe :
mg, fortum 1  Infeksi berat: 2 g injeksi/infus  NaCl terlindung 1 mg/ml pantoprazole
g, fortum 2 g IV tiap 8-12 jam atau 3 g tiap 12 0,9%; dari cahay. dan 40 sodium.
jam; aqua steril Rentang mg/ml  Y-site : Amiodaron
 ISK atau infeksi lebih ringan: untuk warna dalam HCl, azithromycin,
500 mg-1 g injeksi IM atau IV injeksi; larutan pelarut doxorubicin HCl
Universitas Indonesia

tiap 12 jam;  Ringer dari yang liposome injection,


 Infeksi paru pseudomonal pada Laktat. kuning sesuai, midazolam HCl,
sistik fibrosis: hingga 50 mg/kg  Dekstrosa terang stabil phenytoin sodium.
injeksi/infus IV tiap 8 jam; 10% selama 18  Aditif : amikacin
 Profilaksis bedah atau bedah dalam air. jam pada sulfate,

72
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

prostat: 1 g pada induksi  D5S. sampai suhu aminophylline,


anestesi diulang jika diperlukan kuning <25°C dan gentamicin sulfate.
ketika kateter dilepas; muda 7 hari di
 Dosis pada kelainan ginjal: Cl tergantung dalam
Cr 31-50 mL/menit 1-2 g tiap 12 pada lemari
jam, Cl Cr 16-30 mL/menit 1-2 konsentras pendingin.
g tiap 24 jam, Cl Cr 6-15 i pelarut
mL/menit 500 mg-1 g tiap 24 dan
jam, Cl Cr <5 mL/menit 500 kondisi
mg-1 g tiap 48 jam penyimpan
an yang
digunakan.
Perubahan
warna
menjadi
lebih gelap
tidak
mengindik
asikan
Universitas Indonesia

adanya
perubahan
potensi.

73
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

61. Cefriex 1 g  Dewasa dan anak-anak diatas  D5W Simpan pada  Stabil 2 Kalsium atau
12 tahun: Gonorrhea : 250 mg  N5 suhu kamar hari dalam dengan
IM sebagai dosis tunggal. (25-30o C), suhu kamar aminoglikosida,
 Profilaksis infeksi perioperatif: hindarkan 250C amsacrine,
1 gram IV diberikan 0,5-2 jam dari cahaya,  10 hari flukonazol,
pada awal pembedahan. lemari dalam labetalol, atau
 Infeksi lain: 1-2 gram IM/IV pendingin lemari vankomisin,
setiap 24 jam atau 500 mg-1 gr pendingin atau pentamidin
setiap 12 jam. Dosis maksimal 4 50C
gr/hari
 Anak-anak dibawah 12 tahun:
Meningitis : pada pengobatan
hari pertama: 100 mg/kg BB
diberikan secara IM/IV
kemudian dilanjutkan 100
mg/kg BB setiap 24 jam atau 50
mg/kg BB setiap 12 jam.
Pengobatan diberikan selama 7-
14 hari. Dosis maksimal 4
Universitas Indonesia

gram/hari
 Otitis media: 50 mg/kg BB IM,
maksimal 1 gram sebagai dosis
tunggal.Infeksi kulit dan
jaringan lunak: 50-75 mg/kg BB

74
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 IM/IV setiap 24 jam atau 25-


37,5 mg/kg BB setiap 12 jam.
Dosis maksimal 2 gram/hari.
Infeksi serius lain: 25-37,5
mg/kg BB IM/IV setiap 12 jam.
Dosis maksimal 2 gram/hari.
62. Ceftum 1 g  Dewasa: 1-6 g/hari dalam 2-3  5WFI  Simpan  Gunakan  Na bikarbonat,
dosis terbagi Bayi > 2 bulan dan  N5 pada suhu segera dan asetilsistein,
anak-anak : 30-100 mg/kg < 25o C, boleh amikasin,
bb/hari, dalam 2-3 dosis terbagi. lindungi disimpan amiodaron,
 Neonates dan bayi < 2 bulan : dari cahaya maksimum amfoterisin,
25-60 mg/kg bb/hari, dalam 2 dan lemari 12 jam cisatrakurium,
dosis terbagi. Besarnya dosis pendingin pada klaritromisin,
dapat disesuaikan dengan jenis ruangan dobutamin,
infeksi, derajat infeksi, usia, atau 7 hari eritromisin
berat badan, dan fungsi ginjal di dalam laktobionat,
dari penderita. lemari flukonazol,
 Pada penderita dengan pendingin. gentamisin,
gangguan fungsi ginjal, dosis midazolam,
Universitas Indonesia

dapat disesuaikan dengan cara pantoprazol, fenitoin


menurunkan dosis dan atau Na, propofol,
dengan memperpanjang interval tobramisin,
pemberian obat. vankimisin
63. Cernevit  Dewasa dan anak >15 tahun: 2-5  Air steril  Simpan  Buang  Ca glukonat, bisulfit

75
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Injeksi mL dosis tunggal melalui IM untuk pada suhu larutan bleomisin.


atau IV, sebagai dosis harian injeksi 4-25°C. yang tidak Jangan campur
dapat diberikan hingga 10 mL; Lindungi terpakai. secara langsung
 Anak dengan BB hampir 30 kg: dari Gunakan dengan emulsi lipid
dosis tunggal 0,4-1 mL cahaya segera
dan panas. larutan
Jangan yang telah
disimpan disiapkan
dalam dalam 24
freezer. jam
64. Ceradolan 1 g  0.5-2 g/ hari terbagi dalam 2- 4  Aqua pro  Simpan  Gunakan -
(cefotiam dosis. injeksi. pada suhu larutan
dihydrochlorid  Larutan kamar. rekonstitusi
e) glukosa. sesegera
 Larutan mungkin.
elektrolit. Apabila
 Larutan larutan
asam disimpan,
amino. gunakan
Universitas Indonesia

dalam
waktu 8
jam.

76
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

65. Ceremax Infus  Pengobatan, secara infuse  natrium  Larutan  Larutan  Nimodipin tidak
0,2 mg/ml 50 intravena melalui kateter sentral klorida nimodipin nimodipin boleh langsung
ml, Nimotop awalnya 1 mg/jam (sampai 500 0,9% berwarna stabil ditambahkan ke
Infus 10 mg/ml mg/jam jika berat badan kurang  glukosa kuning hingga 10 larutan infuse atau
50 ml, dari 70 kg atau jika tekanan 5% jernih. jam dicampur dengan
Nootropil Inf darah tidak stabil), tingkatkan  larutan Simpan terpapar obat-obat lain.
12 g/60 ml , setelah 2 jam menjadi 2 mg/jam ringer pada suhu cahay
Nootropil Inj asalkan tidak terjadi penurunan laktat <25°C, dan buatan atau
1g/5 ml tekanan darah hebat dan harus  larutan hindarkan cahaya
(Nimodipin) dilanjutkan paling sedikit 5 hari Ringer dari matahari
(maksimal 14 hari); jika laktat paparan langsung.
dilakukan pembedahan selama dengan langsung  Jika
pengobatan, lanjutkan paling magnesiu sinar diperlukan,
sedikit 5 hari setelah m matahari pompa
pembedahan; waktu  dekstran (sejak infuse
penggunaan maksimal 21 hari. 40 botol dapat
 HAES ® dikeluarka dilindungi
(poli [O- n dari dengan
2- kotaknya. pembungku
Universitas Indonesia

hidroksiet s yang
il]) pati buram
6% (opaque).
 5%  Larutan
albumin tidak boleh

77
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

manusia digunakan
 Darah setelah 25
 manitol jam
10% dihitung
dari setelah
botol
dibuka.
66. Cetadop 200  Larutan infus harus harus  Larutan  Simpan  Larutan  Larutan infus :
mg/5 ml, disiapkan segera sebelum sodium pada suhu infus larutan alkali (pH
Dopac Amp 40 digunakan. Pembuatan infus chlorida 25-30°C jernih, >7).
mg/ml 5 ml, dengan cara mengencerkan satu 0.9%, dan tidak  Y-sote : insulin
Dopamine atau beberapa vial injeksi ke  Larutan terlindung berwarna. regular, Na
Giulini Inj 50 dalam lartan NaCl isotonis glukosa dari Jika terjadi Tiopental.
mg/5 ml, secara tekhnik aseptik sampai 5% dalam cahaya. perubahan  Aditif : ampicillin
Dopamin Inj konsentrasi larutan 0.4-1.6 air. warna, Na.
200 mg / 10 ml mg/ml.  Larutan jangan
(Dopamin  Infus diberikan secara IV Ringer digunakan.
HCl) maksimal dalam waktu 24 jam laktat  Larutan
setelah pembuatan, dengan infuse
Universitas Indonesia

kecepatan infus 2-5 harus


mcg/kg/menit. kemudian disiapkan
kecepatan dinaikkan secara segera
bertahap sampai 5-10 sebelum
mcg/kg/menit dan jika perlu digunakan

78
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dapat dinaikkan sampai 10-50    dan 


mcg/kg/menit. jika dosis diberikan
melebihi 50 mcg/kg/menit maksimal
disarankan urin yang keluar dalam
dicek sesering mungkin. Apabila waktu 24
sesuai, volume darah sebaiknnya jam setelah
diperbaiki dulu sebelum pembuatan.
pemberian dopamin.  Larutan
infus yang
telah siap
digunakan
akan stabil
selama
periode
pemberian
infus pada
umumnya
(sekitar 24
jam),
Universitas Indonesia

kecuali
laruatn
infuse
dalam RL
(maksimal

79
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

6 jam).
67. Chirocaine  Anestesi pembedahan : epidural  NaCl  Simpan  Setelah  Larutan basa,
(Levobupivaka untuk pembedahan, 10-20 0,9% pada pengencera suntikan natrium
in ml(50-150 mg) larutan 5 atau emperatur n dalam bikarbonat.
hidroklorida) 7,5 mg/ml; bedah caesar, 15-30 e ruangan larutan
ml (75-150 mg) larutan 5 yang natrium
mg/ml intratrakeal, 3 ml (15 terkontrol klorida
mg) larutan 5 mg/ml. 20-25°C 0,9%,
 Blokade saraf perifer : 1-40 ml (68-77°F), secara
larutan 2,5-5,- mg/ml kecuali kimia dan
(maksimal 150 mg). diizinkan fisika dapat
 Infiltrasi lokal, anak (<12 dapat digunakan
tahun) 0,25-0,5 ml/kg BB disimpan selama 7
(1,25-2,5 mg/kg BB) larutan 2,5 pada suhu hari pada
mg/ml atau 5 mg/ml, Dewasa 15-30°C 20-22°C.
1-60 ml (maksimal 150 mg) (59-86°F)  Selain itu,
larutan 2,5 mg/ml. secara
kimia dan
fisik,
Universitas Indonesia

pencampur
an dengan
klonidin,
morfin atau
fentanyl

80
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dapat
digunakan
selama 40
jam pada
20-22°C.
68. Chloramex 1 g  DOSIS ANAK:  NaCl  Simpan  Hasil  Tidak dinyatakan
(kloramfenikol - Meningitis: IV. Infant: >30 hari 0,9% obat pada pencampur
) dan anak : 50-100 mg/kg/hari suhu kamar an obat
terbagi setiap 6 jam dapat
- Infeksi lain: IV. Infant: >30 hari bertahan
dan anak : 50-75 mg/kg/hari selama 30
terbagi setiap 6 jam. Dosis hari;
maksimal: 4 g/hari.  Gunakan
 DOSIS DEWASA: hanya jika
- 50-100 mg/kg/hari terbagi setiap 6 cairan
jam. Makimum dosis harian 4 masih
g/hari. jernih;
- dapat diberikan IV kurang dari 1  Cairan obat
menit dengan konsentrasi 100 yang
Universitas Indonesia

mg/mL atau IV intermittent infuse dibekukan


lebih dari 15-30 menit dengan kemungkin
konsentrasi akhir <20 mcg/mL. an akan
dapat
bertahan

81
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

selama 6
bulan.
69. Cisplatin 10  Anak-anak. Jadwal dosis  Dekstrosa  Simpan  Karena  Hindari kontak
mg, Cisplatin intermiten : 37-75 mg/m2 sekali 5% dalam vial pada bersifat dengan aluminium.
50 mg setiap 2-3 minggu atau 50-100 air. suhu 15- sitotoksik, Cisplatin bereaksi
(Sisplatin) mg/m2 selama 4-6 jam sekali  NaCl 25°C. maka harus dengan logam
setiap 21-28 hari. Dosis harian : 0,9%  Lindungi digunakan aluminium
2
15-20 mg/m /hari untuk 5 hari dari segera membentuk endapan
setiap 3-4 minggu. Sarkoma cahaya. dalam hitam platinum.
osteogenik atau neuroblastoma :  Tidak waktu 24  Cisplatin terurai
60-100 mg/m2 per hari setiap 3- boleh jam setelah dengan larutan dalam
4 minggu. Tumor otak yang disimpan preparasi. media dengan klorida
kambuh : 60 mg/m2 sekali di lemari rendah, konsentrasi
sehari per 2 hari setiap 3-4 pendingin. klorida setidaknya
minggu. Kanker sumsum tulang harus setara dengan
: infuse lanjutan : dosis tinggi 0,45% dari natrium
55 mg/m2 per 72 jam, total klorida.
dosis 165 mg/m2.  Produk ini obat tidak
 Dewasa : Kanker kandung boleh dicampur
Universitas Indonesia

kemih : 50-70 mg/m2 setiap 3-4 dengan produk obat


minggu. Kanker kepala dan lainnya.
leher : 100-120 mg/m2 setiap 3-  Antioksidan (seperti
4 minggu. “malignant pleural natrium metabisulfit),
mesothelioma in combination bikarbonat (natrium

82
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

with pemetrexed : 75 mg/m2 per bikarbonat), sulfat,


hari selama siklus 21 hari. fluorourasil dan
Kanker metastatic ovarian : 75- paclitaxel dapat
100 mg/m2 setiap 3-4 minggu. menonaktifkan
Kanker testicular : 10-20 cisplatin dalam
mg/m2/hari setiap 3-4 minggu. sistem infus.
70. Clavamox IV  Pervial clavamox IV 500 :  Aqua pro  Simpan  Gunakan  Larutan infus : NS,
1000 mg Amoksisilin trihidrat 500 mg, K injeksi. serbuk larutan D5W, RL.
(Amoksisilin + clavulanate 100 mg. pada suhu rekonstitusi  Y-site : midazolam
Asam  Pervial clavamox IV 1000 : 2-8°C. sesegera HCl.
Klavulanat) amoksisilin trihidrat 1000 mg, K mungkin,  Aditif : ci-
clavulanat 200 mg. maksimum rofloxacin,
20 menit metronidazole.
setelah
dilarutkan.
 Stabilitas
menurun
dengan
peningkata
Universitas Indonesia

n
konsentrasi
.leh karena
itum untuk
IV Infus,

83
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

gunakan
larutan
rekonstitusi
sesegera
mungkin.
 Clavamox
IV kurang
stabil
dalam
larutan
infuse yang
mengandun
g glukosa,
dekstran,
atau
bikarbonat,
namun
dapat
diinjeksika
Universitas Indonesia

n ke selang
infus dalam
waktu 3-4
menit.
71. Clinimix  Pasien dengan BB 60 – 70 kgBB  Untuk  Sediaan  Larutan  Zat tambahan

84
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

N9G15E Infus N9G15E ; Maks : 3 ml/ kg/ jam pemberia harus steril dan mungkin tidak
1 L (Amino (40 ml/ kg/ hari). n secara disimpan bebas tercampur.
acids, glucose, N9G20E : Maks : 2.5 ml/ kg/ langsung, pada suhu pirogen.
electrolytes) jam (40 ml/ kg/ hari). dapat 15°C-30°  Jangan
dicampur C dan dibekukan
dengan terlindung  Jangan
larutan dari digunakan
asam cahaya jika larutan
amino matahari tidak jernih
yang langsung. dan jika
dapat wadah
tercampur serta tutup
kan atau rusak.
regimen Jangan
infuse gunakan
yang terus
mengand menerus.
ung asam  Jangan
amino gunakan
Universitas Indonesia

utama. sebelum
dan
sesudah
transfusi
darah

85
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dengan
mengguna
kan infus
yang sama.
gunakan
segera
setelah
segel
dibuka dan
dicampur
ke duanya.
 Stabil
selama 7
hari pada
temperatur
2°C-8°C
selama 48
jam.
Jangan
Universitas Indonesia

gunakan
campuran
lebih dari
24 jam
pada

86
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

temperatur
2°C-8°C.
72. Cordarone  Infus IV : dosis biasa 5 mg/  Dekstrosa  Simpan  Pada saat  Y-site :
Amp 150 mg/3 kgBB dalam 250 ml dekstrosa 5%. pada suhu pemberian, aminophylline,
ml (Amiodaron 5% selama 20 menit sampai 2 <25°C dan perlindung ampicillin sodium-
HCl) jam; dosis dapat diulangi 2-3 x hindarkan an terhadap sulbactam sodium,
selama 24 jam dari cahaya cefazolin sodium,
 Pemeliharaan : 1-20 mg / kgBB/ cahaya. tidak ceftazidime,
24 jam (biasanya 600-800/ 24 diperlukan, digoxin, heparin
jam hingga besar dari 1200 mg/ namun sodium, imipenem-
kgBB/ 24 jam) dalam 250 ml hindarkan cilastin sodium,
dekstrose 5% setelah beberapa dari sodium bicarbonate.
hari paparan  Dalam syringe :
langsung patoprazole sodium.
sinar
matahari.
 Amiodaron
HCl 0,6
mg/ml
Universitas Indonesia

dalam
D5W stabil
selama 5
hari pada
suhu

87
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

±25°C.
 Larutan
dengan
konsentrasi
<0,6
mg/ml
dalam
D5W tidak
stabil dan
sebaiknya
tidak
digunakan.
 Data
mengenai
kompatibili
tas dengan
NS masih
belum
dapat
Universitas Indonesia

dipastikan.
Bila NS
hendak
digunakan,
maka

88
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

gunakan
konsentrasi
amiodaron
HCl 1,8-4
mg/ml
73. Cotrimoksazol  Infus intravena : 960 mg/hari  Dekstrosa  Simpan vial  Untuk -
5 ml, tiap 12 jam, dapat ditingkatkan 5% pada larutan 5
Cotrimoksazol menjadi 1,44 gram tiap 12 jam dalam air. temperatur ml/125 ml
10 ml pada infeksi berat. Anak 36 ruangan di
(Kotrimoksazo mg/kg BB /hari terbagi dalam yang dekstrosa
l DOEN III dua dosis. Pada infeksi berat terkontrol 5% dalam
kombinasi dapat ditingkatkan menjadi 54 dan tidak air,
sulfametoksaz mg/kg BB/hari. boleh di gunakan
ol 80 mg/ml, lemari selama 6
trimetoprim 16 dingin. jam setelah
mg/ml) preparasi.
 Untuk
larutan 5
ml/100 ml
Universitas Indonesia

di
dekstrosa
5% dalam
air,
gunakan

89
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

selama 4
jam setelah
preparasi.
 Untuk
larutan 5
ml/75 ml di
dekstrosa
5% dalam
air,
gunakan
selama 2
jam setelah
preparasi.
 Produk
tidak boleh
disimpan
dalam
lemari
pendingin.
Universitas Indonesia

74. Cravit IV 100  Infus IV lambat : 1 x sehari,  NaCl 0,9  Simpan  Selama  Larutan infus :
ml selama 7 sampai 14 hari %, vial yang pemberian larutan yang
(levofloxacin)  Glukosa masih larutan IV mengandung Al3+,
5%, tertutup infuse Ca2+, Cu2+, Mg2+,
 Glukosa- pada suhu tidak Zn2+

90
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

NaCl 25°C- diperlukan  Y-site :


(dengan 30°C dan perlindung Azithromycin,
tambaha terlindung am furosemide, heparin
n KCl) dari terhadap sodium,
 Ringer cahaya., cahaya. nitroglycerine,
Laktat termasuk  Bila tutup propofol.
paparan vial sudah
cahay dibuka,
matahari larutan
langsung harus
karena segera
levofloxac digunakan
in dalam
mengalam waktu 3
i peruraian jam untuk
bila mencegah
terkena kontaminas
sinar i bakteri.
ultraviolet Larutan
Universitas Indonesia

. injeksi
yang tidak
terpakai
lagi harus
dibuang.

91
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Tidak
boleh
dicampur
dengan
larutan
yang
bersifat
basa
(contohnya
Na
bikarbonat)
75. Cryptal Infus  Kandidiasis Orofaring 50 mg /  Dekstrosa  Simpan  Simpan  Produk obat ini
200 mg/100 hari selama 7 - 14 hari. 5% dalam injeksi tidak boleh
ml, Diflucan  Infeksi kandida mukosa (kecuali dalam air. wadah pada suhu dicampur dengan
Infus 2 mg/ml kandidiasis vaginalis) 50 mg /  Ringer’s kedap 5°C sampai obat lain.
100 ml hari selama 14 - 30 hari. Pada injection, udara pada 25°C (41°F
(Fluconazol) kasus berat dosis dapat lactated. suhu di sampai
ditingkatkan sampai 100 mg / bawah 77°F).
hari. 30°C.  Jangan
Universitas Indonesia

 Infeksi kandida yang lainnya membekuk


atau kandidiasis yang menyebar, an.
kandidemia 400 mg / hari,  Jangan
diikuti dengan 200 mg hari dibuka
tergantung pada respon klinis, sampai

92
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dapat ditingkatkan menjadi 400 siap


mg / hari. digunakan.
 Meningitis Cryptococcal 400
mg 1 kali / hari, diikuti dengan
200-400 mg 1 kali perhari
selama 6-8 minggu.
76. Cytarabine 100  IV :75-200 mg/m2/hari untuk 5-  “Bacterio  Simpan  Simpan  Produk obat ini
2
mg/ml 10 hari; atau 100 mg/m untuk static pada pada tidak boleh
(Sitarabin 7 hari; atau mg/m2/dosis setiap water for temperatur temperatur dicampur dengan
Adenosin) 12 jam untuk 7 hari. injection” ruangan ruangan obat lain.
yang terkontrol. terkontrol
berisi sampai 48
benzil jam.
alcohol.
77. Dacarbazin  Intraarterial : 50-499 mg/m2  Dekstrosa  Simpan vial  Karena  heparin,
200 mg untuk 5-10 hari. 5% pada suhu bersifat hidrokortison, L-
(Dakarbazin)  IV. Hodgkin’s disease, ABVD : dalam air. 2°-8°C dan sitotoksik, cysteine and natrium
375 mg/m2 hari 1 dan 15 setaip  NaCl terlindungi produk hidrogen karbonat.
2
4 minggu atau 100 mg/m /hari 0,9% dari cahaya. harus
Universitas Indonesia

untuk 5 hari.  Simpan digunakan


 Melanoma metastatik (tunggal pada segera
atau kombinasi dengan obat temperatur tidak lebih
2
lain) : 150-250 mg/m hari 1-5 dari 24 jam
setiap 3-4 minggu. pada

93
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

ruangan temperatur
yang ruangan.
terkontrol
selama 4
minggu
sampai 3
bulan.
78. Daktinomisin  Anak >6 bulan. Dosis lazim  Dekstrosa  Simpan  Karena -
0,5 g : 15 mcg/kg/hari untuk 5 5% vial pada bersifat
(Daktinomisin) hari setiap 3-6 minggu atau dalam air. temperatur sitotoksik,
400-600 mcg/m2/hari untuk  NaCl ruanganda maa harus
5 hari setiap 3-6 minggu. 0,9% n digunakan
“Wilm’s tumor”, terlindungi segera
“rhabdomyosarcoma”, dari tidak lebih
“Ewing’s sarcoma” 15 cahaya dari 24 jam
mcg/m2/hari untuk 5 hari dan pada suhu
(dalam regimen kombinasi kelembaba 4°C atau
dan terjadwal). n. pada
Osteosarkoma : 600 temperatur
Universitas Indonesia

mcg/m2/dosis hari 1,2,3 ruangan


sebagai bagian kombinasi yang
terapi. terkontrol.
 Dewasa. Dosis lazim : 15
mcg/m2/hari untuk 5 hari

94
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

setiap 3-6 minggu atau 400-


600 mcg/m2/hari untuk 5
hari setiap 3-6 minggu atau
1000 mcg/m2/hari pada hari
1 atau 12 mcg/m2/hari
untuk 5 hari (monoterapi)
atau 500 mcg/m2/hari pada
hari 1 atau 2 sebagai bagian
kombinasi kemoterapi.
Kanker testicular : 1000
mcg/m2/hari pada hari 1
sebagai bagian dari
kombinasi kemoterapi.
“Gestasional trophoblastic
neoplasm” : 12 mcg/m2/hari
untuk 5 hari (monoterapi)
atau 500 mcg/m2/hari pada
hari 1 atau 2 sebagai bagian
kombinasi kemoterapi.
“Wilm’s tumor”,
Universitas Indonesia

“rhabdomyosarcoma” ” 15
mcg/m2/hari untuk 5 hari
(dalam regimen kombinasi
dan terjadwal).

95
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Osteosarcoma : 600
mcg/m2/dosis hari 1,2,3
sebagai bagian kombinasi
terapi. Ovarian tumor : 500
mcg/m2/hari untuk 5 hari
setiap 4 minggu atau 300
mcg/m2/hari untuk 5 hari
setiap 4 minggu.
79 Darrow  Dosis sesuai kebutuhan pasien.  Tidak ada  Simpan  Larutan -
Glukosa Ana karena pada suhu yang
(DG Ana) langsung dibawah tersisa
Infus 500 ml diberikan. 25°C. dibuang
setelah
digunakan.
80. Darrow  Dosis sesuai kebutuhan pasien.  Tidak ada  Simpan  Larutan -
Glukosa Half karena pada suhu yang
Strength Infus langsung dibawah tersisa
500 ml diberikan. 25°C. dibuang
setelah
Universitas Indonesia

digunakan.
81. Daunorubicin  Anak. Total kumulatf dosis  Dekstrosa  Simpan  Karena  Injeksi natrium
Hidroklorida tidak boleh lebih dari 300 5% pada bersifat heparin dan
2
DBL 20 mg/4 mg/m pada anak > 2 tahun atau dalam air. temperatur sitotoksik, deksametason
ml 10 mg/kg pada anak < 2 tahun.  NaCl ruangan maka harus natrium fosfat.

96
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(Daunorubicin Anak <2 tahun atau BSA <0,5 0,9% yang digunakan
HCl) m2, semua kombinasi terapi : 1 terkontrol. segera
mg/kg/dosis per protocol  Terlindung sampai 24
dengan frekuensi tergantung dari cahaya. jam pada
regimen. Anak ≥2 tahun dan suhu 4°C
BSA ≥ 0,5 m2 : semua atau pada
kombinasi terapi 25 mc/ m2 temperatur
pada hari 1 setiap minggu untuk ruangan
4-6 siklus. Infus lanjutan : 30- yang
60 mg/ m2/ hari pada hari 1-3. terkontrol.
 Dewasa. Total kumulatif dosis
tidak boleh dari 500 mg/m2
tanpa resiko kardiotoksisitas
dan tidak boleh lebih dari 400
mg/m2 pada pasien yang
mendapatkan radiasi dada.
Semua kombinasi terapi : 45
mg/ m2/hari untuk 3 hari.
Dewasa <60 tahun : awalnya 45
mg/ m2/hari untuk 3 hari,
Universitas Indonesia

kemudian menyusul 45 mg/


m2/hari untuk 2 hari. Dewasa
≥60 tahun : awalnya 30
mg/m2/hari untuk 3 hari,

97
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

kemudian menyusul 30
mg/m2/hari untuk 2 hari.
82. Deferoksamin  Untuk akut. Anak ≥ 3 tahun: IM  Air steril  Simpan vial  Simpan -
mesilat 500 90 mg/kg/dosis setaip 8 jam untuk pada suhu pada
mg/ml 10 ml (maksimum 6 g/24 jam).. IV 15 injeksi. tidak lebih temperatur
(Deferoksamin mg/kg/jam (maksimum 6 g/24  Dextrose dari 25°C ruangan
mesilat) jam). Dewasa : IM, IV : 5% yang
awalnya 1000 mg yang diikuti dalam air, terkontrol
500 mg setiap 4 jam sampai 2  NaCl sampai 1
kali dosis; kemudian dosis 500 0.9%. minggu
mg diberikan setiap 4-12 jam.  Ringer’s dan
Dosis maksimum rekomendasi injection, terlindung
6 g/hari. lactated dari
 Untuk kronis. Anak ≥ 3 tahun : cahaya.
IV 15 mg/kg/jam (maksimum
12 g/24 jam). Sub Q : 20-40
mg/kg/hari selama 8-12 jam
(maksimum dosis 1000-2000
mg/hari). Dewasa : IM, IV 500-
Universitas Indonesia

1000 mg/hari. Maksimum dosis


1 g/hari tanpa tranfusi, 6 g/hari
jika pasien menerima tranfusi.
SuQ : 1-2 g setiap hari atau 20-
40 mg/kg/hari selama 8-24 jam.

98
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

83. Dexamethason  Dosis standard: 0,5-24 mg /hari  Dekstrosa  Terlindung  Dari sudut  Y-site :
e Amp 5 melalui IM atau injeksi/ nfuse 5% dalam dari pandang ciprofloxacin,
mg/ml, IV; air, cahaya mikrobiolo midazolam HCl.
Kalmethasone  Edema serebral berkaitan  NaCl dan gi, harus  Dalam syringe :
Inj 5 mg / ml, dengan malignansi: dosis awal 0.9%. simpan digunakan difenhydramine HCl,
Oradexon 5 10 mg injeksi IV diikuti 4 mg pada suhu segera, pantoprazole sodium.
mg/ml 1 ml IM tiap 6 jam selama 2-4 hari; 2-25°C. namun
(Deksametason  Meningitis: 10 mg injeksi IV Dexameth nfuse
sodium tiap 6 jam untuk 4 hari; asone yang telah
phosphate)  Intraartikular, intrasinovial atau sodium disiapkan
injeksi jaringan lunak: sendi phosphate dapat
besar 2-4 mg, sendi kecil 0,8-1 tidak tahan disimpan
mg, bursa 2-3 mg, pelapis terhadap pada suhu
tendon 0,4-1 mg, infiltrasi panas dan 2-8°C dan
jaringan lunak 2-6 mg, ganglia tidak diinfuskan
1-2 mg. Injeksi dapat diulang boleh di dalam 24
tiap 3-5 hari atau 2-3 minggu. autoklaf. jam (pada
suhu
ruang)
Universitas Indonesia

84. Dextrose 5%  Pengobatan dan pencegahan  Tidak ada  Simpan di  Jangan Alteplase,
500 mL, kekurangan cairan: kebutuhan karena bawah digunakan amoxicillin,
Dextrose 10% cairan pada umumnya sekitar 40 digunaka suhu 25°C. jika larutan caspofungin, co-
500 mL, mL/kg/24 jam, dosis tergantung n sebagai keruh. amoxiclav,
Dextrose 40%) umur, BB, dan kondisi klinis pelarut.  Simpan dantrolene,

99
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

25 mL, pasien; pada suhu daptomisin,


Dextrose 5%  Pengobatan hipoglikemia berat: ruangan enoksimon,
100 ml 50 mL glukosa 20% atau 20-50 yang ertapenem,
(Dextrose) mL glukosa 50% injeksi IV terkontrol eritromisin
lambat dan laktobionat,
terlindung furosemid,
dari hidralazin, isoniazid,
pembekuan itrakonazol, fenitoin
dan Na, urokinase
temperatur
tinggi
(40°C) atau
lebih.
85. Diamox 500  Anak. Glaukoma : IV 20-40  Dekstrosa  Simpan vial  Karena  Inkompatibel dengan
mg mg/kg/24 jam setiap 6 jam , 5% pada produk multivitamin.
(Asetazolamid tidak boleh lebih dari 1 g/hari. dalam air. temperatur tidak
Natrium) Edema: IV 5 mg/kg atau 150  Nacl ruangan mengandun
mg/m2 sekali setiap hari. 0,9%. yang g
 Dewasa. Glaukoma akut : IV terkontrol. pengawet,
Universitas Indonesia

250-500 mg. diulangi dalam 2-4 maka


jam. Maksimum 1 g/hari. digunakan
Edema : IV 250-375 mg sekali selama 24
sehari. Metabolik alkaloid : IV jam setelah
250 mg setiap 6 jam untuk 4 rekonstitus.

100
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dosis atau 500 mg dosis


tungggal. Respiratory stimulant
in COPD : IV 250 mg dua kali
sehari.
86. Diazepam  Sedasi pada pasien ICU: IV: Rekonstitusi  Simpan  Potensi  Inkompatibel di
Amp 10 mg/2 0,03-0,1 mg / kg setiap 30 menit Per pada suhu dipertahank tempat pemberian :
ml (Diazepam) sampai 6 jam manufaktur, 200-250C an sampai Amphotericin B
 Status epileptikus: IV: 5-10 mg jangan  Lindungi 3 bulan jika cholesteryl sulfate
setiap 5-10 menit diberikan mencampur dari cahaya disimpan complex, atracurium,
lebih dari 5 mg / menit (dosis produk I.V. pada suhu cefepime,
maksimum: 30 mg) dengan obat kamar dexmedetomidine,
 Sedasi atau relaksasi otot atau lain  Paling diltiazem,
ansietas :IM, IV: Anak-anak: stabil pada fluconazole,
0,04-0,3 mg / kg / dosis setiap pH 4-8; foscarnet,
2-4 jam sampai maksimum 0,6 hidrolisis gatifloxacin, heparin,
mg / kg dalam jangka waktu 8- terjadi heparin with
jam jika diperlukan pada pH < hydrocortisone
 Status epileptikus: IV: Anak- 3. sodium succinate,
anak> 30 hari dan Anak-anak: hetastarch,
Universitas Indonesia

0,1-0,3 mg / kg diberikan lebih hydromorphone,


dari 5 mg / menit; dosis dapat linezolid,
diulang setelah 5-10 menit; meropenem,
maksimum: 10 mg / dosis pancuronium,
 Untuk pemberian IV, berikan potassium chloride,

101
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

suntikan perlahan-tidak lebih  propofol,


dari 5 mg (1 ml) / menit. Injeksi vecuronium, vitamin
lambat mengurangi risiko B complex dengan C.
trombosis vena, flebitis, iritasi  Inkompatibel dalam
lokal, pembengkakan dan syringe : Doxapram,
gangguan pembuluh darah glycopyrrolate,
 Pada anak-anak, berikan heparin,
suntikan perlahan-lahan selama hydromorphone,
3 menit untuk mengurangi nalbuphine,
risiko apnea dan sufentanil
hypersomnolence. Jangan  Inkompatibel jika
gunakan di vena kecil dari dicampur :
tangan atau pergelangan tangan Bleomycin,
 Penyesuaian dosis pada buprenorphine,
gangguan hati: kurangi dosis dobutamine,
sebesar 50% pada sirosis dan doxorubicin,
hindari di penyakit hati parah / floxacillin,
akut fluorouracil,furosemi
 Hindari injeksi intra-arteri atau de
Universitas Indonesia

ekstravasasi, yang dapat


menimbulkan arteriospasm yang
dapat menyebabkan gangren.
Jangan mencampur atau
encerkan dengan larutan lainnya

102
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

atau obat-obatan
87 Dibekacin  Dosis harian 100 mg untuk  NaCl  Simpan  Dibekacin  Diuretik
Meiji 100 orang dewasa dan 1-2 mg/kg 0,9%. pada sulfat
mg/2 ml BB untuk bayi dan anak-anak  Air steril temperatur sangat
(Dibekasin diberikan secara IM dibagi 1 untuk ruangan. stabil.
sulfat) atau 2 dosis. Dosis dapat injeksi.  Ketika
disesuaikan dengan usia atau dilarutkan
keparahan infeksi. dalam
 IV Infus Drip: Dewasa: 100 mg NaCl 0,9%
sehari dibagi dalam 2 dosis atau air
selama 30-60 menit. steril untuk
injeksi
dapat
disimpan
pada 25°C
selama 7
hari.
88. Dicynone 250  Sebelum operasi 1 tab 3 x / hari, -  Simpan di -  Ethamsilate
mg / 2 ml 2 - 3 jam sebelum operasi. 1 jam dalam tidakkompatibel
Universitas Indonesia

(etamsilat) sebelum operasi 2 amp IV/IM. wadah dengan banyak


 Selama operasi IM atau IV/IM kedap senyawa
bila diperlukan atau 4 amp udara, dan termasuk sejumlah
dalam cairan infus. Darurat, lindungi antibakteri suntik.
untuk efek segera 2 amp IV dan

103
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

2 amp IM. dari


 Setelah operasi selama 4 hari cahaya.
setelah operasi, 2 amp IM/IV
pagi dan sore atau 3 tab/hari
dalam 3 dosis. Anak ½ dosis
dewasa.
 Pencegahan atau pengobatan
pendarahan kapiler darurat 2
amp 3 x / hari IM/IV.
Pencegahan dan terapi 1 tab 3 x
/ hari. Anak ½ dosis dewasa.
89. Digoxin 0,25  Pada keadaan gawat  Aqua pro  Simpan  Simpan  Tidak berlaku.
mg/ml 2 ml darurat/akut, dosis muatan injeksi pada selam 48
(Digoxin) diberikan secara infus  Dekstrosa temperatur jam pada
intravena, 250-500 mcg dalam 5% ruangan suhu 4°C
15-20 menit, diikuti dengan dalam air. yang atau selama
sisanya dalam dosis terbagi tiap  NaCl terkontrol. 24 jam
4-8 jam (tergantung dari respon 0,9%.  Terlindung pada 23°C
jantung) sampai total dosis dari
Universitas Indonesia

muatan 0,5 1 mg tercapai. cahaya.


90. Dilantin 250  Penyuntikan secara IV tidak  Sodium  Simpan  Larutan  Larutan infus : D5W,
mg/5 ml, boleh lebih dari 50 mg per chlorida sediaan injeksi RL, D5S.
Phenitoin 100 menit. 0.45% pada yang sudah  Y-site : Cefepime

104
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mg/2 ml  Batas keamanan dilantin relatif  Sodium suhu diencerkan HCl, ceftazidime,
(Fenitoin Na) kecil. chlorida kamar (Phenytoin ciprofloxacin,
 Pada pengobatan status 0.9% (≤25°C) dalam NS) diltiazem HCl,
epileptikus, pemberian secara IV dan tidak boleh heparin sodium,
lebih baik dibandingkan dengan terlindung disimpan propofol.
IM karena tidak terjadi dari di dalam  Dalam syringe :
penghambatan absorpsi. cahaya. kulkas. [pantoprazole
Larutan sodium.
injeksi  Aditif : amikasin
yang sudah sulfate, dobutamin
diencerkan HCl, insulin regular,
harus lidocaine HCl,
segera nitroglycerin.
digunakan.
91. Dipeptiven  Dosis tergantung pada  Larutan  Simpan  Simpan -
Infus 100 ml, keparahan kondisi katabolik asam pada suhu sampai 9
Dipeptiven atau kebutuhan terhadap asam amino. 20°C. hari di
Infus 50 ml amino.  Larutan lemari
(per 100 ml ;  Dosis maksimum sehari 2 g nutrisi pendingin
Universitas Indonesia

L-alanine 8,2 asam amino/kg BB/ tidak boleh parenteral atau 1 hari
g; L- berlebih dalam nutrisi pada
glutamine13,4 parenteral. temperatur
6 g)  Proporsi dari asam amino tidak ruangan
boleh lebih dari 20% dari total. yang

105
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg terkontrol.


BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g
N(2)-L-alanyl-glutamin/BB).
Sebanding dengan 100-140 ml
larutan untuk pasien dengan
berat badan 70 kg.
 Dosis maksimum harian : 2,0
ml larutan /kg BB.
92. Diphenhidrami  Dewasa dan remaja : 10-50 mg  Dextran  Disimpan -  Diatrizoate
n 10 mg/ml IM atau IV setiap 4-6 jam, bila 6% pada meglumine 52% dan
(Difenhidrami perlu. Dosis tunggal 100 mg dalam tempat diatrizoate sodium
n HCl) dapat diberikan bila perlu. dextrose, yang sejuk 8%, diatrizoate
Dosis maksimal 400 mg/hr. dextran sodium 60%,
 Usila : Mulai dengan dosis 6% haloperidol,
dewasa terkecil. Usila lebih dalam iodipamide
sensitif terhadap efek NS, meglumine,
antikolinergik. D5LR, iodipamide
 Anak-anak : 5 mg/kg/hr IM D51/4NS meglumine 52%,
atau IV, terbagi dalam 3-4 , ioxaglate
Universitas Indonesia

dosis. D51/2NS meglumine 39.3%


, D5NS, dan ioxaglate
D5W, sodium 19.6%,
D10W, pentobarbital,
emulsi thiopental.

106
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

lemak  Amobarbital,
10%, LR, amphotericin B,
1/2NS, dexamethasone
NS. sodium phosphate
with lorazepam and
metoclopramide,
iodipamide
meglumine,
phenytoin,
phenobarbital,
thiopental.
93. Diprivan 1%  Induksi IV : Anak (Sehat) 3-16  Dekstrosa  Simpan  Sediaan  Y-site : amikacin
20 ml, Recofol tahun, ASA-PS 1 atau 2 : 2,5- 5% pada suhu yang tidak sulpahte, atracurium
20mg 10 ml, 3,5 mg/kg selama 20-30 detik, dalam air. antara 2°C diencerkan besylate, calcium
Recofol 10mg digunakan dosis terendah untuk  NaCl sampai harus chloride,
/ml 20 ml anak ASA-PS 3 atau 4. 0,9%. 25°C. digunakan ciprofloxacin,
(Propofol) Dewasa (Sehat), ASA-PS 1 atau  D5S  Terlindung dalam diazepam, digoxin,
2, <55 tahun : 2-2,5 mg/kg (40 dari cahay. waktu 12 doxorubicin HCl,
mg setiap 10 detik sampai onset jam, gentamisin sulfate,
Universitas Indonesia

induksi). sedangkan netilmycin sulfate,


Lansia, Lemah, atau ASA-PS 3 sediaan verapamil HCl,
atau 4 :1-1,5 mg/kg (20 mg yang Phenytoin sodium.
setiap 10 detik samapi onset diencerkan
induksi). Jangan gunakan laju harus

107
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dosis bolus (tunggal atau digunakan


pengulangan). dalam 6
 Infus IV dosis pemeliharaan : jam.
Anak (sehat) 2 bulan-16 tahun,  Sisa
ASA-PS 1 atau 2: awalnya 200- sediaan
300 mcg/kg/menit; setelah 30 yang tidak
menit, jika tidak ada tanda digunakan
klinik anestesi, maka turunkan harus
laju infus; gunakan laju infus segera
lazim 125-150 mcg/kg/menit dibuang.
(range 125-300 mcg/kg/infus);
anak ≤5 tahun membutuhkan
laju infuse yang sama dengan
anak yang lebih tua.
Dewasa (sehat), ASA-PS 1 atau
2, <55 tahun, awalnya 100-200
mcg/kg/menit untuk 10-15
menit, turunkan 30%-50%
setiap 30 menit pertama dosis
Universitas Indonesia

pemeliharaan; laju infuse lazim


50-100 mcg/kg/menit.
Lansia, lemah, ASA-PS 3 atau
4 : 50-100 mcg/kg/menit.
 Dosis pemeliharaan infus IV

108
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

bolus : dewasa (sehat), ASA-PS


1 atau 2, <55 tahun : 25-50 mg
sesuai kebutuhan.
94. Doksisiklin  Anak <8 tahun (<45 kg) : 2-5  Dekstrosa  Simpan  Simpan  Riboflavin,
hyclate serbuk mg/kg/hari dalam 1-2 dosis 5% pada selama 72 penambahan asam
i.m/i.v 100; terbagi, tidak lebih dari 200 dalam air. temperatu jam pada misalnya garam
200 mg/vial mg/hari.  Dekstrosa r ruangan lemari barbitturat, derivatif
(Doksisiklin  Anak >8 tahun (>45 kg) dan 10% yang pendingin sulfonamida,
hidroklorida dewasa : 100-200 mg/kg/hari dalam air. terkontrol dan eritromisin
hemietanolat dalam 1-2 dosis terbagi.  Normosol . terlindung alktobionat, penisilin
hemihidrat) M dalam  Terlindun dari cahaya G Kalium, natrium
dektrosa g dari langsung. oksasilin, natrium
5% cahaya. nafsilin.
dalam air.
 Normosol
R dalam
Dekstrosa
5%
dalam air.
Universitas Indonesia

 Plasma-
Lyte 56
dalam
dekstrosa
5%.

109
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Plasma-
Lyte 148
dalam
dekstrosa
5%.
 Ringer’s
injection.
 NaCl
0,9%.
95. Doxorubicin  Anak :  Dekstrosa  Simpan  Karena  Fluorouracil dan
10 mg/5 ml, 35-75 mg/m2 /dosis setiap 21 5% pada bersifat natrium heparin.
Doxorubicin hari atau dalam air. kemasan sitotoksik,
50 mg/25 ml 20-30 mg/m2 /dosis sekali satu  NaCl asli maka
(Doksorubisin) minggu atau 0,9%. sampai digunakan
60-90 mg/m2 /dosis diberikan digunakan segera
sebagai infuse lanjutan selama  Simpan sampai 24
96 jam setiap 3-4 minggu. pada jam pada
 Dewasa :dosis lazim 60-75 lemari temperatur
mg/m2 /dosis setiap 21 hari atau dingin ruangan.
Universitas Indonesia

60 mg/m2 /dosis setiap 2 dan


minggu atau terlindung
40-60 mg/m2 /dosis setiap 3-4 dari
minggu atau cahaya.
20-30 mg/m2 /dosis untuk 2-3

110
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

hari setiap 4 minggu atau


20 mg/m2 /dosis sekali satu
minggu.
96. Dormicum 15  Injeksi inramuskular  Dekstrosa  Simpan  Secara fisik  Larutan midazolam
mg/3 ml, premedikasi sebelum operasi : 5% pada dan kimia, injeksi atau infus
Dormicum 5 dewasa 0,07-0,1 mg/kg BB. dalam air. temperatu stabil pada tidak harus
mg/5 ml Anak 0,15-0,2 mg/kg BB.  NaCl r ruangan suhu 25°C diencerkan dengan
(Midazolam  Injeksi intravena premedikasi 0,9%. terkontrol selama 24 6% b/v dekstran
hidroklorida) sebelum diagnostic/intervensi dan jam. (dengan natrium
bedah 2,5-5 mg, selanjutnya 1 terlindung klorida 0,9%) dalam
mg bila diperlukan. i dari glukosa.
 Induksi anestesi dewasa 10-15 cahaya.  Larutan midazolam
mg intravena dalam kombinasi injeksi atau infus
dengan narkotik 0,03-0,3 mg/kg tidak boleh
BB/jam. Anak 0,15-0,2 mg/kg dicampur dengan
BB intramuscular dalam larutan alkali.
kombinasi dengan ketamin.  Midazolam kan
Sedasi dalam unit perawatan membentuendapan
intensid (ICU) dosis muatan dalam larutan yang
Universitas Indonesia

(loading dose) 0,03-0,3 mg/kg mengandung


BB; dosis penunjang 0,03-0,2 hidrogen karbonat.
mg/kg BB/ jam.
97. Duvadilan 10  Prematur : IV 0,2-0,3 mg/menit  Dekstrosa  Simpan  Simpan -
mg/2 ml meningkat hingga 0,5 5% pada suhu pada

111
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dalam air. tidak lebih temperatur


 NaCl dari 25°C ruangan
0,9%. dan yang
terlindung terkontrol.
dari
cahaya.
(Isoksuprin mg/menit. Lanjutkan infus dalam air. tidak lebih temperatur
HCl) sampai 24 jam kemudian diikuti  NaCl dari 25°C ruangan
oleh IM 10 mg 3 kali sehari. 0,9%. dan yang
Gangguan peredaran darah 20 terlindung terkontrol.
mg 3-4 kali sehari atau 10 mg 3 dari
kali sehari IV/IA. cahaya.
98. Eas pfrimmer  250 mL/hari. Max laju infus: 20 - - - -
infusion Infus tetes/menit.
250 ml(per L :
asam amino
essential 18 g;
histidin 69 g)
99. Ecosol  IV: kecepatan alir yang  Tidak ada  Simpan di  Pada suhu  Larutan glukosa
Universitas Indonesia

Glucose 5%, dianjurkan 2.5 karena bawah kamar atau yang tidak
Ecosol ml/70kgBB/menit digunaka suhu 25°C ruangan, mengandung
Glucose 10% atau180ml/70kgBB/jam atau n sebagai sebaiknya elektrolit, tidak
disesuaikan dengan kondisi pelarut. pada suhu boleh diberikan
penderita. tidak lebih. bersamaan dengan

112
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Kecepatan maksimal rata-rata dari 25°C darah melalui infus


500mg/kgBB/hari selama set yang sama,
periode kurang dari 24 jam karena akan terjadi
aglomerasi.
100. Ecosol NaCl  Terapi dan pencegahan  Tidak ada  Simpan di  Harus Amiodaron,
0,9% 500 mL, kekurangan cairan: dosis karena bawah disimpan amfoterisin,
Ecosol NaCl tergantung umur, BB, dan digunaka suhu 25°C pada suhu dantrolene, diazepam
0,9% 100 ml, kondisi klinis pasien, 40 n sebagai ruangan emulsi, filgrastim,
Ecosol NaCl mL/kg/24 jam; pelarut. yang mycophenolate,
1% 500 mL,  Hiponatremia: untuk penurunan terkendali quinupristin dengan
Ecosol NaCl Na akut yang berat, dibutuhkan  Hindari dalfopristin
3% 500 mL, penggunaan NaCl 0,9% infus dari
Ecosol NaCl IV. pembekuan
0,9% 1000  Pada kasus sangat parah, dan panas
mL, Ecosol penggunaan NaCl 1,8% tinngi.
NaCl 0,9% 25 mungkin dibutuhkan
mL (NaCl)  Hipernatremia: pada kekurangan
volume yang parah, berikan
NaCl 0,9% infus IV
Universitas Indonesia

 Infus IV 2.5 ml/kgBB/jam atau


60 tetes/ 70 kgBB/ menit atau
180 ml/ 70 kgBB/ jam atau
disesuaikan dengan kondisi
penderita.

113
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

101. Ecosol Ringer  Dosis individu  Tidak ada  Simpan di  Jangan -


Laktat Infus karena bawah gunakan
500 ml (per L : digunaka suhu 25°C jika larutan
Na laktat 3,1 g; n sebagai keruh.
NaCl 6 g; KCl pelarut.  Simpan
0,3 g) pada
ruangan
dengan
suhu
terkontrol
dan
terlindung
dari
pembekuan
dan
temperatur
tinggi
(40°C atau
lebih)
Universitas Indonesia

102. Efedrin 50  3 kali sehari, 15-60 mg. Anak 3  NaCl  Simpan  Simpan  Natrium
mg/ml (Efedrin kali sehari; anak kurang dari 1 0,9%. pada pada suhu fenobarbital
hidroklorida) tahun 7,5 mg, 1-5 tahun 15 mg,  Dekstrosa temperatu 25°C atau
6-12 tahun 30 mg. 5% r. 4°C

114
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dalam air. ruangan selama 60


yang hari.
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
103. Eloxatin 50 mg  Dewasa. Pengobatan adjuvant :  Dekstrosa  Simpan  Setelah  Produk obat yang
(Oxaliplatin) 85 mg/m2 melalui intravena, 5% pada dilarutkan diencerkan tidak
diulangi setiap 2 minggu selama kemasan ke dalam boleh dicampur
12 siklus (6 bulan). asli dan dekstrosa dengan obat lain
 Pengobatan kanker kolorektal terlindung 5%, secara dalam kantong infus
metastatic : 85 mg/m2 melalui i dari fisika dan yang sama atau jalur
intravena, diulangi setiap 2 cahaya. kimia, infuse, kecuali
minggu.  Hindari stabil oxaliplatin dapat
 Dosis harus disesuaikan sebagai pembekua sampai 48 dipakai bersamaan
fungsi tolerabilitas. n. jam pada dengan asam folinat
 Oksaliplatin harus selalu suhu 2°C- melalui Y-line.
diberikan sebelum 8°C dan 24  Jangan bercampur
Universitas Indonesia

fluoropirimidin. jam pada dengan obat alkalin


 Oksaliplatin harus diberikan suhu 25°C atau larutan lain,
dalam infus intravena 2 hingga  Secara khususnya 5-
6 jam dalam 250 hingga 500 ml mikrobiolo fluorouracil, asam
larutan dekstrosa 5% untuk gi, harus folinat mengandung

115
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mendapatkan kadar lebih besar digunakan trometamol sebagai


dari 0,2 mg/ml. Pada banyak dengan eksipien dan garam
kasus, oksaliplatin sudah segera. trometamol dalam
diberikan dalam kombinasi Apabila obat lain. Obat
dengan 5-fluorourasil dalam tidak Alkalin atau larutan
infuse kontinu. Untuk digunakan tersebut akan
pengobatan yang diulangi setiap dengan berdampak negatif
2 minggu, regimen yang segera, terhadap stabilitas
mengandung 5-fluorourasil maka oxaliplatin.
dalam bolus dan dalam infus tanggung  Jangan bercampur
kontinu telah dilakukan. jawab oxaliplatin dengan
pengguna. larutan saline atau
Karena lainnya yang
bersifat mengandung ion
sitotoksik, klorida (termasuk
maka harus kalsium, kalium atau
digunakan natrium klorida).
segera  Jangan
sampai 24 menggunakan
Universitas Indonesia

jam pada peralatan injeksi


suhu 2°C- yang mengandung
8°C. aluminium.
104. Endoxan 0,5 g,  Anak. SLE : 500-750 mg/m2  Aqua pro  Produk  Sediaan -
Endoxan 1 g, setiap bulan. Maksimum dosis 1 injeksi rekonstitusi

116
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Endoxan 200 g/m2.  NaCl siklofosfa stabil


mg  Anak dan dewasa. Dosis 0,9%. mida dalam
2
(Siklofosfamid tunggal : 400-1800 mg/m (30-  Dekstrosa tidak waktu 2-3
a) 50 mg/kg) per pengobatan (1-5 5% dalam boleh jam.
hari) yang bisa diulang pada air. disimpan
interval 2-4 minggu. Dosis  D5S. pada suhu
lanjutan per hari : 60-120 >25°C.
mg/m2 (1-2,5 mg/kg) per hari.
105. Epinephrine  Serangan jantung: 0,5-1 g IV  NaCl  Lindungi  Lindungi Larutan alkali,
0.1% 1 ml tiap 5 menit jika dibutuhkan; 0,9%, dari dari cahaya misalnya Na
(Epinefrin HCl  Asma: 0,2-1 mL larutan IM  Dextrose cahaya, dan udara. bikarbonat
= Adrenalin diulang tiap 4 jam, 0,1-0,25 mg 5% dalam panas  Sediaan
bitartrat) injeksi IV lambat air ektrem, yang sudah
dan mengalami
pembekua perubahan
n. warna
 Simpan di tidak boleh
tempat lagi
sejuk digunakan
Universitas Indonesia

106. Etoposide 20  Anak. IV : 60-120 mg/m2/hari  Dekstrose  Dapat  Karena  Plastik ABS.
mg/ml 5 ml untuk 3-5 hari setiap 3-6 5% dalam disimpan bersifat
(Etoposid) minggu. air sampai 6 sitotoksik,
AML : pengurangan induksi  NaCl bulan maka harus
150 mg/m2/hari untuk 2-3 hari 0.9% pada digunakan

117
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

setiap 2-3 siklus. Intensifikasi  Ringer’s suhu segera


atau konsolidasi : 250 injection, 30°C selama 24
2
mg/m /hari untuk 3 hari. lactated. jam pada
Tumor otak : 150 mg/m2/hari temperatur
pada hari 2 dan 3. ruangan.
Neuroblastoma 100
mg/m2/hari selama 1 jam pada
siklus 1-5.
BMT yang digunakan pasien
dengan rhabdomyosarcoma atau
neuroblastoma infuse IV
2
lanjutan 160 mg/m /hari untuk
4 hari. Regimen dosis untuk
BMT : 60 mg/m2/dosis sebagai
dosis tunggal.
 Dewasa. Kanker paru-paru
(kombinasi dengan obat
kemoterapi lain) : IV 35
mg/m2/hari untuk 4 hari atau 50
mg/m2/hari untuk 5 hari setiap
Universitas Indonesia

3-4 minggu.
Kanker testikular (kombinasi
dengan obat kemoterapi lain) :
IV 100 mg/m2 setiap hari untuk

118
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

3 dosis yang diulangi setiap 3-4


minggu.
BMT/leukemia kambuh : IV
2,4-3,5 g/m2 atau 25-70 mg/kg
selama 4-36 jam.
107. Extrace 100  Profilaksi, 25-75 mg tiap hari;  Dekstrosa  Untuk  Simpan  Y-site : etomidate,
mg/ml 2 ml, terapetik tidak kurang dari 250 5% dalam menghind pada suhu thiopental sodium.
Vitamin C mg tiap hari dalam dosis air ari 23°C  Dalam syringe :
(Asam terbagi.  NaCl tekanan selama 24 cefazolin sodium.
Askorbat) 0.9% dalam jam.  Aditif :
 Dekstrosa ampul  Sedikit aminophylline,
5% dalam yang perubahan bleomycin sulfate,
NaCl berlebiha warna pada sodium bicarbonate.
0.9%. n, ampul sediaan
 Ringer’s vitamin C tidak
lactat harus mempengar
 Dekstrosa disimpan uhi efek
10% dalam terapetik
dalam air. kulkas vitamin C.
Universitas Indonesia

bersuhu
25°C dan
tidak
boleh
dibiarka

119
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

n pada
suhu
kamar
sebelum
digunakan
. Oleh
karena
itu,
setelah
penyimpa
nan yang
lama,
ampul
harus
dibuka
secara
berhati-
hati.
108. Farmabes 5  Injeksi IV : Dewasa  Dekstrosa  Simpan  Setelah  Y-site : diazepam,
Universitas Indonesia

mg/ml 5 ml supraventrikular takiaritmia 10 5% dalam pada suhu rekonstitus furosemida,


(Diltiazem mg IV lambat selama 3 menit. air <30°C i, larutan phenytoin sodium.
HCl) Manajemen peningkatan  NaCl jernih,
tekanan darah normal selama 0.9%. tidak
berwarna

120
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 operasi 10 mg IV lambat selama (hindarkan  Jangan


1 menit, diikuti dengan infus IV suhu beku) digunakan
pada tingkat 5 - 15 mcg / menit / dan bila terjadi
kgBB. Hipertensi darurat IV terlindung perubahan
drip infus dosis 5 - 15 mcg / dari warna atau
menit / kgBB. Setelah tekanan cahaya. terdapat
darah menurun ke tingkat endapan
sasaran, dosis infus disesuaikan setelah
dengan level seperti indikasi dilarutkan
pemantauan tekanan daerah sampai
yang diinginkan. konsentrasi
1 mg/ml,
diltiazem
HCl
tercampur
secara fisik
dan stabil
secara kimia
pada larutan
Universitas Indonesia

infus (N5,
D5W,
D5½S)
selama

121
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

24 jam
dalam
container
yang
terbuat dari
PVC atau
gelas, pada
suhu kamar
atau pada
penyimpan
an dalam
kulkas
(refrigerato
r).
109. Farmadol Infus  Vial Dewasa & remaja dengan -  Lindungi  Simpan Tidak tercampur
10 mg/ml 100 BB 50 kg diberikan 100 mL dari pada dengan produk medis
ml (Farmadol) infus IV selama 15 menit cahaya. ruangan lainnya.
sampai 4 kali sehari. Max Dosis dengan
harian 4 g.Dewasa & remaja suhu di
Universitas Indonesia

<50 kg, childn dengan BB > 33 bawah


kg berat badan (kira-kira 11 thn) 30°C, dan
1,5 mL / kg BB sampai 4 kali hindari dari
sehari. Max Dosis harian 60 mg pembekuan
/ kgBB atau 3 g. Dosis harus .

122
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

diberikan setidaknya dengan


interval 4 jam.

110. Fenavel 75  Injeksi intramuskular dalam ke  NS  Simpan  Produk -


mg/3 ml, dalam otot panggul, untuk nyeri  D5W pada suhu harus
Voltaren 75 pasca bedah dan kambuhan <30°C, dibuat
mg/3 ml akutnya, 75 mg sekali sehari terlindung segar dan
(Natrium (pada kasus berat dua kali dari panas digunakan
diklofenak) sehari) untuk pemakaian dan segera.
maksimum 2 hari. cahaya.  Setelah
 Kolik ureter, 75 mg kemudian pencampur
untuk 75 mg lagi untuk 30 an, larutan
menit berikutnya bila perlu. tidak boleh
disimpan.
 Produk
tidak boleh
digunakan
apabila
membentuk
Universitas Indonesia

kristal atau
endapan,
111. Fentanyl 0,05  Sedasi untuk prosedur minor /  Dekstrose  Formula  Lindungi  Inkompatibel dalam
mg / ml 2 ml analgesia: Dewasa: IV: 25-50 5% dalam injeksi ; dari syringe :
(Fentanil) mcg; dapat diulang setiap 3-5 aqua simpan cahaya, Pentobarbital

123
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

menit untuk efek yang  NaCl pada simpan  Inkompatibel jika di


diinginkan atau efek samping 0,9% temperatur pada suhu campur :
 Maksimal dosis 500 mcg/4 jam ; e kamar 15°C dan Fluorouracil,
dosis yang lebih tinggi  Lindungi 30°C methohexital,
digunakan untuk prosedur utama dari  Shell life 3 pentobarbital,
 Pemberian I.V. sebagai infus cahaya years thiopental
lambat selama 1-2 menit sediaan
 Juga dapat diberikan sebagai harus
infus kontinyu atau PCA digunakan
(unlabeled use) rute 24 jam
 IV: kekakuan otot dapat terjadi setelah
dengan pemberian cepat IV penyiapan
112. Fepiram 3 g/15  Amp Dewasa : 1 g 3 kali sehari -  Simpan  Residu  Tidak diketahui.
ml, Neurotam IV / IM. pada suhu harus
3 g/15 ml,  Infusion pada kasus Parah : 15°C- dibuang.
Piracetam Inj 3 infus terus-menerus hingga 12 g 25°C.
g/15 ml setiap hari.
(Piracetam)
Universitas Indonesia

113. Fima Hes 200  0.5-1 mL SC.  Tidak ada  Simpan  Harus  fosfat anorganik,
Infus 500 ml pada suhu digunakan hidrogen karbonat
(perL : HES kamar (25 dengan atau oksalat
200.000/0,5 60 segera
g; NaCl 6,9 g; setelah

124
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

KCl 0,3 g; 30°C), dibuka


CaCl 0,22 g; hindarkan kemasanny
Lar Na Laktat dari a.
4,48 g) cahaya  Apabila
tersisa
harus
dibuang.
114. 5-fluorouracil  Dewasa. IV Bolus : 500-600  Dekstrosa  Simpan  Sediaan  Y-site : filgrastim,
ebewe 0,5 g/10 mg/m2 setiap 3-4 minggu atau 5% pada injeksi ondansetron HCl.
ml (5- 425 mg/m2 pada hari 1-5 setiap dalam air. temperatu normalnya  Dalam syringe :
fluorouracil) 4 minggu.  NaCl r ruangan tidak epirubicin HCl.
 Infus IV lanjutan : 1000 0,9%. terkontrol berwarna  Aditif : carboplatin,
mg/m2/hari untuk 4-5 hari  Asam . hingga cytarabin, diazepam,
setiap 3-4 minggu atau 2300- amino  Terlindun berwarna doxorubicin HCl,
2600 mg/m2 per hari setiap 1 4,25%. gi dari kuning epirubicin HCl,
minggu atau 300-400 mg/m2/  Dekstrosa cahaya. pucat. fentanyl citrate,
hari atau 225 mg/m2 untuk 5-8 5%.  Hindari Larutan leucovorin calcium.
minggu (dengan terapi radiasi).  Dekstrosa dari berwarna
5% pembekua kuning
Universitas Indonesia

dalam n. muda tidak


ringer’s mempengar
injection, uhi
lactated. efektivitas
 Dekstrosa dan

125
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

3,3% keamanan
dalam sediaan.
NaCl Larutan
0,3%. kuning tua
 Plasmalyt menunjukk
e 3G5. an sediaan
mengalami
dekomposi
si dan
harus
dibuang.
 Sediaan
harus
disimpan
pada suhu
kamar,
terlindung
dari cahaya
dan
Universitas Indonesia

terhindar
dari suhu
beku.
115. Fosmicin 1 g,  Dosis lazim untuk penggunaan  D5W  Simpan  Sediaan -
Fosmicin Inj 2 IV: 2-4 g untuk dewasa dan 100-  Aqua pro pada yang telah

126
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

g (Fosfomisin  200 mg/kg untuk anak-anak, injeksi. suhu  direkonstit


Na) diberikan melalui infus drip  NaCl kamar. usi dalam
dalam 2 dosis terbagi 0,9%. NS atau
 Pembedahan abdominal akut D5W stabil
dan elektif: 8 g dosis tunggal selama 24
infus IV 0,5-1 jam sebelum jam pada
operasi suhu
 Gangguan ginjal: jangan berikan kamar.
jika Cl Cr < 20 mL/menit,
interval dosis harus selama 16
jam dengan kecepatan 20-40
mL/menit
116. Fraxiparine  Profilaksis gangguan  Tidak ada  Shelf life 3  Buang  Antikoagulan oral,
prefilled tromboemboli: General operasi karena tahun. bagian aspirin, non steroid-
syringe 0,4 ml, 2.850 anti-XA IU (0,3 mL) langsung  Simpan di yang tidak non inflamatori,
Fraxiparine setiap hari. SC injeksi harus diberikan bawah terpakai antiplatelet,
prefilled diberikan 2-4 jam sebelum secara 25°C, tetapi setiap kortikosteroid dan
syringe 0,6 ml operasi. Ortopedi operasi 38 subkutan tidak menyuntik. dektstran.
(Nadropin Ca) anti-XA IU/kg & meningkat (SC). membeku.  Jangan
Universitas Indonesia

50% pada hari ke 4 pasca  Jangan dicampur


operasi. Dosis awal harus mendingink dengan
diberikan 12 jam pra operasi & an sebagai larutan
12 jam pasca operasi. suntikan lainnya.
Pengobatan kuratif dari “deep  Harus

127
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

vein thrombosis” dosis per dingin digunakan


injeksi adalah 86 anti-Xa/kg karena segera dan
diberikan 12 jam terpisah. mungkin dalam
Pengobatan angina tidak stabil menyakitka keadaan
& non-Q wave MI selama 2 n. segar.
hari SC injeksi 12 jam/hari.  Jangan
Dosis per injeksi adalah 86 anti- gunakan
Xa/kg dalam kombinasi dengan setelah
aspirin hingga 325 mg aspirin tanggal
setiap hari. Dosis awal kadaluwars
diberikan sebagai bolus IV & a
dosis berikutnya diberikan oleh ditampilkan
SC injeksi. pada
 Pencegahan pembekuan darah karton.
selama hemodialisis diberikan
sebagai dosis tunggal ke jalur
arteri pada awal setiap sesi.
Untuk pasien tanpa peningkatan
risiko perdarahan dosis awal
Universitas Indonesia

yang disarankan sesuai dengan


berat badan & biasanya cukup
untuk sesi 4 jam. Pasien tubuh
berat <50 kg 2.850 anti-Xa (0.3
mL), 50-69 kg 3.000 anti-Xa

128
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(0.4 mL) & ≥ 70 kg 5.700 anti-


Xa (0,6 mL).
117. Furosemid 20  Dewasa: IV: 20-40 mg / dosis,  NaCl  Simpan  Larutan  Y-ste : azithromycin,
mg/2 ml, Lasix dapat diulang dalam 1-2 jam 0,9% pada suhu yang chlorpromazin HCl,
Inj 20 mg/2 ml sesuai kebutuhan dan meningkat  Dekstrose kamar dan dibuat ciprofloxacin,
(Furosemid sebesar 20 mg / dosis sampai 5% dalam terlindung harus fluconazole,
Na) efek yang diinginkan telah aqua dari digunakan vincristine sulfate,
dicapai  Manitol cahaya. dengan vinblastine sulfate.
 Interval dosis biasa: 6-12 jam; 20%  Sebaiknya segera.  Dalam syringe :
untuk edema paru akut, dosis  Lebih tidak  Jangan Doxorubicin HCl,
biasa adalah 40 mg IV selama 1- disukai disimpan gunakan metoklopramide HCl,
2 menit. Jika tidak memadai, dgn di dalam jika warna pantoprazole sodium,
dosis dapat ditingngkatkan Ringer lemari larutan vincristine sulfate.
sampai 80 mg Laktat pendingin sudah  Aditif :
 Catatan: ACC / AHA 2005 karena kuning. chlorpromazine HCl,
pedoman untuk gagal jantung dapat diazepam, dobutamin
kongestif kronis menyebab HCl, metoclopramide
merekomendasikan dosis kan HCl.
tunggal maksimal 160-200 mg terbentukn
Universitas Indonesia

 Gagal Jantung refraktori: oral, ya kristal.


IV: Dosis hingga 8 g / hari  Paparan
 Lansia: oral, IM, IV: awal: 20
mg / hari; perlahan ditingkatkan
untuk respon yang diinginkan

129
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Injeksi I.V. harus diberikan cahaya


perlahan-lahan dapat
 maksimum tingkat pemberian menyebab
untuk IVPB atau infuse kan
kontinyu: 4 mg / menit. perubahan
warna.
118. Gammaraas  Terapi substitusi  Dekstrosa  Simpan di  Simpan  Tidak boleh
2,5 g/50 ml immunodefisiensi primer & 5% lemari selama 24 ditambahkan atau
[Plasma sekunder 2-8 mL (100-400 dalam air. pendingin jam di dicampur dengan
Immune mg)/kg berat badan pada  Dekstrosa pada suhu lemari larutan infus obat
Globulin IV interval bulan. Dapat 15% 2-8°C. pendingin lain untuk
(human) 5%] ditingkatkan hingga 16 mL (800 dalam air.  Hindari dari dan menghindari
mg)/kg berat badan atau lebih  Dekstrosa pembekuan. disipakan pengendapan protein
sering. Imunosupresi pasien 5%  Larutan secara atau denaturasi.
transplantasi digunakan dalam yang beku teknik
sebelum & setelah operasi. NaCl tidak boleh aseptik di
Awalnya 10 mL (500 mg)/kg 0,225%. digunakan. laminar air
berat badan/bulan. ITP 8 mL flow
(400 mg)/kg berat badan selama (LAF).
Universitas Indonesia

5 hari berturut-turut atau 20 mL


(1.000 mg)/kg berat badan
selama 2 hari berturut-turut.
Sindrom Kawasaki 20-40 mL
(1-2 g)/kg berat badan sebagai

130
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dosis tunggal dalam kombinasi


dengan aspirin.
119. Gansiklovir  CMV renitis : anak >3 tahun  Dekstrosa  Simpan vial  Selama 12  Inkompatibel
500 mg dan dewasa : Infus IV lambat 5% pada jam pada dengan paraben.
(Gansiklovir (dosis tergantung berat badan) : dalam air. temperatur temperatur Rekonstitusi dengan
natrium) Terapi awal : 5 mg/kh/dosis  NaCl ruangan ruangan. “bacteriostatic water
setiap 12 jam untuk 14-21 hari 0,9% yang for injectin” yang
diikuti terapi pemeliharaan 5 terkontrol. berisi paraben dapat
mg/kg/hari sebagai dosis  Hindari membentuk
tunggal per dosis harian untuk 7 temperatur endapan.
hari/minggu atau 6 mg/kg/hari diatas 40°C.
untuk 5 hari/minggu.
120. Gelofusine  Dosis, kecepatan infus, dan lama  NaCl  Simpan  Produk  Ketidakcampuran
Infus 10% 500 pemberian tergantung pada 0,9%. pada 25°C sebaiknya dapat terjadi pada
ml, Tetraspan kebutuhan tiap individu dan (77°F), tidak pencampuran dengan
Infus 6% 500 disesuaikan dengan kondisi hindari digunakan obat lain.
ml beberapa parameter. (misalnya panas yang jika larutan
(Hydroxyethyl tekanan darah) berlebihan, tidak
starch)  Untuk pertama kali infus 20-30 tidak jernih,
Universitas Indonesia

ml secara perlahan kepada membeku. wadah atau


pasien dengan pengawasan. Jangan kemasan
gunakan rusak.
jika

131
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

membentu
k endapan
kristal atau
keruh
cokelat
tua.
121. Gentamycin 80  IM, IV :Konvensional: 1-2,5 mg  NS  Sediaan  Dalam NS  Dalam syringe :
mg/2 mL / kg / dosis setiap 8-12 jam,  D5W dengan dan D5W, ampicillin sodium,
(Gentamisin untuk memastikan konsentrasi  D10W konsentras larutan cloxacillin sodium,
sulfat) puncak yang cukup di awal i 10 mg/ml gentamicin heparin sodium,
terapi, dosis awal yang lebih disimpan stabil pantoprazole
tinggi dapat dipertimbangkan pada suhu selama 24 sodium.
pada pasien tertentu jika cairan 20-25°C. jam pada  Aditif : ampicillin
ekstraseluler meningkat (edema,  Sediaan suhu kamar sodium, cefepime
syok septik, pascaoperasi, atau dengan (25°C). HCl, ceftazidime,
trauma) konsentras cloxacillin sodium,
 Sekali sehari: 4-7 mg / kg / dosis i 40 mg/ml heparin sodium.
sekali sehari, beberapa dokter disimpan  Y-site :
merekomendasikan cara ini azithromycin,
Universitas Indonesia

untuk semua pasien dengan furosemida, heparin


fungsi ginjal normal sodium, hetastarch,
 Intrathecal: 4-8 mg/hari
 Dosis standard: 3-5 mg/kg
injeksi/infus IV tiap 6-8 jam;

132
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 endokarditis: 1 mg/kg tiap 8 pada suhu propofol.


jam; dosis gangguan ginjal: Cl 15-30°C
Cr >70 mL/menit berikan 80 mg
tiap 8 jam, Cl Cr >30-70
mL/menit berikan 80 mg tiap 12
jam, Cl Cr 10-30 mL/menit
berikan 80 mg tiap 24 jam, Cl
Cr <10 mL/menit berikan 80 mg
tiap 48 jam dan monitor
kadarnya
 Pemberian rute IM jika
memungkinkan : Absorpsi
lambat dan konsentrasi puncak
lebih rendah, mungkin karena
sirkulasi yang buruk pada otot
atrofi, dapat terjadi setelah
injeksi IM; pada pasien lumpuh,
disarankan rute IV
121. Glyceryl  Dewasa dan lansia tergantung  Dekstrosa  Sebelum  Setelah  Gliseril trinitrat
Universitas Indonesia

Trinitate DBL kondisi klinis : 5% pengguna pengencera tidak kompatibel


50 mg/10 ml 5 Gagal jantung kongestif tidak dalam air an: n baik dengan polivinil
ml (Glyceryl responsif, infark miokard akut
Trinitrat) dan gagal jantung sisi kiri .
Kisaran dosis normal adalah

133
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

10-100 mikrogram/menit  NaCl  Jangan  natrium klorida (PVC).


diberikan sebagai infus 0,9% simpan di klorida  Poliuretan juga
intravena kontinu dengan atas 25°C. 0,9% menginduksi
pemantauan tekanan darah dan Simpan maupun hilangnya bahan
denyut jantung. Infus harus wadah dekstrosa aktif.
dimulai pada tingkat yang lebih dalam 5% dalam  Tidak boleh ada
rendah lalu ditingkatkan hati- karton wadah obat lain yang
hati sampai respon klinis yang luar. kaca, diicampur dengan
diinginkan tercapai.  Ampul stabilitas produk ini obat.
Pengukuran hemodinamik trinitrat dalam
lainnya sangat penting dalam gliseril penggunaa
respon pemantauan terhadap harus n kimia dan
obat termasuk tekanan kapiler digunakan fisik
pulmoner, “cardiac output” dan segera selama 7
elektrokardiogram prekordial. dan setiap hari pada
Angina pektoris. Kecepatan yang kedua 18°C
infus awal 10-15 mikrogram/ tersisa dan 4°C.
menit dianjurkan, dapat atau tidak  Setelah
ditingkatkan secara hati-hati digunakan dilarutkan
Universitas Indonesia

dengan penambahan sebesar 5- harus dengan


10 mikrogram sampai respon dibuang. dekstrosa
klinis yang diinginkan tercapai 5% di
polikarbon
at atau

134
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Gunakan dalam operasi. jarum


Kecepatan infus awal 25 suntik
mikrogram/menit, ini harus polipropile
ditingkatkan secara bertahap n pada
sampai sistolik tekanan arteri konsentrasi
yang diinginkan tercapai . Dosis 1 mg atau 4
umum adalah 25-200 mg per ml,
mikrogram/menit . stabilitas
Anak-anak. Tidak dianjurkan penggunaa
untuk digunakan pada anak- n cahaya,
anak . kimia dan
fisik
selama 72
jam pada
suhu
kamar.
 Namun,
dari sudut
pandang
Universitas Indonesia

mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera. Jika

135
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

tidak
segera
digunakan,
di-gunakan
waktu dan
kondisi
penyimpan
an sebelum
digunakan
adalah
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
tidak akan
lebih dari
24 jam
pada 2-8 °
Universitas Indonesia

C, kecuali
pelarutan
telah
terjadi
dalam

136
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Kondisi
septik
terkendali
dan
divalidasi.
Jangan
gunakan
jika larutan
berubah
warna.
122. Granon 1 mg  Anak ≥2 tahun dan dewasa  Dekstrosa  Larutan  Larutan -
(Granisetron (Profilaksis kemoterapi). 5% jernihm rekonstitusi
hidroklorida) Selama kemoterapi : 10 dalam air. tidak harus
mcg/kg/dosis (maksimum  NaCl berwarna segera
1mg/dosis) diberikan 30 menit 0,9%. atau agak digunakan.
untuk kemoterapi. Untuk  D5S. berwarna  Larutan
beberapa obat (seperti seperti rekonstitusi
karboplatin, siklofosfamida) jerami. stabil
dengan aksi emesis tidak terlalu  Simpan selama
Universitas Indonesia

lama, 10 mcg/kg setiap 12 jam, pada suhu minimum


jika dibutuhkan. Setelah kamar dan 24 jam bila
kemoterapi 40 mcg/kg/dosis (3 terlindung disimpan
mg/dosis). Maksimum 9 mg/24 dari pada suhu
jam. kamar

137
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

cahaya.
dengan
kondisi
penerangan
normal dan
terlindung
dari
paparan
langsung
cahaya
matahari.
Setelah itu,
larutan
tidak boleh
digunakan
lagi.
123. Haemaccel  Infus intravena, dosis awal 500-  Tidak ada  Simpan  Setelah  Glikosida jantung
colloidal infus 1000 ml dari larutan 3,5-4%. karena pada suhu botol
3,5% 500 ml langsung antara 2°C infuse
(poligelin) diberikan dan 25°C. dibuka, sisa
Universitas Indonesia

secara  Jika yang tidak


dosis disimpan digunakan
tunggal di atas langsung
dan 25°C, dibuang.
diberikan  Harus

138
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

secara IV maka digunakan


infuse. tanggal dalam
kadaluwar keadaan
sa segar dan
dikurangi segera.
dua tahun.
124. Haldol  Anak 6-12 tahun :  D5W  Simpan  Apabila  Y-site : Cefepime
Decanoat 50 sedasi/psikotik disorder IM  NS pada suhu terjadi HCl, fluconazole,
mg/ml 1 ml, (Sebagai laktat) : 1-3 mg/dosis 15°C- pengendap heparin sodium,
Serenace 5 setiap 4-8 jam sampai 30°C dan an piperacillin sodium-
mg/ml 1 ml maksimum 0,15 mg/kg/hari. terlindung sebaiknya tazobactam sodium.
(Haloperidol  Dewasa. Psikosis IM (sebagai dari dibuang.  Dalam syringe :
laktat) laktat) 2-5 mg setiap 4-8 jam cahaya.  Apabila Difenhidramin HCl,
sesuai kebutuhan. Delirium di  Periksa tersisa dari heparin sodium,
ICU IV 2-10 mg, dapat diulang larutan preparasi, ketorolac
dosis bolus setiap 20-30 menit injeksi maka tromethamine.
sampai respon klinis yang secara sebaiknya
diinginkan tercapai lalu visual dibuang.
diberikan 25% dosis maksimum sebelum
Universitas Indonesia

setiap 6 jam, monitor ECG dan diberikan


QTc Interval; IV Intermiten untuk
0,003-0,15 mg/kg setiap 30
menit sampai 6 jam. Infus IV
lanjutan 100 mg/100 ml D5W,

139
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

laju infuse 3-25 mg/jam. mendetek


si adanya
partikel
dan
perubahan
warna.
125. Hepa-Merz 5  Pasien dapat diberikan sampai  Dekstrosa  Simpan  Hindari -
g/10 ml, Livola dengan 4 ampul per hari. 5% pada penyimpan
500 mg/10 ml,  Pada pra-koma atau koma, temperatur an pada
SNMC [L- sampai dengan 8 ampul dapat e ruangan suhu di
Ornitin L- diberikan dalam 24 jam, yang bawah
Aspartat(LOL tergantung pada keparahan terkontrol. 25°C
A)] kondisi  Masa aktif
 Pada ampul ditambahkan ke hingga 3
cairan infus sebelum digunakan. tahun.
Laju infus maksimum adalah 5
g L-ornhitine-L-aspartate
(sesuai dengan isi 1 ampul) per
jam.
Universitas Indonesia

126. Hicort 100  Injeksi intramuskular atau  Dekstrosa  Simpan  Setelah  Dacarbazin
mg/ml, injeksi intravena lambat atau 5% pada suhu rekonstitusi  Dimenhidrinat.
Hydrocortison infuse 100-500 mg, 3 kali dosis dalam air. 20°C , larutan  Kanamisisn sulfat.
e Inj 100 terbagi dalam 24 jam atau NaCl stabil pada  Promazin
0,9%.

140
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mg/vial sesuai kebutuhan; anak dengan  Dekstrosa sampai temperatur hidroklorida.


(Hidrokortison injeksi intravena sampai dengan 5% 25°C ruangan  Prometazin
Natrium umur 1 tahun 25 mg, umur 1-5 dalam yang hidroklorida.
Suksinat) tahun 50 mg, umur 6-12 tahun NaCl terkontrol  Vankomisin
100 mg. 0,9%. dan hidroklorida.
terlindungi  Vitamin B kompleks
dari dengan vitamin C.
cahaya.
 Larutan
digunakan
jika bebas
dari
mikroorgan
isme.
 Larutan
yang tidak
terpakai
dibuang
setelah 3
Universitas Indonesia

hari.
127. Humalog  Dosis awal 0.5-1 U / kgBB / hari  Amino  Insulin  Simpan  Larutan Insulin dapt
cartridge 100 dalam dosis terbagi acids lispro pada suhu hilang efektifitasnya
IU/ml 10 ml  Atau direkomendasikan juga 4.25%, harus 2°C dan bila dicampur dengan
[Insulin ultra- dengan dosis 0.2-0.4 units/ dekstrose disimpan. 8°C; zinc and isophane

141
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

rapid-acting kgBB/ hari untuk mencegah 25% dalam jangan insulin.


(kerja sangat terjadinya hipoglikemia  NaCl pendingin dibekukan;
cepat)]  Biasanya diberikan 2x dosis per 0.9% dan hindari
harinya. dilindungi pemanasan
dari dan cahaya
pembekua  Setelah
n. digunakan
vial bisa
disimpan
hingga 31
hari jika di
simpan di
refrigerator
dengan
suhu 2°C
dan 8°C
128. Humalog mix  Dengan injeksi subkutan, 15  Tidak ada  Sebelum  Menjaga  Dengan tidak
25 cartridge menit sebelum dan sesudah karena pengguna cartridge adanya studi
100IU/ml 3 ml makan, sesuai kebutuhan. langsung an, digunakan kompatibilitas,
Universitas Indonesia

(Insulin diberikan simpan pada suhu produk obat tidak


analog, secara Humalog kamar boleh dicampur
campuran : subkutan Mix25 di (15°- 30°C) dengan obat lain.
Lispro (SC). kulkas. dan
protamine susp  Jangan membuang

142
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

75% Lispro membeku setelah 28


25%) kan. hari.
Jangan
menaruhny
a dekat
panas atau
di bawah
sinar
matahari.
 Jangan
menyimpan
pena atau
cartridge
yang
digunakan
di lemari
es.
 Pena
dengan
Universitas Indonesia

cartridge
tidak harus
disimpan
dengan
jarum

143
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

terpasang.
 Jauhkan
dari
jangkauan
dan
penglihatan
anak-anak.
 Jangan
gunakan
Humalog
Mix25
setelah
tanggal
kadaluwars
a yang
tercantum
pada label
dan karton.
 Jangan
Universitas Indonesia

gunakan
Humalog
Mix25, jika
terdapat
gumpalan

144
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

materi atau
jika
partikel
putih
menempel
pada
bawah atau
dinding
cartridge.
 Periksa
setiap kali
Anda
menyuntik
kan sendiri.
Obat tidak
boleh
dibuang
melalui air
limbah atau
Universitas Indonesia

sampah
rumah
tangga.
Tanyakan
apoteker

145
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Anda
bagaimana
membuang
obat-obatan
tidak lagi
diperlukan.
Langkah-
langkah ini
akan
membantu
untuk
melindungi
lingkungan
129. Human tetanus  Profilaksis tetanus 250 IU IM.  Tidak ada  Human  Produk ini  Produk obat ini
immunoglobuli Dosis harus dua kali lipat dalam karena Tetanus harus tidak boleh
n Inj 500 kasus luka dengan kerusakan langsung Immunogl dibawa ke dicampur dengan
IU(Human jaringan atau luka yang diberikan obulin kamar atau obat lain.
tetanus terinfeksi atau cedera yang secara harus suhu tubuh
immunoglobuli terjadi lebih dari 24 jam atau subkutan disimpan sebelum
Universitas Indonesia

n) pada orang dewasa dengan (SC). dalam digunakan.


berat lebih dari rata-rata. Terapi wadah  Jangan
klinis tetanus tunggal dosis asli pada gunakan
3,000-6,000 IU IM dalam 2°C-8°C larutan
kombinasi dengan prosedur sampai 2 yang

146
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

klinis lainnya yang sesuai. tahun. mengandun


 Penyimpa g
nan partikulat.
hingga  Setiap
satu produk
minggu yang
pada suhu digunakan
kamar atau bahan
(25°C) limbah
dalam harus
wadah dibuang
asli. sesuai
 Jangan dengan
dibekukan kebutuhan
. lokal
 Simpan
dalam
botol
aslinya.
Universitas Indonesia

Menyimp
an botol
dalam
karton
luar untuk

147
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

melindun
gi dari
cahaya.
130. Humulin R  Dosis tergantung individu  Amino  Insulin  Simpan  Larutan Insulin dapt
100 IU dan  Durasi kerja 4-12 jam acids reguler pada suhu hilang efektifitasnya
Cart 3 ml 4.25% harus 2 dan 8 C; bila dicampur dengan
[Insulin short-  Dekstrose disimpan jangan zinc and isophane
acting (kerja 25% dalam dibekukan; insulin.
pendek) :  NaCl 0.9% pendingin hindari
regular soluble dan pemanasan
human insulin dilindungi dan cahaya
(recombinant dari  Setelah
DNA origin) pembekua digunakan
n. vial bisa
disimpan
hingga 31
hari jika di
simpan di
refrigerator
Universitas Indonesia

dengan
suhu
2°Cdan
8°C

148
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

131. Hyperhep-B  Infus IV pada tingkat awal  Tidak ada  Human  Produk ini  Produk obat tidak
S/D 217 IU/ml maks 0,02 mL/kg/menit untuk karena Tetanus harus boleh dicampur
0,5 ml (Human pertama kali 10 menit, langsung Immunogl dibawa ke dengan obat lain.
Hepatitis B Ig) ditingkatkan secara bertahap diberikan obulin kamar atau
maks 0,04 mL/kg/menit. secara harus suhu tubuh
Pencegahan HBV infeksi ulang intramusc disimpan sebelum
setelah transplantasi hati untuk ular atau dalam digunakan.
gagal hati, hepatitis B yang subkutan. wadah  Jangan
diinduksi selama fase asli pada gunakan
pemeliharaan non-replikator 2°C-8°C larutan
pasien dewasa 2,000-10,000 sampai 2 yang
IU/bulan untuk tahun. mengandun
mempertahankan kadar  Penyimpa g
antibody >100-150 IU/L pada nan partikulat.
pasien HBV-DNA. Pencegahan hingga  Setiap
hepatitis B dalam kasus satu produk
kecelakaan pada pasien non- minggu yang
imunisasi setidaknya 500 IU, pada suhu digunakan
tergantung pada intensitas kamar atau bahan
Universitas Indonesia

keparahan, segera setelah (25°C) limbah


terkena kecelakaan & dalam 24- dalam harus
72 jam. Hepatitis B wadah dibuang
asli sesuai
dengan

149
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

immunoprofilaksis pada pasien  Jangan kebutuhan


haemodialisa pasien 8-12 IU/kg dibekukan. lokal
dengan maksimum 500 IU  Simpan
setiap 2 bulan. Pencegahan dalam botol
hepatitis B pada bayi baru lahir, aslinya.
seorang ibu HBV-carrier, pada Menyimpa
saat lahir atau setelah lahir 30- n botol
100 IU/kg. dalam
karton luar
untuk
melindungi
dari
cahaya.
132. Hypobhac 150  Injeksi intramuskular, intravena  Asam  Simpan  Larutan  Y-site : furosemida,
mg/1,5 ml, lambat atau infuse 4-6 mg/kg amino antara 2°C jernih, propofol.
Hypobhac Inj BB/hari sebagai dosis tunggal 8,5%. sampai tidak  Dalam syringe :
300 mg/1,5 ml atau dosis terbagi tiap 8-12 jam. Dekstran 30°C. berwarna heparin sodium.
(Netilmisin Pda infeksi berat dosis dapat 6%  Hindari sampai  Aditif : cefepime
sulfat) naik sampai 7,5 mg/kg BB/hari dalam pembekua berwarna
Universitas Indonesia

dalam tiga kali pemberian dekstrosa n. kuning


5%. pucat.
 Larutan
yang sudah
berwarna

150
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(dosis segera diturunkan bila  Dekstran kuning tua HCl, furosemide


terdapat perbaikan klinis, 40 10% tidak boleh
biasanya setelah 48 jam). dalam digunakan.
Neonatus kurang dari 1 minggu dekstrosa
: 3 mg/kg BB tiap 12 jam; 5%.
diatas 1 minggu 2,5-3 mg/kg  Dekstrosa
BB tiap 12 jam; Anak 2-2,5 50%.
mg/kg BB tiap 8 jam. Infeksi  Dekstrosa
saluran kemih 150 mg/hari 10%
(dosis tunggal) selama 5 hari. dalam air.
Gonore 300 mg dosis tunggal.  Dekstrosa
5%
dalam air.
 Manitol
10%.
 Manitol
10%.
 Normosol
R
Universitas Indonesia

133. Induxin Inj 10 IV : induksi 1 ml (10 IU) / 1000  Dekstran  Simpan  Simpan  Induxin tidak harus
UI/ml ml. Dosis awal infus : 1-4 6% dalam pada pada suhu diinfus melalui
miliunit/ menit, secara bertahap
kemudian meningkat hingga 1-2
miliunit/ menit dengan interval

151
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(oksitosin) > 20 menit  dekstrosa wadah ruang yang darah atau plasma,
 Jika terjadi aborsi, dosis 10 IU / 5% kedap terkontrol karena keterkaitan
500 ml dengan kecepatan infus  Dekstran udara dan dan peptida dengan
20-40 tetes/ menit 65 dalam lindungi terlindung cepat dilemahkan
 Pengendalian pendarahan NaCl dari dari cahaya oleh oksitosin
postpartum uterus : 10-40 IU / 0,9% cahaya  Jangan sehingga
mL 1.000 dengan infus IV atau  Dextrose-  Temperatu digunakan menonaktifkan
IM 10 IU setelah melahirkan ringer 's r runag jika enzim.
plasenta. injeksi, penyimpan sediaan  Induxin tidak
kombinas an berkisar mengalami kompatibel dengan
i antara 2°C perubahan larutan yang
 Dextrose sampai warna atau mengandung
10% 8°C. membentu natrium metabisulfit
dalam air k endapan. sebagai stabilisator
 Ringer
injeksi,
Ringer
injeksi,
laktat
 Sodium
Universitas Indonesia

klorida
0,45%
 NaCl
0,9%.

152
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

134. Integrilin 75  Akut koroner sindrom dengan  Sodium  Simpan di  Simpan di  Furosemide
mg/ 100 ml serum kreatinin <2 mg / dL 180 chlorida lemari es bawah
100 ml mcg / kg IV bolus sesegera 0.9% (2°C- pendingina
(Eptifibatide) mungkin setelah diagnosis,  Dextrose 8°C). n dan
diikuti dengan infus kontinu dari 5%  Simpan terlindung
2 mcg / kg / min sampai dengan dalamsodi dalam dari cahaya
72 jam atau sampai debit um kemasan  Obat ini
 Jika PCI dilakukan selama chlorida yang asli dapat
Integrilin terapi, infus harus 0.9%. untuk disimpan
dilanjutkan sampai 18-24 jam melindun sampai dua
setelah prosedur atau sampai gi dari bulan pada
discharge, yang memungkinkan cahaya suhu
96-jam terapi, 2-4 mg / dL 180 kamar.
mcg / kg IV bolus sesegera
mungkin setelah diagnosis,
diikuti dengan infus kontinu dari
1 mcg / kg / min. PCI dengan
serum kreatinin <2 mg / dL 180
mcg / kg IV bolus segera
Universitas Indonesia

sebelum mulai dari PCI, diikuti


dengan infus kontinu dari 2 mcg
/ kg / min & bolus 180-mcg/kg 2
10 menit setelah bolus 1,
lanjutkan infus sampai 18-24

153
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

jam atau sampai discharge, 2-4


mg / dL 180 mcg / kg IV bolus
segera sebelum mulai dari PCI,
diikuti dengan infus kontinu dari
1 mcg / kg / min & a 2-180 mcg
/ kg bolus diberikan 10 menit
setelah bolus 1.
135. Insulatard HM  Dengan injeksi subkutan, sesuai  Tidak ada  Sebelum  Selama  Suspensi koloid
100 IU/ml 10 kebutuhan. karena digunakan penggunaa tidak harus
ml [Insulin diberikan , disimpan n atau ditambahkan ke
intermediate- langsung pada suhu digunakan dalam cairan infuse.
acting (kerja secara 2-8°C. sebagai
menengah) : subkutan  Hindari cadangan:
Human (SC). pembekua Simpan
monocompone n. dibawah
nt isophane 25°C.
insulin  Jangan
(recombinant mendingin
DNA origin)] kan.
Universitas Indonesia

 Jangan
membekuk
an.
 Menyimpa
n botol

154
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dalam
karton luar
untuk
melindungi
dari
cahaya.
136. Inviclot 5000  Hemodialisa : biasanya  NaCl  Simpan  Dari sudut  Y-site : Amiodarone
IU/ml 5 ml diberikan 7.500-12.500 IU 0,9% pada suhu pandang HCl, ciprofloxacin,
(Heparin Na) (tanpa pengawaet) untuk setiap  Dekstrosa 15°C- mikrobiolo diazepam,
dialisis 5% dalam 30°C gi, harus gentamicin sulfate,
 Pemberian IV : 5.000-10.000 IU air digunakan haloperidol lactate,
setiap 4 jam melalui injeksi segera, isosorbide dinitrate,
bolus atau infus namun levofloxacin,
berkesinambungan dalam infus yang tramadol HCl,
larutan pembawa injeksi telah phenytoin sodium.
Natrium klorida atau injeksi disiapkan  Dalam syringe :
Dekstrosa. Dosis harus dapat amikacin sulfate,
dimonitor dengan melakukan uji disimpan amiodarone HCl,
koagulasi sebelum pemakaina pada suhu chlorpromazine HCl,
Universitas Indonesia

dan bervariasi tergantung pada 2-8°C dan diazepam,


respon masing-masing. Waktu diinfuskan doxorubicin HCl,
pembekuan harus 2-3 kali nilai dalam 24 gentamisin sulfate,
control jam (pada haloperidol lactate,
 Pemakaian subkutan (dosis suhu streptomycin sulfate

155
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

terapetik) : pemberian SC ruang)  Aditif : atracurium


10.000 UI dapat diberikan setiap  Tidak besylate,
8 jam setelah injeksi bolus IV boleh ciprofloxacin,
sebesar 5000 UI digunakan cytarabine,
 Cara pemberian heparin dosis jika gentamicin sulfate,
rendah : dosis lazim yang berubah kanamycin sulfate.
dianjurkan adalah 5.000 UI warna atau
dengan injeksi SCsetiap 8 atau mengandu
12 jam tanpa kontrol ng endapan
laboratorium. Cara ini  Heparin
digunakan pada : semua pasien harus
yang berhubungan dengan disimpan
hemostatika yang berumur lebih pada suhu
dari 40 tahun yang mengikuti kamar
prosedur bedah thorax dan terkendali
major elektif abdominal. Injeksi dan
pertama dari aturan ini (yaitu lindungi
5.000 UI) dimulai 2 jam dari
sebelum operasi dan pengobatan pembekuan
Universitas Indonesia

dianjurkan selama 7 hari dan suhu


 Pembedahan umum atau melebihi
ortopedi dengan risiko tinggi 40°C
atau VTE: 5000 unit injeksi SC  Dalam
2 jam sebelum pembedahan sebuah

156
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

kemudian tiap 8-12 jam sampai studi di


pasien dapat bergerak; rumah
profilaksis VTE pada pasien sakit
lainnya: 5000 unit SC tiap 8-12 pengoplosa
jam; dosis standard IV infus: n natrium
5000 unit injeksi IV diikuti 18 heparin 1
unit/kg/jam infus IV unit / ml
dalam
natrium
klorida
0,9%,
aktivitas
antikoagul
an dapat
dipertahan
kan selama
setidaknya
12 bulan
setelah
Universitas Indonesia

sterilisasi
dengan
autoklaf
dan
penyimpan

157
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

an
selanjutnya
dilakukan
pada suhu
kamar dan
terlindung
dari cahaya
matahari.
137. Iopamidol  Lumbar Myelography : Dewasa -  Simpan  Botol  Obat ini tidak boleh
0,612 g/ml 20 5-10 ml. Thoraco-Cervical pada sekali dicampur dengan
ml, Iopamidol Myelography dewasa 5-10 ml. temperatur dibuka obat lain.
0,755 g/ml 20 Cerebral Angiography dewasa ruangan harus
ml, 5-10 ml (diulangi jika penting) yang segera
dan anak-anak tergantung umur terkontrol digunakan.
dan berat badan. Peripheral dan  Larutan
Arteriography dewasa 20-50 ml terlindung yang tidak
(diulangi jika penting) dan dari digunakan
anak-anak tergantung umur dan cahaya. harus
berat badan. Venography dibuang.
Universitas Indonesia

Dewasa 20-50 ml dan anak-


anak tergantung umur dan berat
badan, dosis maksimum tidak
boleh lebih dari 250 ml.
Computer Tomography

158
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Enhancement Dewasa Brain


scanning 50 - 100ml dan
Dewasa Whole body
scanning 40-100ml. Intravenous
Urography Dewasa 40 - 80 ml,
jika mengalami gagal ginjal,
maka diberikan dosis lazim
sampai 1,5 mg/kg; anak-anak 1-
2,5 mg/kg atau tergantung umur
dan berat badan. Arthrography
Dewasa 1-10 ml.
138. Iopamiro 300  Lumbar Myelography : Dewasa -  Jauhkan  Shelf life :  Tidak boleh
mg/100 ml, 5-10 ml. Thoraco-Cervical dari 5 tahun. dicampur dengan
Iopamiro 300 Myelography dewasa 5-10 ml. cahaya.  Botol yang obat lain.
mg/50 ml, Cerebral Angiography dewasa telah  Hindari penggunaan
Iopamiro 300 5-10 ml (diulangi jika penting) dibuka, logam.
mg/30 ml (tiap dan anak-anak tergantung umur harus
botol dan berat badan. Peripheral segera
konsentrasi Arteriography dewasa 20-50 ml digunakan.
Universitas Indonesia

iodium 300 (diulangi jika penting) dan  Residu


mg/ml anak-anak tergantung umur dan yang tidak
mengandung berat badan. Venography digunakan
lopamidol Dewasa 20-50 ml dan anak- harus
61,24 g/ml) anak tergantung umur dan berat dibuang.

159
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

badan, dosis maksimum tidak  Larutan


boleh lebih dari 250 ml. yang
Computer Tomography digunakan
Enhancement Dewasa Brain harus bebas
scanning 50 - 100ml dan dari
Dewasa Whole body partikel.
scanning 40-100ml. Intravenous
Urography Dewasa 40 - 80 ml,
jika mengalami gagal ginjal,
maka diberikan dosis lazim
sampai 1,5 mg/kg; anak-anak 1-
2,5 mg/kg atau tergantung umur
dan berat badan. Arthrography
Dewasa 1-10 ml.
139. Iopromida 300  Intravenous urography. -  Simpan di  Shelf life :  Antihistamin atau
mg 20 ml, Dewasa: minimum dosis bawah 30 3 tahun. kortikosteroid, agen
Iopromida 300 1ml/kg atau 1.3ml/kg. Anak- ° C.  Jika profilaksis.
mg 50 ml anak: neonatus 4,0 ml/kg BB, Lindungi berubah
nayi 3,0 ml/kg BB, anak 1,5 dari warna atau
Universitas Indonesia

ml/kg BB. cahaya terdapat


 Computerised tomography. dan sinar- partikulat
Cranial CT 1-2ml/kg BB. X. (termasuk
Whole-body CT dosis dan kristal)
tingkat pemberian tergantung atau

160
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

pada organ dalam penyelidikan, kemasan


masalah diagnostic, scan dan rusak harus
hasilnya berbeda dari scanner dibuang.
yang digunakan pertama kali.  Harus
 Angiography: dosis tergantung digunakan
pada usia, berat badan, “cardiac segera dan
output” dan kondisi umum dalam
pasien, masalah klinis, keadaan
pemeriksaan teknik dan sifat segar.
dan volume daerah vaskular
harud diselidiki.
 Cerebral angiography Aortic
arch angiography 50-80 ml.
 Selective angiography 6-15 ml.
 Retrograde carotid angiography
30-40 ml.
 Thoracic aortography 50-80 ml.
 Abdominal aortography 40-60
ml.

Universitas Indonesia

Bifemoral arteriography 40-60


ml.
 Peripheral angiography.
Ekstremisitas tinggi.
Arteriography : 8-12 ml.

161
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Venography : 15-30 ml.


Ekstremisitas rendah.
Arteriography : 20-30 ml.
Venography : 30-60 ml.
140. Isoptin Inj 2,5  2,5 mg/ml (2 ml-4 ml)  Dekstran  Simpan  Dokter atau  Larutan alkalin
mg/ml 2 ml 40 10% pada perawat
(Verapamil dalam temperatur harus
HCl) NaCl ruangan memeriksa
0,9%. yang bahwa
 Dekstran terkontrol tanggal
75 6% dan kadaluwars
dalam terlindung a pada
NaCl dari label belum
0,9%. cahaya. berlalu
 Dekstrosa  Hindari sebelum
5% in dari Anda
Ringer’s pembekua diberi
injection, n. suntikan.
lactated.  Tidak
Universitas Indonesia

 Dekstrosa digunakan
5% setelah
dalam tanggal
NaCl kadaluwars
0,45%. a dicetak

162
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Dekstrosa pada label.


5%
dalam
NaCl
0,9%.
 Dekstrosa
5%
dalam air.
 Ringer’s
injection.
 Ringer’s
injection,
lactated.
 NaCl
0,45%.
 NaCl
0,9%.
141. Ivelip 20% 100  Injeksi IV. Dosis tergantung  Untuk  Sediaan  Simpan -
ml, Ivelip 20% pada keparahan kondisi pemberia harus pada
Universitas Indonesia

250 ml, Ivelip katabolic atau kebutuhan n secara disimpan temperatur


20% 500 ml terhadap asam amino. langsung, pada suhu tidak kurang
(per L :  Dosis maksimum sehari 2 g dapat 15°C-30° dari 25°C.
Soyben oil 200 asam amino/kg bb tidak boleh dicampur C dan  Jangan
g; egg berlebihan dalam nutrisi dengan terlindung dibekukan.

163
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

phosphatides  parenteral. larutan dari  Jangan


12 g; glycerol  Dosis harian : asam cahaya gunakan
25 g; Na 1,5-2,0 mL/kg bb (ekuivalen amino matahari jika terjadi
Oleate 0,3 g) dengan 3,0-4,0 g N92)-L- yang langsung pemisahan
.Alanyl-glutamin/kg bb) dapat emulsi.
sebanding dengan 100-140 mL tercampur  Periksa
larutan untuk pasien dengan kan atau kompatibilit
berat badan 70kg. regimen as dan
infuse stabilitas
yang nutrisi
mengand campuran
ung asam sebelum
amino digunakan.
utama. 
142. Kabivent Infus  Dewasa dan anak > 10 tahun :  Untuk  Sediaan  Kabven -
1440 ml, 27-40 ml/ kgBB/ hari pemberia harus periferal
Kabivent Infus  Anak 2-10 tahun : 14-28 ml/ n secara disimpan hanya
2400 ml kgBB/ hari. langsung, pada suhu dapat
[glucose dapat 15°C-30° dicampur
Universitas Indonesia

(11%), amino dicampur C dan dan


acids & dengan terlindung digunakan
electrolyte larutan dari jika larutan
(Vamin 18 asam cahaya. jernih dan
sedikit

164
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Novum), fat amino matahari berwarna


emulsion yang langsung atau agak
(Intralipid dapat kuning dan
20%)] tercampur jika emulsi
kan atau berwarna
regimen putih dan
infuse homogen
yang  Jangan
mengand disimpan
ung asam pada
amino temperatur
utama. di atas
25°C dan
jangan
dibekukan
 Jangan
digunakan
jika
kemasan
Universitas Indonesia

rusa
 Terdiri dari
3 bagian
kantung
yang

165
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dicampur
sebelum
penggunaa
n. Setelah
tutup
dibuka,
stabilitas
secara
fisika dan
kimia dari
3
campuran
kantung
dapat
digunakan
selama 24
jam pada
temperatur
25°C.
Universitas Indonesia

Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.

166
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

143. Ka-En 4 B  Ka-En 4B : Untuk bayi dan  Tidak Pada suhu  Setelah -
Infus 500 ml neonatus, dosis harus ada kamar, tutup
(per L : Na 30 disesuaikan dengan kondisi karena terhindar dibuka,
meq; K 8 meq; pasien, umur dan berat badan. diberikan dari stabilitas
Cl 28 secara IV cahaya secara
meq;laktat 10 infus. matahari fisika dan
meq; glukosa langsung. kimia dari
37,5 meq)  Tidak 3
boleh campuran
digunakan kantung
lebih dari dapat
tanggal digunakan
kadaluwar selama 24
sa. jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan
jika tidak
Universitas Indonesia

terpakai.
144. Ka-En 1B  Ka-En 1 B : dewasa 500-1000  Tidak ada  Pada suhu  Setelah -
Infus 500 ml ml dengan infus drip IV. karena kamar, tutup
(per L : Na Kecepatan infus : Dewasa ; 300- diberikan terhindar dibuka,
38,5 meq; Cl 500 ml/ jam. Anak > 3 tahun secara IV dari stabilitas

167
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

38,5 meq; atau BB > 15 kg 50-100 ml/ jam infus.  cahaya secara
gluksa 37,5 matahari fisika dan
meq) langsung. kimia dari
Tidak 3
boleh campuran
digunakan kantung
lebih dari dapat
tanggal digunakan
kadaluwar selama 24
sa. jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
145. Ka-En 3B  Ka-En 3B : dewasa dan anak  Tidak ada  Pada suhu  Setelah -
Infus 500 ml usia 3 tahun atau lebih atau BB karena kamar, tutup
(per L : Na 50 15 kg atau lebih : 500-1000 diberikan terhindar dibuka,
Universitas Indonesia

meq; K 20 mlpada satu kali pemberian secara IV dari stabilitas


meq; Cl 50 secara drip IV infus. cahaya secara
meq; laktat 20 matahari fisika dan
meq; gluksa 27 langsung. kimia dari
meq)  Tidak 3

168
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

boleh campuran
digunakan kantung
lebih dari dapat
tanggal digunakan
kadaluwar selama 24
sa. jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
146. Ka-En 3A  Ka-En 3A : dewasa dan anak  Tidak ada  Pada suhu  Setelah -
Infus 500 ml usia 3 tahun atau lebih atau BB karena kamar, tutup
(per L : Na 60 15 kg atau lebih : 50-100 ml/ diberikan terhindar dibuka,
meq; K 10 jam secara IV dari stabilitas
meq; Cl 50 infus. cahaya secara
meq; laktat 20 matahari fisika dan
meq; gluksa 27 langsung. kimia dari
Universitas Indonesia

meq)  Tidak 3
boleh campuran
digunakan kantung
lebih dari dapat
tanggal digunakan

169
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

kadaluwar selama 24
sa. jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
147. Ka-En MG-3  Ka-En MG3 : 500-1000 ml pada  Tidak ada  Pada suhu  Setelah -
Infus 500 ml satu kali pemberian melalui karena kamar, tutup
(per L : Na 50 infus drip IV diberikan terhindar dibuka,
meq; K 20 secara IV dari stabilitas
meq; Cl 50 infus. cahaya secara
meq; laktat 20 matahari fisika dan
meq; gluksa langsung. kimia dari
100 meq)  Tidak 3
boleh campuran
digunakan kantung
lebih dari dapat
Universitas Indonesia

tanggal digunakan
kadaluwar selama 24
sa. jam pada
temperatur
25°C.

170
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

148. Kalmeco 500  Injeksi IV / IM : 1 ampul 3x -  Simpan  Buang sisa  Asam askorbat,
mcg, Lapibal sehari. pada suhu larutan jika dekstrosa, dan
500 mcg, kamar tidak pitomenadion, dan
Mecobalamin (dibawah terpakai 5% warfarin
500 mcg 30°C),  Simpan natrium.
(mekobalamin) terlindung pada
dari ruangan
cahaya. dengan
suhu di
bawah
30°C.

149. Kaltrofen 100  Nyeri & Dismenore : Pasien  Dapat  Simpan  Sediaan -
ml dewasa : 25mg atau 50mg setiap langsung pada suhu harus
(Ketoprofen) 6-8 jam jika diperlukan. digunaka <30°C disimpan
 Pasien dengan gangguan fungsi n secara dan dalam
ginjal & hati : Untuk Pasien IM. terlindung wadah
dengan kerusakan ginjal/hati dari tertutup
sedang, dosis tertinggi sehari cahaya. rapat,
Universitas Indonesia

adalah 150 mg. terlindung


dari
cahaya,
panas dan
lembab

171
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 pada suhu
kamar
(25°C),
 Masa
kadaluarsa
adalah 3
tahun sejak
diproduksi
150. Karboplatin  Infus IV Anak. “Solid Tumor” :  Dekstrosa  Simpan  Simpan  Hindari penggunaan
150 mg/15 ml 300-600 mg/m2 sekali setiap 4 5% pada selama 8 metal aluminium.
(Karboplatin) minggu. Tumor otak : 175 dalam air. temperatur jam pada
2
mg/m per minggu untuk 4  NaCl ruangan emperat
minggu setiap 6 minggu, 0,9%. yang ure
dengan 2 minggu periode  Air steril terkontrol. ruangan
pemulihan. untuk Terlindung yang tidak
 Infus IV Dewasa : Kanker injeksi. i dari lebih dari
2
ovarian : 300-600 mg/m setiap cahaya. 25°C.
4 minggu atau target AUC 5-7,5
setiap 3 minggu . “Autologous
Universitas Indonesia

BMT” : 150 mg/m2 (total


dosis) dibagi selama 4 hari.
151. Kedacillin 1 g  Dewasa 2-4 g/hari, Anak 40-80  Aqua pro  Simpan  Pada proses -
(Sulbenisilin mg/kg BB/hari. Diberikan injeksi pada suhu pelrutan
sodium) secara intramuscular atau  Larutan kamar. sediaan,

172
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

intravena, dibagai dalam dua dekstrosa  larutan


kali pemberian. dapat
menjadi
hangat,
tetapi hal
ini tidak
mempengar
uhi kualitas
larutan.
 Simpan
pada suhu
tidak lebih
dari 30°C
pada
kemasan
kedap
udara.
 Terlindung
dari cahaya.
 Jika
Universitas Indonesia

digunakan
untuk
injeksi,
maka

173
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

larutan
harus bebas
dari
mikroorgani
sme.
152. Kenacort  Intraartikular, intrabursal,  Tidak ada  Jangan  Harus  Injeksi tidak boleh
IA/ID 10 mg/5 selubung tendon. Dewasa : karena simpan di digunakan dicampur dengan
ml, Trilac 10 dosis lazim sendi kecil 2,5-5 langsung atas 25 ° dengan produk obat lain.
mg/5 ml mg, sendi besar 5-15 mg, dosis diberikan C. segera dan
(Triamsinolon untuk sendi kecil sampai 10 mg, secara  Jangan dalam
asetonida) sedangkan untuk sendi besar intraderm membeku keadaan
sampai 40 mg. Maksimum al atau kan. segar
dosis untuk semua sendi 20-80 intramusk  Simpan karena
mg. ular. dalam apabila
 Intradermal. Dewasa : dosis posisi didiamkan
lazim 1 mg. tegak. lama akan
 IM. Range 2,5-100 mg/hari. mengalami
Anak : dosis lazim 0,11-0,16 pengendap
mg/kg/hari dibagi 3-4 dosis. an.
Universitas Indonesia

Anak 6-12 tahun : dosis lazim


40 mg. Anak >12 tahun dan
dewasa : dosis lazim 60 mg.
Adanya alergi/asma : 40-100
mg sebagai dosis injeksi

174
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

tunggal. Sklerosis multiple


(eksaserbasi akut) : 160 mg
sehari untuk satu minggu,
diikuti 64 setiap hari untuk 1
bulan.
153. Ketalar 100  Anak. IM: sedasi/analgesik 4-5  Dekstrosa  Simpan  Simpan  Barbiturat dan
mg/ml 10 ml, mg/kg/dosis, dosis dinaikkan 5% vial pada pada suhu diazepam.
Ketamin 10 sampai 13 mg/kg. IV : dalam air. temperatu 25°C.
mg/ml 20 ml sedasi/analgesic 1-2  NaCl r ruangan
(Ketamin HCl) mg/kg/dosis, dapat diulangi 0,9%. yang
hingga mencapai efek yang  Air steril terkontrol
diinginkan. Infus IV lanjutan : untuk .
Sedasi 5-20 mcg/kg/menit, injeksi.  Terlindun
diulangi hingga mencapai efek g dari
sedasi yang diingkan. cahaya.
 Anak ≥16 tahun dan dewasa.
Induksi anestesi. IM : 6,5-13
mg/kg, dosis lazim untuk
menghasilkan 12-25 menit
Universitas Indonesia

anestesi : 10 mg/kg. IV 1-4,5


mg/kg, dosis lazim untuk
menghasilkan 5-10 menit
anestesi : 2 mg/kg. Infus IV
lanjutan 1-2 mg/kg infuse

175
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

selama 0,5 mg/kg/menit yang


dikombinasi dengan diazepam
untuk mencegah reaksi
emergensi.
154. Ketesse 50  50 mg tiap 8-12 jam IM atau IV,  NaCl  Simpan di  Larutan -
mg/2 ml jika diperlukan dapat diulang 0,9%, bawah harus
(Deksketoprof tiap 6 jam, dosis maksimal 150  Glukosa, suhu 30°C terlindung
en trometamol) mg/hari  Ringer dan dari cahaya
 Tidak ditujukan untuk laktat terlindung matahari
pemakaian jangka panjang, dari langsung
harus dibatasi untuk periode cahaya
simtomatik akut.

155. Ketorolac  Dewasa : mula-mula 10 mg IM  Dekstrosa  Simpan  Gunakan  Y-site :


10%, atau bolus IV, kemudian 10-30 5% pada suhu larutan azithromycin,
Ketorolac 3% mg setiap 4-6 jam sesuai dalam 15°C- rekonstitusi hetastarch dalam
(Ketorolak kebutuhan sampai total NaCl 30°C di dalam 24 lacatated electrolyte
trometamin) maksimum dosis harian 90 mg 0,9%. tempat jam. injection.
Universitas Indonesia

(60 mg pada pasien usia lanjut,  Dekstrosa kering  Larutan  Dalam syringe :
 Pasien dengan gangguan fungsi 5% dan injeksi diazepam,
ginjal ringan dan pasien dengan dalam air. terlindung dalam haloperidol lactate,
berat badan kurang dari 50 kg).  NaCl dari syringe morphine sulfate,
 Pemberian injeksi IV sekurang- 0,9% cahaya. harus pethidin HCl.

176
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

kurangnya dilakukan 15 detik.  D5S  Larutan digunakan


 Durasi maksimum terapi tidak  Ringer’s jernih dan dalam 15
boleh dari 2 hari.Penggunaan lakatat berwarna menit.
harus dimulai dari dosis efektif sedikit
yang paling rendah dan dalam kuning.
jangka waktu sesingkat mungkin  Paparan
bagi semua pasien. cahaya
dalam
waktu
lama
dapat
menyebab
kan
perubahan
warna
larutan
dan
terbentuk
endapan.
Universitas Indonesia

Endapan
mungkin
terjadi
pada pH
rendah.

177
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

156. Kidmin Infus  Gagal Ginjal Kronis : Infus  Diinfuska  Simpan  Harus -
200 ml (per L : Vena Perifer : Dosis Lazim n lewat dibawah digunakan
L-amino acid Dewasa : 200 mL/hari, diinfus vena suhu dengan
72 g; BCAA melalui vena perifer. Laju perifer. 30°C, segera dan
45,8%; infuse pada orang dewasa  Atau lindungi dalam
EAA/NEAA adalah 100 mL selama 60 menit diinfuska dari keadaan
ratio 2,6 : 1; (sekitar 25 tetes/menit ) dan n lewat cahaya. segar.
total nitrogen harus perlahan infus pada anak- vena
10 g) anak, pasien lanjut usia dan sentral
sakit parah . Dosis dapat sebagai
disesuaikan sesuai dengan total
kondisi , berat badan pasien dan nutrisi
usia . Ketika diberikan selama parenteral
hemodialisis , harus diresapi
melalui vena sisi injeksi
pelabuhan sirkuit dialisis mulai
90-60 menit sebelum akhir
terapi hemodialisis . Mengenai
kalori , > 1500 kkal / hari
Universitas Indonesia

dianjurkan untuk diberikan


untuk efisiensi penggunaan
asam amino .
 Central Vein Infusion : Biasa
Dosis Dewasa : 400 mL / hari ,

178
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

diinfuskan melalui vena sentral


dengan nutrisi parenteral total .
Dosis dapat disesuaikan sesuai
dengan kondisi , berat badan
pasien dan usia . Lebih dari 300
kkal kalori nonprotein harus
diberikan per 1 g nitrogen ( 100
ml Kidmin ) untuk efisiensi
penggunaan asam amino .
 Gagal Ginjal Akut : Biasa Dosis
Dewasa : 600 mL / hari ,
diinfuskan melalui vena sentral
dengan nutrisi parenteral total .
Dosis dapat disesuaikan sesuai
dengan kondisi , berat badan
pasien dan usia . Lebih dari 300
kkal kalori nonprotein harus
diberikan per 1 g nitrogen ( 100
ml Kidmin ) untuk efisiensi
Universitas Indonesia

penggunaan asam amino


157. Klorpromazin  Injeksi intramuscular yang  Dekstran  Simpan  Simpan  Pentobarbital.
25 mg/ml 1 ml, dalam (untuk pengobatan gejala 6% kemasan larutan
Klorpromazin akut) 25-50 mg setaiap 6-8 jam. dalam pada pada suhu
5 mg/ml 2 ml Anak : 15 tahun 500 mcg/kg dekstrosa  18°C-23°C

179
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(Klorpromazin BB tiap 6-8 jam (maksimal 40  5%. ur dalam


HCl) mg sehari) ; 6-12 tahun 500  Dekstran ruangan keadaan
mcg/kg BB tiap 6-8 jam 6% yang gelap
(maksimal 75 mg/hari). dalam terkontrol selama 30
NaCl . hari.
0,9%.  Terlindun
 Dekstrosa g dari
2% cahaya.
dalam air.  Hindari
 Dekstrosa pembekua
5% n.
dalam air.
 Dekstrosa
10 %
dalam air.
 Dekstrosa
10%
dalam
NaCl
Universitas Indonesia

0,9%.
 Fruktosa
10%
dalam
NaCl

180
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

0,9%.
 Fruktosa
10%
dalam air.
 Ringer’s
injection,
lactated.
 NaCl
0,9%.
158. Koate-DVI  Hanya dengan IV. Perdarahan  “Water  Simpan di  Setelah  Produk obat tidak
250 IU 5 ml ringan dan profilaksis dosis for lemari es dilarutkan, boleh dicampur
[Faktor VIII tunggal 10 IU/kg. Perdarahan injection” (2°C- dari sudut dengan obat lain.
(Konsentrat)] sedang 15-25 IU/kg. Jika perlu, 8°C). pandang
dosis berulang 10-15 IU/kg  Jangan mikrobiolo
setiap 8-12 jam. Perdarahan membeku gi, produk
berat Dosis Awalnya 40-50 kan. harus
IU/kg. Pemeliharaan: 20-25  Terlindun digunakan
IU/kg 8-12 jam. Bedah dosis g dari segera. Jika
Pra-operasi: 50 IU/kg. Untuk cahaya. tidak
Universitas Indonesia

mempertahankan tingkat  Shelf life segera


hemostatik, infus berulang 30 bulan. digunakan
mungkin diperlukan 6-12 jam &  Dapat dalam
selama 10-14 hari sampai disimpan penggunaa
penyembuhan selesai. pada n waktu

181
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

suhu dan kondisi


ruangan penyimpan
(hingga an sebelum
25°C) digunakan
untuk adalah
jangka tanggung
waktu 12 jawab
bulan. pengguna.
 Namun,
selama
penelitian
in vitro,
secara
kimia dan
fisik stabil
selama 24
jam pada
30 ° C di
PVC infus.
Universitas Indonesia

Setelah
dilarutkan,
secara
kimia dan
fisik stabil

182
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

selama 3
jam di
dalam studi
in vitro.
Jangan
dibekukan.
159. Konyne 80  Injeksi Intravena.  “Water  Jangan  Shelf life 3  Tidak boleh
Vial 1000 IU + Haemarthrosis awal, perdarahan for simpan di tahun dicampur dengan
pelarut 25 ml, otot atau perdarahan mulut 20 – injection” atas 25 ° C.  Setelah produk obat lain,
Konyne 80 40 IU/dl ulangi setiap 24 jam,  Jangan dilarutkan, pengencer, atau
Vial 500 IU + setidaknya 1 hari, sampai membekuka dari sudut pelarut.
pelarut 10 ml episode perdarahan yang n. pandang
(faktor IX ditunjukkan dengan nyeri  Simpan mikrobiolo
kompleks) teratasi atau penyembuhan pada botol gi dan
dicapai. Haemarthrosis lebih dalam produk
luas, perdarahan otot atau karton luar, tidak
hematoma 30 – 60 IU/dl, ulangi untuk mengandun
infus setiap 24 jam selama 3 - 4 melindungi g
hari atau lebih sampai rasa sakit dari cahaya. pengawet,
Universitas Indonesia

dan cacat akut diselesaikan. produk


Pendarahan yang mengancam yang telah
jiwa 60-100 IU/dl, ulangi infus dilarutkan
setiap 8 sampai 24 jam sampai harus
ancaman teratasi. Operasi minor segera

183
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

termasuk pencabutan gigi 30 – digunakan.


60 IU/dl setiap 24 jam,  Stabilitas
setidaknya 1 hari, sampai fisiko-
penyembuhan dicapai. Operasi kimia
utama 80-100 IU/dl (pra-dan selama 24
pasca operasi), ulangi infus jam pada
setiap 8-24 jam sampai suhu kamar
penyembuhan luka, setidaknya (maks.
7 hari untuk mempertahankan 25°C).
faktor aktivitas IX dari 30%  Namun,
sampai 60% (IU/dl). jika tidak
 Infus lanjutan dalam bedah. diberikan
Tingkat yang diinginkan faktor segera,
IX untuk hemostasis 40-100% penyimpan
IU/dl. Dosis muatan awal untuk an harus
mencapai tingkat yang tidak
diinginkan diberikan dosis melebihi 8
bolus tunggal 90 IU per kg jam pada
(kisaran 75-100 IU/kg berat suhu
Universitas Indonesia

badan). Frekuensi dosis Infus kamar.


IV lanjutan tergantung pada
klirens dan faktor tingkat IX.
Lama pengobatan sampai 5
hari, perawatan lebih lanjut

184
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mungkin diperlukan tergantung


pada operasi.
160. Kuinin  Dewasa. Kina diberikan dengan  Dekstrosa - - -
dihidroklorida dosis muatan 20 mg garam /kg 5%.
25% 2 ml BB dilarutkan dalam dekstrosa  NaCl
(Kina) 5% atau NaCl 0,9% diberikan 0,9%.
selama 4 jm pertama.
Selanjutanya, 4 jam kedua,
hanya diberikan cairan
dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.
Setelah itu, diberikan kina
dengan dosis pemeliharaan 10
mg/kg BB dalam larutan NaCl
0,9% atau dekstrosa 5% sampai
pasien dapat minum kina per
oral. Jika tidak memungkinkan
pemberian infuse kina, maka
dapat diberikan kina hiroklorida
10 mg/kg BB secara IM dengan
Universitas Indonesia

masing-masing setengah dosis


pada paha depan kiri dan kanan
(jangan diberikan pada pantat).
Untuk pemakaian
intramuscular, kina dapat dapat

185
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

diencerkan dengan 5-8 ml NaCl


0,9% untuk mendapatkan kadar
60-100 mg/ml.
 Anak. Infus kina HCl 25%
diberikan dengan dosis 10
mg.kg BB )bila umur <2 bulan :
6-8 mg/kg BB) diencerkan
dengan dekstrosa 5% atau NaCl
0,9% sebanyak 5-10 ml/kg BB
diberikan selama 4 jam.
Diulang setiap 8 jam sampai
penderita sadar dan dapt minum
obat.
161. Lantus 100  Diberikan subkutan berdasarkan  Tidak ada  Jangan  Shelf life :  Produk obat ini
IU/ml 10 ml penetapan secara individu. karena simpan di 2 tahun. tidak boleh
[insulin long- Tidak untuk diberikan secara diberikan atas 25 ° C.  Produk dicampur dengan
acting (kerja intravena. langsung  Jangan obat dapat produk obat lainnya.
panjang) : secara membekuka disimpan  Hal ini penting
insulin subkutan n. selama untuk memastikan
Universitas Indonesia

glargine] (SC).  Simpan maksimal 4 bahwa jarum suntik


pada botol minggu tidak mengandung
dalam tidak lebih jejak bahan lainnya.
karton dari 25°C
dan

186
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

luar, untuk
jauhkan
melindungi
dari panas
dari cahaya.
langsung
atau cahaya
langsung.
 Menyimpa
n botol
dalam
karton luar
untuk
melindungi
dari
cahaya.
162. Lantus  SubQ: Dewasa: diabetes tipe 2:  Tidak ada  Jangan  Simpan  Jangan mencampur
Solostar 100 Pasien belum mendapat Insulin: karena simpan di botol atau encerkan dengan
IU/ml 3 ml 10 unit sekali sehari, diberikan atas 25 ° C. belum insulin lain
[insulin long- disesuaikan dengan respon langsung  Jangan dibuka,
acting (kerja pasien (rentang dalam studi secara membekuka cartridge,
panjang) : klinis: 2-100 unit / hari) subkutan n. dan
Universitas Indonesia

insulin  Cl Cr 10 - 50 mL / menit: (SC).  Simpan perangkat


glargine] diberikan sebesar 75% dari dosis pada botol insulin
normal dan glukosa dimonitor dalam sekali
dengan cermat karton. pakai di
 Cl Cr <10 mL / menit: diberikan lemari es,

187
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

sebesar 25% sampai 50% dari luar, untuk jangan


dosis normal dan monitor melindungi mengguna
glukosa dengan cermat dari cahaya. kan jika
 Pemberian SubQ: Harus telah
diberikan sekali sehari, pada dibekukan.
setiap waktu, tetapi harus Jika tidak
diberikan pada waktu yang sama didinginka
setiap hari. Suntikan dingin n,
harus dihindari. SubQ mengguna
pemberian biasanya dilakukan kan dalam
ke dalam paha, lengan, pantat, waktu 28
atau perut, dengan lokasi hari dan
dirotasi melindungi
dari panas
dan cahaya
 Setelah
dibuka
(digunakan
), botol
Universitas Indonesia

dapat
disimpan
dalam
lemari es
atau

188
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

sampai 28
hari pada
suhu kamar
Setelah
kartrid
dibuka
(OptiClikÂ
®) dan
perangkat
insulin
sekali
pakai
(SoloStarÂ
®)
(digunakan
) harus
disimpan
pada suhu
kamar dan
Universitas Indonesia

digunakan
dalam
waktu 28
hari,
jangan

189
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mendingin
kan
163. Leucovorin  Pengobatan overdosis antagonis  “Bacterio  Simpan  Ketika  Produk obat ini
calcium 250 asam folat : diberikan 10 mg/m static pada dilarutkan tidak boleh
mg, luas permukaan tubuh tiap 6 water for temperate dengan dicampur dengan
Rescuvolin 50 jam secara IV atau IM samapai injection” ruangan pelarut obat lain.
mg/10 ml kadar metotreksat dalam serum  Aqua pro yang tanpa
(Kalsium dibawah 10-8 M. injeksi. terkontrol mengandun
folinat)  Pengobatan anemia  Dekstrosa dan g
megaloblastik : tidak melebihi 1 5% terlindung pengawet,
mg per hari diberikan secara IM dalam air dari maka harus
atau oral.  NaCl cahaya. segera
0,9%. digunakan.
 Dekstrosa  Ketika
10% dilarutkan
dalam air. dengan
 Dekstrosa “bacteriost
10% atic water
dalam for
Universitas Indonesia

NaCl injection”,
0,9%. maka dapat
 Ringer’s disimpan
injection, selama 14
lactated. hari di

190
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dalam
lemari
pendingin
atau
temperatur
ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
164. Leunase 10000  50-200 ku/kg BB/hari dalam  Aqua pro  Simpan di  Simpan di -
unit (L- infuse intravena. injeksi. dalam dalam
asparginase)  NaCl lemari lemari
0,9%. pendingin pendingin
. dan dapat
digunakan
sampai 8
Universitas Indonesia

jam selama
larutan
tersebut
bebas dari
partikel.

191
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

165. Levemir  SMPG > 10,0 mmol / l (180 mg  Tidak ada  Simpan di  Shelf life :  produk obat
Flexpen / dl) : + 8 U. SMPG 9,1-10,0 karena lemari es 30 bulan. mengandung tiol
100U/ml 3 ml mmol / l (163-180 mg / dl) : + 6 diberikan (2°C-  Simpan atau sulfit dapat
[Insulin long- U. SMPG 8,1-9,0 mmol / l langsung 8°C). pada suhu menyebabkan
acting (kerja (145-162 mg / dl) : + 4 U. secara  Jauhkan dibawah degradasi insulin.
panjang) : SMPG 7,1-8,0 mmol / l (127- subkutan. dari 30°C  Levemir tidak harus
insulin 144 mg / dl) : + 2 U. SMPG elemen maksimal 6 ditambahkan ke
detemir] 6,1-7,0 mmol / l (109-126 mg / pendingin minggu. cairan infus.
dl) : + 2 U. .  Jangan  Produk ini obat
 Jika salah satu pengukuran  Jangan mendingin tidak boleh
SMPG 3,1-4,0 mmol / l (56-72 membeku kan. dicampur dengan
mg / dl) : - 2 U; <3,1 mmol / l kan.  Levemir produk obat lainnya.
(<56 mg / dl) : - 4 U  Simpan harus
 SMPG = Self Monitoring cartridge dilindungi
Glukosa Plasma dalam dari panas
karton dan cahaya.
luar untuk
melindun
gi dari
Universitas Indonesia

cahaya.
 Simpan
tutup
pada

192
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

FlexPen
untuk
melindun
gi dari
cahaya.
 Simpan
tutup
pada
InnoLet
untuk
melindun
gi dari
cahaya.
166. Levophed 4  Hipotensi aku, infuse intravena,  Asam  Simpan  Shelf life :  Zat alkali dan
mg/4 ml, melalui kateter vena sentral, amino pada 18 bulan. oksidasi, barbiturat,
Raivas 1 larutan mengandung 4,25%. temperatu  Secara klorfeniramin,
mg/ml 4 ml, norepinefrin bitartrat 80 mcg/ml  Dekstrosa r ruangan kimia dan klorotiazid,
Vascon 1 (setara dengan norepinefrin 25%. yang fisik stabil nitrofurantoin,
mg/ml 4 ml basa 40 mcg/ml) dengan  Dekstrosa terkontrol selama 24 novobiosin, fenitoin,
Universitas Indonesia

(Norepinefrin kecepatan awal 0,16-0,33 5% dan jam pada natrium bikarbonat,


bitartrat) ml/menit, disesuaikan dengan dalam terlindung 25 ° C bila natrium iodida,
responnya. NaCl dari diencerkan streptomisin.
 Henti jantung, injeksi intravena 0,9%. cahaya. dengan 4
cepat atau intrakardiak 0,5-0,75  Dekstrosa mg/liter

193
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

ml larutan mengandung 5%  sampai 40


norepinefrin bitartrat 200 dalam air. mg/liter
mcg/ml (setara dengan  Ringer’s basis
norepinefrin basa 100 mcg/ml). injection, noradrenali
lactated. n dalam
 NaCl NaCl 9
0,9%. mg/ml
(0,9%) atau
larutan
glukosa
5%.
 Namun,
dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi pandang,
produk
harus
digunakan
Universitas Indonesia

segera. Jika
tidak
segera
digunakan,
waktu dan

194
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

kondisi
penyimpan
an adalah
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
tidak akan
lebih dari
24 jam
pada 2
sampai 8 °
C.
167. Lidocain 2% 2  Injeksi IV pada pasien tanpa  Dekstrosa  Ditempat  Harus  Inkompatibel di
ml PHP gangguan sirkulasi yang berat, 5% sejuk, disimpan tempat pemberian :
(Lidokain HCl) 100 mg sebagai bolus selama dalam hindarkan pada suhu Amphotericin B
beberapa menit (50 mg pada natrium dari kamar cholesteryl sulfate
pasien dengan BB lebih ringan klorida cahaya yang complex, thiopental
Universitas Indonesia

atau pasien dengan gangguan 0,45%  Stabil terkendali  Inkompatibel di


sirkulasi yang berat), segera  Dekstrosa pada suhu dan dalam syringe :
diikuti dengan infuse 4 5% dalam kamar. dilindungi Cefazolin
mg/menit selama 30 menit, injeksi dari panas  Inkompatibel jika
2 mg/menit selama 2 jam, Ringer, yang dicampur :

195
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

kemudian 1 mg/menit ; laktat berlebihan Amphotericin B,


kadarnya dikurangi lagi bila  Dekstrosa dan dacarbazine,
infusnya dilanjutkan lebih dari 5% pembekuan methohexital,
24 jam (pantauan EKG dan dalam  Larutan phenytoin.
supervisi dokter ahli jantung). natrium berair
 Setelah injeksi IV, Lidokain klorida dilaporkan
masa kerjanya pendek (berakhir 0,9% stabil
dalam 15-20 menit). Bila infus  Ringer terhadap
IV tidak segera tersedia, injeksi injection, panas,
intravena awal 50-100 mg dapat laktat asam, dan
diulangi bila perlu 1 kali atau 2  Dekstrosa alkali.
kali dengan interval tidak 5% dalam
kurang dari 10 menit air
 IV: Gunakan microdrip (60 tetes  NaCl
/ mL) atau pump infus untuk 0,45%
mengatur dosis yang akurat  NaCl
0,9%.
168. Lipofundin  Dewasa : selama 15 menit  Untuk  Sediaan  Jangan -
20% 100 ml, pertama 0.25-0.5 ml/ kgBB/ jam pemberia harus gunakan
Universitas Indonesia

Lipofundin  Bayi baru lahir sampai dengan 3 n secara disimpan jika emulsi
20% 500 ml g/ kgBB/ hari dengan kecepatan langsung, pada suhu tidak
(per L : infus sampai 0.15 g/ kgBB/ jam. dapat 15°C-30° homogen
Soyben oil 100 dicampur C dan setelah
g; medium dengan dikocok.

196
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

chain  larutan terlindung atau botol


trigliserides asam dari rusak
(MCT) 100 g; amino cahaya  Jangan
egg yolk yang matahari disimpan
phospholipids dapat langsung. pada
12 g; glycerol tercampur temperatur
25 g) kan atau > 25°C
regimen  Jangan
infuse dibekukan.
yang
mengand
ung asam
amino
utama.
169. Lovenox 20  IV: dosis 1 mg / kg ke dalam  NaCl  Simpan  Simpan -
mg/0,2 ml, pembuluh, dosis ini biasanya 0.9%. pada suhu pada suhu
Lovenox 40 diberikan selama 4 jam sesi <25 °C di bawah
mg/0,4 ml, haemodyalisis. Jika fibrin cincin (hindarkan 25 °C.
Lovenox pre- terbentuk, suntikan segar 0,5 suhu  Injeksi
Universitas Indonesia

filled syringe sampai 1 mg / kg harus beku). murni dari


60 mg/0,6 ml dilakukan tergantung pada  Injeksi natrium
(Enoxaparin waktu sebelum akhir dialisis. enoxaparin enoxaparin
Na)  Pada pasien haemodialisa itu e sodium e 100 mg /
dengan risiko perdarahan atau jernih, tak ml

197
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 dengan disoder perdarahan  berwarna  menunjukk


progresif, sesi dyalisis dapat sampai an bahwa
dilakukan dengan menggunakan kuning injeksi
dosis 0,5 mg / kgBB atau 0,75 pucat. murni
mg / kgBB. tersebut
jika
dikemas
ulang
dalam
plastik
jarum
suntik akan
stabil
selama 5
hari pada
suhu
kamar.
170. Manitol Infus  Dewasa: IV: dosis Test (untuk  Tidak ada  Simpan di  Harus  Y-site : cefepime
20% 250 ml, menilai fungsi ginjal yang karena suhu disimpan HCl, doxorubicin
Universitas Indonesia

Manitol Infus memadai): 12,5 g (200 mg / kg) dapat kamar pada suhu HCl, pamtoprazole
20% 500 ml, selama 3-5 menit untuk langsung  Hindari kamar sodium.
(Manitol) menghasilkan aliran urin digunaka dari yang  Aditif : meropenem.
minimal 30-50 mL urin per jam n. pembekua terkendali
 Jika aliran urin tidak meningkat, n dan

198
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Kristalisas  dilindungi
i dapat dari
terjadi pembekuan
pada suhu .
rendah,  Larutan
jangan secara
mengguna kimiawi
kan stabil.
larutan Manitol
yang 20% akan
mengandu stabil
ng Kristal setelah
 Pemanasa diautoklaf
n dalam pada suhu
bak air 250°F
panas dan selama 15
goncangan menit.
kuat dapat 
digunakan
Universitas Indonesia

untuk
resolubiliz
ation
 dosis tes kedua dapat diberikan.
Jika dosis uji tidak

199
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 menghasilkan output urin yang


dapat diterima, maka perlu
menilai kembali manajemen
pengobatan
 Awal: 0,5-1 g / kg.
Pemeliharaan: 0,25-0,5 g / kg
setiap 4-6 jam; dosis harian
biasa: 20-200g/24 jam.
 Tekanan intrakranial: edema
serebral: 0,25-1,5 g IV / kg /
dosis sebagai larutan 15%
sampai 20% dibandingkan> =
30 menit
 mempertahankan osmolalitas
serum 310 sampai <320 mOsm /
kg
 Pencegahan gagal ginjal akut
(oliguria): 50-100 g dosis
 Pengobatan oliguria: 100 g
Universitas Indonesia

dosis.
171. Marcain 0.5%  Dewasa 400 mg dosis tunggal  sodium  Lindungi  Simpan  Tidak disebutkan.
20 ml, Marcain setiap hari chlorida dari pada suhu
5 mg/ml 4 ml  Bedah anestesi: Lumbar 0.9%. cahaya. kamar
(Bupivakain epidural (perut, panggul & terkendali,

200
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

HCl)  bedah ekstremitas bawah  pembekuan


termasuk operasi caesar) 75-150 harus
mg (5 mg/mL); toraks epidural dihindari
(atas perut) 12,5-37,5 mg (2,5  Produk
mg/mL), bedah dada 25-50 mg yang
(5 mg/mL), epidural 37,5-100 mengandu
mg (2,5 mg/ mL) & atau 75-125 ng
mg (5 mg/mL), blok lainnya epinephine
(infiltrasi lokal) 12,5-150 mg harus
(2,5 mg/mL) atau 25-150 mg (5 dilindungi
mg/mL), interkostal (per dari cahaya
segmen) 10-20 mg (2,5 mg/mL) selama
atau 15-25 mg (5 mg/mL); penyiapan
brakialis pleksus 100-150 mg (5  Tempat
mg/mL ), siatik 3 in 1 (obturator penyimpan
femoralis & kutaneus lateralis) an harus
50-100 mg (5 mg/mL), pudenda bebas dari
7,5-100 mg (2,5-5 mg/mL) bakteri
 Analgesia: Caudal epidural
Universitas Indonesia

(pengobatab nyeri pasca-op) 50-


75 mg bolus (2,5 mg/mL);
lumbar epidural (bolus & infus
kontinu) 15-60 mg bolus (2,5-5
mg/mL) diikuti

201
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

oleh 12,5-18,75 mg/jam (1,25-


2,5 mg/mL); (infus kontinu
selama pasca-op) toraks epidural
6,25-12,5 mg / jam (1,25 mg
/mL).
 Anak hitung dosis berdasarkan
berat sampai dengan 2 mg/kg,
adrenalin dapat ditambahkan
untuk memperpanjang durasi
blok dengan 50-100%.
172. Martos 10  Dewasa 500-1000 ml dengan -  Simpan  Simpan -
Infus 10% 500 kecepatan tetesan infus pada pada suhu
ml (Maltose) perlahan, 500 ml dalam 2 jam kemasan ruang.
atau 0.3 g / kgBB/ jam kedap
 Dosis disesuaikan tergantung udara.
pada tingkat keparahan dan usia
pasien.
173. Medroksi  Remaja dan dewasa.  Tidak ada  Jangan  Harus  Tidak diketahui
progesteron Kontrasepsi IM : 150 mg setiap karena disimpan digunakan
Universitas Indonesia

asetat 50 3 bulan. Kontrasepsi SubQ : diberikan pada suhu dalam


mg/ml 104 mg setiap 3 bulan (setiap langsung diatas keadaan
(Medroksi 12-14 minggu). secara 25°C, segar.
progesteron  Dewasa. Kanker karsinoma IM IM.  Hindari  Sisa yang
asetat) : 400-1000 mg/minggu. dari. tidak

202
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 pembekuan
 digunakan
harus
dibuang.
174. Medroksi  Remaja dan dewasa.  Tidak ada  Jangan  Harus  Tidak diketahui
progesteron Kontrasepsi IM : 150 mg setiap karena disimpan digunakan
asetat 50 3 bulan. Kontrasepsi SubQ : diberikan pada suhu dalam
mg/ml 104 mg setiap 3 bulan (setiap langsung diatas keadaan
(Medroksi 12-14 minggu). secara 25°C, segar.
progesteron  Dewasa. Kanker karsinoma IM IM.  Hindari  Sisa yang
asetat) : 400-1000 mg/minggu. dari tidak
pembekuan digunakan
. harus
dibuang.

175. Medixon 125  Dewasa : secara IV atau IM, 10- Asam  Simpan  Sediaan  Y-site :
mg, Medixon 40 mg (base), diulangi sesuai amino pada suhu yang telah ciprofloxacin,
500 mg, kebutuhan 4,25% 15°C- direkonstit docetaxel, etoposide
Methyl  Untuk dosis tinggi ; IV, 30 mg  Dekstrosa 30°C, usi harus phosphate,
Prednisolon (base) per kgBB diberikan 25% kering, digunakan filgrastim,

125 mg (metil sekurang-kurangnya 30 menit. Dekstrosa dan dalam gemcitabine HCl,
Universitas Indonesia

prednisolon dosis dapat diulangi setiap 4-6 5% dalam terlidnung waktu 48 ondansetron HCl,
sodium jam sesuai kebutuhan natrium dari jam. paclitaxel, propofol.
succinate)  Untuk eksaserbasi akut pada klorida cahaya.  Lakukan  Dalam syringe :
sklerosis ganda ; IM/IV, 160 mg 0,45% pemeriksaa pantoprazole
(base) perhari selama 1 minggu,  Dekstrosa n. sodium.

203
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 diikuti dengan 64 mg setiap hari  5%  terjadinya  Aditif : calcium


selama satu bulan. natrium pembentuk gluconate.
 Untuk pengobatan luka tulang klorida an endapan
akut : IV, 30 mg(base) per kgBB 0,9% atau
diberikan selama 15 menit,  Dekstrosa perubahan
diikuti dengan 45 menit infus, 5% dalam warna
5.4 mg per kgBB berat badan air sebelum

per jam, selama 23 jam Ringger pemberian
 Untuk pengobatan tambahan ini
pada AIDS yang berhubungan injeksi,
dengan Pneomocystis carinii : laktat
IV 30 mg (base) dua kali sehari  Sodium
pada hari pertama sampai ke klorida
lima, 30 mg sekali sehari pada 0,9%,
hari ke enam sampai ke sepuluh,
15 mg sekali sehari pada hari ke
sebel;as sampai dua puluh satu.
176. Meglumin  Dewasa. Infus drip urograpi 2-  Tidak ada  Terlindun  Shelf life :  Antihistamin,
amidotrizoat 4ml/kg berat badan hingga 250 karena g dari 5 tahun. kortikosteroid
Universitas Indonesia

65% 50 ml, ml. “retrograde urography” 5- diberikan cahaya  Sisa yang profilaksis.
Meglumin 10ml. langsung dan X- tidak
natrium  Anak-anak. Infus drip urograpi secara rays digunakan
amoditrizoat : tidak boleh lebih dari 4 ml/kg IV. harus
76% 20 ml berat badan. dibuang.

204
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(Meglumin
amidotrizoat)
177. Methergin 0,2  Persalinan tahap 3 : 0,5-1 mL  Tidak ada  Simpan  Sisa yang  Obat ini tidak boleh
mg/ml 1 ml (0,1-0,2 mg) IM setelah karena pada tidak dicampur dengan
(Metil keluarnya kepala atau bahu diberikan temperatu digunakan obat lain.
ergometrin, anterior atau segera setelah langsung r ruangan harus
Pospargin 0.2 melahirkan anak. secara yang dibuang.
mg/ml 1 ml  Untuk General Anestesi: IM, Intra- terkontrol
hydrogen Rekomendasi Dosis: 1 mL (0,2 artikular, .
maleat) mg) IV. intrasinov
 Uterus atonia/Perdarahan: 1 mL ial,
IM atau 0,5-1 mL IV. Dapat intralesio
diulang sesuai kebutuhan nal.
dengan interval tidak kurang
dari 2 jam.
 Pengobatan subinvolusi,
“Lochiometra”,
perdarahan/nifas : 0,5-1 mL IM
3 kali sehari pada wanita
Universitas Indonesia

menyusui sebaiknya tidak lebih


dari 3 hari.
178. Metokloprami  Injeksi intramuscular atau  Dekstrosa  Larutan  Larutan  Y-site : cefepime
d 5 mg/ml 2 ml intravena lebih dari 1-2 menit, 5% injeksi metoklopra HCl, furosemida,
(Metokloprami 10 mg (5 mg pada dewasa muda dalam jernih, tak mida dalam propofol.

205
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
d HCl) berusisa 15-19 tahun dengan NaCl berwarna. 50 ml NS,  Dalam syringe :
berat di bawah 60 kg) 3 kali 0,9%.  Simpan D5W, RL ampicillin sodium,
sehari; Anak sampai dengan 1  Dekstrosa ampul stabil calcium gluconate,
tahun (berat sampai 10 kg) 1 5% yang selama 48 chloramphenicol
mg 2 kali sehari, 1-3 tahun (10- dalam air. belum jam, bila sodium succinate,
14 kg) 1 mg 2-3 kali sehari, 3-5  Ringer’s dibuka disimpan furosemida,
tahun (15-19 kg) 2 mg 2-3 kali injection, pada suhu pada suhu pantoprazole
sehrai, 5-9 tahun (20-29 kg) 2,5 lactated. kamar 5°C-30°C sodium, sodium
mg 3 kali sehari, 9-14 tahun (30  NaCl dan dan bicarbonate.
kg dan lebih) 5 mg 3 kali sehari. 0,9%. terhindar terlindung  Aditif : furosemida.
 Manitol dari dari
20% cahaya. cahaya.
Pada
kondisi
penerangan
normal,
larutan
yang sudah
diencerkan
hanya
dapat
disimpan
selama 24
Universitas Indonesia

jam.
Ampul
yang sudah
dibuka
harus

206
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

179. Metronidazol  Infeksi anaerob (jika terapi oral  NaCl  Larutan  dibuang  Larutan infus :
Infus 500 tidak cukup): 500 mg infus IV 0,9% jernih, dan tidak D10W.
mg/100 ml tiap 8 jam, biasanya selama 7  Glukosa tidak boleh  Y-site : filgrastim,
(Metronidazol) hari 5% berwarna. digunakan pantoprazole sodium.
 Profilaksis bedah: 500 mg infus  Glukosa-  Simpan lagi.Setela  Aditif : amoxicillin
IV pada induksi dengan hingga NaCl pada suhu h dibuka, sodium-calvulanate
3 dosis 500 mg lebih lanjut kamar dan gunakan potassium.
diberikan tiap 8 jam untuk terlindung segera.
prosedur yang berisiko tinggi dari Buang
 Ensefalopati hepatik: 500 mg cahaya. larutan
1x/hari (umumnya hanya jika  Sediaan yang tidak
fungsi hati sangat buruk dan tidak boleh terpakai
kadang jika fungsi renal disimpan  Metronidaz
terganggu), ClCr <10 mL / di dalam ol injeksi
menit: diberikan 50% dari dosis kulkas harus
atau setiap 12 jam karena disimpan
dapat pada 15°C
menyebabk sampai
an 30°C dan
Universitas Indonesia

pembentuk terhindar
an kristal. dari
 Sediaan cahaya.
harus
terlindung

207
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 dari
paparan
langsung
cahaya
matahari.
180. Meylon 84%  Infant dan anak : IV ; 0.5-1  Dekstro  Simpan  Injeksi  Y-site : amiodaron
25 ml mEq/ kgBB/ dosis dapat diulang sa 5% pada suhu disimpan HCl, calcium
(Natrium setiap 10 menit, dosis tidak dalam kamar. pada suhu chloride, midazolam
bikarbonat) boleh lebih dari 10 mEq/ menit, air. ruangan, HCl, verapamil HCl,
neonatus dan anak < 2 tahun terlindung ondansetron HCl.
4.2% (0.5 mEq/ ml) dari panas  Dalam syringe :
 Dewasa : dosis awal : 1 mEq/ dan metoclopropamide
kgBB/ dosis 1 kali; dosis pembekuan HCl, pantoprazole
pemeliharaan : 0.5 mEq/ kgBB/  Hanya sodium, thiopental
dosis setiap 10 menit digunakan sodium.
 Hiperkalemia : Dewasa ; IV ; 1 jika larutan  Aditif ; amoxicillin
mEq/ kgBB setelah 5 menit. bersih sodium, ampicillin
sodium, ascorbic acid
injectiom.
Universitas Indonesia

181. MgSO4 20%  Hipomagnesemia. Anak IV; IO  Dekstrosa  Simpan  Shelf life :  Magnesium sulfat
25 ml, MgSO4 : 25-50 mg/kg/dosis selama 10- 5% pada 36 bulan. tidak kompatibel
40% 25 ml 20 menit, maksimum dosis dalam air. temperatu  Setelah dengan alkali
(Magnesium tunggal 2000 mg. Dewasa,  Fat r ruangan dibuka, hidroksida
sulfat) defisiensi rendah IM 1 g setiap emulsion yang harus. (membentuk larutan

208
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 6 jam untuk 4 dosis, atau  10%,  terkontrol  digunakan  magnesium


dengan level serum magnesium. ]\Intraven . langsung. hidroksida),
Defisiensi parah IM sampai 250 a.  Hindari  Sisa yang karbonat alkali
mg/kg selama periode 4 jam, IV  Ringer’s dari tidak (membentuk larutan
1-2 g/jam untuk 3-6 jam lalu injection, temperatu digunakan magnesium
0,5-1 g/jam sesuai kebutuhan lactated. r diatas harus karbonat) dan
untuk perbaikan defisiensi.  NaCl 40°C. dibuang salisilat.
Gejala defisiensi IV 1-2 g 0,9%.  Hindari Streptomisin sulfat
selama 5-60 menit, dosis dari dan tetramisin sulfat
pemeliharaan infuse untuk pembekua dihambat oleh ion
perbaikan defisiensi 0,5-1 n. magnesium.
g/jam. Aritmia dengan induksi
hipomagnesium 1-2 g selama 5-
20 menit (dengan serangan
jantung) atau selama 5-60 menit
(gejala aritmia tanpa serangan
jantung). Seizure dengan
induksi magnesium IV 2 g
selama 10 menit.
 Asama (mengancam jiwa atau
Universitas Indonesia

ekserbasi parah setelah 1 jam


terapi intensif) IV. Anak 25-75
mg/kg (maksimum 2 g).
Dewasa 2 g.

209
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

182. Mikasin  Bayi, anak dan dewasa : I.M. ,  Dekstrose  Simpan  Larutan  Y-site : hetastarch,
500mg 2 ml, I.V. : 5 – 7,5 mg/kg BB/dosis 5% dalam pada suhu amikacin propofol.
Mikasin 250 setiap 8 jam. air kamar stabil  Dalam syringe :
mg 2 ml  Beberapa dokter menyarankan  Ringer selama 24 heparin sodium,
(Amikasin dosis sehari 15-20 mg/kg BB Laktat jam pada pantoparzole
sulfat) untuk semua pasien dengan  NaCl 0.9% suhu sodium.
fungsi ginjal yang normal kamar,  Aditif :
setelah aminophylline,
dikeluarkan ampicillin sodium,
dari kulkas cefazolin sodium,
atau ceftazidime, heparin
dibekukan. sodium, phenytoin
 Amikacin sodium, thiopental
0,25 dan sodium, vitamin B
5,0 mg/ml kompleks dengan
stabil vitamin C.
dalam
larutan
infus yang
Universitas Indonesia

sesuai
selama 24
jam pada
suhu kamar
atau 60 hari

210
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 bila
dimasukka
n ke dalam
kulkas
(suhu 4°C)
atau 30 hari
setelah
larutan
tersebut
dibekukan
pada suhu -
15°C
183. Morphin 10  Pasien tidak pernah pakai opiat  Dekstrosa  Lindungi  Simpan  Ketidaksesuaian
mg (Morfin Awal 5-10 mg. Dosis pada hari- 5% dalam dari pada suhu morfin
Sulfat) hari berikutnya ditingkatkan air cahaya ruangan mungkin tergantung
guna mendapatkan efek pereda yang pada banyak faktor
nyeri selama 12 jam terkendali, seperti
 Nyeri yang tidak dapat dikontrol lindungi formulasi yang
dengan opiat yang lebih lemah dari cahaya digunakan, rasio
Universitas Indonesia

Awal 10-20 mg tiap 12 jam.  Degradasi pencampuran,


Dosis dapat ditingkatkan guna terhantung namun,
mendapat efek pereda nyeri kepada pH, kebanyakan studi
selama 12 jam. relatif biasanya hanya
stabil pada jangka pendek dan

211
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 pH < 4  mengandung
 Larutan beberapa rincian
yang pada pencampuran
menjadi obat yang sama
gelap dalam berbagai
menandaka situasi yang berbeda
n telah  Garam morfin
terjadinya sensitif terhadap
degradasi perubahan pH dan
dapat diendapkan
dalam lingkungan
alkalin.
184. MTX 5  Koriokarsinoma & penyakit  Asam  Simpan  Karena  Hindari penggunaan
mg/vial, MTX tropoblas 15-30 mg per hari IM amino pada bersifat aluminium.
Inj 50 mg/vial selama 5 hari. Ulangi 3-5 kali 4,25% temperatu sitotoksik,  Obat ini tidak boleh
[garam Na] dengan periode istirahat ≥1  Dekstrosa r ruangan maka harus dicampur dengan
(Methotrexate) minggu. Karsinoma payudara 25%. yang digunakan obat lain.
40 mg/m2 IV pada hari 1 & hari  Dekstrosa terkontrol segera dan
8. Leukemia 3,3 mg/m2 dalam 5% dan dalam
Universitas Indonesia

kombinasi dengan prednison 60 dalam air. terlindung keadaan


mg/m2 diberikan setiap hari.  Natrium dari segar.
Leukemia meningeal 200-500 bikarbona cahaya.  Dapat
mcg/kg berat badan intratekal t 0,05 M. disimpan
dengan interval 2-5 hari.  NaCl sampai 24.

212
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Psoriasis 10-25 mg / minggu 0,9%.  jam pada


tunggal IM atau IV dosis. suhu 4°C
atau pada
temperatur
e ruangan
yang
terkontrol
185. Mycamine 50  Kandidemia, Kandidiasis akut,  NaCl  Shelf life :  Dilarutkan  Obat ini tidak boleh
mg dan Kandida peritonitis dan 0,9%. 3 tahun. dalam dicampur dengan
(Mikafungin abses : 100 mg per hari; durasi  Dekstrosa  Obat ini botol: obat lain.
Na) terapi 15 hari (range 10-47 5%. tidak secara
hari). membutuhk kimia dan
 Kandidiasis esophageal : 150 an kondisi fisik, stabil
mg per hari; durasi terapi 15 penyimpana hingga 48
hari (range 10-20 hari). n khusus. jam pada
 Profilaksis Infeksi Kandida suhu 25°C
pada transplantasi sel ketika
hematopoetik 50 mg per hari. dilarutkan
dengan
Universitas Indonesia

natrium
klorida 9
mg/ml
(0,9%) atau
glukosa 50

213
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
mg/ml
(5%).
 Diencerkan
ke dalam
larutan
infus:
secara
kimia dan
fisik, stabil
selama 96
jam pada
25°C dan
terlindung
dari cahaya
bila
diencerkan
dengan
natrium
klorida 9
mg/ml
(0,9%)
untuk infus
atau
Universitas Indonesia

glukosa 50
mg/ml
(5%) untuk
infus .
 Mycamine

214
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
tidak
mengandun
g
pengawet.
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, larutan
harus
digunakan
segera. Jika
tidak
segera
digunakan,
waktu dan
kondisi
penyimpan
an adalah
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
Universitas Indonesia

tidak akan
lebih dari
24 jam
pada suhu
2-8°C.

215
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

186. Naropin 7.5  Untuk bedah anestesi, dosis  Aqua pro  Harus  Pembuatan  Alkalinisasi dapat
mg/ml 20 ml ropivacaine HCl injeksi, disimpan merekome menyebabkan
(Ropivacain) adalah 75 sampai  NaCl pada suhu ndasikan terbentuknya
150 mg (15 sampai 30 mL). 0.9%, ruangan bahwa endapan pada di atas
Dosis untuk epidural thoraks  Natrium yang setiap pH 6,0.
adalah 25 sampai 75 mg (5 hidroksid terkontrol. larutan
sampai 15 mL), dosis aktual a. The dosis yang
yang digunakan tergantung pada tunggal tersisa
tingkat tidak dalam
injeksi memiliki wadah
 Untuk blok saraf perifer seperti pengawet terbuka
pleksus brakialis, dosis khas antimikrob harus
adalah 175-250 mg a. dibuang
(35 sampai 50 mL) segera.
 Untuk infiltrasi anestesi adalah Botol infus
200 mg (40 mL) kontinu
 Dalam pengelolaan nyeri akut tidak boleh
adalah 20 sampai 40 mg (10 dibiarkan
sampai 20 mL) sebagai dosis selama
Universitas Indonesia

awal diikuti oleh 20 sampai 30 lebih dari


mg 24 jam
(10 sampai 15 mL) pada interval  Ampul
tidak kurang dari 30 menit. plastik 10
Atau, 12 sampai 20 mg (6 ml, 20 ml

216
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 sampai 10 mL) per  harus


jam dapat diberikan sebagai disimpan
infus epidural terus menerus; di bawah
jika nyeri tambahan diperlukan, suhu 30°C
dosis hingga selama 36
28 mg (14 mL) per jam dapat bulan,
diberikan Sedangkan
 Pada neonatus, bayi, dan anak- tas infus
anak berusia sampai dengan 12 plastik 100
tahun, ropivakain HCl dapat ml, 200 ml,
digunakan untuk harus
pengobatan perih dan nyeri disimpan
pasca operasdiberikan dalam pada suhu
dosis 2 mg / kg 30°C
(1 mL / kg). selama 24
 bulan.
187. Nasea 0,3  Injeksi intravena, dewasa 0,3 mg  Tidak ada  Simpan  Nasea  Obat ini tidak boleh
mg/2 ml sekali sehari, dosis disesuaikan karena pada suhu digunakan dicampur dengan
(Ramosetron bergantung umur pasien dan diberikan dibawah sebagai obat lain.
Universitas Indonesia

HCl) gejala, bila respon yang langsung 25°C. antiemetic,


diharapkan tidak tercapai, secara  Terlinsun maka
tambahan dosis 0,3 mg dapat IV. gi dari digunakan
diberikan (dosis maksimal 0,6 cahaya. sebelum
mg per hari).  Shelf life kemoterapi

217
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 : 36  dilaksanaka
bulan. n.
188. Natrium  Melalui injeksi intravena  Tidak ada  Simpan  Untuk  Tidak kompatibel
tiosulfat 10 ml selama 5-20 menit (sebagai karena dibawah penggunaa dengan garam-
(Natrium injeksi natrium nitrit 30 mg/ml), langsung 25ºC. n dosis garam dari logam
tiosulfat) 300 mg (anak 4-10 mg/kg BB) diinjeksik  Lindungi tunggal dan berat, agen oksidasi,
dilanjutkan dengan natrium an ke dari untuk satu dan asam.
tiosulfat 12,5 g (sebaga injeksi pasien cahaya. pasien.  Terjadi dekomposisi
natrium tiosulfat 500 mg/ml) secara  Untuk  Residu apabila dipansakan
dengan injeksi intravena selama IV. umur harus dengan larutan yang
10 menit (anak 400 mg/kg BB). simpan, dibuang. mengandung karbon
lihat label dioksida dan
untuk oksigen.
tanggal  Jika natrium tiosulat
kadaluwar ditriturasi dengan
sa. klorat, nitrat, atau
permanganta, makan
akan terjadi
eksplosif.
Universitas Indonesia

189. Neostigmin 0,5  Miastenia gravis (diagnosis).  NaCl  Simpan  Setelah  Neostigmin dapat
mg/5 ml, Anak 0,04 mg/kg sebagai dosis 0,9%. pada dibuka, diencerkan dengan
Prostigmin 0,5 tunggal. Dewasa 0,02 mg/kg  Aqua pro temperatur langsung aqua pro injeksi.
mg/ml sebagai dosis tunggal. injeksi. ruangan diinjeksika Akan tetapi,
(Neostigmin  Miastenia gravis (pengobtan). yang n. stabilitas injeksi

218
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

metilsulfat) Anak IM; IV; Sub Q 0,01-0,04 terkontrol.  Residu tidak dapat dijamin
mg/kg setiap 2-4 jam. Dewasa  Terlinsungi harus setelah telah
IM;IV;SubQ 0,5-2,5 mg setiap dari cahaya. dibuang. diencerkan
1-3 jam sampai 10 mg/24 jam.  Hindari
 Pembalikan blockade pembekuan.
neuromuscular non depolarisasi  Hindari
setelah operasi dengan temperatur
pemberian atropin. Bayi 0,025- diatas 40°C
0,1 mg/kg/dosis. Anak 0,025-
0,08 mg/kg/dosis. Dewasa 0,5-
2,5 mg/kg/dosis, total dosis
tidak boleh melebihi 5 mg.
190. Neurobion  1 ampul per hari melalui IM  NS  Simpan di  Setelah -
5000, intragluteal dalam pada kasus tempat dibuka,
Neurosanbe 3 yang berat. sejuk dan langsung
ml, Soluvit terlindung diinjeksika
(Vitamin B1 dari cahaya. n.
100 mg, B6  Residu
100 mg, B12 harus
Universitas Indonesia

5000 mg) dibuang.


191. Nexium 40 mg  Anak-anak : Tidak dianjurkan  NaCl  Simpan  Shelf life :  Obat ini tidak boleh
(Esomeperazol menggunakan obat ini. 0,9% dalam 2 tahun di dicampur dengan
sodium)  Dewasa : injeksi intravena kemasan semua zona obat lain.
disuntikkan sekurang-. asli untuk iklim.

219
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 kurangnya selama 3 menit atau  melindun  Setelah


melalui infus intravena, gi dari rekonstitusi
pemyakit refluks cahaya. : secara
gastroesofagagal, 40 mg satu Vial yang kimia dan
kali sehari; gejala penyakit sudah fisik, stabil
refluks tanpa esofagitis, 20 mg lepas dari selama 12
sehari, dilanjutkan dengan kemasn jam pada
pemberian oral jika mungkin aslinya 30 ° C.
dan Dari sudut
terkena pandang
cahaya mikrobiolo
dapat gi, produk
disimpan harus
hingga 24 digunakan
jam. segera.
 Jangan
simpan di
atas 30 °
C.
Universitas Indonesia

192. Nitrocine 10  Anak. Hipertensi pulmonari.  RL  Simpan  Setelah  Dalam syringe :


mg/10 ml Infus lanjutan. Awalnya 0,25-  D5S pada suhu pengencera pantoprazole
(Nitrogliserin) 0,5 mcg/kg/menit dan  D5RL kamar n, larutan sodium.
dilanjutkan dengan 1 dan tetap stabil  Aditif : phenytoin
mcg/kg/menit selama 20-60 hindarkan selama 24 sodium.

220
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

menit untuk mencapai efek suhu beku  jam pada


yang diinginkan. Dosis lazim 1- suhu
3 mcg/kg/menit. Maksimum 5 kamar.
mcg/kg.menit. Ampul dan
 Dewasa. IV 5 mcg/kg/menit, botol yang
ditingkatkan menjadi 5 telah
mcg/kg.menit setiap 3-5 menit dibuka
sampai 20 mcg/menit; jika tidak harus
ada respon pada 20 mcg/menit, segera
ditingkatkan menjadi 10 digunakan
mcg/menit setiap 3-5 menit, adan obat
sampai 200 mcg/menit. yang
tersisa
harus
dibuang.
193. Nokoba 0,4  Bayi dan anak. Pemulihan  Dekstrosa  Simpan  Larutan  Bisulfit, sulfit, dan
mg/ml pasca operasi : 0,01 mg/kg; 5% pada harus alkalin.
(Nalokson dapat diulangi setiap 2-3 menit dalam air. temperatu dibuang
HCl) sesuai kebutuhan berdasarkan  NaCl r ruangan setelah 24
Universitas Indonesia

respon. 0,9%. yang jam dari


 Anak-anak. Intoksikasi opioid  Aqua pro terkontrol preparasi.
(Depresi respiratori). Bayi baru injeksi. .
lahir (termasuk bayi premature)  Lindungi
sampai 5 tahun atau <20 kg, dari.

221
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 dosis lazim 0,1 mg/kg paparan


(maksimum dosis 2 mg), dosis cahaya
pengulangan setiap 2-3 menit
jika dibutuhkan. Anak >5 tahun
atau ≥20 kg, 2 mg/dosis, jika
tidak ada respon, amak diulangi
setiap 2-3 menit. Infus IV
lanjutan 0,04-0,16 mg/kg/jam
untuk 2-5 hari.
 Dewasa. Intoksikasi opioid
(Depresi respiratori). 0,4-2 mg,
jika dibutuhkan, diulangi setiap
2-3 menit; untuk pemulihan
diberikan interval 20-60 menit.
Infus IV lanjutan 0,25-6,25
mg/jam. Pada pasien kanker
0,04-0,08 mg 940-80 mcg) IV
push lambat, diberikan setiap
30-60 detik sampai pemulihan.
Universitas Indonesia

Pemulihan pasca operasi 0,1-


0m2 mg setiap 2-3 menit
sampai respon yang diinginkan
tercapai. Opioid-induksi
pruritus 0,25 mcg/kg/jam.

222
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

194. Norcuron 4  Dengan injeksi inravena,  Aqua pro  Simpan  Serbuk  Y-site : diazepam,
mg/ml, intubasi, 80-100 mcg/kg BB; injection. pada suhu yang telah etomidate,
Norcuron 10 pemeliharaan 20-30 mcg/kg BB  “bacterio kamar dilarutkan furosemida,
mg sesuai dengan reaksi pasien; static dan dengan thiopental sodium.
(Vekuronium Neonatal dan bayi hingga 4 water for terlindung prosedur  Dalam syringe :
Bromida) bulan, dosis awal 10-20 mcg/kg injection” dari aseptik pantoprazole
BB kemudian dosis dinaikkan . cahaya. dapat sodium.
bertahap untuk mencapai reaksi disimpan
yang diinginkan; anak diatas 5 24 jam
tahun seperti dosis dewasa pada suhu
(sampai usia 1 tahun, mula 15°C-25°C.
kerja lebih cepat dan mungkin  Serbuk
tidak diperlukan dosis intubasi yang telah
yang tinggi). Dengan infuse dilarutkan
intravena 50-80 mcg/kg BB/jam dengan
(setelah dosis awal injeksi prosedur
intravena 40-100 mcg/kg BB). aseptik
hanya
dapat
Universitas Indonesia

disimpan
12 jam.
 Sisa
sediaan
yang tidak

223
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

terpakai
harus
dibuang.
195. Novalgin 2 ml  Dewasa dan anak >15 tahun: 2-5  Tidak ada  Simpan  Simpan  Jangan campur
inj mL dosis tunggal melalui IM karena pada suhu pada suhu dengan obat lain
(Metampiron) atau IV, diberikan ruang ruangan
 Sebagai dosis harian dapat langsung  Lindungi (15°C -
diberikan hingga 10 mL; anak secara IV dari 30°C)
dengan BB hampir 30 kg: dosis atau IM. cahaya.  Jangan
tunggal 0,4-1 mL gunakan
lebih dari
tanggal
kadaluarsa.
196. Novomix 30  Dengan injeksi subkutan, segera  Tidak ada  Simpan di  Shelf life :  Produk obat ini
flexpen 100 sebelum makan atau jika karena lemari es 2 tahun. tidak boleh
IU/ml 3 ml diperlukan secepatnya setelah langsung (2°C -  Jaga tutup dicampur dengan
[Insulin makan, sesuai kebutuhan. diberikan 8°C). pada obat lain.
analog,  Dengan infuse subkutan, injeksi secara  Jauhkan FlexPen
campuran : intravena atau infuse intravena, subkutan. dari untuk
Universitas Indonesia

protamine sesuai kebutuhan. elemen melindungi


aspart 70%, pendingin dari
aspart 30%] . cahaya.
 Setelah
pembukaan

224
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Jangan pertama
membeku atau
kan dibawa
sebagai
cadangan:
Jangan
mendingin
kan.
Simpan di
bawah
30°C
sampai 4
minggu.
Lindungi
dari panas
dan cahaya
yang
berlebihan.
197. Novorapid Inj  Dosis individu tergantung dari  Tidak ada  Simpan  Novorapid  Produk obat ini
Universitas Indonesia

100 IU/ml 10 kondisi pasien dan saran dokter, karena kemasan yang tidak boleh
ml, Novorapid umumnya digunakan dalam langsung asli pada sedang dicampur dengan
Flex Pen 100 kombinasi dengan insulin kerja diberikan suhu 2°C- digunakan obat lain.
(Insulin aspart) sedang atau insulin kerja secara 8°C di tidak boleh
panjang minimal 1x/hari. subkutan. dalam disimpan

225
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Kebutuhan insulin individu lemari pada suhu


untuk dewasa dan anak-anak pendingin, lebih dari
biasanya 0,5-1 unit/kg/hari jangan 30°C lebih
dibekukan dari 4
 Simpan minggu,
vial dalam jangan
wadah disimpan
luarnya di lemari
untuk pendingin.
melindung  Jangan
i dari gunakan
cahaya lebih dari
tanggal
kadaluarsa.
Larutan
yang telah
disiapkan
stabil pada
suhu ruang
Universitas Indonesia

selama 24
jam

226
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

198. Nutriflex lipid  Dosis tergantung  Untuk


pada  Sediaan  Simpan -
Peri Infus 1250 keparahan kondisi katabolik pemberia harus pada
ml (Glucose, atau kebutuhan terhadap asamn secara disimpan temperatur
amino acids, amino. langsung, pada suhu tidak kurang
electrolyte, and  Dosis maksimum sehari 2 g dapat 15°C- dari 25°C.
lipid asam amino/kg BB/ tidak boleh
dicampur 30°C dan  Jangan
MCT/LCT) berlebih dalam nutrisi
dengan terlindung dibekukan.
parenteral. larutan dari  Jangan
 Proporsi dari asam amino tidak
asam cahaya gunakan jika
boleh lebih dari 20% dari total.
amino matahari terjadi
 Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kgyang langsung. pemisahan
BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g
dapat emulsi.
N(2)-L-alanyl-glutamin/BB). tercampur  Periksa
Sebanding dengan 100-140 ml kan atau kompatibilit
larutan untuk pasien dengan regimen as dan
berat badan 70 kg. infuse stabilitas
 Dosis maksimum harian : 2,0 yang nutrisi
ml larutan /kg BB. mengand campuran
ung asam sebelum
Universitas Indonesia

amino digunakan.
utama.
199. Omnipaque  Dosis dewasa dan anak-anak  Tidak ada  Simpan  Jangan  Produk obat ini
300 mg/ml 100 didasarkan banyak variabel karena pada pindahkan tidak boleh
ml, termasuk: jenis pemeriksaan, langsung  ioheksol dicampur dengan

227
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

Omnipaque cara pemberian, umur pasien, diberikan temperatu dari obat lain.
300 mg/ml 20 berat badan dan produk. secara r ruangan kemasan
ml, Konsultasikan informasi produk IV, intra- yang yang
Omnipaque tertentu untuk dosis rinci. arteri. terkontrol terlindungi
300 mg/ml 50  Dosis pada pasien penyakit hati dan dari cahaya
ml, dan ginjal. Dilakukan lindungi sampai
Omnipaque penyesuaian dosis pada dari digunakan.
350 mg/ml 20 kerudakan parah dengan pasien cahaya.  Harus
ml (Ioheksol) ini.  Hindari digunakan
pembekua dengan
n. segera.
200. OMZ Inj 40  Omeprazole IV hanya boleh  NS  Simpan  Gunakan  Y-site : midazolam
mg digunakan jika pemberian secara  D5W pada suhu larutan HCl, vancomycin
(Omeprazol per oral tidak memungkinkan, 25°C- rekonstitus HCl.
sodium) contohnya pada pasien yang 30°C dan i dalam
sakit parah terlindung waktu 4
 Dosisnya 40 mg, sehari sekali. dari jam.
Berikan dalam waktu tidak cahaya.  Larutan
kurang dari 2,5 menit. Berikan omeprazol
Universitas Indonesia

dengan kecepatan tidak lebih dalam NS


dari 4 ml/menit. stabil
selama 12
jam.

228
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Larutan
omeprazol
dalam
D5W stabil
Selma 3-6
jam.

201. Osflex 25  Dewasa 1 injeksi Intraarterial  Tidak ada  Simpan di  Setelah -
mg/2,5 ml setiap minggu selama 5 minggu pelarut tempat dibuka,
(Hialuronat berturut-turut pada lutut atau karena yang gunakan
Na) bahu rongga sendi. diberikan dingin segera.
langsung (2°-8°C).  Residu
secara  Lindungi harus
intraarteri dari dibuang.
al. cahaya.
 Jangan
membeku
kan.
202. Otsu-KCL  Intrakardiak digunakan dalam  Dekstrosa  Simpan  Hanya  Larutan manitol
Universitas Indonesia

7,46% 25 ml resusitasi jantung, injeksi dapat 5% pada dapat 20% dan larutan
(Kalium dilakukan ke dalam rongga dalam air. temperatu digunakan manitol 25% karena
Klorida) ventrikel. Jangan menyuntikkan  Dekstrosa r ruangan sampai 24 membentuk
ke miokardium. Dosis dewasa: 10% yang jam. endapan.
200-400 mg (2-4 ml). Pediatri dalam air terkontrol

229
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dosis: 0.2 ml/kg berat badan.  Fat  dan hanya


 Infus pada gangguan emulsion digunakan
hipokalemia. Dosis Dewasa: 10%, jika bebas
500 mg ke 1g (5-10 ml) pada intravena dari
interval 1 sampai 3 hari,  Dekstrosa partikel.
tergantung pada respon kalsium 5%
pasien atau serum. Diulangi jika dalam
diperlukan. Dosis Pediatrik: 0.2 NaCl
ml/kg berat badan. 1-10 ml/hari 0,9%.
maksimal.  Dektrosa
 Intoksikasi magnesium. Dosis 20%
Dewasa: 500 mg (5 ml) dalam air.
diberikan segera. Amati pasien
untuk tanda-tanda pemulihan
sebelum dosis lebih lanjut yang
diberikan.
 Hiperkalaemia, EKG gangguan
fungsi jantung. Dosis Dewasa:
Sesuaikan dosis dengan
Universitas Indonesia

memonitor perubahan EKG


selama pemberian. Geriatri
dosis pasien adalah sama
sebagai orang dewasa.

230
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

203. Ovidrel 250  Hipogonadisme pria 2-3 kali  Tidak ada  Simpan di  Shelf life :  Produk obat tidak
mcg 1000-2000 UI/minggu. karena lemari es 2 tahun. boleh dicampur
(koriogonadotr  Pubertas tertunda 2 kali 1500 diberikan (2°C-  Setelah dengan obat lain.
opin) UI/minggu selama 6 bulan. langsung 8°C). dibuka,  Desinfektan yang
 Infertilitas wanita 5000-10000 secara  Simpan produk mengandung garam
UI setelah terapi dengan HMG, subkutan, dalam obat harus amonium kuartener
dilanjutkan dengan 1-3 kali intraarteri kemasan digunakan  Deterjen dan
5000 UI dalam 9 hari al, dan asli. segera. benzalkonium
berikutnya. intraderm  Selama  Jika tidak klorida dapat
al. masih digunakan, menyebabkan
dalam maka larutan memiliki
masa simpan penampilan seperti
simpan, sampai 24 susu.
disimpan jam pada
pada suhu 2°-8°C.
di bawah
25°C
selama 30
hari tanpa
Universitas Indonesia

didingink
an.
 Jika tidak
digunakan
dalam.

231
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 waktu 30
hari,
maka
harus
dibuang
204. Oxytetracyclin  200-500 mg tiap 6 jam -  Simpan -  Tidak kompatibel
e 250 mg/3 ml, pada dengan pH asam,
Oxytetracyclin kemasan alkalin, dan larutan
e 50 mg/3 ml kedap yang mengandung
(Oksitetrasikli udara dan garam logam.
n HCl) terlindung
dari
cahaya.
205. Paklitaksel Inj  IV. Dewasa. Kanker ovarian  Dekstrosa  Shelf life  Setelah  Polioksietil.
30 mg/5 ml 135-175 mg/m2 selama 3 jam 5% : 18 dibuka  Produk obat ini
(paklitaksel) setiap 3 minggu atau 135 dalam air. bulan. sebelum tidak boleh
mg/m2 selama 24 jam setiap 3  NaCl  Jangan pengencera dicampur dengan
minggu atau 50-80 mg/m2 0,9% simpan di n : secara obat lain.
selama 1-3 jam setiap minggu  Dekstrosa atas 25°C. kimia dan
Universitas Indonesia

atau 1,4-4 mg/m2/hari infus 5%  Menyimp fisik, stabil


lanjutan untuk 14 hari selama 4 dalam an botol selama 28
minggu. Kanker payudara ringer’s dalam hari pada
2
metastatic 175-250 mg/m injection, karton suhu 25 °
selama 3 jam setiap 3 minggu lactated luar untuk C. Dari

232
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 atau 50-80 mg/m2 per minggu  Dekstrosa  melindun  sudut


atau 1,4-4 mg/m2/hari infus 5% gi dari pandang
lanjutan untuk 14 hari setiap 4 dalam cahaya. mikrobiolo
minggu. Karsinoma paru-paru NaCl  Pembekua gi, setelah
135 mg/m2 selama 24 jam 0,9%. n tidak dibuka
setiap 3 minggu. AIDS mempeng produk
berhubungan dengan sarcoma aruhi dapat
Kaposi 135 mg/m2 selama 3 botol disimpan
jam setiap 3 minggu atau 100 yang selama
mg/m2 selama 3 jam setiap 2 belum maksimal
minggu. dibuka 28 hari
 Intraperitoneal. Karsinoma pada suhu
ovarian 60 mg/m2 pada hari 8 25°C.
selama 21 hari pengobatan  setelah
untuk 6 siklus, dalam pengencera
kombinasi dengan IV n : secara
paklitaksel dan intraperitoneal kimia dan
cisplatin. fisika,
stabil pada
Universitas Indonesia

suhu 5°C
dan pada
25°C
selama 7
hari bila

233
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 diencerkan
dalam
larutan
Dekstrosa
5% dan
selama 14
hari ketika
diencerkan
dalam
NaCl 0,9%.
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera. Jika
tidak
segera
Universitas Indonesia

digunakan,
waktu dan
kondisi
penyimpan
an adalah

234
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
tidak akan
lebih dari
24 jam
 pada 2°-
8°C.
206. Pan Amin G  Infus rata – rata yang diinginkan  Emulsi  Simpan di  Wadah -
500 ml (Per L : : 10 g asam amino lebih dari 60 lemak tempat larutan
Amino acids menit. 10%. yang harus
29,2 g;  Dewasa: 500 ml lebih 60-100 sejuk diperiksa
essential amino menit (80-130 tetes / menit).  Jauh dari secara
acids 21,8 g; sinar visual
non essential matahari untuk
amino acids langsung. melihat
7,4 g; sorbitol kabut,
Universitas Indonesia

50 g) perubahan
warna,
endapan,
dan retak
botol dan

235
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 diperiksa
keadaan
vaccum
sebelum
pencampur
an dan
sebelum
pemberian.
Hanya
larutan
yang jelas
harus
digunakan.
 Sediaan
juga harus
dilindungi
dari suhu
yang
ekstrem
Universitas Indonesia

seperti
pembekuan
atau di atas
40°C.
Karena

236
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 risiko
kontaminas
i
 mikrobiolo
gi,
direkomen
dasikan
untuk
menyimpa
n
campuran
larutan
nutrisi
parenteral
untuk
waktu
sesedikit
mungkin
setelah
Universitas Indonesia

persiapan.

237
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Administra
si botol
tunggal
tidak boleh
melebihi
24 jam.
207. Panso 40  Reflux esophagitis dewasa 40  Dekstrosa  Simpan  Gunakan  Y-site : ampicillin
mg/10 ml mg / hari dengan injeksi IV 5% dalam pada suhu larutan sodium, ceftriaxone
(Pantoprazol lambat selama 2-5 menit atau air <25°C dan rekonstitus sodium, dobutamin
Na) infus IV selama 15 menit  Ringer terlindung i dalam HCl, dopamine HCl,
 Hipersekresi patologis terkait Lactat dari waktu 3 epinephrine HCl,
dengan sindrom Zollinger-  NaCl cahaya. jam. furosemida, insulin,
Ellison 80 mg 12 hari dengan 0,9%.  Gunakan manitol.
infus IV selama 15 menit. Dosis larutan  Dalam syringe :
dapat ditingkatkan sampai 120 infus amikasin sulfate,
mg dua kali sehari & 80 mg 3 dengan amiodaron HCl,
kali sehari. pelarut NS calcium gluconate,
dalam cefazolin sodium,
waktu 21 cefotaxim sodium,
Universitas Indonesia

jam. cyclosporine,
 Gunakan epinephrine HCl,
larutan furosemide, fentanyl
infuse citrate.
dengan

238
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 pelarut
D5W
dalama
waktu 12
jam.
208. Pehacain 2 ml  Injeksi intravena pada pasien -  Simpan  Simpan  amfoterisin B,
(per ml : tanpa gangguan sirkulasi yang pada pada sulfadiazine
Lidokain HCl berat, 100 mg sebagai bolus temperatu suhu 4°C natrium,
20 mg, selama beberapa menit (50 mg r ruangan metoheksital
adrenalin 12,5 pada pasien dengan BB lebih yang natrium, cefazolin
mcg) ringan atau pasien dengan terkontrol natrium, fenitoin
gangguan sirkulasi yang berat), . natrium.
segera diikuti dengan infus 4  Terlindun
mg/menit selama 30 menit, 2 g dari
mg/menit selama 2 jam, cahaya.
kemudian 1 mg/menit;
kadarnya dikurangi lagi bila
infusnya dilanjutkan lebih dari
24 jam (pantauan EKG dan
Universitas Indonesia

supervise dokter ahli jantung).


209. Penthal 50  Anak. Hipnosis IM; IV 100-320  Dekstrosa  Simpan  Dapat  Inkompatibel
mg/ml, mg/kg sebelum tidur. Sedasi 5% pada disimpa dengan garam
Phenobarbital sebelum operasi IM 100-200 dalam air. temperatu n pada barbiturat misalnya
mg 1-1,5 jam sebelum prosedur.  NaCl r ruangan suhu clindamisisn fosfat,

239
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

50 mg/ml 1 ml,  Dewasa. Sedasi IM 30-120  0,9%.  yang  4°C  droperidol,


Sibital Inj 200 mg/hari dibagi 2-3 dosis. terkontrol selama pancuronium
mg/2 ml Hipnosis IM;IV 100-320 mg dan 28 hari. bromida, simetidin
sebelum tidur. Sedasi sebelum terlindung hidroklorida.
(Fenobarbital
operasi IM 100-200 mg 1-1,5 dari  Fenobarbital Na
Na) jam sebelum prosedur. cahaya. tidak boleh
dicampur dengan
pentazosin laktat
dalam satu syringe.
210. Pentothal  Injeksi intravena sebagai  Dekstrosa  Simpan  Larutan  Inkompatibel
Transfarma 0,5 larutan 2,5% pada pasien 5% kemasan rekonstitusi dengan obat asam.
g untuk dewasa sehat dengan dalam air. pada stabil  Garam barbiturat
dilarutkan premedikasi, awalnya 100-150  NaCl temperatu selama 3 misalnya
dalam 20 ml mg (dikurangi pada pasien 0,9%. r ruangan hari pada klindamisin fosfat,
air inj lansia atau sakit berat) selama  Normosol yang temperatur fentanil sitrat,
(Tiopental Na) 10-15 detik (lebih lama pada R, pH 7,4 terkontrol ruangan droperidol,
pasien lansia atau sakit berat) . yang simetidin
dilanjutkan dengan dosis terkontrol hidroklorida.
tambahan bila perlu tergantung dan selama
Universitas Indonesia

respon setelah 30-60 detik atau 7 hari


hingga 4 mg/kg BB; anak untuk dalam
induksi 2-7 mg/kg BB. lemari
pendingin
(5°C-6°C).

240
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Karena
tidak
mengandun
g
pengawet,
maka harus
segera
digunakan
sampai 24
jam.
211. Perdipine 10  Hipertensi akut: IV: awal: 5 mg  Vial:  Simpan  Vial:  Dengan natrium
mg/10 ml / jam meningkat sebesar 2,5 mg Encerkan pada suhu Simpan bikarbonat 5%,
(Nikardipin / jam setiap 15 menit sampai 25 mg kamar, pada suhu Ringer laktat
HCl) maksimum 15 mg / jam; ampul lindungi kamar  Inkompatibel
pertimbangkan pengurangan dengan dari terkendali ditempat pemberian :
sampai 3 mg / jam setelah 240 mL cahaya, 20°C Ampicillin,ampicillin
respon dicapai larutan stabil sampai /sulbactam,
 Pergantian untuk terapi oral yang selama 24 25°C cefepime,
(perkiraan): kompatib jam pada (68A° F furosemide,
 20 mg setiap 8 jam oral,
Universitas Indonesia

el untuk suhu sampai 77° lansoprazole,


setara dengan 0,5 mg / jam mendapat kamar. F). thiopental.
IV infuse kan 250  Larutan
 30 mg setiap 8 jam oral, mL yang
setara dengan 1,2 mg / jam volume diencerkan

241
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 IV infuse larutan stabil


 40 mg setiap 8 jam oral, total dan selama 24
setara dengan 2,2 mg / jam konsentra jam pada
IV infuse si akhir suhu
 Ampuls harus diencerkan 0,1 mg / kamar.
sebelum digunakan. mL.  Lindungi
 Pemberian sebagai infus  Dektrose dari
kontinyu lambat. 5% dalam cahaya.
 aqua atau
NaCl
0,9%
212. Pethidin 50 mg  Dewasa : Dosis lazim 50–150  Tidak ada  Jangan  Simpan  Produk obat ini
(Petidin HCl) mg setiap 3-4 jam jika perlu, karena simpan di pada suhu tidak boleh
Injeksi IV lambat : dewasa 15– diberikan atas 30 º < 40°C, dicampur dengan
35 mg/jam. langsung C. terlindung obat lain.
 Anak-anak : 1.1–1.8 mg/kg secara  Simpan cahaya.
setiap 3–4 jam jika perlu. subkutan, ampul  Setelah
Untuk sebelum pembedahan : IM, IV. dalam dibuka,
dosis dewasa 50 – 100 mg karton harus
Universitas Indonesia

IM/SK. luar untuk digunakan


melindun dengan
gi dari segera.
cahaya.

242
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

213. Phytomenadio  Antidot warfarin: untuk  Glukosa  Simpan  Hindarkan  Tidak ada.
n 2 mg/ml, perdarahan besar, hentikan 5%, kemasan larutan
Vitamin K Inj warfarin dan berikan  NaCl asli pada dari
(Fitomenadion/ phytomenadione 5-10 mg 0,9% suhu cahaya
vitamin K) injeksi IV lambat; ruang langsung
 Untuk melawan peningkatan  Terlindun
INR berhubungan dengan g dari
kelainan hati: 10 mg IV cahaya
langsung
214. Plasbumin-20  Jumlah larutan albumin yang  Dekstran  Harus  Larutanny  Larutan albumin
Infus 20% 100 diberikan akan tergantung 6% disimpan a tidak manusia tidak boleh
ml, Plasbumin- pada kondisi klinis pasien dan dalam dalam boleh dicampur dengan
20 Infus 20% respon dekstrosa wadah digunakan produk obat lain,
50 ml, terhadap pengobatan. Dosis 5% kaca jika keruh darah, sel darah
Plasbumin-25 berikut telah  Dextrose berwarna atau merah dan aqua pro
Infus 25% 20 disarankan: 6% dan mengandu injeksi
ml (Human • syok hipovolemik akut : dosis dalam terlindung ng
Albumin) awal 25 g untuk NaCl dari deposit.
dewasa (misalnya, 500 mL 0,9% cahaya.  Tanggal
Universitas Indonesia

larutan 5% atau  Kombina kadaluarsa


100 mL larutan 25%) dan si injeksi adalah 5
sampai sekitar 1 g / kg Dextrose- tahun dan
untuk anak-anak ringer harus
• hypoproteinaemia : maksimal  Dextrose disimpan

243
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

2 g / kg sehari  saline –  pada suhu


• neonatal hiperbilirubinemia: 1 kombinas antara
g / kg sebelum pertukaran i 2°C dan
transfusi  Dekstrosa 8°C atau
Tingkat infus harus disesuaikan 2,5% 10°C, atau
dengan dalam air tidak lebih
indikasi dan pasien respon,  Dextrose dari 3
tetapi secara umum, disarankan 5% tahun
kecepatan infus yang sampai 5 dalam air setelah
mL / menit (larutan 5%)  Dextrose pengoplos
atau 1 sampai 2 mL / menit 10% an dan
(larutan 20%). dalam air dapat
 Dextrose disimpan
10% pada suhu
natrium tidak lebih
klorida dari 30° C
0,9% atau 37
 Ringer °C.
injeksi
 Ringer
Universitas Indonesia

injeksi,
laktat
 NaCl
0,45%

244
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

215. Pregnyl 5000  Hipogonadisme pria 2-3 kali -  Simpan di  Shelf life :  Produk obat tidak
IU (HCG) 1000-2000 UI/minggu. lemari es 2 tahun. boleh dicampur
 Pubertas tertunda 2 kali 1500 (2°C-  Setelah dengan obat lain.
UI/minggu selama 6 bulan. 8°C). dibuka,
 Infertilitas wanita 5000-10000  Simpan produk
UI setelah terapi dengan HMG, dalam obat harus
dilanjutkan dengan 1-3 kali kemasan digunakan
5000 UI dalam 9 hari asli. segera.
berikutnya.  Selama  Jika tidak
masih digunakan,
dalam maka
masa simpan
simpan, sampai 24
disimpan jam pada
pada suhu 2°-8°C.
di bawah
25°C
selama 30
hari tanpa
Universitas Indonesia

didingink
an.
 Jika tidak
digunakan
dalam

245
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 waktu 30
hari,
maka
harus
dibuang.
216. Procain  Dewasa: 300.000-900.000 unit  Aqua pro  Penyimpa  Simpan -
Penicilin-G Inj sekali atau dua kali sehari injeksi. nan pada pada lemari
1 juta IU, dengan suntikan IM. suhu pendingin.
 Dalam pengobatan sifilis, dosis kamar
Procain
adalah 600.000 unit sekali
Penicilin-G Inj sehari dengan rute IM.
3 juta IU Dosis dapat disesuaikan
(Procain berdasarkan usia atau tingkat
Penicilin-G) keparahan infeksi.
 Anak-anak: 10.000 IU / kg berat
badan setiap hari.
 Administrasi: Prokain Penisilin-
G Meiji harus disuntikkan IM
ke pantat, paha, otot deltoid atau
Universitas Indonesia

trisep.
 Dalam kasus injeksi kontinu,
tempat suntikan harus diubah
setiap waktu.
Rekonstitusi: Tambahkan

246
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 sekitar 8 mL air steril untuk


injeksi ke dalam vial dan kocok
keras untuk membuat solusi
ditangguhkan homogen
217. Propanolol 1  Injeksi intravena, aritmis, dan  Dekstrosa  Simpan  Simpan  Tidak ada.
mg/ml 1 ml krisis tirotoksik, 1 mg selama 1 5% pada selama 24
(Propanolol menit, jika perlu ulang dengan dalam temperatu jam pada
HCl) interval 2 menit; maksimal 10 NaCl r ruangan temperatur
mg (5 mg dalam anestesi). 0,9%. yang ruangan
 Dekstrosa terkontrol yang
5% (sekitar terkontrol.
dalam 25°C).
NaCl  Terlindun
0,45%. g dari
 Dekstrosa cahaya
5% dan
dalam air. panas.
 Ringer’s  Hindari
injection, pembekua
Universitas Indonesia

lactated. n.
 NaCl
0,45%.
 NaCl
0,9%.

247
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

218. Protamine  Injeksi intravena, selama lebih  Dekstrosa  Simpan di  Setelah  Sefalosporin dan
sulphate 10 kurang 10 menit, 1 mg 5% dalam dibuka, penisilin.
mg/ml 5 ml menetralkan 100 unit heparin dalam air. lemari harus
(Protamin (mukosa) atau 80 unit heparin  NaCl pendingin digunakan
sulfat) (paru) bila diberikan dalam 0,9%. dan segera.
waktu 15 menit setelah heparin; hindari  Residu
jika waktunya lebih panjang, pembekua harus
diperlukan protamin yang lebih n. dibuang.
sedikit karena heparin dengan  Stabil
cepat diekskresi minimal 50 selama 10
mg. hari
samapai 2
minggu
pada
temperatu
r ruangan.
219. Quelicin Inj  Anak dan dewasa IM : sampai  Dekstrosa  Simpan  Setelah  Barbiturat dan
200 mg/10 ml 3-4 mg/kg, total dosis tidak 5% pada suhu pelarutan Nafcilin.
(suksinilkolin lebih dari 150 mg. dalam air. 2-8°C. dengan
Universitas Indonesia

klorida)  IV. Karena beresiko hipetemia  NaCl  Dapat NaCl 0,9%,


malignan, infuse lanjutan tidak 0,9%. disimpan stabil
boleh digunakan pada bayi dan  Dekstrosa selama 3 secara
anak. Anak kecil, Dosis lazim 2 5% bulan kimia
mg/kg/dosis setiap satu waktu; dalam pada suhu selama 4

248
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 pemeliharaan 0,3-0,6  NaCl diatas  minggu


mg/kg/dosis setiap 5-10 menit 0,9%. 25°C pada suhu
sesuai kebutuhan. Anak yang 5°C dan 1
lebig tua dan remaja, dosis minggu
lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu pada suhu
waktu; pemeliharaan 0,3-0,6 25°C
mg/kg setiap 5-10 menit sesuai
kebutuhan.
IV. Dewasa. Dosis lazim untu
prosedur operasi pendek 0,6
mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg).
Prosedur operasi panjang, infus
lanjutan 2,5-4,3 mg/menit
berdasarkan respon pasien,
dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg,
pemeliharaan 0,04-0,07
mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.
220. Radin 50 mg/2  Dosis standard: 50 mg injeksi  N5  Larutan  Gunakan  Y-site :
ml, Ranitidin IV, infus IV, atau injeksi IM,  D5W jernih, larutan Amphotericin B
Universitas Indonesia

25 mg/2 ml diulang tiap 6-8 jam jika tidak rekonstitu choleteryl sulfate
diperlukan; infus kontinu: berwarna si dalam complex,
(Ranitidin
 Profilaksis perdarahan GI atas sampai waktu 24 aztreonam,
HCl) dosis awal 50 mg injeksi IV kuning jam. cefazolin sodium,
diikuti 125-250 mcg/kg/jam muda cefepime HCl,

249
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 infus IV;  Terjadiny  ceftazidime,


 Pasien berisiko teraspirasi asam: a cisplatin.
50 mg injeksi IV atau IM 45-60 perubaha  Dalam syringe :
menit sebelum induksi anestesi n warna chlorpromazine
umum; sedikit HCl, diazepam,
 Dosis kelainan ginjal: Cl Cr gelap heparin sodium,
<50 mL/menit, turunkan dosis tidak midazolam HCl.
individu menjadi 25 mg berpengar  Aditif : Atracurium
uh pada besylat, cefazolin
potensi sodium,
obat. ceftazidime,
 Larutan cefuroxime sodium,
yang clindamycin
berwarna phosphate.
kecoklata
n harus
dibuang.
 Simpan
pada suhu
Universitas Indonesia

25-30°C
di tempat
kering
dan
terlindun.

250
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dari
cahaya
221. Renxamin  Dosis sesuai dengan kebutuhan  Fat  Simpan  Karena  Antibiotik dan
Infus 9% 200 metabolik, pengeluaran energi emulsion pada suhu tidak steroid.
ml, Renxamin & status klinis pasien. Dosis 10%, tidak lebih mengandu  Gansiklovir
harian tanpa dialisis 0,4-0,6 g intravena. dari 40°C. ng  Insulin.
Inj 200 ml
asam amino/kg berat  Hindari pengawet,  Heparin kecuali
(Asam amino) badan/hari, pada dialisis 0,8-1,2 pembekua maka harus diberikan melalui Y-
g asam amino/kg berat n. digunakan site line untuk
badan/hari dengan IV lambat.  Terlindun dengan penggunaan infuse
g dari segera TPN.
cahaya. sampai
waktu 24
jam.
222. Reviral Infus  Mencegah transmisi HIV ibu  Destrosa  Simpan  Ketika  Produk obat ini
200 mg/10 ml dan janin. Neonatal, dosis harus 5% pada suhu dilarutkan tidak boleh
(Zidovudin) dimulai 6-12 jam setelah lahir dalam antara dengan dicampur dengan
dan berlanjut untuk 6 minggu air. 15°C- dekstrosa obat lain.
pertama. Bayi berumur ≥30 25°C. 5% dalam
Universitas Indonesia

minggu dan <35 minggu 1,5  Terlindun air, dapat


mg/kg/dosis setiap 12 jam, g dari disimpan
umur 2 minggu 1,5 mg/kg/dosis cahaya. selama 24
setiap 8 jam. Bayi berumu <30 jam pada
minggu 1,5 mg/kg/dosis setiap 

251
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 12 jam; pada umu 4 minggu 1,5  temperatur


mg/kg/dosis setiap 8 jam. e ruangan
Selama persalinan, zidovudin yang
IV dengan dosis 2 mg/kg terkontrol
sebagai loading dose yang atau
diikuti dengan infus lanjutan 1 selama 48
mg/kg/jam sampai tali pusar jam pada
terlepas. lemari
 Pengobatan infeksi HIV. Anak pendingin
6 minggu sampai 12 tahun, (2°C-8°C).
infus IV lanjutan 20  Karena
mg/m2/jam, Infus IV berselang tidakmeng
120 mg/m2/dosis setiap 6 jam. andung
Anak ≥12 tahun, Infus IV pengawet,
berselang 1 mg/kg/dosis setiap maka harus
4 jam (5-6 dosis/hari). Dewasa digunakan
IV 1 mg/kg/dosis setiap 4 jam dengan
(5-6 dosis/hari). segera.
223. Roculax 50  Endotrakeal intubasi. Dewasa,  Dekstros  Simpan  Stabil  Tidak kompatibel
Universitas Indonesia

mg/5 ml 0,6-1,2 mg/kg berat badan a 5% vial pada selama 24 larutan yang
(Rokuronium sebagai IV bolus. Pemeliharaan: dalam lemari jam. mengandung zat
0,1-0,2 mg/kg berat badan air. pendingin aktif berikut:
Bromida)
sebagai IV intermiten. Anak-  Dekstros (2°C-8°C) amfoterisin,
anak, Awalnya 0,6 mg/kg berat a 5% dan amoksisilin,

252
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

badan. Pemeliharaan: 0,075- dalam hindari  azathioprine,


0,125 mg/kg berat badan. NaCl pembekua cefazolin,
0,9%. n. kloksasilin,
 Ringer’s  Dapat deksametason,
injection, disimpan diazepam,
lactataed. pada enoximone,
 NaCl temperatur eritromisin,
0,9%. e ruangan famotidine,
yang furosemide,
terkontrol hidrokortison
selama 60 natrium suksinat,
hari. insulin, Intralipid,
metoheksital, metil
prednisolon,
prednisolon natrium
suksinat, tiopental,
trimetoprim dan
vankomisin.
224. Sandimmun 50  Dosis lazim 5-6 mg/kg/hari  Dekstros  Simpan  Dapat  Tidak kompatibel
Universitas Indonesia

mg/ml 5 ml sebagai dosis tunggal, diinfus a 5% pada suhu digunakan dengan larutan
(Siklosporin) selama 2-6 jam, diberikan pada dalam dibawah ttidak lebih infuse yang
pasien yang tidak bisa menelan air. 30°C. dari 6 jam mengandung
kapsul atau larutan oral  NaCl  Terlindun apabila minyak jarak
0,9%. g dari digunakan polioksietil

253
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

cahaya. kemasan  Hindari dari minyak


 Hindarai PVC. silion dan zat lemak.
pembekua  Dapat
n digunakan
tidak lebih
dari 12 jam
apabila
digunakan
kemasan
gelas
225. Serum anti  Profilaksis anak : 1000-3000  Tidak ada  Simpan  Setelah  Produk obat ini
diphtheria UI, injeksi intramuskular, karena pada suhu dibuka, tidak boleh
10.000 IU 5 tergantung usia anak. langsung 2°C-8°C. langsung dicampur dengan
ml, Serum anti  Profilaksi dewasa : 3000-5000 diberikan  Jangan digunakan obat lain.
diphtheria Inj UI, injeksi intramuskular. secara membeku segera.
20.000 IU 5 ml IM. kan.
(Serum  Buang jika
antidifteri tidak
=ADS) terpakai.
Universitas Indonesia

226. Serum  Sebelum terkena rabies. Satu  “Water  Simpan  Shelf life :  Vaksin tidak boleh
antirabies 100 suntikan 1 mililiter diberikan for pada suhu 3 tahun dicampur dengan
IU/ml 20 ml, setiap hari pada hari ke 0 , 7 injection” 2°C-8°C  Setelah obat lain.
Vaksin Rabies dan 28 . Hari untuk mencapai dalam dilarutkan,
Kering Orang status kekebalan yang efektif lemari vaksin.

254
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(Otak mencit) pada dosis ke-3 adalah 21 hari . pendingin. harus


(Serum Bagi mereka yang berisiko  Jangan segera
antirabies) reguler dan berkelanjutan, satu membeku digunakan.
penguat dosis vaksin harus kan.
diberikan pada 1 tahun. Dosis
lebih lanjut harus diberikan
pada tiga interval lima tahun
setelahnya.
 Setelah terkena rabies.
Pengobatan harus dimulai
sesegera mungkin setelah
dicurigai terkena rabies, diikuti
dengan pemberian vaksin dan
imunisasi pasif. Pada orang
yang diketahui memiliki
profilaksis yang memadai,
dalam hal kontak dengan hewan
rabies, dua vaksin harus
diberikan , satu pada hari 0 dan
Universitas Indonesia

satu pada hari 3. Pada orang


dengan profilaksiskurang
memadai, suntikan pertama
vaksin rabies (hari 0) harus
diberikan sesegera mungkin

255
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

setelah dicurigai melakukan


kontak dan diikuti oleh empat
dosis lanjutan pada hari-hari 3,
7, 14 dan 30 (ditambah dosis 5
dapat diberikan adalah 28 hari
sesuai rekomendasi WHO).
227. Sianokobalami  Pemberian IM awalnya 1 mg  dekstran  Terlindun  Shelf life : -
n 500 mcg/ml diulangi 10 kali dengan interval 6% di g dari 24 bulan.
(Sianokobalam 2-3 hari, dosis pemeliharaan 1 dekstrosa cahaya  Setelah
mg setiap bulan. , dekstran dan dibuka,
in/vitamin
6% adalam harus
B12) dalam kemasan digunakan
NS, yang baik. segera.
D5LR,
D51/4NS
,
D51/2NS
, D5NS,
D5W,
Universitas Indonesia

D10W,
D10NS,
LR,
1/2NS,
NS

256
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 TPN
228. Sodium  Krisis hipertensi, secara infuse  Dekstros  Simpan  Residu  Dobutamin,
Nitroprusside intravena, dosis awal 0,5-1,5 a 5% pada harus dopamine, lidokain,
for injection mcg/kg BB/menit, kemudian dalam temperatur dibuang nitrogliserin.
BP 50 mg ditingkatkan bertahap 500 air. ruangan setelah 4  Tidak boleh
(Natrium nanogram/kg BB/menit setiap 5 yang jam dari dicampur dengan
Nitropuside) menit dalam kisaran 0,5-8 terkontrol. rekonstitus pengawet.
mcg/kg BB/menit (dosis lebih  Terlindun i.
rendah jika sudah mendapat g dari  Larutan
antihipertensi lain); penggunaan cahaya rekosntitus
dihentikan jika dalam 10 menit, dan panas. i dapat
respon tidak memuaskan  Hindari digunakan
dengan dosis maksimal. Telah pembekua sampai 24
digunakan dosis awal lebih n. jam selama
rendah 300 nanogram/kg terlindung
BB/menit; menjaga tekanan dari
darah diastolic 30-40% lebih cahaya.
rendah dari sebelum terapi, 20-
400 mcg/menit (dosis lebih
Universitas Indonesia

rendah untuk pasien yang sudah


antihipertensi lain); mengontrol
hipotensi saat pembedahan,
dengan infuse intravena,
maksimal 1,5 mcg/kg

257
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

BB/menit. Gagal jantung,


dengan infus intravena, dosis
awal 10-15 mcg/menit,
ditingkatkan setiap 5-10 menit
sesuai kebutuhan; dosis lazim
10-200 mcg/menit, maksimal 3
hari.
229. Somatostatin-  Awalnya 3,5 mcg/kg atau 250 -  Simpan - -
Lyomark Inj 3 mcg IV bolus lambat selama pada
mg tidak <1 menit, segera diikuti kemasan
(Somatostatin) oleh IV infus kontinu dari 3,5 kedap
mcg/kg/jam selama 12 jam. udara.
Pemberian terus menerus:  Simpan
Minimal 48 jam untuk pada suhu
maksimal 5 hari. 2°C-8°C.
 Terlindun
g dari
kelembaba
n dan
Universitas Indonesia

cahaya.
230. Streptase 1,5  Trombosis vena dalam,  Dekstros  Simpan  Simpan  Dekstran.
juta IU, embolisme paru, a 5% vial pada pada
Streptase tromboembolisme arterial akut, dalam temperatur lemari
750.000 IU vena retina pusat atau air. ruangan pendingin

258
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(Sterptokinase) thrombosis erfecil : infuse  NaCl yang sampai 24


intravena, 250000 unit selama 0,9%. terkontrol. jam.
30 menit, kemudian 100000
unit setiap jam selama sampai
dengan 24-72 jam menurut
kondisi. Infark miokard,
1500000 unit selama 60 menit
231. Streptomycin  TBC (>50 kg atau <40 tahun):  Aqua pro  Simpan  Larutan  Inkompatibel
sulphate 1 g 15 mg/kg/hari injeksi IM injeksi kemasan tetap stabil dalam syringe :
(Streptomisin (maksimum 1 g/hari); TBC asli di selama 24 Heparin.
sulfat) (<50 kg atau > 40 tahun): 10 bawah suhu jam pada  Inkompatibel jika
mg/kg/hari injeksi IM 30°C suhu dicampur : :
(maksimum 750 mg/hari),  Terlindung kamar., Amobarbital,
 ClCr 10-50 mL / menit: dari cahaya terlindung amphotericin B,
diberikan setiap 24-72 jam dari chlorothiazide,
 ClCr <10 mL / menit: diberikan cahaya. heparin,
setiap 72-96 jam methohexital,
 Injeksi I.M. ke dalam massa norepinephrine,
otot besar. pentobarbital,
Universitas Indonesia

 Pemberian IV tidak phenobarbital,


direkomendasikan phenytoin, sodium
bicarbonate.
232. Succinyl asta  Anak dan dewasa IM : sampai  Dekstrosa  Simpan  Stabil pada  Barbiturat dan
siccum Inj 100 3-4 mg/kg, total dosis tidak 5% dalam pada suhu suhu 5°C nafsilin.

259
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mg lebih dari 150 mg. air. 2°C-8°C. selama 4


(Suksinilkolin  IV. Karena beresiko hipetemia  NaCl minggu
Cl) malignan, infuse lanjutan tidak 0,9%. taua
boleh digunakan pada bayi dan  Dekstrosa selama 1
anak. Anak kecil, Dosis lazim 2 5% dalam minggu
mg/kg/dosis setiap satu waktu; NaCl pada suhu
pemeliharaan 0,3-0,6 0,9%. 25°C.
mg/kg/dosis setiap 5-10 menit  Residu
sesuai kebutuhan. Anak yang harus
lebig tua dan remaja, dosis dibuang
lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu setelah 24
waktu; pemeliharaan 0,3-0,6 jam.
mg/kg setiap 5-10 menit sesuai
kebutuhan.
 IV. Dewasa. Dosis lazim untu
prosedur operasi pendek 0,6
mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg).
Prosedur operasi panjang, infus
lanjutan 2,5-4,3 mg/menit
Universitas Indonesia

berdasarkan respon pasien,


dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg,
pemeliharaan 0,04-0,07
mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.
233. Succinyl asta  Anak dan dewasa IM : sampai  Dekstrosa  Simpan  Stabil pada  Barbiturat dan

260
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

siccum 100 mg 3-4 mg/kg, total dosis tidak 5% dalam pada suhu suhu 5°C nafsilin.
(Suksinilkolin lebih dari 150 mg. air. 2°C-8°C. selama 4
Cl)  IV. Karena beresiko hipetemia  NaCl minggu
malignan, infuse lanjutan tidak 0,9%. taua
boleh digunakan pada bayi dan  Dekstrosa selama 1
anak. Anak kecil, Dosis lazim 2 5% dalam minggu
mg/kg/dosis setiap satu waktu; NaCl pada suhu
pemeliharaan 0,3-0,6 0,9%. 25°C.
mg/kg/dosis setiap 5-10 menit  Residu
sesuai kebutuhan. Anak yang harus
lebig tua dan remaja, dosis dibuang
lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu setelah 24
waktu; pemeliharaan 0,3-0,6 jam.
mg/kg setiap 5-10 menit sesuai
kebutuhan.
 IV. Dewasa. Dosis lazim untu
prosedur operasi pendek 0,6
mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg).
Prosedur operasi panjang, infus
Universitas Indonesia

lanjutan 2,5-4,3 mg/menit


berdasarkan respon pasien,
dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg,
pemeliharaan 0,04-0,07
mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.

261
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

234. Suplasyn 2 ml  2 mL intra-artikuler 3 kali atau  Tidak ada  Simpan di  Setelah -


(Na sekali/minggu. Kondisi kronis: pelarut tempat dibuka,
Hyaluronate) Sampai 5 kali. karena yang gunakan
diberikan dingin segera.
langsung (2°-8°C).  Residu
secara  Lindungi harus
intraarteri dari dibuang.
al. cahaya.
 Jangan
membeku
kan.
235. Survanta 25  Profilasksis diberikan 100 mg  Tidak ada  Simpan  Shelf life :  Tidak ada penelitian
mg/ml fosfolipid (4 ml/kg) intratrakeal, karena pada 18 bulan. terbaru karena
(Beractant) jika memungkinkan, 4 dosis diberikan lemari  Jangan pemberian obat ini
selama 48 jam pertama, langsung pendingin dibekukan. secara khusus.
frekuensi tidak lebih dari 6 jam. secara (2°C-8°C). Setiap
 Penyelamatan diberikan 100 mg intratrake  Terlindung produk
fosfolipid (4 ml/kg), dapat al. dari yang
diulangi jika dibutuhkan, cahaya. dibekukan
Universitas Indonesia

frekuensi tidak lebih dari 6 jam, harus


maksimum 4 dosis. dibuang.
236. Sustanon  IM 1 ml 3 mingguan.  Tiadak  Simpan  Shelf life :  Tidak berlaku.
“250” Inj 250 ada dibawah 3 tahun.
mg/ml karena 30°C.  Setiap

262
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(Testosterone diberikan  Jangan produk


propionate 30 langsung mendingin yang tidak
mg, secara kan atau terpakai
testosterone IM. membekuk atau bahan
phenylpropion an. limbah
ate 60 mg,  Simpan harus
testosterone dalam dibuang.
isocaproateate paket asli
60 mg, untuk
testosterone melindung
decanoate 100 i dari
mg) cahaya.
237. Synflorix  Jadwal imunisasi untuk  Tidak ada  Simpan  Vaksin  Produk obat ini tidak
Synflorix harus didasarkan pada karena pada harus boleh dicampur
rekomendasi resmi. langsung lemari mencapai dengan obat lain.
Bayi 2-6 bulan. Jadwal diberikan pendingin suhu kamar
Vaksinasi Primer : 3 dosis 0,5 secara (2°C-8°C). sebelum
mL dengan interval minimal 1 IM.  Terlindung digunakan.
bulan. Dosis penguat dianjurkan dari  Vaksin
Universitas Indonesia

minimal 6 bulan setelah dosis cahaya. harus


primer terakhir antara 12-15  Simpan dikocok
bulan . dalam sebelum
Bayi >6 bulan dan Anak-anak: paket asli digunakan.
12-23 bulan : 2 dosis 0,5 mL untuk

263
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dengan interval minimal 2 melindung


bulan. i dari
Bayi 7-11 bulan : 2 dosis 0,5 cahaya.
mL dengan interval minimal 1
bulan. Dosis 3 dianjurkan dalam
2 tahun dengan interval minimal
2 bulan.
238. Testosteron  Remaja dan dewasa laki-laki.  Tidak ada  Jangan  Shelf life :  Tidak ada sampai
vial dalam IM. Hipogonadisme : 50-400 karena simpan di 5 tahun. saat ini.
minyak 200 mg setiap 2-4 minggu; 75-100 diberikan atas 25 °  Setiap
mg/ml mg/minggu atau 150-200 mg langsung C. produk
(enantat) setiap 2 minggu. Terlambat secara  Simpan yang tidak
[testosteron] pubertas : 50-200 mg setiap 2-4 subkutan dalam terpakai
minggu untuk durasi terbatas. (SC). kemasan atau bahan
Implantasi subkutan untuk yang asli. limbah
terlambat pubertas dan harus
hipogonadisme 150-450 mg dibuang.
setiap 3-6 bulan.
 Remaja dan dewasa perempuan.
Universitas Indonesia

Kanker payudara metastatik


200-400 mg setaiap 2-4 minggu.
239. Tetagam 300  Profilaksis tetanus 250 IU IM.  Tidak ada  Simpan  Vaksin  Produk obat ini tidak
IU 5 ml, Dosis harus dua kali lipat dalam karena dalam harus dicampur dengan
Vaksin campak kasus luka dengan kerusakan diberikan wadah asli mencapai obat lain.

264
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

kering (Vaksin jaringan atau luka yang langsung pada 2°C- suhu kamar
Jerap Tetanus terinfeksi atau cedera yang secara 8°C. sebelum
= tetanus terjadi lebih dari 24 jam atau IM.  Penyimpa digunakan.
adsorbed pada orang dewasa dengan nan hingga  Residu
toxid) berat lebih dari rata-rata. Terapi satu harus
klinis tetanus tunggal dosis minggu dibuang.
3,000-6,000 IU IM dalam pada suhu
kombinasi dengan prosedur kamar (25
klinis lainnya yang sesuai. ° C) dalam
kemasan
asli.
 Jangan
dibekukan.
 Menyimpa
n botol
dalam
karton luar
untuk
melindung
Universitas Indonesia

i dari
cahaya.
240. Totilac Infus  Untuk pasien hemodinamik - - - -
250 ml (Na- dosis tergantung pada
laktat 28,25 g, kebutuhan, dosis maksimum 10

265
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

KCl 0,075 g, cc/kg BB intravena selama 12


CaCl2.2 H2O jam, jika dosis maksimum
0,05 g) larutan laktat hipertonik sudah
tercapai dapat diberikan infus
6% hidroksietil starch jika
diperlukan untuk menjaga terapi
cairan.
241. Tramal 50 mg,  Nyeri: 50-100 mg injeksi IM  NaCl  Simpan  Larutan  Y-site : heparin
Tramadol 50 atau IV tiap 4-6 jam; 0,9% pada suhu jernih dan sodium.
mg (Tramadol  Nyeri pascaoperasi: awal 100  Dexrose ruangan tidak  Dalam syringe :
HCl) mg kemudian 50 mg tiap 10-20 5% yang berwarna. heparin sodium.
menit jika dibutuhkan selama 1 dalam terkontrol Perlindun
jam pertama, kemudian 50-100 air. yaitu gan dari
mg tiap 4-6 jam (maksimum  RL. pada suhu maupun
600 mg/hari); 25°C paparan
 Dosis pada gangguan ginjal: Cl (77°F). cahaya
Cr 10-20 mL/menit berikan 50-  Dan tidak
100 mg tiap 8-12 jam, Cl Cr dalam berpengar
<10 mL/menit berikan 50 mg wadah uh pada
Universitas Indonesia

tiap 8-12 jam tertutup stabilitas


rapat. larutan
infuse
tramadol
dengan

266
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

konsentras
i 0,5 dan 4
mg/ml
dalam
D5W atau
NS.
 Simpan
pada suhu
<30°C, di
tempat
kering,
dan
terlindung
dari
cahaya.
 Stabil
selama 24
jam dalam
RL dan
Universitas Indonesia

4,2 %
sodium
bicarbonat
e.
242. Trifluid Infus  Dosis individu - - - -

267
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

500 ml (per L :
glucose 60 g;
fructose 30 g;
xylitol 15 g;
Na 35 meq; K
20 meq; Mg 5
meq; Ca 5
meq; Cl 35
meq; acetate 6
meq; citrate 16
meq;
phosphate 10
mmol; Zn 5
mmol)
243. Triofusin 500  Maksimal : - -  Gunakan -
Infus 500 ml  Triofusin 500 ; 50 larutan
(per L : ml/kgBB/hari. jernih
fructose 60 g; dalam
glucose 33 g; kemasan
Universitas Indonesia

xylitol 30 g) utuh.
 Simpan
dibawah
temperatur
25°C

268
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Hindari
cahaya.
244. Triofusin 1000  Maksimal : - -  Gunakan -
Infus 500 ml  Triofusin 1000; 25 larutan
(per L : ml/kgBB/hari. jernih
fructose 120 g; dalam
glucose 66 g; kemasan
xylitol 60 g) utuh.
 Simpan
dibawah
temperatur
25°C
 Hindari
cahaya.
245. Triofusin 1600  Maksimal : - -  Gunakan -
Infus 500 ml  Triofusin 1600; 15 larutan
ml/kgBB/hari. jernih dala
kemasan
utuh.
Universitas Indonesia

 Simpan
dibawah
temperatur
25°C
 Hindari

269
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

cahaya.
246. Triofusin – E  - -  Hanya -
1000 (per L : Kecepatan infus : pasien dengan digunakan
fructose 120 g; BB 70 kg 45-50 tetes/ menit. jika larutan
glucose 66 g; dalam
xylitol 60 g; kemasan
electrolyte, vit) utuh.
Simpan di
bawah
25°C,
hindari
cahaya.
247. Triparen Infus  Melalui infus intravena - - - -
1 L (per L perlahan tergantung dari defisit
Triparen No 1 : atau kebutuhan harian.
anhydrous
dextrose 133 g;
fructose 67 g;
xylitol 33 g;
Universitas Indonesia

KCl 1,1 g; K
acetate 1 g; Ca
gluconate 1,7
g; Mg Sulfate
1 g, dibasic K

270
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

phosphate 1,7
g; Zn 4,8 g;
citric acid 1,4
g; calories 933
kCal)
248. Triparen Infus  Melalui infus intravena -  Simpan  Hanya  Larutan manitol
1 L (per L perlahan tergantung dari defisit pada dapat 20% dan larutan
Triparen No 2 : atau kebutuhan harian. temperatu digunakan manitol 25% karena
anhydrous r ruangan sampai 24 membentuk
dextrose 167 g; yang jam. endapan.
fructose 83 g; terkontrol
xylitol 42 g; dan hanya
NaCl 2,2 g; digunakan
KCl 2,6 g; Na jika bebas
citrate 1,5 g; dari
Ca gluconate partikel.
1,7 g; Mg
Sulfate 1 g,
monobasic K
Universitas Indonesia

phosphate 1,3
g; Zn 4,8 g;
citric acid 0,33
g; calories
1168 kCal)

271
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

249. Tuberculin  Dosis Dewasa, Diagnosis -  Simpan  Secara -


PPD Inj 1,5 ml tuberkulosis, imunodefisiensi dalam mikrobiolo
@2 UT/0,1 ml sel sedang : intradermal 0,1 ml. lemari gi harus
(Tuberculin  Dosis Geriatrik sama dengan pendingin segera
Purified dosis dewasa. pada suhu digunakan.
Protein  Dosis Pediatrik sama dengan 2°C-8°C  Jika tidak
Derivative/PP dosis dewasa. (36°F- langsung
D) 46°F). digunakan,
 Tidak setelah
membeku. dibuka,
 Lindungi kemasan
dari harus
cahaya. dibuang
setelah 30
hari.
250. Tutofusin OPS  30 mL/kg berat badan/hari  Tidak ada  Simpan di  Harus  Inkompatibel di
Infus 500 ml (ekuivalen dengan 1,5 g karena suhu disimpan tempat pemberian :
(per L : Na 100 sorbitol/kg berat badan/hari). manitol kamar pada suhu Cefepime,
meq; K 18 Pasien dengan berat 70 kg 2 L merupaka  Hindari kamar doxorubicin
Universitas Indonesia

meq; Ca`4 hari dengan laju infus hingga 6 n pelarut dari yang liposome, filgrastim
meq; Mg 6 mL / menit (120 tetes / menit). untuk zat pembekua terkendali  Inkompatibel jika
meq; Acetate lain. n dan dicampur :
38 meq;  Kristalisas dilindungi Imipenem/cilastatin,
sorbitol 50 g) i dapat dari meropenem

272
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

terjadi pembekuan
pada suhu  Larutan
rendah, secara
jangan kimiawi
mengguna stabil.
kan Manitol
larutan 20% akan
yang stabil
mengandu setelah
ng Kristal diautoklaf
 Pemanasa pada suhu
n dalam 250°F
bak air selama 15
panas dan menit.
goncangan 
kuat dapat
digunakan
untuk
resolubiliz
Universitas Indonesia

ation
251. Urografin 76%  Dewasa. Infus drip urograpi 2- -  Terlindun  Shelf life :  Antihistamin,
20 ml (per ml : 4ml/kg berat badan hingga 250 g dari 5 tahun. kortikosteroid
100 mg Na ml. “retrograde urography” 5- cahaya  Sisa yang profilaksis.
amidotrizoat, 10ml. dan X- tidak

273
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

660 mg  Anak-anak. Infus drip urograpi  rays  digunakan


meglumin : tidak boleh lebih dari 4 ml/kg harus
amidotrizoat) berat badan. dibuang.
252. Uromitexan Inj  Infus jangka pendek-dosis  Dekstros  Simpan  Ampul  Amfoterisin B
400 mg ifosfamida <2,5 g/m2/hari, dosis a 5% pada yang sudah kompleks kolesterol
(Mesna) lazim mesna 60% dari dalam temperatur dibuka sulfat.
ifosfamida dibagi 3 dosis (0, 4, NaCl ruangan sebaiknya
dan 8 jam setelah dimulai 0,2%. yang dibuang.
ifosfamida).  Dekstros terkontrol.  Stabil pada
 Infus lanjutan-dosis ifosfamida a 5% suhu 25°C
<2,5 g/m2/hari, mesna diberikan dalam selama 24
secara IV Bolus 20% dari dosis NaCl jam.
ifosfamida, diikuti dengan 0,33%.
infuse lanjutan mesna 40% dari  Dekstros
dosis ifosfamida selama 12-24 a 5%
jam setelah infuse ifosfamida. dalam
 Dosis tinggi ifosfamida (>2,5 NaCl
g/m2/hari, dibutuhkan frekuensi 0,45%.
dan dosis tinggi mesna.  Dekstros
Universitas Indonesia

a 5%
dalam
air.
 Ringer’s
injection,

274
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

lacatated.
 NaCl
0,9%.
253. Vaksin BCG  0,05 ml (1 bulan-1 tahun); 0,1  saline  Simpan di  Produk  Produk obat ini
kering Inj ml (1-18 tahun) dengan cara bebas lemari es harus tidak boleh
0,375 mg/ml injeksi intradermal. pengawet (2°C- digunakan dicampur dengan
(Vaksin BCG) 8°C). segera obat lain.
 Terlindun setelah
g dari rekonstitus
cahaya. i. Dalam
hal terjadi
penundaan
antara
rekosntitus
i dan
pemberian,
dapat
disimpan
hingga 2
Universitas Indonesia

jam pada
suhu 2°C
atau 25°C
dan
terlindung

275
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dari
cahaya.
254. Vaksin Jerap  Profilaksis tetanus 250 IU IM.  Tidak ada  Simpan  Vaksin  Produk obat ini tidak
Diphteria, Dosis harus dua kali lipat dalam karena dalam harus dicampur dengan
Tetanus, dan kasus luka dengan kerusakan diberikan wadah asli mencapai obat lain.
Pertusis (DTP) jaringan atau luka yang langsung pada 2°C- suhu kamar
Inj (Vaksin terinfeksi atau cedera yang secara 8°C. sebelum
Jerap Difteri terjadi lebih dari 24 jam atau IM.  Penyimpa digunakan.
Tetanus = DT) pada orang dewasa dengan nan hingga  Residu
berat lebih dari rata-rata. Terapi satu harus
klinis tetanus tunggal dosis minggu dibuang.
3,000-6,000 IU IM dalam pada suhu
kombinasi dengan prosedur kamar
klinis lainnya yang sesuai. (25°C)
dalam
kemasan
asli.
 Jangan
dibekukan.
Universitas Indonesia

 Menyimpa
n botol
dalam
karton luar
untuk

276
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

melindung
i dari
cahaya.
255. Vaksin Polio  Polio-0 diberikan saat  Tidak ada  Simpan  Setelah  Tidak boleh
Oral Trivalen kunjungan pertama. Untuk bayi karena pada dibuka, dicampur dengan
(Sabin) Inj yang baru lahir di RS/RB polio langsung lemari harus obat lain.
10/20 dosis oral diberikan saat bayi diberikan pendingin digunakan
(Vaksin polio) dipulangkan (untuk (suhu segera.
menghindari transmisi virus 2°C-8°C).
vaksin kepada bayi lain)  Jangan
membeku
kan.
 Terlindun
g dari
cahaya.
256. Valdimex 10  Sedasi untuk bedah minor atau  Glukosa  Simpan  Jika Wadah PVC, KCl,
mg/2 ml, prosedur dental: 100-200 5%; tidak kemasan larutan amfoterisin,
Valium 5 mg/2 mcg/kg injeksi IV, direkmon asli di diazepam atracurium,
ml (Diazepam)  Dosis dewasa 10-20 mg edasi bawah harus cisatracurium,
Universitas Indonesia

untuk suhu digunaka dobutamin,


dilarutka 25°C. n melalui flukloksasilin,
n  Larutan infus, foscarnet,
 NaCl 0,9 harus gunakan furosemid, heparin
tidak segera Na, linezolid,

277
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

dapat
berwarna infus yang meropenem, pabrinex,
digunakan
sampai telah propofol, remifentanil,
untuk
kuning disiapkan. vecuronium bromida
penggunaa
pucat.  Stabilitas
 Perubahan
n darurat tergantung
warna dari wadah,
menunjuk cairan,
kan konsentrasi,
larutan dan
terdegrada perangkat
si dan pemberian
tidak
boleh
digunakan
257. Vancomysin  Bayi >1 bulan dan anak-anak  Dekstros  Simpan  Stabil  Aminofilin.
HCl Inj 0,5 g IV : 10-15 mg/kg setiap 6 jam. a 5% pada selama 14  Kloramfenikol
(Vankomisin  Dewasa IV : 2-3 g/hari (30-60 dalam temperatur hari di natrium suksinat.
HCl) mg/kg/hari) setiap 8-12 jam. air. ruangan. lemari  Penisilin G kalium.
 NaCl pendingin.  Penition Na.
Universitas Indonesia

0,9%.  Vitamin B kompleks


dengan vitamin C.
258. Vasopresin 20  IM, Sub Q. Anak-anak 2,5-10  Dekstrosa  Simpan  Dapat -
IU/ml 1 ml unit 2-4 kali/hari sesuai 5% dalam kemasan digunakan
(Vasopresin) kebutuhan. Dewasa 5-10 unit 2- air. dalam tidak lebih

278
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

4 kali/hari sesuai kebutuhan.  NaCl temperatur dari 24


 Infus IV lanjutan. Anak-anak, 0,9%. ruangan jam.
dosis lazim 0,0005 unit/kg/jam, yang
ditambahkan lagi 0,0005 terkontrol.
unit/kg./jam setiap 5-10 menit  Hindari
untuk mengurangi keluarnya pembekua
urin (dosis maksimum 0,01 n.
unit/kg/jam). Dewasa, konversi
IM atau SubQ dibutukan 1 jam
infus IV lanjutan.
259. Venofer Inj  Orang dewasa dan lebih tua :  NaCl  Simpan  Shelf life :  Tidakboleh
100 mg/5 ml total dosis kumulatif setara 0,9%. dalam 3 tahun. dicampur dengan
[Fe(OH)3 dengan total deficit besi (mg), kemasan  Masa obat lain atau agen
sucrose ditentukan berdasarkan kadar aslinya. simpan terapetik lain.
complex] haemoglobin dan berat badan.  Jangan setelah
Dosis dan penjadwalan dosis simpan di pertama
untuk iron secara individu atas 25 ° kali wadah
diperkirakan untuk masing- C. dibuka:
masing pasien berdasarkan pada  Jangan Dari sudut
Universitas Indonesia

pertimbangan dari total defisit membekuk pandang


besi. an. mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan

279
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

segera.
 Masa
simpan
setelah
direkonstit
usi dengan
NaCl 0,9%:
 Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera.
260. Vinblastine 10  Anak-anak. Penyakit hodgkin’s,  NaCl  Simpan  Karena  Furosemide baik
mg/10 ml dosis lazim 6 mg/m2, tidak 0,9%. pada bersifat dalam jarum sunti
(Vinblastin boleh diberikan lebih dari 7  “Bacterio lemari sitotoksik, maupun disuntikkan
sulfat) hari. Penyakit Lettere-Siwe, static pendingin. maka harus secara berurutan ke
2
dosis lazim 6,5 mg/m , tidak NaCl  Dapat digunakan Y-situs dapat
Universitas Indonesia

boleh diberikan lebih dari 7 0,9% disimpan tidak lebih membentuk


hari. Kanker testicular, dosis yang pada dari 24 jam endapan.
lazim 3 mg/m2, tidak boleh berisi temperatur pada suhu
diberikan lebih dari interval 7 benzil ruangan 40 C atau
hari. alkohol. yang pada

280
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Dewasa. Dosis lazim 3,7 terkontrol temperatur


mg/m2, ditambah dosis setiap 7 hanya 14 ruangan
hari (berdasarkan respon sel hari atau yang
darah putih) sampai 5,5 mg/m2 selama 1 terkontrol.
(dosis kedua); 7,4 mg/m2 (dosis bulan.
ketiga); 9,25 mg/m2 (dosis
keempat); dan 11,1 mg/m2
(dosis kelima); tidak boleh
diberikan lebih dari interval 7
hari. Range dosis 5,5-7,4 mg/m2
setiap 7 hari, dosis maksimum
18,5 mg/m2.
261. Vincristine 1  Anak ≤10 kg atau BSA <1 m2,  NaCl  Simpan  Karena  Vincristine sulfat
mg/ml, terapi lazim 0,05 mg/kg sekali 0,9%. pada bersifat tidak boleh
Vincristine 2 setiap minggu.  Dekstrosa temperatur sitotoksik, dicampur dengan
mg/ml  Anak >10 kg atau BSA ≥1 m2 : 5% dalam ruangan maka harus obat lainnya dan
2
(Vinkristin 1-2 mg/m , dapat diulangi sekali air. yang digunakan tidak boleh
sulfat) setia[ minggu untuk 3-6 terkontrol. tidak lebih diencerkan ke dalam
minggu, maksimum dosis  Terlindung dari 24 jam larutan yang
Universitas Indonesia

tunggal 2 mg. Neuroblastoma, dari pada suhu meningkatkan atau


infus IV lanjutan dengan cahaya. 40 C atau menurunkan pH di
doksorubisin 1 mg/m2/hari pada luar kisaran 3,5-5,5.
untuk 72 jam. temperatur Furosemide baik
 Dewasa 0,4-1,4 mg/m2, dapat ruangan dalam jarum sunti

281
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

diulangi setiap minggu atau 0,4- yang maupun disuntikkan


0,5 mg/hari infus lanjutan untuk terkontrol. secara berurutan ke
4 hari setiap 4 minggu atau Y-situs dapat
0,25-0,5 mg/m2/hari untuk 5 membentuk
hari setiap 4 minggu. endapan.
262. Vispaque 320  Dosis Dewasa. Maksimum dosis  Tidak ada  Simpan  Residu  Produk iodihexanol
mg/50 ml 80 g. Intraarterial, Iodixanol 320 karena pada harus tidak boleh
(Iodixanol) mg/ml, IV, Iodixanol 270 diberikan temperatur dibuang. dicampur dengan
mg/ml-320 mg/ml langsung ruangan  Setelah obat lain atau larutan
 Dosis Geriatrik sama dengan secara IV yang dibuka, melalui injeksi atau
dosis dewasa. dan terkontrol. harus pemberian “Y-site”.
 Dosis Pediatrik, dosis intraarteri  Terlindung segera
maksimum belum ditentukan. . dari digunakan.
Cerebral , ruang jantung , dan cahaya.
arteri utama terkait dan visceral,  Hindari
Intra arterial : Anak-anak > 1 pembekua
tahun 320 mg/mL atau 1-2 n.
mL/kg , dosis maksimum 4
mL/kg. Disertai dengan
Universitas Indonesia

pemeriksaan computer
tomografi atau ekskretoris
urograpi, IV Anak-anak > 1
tahun : 270 mg/mL atau 1-2
mL/kg, dosis maksimum 2

282
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

mL/kg. Anak-anak> 12 tahun :


Lihat dosis dewasa.
 Dilakukan penyesuaian dosis
pada kerusakan parah penyakit
ginjal dan hati .
263. Vitalipid-N  Antidot warfarin: untuk  Glukosa  Simpan  Hindarkan -
adult Inj perdarahan besar, hentikan 5%, kemasan larutan
(Fitomenadion warfarin dan berikan  NaCl asli pada dari
kombinasi) phytomenadione 5-10 mg 0,9% suhu cahaya
injeksi IV lambat; ruang langsung
 Untuk melawan peningkatan  Terlindun
INR berhubungan dengan g dari
kelainan hati: 10 mg IV cahaya
langsung
264. Voluven Infus  Untuk IV infus kontinu. -  Jangan - -
6% 500 ml  Dosis awal: 10-20 mL diinfus simpan di
[per 1000 ml : perlahan, menjaga pasien di atas
hydroxyethyl bawah pengawasan ketat 25°C.
starch (HES (karena mungkin annafilaksis).  Jangan
Universitas Indonesia

130/0,4) 60 g;  Dosis harian dan laju infus membeku


NaCl 9 g] tergantung pada kehilangan kan.
darah pasien, pada  Shelf-
pemeliharaan atau pemulihan Life: 3
hemodinamik dan hemodilusi tahun.

283
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

(efek dilusi).
 Dosis harian maksimum adalah
50 mL/kg berat badan/hari.
 Voluven dapat diberikan
berulang-ulang selama beberapa
hari sesuai dengan kebutuhan
pasien. Lamanya pengobatan
tergantung pada durasi dan
tingkat hipovolemia,
hemodinamik dan hemodilusi
tersebut.
265. Water for  Dosis sesuai kebutuhan individu  Tidak ada  Jangan  Harus  Dengan darah karena
injections Inj karena simpan di disimpan dapat menyebabkan
20 ml, Water digunaka atas 25 ° di suhu terjadinya hemolisis
for injections n sebagai C. ruangan jika diberikan secara
Inj 10 ml pelarut.  Jangan yang IV.
(Aqua pro membeku terkontrol.
injeksi) kan.
266. Widahes Infus  Dosis sesuai kebutuhan  Tidak ada  Jangan -  Tidak kompatibel
Universitas Indonesia

500 ml (per L : individu. karena simpan di dengan injeksi


hydroxyethyl digunaka atas 25 ° antibakteri.
starch (HES) n sebagai C.
200/0,5 60 g; pelarut.  Jangan
NaCl 9 g)

284
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

membeku
kan.
 Shelf-
Life: 3
tahun.
267. Xylocaine 2%  Injeksi IV pada pasien tanpa  NS  Ditempat  Simpan  Dalam syringe :
2 ml, gangguan sirkulasi yang berat,  D5W sejuk, larutan cefazolin sodium,
Xylocaine 2% 100 mg sebagai bolus selama  D5RL hindarkan (setelah pantoprazole sodium.
20 ml, beberapa menit (50 mg pada dari pengencera  Y-site : thiopental
Xylocaine pasien dengan BB lebih ringan cahaya n) pada sodium.
Jelly 2% 10 g atau pasien dengan gangguan  Stabil suhu 25°C,  Aditif : phenytoin
(Lignocaine sirkulasi yang berat), segera pada suhu tetapi sodium.
HCl) diikuti dengan infuse 4 kamar. larutan
mg/menit selama 30 menit, tanpa
2 mg/menit selama 2 jam, pengencera
kemudian 1 mg/menit ; n dapat
kadarnya dikurangi lagi bila disimpan
infusnya dilanjutkan lebih dari pada suhu
24 jam (pantauan EKG dan 30°C
Universitas Indonesia

supervisi dokter ahli jantung).


 Setelah injeksi IV, Lidokain
masa kerjanya pendek (berakhir
dalam 15-20 menit). Bila infus
IV tidak segera tersedia, injeksi

285
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

intravena awal 50-100 mg dapat


diulangi bila perlu 1 kali atau 2
kali dengan interval tidak
kurang dari 10 menit
 IV: Gunakan microdrip (60 tetes
/ mL) atau pump infus untuk
mengatur dosis yang akurat
268. Zovirax 250  Infus intravena (selama 1 jam) :  Dekstrosa  Simpan  Larutan  Tidak ada.
mg (Asiklovir pengobatan herpes simpleks 5% dalam pada yang telah
Natrium) pada immunocompromised, air. tempearatu direkonstit
herpes genital berat awal, dan  NaCl r ruangan usi tidak
varicella zoster 5 mg/kg BB 0,9%. yang boleh
setiap 8 jam biasanya untuk 5 terkontrol. digunakan
hari, dosis digandakan menjadi lebih dari
10 mg/kg BB setiap 8 jam untuk 12 jam.
varicella zoster pada
immunocompromised dan pada
ensefalitis simpleks (biasanya
diberikan 10 hari pada
Universitas Indonesia

ensefalitis, dimungkinkan untuk


memberikan selama 14-21 hari).
Profilaksis herpes simpleks
pada immunocompromised 5
mg/kg BB tiap 8 jam. Catatan :

286
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

untuk menghindari dosis


berlebihan pada pasien obesitas,
dosis untuk pemberian
parenteral dihitung berdasarkan
berat badan ideal.
 Bayi sampai 3 bulan, dengan
herpes simpleks yang sudah
menyebar, 20 mg/kg BB setiap
8 jam selama 14 hari (21 hari
jika melibatkan sistem saraf
pusat); varicella-zoster (indikasi
tidak terlesensi) 10-20 mg/kg
BB setiap 8 jam sekurang-
kurangnya selama 7 hari.
 Anak 3 bulan-12 tahun, herpes
simpleks dan varicella zoster
250 mg/m2 setiap 8 jam
biasanya 5 hari. Dosis
2
digandakan 500 mg/m untuk
Universitas Indonesia

varicella zoster pada


immunocompromised dan
ensefalitis simpleks (biasanya
diberika 10 hari untuk
ensefalitis, dimungkinkan untuk

287
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

memberikan selama 14-21 hari).


269. Zyprexa amp  Direkomendasikan Mulai Dosis:  Aqua pro  Jangan  Buang -
10 mg 10 mg diberikan sebagai injeksi injeksi simpan di jarum
(olanzapin) IM tunggal. Dosis rendah (5 atas 25°C. suntik dan
atau 7,5 mg) dapat diberikan,  Lindungi setiap
atas dasar status klinis individu. dari larutan
Suntikan ke-2, 5-10 mg dapat cahaya. yang tidak
diberikan 2 jam setelah injeksi  Jangan digunakan
pertama atas dasar status klinis membekuk sesuai
individu. Dosis maksimum an. dengan
olanzapin adalah 20 mg dengan prosedur
tidak lebih dari 3 suntikan klinis yang
dalam periode 24 jam. sesuai.
 Lansia> 60 tahun:  Gunakan
Direkomendasikan Mulai Dosis: larutan
2,5-5 mg. Tergantung pada segera
status klinis pasien, suntikan ke- dalam
2, 2,5-5 mg dapat diberikan 2 waktu 1
jam setelah injeksi pertama. jam dari
Universitas Indonesia

Tidak lebih dari 3 suntikan rekonstitusi


harus diberikan dalam jangka .
waktu 24 jam.  Jangan
simpan di
atas 25 ° C.

288
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

 Jangan
membekuk
an.
 Produk
obat
parenteral
harus
diperiksa
secara
visual
misalnya
pemeriksaa
n partikulat
sebelum
pemberian.
270. Zyvox Infus 2  Injeksi intravena selama 30-120 -  Simpan  Setelah  amfoterisin B,
mg/ml 300 ml menit, dewasa diatas 18 tahun, pada dibuka: klorpromazin
(Linezolid) 600 mg setiap 12 jam. kemasan Dari sudut hidroklorida,
asli hingga pandang diazepam,
Universitas Indonesia

digunakan. mikrobiolo pentamidin


 Shelf life : gi, produk isetionat, eritromisin
3 tahun. harus laktobionate,
digunakan fenitoin natrium dan
segera. Jika sulfametoksazol/

289
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan

tidak trimetoprim,
segera ceftriaxon Na.
digunakan, sodium.
waktu
penyimpan
an dan
kondisi
adalah
tanggung
jawab
pengguna
Universitas Indonesia

290
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
DAFTAR ACUAN

Ahuja, Satinder dan Stephen Scypinsky. (2001). Handbook of Modern


Pharmaceutical Analysis Volume 3. London : Academic Press.

Alexander, Joseph F., et al. (2013). Drug Information Handbook 22th Edition.
Ohio : Lexicomp.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI
Press.

Deb, Ratul. (2012). Parenteral Admixture And Incompatibility. Oktober 27, 2013.
http://www.authorstream.com/Presentation/iratul-1367880-parenteral-
admixture-and-incompatibility/

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi


III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ganiswara. (2005). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Bagian


Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Groves, M. (1988). Parenteral Technology Manual 2nd edition. USA: Interpharm


Press.

Lacy, Charles F., et al. (2010). Drug Information Handbook 15th Edition. Ohio :
Lexicomp.

Linden, Ellyana., et al. (2009). Pedoaman Pemberian Obat Injeksi. Surabaya :


Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian (PIOLK) Universitas
Surabaya dan Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A. Paulo.

Potter, Perry. (2006). Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC.

291 Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014


292

Reynolds, J.E.F., et al. (1982). Martindale Twenty-Eight Edition The Extra


Pharmacopoeia. London : The Pharmaceutical Press.

Sumardjo, Damin. (2006). Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia
untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Bandung : Pt.
Setia Purna Inves.

Syamsuni. (2005). Farmasetika Dasar dan Perhitungan Farmasi. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Trissel, Lawrence A., et al. (2005). Hanbook on Injectable Drugs 13th Edition.
Bethesda : American Society of Health-System Pharmacists.

Turco dan King. (1979). Sterile Dosage Form: Their Preparation and Clinical
Application 2nd edition. Philadelphia: Lea & Febiger.

Voight, A. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai