ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii
Segala puji dan syukur dipanjatkan Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan
laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan Periode 2 September – 25
Oktober 2013.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana
untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan sebelum melakukan
pengabdian sebagai Apoteker dan merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi,
Universitas Indonesia, Depok.
Pada penyelesaian penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini,
penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mengarahkan, yaitu kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia, Depok.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt selaku Pjs. Fakultas Famasi Universitas
Indonesia, Depok sampai dengan 20 Desember 2013.
3. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi,
Universitas Indonesia.
4. Dr. Retnosari Andrajati, M.Si, Ph.D., Apt selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan laporan ini.
5. Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt selaku Pembimbing PKPA yang telah
membimbing dengan sabar dan mengarahkan penulis dengan penuh
kesungguhan hati selama PKPA berlangsung.
Penulis
2014
vi
Kata kunci : Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati; bagian Farmasi Klinik
Tugas umum : xii + 99 halaman; 16 lampiran
Tugas khusus : ii + 292 halaman
Daftar Acuan Tugas Umum : 12 (2003 - 2013)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 17 (1979 - 2013)
viii
ix
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv
KATA PENGANTAR....................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGA AKADEMIS…………….…..………... vii
ABSTRAK…………………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi
DAFTAR ACUAN............................................................................................. 81
LAMPIRAN....................................................................................................... 84
xii
diinginkan terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan melalui IV atau larutan
parenteral. Dalam hal ini, seorang farmasis harus mampu menangani masalah
fisik, kimia, dan kecocokan/ketidakcocokan terapi untuk merancang alternatif
suatu sediaan parenteral yang cocok ketika masalah tersebut muncul (Deb, Ratul.,
2012).
Dalam penulisan laporan ini, terdapat dosis setiap sediaan parenteral serta
pelarut yang kompatibel untuk melarutkan atau mengencerkan suatu sediaan
parenteral. Laporan ini diharapkan dapat diterapkan sebagai pedoman dalam
pemberian obat secara parenteral.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pedoman dalam pemberian obat secara
parenteral.
2. Mengetahui dan memahami informasi tentang sediaan parenteral
dengan merek dagang tertentu.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada tanggal 15 April 1961, status dan fungsi rumah sakit tersebut berubah
menjadi rumah sakit umum dan penyelenggaraan serta pembiayaannya diserahkan
kepada Departemen Kesehatan RI sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai
hari jadi Rumah Sakit Ibu Soekarno. Pada tanggal 20 Mei 1967, nama RSU Ibu
Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati. Selanjutnya pada tahun 1984
RSU Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan dan
tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Pendidikan.
Dalam perkembangan Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Unit Swadana Bersyarat pada tahun 1992 dan dua tahun berikutnya yakni tahun
1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada tahun
1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No.27 Tahun 1997, rumah sakit
mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan
Negara Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati
ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.117 tahun
2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada
tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).
Dalam penilaian Tim Akreditasi Rumah Sakit, tahun 1997 RS Fatmawati
memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP
Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12
pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16
Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat
Lengkap 16 Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan
Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri
Kesehatan No.424/MENKES/SK/V/2008. Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati
telah menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 :
2007 dan saat ini (Mei 2013) sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI
(Joint Commission International).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.6.2 Nilai
Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional,
komunikatif, dan ikhlas, serta peduli dalam melaksanakan tugas.
2.6.2.1 Jujur
Menerapkan transparansi dalam melaksanakan tugas.
2.6.2.2 Profesional
Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi (pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan peka budaya).
2.6.2.3 Komunikatif
Mampu melaksanakan hubungan interpersonal yang asertif dan responsif.
Universitas Indonesia
2.6.2.4 Ikhlas
Selalu memegang teguh ketulusan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan.
2.6.2.5 Peduli
Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.
2.6.3 Tujuan
Tujuan RSUP Fatmawati adalah:
a. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi
kaidah keselamatan pasien (patient safety)
b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
c. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian.
d. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan
pelanggan.
e. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya
manusia rumah sakit.
Universitas Indonesia
10 Universitas Indonesia
yang ada. Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena
semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di
seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini.
Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan
formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Formularium adalah himpunan
obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di
rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.
3.1.2.2 Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit adalah organisasi yang terdiri
dari staf medik, apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit dan tenaga kesehatan
lainnya.
3.1.2.3 Panitia lain yang terkait dengan tugas farmasi rumah sakit
Apoteker juga berperan dalam tim/ panitia yang menyangkut dengan
pengobatan antara lain:
a. Panitia mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
b. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri
c. Tim penanggulangan AIDS
d. Tim transplantasi
e. Tim PKMRS, dan lain - lain.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi.
3.1.5.4 Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
3.1.5.5 Konseling
Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan
pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
3.1.5.6 Pemantauan kadar obat dalam darah
Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit.
3.1.5.7 Ronde atau visite
Ronde atau visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat
inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
3.1.5.8 Pengkajian penggunaan obat
Pengkajian pengguanaan obat merupakan program evaluasi penggunaan
obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b) Etiket
c) Timbang
d) Isi
e) Penyerahan dan pemeriksaan
3) Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat diklarifikasi
kebenarannya atau resep tidak setuju dibeli, resep dikembalikan kepada user
(pemilik resep)
Universitas Indonesia
3.2.6.3 Visite
Pelayanan kefarmasian saat ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan
obat, namun telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien
(pharmaceutical care). Hal ini juga berlaku bagi apoteker yang berada dalam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
jalan harus dilengkapi dengan informasi yang memadai dan dapat menjelaskan
kepada pasien atau keluarga pasien tentang obat yang digunakan sehingga dapat
menghindari kesalahan dalam penggunaan obat. Pelaksanaan kegiatan tersebut
dilakukan dengan menggunakan prosedur konsultasi obat atau pelayanan
informasi obat (PIO). Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap
dilakukan oleh apoteker pada pasien dengan kriteria:
a. Pasien dengan rujukan dokter untuk konsultasi obat dengan apoteker.
b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi obat dengan apoteker.
c. Pasien yang akan pulang. Apoteker mendapatkan informasi pasien yang akan
pulang dari perawat ruangan atau petugas depo farmasi rawat inap.
Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker di
ruang perawatan pasien. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat jalan
dilakukan oleh apoteker berdasarkan kriteria pasien tertentu diantaranya:
a. Pasien dengan rujukan dokter untuk berkonsultasi dengan apoteker.
b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi dengan apoteker.
c. Pasien dengan penggunaan obat khusus seperti:
1) Pasien dengan pengobatan lebih dari 4 macam obat (poli farmasi).
2) Pasien dengan pengobatan kronis.
3) Pasien dengan riwayat alergi.
4) Pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupun kombinasi.
5) Pasien dengan pengobatan khusus seperti pengobatan Kemoterapi,
pengobatan HIV/ AIDS, pengobatan Tuberkulosis.
Pengisian data pasien dan data informasi obat dalam formulir konsultasi
dilakukan oleh apoteker secara lengkap dan benar. Pelaksanaan konsultasi obat
oleh apoteker dengan tahapan berikut:
a. Perkenalan.
b. Penilaian pemahaman pasien terhadap obatnya.
c. Pemberian penjelasan dan konsultasi obat secara lengkap. Penjelasan obat
meliputi indikasi obat, cara kerja obat, dosis penggunaan obat, cara pemakaian
obat yang benar, waktu pemakaian obat, efek samping obat yang mungkin
Universitas Indonesia
terjadi, cara pemakaian obat yang benar, interaksi antara obat dan makanan
baik yang potensial maupun aktual, dan informasi lain yang mendukung.
d. Pengujian pemahaman pasien atas informasi yang telah diberikan.
e. Penutup.
Universitas Indonesia
penyelia Tata Usaha Farmasi, yaitu Penyelia Pencatatan dan Pelaporan serta
Penyelia Tata Usaha (TU) dan SDM Farmasi. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan
bertanggung jawab dalam pencatatan seluruh surat masuk dan surat keluar,
pembuatan laporan dan penyimpanan arsip. Penyelia Tata Usaha dan SDM
Farmasi bertanggung jawab dalam administrasi seluruh pegawai Instalasi Farmasi
RSUP Fatmawati, dari absensi atau kehadiran sampai cuti dan lembur pagawai.
Penyelia Tata Usaha dan SDM juga bertanggung jawab dalam pengurusan klaim
untuk seluruh pasien dengan jaminan sosial.
Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam lingkup rumah sakit
ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi, sedangkan pengiriman surat
keluar untuk lingkungan eksternal rumah sakit melalui Sub Bagian Tata Usaha
Rumah Sakit. Pembuatan laporan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang
dilakukan oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan adalah sebagai berikut:
a. Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan
1) Pengambilan data dari gudang farmasi berupa catatan permintaan
barang floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi dari semua satuan
kerja berdasarkan formulir permintaan barang setiap akhir bulan untuk
pembuatan laporan keuangan dan catatan permintaan obat atau alkes depo
farmasi ke gudang farmasi untuk pembuatan laporan pengeluaran
perbekalan farmasi per depo farmasi.
2) Pengambilan data jumlah pemasukan dan pengeluaran obat - obat
narkotika dan psikotropika di gudang farmasi dan seluruh depo farmasi
oleh Kepala Perbekalan Instalasi Farmasi setiap akhir bulan untuk
narkotika dan setiap akhir tahun untuk psikotropika untuk pembuatan
laporan masing-masing penggunaannya.
3) Pengambilan data jumlah penulisan resep obat dengan nama generik
dan non generik dari catatan pemantauan penulisan resep obat generik di
depo - depo farmasi setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan
pemantauan penulisan resep obat generik.
4) Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi untuk
pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi.
Universitas Indonesia
5) Pengambilan data dari catatan lembar resep dan jumlah resep depo farmasi
dari pasien rawat jalan (poliklinik) dan pasien rawat inap (ruangan) di
depo - depo farmasi untuk pembuatan laporan kegiatan instalasi farmasi.
6) Pengambilan data kwitansi dan faktur pembelian perbekalan farmasi
dari catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi untuk pembuatan
laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi.
b. Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati oleh
Penyelia Pencatatan dan Pelaporan.
1) Penyusunan laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi
tiap depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non
generik, laporan tagihan obat pasien tiap depo farmasi, laporan
kegiatan instalasi farmasi, dan laporan pemakaian kas kecil instalasi
farmasi setiap bulan.
2) Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan
pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi
Farmasi.
Pengiriman laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika
dilakukan ke Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat
pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu
dikirim ke Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Pengiriman laporan
keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi per depo farmasi,
laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik, laporan
tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan kegiatan instalasi
farmasi ditujukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan Kepala
Instalasi Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip yang
akan disimpan oleh Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati didasarkan atas:
a) Arsip surat masuk, surat keluar, SK Direktur RSUP Fatmawati dan SK
Kemenkes. Alur ini dapat dilihat pada lampiran 6 yaitu alur
penyimpanan arsip.
b) Arsip Kepegawaian yang terdiri dari map masing-masing pegawai
Instalasi Farmasi
Universitas Indonesia
3.2.7.2 Gudang
Kegiatan yang dilakukan di Gudang Farmasi merupakan proses kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi. Dalam menjalankan kegiatannya, terdapat empat
penyelia di gudang farmasi yaitu: penyelia gudang farmasi, penyelia perencanaan
perbekalan farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan dan penyelia sistem
informasi farmasi. Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati
antara lain:
a. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan dari
perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit (Dirjen Binfar Alkes, 2008).
Perencanaan dilakukan setiap bulan yaitu pada tanggal 10-20 tiap bulan untuk
memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi bulan berikutnya. Perencanaan
dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
dan usulan masing-masing depo farmasi. Dalam metode komsumsi, data yang
digunakan adalah analisa penjualan masing-masing depo dan penggunaan obat
Universitas Indonesia
dan alkes floor stock masing-masing ruangan selama 3 bulan terakhir; terutama 1
bulan sebelumnya, melihat data stok obat yang ada dan anggaran yang tersedia.
Perencanaan yang dibuat oleh penyelia gudang farmasi diantaranya adalah
perencanaan obat, alkes habis pakai, gas medik, reagen, bahan baku, dan
kebutuhan untuk instalasi radiologi seperti film rontgen. Dasar perencanaan
merujuk pada daftar obat dalam formularium, DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) ,
DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), obat bebas dan generik. Perencanaan
yang telah dibuat akan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
b. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan
farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang
terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga dan
waktu berlebihan (Dirjen Binfar Alkes, 2008).
Perencanaan yang telah ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
kemudian dikirimkan ke Direksi RSUP Fatmawati untuk mendapatkan
persetujuan pengadaan. Pertama, perencanaan dikirimkan ke Direktur Medik
dan Keperawatan yang selanjutnya dikirimkan ke Direktur Keuangan. Direktur
Keuangan mengirimkan ke Bagian Anggaran dan dikirim kembali ke Direktur
Keuangan. Direktur Keuangan selanjutnya mengirimkan ke Direktur Utama
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Setelah mendapat persetujuan pengadaan,
data perencanaan disampaikan ke PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). PPK
akan mengirimkan ke Sekretariat PPK untuk dibuatkan Harga Perkiraan Sendiri
(HPS). HPS dikirimkan kembali ke PPK dan dikirim ke Direktur Keuangan,
yang selanjutnya dikirim ke Bagian Anggaran untuk disetujui dan dikirim
kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur Keuangan, HPS akan dikirimkan
ke PPK. Bila perencanaan di bawah 200 juta, maka diberikan kepada Pejabat
Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan harga. Bila perencanaan di atas
200 juta, maka harus ke ULP untuk dilakukan lelang secara LPSE (Layanan
Pengadaan Secara Elektronik). Sekretariat PPK akan membuatkan Surat Pesanan
(SP) untuk perencanaan di bawah 50 juta, atau membuatkan Surat Perintah
Universitas Indonesia
Kerja (SPK) untuk perencanaan antara 50 juta sampai 200 juta, dan
mengirimkan ke distributor terkait. Alur pengadaan perbekalan farmasi dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Obat-obat cito dapat diadakan dengan cara pembelian langsung, syarat
pembelian langsung obat-obat cito adalah kurang dari 20 juta. Pengadaannya
dilakukan dengan membuat disposisi untuk meminta persetujuan Direktur Medik
dan Keperawatan untuk menggunakan kas kecil Pejabat Pengadaan Medik,
sedangkan bila di luar jam kerja menggunakan kas kecil Duty Manager.
Pengadaan obat juga dilakukan untuk obat gratis atau hibah dari pemerintah,
yaitu obat HIV, obat TBC dan Metadon. Pengadaan obat-obat ini dilakukan oleh
masing-masing penanggung jawab obat pemerintah, berdasarkan laporan
pemakaian obat yang disusun setiap bulannya.
c. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai aturan kefarmasian. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin
perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah
maupun waktu kedatangan (Dirjen Binfar Alkes, 2008).
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Penerima Barang
berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang dibuat oleh ULP (Unit Layanan Penyedia),
tender, konsinyasi atau sumbangan pada. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada
lampiran 9 yaitu alur penerimaan perbekalan farmasi oleh tim penerima. Prosedur
penerimaan perbekalan farmasi ialah sebagai berikut:
1) Perbekalan farmasi yang berasal dari distributor atau rekanan atau rumah sakit
atau apotik atau donatur diterima oleh Tim Penerima Barang Medik,
selanjutnya diserahkan ke gudang farmasi untuk disimpan. Penerimaan
perbekalan farmasi di luar jam kerja dilakukan oleh Tim Penerima Barang
Medik untuk obat atau alkes yang termasuk dalam pengadaan rutin. Untuk
obat-obat cito yang datang di luar jam kerja, maka diserahkan ke Depo IGD
untuk selanjutnya diserahterimakan ke Tim Penerima Barang Medik.
2) Serah terima perbekalan farmasi yang diterima dari Tim Penerima Barang
Medik dengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
i. Penyimpanan pada suhu kamar (25oC) untuk obat - obat, cairan infus,
alat kesehatan, pembalut, dan gas medik.
ii. Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu 2- 8
oC untuk obat – obat tertentu, produk biologis, dan reagensia yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
iii). Untuk obat high alert yang memenuhi kriteria LASA (Look Alike
Sound Alike), maka obat tersebut diletakkan secara terpisah dengan
memberikan selingan minimal 2 obat non kategori LASA di
antaranya.
e. Pendistribusian
Proses pendistribusian yang terdapat pada gudang farmasi adalah distribusi
perbekalan dari gudang ke depo farmasi dan ke ruang- ruang rawat (floor stock).
Distribusi perbekalan farmasi ke depo-depo secara sistem komputerisasi yang
dilakukan setiap hari. Pada pagi hari staf gudang farmasi akan mengecek
permintaan dari masing-masing depo, kemudian akan dinilai secara keseluruhan
pembagian stok ke depo – depo farmasi agar manajemen persediaan di gudang
farmasi tetap baik. Setelah perbekalan farmasi disiapkan oleh petugas gudang
farmasi, maka akan dilakukan serah terima dengan petugas depo. Saat serah
terima dilakukan pengecekan volume dan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi
Petugas menandatangani bila telah dilakukan pengecekan dan telah sesuai,
kemudian dilakukan proses pemasukkan data (input) ke sistem kemudian dicetak
untuk mendapatkan print out. Setelah itu, petugas gudang farmasi mengecek
pengeluaran sesuai atau tidak. Stok gudang farmasi akan berpindah ke depo
farmasi bila telah diverifikasi.
Proses distribusi obat dan alkes floor stock dilakukan setiap bulan sesuai
jadwal pemgambilan barang masing-masing ruang satuan medik. Permintaan
perbekalan farmasi dilakukan secara manual atau dengan mengisi formulir
permintaan dan penerimaan barang, untuk kemudian diambil oleh petugas
ruangan.
f. Pelaporan
Pelaporan perbekalan farmasi di gudang farmasi, antara lain:
1) Rekapitulasi penerimaan barang
2) Rekapitulasi pengeluaran barang
Universitas Indonesia
3.2.7.3 Produksi
a. Produksi Non Steril
Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah pembuatan sediaan
farmasi, pengenceran sediaan, dan pengemasan kembali. Bentuk sediaan yang
diproduksi mencakup bentuk sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semipadat.
Semua bentuk sediaan dibuat berdasarkan master formula RSUP Fatmawati. Di
ruang produksi RSUP Fatmawati saat ini terdapat 43 master formula sebagai
panduan pelaksanaan produksi farmasi. Tujuan dilakukannya produksi di RSUP
Fatmawati antara lain adalah untuk penghematan anggaran, terdapat sediaan
dengan formula khusus dan sediaan obat dibutuhkan segar seperti rekonstitusi
obat suntik dan obat kanker.
Bahan baku yang digunakan di produksi non steril diperoleh dari gudang
farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan bulanan
sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang farmasi untuk
dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril mendistribusikan
produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi non steril terbagi
menjadi 2, yaitu penyimpanan bahan baku (disusun berdasarkan kegunaannya)
dan penyimpanan produk (berdasarkan alfabetis). Pelaporan yang dilakukan oleh
produksi non steril adalah laporan jumlah perbekalan farmasi, laporan produk
yang rusak, dan laporan produk yang kadaluwarsa.
b. Produksi steril
Produksi steril merupakan bagian dari Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
Kegiatan yang melakukan rekonstitusi obat kemoterapi. Untuk sediaan steril,
preparasi dilakukan di ruang produksi steril dengan menggunakan SPO (Standar
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kemoterapi merupakan kegiatan membuang limbah atau sisa barang tidak terpakai
sepetri vial, ampul, syringe setelah dilakukan proses pelarutan atau pencampuran
obat kemoterapi. Pengelolaan limbah ini meliputi persiapan kontainer sampah
hingga sampah kemoterapi di kirim ke Bagian Instalasi Sanitas dan Pertamanan
(ISP) untuk dimusnahkan dengan incenerator.
Universitas Indonesia
asli, SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 IRJ lantai 1, fotocopy
bukti pendaftaran, dan surat rujukan asli puskesmas yang ditujukan untuk RSUP
Fatmawati.
Depo Instalasi Rawat Jalan menerapkan sistem distribusi obat rawat jalan
secara individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara
individual prescription merupakan tata cara dan urutan proses kegiatan
menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat
diberikan seluruhnya sesuai yang tertera dalam resep yang telah melalui kajian
peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara
individual prescription adalah agar:
a. Tercapainya jaminan kebenaran dan keamanan dalam proses dispensing obat
pada pasien rawat jalan.
b. Tercapainya peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keamanan dalam
penggunaan obat.
Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription Lampiran
12 :
a. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi.
b. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep.
c. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada
skrining resep.
d. Pemeriksaan berkas kelengkapan resep untuk pasien jaminan / asuransi: pasien
Jamkesmas, pasien Jamkesda, atau pasien KJS.
e. Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi persyaratan dari
skrining dan kajian peresepan obat.
f. Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien tunai. Pembayaran
dilakukan di kasir RSUP Fatmawati.
g. Pelaksanaan permohonan izin prinsip:
1) Resep pasien Jamkesmas dengan verifikasi oleh penjamin Jamkesmas, atau
2) Resep pasien KJS dengan verifikasi oleh penjamin KJS, atau
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Depo Askes adalah depo farmasi yang khusus melayani semua pasien
rawat jalan peserta Askes. Sumber daya manusia yang terdapat di depo Askes
terdiri dari 1 orang apoteker sebagai penyelia, 6 orang asisten apoteker, 2 orang
juru resep, dan 3 orang petugas administrasi. Pengadaan obat dilakukan setiap hari
langsung dari Gudang Farmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang
melalui komputer secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Penyimpanan barang
disusun berdasarkan obat DPHO Askes dan non DPHO Askes, bentuk sediaan,
dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari tersendiri dan terkunci (double lock) (RSUP Fatmawati, 2012b). Obat -
obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang menggunakan
sistem FIFO dan FEFO.
Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk
mendapatkan pelayanan pengobatan pasien Askes di Depo Farmasi Askes adalah
(PT. Askes, 2004) :
a. Resep Asli
b. Surat rujukan asli dari Puskesmas dengan 2 lembar fotokopi surat rujukan
c. Fotokopi kartu Askes
d. Surat Jaminan Pasien (SJP) yang didapat dari gedung Askes
Dalam melayani pasien, Depo Askes mengacu pada pedoman – pedoman
yang disesuaikan dengan status pasien. Pedoman yang digunakan di depo askes
adalah Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes merupakan acuan obat bagi
pasien peserta Askes. Dalam DPHO terdapat dua daftar obat yang dapat diberikan
kepada pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat khusus untuk penyakit
kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat dengan batasan jumlah peresepan
maksimal yang dapat diberikan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2009).
Alur pelayanan pasien di depo Askes dimulai dari masuknya resep ke
bagian penerimaan resep (bagian sortir). Pada bagian ini petugas depo Askes akan
memeriksa kelengkapan berkas yang menjadi persyaratan yang harus dibawa oleh
pasien. Apabila persyaratan yang diperlukan sudah lengkap, selanjutnya dilakukan
skrining resep. Setelah itu, pasien akan mendapatkan nomor pengambilan obat
Universitas Indonesia
yang sama dengan nomor yang ada pada resep. Kemudian resep distempel dan
datanya dimasukkan ke komputer. Setelah data dimasukkan ke komputer,
selanjutnya resep diberikan kepada petugas untuk dibuatkan etiketnya. Setelah itu
resep diberikan kepada petugas penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat
racikan. Obat yang telah siap dikemas dan diserahkan ke pasien disertai
pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat. Alur pelayanan resep
depo Askes dapat dilihat pada lampiran 13.
Laporan - laporan yang dibuat oleh depo Askes, yaitu (RSUP Fatmawati,
2012c):
a. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
b. Laporan penulisan obat generik dan non generik.
c. Laporan penulisan obat yang masuk DPHO Askes dan non DPHO Askes.
d. Laporan analisa penjualan.
e. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
f. Laporan jumlah lembar resep dan jumlah resep.
Depo Askes memiliki pasien terbanyak dengan jumlah 200 – 300 resep per
hari. Obat yang paling sering diresepkan adalah obat untuk penyakit jantung dan
penyakit dalam. Pembayaran pasien Askes dapat diklaim ke PT Askes
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia, 2009)
Universitas Indonesia
c. Lantai ketiga yaitu ruangan khusus pasien anak – anak (< 18 tahun) dan yang
belum menikah, ruang isolasi serta high care unit di selatan Teratai.
d. Lantai keempat yaitu ruangan pasien pasca bedah dan high care unit di utara
Teratai.
e. Lantai kelima yaitu ruangan pasien penyakit dalam (internis) dan high care
unit di selatan Teratai.
f. Lantai keenam yaitu ruangan untuk pasien penyakit saraf dan high care unit
di selatan Teratai.
Penanggung jawab depo farmasi rawat inap terdiri dari dua penyelia.
Penyelia pertama bertanggung jawab terhadap IRNA A yang terdiri dari lantai 1,
2 dan 3, sedangkan penyelia kedua bertanggung jawab pada IRNA B yang
terdiri dari lantai 4, 5 dan 6. Jumlah SDM di depo teratai adalah sebanyak 29
orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang, petugas perincian (billing)
sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan 17 orang merupakan
tenaga teknis kefarmasian.
Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari
Instalasi Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat perincian
kebutuhan yang diinput ke komputer yang online dengan sistem di gudang
farmasi. Perbekalan farmasi di depo rawat inap, disimpan terpisah berdasarkan
bentuk sediaan, obat generik, dan non generik yang disusun berdasarkan alfabetis
dan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Obat
LASA (Look Alike Sound Alike) penyusunannya diberi jarak 2 box antar obat
LASA dan diberikan stiker LASA. Terdapat pharmaceutical refrigerator untuk
penyimpanan obat - obat yang membutuhkan suhu dingin untuk kestabilannya.
Obat – obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari dengan
double lock dan setiap obat - obat tersebut diambil maka dilakukan
pencatatan di buku penggunaan.
Sistem distribusi yang diterapkan di depo farmasi rawat inap beragam,
diantaranya adalah sistem distribusi dosis unit atau dikenal dengan UDD (unit
dose dispensing). Dalam sistem UDD petugas menyiapkan sejumlah obat
dengan dosis sekali pakai dan disiapkan untuk keperluan pasien selama 24
Universitas Indonesia
jam per hari selama pasien menjalani rawat inap. Alur sistem distribusi dosis
unit tertera Lampiran 14.
Sistem selanjutnya yaitu sistem floor stock dan sistem resep individual
berupa resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual
ini diterapkan di lantai dua dan lantai tiga untuk pasien anak - anak yang masih
mendapatkan puyer. Depo Rawat Inap terdapat beberapa paket untuk
penanganan pasien. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama
halnya dengan depo - depo farmasi lain, di antaranya adalah:
a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.
b. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan.
c. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
d. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.
e. Laporan barang rusak dan kadaluwarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
3.2.7.7 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan dari Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam.
Didukung oleh tenaga profesional dan tenaga ahli yang berpengalaman lebih dari
40 orang yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara
maksimal mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD memiliki pelayanan
pendukung seperti laboratorium Instalasi Gawat Darurat 24 jam, radiologi (USG,
CT Scanning), kamar operasi, bank darah, apotik, dan ambulance 24 jam (RSUP
Fatmawati, 2009). IGD terdiri dari beberapa ruangan:
a. Ruang resusitasi (ruang merah)
Di ruang ini terdapat delapan tempat tidur, lemari emergency, dan paket
resusitasi. Lemari emergency sangat penting keberadaannya dalam ruang ini
dikarenakan pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan
kondisi yang cukup parah, sehingga jika pasien mengalami kegawatdaruratan dan
butuh penanganan segera, perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di IGD
untuk mengambil obat maupun alat kesehatan sehingga dapat menghemat waktu
Universitas Indonesia
dalam menolong pasien. Lemari emergency di cek setiap hari pada pagi hari dan
dilengkapi jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh RSUP
Fatmawati.
b. Ruang P2 (Ruang kuning)
Ruang ini dibagi menjadi ruang bedah dan ruang non bedah dimana di ruang
ini terdapat paket, namun tidak disediakan lemari emergency.
c. Ruang Triase
Pasien yang masuk ruangan ini dalam kondisi yang tidak terlalu parah sehingga
tidak mendapat tindakan dan tidak ada paket di ruang ini.
d. Ruang Intermediate Ward
Ruang ini digunakan pada pasien yang menunggu untuk dipindahkan ke ruang
rawat inap atau ruang lainnya.
Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang
administrasi, dan 14 orang asisten apoteker. Depo IGD dan IRI buka 24 jam
dengan 3 shift dan melayani pasien rawat inap serta pasien rawat jalan. Pasien
rawat inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU),
Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU),
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Sedangkan pasien rawat jalan merupakan
pasien yang masuk ruang IGD seperti ruang resusitasi, ruang P2, ruang triase,
maupun poli IGD.
Paket-paket yang ada di depo IGD antara lain :
a. Paket Alat Kesehatan (Alkes) ICU
b. Paket Alat Kesehatan (Alkes) NICU / PICU
c. Paket Infus Dewasa
d. Paket Resusitasi Anak
e. Paket Resusitasi Dewasa
Depo farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan
ke gudang farmasi setiap hari secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Obat -
obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk
obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari
pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari
Universitas Indonesia
khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu dengan susunan berlapis.
Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat
dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012b). Alat
kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat
kesehatan tersebut. Jenis sediaan obat yang sering digunakan di Depo IGD dan
IRI adalah sediaan injeksi. Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi
IGD adalah (RSUP Fatmawati, 2012c):
a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.
b. Laporan pemakaian obat – obat narkotika yang dibuat setiap bulan.
c. Laporan pemakaian obat – obat psikotropika yang dibuat setiap bulan.
d. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
e. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.
f. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
g. Laporan jumlah resep dan lembar resep setiap bulan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes
habis pakai di Rumah Sakit dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara
berkala.
c. Menyusun Antibiotic Guideline bersama-sama dengan Komite Pengendalian
Penyakit Infeksi.
d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan
penggunaan obat generik serta alkes habis pakai bersama-sama Instalasi
Farmasi.
e. Melaksanakan edukasi pada staf farmasi, profesi lainnya tentang obat dan
perbekalan kesehatan lainnya .
Formularium Obat RSUP Fatmawati adalah daftar dari seluruh item obat
yang ada di RSUP Fatmawati dalam periode waktu tertentu, yaitu maksimal 3
tahun. Daftar obat di Formularium Obat disusun berdasarkan kelas terapi dan
berisi nama generik produk (1 item), nama merek original dari pabrik tertentu (1
item), nama merek dagang dari pabrik tertentu (2 item), serta keterangan
mengenai bentuk sediaan, kekuatan produk dalam kemasan, dan nama pabrik
pembuat. Formularium Obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun
1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada
tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Pembuatan revisi
formularium RSUP Fatmawati tidak dilakukan setiap tahun, dikarenakan kendala
biaya untuk mencetak formularium baru dan kesulitan untuk mengumpulkan
anggota TFT.
Universitas Indonesia
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan dan atau upaya
kesehatan penunjang, salah satunya RSUP Fatmawati. Dalam upaya
memberikan pelayanan kesehatan, RS tidak dapat dipisahkan dari pelayanan
kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Untuk menunjang hal tersebut
maka dibentuk suatu badan organisasi yaitu IFRS (Instalasi Farmasi Rumah
Sakit). IFRS dipimpin oleh seorang Kepala IFRS yaitu Apoteker dan
bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan – peraturan
farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi.
Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah
menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes
habis pakai di Rumah Sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau
tidaknya TFT rumah sakit adalah dengan melihat formularium yang disusunnya.
Pada tiap 6 bulan atau maksimal 1 tahun dilakukan evaluasi atau review untuk
penyempurnaan Formularium. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak
dapat direvisi tiap setahun sekali karena masalah biaya untuk mencetak
Formularium terbaru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Revisi
formularium obat yang dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati adalah setiap 3
tahun sekali. Formularium obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun
1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada
tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Dengan adanya
kesinambungan proses revisi, dapat dikatakan bahwa TFT RSUP Fatmawati
sudah berjalan dengan baik.
Salah satu tugas pokok farmasi klinik RSUP Fatmawati ialah
meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan farmasi
klinik. Berikut ini merupakan pembahasan dari pelaksanaan kegiatan farmasi
klinik.
56 Universitas Indonesia
a. Pengkajian Resep
Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat pasien. Selain itu, pengkajian resep
juga dilakukan agar tercapainya rasionalisasi penggunaan obat. Kegiatan dalam
pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetis, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian resep tidak sepenuhnya dilakukan. Hal ini
terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap. Misalnya pada resep untuk
pasien bayi atau anak, berat badan dan umur pasien sering kali tidak tertera pada
lembar resep, padahal hal tersebut diperlukan terutama untuk menghitung dosis
maksimal pada pasien bayi atau anak. Sering kali hanya nama pasien yang tertera
pada lembar resep. Pada lembar instruksi pemberian obat pada pasien rawat inap,
terkadang tidak semua lembar ada penanda berupa stempel keterangan “Resep
telah di review Farmasi”.
Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh
banyaknya resep atau pasien yang harus dilayani oleh petugas farmasi di RSUP
Fatmawati. Selain itu, untuk melakukan pengkajian resep secara keseluruhan
cukup membutuhkan waktu sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan
secara cepat karena banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien
rawat jalan.
b. Pengkajian Penggunaan Obat
Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui gambaran pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pengkajian
penggunaan obat juga dilakukan untuk menilai ada tidaknya drug related problem
selama pasien menjalani pengobatan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian
penggunaan obat dilakukan terhadap pasien rawat jalan dengan melihat instruksi
pemberian obat yang terdapat pada rekam medik pasien. Data yang diperoleh dari
rekam medik pasien dipindahkan ke dalam lembar Formulir Terapi Pasien untuk
selanjutnya dinilai ada tidaknya masalah - masalah yang terkait dengan
pengobatan pasien.
Universitas Indonesia
c. Visite
Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker
kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik.
Apoteker melakukan praktik di ruang rawat sesuai dengan kompetensi dan
kemampuan farmasi klinik yang dikuasai. Visite pasien yang dilakukan di RSUP
Fatmawati diaplikasikan kepada pasien yang berada dalam perawatan intensif dan
memiliki resiko mengalami terjadinya kesalahan obat (medication errors).
Beberapa tempat dilakukannya praktik apoteker ruang rawat di RSUP Fatmawati
contohnya pada ruang perawatan pasien Intensive Care Unit (ICU), Neonatal
Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive
Cardiac Care Unit (ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien
pra operasi dan post operasi.
Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan secara
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat
memperoleh informasi terkini dan komprehensif, dapat dijadikan sebagai fasilitas
pembelajaran, serta dapat langsung dikomunikasikan masalah terkait penggunaan
obat dan mengimplementasikan rekomendasi yang dibuat. Namun, kegiatan visite
ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah jadwal visite harus
disesuaikan dengan jadwal tim dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi
dan penyampaian informasinya kurang lengkap.
Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan dan
umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan
Rehabilitasi Medik dan High Care lantai 6 Selatan Teratai. Sedangkan untuk
pasien Intensive Care Unit (ICU) umumnya dilakukan 3-4 kali dalam seminggu,
hal ini disebabkan kondisi pasien pada ruang perawatan tersebut merupakan
pasien yang menderita penyakit komplikasi sehingga memungkinkan pasien
menerima bermacam - macam jenis obat. Hal ini memungkinkan terjadinya
masalah terkait obat yang dapat mempengaruhi outcome pasien sehingga
diperlukan visite yang lebih sering untuk memastikan terapi obat yang diterima
oleh pasien.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
hal waktu penggunaan obat. Pasien sering menanyakan apakah semua obat yang
diberikan harus diminum bersamaan atau harus diberi jarak waktu. Pasien juga
menanyakan obat mana yang harus diminum sebelum dan sesudah makan. Setelah
pasien mendapat penjelasan tentang obatnya, apoteker akan meminta pasien untuk
mengulangi penjelasan yang dipaparkan tadi untuk menguji pemahaman pasien.
Jika pasien masih kurang jelas dengan penjelasan yang diberikan, apoteker akan
mengulangi penjelasan tersebut dan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan
dari apoteker tersebut. Setelah pasien memahami yang dijelaskan apoteker,
apoteker akan menanyakan masalah lainnya yang dialami pasien yang dapat
dibantu penanganannya oleh apoteker.
Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker kurang menggali informasi
dari pasien seperti obat, vitamin, atau jamu apa saja yang pernah atau sedang
dikonsumsi pasien. Apoteker juga tidak menanyakan apakah pasien memiliki
riwayat alergi. Apoteker hanya memberikan informasi tentang obat yang
ditanyakan oleh pasien, informasi lain seperti aturan pakai obat, efek samping
yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya, interaksi yang mungkin terjadi
antara obat dengan obat lain termasuk vitamin dan jamu atau interaksi antara obat
dengan makanan.
h. Edukasi Farmasi
Program edukasi farmasi dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah orang
dalam ruangan tertentu guna mendengarkan penjelasan dari apoteker mengenai
tema tertentu misalnya tema tentang penggunaan dan penyimpanan obat yang
benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih satu jam, dimulai dengan
presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta
diperkenankan bertanya mengenai obat berupa cara pakai, penyimpanan obat, dan
masalah-masalah terkait obat lainnya. Untuk melakukan kegiatan program
edukasi farmasi di rumah sakit diperlukan fasilitas penunjang seperti infocus,
layar, laptop, microphone, dan lain-lain. Pada saat kegiatan, dilakukan pembagian
questioner mengenai tanggapan peserta terhadap kegiatan tersebut. Hasil
questioner tersebut berguna untuk perbaikan dan koreksi terhadap kegiatan
edukasi selanjutnya. Peserta program edukasi banyak yang tidak mengisi
questioner dikarenakan tidak membawa alat tulis. Saat dilaksanakan program
Universitas Indonesia
untuk mengetahui obat apa saja yang belum terlayani atau untuk mengetahui obat
yang banyak diresepkan oleh dokter. Pemilihan perbekalan farmasinya
berdasarkan DOEN, DPHO Askes, dan Formularium RSUP Fatmawati. Tahap
perencanaan merupakan tahap yang krusial dimana perencanaan harus dibuat
sebaik mungkin untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi di RSUP
Fatmawati.
Pengadaan yang dilakukan oleh RSUP Fatmawati dengan cara pembelian
telah sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No. 70 tahun 2012 tentang
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah karena sebagai rumah sakit pemerintah aset
yang ada di RSUP Fatmawati merupakan aset pemerintah. Kegiatan produksi di
RSUP Fatmawati juga merupakan salah satu kegiatan pengadaan. Selain dengan
pembelian dan produksi, pengadaan juga dilakukan untuk obat-obat program
pemerintah yang gratis. Syarat pengadaan obat-obat ini adalah pengajuan
permohonan kepada Dinas Kesehatan dan pembuatan laporan penggunaan obat
program tersebut secara periodik. Obat program ini juga hanya dapat
dipergunakan bagi pasien tertentu yang sesuai dengan kriteria.
Setelah barang datang, dilakukan proses penerimaan barang oleh tim
penerima. Ruang tim penerima sudah strategis karena terletak di bagian depan
gudang farmasi sehingga pengecekan barang bisa langsung dilakukan. Jika semua
syarat yang harus dicek sudah lengkap dan sesuai dengan faktur, tim penerima
menyerahkan barang ke gudang farmasi untuk disimpan. Penyerahan barang
dilakukan dengan membuat Berita Acara Penerimaan barang sebagai bukti bahwa
barang yang diterima terjamin kesesuaiannya. Penyimpanan seluruh perbekalan
farmasi dilakukan di gudang famasi secara terpisah sesuai dengan
pengelompokannya. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun masih ada atau
sebagian ditempatkan bersama dengan ruang penyimpanan obat. Seluruh label
untuk obat karsinogen, bahan berbahaya dan beracun telah ditempelkan sesuai
dengan tempatnya. Begitu pula dengan lembar MSDS untuk bahan B3, tidak
seluruhnya ditempel di dinding, tetapi ada juga berupa buku yang diletakkan di
dekat bahan B3 tersebut. Penyimpanan gas medis dilakukan di tempat yang
terpisah dari gudang induk, gas medis yang terdapat di RSUP Fatmawati antara
lain O2 kecil (1 m3) dan O2 besar (6 m3), N2O 25 kg dan CO2 25 kg disimpan
Universitas Indonesia
berdasarkan ukuran dan pada tabung terdapat tanda B3 mudah meledak. Tempat
dan sarana penyimpanan perbekalan farmasi secara keseluruhan terlihat bersih.
Petugas melaksanakan pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok perbekalan
farmasi ke dalam kartu persediaan dan dalam Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIRS).
3) Produksi Farmasi
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati memiliki ruang produksi farmasi untuk
sediaan farmasi non steril dan steril. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan
merupakan produksi untuk keperluan rumah sakit itu sendiri, sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Kegiatan produksi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengadaan obat tertentu (mendapatkan obat dengan harga yang lebih murah
sehingga pasien tidak membayar terlalu mahal untuk suatu obat dan lebih
menjamin kualitas obat yang dihasilkan). Selain itu, produksi juga memudahkan
penerimaan obat oleh pasien atau tenaga kesehatan lainnya karena sudah dikemas
kembali menjadi sediaan yang telah sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan
produk yang tidak dijual di pasaran seperti pembuatan kapsul NaCl dan kapsul
Natrium Bikarbonat.
Sebenarnya terdapat 73 formula standar yang terdapat di ruang produksi
RSUP Fatmawati, namun hanya 43 item yang masih diproduksi sampai saat ini.
Artinya, hanya 58,9 % item obat yang masih diproduksi. Setiap kali petugas akan
melakukan produksi, petugas harus mengisi formulir master formula baik untuk
pembuatan atau pengenceran atau pengemasan kembali pada setiap tahapan
kegiatan produksi. Formulir master formula berfungsi sebagai dokumentasi dari
kegiatan produksi yang dilakukan dan juga merupakan bukti bahwa produksi yang
dilaksanakan sesuai dengan CPOB.
Setelah produk dihasilkan, produk dikemas dan diberi etiket serta tanggal
kadaluwarsa. Penyimpanan produk jadi masih dilakukan di ruang produksi sendiri
karena keterbatasan sumber daya, sementara obat-obat hasil produksi merupakan
persediaan gudang. Petugas depo farmasi yang membutuhkan produk dari
produksi non steril datang ke gudang farmasi untuk mendapatkan formulir bon
Universitas Indonesia
obat lalu datang ke produksi farmasi non steril untuk mendapatkan produknya
kemudian melaporkannya ke gudang farmasi dengan membawa formulir bon
obat. Pendistribusian obat seperti ini memiliki kekurangan karena dapat
menyebabkan timbulnya kesalahan pencatatan stok produk.
Peran apoteker sangat penting dalam mempersiapkan rekonstitusi obat kanker,
diantaranya memastikan dosis yang sesuai dengan luas permukaan tubuh pasien.
Walaupun dalam prakteknya rekonstitusi dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian, akan tetapi di RSUP Fatmawati diberlakukan kebijakan agar semua
tenaga teknis kefarmasian bisa melakukan rekonstitusi termasuk apoteker. Ini
dilakukan karena paparan obat kanker secara terus menerus akan membahayakan
petugas, serta perlu tenaga kesehatan yang paham akan ketelitian dosis,
melakukan teknis aseptis dan melakukan semua prosedur secara hati-hati. Sebagai
apoteker yang bertugas di produksi steril ini, harus mampu menghitung dosis yang
tepat dari suatu zat anti kanker, serta dikaji apakah obat tersebut sesuai dengan
diagnosis pasien. apoteker juga harus dapat menentukan macam pelarut serta
mengetahui dari literatur tentang kestabilan zat aktif obat kanker.
Bagi pasien kanker, pelaksanaan kegiatan penitipan obat sitostatika
dilakukan minimal 3 hari sebelum obat digunakan untuk perawatan. Pada saat
obat diperlukan untuk perawatan, maka dilakukan permintaan pencampuran obat
sitostatika dari ruang kemoterapi pasien ke produksi farmasi steril. Obat
sitostatika harus disiapkan selalu baru karena pada umumnya, obat sitostatika
memiliki waktu kadaluwarsa selama 24 jam sehingga obat yang telah disiapkan
harus segera digunakan. Setelah obat selesai disiapkan, petugas produksi farmasi
akan membawa obat tersebut ke ruang kemoterapi pasien.
Beberapa waktu terakhir ini, pasien dengan diagnosa kanker payudara dan
serviks merupakan pasien yang paling banyak ditemui. Petugas biasanya
merekonstitusi 12 hingga 15 resep. Beberapa temuan yang diperoleh dari
kegiatan orientasi produksi steril adalah tidak dilakukan pemantauan atau
monitoring lingkungan seperti jumlah mikroba dan pemantauan jumlah partikel
di BSC misalnya dengan metode settle plate (cawan papar) atau menggunakan
alat particle counter dikarenakan keterbatasan waktu serta SDM untuk
melakukannya.
Universitas Indonesia
jumlah obat yang harus diberikan kepada pasien lebih dari Rp 150.000,- maka
pasien akan diberi copy resep yang dapat dilayani dikemudian hari beserta
persyaratan SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 yang terdapat
pada IRJ lantai 1, fotokopi pendaftaran dan rujukan asli dari puskesmas yang
ditujukan untuk RSUP Fatmawati.
5) Depo Askes
Pasien Askes merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati.
Mulai tanggal 1 April 2013, pasien Askes yang semula dilayani di lantai 2 dan 3
gedung Instalasi Rawat Jalan, sekarang dilayani di Depo Askes. Depo farmasi
instalasi rawat jalan lantai 2 melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS),
sedangkan depo farmasi instalasi rawat jalan lantai 3 melayani pasien Jamkesmas
dan Jamkesda (seperti Jamkesda Tangerang, Jamkesda Bogor, Jamkesda Depok,
dan lain-lain). Acuan yang dapat digunakan dalam melayani pasien Askes adalah
DPHO Askes. Acuan tersebut digunakan untuk mengetahui obat-obat apa saja
yang dapat diberikan kepada pasien Askes beserta batasan jumlah maksimal yang
dapat diberikan.
Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkas-
berkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas.
Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obat-
obat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat
diserahkan kepada pasien). Kemudian, resep diinput untuk pemotongan stok obat,
lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan. Masing-masing
tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda. Pada masing-masing tahap akan
dilakukan pemberian stempel HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan).
Pemberian stempel tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan pengecekan
kembali apabila terjadi kesalahan.
Sebelum pembuatan etiket, petugas terlebih dahulu memeriksa kartu rujukan
dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada kartu
rujukan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengecekan apabila
pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya
telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas
Universitas Indonesia
akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di Depo
Askes sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain.
Setelah etiket dibuat, selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat,
baik obat jadi maupun obat racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan
memasukkan obat ke dalam etiket sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket.
Untuk mempermudah penyiapan, obat-obat fast moving diletakkan di meja
tersendiri sehingga petugas akan lebih cepat dalam mengambil obat yang
dibutuhkan. Untuk obat yang tidak dikemas dalam kemasan blister, obat
dimasukkan ke dalam etiket dengan menggunakan peralatan seadanya karena
tidak tersedia alat hitung tablet. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi obat
apalagi jika obat dimasukkan ke dalam etiket menggunakan tangan.
Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan. Alur
penyerahan obat meliputi verifikasi nomor pasien, verifikasi identitas pasien,
pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat, kemudian petugas
meminta nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan meminta tanda tangan
pasien. Pemberian informasi obat dilakukan secara singkat. Informasi yang
diberikan kepada pasien hanyalah informasi mengenai indikasi dan aturan pakai
obat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah pasien yang dilayani sehingga
waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat. Jumlah resep yang
dilayani Depo Askes lebih kurang 200-300 resep per hari.
Dengan jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat terlayani.
Terkadang masih terdapat pasien yang belum dilayani, meskipun jam pelayanan
telah selesai. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang terdapat di Depo Askes.
Selain itu, seringkali pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh orang yang sama,
misalnya selain melakukan penyerahan obat, petugas tersebut juga melakukan
penyiapan obat.
Obat yang sering diresepkan di Depo Askes adalah obat - obat jantung. Selain
itu, terdapat obat spesifik yang dilayani di Depo Askes yaitu obat-obat
kemoterapi. Namun, untuk obat-obat kemoterapi, yang dilayani di Depo Askes
hanya berkas-berkasnya saja, sedangkan obatnya dititipkan di ruang produksi
steril di Instalasi Farmasi. Hal ini dikarenakan hanya gudang farmasi dan produksi
farmasi steril yang boleh menyimpan obat - obat kemoterapi. Obat akan diberikan
Universitas Indonesia
kepada pasien setelah direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi pada saat
kemoterapi akan dilakukan. Selain melayani obat DPHO Askes, Depo Askes juga
melayani obat non DPHO Askes, tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan
biaya. Untuk obat non DPHO Askes, pembayaran dilakukan setelah penyerahan
obat. Sedangkan untuk pasien peserta Askes yang mendapatkan obat-obat DPHO
Askes, pembayaran dilakukan dengan cara melakukan klaim ke PT. ASKES.
Setelah selesai pelayanan, dilakukan input data kembali menggunakan
program yang terhubung dengan PT. ASKES. Klaim Askes dilakukan oleh
Instalasi Penagihan Pasien (IPP). Oleh karena itu, di Depo Askes disediakan
komputer yang digunakan untuk klaim Askes. Pembayaran untuk pasien peserta
Jamkesda menggunakan sistem INA CBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paket-
paket yang telah ditentukan. Apabila tagihan pasien melebihi biaya paket yang
diberikan, selebihnya akan menjadi beban rumah sakit. Sedangkan bila tagihan
pasien kurang dari paketnya, kelebihan tersebut akan menjadi keuntungan rumah
sakit yang dapat digunakan untuk menutupi tagihan pasien yang menjadi beban
rumah sakit. Dengan demikian, terjadi subsidi silang antara pasien yang
tagihannya melebihi paket dengan pasien yang tagihannya kurang dari paket.
Penyimpanan barang di Depo Askes dilakukan berdasarkan jenis sediaannya, suhu
penyimpanan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika
disimpan di lemari khusus (double lock). Pelaporan yang dibuat oleh Depo Askes
antara lain laporan analisa penjualan antara lain obat generik dan non generik,
narkotika dan psikotropika, jumlah resep dan jumlah R/. Penghitungan jumlah
resep dan jumlah R/ dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan
mengetahui beban kerja pegawai di Depo Askes.
6) Depo Teratai A dan B
Depo farmasi rawat inap merupakan depo yang menyediakan perbekalan
farmasi (obat dan alkes) bagi pasien rawat inap gedung teratai. Depo ini memiliki
SDM sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang,
petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan
17 orang merupakan tenaga teknis kefarmasian. Kegiatan - kegiatan yang
dilakukan di depo farmasi rawat inap diantaranya pengadaan obat, penyiapan
obat, distribusi hingga dokumentasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tiap pasien memiliki map yang berisi formulir instruksi obat, kardeks, lembar
resep dan formulir pemberian obat insidentil. Formulir pemberian obat insidentil
adalah formulir untuk mencatat obat atau alat kesehatan yang diambil dari lemari
emergency yang digunakan oleh pasien. Dalam formulir ini tercantum nama,
alamat, umur pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, diagnosa, nama dan
jumlah obat yang digunakan per hari dan tanda tangan petugas administrasi
farmasi.
Pengadaan barang di depo rawat inap berasal dari gudang farmasi,
permintaan barang dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir
permintaan barang. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat
perincian kebutuhan yang diinput ke komputer secara online dengan sistem
di gudang farmasi dan selanjutnya permintaan perbekalan farmasi akan
disiapkan oleh petugas gudang farmasi. Setelah perbekalan farmasi yang diminta
disiapkan, petugas gudang farmasi akan mengkonfirmasi petugas depo farmasi
melalui telepon untuk pengambilan barang dan selanjutnya dilakukan serah
terima barang antara petugas gudang farmasi dan petugas depo farmasi. Pada
saat penerimaan barang, petugas depo farmasi harus mengecek barang yang
diminta untuk memastikan kesesuaian jenis atau bentuk sediaan, jumlah, tanggal
expired date, kondisi fisik barang dan kekuatan sediaan. Setelah dilakukan
verifikasi, secara otomatis maka stok barang yang diminta oleh depo farmasi
rawat inap telah menjadi stok di depo rawat inap di dalam sistem. Dengan adanya
sistem ini, maka memungkinkan stok obat di depo farmasi dan di sistem sama
besarnya (real stock). Namun, hal ini terkadang masih belum berjalan dengan
baik, stok di depo farmasi terkadang berbeda dengan stok yang ada di sistem.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya SDM untuk
memantau stok yang ada. Terkadang obat-obat yang sudah digunakan lupa
untuk diinput ke sistem.
Penyimpanan perbekalan farmasi yang tersedia di depo farmasi ini cukup
lengkap dan disusun dengan teratur. Obat dipisahkan antara generik dan non
generik, bentuk sediaan dan disusun berdasarkan alfabetis agar memudahkan
pengambilan sehingga mempercepat pelayanan. Obat-obat yang memerlukan
penyimpanan suhu dingin ditempatkan pada pharmaceutical refrigerator. Obat-
Universitas Indonesia
obat mahal dan mudah pecah disimpan di dalam lemari kaca dan terkunci. Hal
ini bertujuan agar mencegah hilang atau pecahnya obat. Sediaan nutrisi juga
disimpan rapi dan terlindung dari cahaya dengan tujuan untuk menjaga kestabilan
sediaan tersebut.
Depo Farmasi Teratai memiliki beberapa unit lemari emergency
yang berisi obat dan alat kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di
ruang HCU (High Care Unit) lantai 4 Utara, 5 Selatan dan 6 Selatan. Obat dan
alkes yang terdapat dalam lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa
harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Setiap petugas mengambil obat
dan alkes dari lemari emergency harus mencatat di lembar insidentil per pasien
guna dimasukkan ke dalam tagihan pasien. Isi dari lemari emergency memiliki
standar baku. Jumlah obat yang disediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan
dalam satu malam. Setiap harinya petugas depo farmasi memiliki tugas
untuk mengecek persediaan obat dan alkes dalam lemari emergency, mencatat
pasien yang menggunakan dan mengisi kembali jika terdapat kekurangan sesuai
dengan standar baku.
Selain lemari emergency, depo farmasi juga menyiapkan kit emergency yang
disimpan di ruang perawat, dimana yang bertanggung jawab terhadap kit
emergency tersebut adalah kepala ruangan (perawat) pada masing-masing
ruangan. Kit emergency dilengkapi gembok sekali pakai dengan nomor seri yang
ditulis oleh petugas depo farmasi.
Depo farmasi rawat inap juga menyediakan paket-paket kebidanan yang
digunakan di lantai satu gedung teratai (emergency kebidanan). Paket-paket ini
disediakan agar mempercepat pelayanan obat dan alkes sampai kepada pasien
tanpa harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Paket-paket ini berisi obat
dan alkes yang dibutuhkan untuk pasien yang membutuhkan tindakan
penanganan yang cepat karena berhubungan dengan nyawa. Terdapat delapan
jenis paket yang tersedia antara lain Paket Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET), Paket Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket
Partus Sectio, Paket Abortus Curetage, Paket Haemorogic Post Partum
(HPP), Paket PreEklampsia Berat (PEB) dan Paket Partus Normal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan praktek kerja profesi
Apoteker di RSUP Fatmawati adalah:
a. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) Fatmawati adalah melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan
farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi
m erupakan s u at u s i kl us , dimulai dari proses perencanaan, pengadaan,
penyimpanan hingga pendistribusian dengan menggunakan sistem satu pintu.
b. Peran dan fungsi Apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di RSUP Fatmawati
yang bersifat profesional antara lain melakukan visite pasien, monitoring
atau review penggunaan obat, monitoring efek samping obat, pemberian dan
edukasi bagi staf farmasi.
c. Kegiatan PKPA di RSUP Fatmawati memberikan wadah bagi calon apoteker
untuk dapat mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang telah diperoleh
sebelumnya.
5.2 Saran
Kegiatan kefarmasian yang dilakukan di RSUP Fatmawati sudah berjalan
baik, namun untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian maka penulis menyarankan beberapa upaya berikut :
a. Untuk meringankan dan memperjelas pembagian kegiatan di Instalasi
Farmasi RSUP Fatmawati, sebaiknya Wakil Kepala Instalasi dibagi menjadi
3 bagian, yaitu: Waka IFRS Pelayanan, Waka IFRS Perbekalan dan Waka
IFRS Farmasi Klinik.
b. Untuk mempermudah proses pelaporan pemakaian Narkotik dan Psikotropik,
maka IFRS dapat melakukan secara online sebagaimana yang telah diterapkan
pada fasilitas pelayanan lain.
79 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Daris, Azwar. (2012). Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Tangerang : Duwo
Okta.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2004).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2006)
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
81 Universitas Indonesia
Siregar, Charles J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Terapan. Jakarta :
EGC
Universitas Indonesia
84
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
85
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Alur Penyimpanan Resep dan Arsip (surat masuk, surat keluar, SK,
Laporan-laporan dan arsip Kepegawaian)
Resep
Arsip
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
91
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
92
8
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap
Rawat Jalan
Rawat Inap
Universitas Indonesia
95
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
96
Universitas Indonesia
Lampiran 14. Alur Distribusi Obat Secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati
Universitas Indonesia
Lampiran 15. Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo Instalasi Bedah
Sentral
OK Cito
OK Elektif
Universitas Indonesia
User (pasien/lainnya)
Menyampaikan pertanyaan secara lisan/tertulis
Apoteker
1. Menerima pertanyaan
2. Penilaian penanya dan pertanyaan sesungguhnya
Tidak Ya
Apoteker
1. Pencatatan pertanyaan pada formulir pelayanan informasi obat.
2. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur.
3. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat.
4. Penyampaian jawaban kepada user.
User
1. Menerima jawaban pertanyaan
2. Memberi respon atas informasi yang telah diberikan
Tidak
Ya
Selesai
Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. iii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………… 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………..……………………… 3
2.1 Definisi Sediaan Parenteral………………………………………. 3
2.2 Persyaratan Sediaan Parenteral…………………………………… 3
2.3 Penggolongan Sediaan Parenteral…….…………...……………... 5
2.4 Rute Pemberian Sediaan Parenteral………………………………. 5
2.5 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Sediaan Parenteral............ 7
2.6 Pedoman Pemberian Obat Parenteral.............................................. 8
2.6.1 Dosis…………..…………………………………………… 8
2.6.2 Pelarut…….………………………………………………... 9
2.6.3 Stabilitas…….……………………………………………... 9
2.6.4 Ketidakcampuran (Incompatibility)...……………………... 12
BAB 3 METODE PENGUMPULAN DATA……………………………. 13
3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data…………………………. 13
3.2 Metode Pengumpulan Data……………………………………. 13
BAB 4 HASIL…………………………………………………..……………… 14
DAFTAR ACUAN……………………………………………………………… 19
ii Universitas Indonesia
diinginkan terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan melalui IV atau larutan
parenteral. Hal inilah yang mengarah seorang apoteker harus mampu menangani
masalah fisik, kimia, dan kecocokan/ketidakcocokan terapi untuk merancang
alternatif suatu sediaan parenteral yang cocok ketika masalah tersebut muncul
(Deb, Ratul., 2012).
Penulisan laporan ini terdapat dosis setiap sediaan parenteral serta pelarut
yang kompatibel untuk melarutkan atau mengencerkan suatu sediaan parenteral.
Laporan ini diharapkan dapat diterapkan sebagai acuan dalam pencampuran dan
pemberian obat secara parenteral.
1.2 Tujuan
1. Memahami pedoman pemberian obat secara parenteral.
2. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencampuran dan
pemberian sediaan parenteral.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak
melepaskan partikel.
3. Sedapat mungkin isohidris
Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh
lain yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak
terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.
4. Sedapat mungkin isotonis
Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan
osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan
osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis
ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan
yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil)
terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh
yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang
hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap cairan-
cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan
mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi
penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya larutan
yang hipertonis dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang
hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat larutan
isotonis adalah natrium klorida dan glukosa.
5. Tidak berwarna
Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna
dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila
obatnya memang berwarna.
6. Steril
Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang
patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk tidak vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen
Universitas Indonesia
Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume
besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang
mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(3) Kadar obat dalam darah yang dihasilkan jauh lebih bisa diramalkan (kadar
obat lebih besar dari pemberian oral),
(4) Memungkinkan pemberian dosis yang lebih kecil,
(5) Pemberian secara parenteral berguna dalam pengobatan pada pasien yang
tidak mau bekerjasama, kehilangan kesadaran atau sebaliknya tidak dapat
menerima obat secara oral.
Adapun kerugian pemberian secara parenteral (Groves, M., 1988 ; Turco
dan King, 1979), yakni:
(1) Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi.
Ini berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau
toksik maupun kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar
dilakukan,
(2) Tuntutan sterilitas untuk sediaan parenteral sangat ketat,
(3) Harga sediaannya relatif mahal,
(4) Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan pengobatan,
(5) Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan
serta sulit untuk memulihkan keadaan bila terjadi kesalahan.
Universitas Indonesia
permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit, dan kondisi daya tangkis
penderita.
2.6.1.1 Macam-macam dosis (Syamsuni, 2005)
Selain dosis lazim, juga dikenal macam-macam istilah dosis yang lain,
yaitu :
1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan penderita.
2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
3. Dosis maksimum, takaran obat terbesar yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita.
4. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
keracunan pada penderita.
5. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
kematian pada penderita. Dosis letalis terdiri atas
a. LD 50 : takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan.
b. LD 100 : takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 100% hewan
percobaan.
2.6.2 Pelarut
Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat
lain. Umumnya, pelarut merupakan jumlah terbesar dari sistem larutan (Sunarya,
Yayan dan Agus Setiabudi, 2007). Pelarut dikenal juga sebagai zat pendispersi
yaitu tempat menyebarkannya partikel-partikel zat terlarut (Sumardjo, Damin.,
2006)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mencapai 90% dari konsentrasi awal, larutan cefepime tersebut dianggap tidak
stabil.
Dua parameter diatas merupakan parameter yang umum digunakan. Akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa masing-masing rumah sakit
mempunyai parameter sendiri berdasarkan konsensus bersama yang disusun,
dengan memperhatikan sifat fisika kimia tiap obat dan kondisi lingkungan.
Universitas Indonesia
tinggi pula dekomposisi yang terjadi. Contoh : pada suhu 4°C dan 23°C,
larutan meropenem 1 mg/ml dalam NS mempunyai kecepatan dekomposisi
lebih rendah dibandingkan larutan meropenem 22 mg/ml (t90 1 mg/ml vs 22
mg/ml pada 4°C ±10 hari vs ±4 hari, sedangkan pada 23°C ±22 jam vs ±17
jam).
5. Faktor-faktor lainnya : kekuatan ion, konstanta dielektrik, oksigen, cahaya,
dan lain-lain.
Universitas Indonesia
13 Universitas Indonesia
14
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
15
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
simpan di
refrigerator
dengan
suhu 2°C
dan 8°C
3. Actilyse 50 mg ST-elevation myocardial Untuk Simpan Karena Risiko perdarahan
(Alteplase) infarction (STEMI) : rekonstitu pada alteplase meningkat dengan
Pasien >67 kg : total dosis : 100 si, temperatur tidak penggunaan derivatif
mg selama 1,5 jam; infuse 15 digunaka ruangan mengandun kumarin, antiplatelet
mg selama 1-2 menit, infuse 50 n pelarut dan g agen agregasi,
mg selama 30 menit. Infus 35 aqua pro terlindungi bakteriostat heparin atau agen
mg selama maksimal 1 jam. injection. dari ik, produk lainnya yang
Pasien ≤67 kg : infuse 15 mg IV Untuk cahaya tersebut mempengaruhi
bolus selama 1-2 menit, lalu pemberia langsung. harus hemostasis
infuse 0,75 mg/kg (tidak lebih n melalui digunakan (sebelum, selama
dari 50 mg) selama maksimal 30 infus IV, segera. atau dalam 24 jam
menit diikuti 0,5 mg/kg selama dilarutkan Apabila pertama setelah
60 menit (tidak lebih 35 mg). dengan tidak pengobatan dengan
Emboli paru-paru akut : 100 mg Dekstrose digunakan Actilyse).
Universitas Indonesia
16
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
17
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
di tempat lagi
sejuk digunakan
6. Aethoxysklerol Max dosis harian: 2 mg/kg Tidak ada Simpan - Alkohol, misalnya
kreussler Inj berat badan/hari. Varises karena pada suhu etanol
3% 2 ml sklerosasi hingga 2 mL/lokasi. diberikan 15°-30°C.
(polidocanol) Sklerosasi dari varises vena langsung
kulit 0.3-0.5 mL sebagai dosis secara IV.
tunggal. Sklerosasi wasir 0,5-
1,5 mL/tempat sakit. Max: 2,5
mL/sesi.
7. Albuminar-25 Anak : Hipovolemia 0,5-1 Dekstrose Simpan Jangan Aqua pro injeksi
Infus 25% 100 g/kg/dosis (10-20 ml/kg). 5% dalam Antara digunakan
ml (Human Dewasa : Dosis lazim 25 g. air. 20°-25° C apabila
Albumin) dosis ini dapat diulang jika NaCl (68-77 ° produk
dalam 15-30 menit tidak ada 0.9%. F); keruh.
respon, tetapi tidak boleh lebih Atau dapat Karena
dari 250 g selama 48 jam. disimpan tidak
Hipoprotenemia : o,5- pada suhu mengandu
1g/kg/dosis. Diulang setiap 1-2 15°-30° C ng
Universitas Indonesia
18
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
19
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
20
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
salah satu
studi
aminophyli
n 50 mg /
ml tidak
21
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
menemuka
n
perubahan
potensi
teofilin
setelah
delapan
minggu
penyimpan
an dengan
paparan
sinar neon.
11. Aminofluid Dosis biasa: 500 ml infus Dekstrosa Wadah
Infus 500 ml; melalui vena perifer. Max: 2.500 5% dalam harus
Aminofluid Inf mL / hari. air, disimpan
1000 ml (per L Infusion rate: 500 mL/120 NaCl pada suhu
: glucose 75 g; menit, melambat pada pasien 0.9%. 25°C dan
total free usia lanjut & sakit kritis. dilindungi
amino acids 30 dari
Universitas Indonesia
g; total pembekua
nitrogen 4,7 g; n dan
essential/non cahaya
essential a,ino
acids 1,44 g;
22
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
23
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
perlindung hidroklorida
an dari Prometazin,
cahaya, hidroklorida
salah satu Vankomisin
studi
menngemu
kakan
bahwa
aminophyli
n dengan
konsentrasi
50 mg / ml
tidak
mengalami
perubahan
potensi
setelah
delapan
minggu
Universitas Indonesia
penyimpan
an dengan
paparan
sinar neon.
12. Aminofusin L 15-60 ml/kg BB/hari. - Simpan - -
24
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
25
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
keruh.
Simpan
pada
temperatur
di bawah
26
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
30°C,
lindungi
dari
cahaya.
15. Aminoplasmal Dosis tergantung pada Untuk Sediaan Simpan -
Infus 10% 500 keparahan kondisi katabolik pemberia harus pada
ml, atau kebutuhan terhadap asam n secara disimpan temperatur
Aminoplasmal amino. langsung, pada suhu tidak kurang
Infus 5% 500 Dosis maksimum sehari 2 g dapat 15°C-30° dari 25°C.
ml (20 Amino asam amino/kg BB/ tidak boleh dicampur C dan Jangan
acids and berlebih dalam nutrisi dengan terlindung dibekukan.
electrolyte) parenteral. larutan dari Jangan
Proporsi dari asam amino tidak asam cahaya gunakan jika
boleh lebih dari 20% dari total. amino matahari terjadi
Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg yang langsung. pemisahan
BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g dapat emulsi.
N(2)-L-alanyl-glutamin/BB). tercampur Periksa
Sebanding dengan 100-140 ml kan atau kompatibilit
larutan untuk pasien dengan regimen as dan
Universitas Indonesia
27
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
16. Aminosteril Laju infus : 1,3-1,5 mL/kg berat Dekstroa Simpan Aminosteril Kandungan
Infus 10% 500 badan/jam (30-35 tetes/menit 5% dalam pada suhu Infus 10% aminosteril, misalnya
ml (Asam untuk 70 kg berat badan). air. dibawah dengan L-metionin dapat
amino) Maksimum laju infus: 1,25 Fat 25°C dan elektrolit mengurangi efek
mL/kg berat badan/jam setara emulsion terlindungi tanpa levodopa. Jika perlu
dengan 0,1 g/kg berat 10% dari karbohidrat digunakan levodopa,
badan/jam. cahaya. yang tersisa obat harus
Dosis maksimum: 1,5 g asam Jauhkan setelah ditambahkan ke
amino/kg berat badan/hari dari digunakan, larutan, sebelum
tubuh setara dengan 1300 jangkauan harus digunakan.
ml/hari untuk 70 kg berat anak-anak. dibuang.
badan. Jangan Umur
digunakan simpan
pada setelah
tanggal dilarutkan
kadaluwars sesuai
a. petunjuk,
Tempatkan tidak ada
pada sehingga
Universitas Indonesia
bentuk harus
sediaan digunakan
cair dan dengan
botol. segera.
28
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
17. Aminosteril Untuk infus IV : Dosis Dexstrose Simpan Aminosteril Karena kemungkinan
infant Infus maksimum: hingga 0,1 g asam 5% dalam pada suhu Infus 10% kontaminasi dan
6% 100 ml amino/kg BB setara dengan 1,6 air, dibawah dengan ketidakcocokan,
(Asam amino) mL/kg BB/jam. Fat 25°C dan elektrolit larutan asam amino
Dosis harian maksimum: dosis emulsion terlindungi tanpa tidak boleh dicampur
harus dibatasi sampai 1 g asam 10% dari karbohidrat dengan obat lain.
amino/kg berat badan/hari. cahaya. yang tersisa Selain obat dapat
1 tahun hidup: 1,5-2,5 g asam Jauhkan setelah mengubah sifat
amino/kg berat badan. dari digunakan, fisikokimia dari
2 tahun-5 hidup: 1,5 g asam jangkauan harus larutan, obat tersebut
amino/kg berat badan. anak-anak. dibuang. dapat menghasilkan
6 tahun-14 hidup: 1 g asam Jangan Umur risiko reaksi beracun.
amino/kg berat badan. digunakan simpan Jika benar-benar
pada setelah diperlukan untuk
tanggal dilarutkan menambah obat lain
kadaluwars sesuai ke dalam Aminosteril
a. petunjuk, Infant 6%, penting
Gunakan tidak ada untuk
produk sehingga mempertimbangkan
Universitas Indonesia
29
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
jangan
digunakan
jika
kemasan
rusak dan
30
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
larutan
keruh.
19. Amiparen Infus vena sentral : - Simpan di - -
Infus 500 ml Dosis dewasa: 1000 mL/hari tempak
(per L : total dengan infus drip melalui vena sejuk.
free amino sentral. Jauhkan
acid 100 g; Infus vena peripheral : dari sinar
nitrogen 15,7 Dewasa: 500 mL/dosis dengan matahari
g; Na 2 meq; infus drip melalui vena perifer. langsung.
acetate 120 Laju infus perifer sekitar 10 g
meq) asam amino selama 60 menit.
Laju infuse yang lazim adalah
100 mL selama 60 menit
(sekitar 25 tetes / menit) dan
harus disesuaikan dengan kasus
anak-anak, pasien lansia dan
pasien yang sakit parah.
Dosis dapat ditingkatkan atau
diturunkan tergantung pada usia
Universitas Indonesia
31
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
32
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
menerima amoksisilin
bersama dengan
allopurinol.menerima
amoksisilin bersama
dengan allopurinol.
21. Ampicilin Bayi dan anak : Aqua pro Serbuk Setelah Larutan infus : RL.
serbuk i.m/i.v Intramuskular dan intravena : 1- injeksi injeksi rekonstitusi Dalam syringe :
250 mg/vial, 00-400mg/kg BB/hari setiap 6 NaCl disimpan , gunakan gentamicin sulphate,
Ampicilin jam (maksimum 12 g/hari). 0,9% pada sesegera kanamycin sulphate,
serbuk i.m/i.v Dewasa : tempat mungkin metoklopramida,
500 mg/vial, Intramuskular dan intravena : kering dan (tidak lebih streptomycin sulfate
Vicillin serbuk 250-500 mg setiap 6 jam. sejuk. dari 1 jam stabilized.
i.m/i.v 1000 pada suhu Y-site : epinephrine
mg/vial kamar) dan HCl, fluconazole,
sebagai garam tidak boleh midazolam HCl,
Na dibekukan. nicardipine HCl,
(Ampicillin) ondansetron,
verapamil HCl.
Adiktif : amikacin
Universitas Indonesia
sulfate,
chlorpromazine
HCl, dopamine HCl,
gentamicin sulfate.
33
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
22. Anbacim 1 g, Anak 3 bulan sampai 12 tahun : Dekstrosa Simpan Larutan Larutan infus : Na
Zinacef vial 75-150 mg/kg BB/hari setiap 8 5% serbuk untuk bikarbonat.
250 mg, jam (maksimum dosis : 6 g/ dalam air untuk infuse Dalam syringe :
Zinacef vial hari). NaCl injeksi (konsentra pentoprazole Na.
750 mg, Anak ≥13 tahun dan dewasa : 0,9% pada suhu si 1,5 g/50 Y-site :
Cefuroxime 750 mg-1,5 g setiap 6-8 jam Ringer’s 15°C-30°C ml) dalam azithromycin,
750 mg atau 100-150 mg/kg/hari setaip injection, dan aqua pro filgrastim,fluconazol
(cefuroxime 6-8 jam (maksimum dosis : 6 lactated. terlindung injeksi e, midazolam HCl.
Natrioum) g/hari). Dekstrosa dari stabil Aditif :
10% cahaya. selama 24 ciprofloxacin,
dalam air. Larutan jam pada ranitidine HCl.
ataupun suhu
serbuk <25°C;
kering dan 72 jam
dapat pada
menjadi penyimpan
gelap an dalam
tergantung kulkas.
pada Larutan IV
Universitas Indonesia
34
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
warna suhu
tersebut <25°C dan
tidak 48 jam
mengindika pada
sikan penyimpan
terjadinya an dalam
perubahan kulkas.
potensi.
23. Anexate 0,5 Dosis pediatrik : dosis awal Dextrose Simpan Hanya Tidak disebutkan.
mg/5 ml 0,01 mg/kg selama 15 menit. 5% dalam pada untuk
(Flumazenil) Dosis pengulangan (maksimum air. temperarat penggunaan
4 dosis) 0,005-0,01 mg/kg NaCl ur ruangan 24 jam pada
(maksimum 0,2 mg) diulangi 0,9%. yang temperatu
setiap interval 1 menit. Total RL terkontrol r ruangan.
kumulatif dosis maksimum 1
mg atau 0,05 mg/kg.
Dosis dewasa untuk
membalikkan kesadaran : dosis
awal 0,2 mg IV selama 15
Universitas Indonesia
35
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
36
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
disimpan
hingga 31
hari jika
disimpan
di
37
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
refrigerato
r dengan
suhu 2°C
dan 8°C.
26. Apidra Dosis awal 0.5-1 U / kgBB / hari Tidak ada Insulin Simpan Larutan Insulin dapat
Solostar dalam dosis terbagi. karena reguler pada suhu hilang efektifitasnya
[insulin ultra- Atau direkomendasikan juga langsung harus 2°-8°C; bila dicampur dengan
rapid-acting dengan dosis 0.2-0.4 units/ diberikan disimpan jangan zinc and isophane
(kerja sangat kgBB/ hari untuk mencegah secara dalam dibekukan; insulin.
cepat) : insulin terjadinya hipoglikemia. subkutan pendingin hindari
glulisin] (SC). dan pemanasan
dilindungi dan
dari cahaya.
pembekua Produk
n. yang
Lindungi digunakan
dari sebagai
cahaya cadangan
dapat
Universitas Indonesia
disimpan
selama 4
minggu
dibawah
suhu 25°C.
38
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Tidak
harus
disimpan
di lemari
es.
Jangan
digunakan
setelah
periode
tersebut.
27. Apomorfin Dosis harian bervariasi antara NaCl Apomorfin Jangan Produk obat ini
HCl 5 mg/ml 1 pasien, biasanya dalam kisaran 0,9% HCl harus digunakan tidak boleh
ml (Apomorfin 3-30 mg. Aqua pro disimpan jika larutan dicampur dengan
HCl) Total dosis harian apomorphine injeksi. dalam telah obat lain.
HCl tidak boleh lebih dari 100 pendingin berubah
mg. dan menjadi
dilindungi hijau.
dari Solusinya
pembekua harus
Universitas Indonesia
n. diperiksa
Lindungi secara
dari visual
cahaya sebelum
digunakan.
39
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Terlihat
dengan
jelas dan
tidak
berwarna
kuning
pucat,
larutan
boleh
digunakan.
Untuk
penggunaan
tunggal
saja. Setiap
larutan
yang tidak
terpakai
harus
dibuang.
Universitas Indonesia
40
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
mg/0,5 ml DVT profilaksis : dewasa ≥50 pada suhu ditambahkan boleh dicampur
(Fondaparinux kg : 2,5 mg sekali sehari. DVT di bawah ke dalam dengan produk obat
Na) profilaksis dengan riwayat 30°C. NaCl 0,9% lain.
penyakit HIT : 2,5 mg sekali Tidak “minibag”
sehari. Durasi lazim 5-9 hari boleh (volume 25
41
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
ne, atau
stirena-
ethylenebuta
diene secara
individu atau
42
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dalam
kombinasi.
31. Artem 80 Injeksi intramuskular selama 5 - - - -
mg/ml 1 ml hari. Dosis awal 3,2 mg/kg BB
(Artemeter) diikuti dengan 1,6 mg/kg BB
selama 4 hari. Dosis awal untuk
dewasa 160 mg diikuti dengan
80 mg dari hari ke dua sampai
hari ke lima. Dosis untuk anak-
anak atau pasien kelebihan berat
badan harus diturunkan atau
dinaikkan berdasarkan berat
ideal dibawah pengawasan
dokter.
32. Artesunate Injeksi intravena 2,4 mg/kg BB Dekstrosa Simpan di Simpan di Produk obat ini tidak
Injeksi 60 pada hari pertama diikuti 5% bawah bawah boleh dicampur
mg/ml 1 ml dengan 1,2 mg/kg BB selama 6 NaCl suhu 30°C. suhu 30°C dengan produk obat
(Artesunat) hari. 0,9% Terlindung dan harus lain.
i dari digunkan
Universitas Indonesia
cahaya. dalam
waktu 1
jam.
33. Asam Fibrinolisis lokal: 500 mg-1 g NaC l Simpan Setelah Penicillin dan obat
Traneksamat injeksi IV 3x/hari. Jika 0.9%; pada pengencera yang bersifat basa
43
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
500 mg, Asam diperlukan terapi IV lebih dari 3 Glukosa suhu n, stabil kuat.
Traneksamat hari, berikan 25-50 mg/kg/hari 5% kamar. selama 24
250 mg (Asam infus IV kontinu; Ringer jam dalam
traneksamat) Koagulasi intravaskular laktat lemari
tediseminasi dengan aktivasi pendingin.
predominan sistem fibrinolisis:
1 g injeksi IV; netralisasi terapi
trombolisis: 10 mg/kg BB
injeksi IV lambat;
Dosis pada gangguan ginjal: Cl
Cr >20-50 mL/menit berikan 10
mg/kg tiap 12 jam, Cl Cr 10-20
mL/menit berikan 10 mg/kg tiap
12-24 jam, Cl Cr <10 mL/menit
berikan 5 mg/kg tiap 12-24 jam
34. Asering Infus Dosis disesuaikan pada setiap Tidak ada Simpan di Jangan -
500 ml (per L : individu karena bawah digunakan
Na 130 meq; K digunaka suhu 25°C. jika larutan
4 meq; Cl 109 n sebagai Jangan keruh.
Universitas Indonesia
44
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
45
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
digunakan
jika
mengandun
g partikel
dan
46
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
mengalami
perubahan
warna.
36. ATP 20 mg/2 Ampul : IM / SC 1 ampul sekali Tidak ada Simpan - Larutan alkalin.
ml(Adenosin sehari, IV 1 ampul sekali sehari karena pada
Tri Phosphate disuntikkan perlahan pada 10 diberikan tempat
Disodium) mg/1-2 menit atau bila langsung tertutup
dicampur dengan 10-20 mL secara dan pada
injeksi glukosa isotonik atau IM. suhu
hipertonik. dingin.
37. Atrakurium Anak 1 bulan sampai 2 tahun : Dextrosa Simpan di Secara fisik Atrakurium besilat
besilat 25 dosis awal 0,2-0,4 mg/kg diikuti 5% dalam dalam dan kimia, inkompatibel dengan
mg/ml 2,5 ml, dengan dosis pemeliharaan air. lemari stabil pada propofol
Atrakurium sesuai kebutuhan untuk NaCl dingin dan suhu 5°C
besilat 50 pengobatan blokade 0,9%. terlindungi selama 24
mg/ml 5 ml, neuromuskular. dari jam.
Notrixum 10 Anak >2 tahun sampai dewasa : cahaya. Atau secara
mg/ml 5 ml, 0,4-0,5 mg/kg, lalu 0,08-0,1 fisik dan
Tramus 10 mg/kg setiap interval 20-45 kimia,
Universitas Indonesia
47
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
menit.
Dosis awal setelah
suksinilklorida untuk intubasi :
dewasa 0,2-0,4 mg/kg.
Infus lanjutan : Operasi. Dosis
awal 9-10 mcg/kg/menit secara
IV bolus lalu untuk
pemeliharaan 5-9 mcg/kg/menit
dengan laju infus 11-13
mcg/kg/menit selama anestesi.
ICU : bisanya diberikan dengan
laju infus 11-13 mcg/kg/menit
38. Atropin 0,25 Pramedikasi: 300-600 mcg NaCl Simpan Simpan Y-site : Na
mg/ml 1 ml injeksi IV segera sebelum 0,9% kemasan injeksi tiopental.
(Atropin induksi anestesi atau 300-600 Glukosa pada pada Dalam syringe :
sulfat) mcg injeksi SC atau IM 30-60 5% sushu temperatur Pantoprazole Na.
menit sebelum induksi; (dengan kamar. ruangan
Bradikardi intraoperatif: 300- penamba Hindarka yang
600 mcg injeksi IV; han KCl). n suhu terkontrol
Universitas Indonesia
48
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
40. Avastin 25 Kanker payudara : 10 mcg/kg NaCl Jangan Larutan Produk obat ini tidak
mg/ml 4 ml setiap 2 minggu (dengan 0,9% gunakan infus harus boleh dicampur
(Bevakizumab) kombinasi paklitaksel). obat ini digunakan dengan produk obat
Kanker kolorektal : 5-10 setelah segera lainnya kecuali NaCl
mcg/kg setiap 2 minggu tanggal setelah 0,9%; polivinil
49
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
50
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
rekonstitusi
untuk
injeksi IM
harus
digunakan
51
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dalam
waktu 1
jam setelah
rekonstitusi.
42. Baquinor Infus Dosis lazim anak-anak : 20-30 Dekstrosa Simpan Setelah Dalam syringe :
200 mg/100 mg/kg /hari setiap 12 jam. 5% dalam pada suhu botol Pantoprazole Na.
ml, Maksimum 800 mg/hari. air. 5°C-25°C, dibuka, Y-site :
ciprofloxacin, Dosis lazim pada dewasa : 200- NaCl dan stabilitas Aminophylline,
Jayacin Infus 2 400 mg setiap 12 jam. 0,9% terlindung obat ampicillin sodium-
mg/ml 100 ml, Dextrose dari dipengaruhi sulbactam sodium,
Jayacin 200 10% cahaya. oleh faktor- azithromycin,
mg/ml 10 ml dalam air. faktor cefepime HCl,
(Ciprofloxacin “Ringer’s mikrobiolo furosemida, heparin
HCl) injection, gis dan sodium, propofol,
lactated higienis. phenytoin sodium.
Larutan Aditif :
yang telah aminophylline,
disiapkan amoxicillin sodium-
harus clavulanate
Universitas Indonesia
52
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
53
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
54
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
55
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
56
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
(pH 2,8)
dapat
menyebabk
an
kekeruhan
atau
flokulasi.
47. Bonviva 3mg / Prefilled syringe 3mg / 3ml NaCl Simpan Harus Larutan Bonviva
3ml (Asam secara injeksi IV bolus selama 0,9%. pada suhu digunakan untuk injeksi tidak
ibandronat) 15-30 detik, dilakukan tiap 3 Dextrosa ruangan dengan boleh dicampur
bulan. 5% yang segera. dengan larutan yang
dalam air. terkendali Residu mengandung
15°C harus kalsium atau produk
sampai dibuang obat lainnya yang
30°C. sesuai diberikan secara
dengan intravena.
prosedur
kesehatan.
48. Brainact 250 Untuk kehilangan kesadaran - Larutan - -
Universitas Indonesia
57
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
58
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
59
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
an.
51. BuvAnestesi Dewasa 400 mg dosis tunggal NaCl Lindungi Simpan Bupivakain Injeksi
Spinal 5% setiap hari 0.9%. dari pada suhu tidak boleh
Heavy 20 Bedah anesth: Lumbar epidural cahaya. kamar dicampur dengan
mg/50ml (perut, panggul & bedah terkendali, obat lain.
60
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
61
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
62
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
63
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
64
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
65
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
66
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
ondansetro
n dalam
NS atau
D5W juga
56. Cedocard 10 Infus intravena : 2-10 mg/jam; NaCl Simpan Ampul atau Y-site : heparin
mg/10 ml dosis lebih tinggi samapi 20 0,9% pada suhu botol harus sodium.
(Isosorbid mg/jam mungkin diperlukan. Dextrosa kamar. digunakan
dinitrat) 5% Larutan /diencerkan
dalam air ampul atau segera
botol setelah
sebelum dibuka dan
dibuka sisanya
tidak dibuang.
berwarna. Lakukan
pengencera
n secara
aseptic.
PVC dapat
mengabsor
Universitas Indonesia
bsi
isosorbide
dinitrate,
gunakan
container
67
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dan
administrat
ion set
yang
terbuat dari
polietilen
atau gelas.
57. Cefazol 1 g Anak >1 bukan : 25-100 Dextrosa Sinpan Larutan Dalam syringe :
(Sefazolin mg/kg/hari setiap 6-8 jam, 5%. pada suhu harus ascorbic acid
Natrium) maksimum 6 g/hari. NaCl kamar dan dipakai injection, cimetidine
Dewasa : 250 mg-1,5 g setiap 6- 0,9%. hindari dalam HCl, lidocaine HCl,
12 jam (biasanya 8 jam), Aqua pro paparan waktu 48 pantoprazole
tergantung infeksi, maksimum injeksi langsung jam setelah sodium.
dosis 12 g/hari. cahaya, rekonstitusi Aditif : amikacin
karena pada suhu sulfate, atracurium
paparan kamar. besylate, bleomycin
yang lama Larutan sulfate, ranitidine
dapat rekonstitusi HCl.
menyebab harus
Universitas Indonesia
kan disimpan
perubahan dalam
warna tempat
serbuk. gelap.
Presipitasi
68
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
potensi.
58. Cefotaxim Infeksi ringan sampai sedang: 1 g NaCl Serbuk Larutan Dalam syringe :
69
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
1000 mg, injeksi IM atau IV atau infus IV 0,9%, injeksi rekonstitusi pantoprazole.
Clafaron vial tiap 12 jam; infeksi berat: 2 g Glukosa stabil pada berwarna Y-site : azithromycin,
500 mg, 1 g, 2 injeksi atau infus IV 4x/hari. 5%, suhu kamar kuning filgrastim,
g. Dosis lebih tinggi sampai 12 Glukosa- dan muda fluconazole,
g/hari terbagi dalam 3-4 dosis; NaCl terlindung samapi gemcitabine HCl,
Gonorrhoea: 500 mg injeksi IM Hartmann, dari cahaya. kuning hetastarch dalam NS.
atau IV dosis tunggal; Ringer tergantung
Meningitis bakterial: dewasa dan Laktat dari pelarut,
anak-anak >12 tahun 1 g, anak di konsentrasi,
bawah 12 tahun 50 mg/kg; dan
Dosis pada gangguan ginjal: Cl penyimpana
Cr <5 mL/menit berikan 1 g n. Warna
loading dose kemudian dosis kuning
pemeliharaan 50% dari dosis pucat dari
normal larutan
induk
mengindika
sikan
adanya
Universitas Indonesia
perubahan
potensi.
Larutan
rekonstitusi
dapat
70
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
disimpan
selama 24
jam pada
suhu 25°C
59. Cefoperazole Dewasa : 2-4 g/ hari, diberikan - Simpan - -
Sulbactam 1 g tiap 12 jam dalam dosis terbagi. dalam
Infeksi berat atau sukar wadah
disembuhkan dosis dapat kedap
ditingkatkan sampai 8 g/ hari. udara.
Anak 40 mg/kgBB/hari, dosis
dapat diberikan tiap 6 - 12 jam
dalam dosis terbagi. Infeksi
berat atau sukar disembuhkan
dosis dapat ditingkatkan sampai
dengan160 mg/kgBB/hari.
Neonatus minggu pertama :
dosis maks sulbaktam : 80
mg/kgBB/hari. Bila perlu
diberikan cefoperazone > 80
Universitas Indonesia
mg/kgBB/hari, cefoperazone
tambahan diberikan secara
terpisah.
Pasien dengan gangguan fungsi
hati maks 2 g/ hari.
71
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
72
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
adanya
perubahan
potensi.
73
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
61. Cefriex 1 g Dewasa dan anak-anak diatas D5W Simpan pada Stabil 2 Kalsium atau
12 tahun: Gonorrhea : 250 mg N5 suhu kamar hari dalam dengan
IM sebagai dosis tunggal. (25-30o C), suhu kamar aminoglikosida,
Profilaksis infeksi perioperatif: hindarkan 250C amsacrine,
1 gram IV diberikan 0,5-2 jam dari cahaya, 10 hari flukonazol,
pada awal pembedahan. lemari dalam labetalol, atau
Infeksi lain: 1-2 gram IM/IV pendingin lemari vankomisin,
setiap 24 jam atau 500 mg-1 gr pendingin atau pentamidin
setiap 12 jam. Dosis maksimal 4 50C
gr/hari
Anak-anak dibawah 12 tahun:
Meningitis : pada pengobatan
hari pertama: 100 mg/kg BB
diberikan secara IM/IV
kemudian dilanjutkan 100
mg/kg BB setiap 24 jam atau 50
mg/kg BB setiap 12 jam.
Pengobatan diberikan selama 7-
14 hari. Dosis maksimal 4
Universitas Indonesia
gram/hari
Otitis media: 50 mg/kg BB IM,
maksimal 1 gram sebagai dosis
tunggal.Infeksi kulit dan
jaringan lunak: 50-75 mg/kg BB
74
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
75
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dalam
waktu 8
jam.
76
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
65. Ceremax Infus Pengobatan, secara infuse natrium Larutan Larutan Nimodipin tidak
0,2 mg/ml 50 intravena melalui kateter sentral klorida nimodipin nimodipin boleh langsung
ml, Nimotop awalnya 1 mg/jam (sampai 500 0,9% berwarna stabil ditambahkan ke
Infus 10 mg/ml mg/jam jika berat badan kurang glukosa kuning hingga 10 larutan infuse atau
50 ml, dari 70 kg atau jika tekanan 5% jernih. jam dicampur dengan
Nootropil Inf darah tidak stabil), tingkatkan larutan Simpan terpapar obat-obat lain.
12 g/60 ml , setelah 2 jam menjadi 2 mg/jam ringer pada suhu cahay
Nootropil Inj asalkan tidak terjadi penurunan laktat <25°C, dan buatan atau
1g/5 ml tekanan darah hebat dan harus larutan hindarkan cahaya
(Nimodipin) dilanjutkan paling sedikit 5 hari Ringer dari matahari
(maksimal 14 hari); jika laktat paparan langsung.
dilakukan pembedahan selama dengan langsung Jika
pengobatan, lanjutkan paling magnesiu sinar diperlukan,
sedikit 5 hari setelah m matahari pompa
pembedahan; waktu dekstran (sejak infuse
penggunaan maksimal 21 hari. 40 botol dapat
HAES ® dikeluarka dilindungi
(poli [O- n dari dengan
2- kotaknya. pembungku
Universitas Indonesia
hidroksiet s yang
il]) pati buram
6% (opaque).
5% Larutan
albumin tidak boleh
77
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
manusia digunakan
Darah setelah 25
manitol jam
10% dihitung
dari setelah
botol
dibuka.
66. Cetadop 200 Larutan infus harus harus Larutan Simpan Larutan Larutan infus :
mg/5 ml, disiapkan segera sebelum sodium pada suhu infus larutan alkali (pH
Dopac Amp 40 digunakan. Pembuatan infus chlorida 25-30°C jernih, >7).
mg/ml 5 ml, dengan cara mengencerkan satu 0.9%, dan tidak Y-sote : insulin
Dopamine atau beberapa vial injeksi ke Larutan terlindung berwarna. regular, Na
Giulini Inj 50 dalam lartan NaCl isotonis glukosa dari Jika terjadi Tiopental.
mg/5 ml, secara tekhnik aseptik sampai 5% dalam cahaya. perubahan Aditif : ampicillin
Dopamin Inj konsentrasi larutan 0.4-1.6 air. warna, Na.
200 mg / 10 ml mg/ml. Larutan jangan
(Dopamin Infus diberikan secara IV Ringer digunakan.
HCl) maksimal dalam waktu 24 jam laktat Larutan
setelah pembuatan, dengan infuse
Universitas Indonesia
78
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
kecuali
laruatn
infuse
dalam RL
(maksimal
79
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
6 jam).
67. Chirocaine Anestesi pembedahan : epidural NaCl Simpan Setelah Larutan basa,
(Levobupivaka untuk pembedahan, 10-20 0,9% pada pengencera suntikan natrium
in ml(50-150 mg) larutan 5 atau emperatur n dalam bikarbonat.
hidroklorida) 7,5 mg/ml; bedah caesar, 15-30 e ruangan larutan
ml (75-150 mg) larutan 5 yang natrium
mg/ml intratrakeal, 3 ml (15 terkontrol klorida
mg) larutan 5 mg/ml. 20-25°C 0,9%,
Blokade saraf perifer : 1-40 ml (68-77°F), secara
larutan 2,5-5,- mg/ml kecuali kimia dan
(maksimal 150 mg). diizinkan fisika dapat
Infiltrasi lokal, anak (<12 dapat digunakan
tahun) 0,25-0,5 ml/kg BB disimpan selama 7
(1,25-2,5 mg/kg BB) larutan 2,5 pada suhu hari pada
mg/ml atau 5 mg/ml, Dewasa 15-30°C 20-22°C.
1-60 ml (maksimal 150 mg) (59-86°F) Selain itu,
larutan 2,5 mg/ml. secara
kimia dan
fisik,
Universitas Indonesia
pencampur
an dengan
klonidin,
morfin atau
fentanyl
80
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dapat
digunakan
selama 40
jam pada
20-22°C.
68. Chloramex 1 g DOSIS ANAK: NaCl Simpan Hasil Tidak dinyatakan
(kloramfenikol - Meningitis: IV. Infant: >30 hari 0,9% obat pada pencampur
) dan anak : 50-100 mg/kg/hari suhu kamar an obat
terbagi setiap 6 jam dapat
- Infeksi lain: IV. Infant: >30 hari bertahan
dan anak : 50-75 mg/kg/hari selama 30
terbagi setiap 6 jam. Dosis hari;
maksimal: 4 g/hari. Gunakan
DOSIS DEWASA: hanya jika
- 50-100 mg/kg/hari terbagi setiap 6 cairan
jam. Makimum dosis harian 4 masih
g/hari. jernih;
- dapat diberikan IV kurang dari 1 Cairan obat
menit dengan konsentrasi 100 yang
Universitas Indonesia
81
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
selama 6
bulan.
69. Cisplatin 10 Anak-anak. Jadwal dosis Dekstrosa Simpan Karena Hindari kontak
mg, Cisplatin intermiten : 37-75 mg/m2 sekali 5% dalam vial pada bersifat dengan aluminium.
50 mg setiap 2-3 minggu atau 50-100 air. suhu 15- sitotoksik, Cisplatin bereaksi
(Sisplatin) mg/m2 selama 4-6 jam sekali NaCl 25°C. maka harus dengan logam
setiap 21-28 hari. Dosis harian : 0,9% Lindungi digunakan aluminium
2
15-20 mg/m /hari untuk 5 hari dari segera membentuk endapan
setiap 3-4 minggu. Sarkoma cahaya. dalam hitam platinum.
osteogenik atau neuroblastoma : Tidak waktu 24 Cisplatin terurai
60-100 mg/m2 per hari setiap 3- boleh jam setelah dengan larutan dalam
4 minggu. Tumor otak yang disimpan preparasi. media dengan klorida
kambuh : 60 mg/m2 sekali di lemari rendah, konsentrasi
sehari per 2 hari setiap 3-4 pendingin. klorida setidaknya
minggu. Kanker sumsum tulang harus setara dengan
: infuse lanjutan : dosis tinggi 0,45% dari natrium
55 mg/m2 per 72 jam, total klorida.
dosis 165 mg/m2. Produk ini obat tidak
Dewasa : Kanker kandung boleh dicampur
Universitas Indonesia
82
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
n
konsentrasi
.leh karena
itum untuk
IV Infus,
83
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
gunakan
larutan
rekonstitusi
sesegera
mungkin.
Clavamox
IV kurang
stabil
dalam
larutan
infuse yang
mengandun
g glukosa,
dekstran,
atau
bikarbonat,
namun
dapat
diinjeksika
Universitas Indonesia
n ke selang
infus dalam
waktu 3-4
menit.
71. Clinimix Pasien dengan BB 60 – 70 kgBB Untuk Sediaan Larutan Zat tambahan
84
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
N9G15E Infus N9G15E ; Maks : 3 ml/ kg/ jam pemberia harus steril dan mungkin tidak
1 L (Amino (40 ml/ kg/ hari). n secara disimpan bebas tercampur.
acids, glucose, N9G20E : Maks : 2.5 ml/ kg/ langsung, pada suhu pirogen.
electrolytes) jam (40 ml/ kg/ hari). dapat 15°C-30° Jangan
dicampur C dan dibekukan
dengan terlindung Jangan
larutan dari digunakan
asam cahaya jika larutan
amino matahari tidak jernih
yang langsung. dan jika
dapat wadah
tercampur serta tutup
kan atau rusak.
regimen Jangan
infuse gunakan
yang terus
mengand menerus.
ung asam Jangan
amino gunakan
Universitas Indonesia
utama. sebelum
dan
sesudah
transfusi
darah
85
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dengan
mengguna
kan infus
yang sama.
gunakan
segera
setelah
segel
dibuka dan
dicampur
ke duanya.
Stabil
selama 7
hari pada
temperatur
2°C-8°C
selama 48
jam.
Jangan
Universitas Indonesia
gunakan
campuran
lebih dari
24 jam
pada
86
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
temperatur
2°C-8°C.
72. Cordarone Infus IV : dosis biasa 5 mg/ Dekstrosa Simpan Pada saat Y-site :
Amp 150 mg/3 kgBB dalam 250 ml dekstrosa 5%. pada suhu pemberian, aminophylline,
ml (Amiodaron 5% selama 20 menit sampai 2 <25°C dan perlindung ampicillin sodium-
HCl) jam; dosis dapat diulangi 2-3 x hindarkan an terhadap sulbactam sodium,
selama 24 jam dari cahaya cefazolin sodium,
Pemeliharaan : 1-20 mg / kgBB/ cahaya. tidak ceftazidime,
24 jam (biasanya 600-800/ 24 diperlukan, digoxin, heparin
jam hingga besar dari 1200 mg/ namun sodium, imipenem-
kgBB/ 24 jam) dalam 250 ml hindarkan cilastin sodium,
dekstrose 5% setelah beberapa dari sodium bicarbonate.
hari paparan Dalam syringe :
langsung patoprazole sodium.
sinar
matahari.
Amiodaron
HCl 0,6
mg/ml
Universitas Indonesia
dalam
D5W stabil
selama 5
hari pada
suhu
87
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
±25°C.
Larutan
dengan
konsentrasi
<0,6
mg/ml
dalam
D5W tidak
stabil dan
sebaiknya
tidak
digunakan.
Data
mengenai
kompatibili
tas dengan
NS masih
belum
dapat
Universitas Indonesia
dipastikan.
Bila NS
hendak
digunakan,
maka
88
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
gunakan
konsentrasi
amiodaron
HCl 1,8-4
mg/ml
73. Cotrimoksazol Infus intravena : 960 mg/hari Dekstrosa Simpan vial Untuk -
5 ml, tiap 12 jam, dapat ditingkatkan 5% pada larutan 5
Cotrimoksazol menjadi 1,44 gram tiap 12 jam dalam air. temperatur ml/125 ml
10 ml pada infeksi berat. Anak 36 ruangan di
(Kotrimoksazo mg/kg BB /hari terbagi dalam yang dekstrosa
l DOEN III dua dosis. Pada infeksi berat terkontrol 5% dalam
kombinasi dapat ditingkatkan menjadi 54 dan tidak air,
sulfametoksaz mg/kg BB/hari. boleh di gunakan
ol 80 mg/ml, lemari selama 6
trimetoprim 16 dingin. jam setelah
mg/ml) preparasi.
Untuk
larutan 5
ml/100 ml
Universitas Indonesia
di
dekstrosa
5% dalam
air,
gunakan
89
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
selama 4
jam setelah
preparasi.
Untuk
larutan 5
ml/75 ml di
dekstrosa
5% dalam
air,
gunakan
selama 2
jam setelah
preparasi.
Produk
tidak boleh
disimpan
dalam
lemari
pendingin.
Universitas Indonesia
74. Cravit IV 100 Infus IV lambat : 1 x sehari, NaCl 0,9 Simpan Selama Larutan infus :
ml selama 7 sampai 14 hari %, vial yang pemberian larutan yang
(levofloxacin) Glukosa masih larutan IV mengandung Al3+,
5%, tertutup infuse Ca2+, Cu2+, Mg2+,
Glukosa- pada suhu tidak Zn2+
90
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
. injeksi
yang tidak
terpakai
lagi harus
dibuang.
91
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Tidak
boleh
dicampur
dengan
larutan
yang
bersifat
basa
(contohnya
Na
bikarbonat)
75. Cryptal Infus Kandidiasis Orofaring 50 mg / Dekstrosa Simpan Simpan Produk obat ini
200 mg/100 hari selama 7 - 14 hari. 5% dalam injeksi tidak boleh
ml, Diflucan Infeksi kandida mukosa (kecuali dalam air. wadah pada suhu dicampur dengan
Infus 2 mg/ml kandidiasis vaginalis) 50 mg / Ringer’s kedap 5°C sampai obat lain.
100 ml hari selama 14 - 30 hari. Pada injection, udara pada 25°C (41°F
(Fluconazol) kasus berat dosis dapat lactated. suhu di sampai
ditingkatkan sampai 100 mg / bawah 77°F).
hari. 30°C. Jangan
Universitas Indonesia
92
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
93
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
ruangan temperatur
yang ruangan.
terkontrol
selama 4
minggu
sampai 3
bulan.
78. Daktinomisin Anak >6 bulan. Dosis lazim Dekstrosa Simpan Karena -
0,5 g : 15 mcg/kg/hari untuk 5 5% vial pada bersifat
(Daktinomisin) hari setiap 3-6 minggu atau dalam air. temperatur sitotoksik,
400-600 mcg/m2/hari untuk NaCl ruanganda maa harus
5 hari setiap 3-6 minggu. 0,9% n digunakan
“Wilm’s tumor”, terlindungi segera
“rhabdomyosarcoma”, dari tidak lebih
“Ewing’s sarcoma” 15 cahaya dari 24 jam
mcg/m2/hari untuk 5 hari dan pada suhu
(dalam regimen kombinasi kelembaba 4°C atau
dan terjadwal). n. pada
Osteosarkoma : 600 temperatur
Universitas Indonesia
94
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
“rhabdomyosarcoma” ” 15
mcg/m2/hari untuk 5 hari
(dalam regimen kombinasi
dan terjadwal).
95
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Osteosarcoma : 600
mcg/m2/dosis hari 1,2,3
sebagai bagian kombinasi
terapi. Ovarian tumor : 500
mcg/m2/hari untuk 5 hari
setiap 4 minggu atau 300
mcg/m2/hari untuk 5 hari
setiap 4 minggu.
79 Darrow Dosis sesuai kebutuhan pasien. Tidak ada Simpan Larutan -
Glukosa Ana karena pada suhu yang
(DG Ana) langsung dibawah tersisa
Infus 500 ml diberikan. 25°C. dibuang
setelah
digunakan.
80. Darrow Dosis sesuai kebutuhan pasien. Tidak ada Simpan Larutan -
Glukosa Half karena pada suhu yang
Strength Infus langsung dibawah tersisa
500 ml diberikan. 25°C. dibuang
setelah
Universitas Indonesia
digunakan.
81. Daunorubicin Anak. Total kumulatf dosis Dekstrosa Simpan Karena Injeksi natrium
Hidroklorida tidak boleh lebih dari 300 5% pada bersifat heparin dan
2
DBL 20 mg/4 mg/m pada anak > 2 tahun atau dalam air. temperatur sitotoksik, deksametason
ml 10 mg/kg pada anak < 2 tahun. NaCl ruangan maka harus natrium fosfat.
96
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
(Daunorubicin Anak <2 tahun atau BSA <0,5 0,9% yang digunakan
HCl) m2, semua kombinasi terapi : 1 terkontrol. segera
mg/kg/dosis per protocol Terlindung sampai 24
dengan frekuensi tergantung dari cahaya. jam pada
regimen. Anak ≥2 tahun dan suhu 4°C
BSA ≥ 0,5 m2 : semua atau pada
kombinasi terapi 25 mc/ m2 temperatur
pada hari 1 setiap minggu untuk ruangan
4-6 siklus. Infus lanjutan : 30- yang
60 mg/ m2/ hari pada hari 1-3. terkontrol.
Dewasa. Total kumulatif dosis
tidak boleh dari 500 mg/m2
tanpa resiko kardiotoksisitas
dan tidak boleh lebih dari 400
mg/m2 pada pasien yang
mendapatkan radiasi dada.
Semua kombinasi terapi : 45
mg/ m2/hari untuk 3 hari.
Dewasa <60 tahun : awalnya 45
mg/ m2/hari untuk 3 hari,
Universitas Indonesia
97
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
kemudian menyusul 30
mg/m2/hari untuk 2 hari.
82. Deferoksamin Untuk akut. Anak ≥ 3 tahun: IM Air steril Simpan vial Simpan -
mesilat 500 90 mg/kg/dosis setaip 8 jam untuk pada suhu pada
mg/ml 10 ml (maksimum 6 g/24 jam).. IV 15 injeksi. tidak lebih temperatur
(Deferoksamin mg/kg/jam (maksimum 6 g/24 Dextrose dari 25°C ruangan
mesilat) jam). Dewasa : IM, IV : 5% yang
awalnya 1000 mg yang diikuti dalam air, terkontrol
500 mg setiap 4 jam sampai 2 NaCl sampai 1
kali dosis; kemudian dosis 500 0.9%. minggu
mg diberikan setiap 4-12 jam. Ringer’s dan
Dosis maksimum rekomendasi injection, terlindung
6 g/hari. lactated dari
Untuk kronis. Anak ≥ 3 tahun : cahaya.
IV 15 mg/kg/jam (maksimum
12 g/24 jam). Sub Q : 20-40
mg/kg/hari selama 8-12 jam
(maksimum dosis 1000-2000
mg/hari). Dewasa : IM, IV 500-
Universitas Indonesia
98
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
83. Dexamethason Dosis standard: 0,5-24 mg /hari Dekstrosa Terlindung Dari sudut Y-site :
e Amp 5 melalui IM atau injeksi/ nfuse 5% dalam dari pandang ciprofloxacin,
mg/ml, IV; air, cahaya mikrobiolo midazolam HCl.
Kalmethasone Edema serebral berkaitan NaCl dan gi, harus Dalam syringe :
Inj 5 mg / ml, dengan malignansi: dosis awal 0.9%. simpan digunakan difenhydramine HCl,
Oradexon 5 10 mg injeksi IV diikuti 4 mg pada suhu segera, pantoprazole sodium.
mg/ml 1 ml IM tiap 6 jam selama 2-4 hari; 2-25°C. namun
(Deksametason Meningitis: 10 mg injeksi IV Dexameth nfuse
sodium tiap 6 jam untuk 4 hari; asone yang telah
phosphate) Intraartikular, intrasinovial atau sodium disiapkan
injeksi jaringan lunak: sendi phosphate dapat
besar 2-4 mg, sendi kecil 0,8-1 tidak tahan disimpan
mg, bursa 2-3 mg, pelapis terhadap pada suhu
tendon 0,4-1 mg, infiltrasi panas dan 2-8°C dan
jaringan lunak 2-6 mg, ganglia tidak diinfuskan
1-2 mg. Injeksi dapat diulang boleh di dalam 24
tiap 3-5 hari atau 2-3 minggu. autoklaf. jam (pada
suhu
ruang)
Universitas Indonesia
84. Dextrose 5% Pengobatan dan pencegahan Tidak ada Simpan di Jangan Alteplase,
500 mL, kekurangan cairan: kebutuhan karena bawah digunakan amoxicillin,
Dextrose 10% cairan pada umumnya sekitar 40 digunaka suhu 25°C. jika larutan caspofungin, co-
500 mL, mL/kg/24 jam, dosis tergantung n sebagai keruh. amoxiclav,
Dextrose 40%) umur, BB, dan kondisi klinis pelarut. Simpan dantrolene,
99
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
100
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
101
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
102
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
atau obat-obatan
87 Dibekacin Dosis harian 100 mg untuk NaCl Simpan Dibekacin Diuretik
Meiji 100 orang dewasa dan 1-2 mg/kg 0,9%. pada sulfat
mg/2 ml BB untuk bayi dan anak-anak Air steril temperatur sangat
(Dibekasin diberikan secara IM dibagi 1 untuk ruangan. stabil.
sulfat) atau 2 dosis. Dosis dapat injeksi. Ketika
disesuaikan dengan usia atau dilarutkan
keparahan infeksi. dalam
IV Infus Drip: Dewasa: 100 mg NaCl 0,9%
sehari dibagi dalam 2 dosis atau air
selama 30-60 menit. steril untuk
injeksi
dapat
disimpan
pada 25°C
selama 7
hari.
88. Dicynone 250 Sebelum operasi 1 tab 3 x / hari, - Simpan di - Ethamsilate
mg / 2 ml 2 - 3 jam sebelum operasi. 1 jam dalam tidakkompatibel
Universitas Indonesia
103
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
104
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
mg/2 ml Batas keamanan dilantin relatif Sodium suhu diencerkan HCl, ceftazidime,
(Fenitoin Na) kecil. chlorida kamar (Phenytoin ciprofloxacin,
Pada pengobatan status 0.9% (≤25°C) dalam NS) diltiazem HCl,
epileptikus, pemberian secara IV dan tidak boleh heparin sodium,
lebih baik dibandingkan dengan terlindung disimpan propofol.
IM karena tidak terjadi dari di dalam Dalam syringe :
penghambatan absorpsi. cahaya. kulkas. [pantoprazole
Larutan sodium.
injeksi Aditif : amikasin
yang sudah sulfate, dobutamin
diencerkan HCl, insulin regular,
harus lidocaine HCl,
segera nitroglycerin.
digunakan.
91. Dipeptiven Dosis tergantung pada Larutan Simpan Simpan -
Infus 100 ml, keparahan kondisi katabolik asam pada suhu sampai 9
Dipeptiven atau kebutuhan terhadap asam amino. 20°C. hari di
Infus 50 ml amino. Larutan lemari
(per 100 ml ; Dosis maksimum sehari 2 g nutrisi pendingin
Universitas Indonesia
L-alanine 8,2 asam amino/kg BB/ tidak boleh parenteral atau 1 hari
g; L- berlebih dalam nutrisi pada
glutamine13,4 parenteral. temperatur
6 g) Proporsi dari asam amino tidak ruangan
boleh lebih dari 20% dari total. yang
105
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
106
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
lemak Amobarbital,
10%, LR, amphotericin B,
1/2NS, dexamethasone
NS. sodium phosphate
with lorazepam and
metoclopramide,
iodipamide
meglumine,
phenytoin,
phenobarbital,
thiopental.
93. Diprivan 1% Induksi IV : Anak (Sehat) 3-16 Dekstrosa Simpan Sediaan Y-site : amikacin
20 ml, Recofol tahun, ASA-PS 1 atau 2 : 2,5- 5% pada suhu yang tidak sulpahte, atracurium
20mg 10 ml, 3,5 mg/kg selama 20-30 detik, dalam air. antara 2°C diencerkan besylate, calcium
Recofol 10mg digunakan dosis terendah untuk NaCl sampai harus chloride,
/ml 20 ml anak ASA-PS 3 atau 4. 0,9%. 25°C. digunakan ciprofloxacin,
(Propofol) Dewasa (Sehat), ASA-PS 1 atau D5S Terlindung dalam diazepam, digoxin,
2, <55 tahun : 2-2,5 mg/kg (40 dari cahay. waktu 12 doxorubicin HCl,
mg setiap 10 detik sampai onset jam, gentamisin sulfate,
Universitas Indonesia
107
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
108
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Plasma-
Lyte 56
dalam
dekstrosa
5%.
109
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Plasma-
Lyte 148
dalam
dekstrosa
5%.
Ringer’s
injection.
NaCl
0,9%.
95. Doxorubicin Anak : Dekstrosa Simpan Karena Fluorouracil dan
10 mg/5 ml, 35-75 mg/m2 /dosis setiap 21 5% pada bersifat natrium heparin.
Doxorubicin hari atau dalam air. kemasan sitotoksik,
50 mg/25 ml 20-30 mg/m2 /dosis sekali satu NaCl asli maka
(Doksorubisin) minggu atau 0,9%. sampai digunakan
60-90 mg/m2 /dosis diberikan digunakan segera
sebagai infuse lanjutan selama Simpan sampai 24
96 jam setiap 3-4 minggu. pada jam pada
Dewasa :dosis lazim 60-75 lemari temperatur
mg/m2 /dosis setiap 21 hari atau dingin ruangan.
Universitas Indonesia
110
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
111
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Glucose 5%, dianjurkan 2.5 karena bawah kamar atau yang tidak
Ecosol ml/70kgBB/menit digunaka suhu 25°C ruangan, mengandung
Glucose 10% atau180ml/70kgBB/jam atau n sebagai sebaiknya elektrolit, tidak
disesuaikan dengan kondisi pelarut. pada suhu boleh diberikan
penderita. tidak lebih. bersamaan dengan
112
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
113
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
102. Efedrin 50 3 kali sehari, 15-60 mg. Anak 3 NaCl Simpan Simpan Natrium
mg/ml (Efedrin kali sehari; anak kurang dari 1 0,9%. pada pada suhu fenobarbital
hidroklorida) tahun 7,5 mg, 1-5 tahun 15 mg, Dekstrosa temperatu 25°C atau
6-12 tahun 30 mg. 5% r. 4°C
114
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
115
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
116
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
106. Etoposide 20 Anak. IV : 60-120 mg/m2/hari Dekstrose Dapat Karena Plastik ABS.
mg/ml 5 ml untuk 3-5 hari setiap 3-6 5% dalam disimpan bersifat
(Etoposid) minggu. air sampai 6 sitotoksik,
AML : pengurangan induksi NaCl bulan maka harus
150 mg/m2/hari untuk 2-3 hari 0.9% pada digunakan
117
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
3-4 minggu.
Kanker testikular (kombinasi
dengan obat kemoterapi lain) :
IV 100 mg/m2 setiap hari untuk
118
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
bersuhu
25°C dan
tidak
boleh
dibiarka
119
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
n pada
suhu
kamar
sebelum
digunakan
. Oleh
karena
itu,
setelah
penyimpa
nan yang
lama,
ampul
harus
dibuka
secara
berhati-
hati.
108. Farmabes 5 Injeksi IV : Dewasa Dekstrosa Simpan Setelah Y-site : diazepam,
Universitas Indonesia
120
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
infus (N5,
D5W,
D5½S)
selama
121
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
24 jam
dalam
container
yang
terbuat dari
PVC atau
gelas, pada
suhu kamar
atau pada
penyimpan
an dalam
kulkas
(refrigerato
r).
109. Farmadol Infus Vial Dewasa & remaja dengan - Lindungi Simpan Tidak tercampur
10 mg/ml 100 BB 50 kg diberikan 100 mL dari pada dengan produk medis
ml (Farmadol) infus IV selama 15 menit cahaya. ruangan lainnya.
sampai 4 kali sehari. Max Dosis dengan
harian 4 g.Dewasa & remaja suhu di
Universitas Indonesia
122
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
kristal atau
endapan,
111. Fentanyl 0,05 Sedasi untuk prosedur minor / Dekstrose Formula Lindungi Inkompatibel dalam
mg / ml 2 ml analgesia: Dewasa: IV: 25-50 5% dalam injeksi ; dari syringe :
(Fentanil) mcg; dapat diulang setiap 3-5 aqua simpan cahaya, Pentobarbital
123
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
113. Fima Hes 200 0.5-1 mL SC. Tidak ada Simpan Harus fosfat anorganik,
Infus 500 ml pada suhu digunakan hidrogen karbonat
(perL : HES kamar (25 dengan atau oksalat
200.000/0,5 60 segera
g; NaCl 6,9 g; setelah
124
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
125
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
3,3% keamanan
dalam sediaan.
NaCl Larutan
0,3%. kuning tua
Plasmalyt menunjukk
e 3G5. an sediaan
mengalami
dekomposi
si dan
harus
dibuang.
Sediaan
harus
disimpan
pada suhu
kamar,
terlindung
dari cahaya
dan
Universitas Indonesia
terhindar
dari suhu
beku.
115. Fosmicin 1 g, Dosis lazim untuk penggunaan D5W Simpan Sediaan -
Fosmicin Inj 2 IV: 2-4 g untuk dewasa dan 100- Aqua pro pada yang telah
126
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
127
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
128
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
129
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
130
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
131
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
membentu
k endapan
kristal atau
keruh
cokelat
tua.
121. Gentamycin 80 IM, IV :Konvensional: 1-2,5 mg NS Sediaan Dalam NS Dalam syringe :
mg/2 mL / kg / dosis setiap 8-12 jam, D5W dengan dan D5W, ampicillin sodium,
(Gentamisin untuk memastikan konsentrasi D10W konsentras larutan cloxacillin sodium,
sulfat) puncak yang cukup di awal i 10 mg/ml gentamicin heparin sodium,
terapi, dosis awal yang lebih disimpan stabil pantoprazole
tinggi dapat dipertimbangkan pada suhu selama 24 sodium.
pada pasien tertentu jika cairan 20-25°C. jam pada Aditif : ampicillin
ekstraseluler meningkat (edema, Sediaan suhu kamar sodium, cefepime
syok septik, pascaoperasi, atau dengan (25°C). HCl, ceftazidime,
trauma) konsentras cloxacillin sodium,
Sekali sehari: 4-7 mg / kg / dosis i 40 mg/ml heparin sodium.
sekali sehari, beberapa dokter disimpan Y-site :
merekomendasikan cara ini azithromycin,
Universitas Indonesia
132
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
133
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
134
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera. Jika
135
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
tidak
segera
digunakan,
di-gunakan
waktu dan
kondisi
penyimpan
an sebelum
digunakan
adalah
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
tidak akan
lebih dari
24 jam
pada 2-8 °
Universitas Indonesia
C, kecuali
pelarutan
telah
terjadi
dalam
136
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Kondisi
septik
terkendali
dan
divalidasi.
Jangan
gunakan
jika larutan
berubah
warna.
122. Granon 1 mg Anak ≥2 tahun dan dewasa Dekstrosa Larutan Larutan -
(Granisetron (Profilaksis kemoterapi). 5% jernihm rekonstitusi
hidroklorida) Selama kemoterapi : 10 dalam air. tidak harus
mcg/kg/dosis (maksimum NaCl berwarna segera
1mg/dosis) diberikan 30 menit 0,9%. atau agak digunakan.
untuk kemoterapi. Untuk D5S. berwarna Larutan
beberapa obat (seperti seperti rekonstitusi
karboplatin, siklofosfamida) jerami. stabil
dengan aksi emesis tidak terlalu Simpan selama
Universitas Indonesia
137
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
cahaya.
dengan
kondisi
penerangan
normal dan
terlindung
dari
paparan
langsung
cahaya
matahari.
Setelah itu,
larutan
tidak boleh
digunakan
lagi.
123. Haemaccel Infus intravena, dosis awal 500- Tidak ada Simpan Setelah Glikosida jantung
colloidal infus 1000 ml dari larutan 3,5-4%. karena pada suhu botol
3,5% 500 ml langsung antara 2°C infuse
(poligelin) diberikan dan 25°C. dibuka, sisa
Universitas Indonesia
138
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
139
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
126. Hicort 100 Injeksi intramuskular atau Dekstrosa Simpan Setelah Dacarbazin
mg/ml, injeksi intravena lambat atau 5% pada suhu rekonstitusi Dimenhidrinat.
Hydrocortison infuse 100-500 mg, 3 kali dosis dalam air. 20°C , larutan Kanamisisn sulfat.
e Inj 100 terbagi dalam 24 jam atau NaCl stabil pada Promazin
0,9%.
140
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
hari.
127. Humalog Dosis awal 0.5-1 U / kgBB / hari Amino Insulin Simpan Larutan Insulin dapt
cartridge 100 dalam dosis terbagi acids lispro pada suhu hilang efektifitasnya
IU/ml 10 ml Atau direkomendasikan juga 4.25%, harus 2°C dan bila dicampur dengan
[Insulin ultra- dengan dosis 0.2-0.4 units/ dekstrose disimpan. 8°C; zinc and isophane
141
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
142
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
cartridge
tidak harus
disimpan
dengan
jarum
143
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
terpasang.
Jauhkan
dari
jangkauan
dan
penglihatan
anak-anak.
Jangan
gunakan
Humalog
Mix25
setelah
tanggal
kadaluwars
a yang
tercantum
pada label
dan karton.
Jangan
Universitas Indonesia
gunakan
Humalog
Mix25, jika
terdapat
gumpalan
144
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
materi atau
jika
partikel
putih
menempel
pada
bawah atau
dinding
cartridge.
Periksa
setiap kali
Anda
menyuntik
kan sendiri.
Obat tidak
boleh
dibuang
melalui air
limbah atau
Universitas Indonesia
sampah
rumah
tangga.
Tanyakan
apoteker
145
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Anda
bagaimana
membuang
obat-obatan
tidak lagi
diperlukan.
Langkah-
langkah ini
akan
membantu
untuk
melindungi
lingkungan
129. Human tetanus Profilaksis tetanus 250 IU IM. Tidak ada Human Produk ini Produk obat ini
immunoglobuli Dosis harus dua kali lipat dalam karena Tetanus harus tidak boleh
n Inj 500 kasus luka dengan kerusakan langsung Immunogl dibawa ke dicampur dengan
IU(Human jaringan atau luka yang diberikan obulin kamar atau obat lain.
tetanus terinfeksi atau cedera yang secara harus suhu tubuh
immunoglobuli terjadi lebih dari 24 jam atau subkutan disimpan sebelum
Universitas Indonesia
146
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Menyimp
an botol
dalam
karton
luar untuk
147
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
melindun
gi dari
cahaya.
130. Humulin R Dosis tergantung individu Amino Insulin Simpan Larutan Insulin dapt
100 IU dan Durasi kerja 4-12 jam acids reguler pada suhu hilang efektifitasnya
Cart 3 ml 4.25% harus 2 dan 8 C; bila dicampur dengan
[Insulin short- Dekstrose disimpan jangan zinc and isophane
acting (kerja 25% dalam dibekukan; insulin.
pendek) : NaCl 0.9% pendingin hindari
regular soluble dan pemanasan
human insulin dilindungi dan cahaya
(recombinant dari Setelah
DNA origin) pembekua digunakan
n. vial bisa
disimpan
hingga 31
hari jika di
simpan di
refrigerator
Universitas Indonesia
dengan
suhu
2°Cdan
8°C
148
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
131. Hyperhep-B Infus IV pada tingkat awal Tidak ada Human Produk ini Produk obat tidak
S/D 217 IU/ml maks 0,02 mL/kg/menit untuk karena Tetanus harus boleh dicampur
0,5 ml (Human pertama kali 10 menit, langsung Immunogl dibawa ke dengan obat lain.
Hepatitis B Ig) ditingkatkan secara bertahap diberikan obulin kamar atau
maks 0,04 mL/kg/menit. secara harus suhu tubuh
Pencegahan HBV infeksi ulang intramusc disimpan sebelum
setelah transplantasi hati untuk ular atau dalam digunakan.
gagal hati, hepatitis B yang subkutan. wadah Jangan
diinduksi selama fase asli pada gunakan
pemeliharaan non-replikator 2°C-8°C larutan
pasien dewasa 2,000-10,000 sampai 2 yang
IU/bulan untuk tahun. mengandun
mempertahankan kadar Penyimpa g
antibody >100-150 IU/L pada nan partikulat.
pasien HBV-DNA. Pencegahan hingga Setiap
hepatitis B dalam kasus satu produk
kecelakaan pada pasien non- minggu yang
imunisasi setidaknya 500 IU, pada suhu digunakan
tergantung pada intensitas kamar atau bahan
Universitas Indonesia
149
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
150
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
133. Induxin Inj 10 IV : induksi 1 ml (10 IU) / 1000 Dekstran Simpan Simpan Induxin tidak harus
UI/ml ml. Dosis awal infus : 1-4 6% dalam pada pada suhu diinfus melalui
miliunit/ menit, secara bertahap
kemudian meningkat hingga 1-2
miliunit/ menit dengan interval
151
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
(oksitosin) > 20 menit dekstrosa wadah ruang yang darah atau plasma,
Jika terjadi aborsi, dosis 10 IU / 5% kedap terkontrol karena keterkaitan
500 ml dengan kecepatan infus Dekstran udara dan dan peptida dengan
20-40 tetes/ menit 65 dalam lindungi terlindung cepat dilemahkan
Pengendalian pendarahan NaCl dari dari cahaya oleh oksitosin
postpartum uterus : 10-40 IU / 0,9% cahaya Jangan sehingga
mL 1.000 dengan infus IV atau Dextrose- Temperatu digunakan menonaktifkan
IM 10 IU setelah melahirkan ringer 's r runag jika enzim.
plasenta. injeksi, penyimpan sediaan Induxin tidak
kombinas an berkisar mengalami kompatibel dengan
i antara 2°C perubahan larutan yang
Dextrose sampai warna atau mengandung
10% 8°C. membentu natrium metabisulfit
dalam air k endapan. sebagai stabilisator
Ringer
injeksi,
Ringer
injeksi,
laktat
Sodium
Universitas Indonesia
klorida
0,45%
NaCl
0,9%.
152
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
134. Integrilin 75 Akut koroner sindrom dengan Sodium Simpan di Simpan di Furosemide
mg/ 100 ml serum kreatinin <2 mg / dL 180 chlorida lemari es bawah
100 ml mcg / kg IV bolus sesegera 0.9% (2°C- pendingina
(Eptifibatide) mungkin setelah diagnosis, Dextrose 8°C). n dan
diikuti dengan infus kontinu dari 5% Simpan terlindung
2 mcg / kg / min sampai dengan dalamsodi dalam dari cahaya
72 jam atau sampai debit um kemasan Obat ini
Jika PCI dilakukan selama chlorida yang asli dapat
Integrilin terapi, infus harus 0.9%. untuk disimpan
dilanjutkan sampai 18-24 jam melindun sampai dua
setelah prosedur atau sampai gi dari bulan pada
discharge, yang memungkinkan cahaya suhu
96-jam terapi, 2-4 mg / dL 180 kamar.
mcg / kg IV bolus sesegera
mungkin setelah diagnosis,
diikuti dengan infus kontinu dari
1 mcg / kg / min. PCI dengan
serum kreatinin <2 mg / dL 180
mcg / kg IV bolus segera
Universitas Indonesia
153
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Jangan
membekuk
an.
Menyimpa
n botol
154
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dalam
karton luar
untuk
melindungi
dari
cahaya.
136. Inviclot 5000 Hemodialisa : biasanya NaCl Simpan Dari sudut Y-site : Amiodarone
IU/ml 5 ml diberikan 7.500-12.500 IU 0,9% pada suhu pandang HCl, ciprofloxacin,
(Heparin Na) (tanpa pengawaet) untuk setiap Dekstrosa 15°C- mikrobiolo diazepam,
dialisis 5% dalam 30°C gi, harus gentamicin sulfate,
Pemberian IV : 5.000-10.000 IU air digunakan haloperidol lactate,
setiap 4 jam melalui injeksi segera, isosorbide dinitrate,
bolus atau infus namun levofloxacin,
berkesinambungan dalam infus yang tramadol HCl,
larutan pembawa injeksi telah phenytoin sodium.
Natrium klorida atau injeksi disiapkan Dalam syringe :
Dekstrosa. Dosis harus dapat amikacin sulfate,
dimonitor dengan melakukan uji disimpan amiodarone HCl,
koagulasi sebelum pemakaina pada suhu chlorpromazine HCl,
Universitas Indonesia
155
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
156
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
sterilisasi
dengan
autoklaf
dan
penyimpan
157
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
an
selanjutnya
dilakukan
pada suhu
kamar dan
terlindung
dari cahaya
matahari.
137. Iopamidol Lumbar Myelography : Dewasa - Simpan Botol Obat ini tidak boleh
0,612 g/ml 20 5-10 ml. Thoraco-Cervical pada sekali dicampur dengan
ml, Iopamidol Myelography dewasa 5-10 ml. temperatur dibuka obat lain.
0,755 g/ml 20 Cerebral Angiography dewasa ruangan harus
ml, 5-10 ml (diulangi jika penting) yang segera
dan anak-anak tergantung umur terkontrol digunakan.
dan berat badan. Peripheral dan Larutan
Arteriography dewasa 20-50 ml terlindung yang tidak
(diulangi jika penting) dan dari digunakan
anak-anak tergantung umur dan cahaya. harus
berat badan. Venography dibuang.
Universitas Indonesia
158
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
159
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
160
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
161
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Dekstrosa digunakan
5% setelah
dalam tanggal
NaCl kadaluwars
0,45%. a dicetak
162
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
163
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
164
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
rusa
Terdiri dari
3 bagian
kantung
yang
165
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dicampur
sebelum
penggunaa
n. Setelah
tutup
dibuka,
stabilitas
secara
fisika dan
kimia dari
3
campuran
kantung
dapat
digunakan
selama 24
jam pada
temperatur
25°C.
Universitas Indonesia
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
166
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
143. Ka-En 4 B Ka-En 4B : Untuk bayi dan Tidak Pada suhu Setelah -
Infus 500 ml neonatus, dosis harus ada kamar, tutup
(per L : Na 30 disesuaikan dengan kondisi karena terhindar dibuka,
meq; K 8 meq; pasien, umur dan berat badan. diberikan dari stabilitas
Cl 28 secara IV cahaya secara
meq;laktat 10 infus. matahari fisika dan
meq; glukosa langsung. kimia dari
37,5 meq) Tidak 3
boleh campuran
digunakan kantung
lebih dari dapat
tanggal digunakan
kadaluwar selama 24
sa. jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan
jika tidak
Universitas Indonesia
terpakai.
144. Ka-En 1B Ka-En 1 B : dewasa 500-1000 Tidak ada Pada suhu Setelah -
Infus 500 ml ml dengan infus drip IV. karena kamar, tutup
(per L : Na Kecepatan infus : Dewasa ; 300- diberikan terhindar dibuka,
38,5 meq; Cl 500 ml/ jam. Anak > 3 tahun secara IV dari stabilitas
167
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
38,5 meq; atau BB > 15 kg 50-100 ml/ jam infus. cahaya secara
gluksa 37,5 matahari fisika dan
meq) langsung. kimia dari
Tidak 3
boleh campuran
digunakan kantung
lebih dari dapat
tanggal digunakan
kadaluwar selama 24
sa. jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
145. Ka-En 3B Ka-En 3B : dewasa dan anak Tidak ada Pada suhu Setelah -
Infus 500 ml usia 3 tahun atau lebih atau BB karena kamar, tutup
(per L : Na 50 15 kg atau lebih : 500-1000 diberikan terhindar dibuka,
Universitas Indonesia
168
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
boleh campuran
digunakan kantung
lebih dari dapat
tanggal digunakan
kadaluwar selama 24
sa. jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
146. Ka-En 3A Ka-En 3A : dewasa dan anak Tidak ada Pada suhu Setelah -
Infus 500 ml usia 3 tahun atau lebih atau BB karena kamar, tutup
(per L : Na 60 15 kg atau lebih : 50-100 ml/ diberikan terhindar dibuka,
meq; K 10 jam secara IV dari stabilitas
meq; Cl 50 infus. cahaya secara
meq; laktat 20 matahari fisika dan
meq; gluksa 27 langsung. kimia dari
Universitas Indonesia
meq) Tidak 3
boleh campuran
digunakan kantung
lebih dari dapat
tanggal digunakan
169
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
kadaluwar selama 24
sa. jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
147. Ka-En MG-3 Ka-En MG3 : 500-1000 ml pada Tidak ada Pada suhu Setelah -
Infus 500 ml satu kali pemberian melalui karena kamar, tutup
(per L : Na 50 infus drip IV diberikan terhindar dibuka,
meq; K 20 secara IV dari stabilitas
meq; Cl 50 infus. cahaya secara
meq; laktat 20 matahari fisika dan
meq; gluksa langsung. kimia dari
100 meq) Tidak 3
boleh campuran
digunakan kantung
lebih dari dapat
Universitas Indonesia
tanggal digunakan
kadaluwar selama 24
sa. jam pada
temperatur
25°C.
170
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
148. Kalmeco 500 Injeksi IV / IM : 1 ampul 3x - Simpan Buang sisa Asam askorbat,
mcg, Lapibal sehari. pada suhu larutan jika dekstrosa, dan
500 mcg, kamar tidak pitomenadion, dan
Mecobalamin (dibawah terpakai 5% warfarin
500 mcg 30°C), Simpan natrium.
(mekobalamin) terlindung pada
dari ruangan
cahaya. dengan
suhu di
bawah
30°C.
149. Kaltrofen 100 Nyeri & Dismenore : Pasien Dapat Simpan Sediaan -
ml dewasa : 25mg atau 50mg setiap langsung pada suhu harus
(Ketoprofen) 6-8 jam jika diperlukan. digunaka <30°C disimpan
Pasien dengan gangguan fungsi n secara dan dalam
ginjal & hati : Untuk Pasien IM. terlindung wadah
dengan kerusakan ginjal/hati dari tertutup
sedang, dosis tertinggi sehari cahaya. rapat,
Universitas Indonesia
171
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
pada suhu
kamar
(25°C),
Masa
kadaluarsa
adalah 3
tahun sejak
diproduksi
150. Karboplatin Infus IV Anak. “Solid Tumor” : Dekstrosa Simpan Simpan Hindari penggunaan
150 mg/15 ml 300-600 mg/m2 sekali setiap 4 5% pada selama 8 metal aluminium.
(Karboplatin) minggu. Tumor otak : 175 dalam air. temperatur jam pada
2
mg/m per minggu untuk 4 NaCl ruangan emperat
minggu setiap 6 minggu, 0,9%. yang ure
dengan 2 minggu periode Air steril terkontrol. ruangan
pemulihan. untuk Terlindung yang tidak
Infus IV Dewasa : Kanker injeksi. i dari lebih dari
2
ovarian : 300-600 mg/m setiap cahaya. 25°C.
4 minggu atau target AUC 5-7,5
setiap 3 minggu . “Autologous
Universitas Indonesia
172
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
digunakan
untuk
injeksi,
maka
173
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
larutan
harus bebas
dari
mikroorgani
sme.
152. Kenacort Intraartikular, intrabursal, Tidak ada Jangan Harus Injeksi tidak boleh
IA/ID 10 mg/5 selubung tendon. Dewasa : karena simpan di digunakan dicampur dengan
ml, Trilac 10 dosis lazim sendi kecil 2,5-5 langsung atas 25 ° dengan produk obat lain.
mg/5 ml mg, sendi besar 5-15 mg, dosis diberikan C. segera dan
(Triamsinolon untuk sendi kecil sampai 10 mg, secara Jangan dalam
asetonida) sedangkan untuk sendi besar intraderm membeku keadaan
sampai 40 mg. Maksimum al atau kan. segar
dosis untuk semua sendi 20-80 intramusk Simpan karena
mg. ular. dalam apabila
Intradermal. Dewasa : dosis posisi didiamkan
lazim 1 mg. tegak. lama akan
IM. Range 2,5-100 mg/hari. mengalami
Anak : dosis lazim 0,11-0,16 pengendap
mg/kg/hari dibagi 3-4 dosis. an.
Universitas Indonesia
174
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
175
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
(60 mg pada pasien usia lanjut, Dekstrosa kering Larutan Dalam syringe :
Pasien dengan gangguan fungsi 5% dan injeksi diazepam,
ginjal ringan dan pasien dengan dalam air. terlindung dalam haloperidol lactate,
berat badan kurang dari 50 kg). NaCl dari syringe morphine sulfate,
Pemberian injeksi IV sekurang- 0,9% cahaya. harus pethidin HCl.
176
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Endapan
mungkin
terjadi
pada pH
rendah.
177
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
156. Kidmin Infus Gagal Ginjal Kronis : Infus Diinfuska Simpan Harus -
200 ml (per L : Vena Perifer : Dosis Lazim n lewat dibawah digunakan
L-amino acid Dewasa : 200 mL/hari, diinfus vena suhu dengan
72 g; BCAA melalui vena perifer. Laju perifer. 30°C, segera dan
45,8%; infuse pada orang dewasa Atau lindungi dalam
EAA/NEAA adalah 100 mL selama 60 menit diinfuska dari keadaan
ratio 2,6 : 1; (sekitar 25 tetes/menit ) dan n lewat cahaya. segar.
total nitrogen harus perlahan infus pada anak- vena
10 g) anak, pasien lanjut usia dan sentral
sakit parah . Dosis dapat sebagai
disesuaikan sesuai dengan total
kondisi , berat badan pasien dan nutrisi
usia . Ketika diberikan selama parenteral
hemodialisis , harus diresapi
melalui vena sisi injeksi
pelabuhan sirkuit dialisis mulai
90-60 menit sebelum akhir
terapi hemodialisis . Mengenai
kalori , > 1500 kkal / hari
Universitas Indonesia
178
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
179
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
0,9%.
Fruktosa
10%
dalam
NaCl
180
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
0,9%.
Fruktosa
10%
dalam air.
Ringer’s
injection,
lactated.
NaCl
0,9%.
158. Koate-DVI Hanya dengan IV. Perdarahan “Water Simpan di Setelah Produk obat tidak
250 IU 5 ml ringan dan profilaksis dosis for lemari es dilarutkan, boleh dicampur
[Faktor VIII tunggal 10 IU/kg. Perdarahan injection” (2°C- dari sudut dengan obat lain.
(Konsentrat)] sedang 15-25 IU/kg. Jika perlu, 8°C). pandang
dosis berulang 10-15 IU/kg Jangan mikrobiolo
setiap 8-12 jam. Perdarahan membeku gi, produk
berat Dosis Awalnya 40-50 kan. harus
IU/kg. Pemeliharaan: 20-25 Terlindun digunakan
IU/kg 8-12 jam. Bedah dosis g dari segera. Jika
Pra-operasi: 50 IU/kg. Untuk cahaya. tidak
Universitas Indonesia
181
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Setelah
dilarutkan,
secara
kimia dan
fisik stabil
182
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
selama 3
jam di
dalam studi
in vitro.
Jangan
dibekukan.
159. Konyne 80 Injeksi Intravena. “Water Jangan Shelf life 3 Tidak boleh
Vial 1000 IU + Haemarthrosis awal, perdarahan for simpan di tahun dicampur dengan
pelarut 25 ml, otot atau perdarahan mulut 20 – injection” atas 25 ° C. Setelah produk obat lain,
Konyne 80 40 IU/dl ulangi setiap 24 jam, Jangan dilarutkan, pengencer, atau
Vial 500 IU + setidaknya 1 hari, sampai membekuka dari sudut pelarut.
pelarut 10 ml episode perdarahan yang n. pandang
(faktor IX ditunjukkan dengan nyeri Simpan mikrobiolo
kompleks) teratasi atau penyembuhan pada botol gi dan
dicapai. Haemarthrosis lebih dalam produk
luas, perdarahan otot atau karton luar, tidak
hematoma 30 – 60 IU/dl, ulangi untuk mengandun
infus setiap 24 jam selama 3 - 4 melindungi g
hari atau lebih sampai rasa sakit dari cahaya. pengawet,
Universitas Indonesia
183
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
184
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
185
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
186
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
luar, untuk
jauhkan
melindungi
dari panas
dari cahaya.
langsung
atau cahaya
langsung.
Menyimpa
n botol
dalam
karton luar
untuk
melindungi
dari
cahaya.
162. Lantus SubQ: Dewasa: diabetes tipe 2: Tidak ada Jangan Simpan Jangan mencampur
Solostar 100 Pasien belum mendapat Insulin: karena simpan di botol atau encerkan dengan
IU/ml 3 ml 10 unit sekali sehari, diberikan atas 25 ° C. belum insulin lain
[insulin long- disesuaikan dengan respon langsung Jangan dibuka,
acting (kerja pasien (rentang dalam studi secara membekuka cartridge,
panjang) : klinis: 2-100 unit / hari) subkutan n. dan
Universitas Indonesia
187
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dapat
disimpan
dalam
lemari es
atau
188
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
sampai 28
hari pada
suhu kamar
Setelah
kartrid
dibuka
(OptiClikÂ
®) dan
perangkat
insulin
sekali
pakai
(SoloStarÂ
®)
(digunakan
) harus
disimpan
pada suhu
kamar dan
Universitas Indonesia
digunakan
dalam
waktu 28
hari,
jangan
189
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
mendingin
kan
163. Leucovorin Pengobatan overdosis antagonis “Bacterio Simpan Ketika Produk obat ini
calcium 250 asam folat : diberikan 10 mg/m static pada dilarutkan tidak boleh
mg, luas permukaan tubuh tiap 6 water for temperate dengan dicampur dengan
Rescuvolin 50 jam secara IV atau IM samapai injection” ruangan pelarut obat lain.
mg/10 ml kadar metotreksat dalam serum Aqua pro yang tanpa
(Kalsium dibawah 10-8 M. injeksi. terkontrol mengandun
folinat) Pengobatan anemia Dekstrosa dan g
megaloblastik : tidak melebihi 1 5% terlindung pengawet,
mg per hari diberikan secara IM dalam air dari maka harus
atau oral. NaCl cahaya. segera
0,9%. digunakan.
Dekstrosa Ketika
10% dilarutkan
dalam air. dengan
Dekstrosa “bacteriost
10% atic water
dalam for
Universitas Indonesia
NaCl injection”,
0,9%. maka dapat
Ringer’s disimpan
injection, selama 14
lactated. hari di
190
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dalam
lemari
pendingin
atau
temperatur
ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
164. Leunase 10000 50-200 ku/kg BB/hari dalam Aqua pro Simpan di Simpan di -
unit (L- infuse intravena. injeksi. dalam dalam
asparginase) NaCl lemari lemari
0,9%. pendingin pendingin
. dan dapat
digunakan
sampai 8
Universitas Indonesia
jam selama
larutan
tersebut
bebas dari
partikel.
191
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
165. Levemir SMPG > 10,0 mmol / l (180 mg Tidak ada Simpan di Shelf life : produk obat
Flexpen / dl) : + 8 U. SMPG 9,1-10,0 karena lemari es 30 bulan. mengandung tiol
100U/ml 3 ml mmol / l (163-180 mg / dl) : + 6 diberikan (2°C- Simpan atau sulfit dapat
[Insulin long- U. SMPG 8,1-9,0 mmol / l langsung 8°C). pada suhu menyebabkan
acting (kerja (145-162 mg / dl) : + 4 U. secara Jauhkan dibawah degradasi insulin.
panjang) : SMPG 7,1-8,0 mmol / l (127- subkutan. dari 30°C Levemir tidak harus
insulin 144 mg / dl) : + 2 U. SMPG elemen maksimal 6 ditambahkan ke
detemir] 6,1-7,0 mmol / l (109-126 mg / pendingin minggu. cairan infus.
dl) : + 2 U. . Jangan Produk ini obat
Jika salah satu pengukuran Jangan mendingin tidak boleh
SMPG 3,1-4,0 mmol / l (56-72 membeku kan. dicampur dengan
mg / dl) : - 2 U; <3,1 mmol / l kan. Levemir produk obat lainnya.
(<56 mg / dl) : - 4 U Simpan harus
SMPG = Self Monitoring cartridge dilindungi
Glukosa Plasma dalam dari panas
karton dan cahaya.
luar untuk
melindun
gi dari
Universitas Indonesia
cahaya.
Simpan
tutup
pada
192
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
FlexPen
untuk
melindun
gi dari
cahaya.
Simpan
tutup
pada
InnoLet
untuk
melindun
gi dari
cahaya.
166. Levophed 4 Hipotensi aku, infuse intravena, Asam Simpan Shelf life : Zat alkali dan
mg/4 ml, melalui kateter vena sentral, amino pada 18 bulan. oksidasi, barbiturat,
Raivas 1 larutan mengandung 4,25%. temperatu Secara klorfeniramin,
mg/ml 4 ml, norepinefrin bitartrat 80 mcg/ml Dekstrosa r ruangan kimia dan klorotiazid,
Vascon 1 (setara dengan norepinefrin 25%. yang fisik stabil nitrofurantoin,
mg/ml 4 ml basa 40 mcg/ml) dengan Dekstrosa terkontrol selama 24 novobiosin, fenitoin,
Universitas Indonesia
193
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
segera. Jika
tidak
segera
digunakan,
waktu dan
194
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
kondisi
penyimpan
an adalah
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
tidak akan
lebih dari
24 jam
pada 2
sampai 8 °
C.
167. Lidocain 2% 2 Injeksi IV pada pasien tanpa Dekstrosa Ditempat Harus Inkompatibel di
ml PHP gangguan sirkulasi yang berat, 5% sejuk, disimpan tempat pemberian :
(Lidokain HCl) 100 mg sebagai bolus selama dalam hindarkan pada suhu Amphotericin B
beberapa menit (50 mg pada natrium dari kamar cholesteryl sulfate
pasien dengan BB lebih ringan klorida cahaya yang complex, thiopental
Universitas Indonesia
195
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Lipofundin Bayi baru lahir sampai dengan 3 n secara disimpan jika emulsi
20% 500 ml g/ kgBB/ hari dengan kecepatan langsung, pada suhu tidak
(per L : infus sampai 0.15 g/ kgBB/ jam. dapat 15°C-30° homogen
Soyben oil 100 dicampur C dan setelah
g; medium dengan dikocok.
196
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
197
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Manitol Infus memadai): 12,5 g (200 mg / kg) dapat kamar pada suhu HCl, pamtoprazole
20% 500 ml, selama 3-5 menit untuk langsung Hindari kamar sodium.
(Manitol) menghasilkan aliran urin digunaka dari yang Aditif : meropenem.
minimal 30-50 mL urin per jam n. pembekua terkendali
Jika aliran urin tidak meningkat, n dan
198
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Kristalisas dilindungi
i dapat dari
terjadi pembekuan
pada suhu .
rendah, Larutan
jangan secara
mengguna kimiawi
kan stabil.
larutan Manitol
yang 20% akan
mengandu stabil
ng Kristal setelah
Pemanasa diautoklaf
n dalam pada suhu
bak air 250°F
panas dan selama 15
goncangan menit.
kuat dapat
digunakan
Universitas Indonesia
untuk
resolubiliz
ation
dosis tes kedua dapat diberikan.
Jika dosis uji tidak
199
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dosis.
171. Marcain 0.5% Dewasa 400 mg dosis tunggal sodium Lindungi Simpan Tidak disebutkan.
20 ml, Marcain setiap hari chlorida dari pada suhu
5 mg/ml 4 ml Bedah anestesi: Lumbar 0.9%. cahaya. kamar
(Bupivakain epidural (perut, panggul & terkendali,
200
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
201
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
202
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
pembekuan
digunakan
harus
dibuang.
174. Medroksi Remaja dan dewasa. Tidak ada Jangan Harus Tidak diketahui
progesteron Kontrasepsi IM : 150 mg setiap karena disimpan digunakan
asetat 50 3 bulan. Kontrasepsi SubQ : diberikan pada suhu dalam
mg/ml 104 mg setiap 3 bulan (setiap langsung diatas keadaan
(Medroksi 12-14 minggu). secara 25°C, segar.
progesteron Dewasa. Kanker karsinoma IM IM. Hindari Sisa yang
asetat) : 400-1000 mg/minggu. dari tidak
pembekuan digunakan
. harus
dibuang.
175. Medixon 125 Dewasa : secara IV atau IM, 10- Asam Simpan Sediaan Y-site :
mg, Medixon 40 mg (base), diulangi sesuai amino pada suhu yang telah ciprofloxacin,
500 mg, kebutuhan 4,25% 15°C- direkonstit docetaxel, etoposide
Methyl Untuk dosis tinggi ; IV, 30 mg Dekstrosa 30°C, usi harus phosphate,
Prednisolon (base) per kgBB diberikan 25% kering, digunakan filgrastim,
125 mg (metil sekurang-kurangnya 30 menit. Dekstrosa dan dalam gemcitabine HCl,
Universitas Indonesia
prednisolon dosis dapat diulangi setiap 4-6 5% dalam terlidnung waktu 48 ondansetron HCl,
sodium jam sesuai kebutuhan natrium dari jam. paclitaxel, propofol.
succinate) Untuk eksaserbasi akut pada klorida cahaya. Lakukan Dalam syringe :
sklerosis ganda ; IM/IV, 160 mg 0,45% pemeriksaa pantoprazole
(base) perhari selama 1 minggu, Dekstrosa n. sodium.
203
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
65% 50 ml, ml. “retrograde urography” 5- diberikan cahaya Sisa yang profilaksis.
Meglumin 10ml. langsung dan X- tidak
natrium Anak-anak. Infus drip urograpi secara rays digunakan
amoditrizoat : tidak boleh lebih dari 4 ml/kg IV. harus
76% 20 ml berat badan. dibuang.
204
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
(Meglumin
amidotrizoat)
177. Methergin 0,2 Persalinan tahap 3 : 0,5-1 mL Tidak ada Simpan Sisa yang Obat ini tidak boleh
mg/ml 1 ml (0,1-0,2 mg) IM setelah karena pada tidak dicampur dengan
(Metil keluarnya kepala atau bahu diberikan temperatu digunakan obat lain.
ergometrin, anterior atau segera setelah langsung r ruangan harus
Pospargin 0.2 melahirkan anak. secara yang dibuang.
mg/ml 1 ml Untuk General Anestesi: IM, Intra- terkontrol
hydrogen Rekomendasi Dosis: 1 mL (0,2 artikular, .
maleat) mg) IV. intrasinov
Uterus atonia/Perdarahan: 1 mL ial,
IM atau 0,5-1 mL IV. Dapat intralesio
diulang sesuai kebutuhan nal.
dengan interval tidak kurang
dari 2 jam.
Pengobatan subinvolusi,
“Lochiometra”,
perdarahan/nifas : 0,5-1 mL IM
3 kali sehari pada wanita
Universitas Indonesia
205
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
d HCl) berusisa 15-19 tahun dengan NaCl berwarna. 50 ml NS, Dalam syringe :
berat di bawah 60 kg) 3 kali 0,9%. Simpan D5W, RL ampicillin sodium,
sehari; Anak sampai dengan 1 Dekstrosa ampul stabil calcium gluconate,
tahun (berat sampai 10 kg) 1 5% yang selama 48 chloramphenicol
mg 2 kali sehari, 1-3 tahun (10- dalam air. belum jam, bila sodium succinate,
14 kg) 1 mg 2-3 kali sehari, 3-5 Ringer’s dibuka disimpan furosemida,
tahun (15-19 kg) 2 mg 2-3 kali injection, pada suhu pada suhu pantoprazole
sehrai, 5-9 tahun (20-29 kg) 2,5 lactated. kamar 5°C-30°C sodium, sodium
mg 3 kali sehari, 9-14 tahun (30 NaCl dan dan bicarbonate.
kg dan lebih) 5 mg 3 kali sehari. 0,9%. terhindar terlindung Aditif : furosemida.
Manitol dari dari
20% cahaya. cahaya.
Pada
kondisi
penerangan
normal,
larutan
yang sudah
diencerkan
hanya
dapat
disimpan
selama 24
Universitas Indonesia
jam.
Ampul
yang sudah
dibuka
harus
206
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
179. Metronidazol Infeksi anaerob (jika terapi oral NaCl Larutan dibuang Larutan infus :
Infus 500 tidak cukup): 500 mg infus IV 0,9% jernih, dan tidak D10W.
mg/100 ml tiap 8 jam, biasanya selama 7 Glukosa tidak boleh Y-site : filgrastim,
(Metronidazol) hari 5% berwarna. digunakan pantoprazole sodium.
Profilaksis bedah: 500 mg infus Glukosa- Simpan lagi.Setela Aditif : amoxicillin
IV pada induksi dengan hingga NaCl pada suhu h dibuka, sodium-calvulanate
3 dosis 500 mg lebih lanjut kamar dan gunakan potassium.
diberikan tiap 8 jam untuk terlindung segera.
prosedur yang berisiko tinggi dari Buang
Ensefalopati hepatik: 500 mg cahaya. larutan
1x/hari (umumnya hanya jika Sediaan yang tidak
fungsi hati sangat buruk dan tidak boleh terpakai
kadang jika fungsi renal disimpan Metronidaz
terganggu), ClCr <10 mL / di dalam ol injeksi
menit: diberikan 50% dari dosis kulkas harus
atau setiap 12 jam karena disimpan
dapat pada 15°C
menyebabk sampai
an 30°C dan
Universitas Indonesia
pembentuk terhindar
an kristal. dari
Sediaan cahaya.
harus
terlindung
207
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dari
paparan
langsung
cahaya
matahari.
180. Meylon 84% Infant dan anak : IV ; 0.5-1 Dekstro Simpan Injeksi Y-site : amiodaron
25 ml mEq/ kgBB/ dosis dapat diulang sa 5% pada suhu disimpan HCl, calcium
(Natrium setiap 10 menit, dosis tidak dalam kamar. pada suhu chloride, midazolam
bikarbonat) boleh lebih dari 10 mEq/ menit, air. ruangan, HCl, verapamil HCl,
neonatus dan anak < 2 tahun terlindung ondansetron HCl.
4.2% (0.5 mEq/ ml) dari panas Dalam syringe :
Dewasa : dosis awal : 1 mEq/ dan metoclopropamide
kgBB/ dosis 1 kali; dosis pembekuan HCl, pantoprazole
pemeliharaan : 0.5 mEq/ kgBB/ Hanya sodium, thiopental
dosis setiap 10 menit digunakan sodium.
Hiperkalemia : Dewasa ; IV ; 1 jika larutan Aditif ; amoxicillin
mEq/ kgBB setelah 5 menit. bersih sodium, ampicillin
sodium, ascorbic acid
injectiom.
Universitas Indonesia
181. MgSO4 20% Hipomagnesemia. Anak IV; IO Dekstrosa Simpan Shelf life : Magnesium sulfat
25 ml, MgSO4 : 25-50 mg/kg/dosis selama 10- 5% pada 36 bulan. tidak kompatibel
40% 25 ml 20 menit, maksimum dosis dalam air. temperatu Setelah dengan alkali
(Magnesium tunggal 2000 mg. Dewasa, Fat r ruangan dibuka, hidroksida
sulfat) defisiensi rendah IM 1 g setiap emulsion yang harus. (membentuk larutan
208
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
209
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
182. Mikasin Bayi, anak dan dewasa : I.M. , Dekstrose Simpan Larutan Y-site : hetastarch,
500mg 2 ml, I.V. : 5 – 7,5 mg/kg BB/dosis 5% dalam pada suhu amikacin propofol.
Mikasin 250 setiap 8 jam. air kamar stabil Dalam syringe :
mg 2 ml Beberapa dokter menyarankan Ringer selama 24 heparin sodium,
(Amikasin dosis sehari 15-20 mg/kg BB Laktat jam pada pantoparzole
sulfat) untuk semua pasien dengan NaCl 0.9% suhu sodium.
fungsi ginjal yang normal kamar, Aditif :
setelah aminophylline,
dikeluarkan ampicillin sodium,
dari kulkas cefazolin sodium,
atau ceftazidime, heparin
dibekukan. sodium, phenytoin
Amikacin sodium, thiopental
0,25 dan sodium, vitamin B
5,0 mg/ml kompleks dengan
stabil vitamin C.
dalam
larutan
infus yang
Universitas Indonesia
sesuai
selama 24
jam pada
suhu kamar
atau 60 hari
210
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
bila
dimasukka
n ke dalam
kulkas
(suhu 4°C)
atau 30 hari
setelah
larutan
tersebut
dibekukan
pada suhu -
15°C
183. Morphin 10 Pasien tidak pernah pakai opiat Dekstrosa Lindungi Simpan Ketidaksesuaian
mg (Morfin Awal 5-10 mg. Dosis pada hari- 5% dalam dari pada suhu morfin
Sulfat) hari berikutnya ditingkatkan air cahaya ruangan mungkin tergantung
guna mendapatkan efek pereda yang pada banyak faktor
nyeri selama 12 jam terkendali, seperti
Nyeri yang tidak dapat dikontrol lindungi formulasi yang
dengan opiat yang lebih lemah dari cahaya digunakan, rasio
Universitas Indonesia
211
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
pH < 4 mengandung
Larutan beberapa rincian
yang pada pencampuran
menjadi obat yang sama
gelap dalam berbagai
menandaka situasi yang berbeda
n telah Garam morfin
terjadinya sensitif terhadap
degradasi perubahan pH dan
dapat diendapkan
dalam lingkungan
alkalin.
184. MTX 5 Koriokarsinoma & penyakit Asam Simpan Karena Hindari penggunaan
mg/vial, MTX tropoblas 15-30 mg per hari IM amino pada bersifat aluminium.
Inj 50 mg/vial selama 5 hari. Ulangi 3-5 kali 4,25% temperatu sitotoksik, Obat ini tidak boleh
[garam Na] dengan periode istirahat ≥1 Dekstrosa r ruangan maka harus dicampur dengan
(Methotrexate) minggu. Karsinoma payudara 25%. yang digunakan obat lain.
40 mg/m2 IV pada hari 1 & hari Dekstrosa terkontrol segera dan
8. Leukemia 3,3 mg/m2 dalam 5% dan dalam
Universitas Indonesia
212
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
natrium
klorida 9
mg/ml
(0,9%) atau
glukosa 50
213
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
mg/ml
(5%).
Diencerkan
ke dalam
larutan
infus:
secara
kimia dan
fisik, stabil
selama 96
jam pada
25°C dan
terlindung
dari cahaya
bila
diencerkan
dengan
natrium
klorida 9
mg/ml
(0,9%)
untuk infus
atau
Universitas Indonesia
glukosa 50
mg/ml
(5%) untuk
infus .
Mycamine
214
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
tidak
mengandun
g
pengawet.
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, larutan
harus
digunakan
segera. Jika
tidak
segera
digunakan,
waktu dan
kondisi
penyimpan
an adalah
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
Universitas Indonesia
tidak akan
lebih dari
24 jam
pada suhu
2-8°C.
215
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
186. Naropin 7.5 Untuk bedah anestesi, dosis Aqua pro Harus Pembuatan Alkalinisasi dapat
mg/ml 20 ml ropivacaine HCl injeksi, disimpan merekome menyebabkan
(Ropivacain) adalah 75 sampai NaCl pada suhu ndasikan terbentuknya
150 mg (15 sampai 30 mL). 0.9%, ruangan bahwa endapan pada di atas
Dosis untuk epidural thoraks Natrium yang setiap pH 6,0.
adalah 25 sampai 75 mg (5 hidroksid terkontrol. larutan
sampai 15 mL), dosis aktual a. The dosis yang
yang digunakan tergantung pada tunggal tersisa
tingkat tidak dalam
injeksi memiliki wadah
Untuk blok saraf perifer seperti pengawet terbuka
pleksus brakialis, dosis khas antimikrob harus
adalah 175-250 mg a. dibuang
(35 sampai 50 mL) segera.
Untuk infiltrasi anestesi adalah Botol infus
200 mg (40 mL) kontinu
Dalam pengelolaan nyeri akut tidak boleh
adalah 20 sampai 40 mg (10 dibiarkan
sampai 20 mL) sebagai dosis selama
Universitas Indonesia
216
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
217
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
: 36 dilaksanaka
bulan. n.
188. Natrium Melalui injeksi intravena Tidak ada Simpan Untuk Tidak kompatibel
tiosulfat 10 ml selama 5-20 menit (sebagai karena dibawah penggunaa dengan garam-
(Natrium injeksi natrium nitrit 30 mg/ml), langsung 25ºC. n dosis garam dari logam
tiosulfat) 300 mg (anak 4-10 mg/kg BB) diinjeksik Lindungi tunggal dan berat, agen oksidasi,
dilanjutkan dengan natrium an ke dari untuk satu dan asam.
tiosulfat 12,5 g (sebaga injeksi pasien cahaya. pasien. Terjadi dekomposisi
natrium tiosulfat 500 mg/ml) secara Untuk Residu apabila dipansakan
dengan injeksi intravena selama IV. umur harus dengan larutan yang
10 menit (anak 400 mg/kg BB). simpan, dibuang. mengandung karbon
lihat label dioksida dan
untuk oksigen.
tanggal Jika natrium tiosulat
kadaluwar ditriturasi dengan
sa. klorat, nitrat, atau
permanganta, makan
akan terjadi
eksplosif.
Universitas Indonesia
189. Neostigmin 0,5 Miastenia gravis (diagnosis). NaCl Simpan Setelah Neostigmin dapat
mg/5 ml, Anak 0,04 mg/kg sebagai dosis 0,9%. pada dibuka, diencerkan dengan
Prostigmin 0,5 tunggal. Dewasa 0,02 mg/kg Aqua pro temperatur langsung aqua pro injeksi.
mg/ml sebagai dosis tunggal. injeksi. ruangan diinjeksika Akan tetapi,
(Neostigmin Miastenia gravis (pengobtan). yang n. stabilitas injeksi
218
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
metilsulfat) Anak IM; IV; Sub Q 0,01-0,04 terkontrol. Residu tidak dapat dijamin
mg/kg setiap 2-4 jam. Dewasa Terlinsungi harus setelah telah
IM;IV;SubQ 0,5-2,5 mg setiap dari cahaya. dibuang. diencerkan
1-3 jam sampai 10 mg/24 jam. Hindari
Pembalikan blockade pembekuan.
neuromuscular non depolarisasi Hindari
setelah operasi dengan temperatur
pemberian atropin. Bayi 0,025- diatas 40°C
0,1 mg/kg/dosis. Anak 0,025-
0,08 mg/kg/dosis. Dewasa 0,5-
2,5 mg/kg/dosis, total dosis
tidak boleh melebihi 5 mg.
190. Neurobion 1 ampul per hari melalui IM NS Simpan di Setelah -
5000, intragluteal dalam pada kasus tempat dibuka,
Neurosanbe 3 yang berat. sejuk dan langsung
ml, Soluvit terlindung diinjeksika
(Vitamin B1 dari cahaya. n.
100 mg, B6 Residu
100 mg, B12 harus
Universitas Indonesia
219
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
220
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
221
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
222
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
194. Norcuron 4 Dengan injeksi inravena, Aqua pro Simpan Serbuk Y-site : diazepam,
mg/ml, intubasi, 80-100 mcg/kg BB; injection. pada suhu yang telah etomidate,
Norcuron 10 pemeliharaan 20-30 mcg/kg BB “bacterio kamar dilarutkan furosemida,
mg sesuai dengan reaksi pasien; static dan dengan thiopental sodium.
(Vekuronium Neonatal dan bayi hingga 4 water for terlindung prosedur Dalam syringe :
Bromida) bulan, dosis awal 10-20 mcg/kg injection” dari aseptik pantoprazole
BB kemudian dosis dinaikkan . cahaya. dapat sodium.
bertahap untuk mencapai reaksi disimpan
yang diinginkan; anak diatas 5 24 jam
tahun seperti dosis dewasa pada suhu
(sampai usia 1 tahun, mula 15°C-25°C.
kerja lebih cepat dan mungkin Serbuk
tidak diperlukan dosis intubasi yang telah
yang tinggi). Dengan infuse dilarutkan
intravena 50-80 mcg/kg BB/jam dengan
(setelah dosis awal injeksi prosedur
intravena 40-100 mcg/kg BB). aseptik
hanya
dapat
Universitas Indonesia
disimpan
12 jam.
Sisa
sediaan
yang tidak
223
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
terpakai
harus
dibuang.
195. Novalgin 2 ml Dewasa dan anak >15 tahun: 2-5 Tidak ada Simpan Simpan Jangan campur
inj mL dosis tunggal melalui IM karena pada suhu pada suhu dengan obat lain
(Metampiron) atau IV, diberikan ruang ruangan
Sebagai dosis harian dapat langsung Lindungi (15°C -
diberikan hingga 10 mL; anak secara IV dari 30°C)
dengan BB hampir 30 kg: dosis atau IM. cahaya. Jangan
tunggal 0,4-1 mL gunakan
lebih dari
tanggal
kadaluarsa.
196. Novomix 30 Dengan injeksi subkutan, segera Tidak ada Simpan di Shelf life : Produk obat ini
flexpen 100 sebelum makan atau jika karena lemari es 2 tahun. tidak boleh
IU/ml 3 ml diperlukan secepatnya setelah langsung (2°C - Jaga tutup dicampur dengan
[Insulin makan, sesuai kebutuhan. diberikan 8°C). pada obat lain.
analog, Dengan infuse subkutan, injeksi secara Jauhkan FlexPen
campuran : intravena atau infuse intravena, subkutan. dari untuk
Universitas Indonesia
224
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Jangan pertama
membeku atau
kan dibawa
sebagai
cadangan:
Jangan
mendingin
kan.
Simpan di
bawah
30°C
sampai 4
minggu.
Lindungi
dari panas
dan cahaya
yang
berlebihan.
197. Novorapid Inj Dosis individu tergantung dari Tidak ada Simpan Novorapid Produk obat ini
Universitas Indonesia
100 IU/ml 10 kondisi pasien dan saran dokter, karena kemasan yang tidak boleh
ml, Novorapid umumnya digunakan dalam langsung asli pada sedang dicampur dengan
Flex Pen 100 kombinasi dengan insulin kerja diberikan suhu 2°C- digunakan obat lain.
(Insulin aspart) sedang atau insulin kerja secara 8°C di tidak boleh
panjang minimal 1x/hari. subkutan. dalam disimpan
225
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
selama 24
jam
226
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
amino digunakan.
utama.
199. Omnipaque Dosis dewasa dan anak-anak Tidak ada Simpan Jangan Produk obat ini
300 mg/ml 100 didasarkan banyak variabel karena pada pindahkan tidak boleh
ml, termasuk: jenis pemeriksaan, langsung ioheksol dicampur dengan
227
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Omnipaque cara pemberian, umur pasien, diberikan temperatu dari obat lain.
300 mg/ml 20 berat badan dan produk. secara r ruangan kemasan
ml, Konsultasikan informasi produk IV, intra- yang yang
Omnipaque tertentu untuk dosis rinci. arteri. terkontrol terlindungi
300 mg/ml 50 Dosis pada pasien penyakit hati dan dari cahaya
ml, dan ginjal. Dilakukan lindungi sampai
Omnipaque penyesuaian dosis pada dari digunakan.
350 mg/ml 20 kerudakan parah dengan pasien cahaya. Harus
ml (Ioheksol) ini. Hindari digunakan
pembekua dengan
n. segera.
200. OMZ Inj 40 Omeprazole IV hanya boleh NS Simpan Gunakan Y-site : midazolam
mg digunakan jika pemberian secara D5W pada suhu larutan HCl, vancomycin
(Omeprazol per oral tidak memungkinkan, 25°C- rekonstitus HCl.
sodium) contohnya pada pasien yang 30°C dan i dalam
sakit parah terlindung waktu 4
Dosisnya 40 mg, sehari sekali. dari jam.
Berikan dalam waktu tidak cahaya. Larutan
kurang dari 2,5 menit. Berikan omeprazol
Universitas Indonesia
228
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Larutan
omeprazol
dalam
D5W stabil
Selma 3-6
jam.
201. Osflex 25 Dewasa 1 injeksi Intraarterial Tidak ada Simpan di Setelah -
mg/2,5 ml setiap minggu selama 5 minggu pelarut tempat dibuka,
(Hialuronat berturut-turut pada lutut atau karena yang gunakan
Na) bahu rongga sendi. diberikan dingin segera.
langsung (2°-8°C). Residu
secara Lindungi harus
intraarteri dari dibuang.
al. cahaya.
Jangan
membeku
kan.
202. Otsu-KCL Intrakardiak digunakan dalam Dekstrosa Simpan Hanya Larutan manitol
Universitas Indonesia
7,46% 25 ml resusitasi jantung, injeksi dapat 5% pada dapat 20% dan larutan
(Kalium dilakukan ke dalam rongga dalam air. temperatu digunakan manitol 25% karena
Klorida) ventrikel. Jangan menyuntikkan Dekstrosa r ruangan sampai 24 membentuk
ke miokardium. Dosis dewasa: 10% yang jam. endapan.
200-400 mg (2-4 ml). Pediatri dalam air terkontrol
229
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
230
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
203. Ovidrel 250 Hipogonadisme pria 2-3 kali Tidak ada Simpan di Shelf life : Produk obat tidak
mcg 1000-2000 UI/minggu. karena lemari es 2 tahun. boleh dicampur
(koriogonadotr Pubertas tertunda 2 kali 1500 diberikan (2°C- Setelah dengan obat lain.
opin) UI/minggu selama 6 bulan. langsung 8°C). dibuka, Desinfektan yang
Infertilitas wanita 5000-10000 secara Simpan produk mengandung garam
UI setelah terapi dengan HMG, subkutan, dalam obat harus amonium kuartener
dilanjutkan dengan 1-3 kali intraarteri kemasan digunakan Deterjen dan
5000 UI dalam 9 hari al, dan asli. segera. benzalkonium
berikutnya. intraderm Selama Jika tidak klorida dapat
al. masih digunakan, menyebabkan
dalam maka larutan memiliki
masa simpan penampilan seperti
simpan, sampai 24 susu.
disimpan jam pada
pada suhu 2°-8°C.
di bawah
25°C
selama 30
hari tanpa
Universitas Indonesia
didingink
an.
Jika tidak
digunakan
dalam.
231
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
waktu 30
hari,
maka
harus
dibuang
204. Oxytetracyclin 200-500 mg tiap 6 jam - Simpan - Tidak kompatibel
e 250 mg/3 ml, pada dengan pH asam,
Oxytetracyclin kemasan alkalin, dan larutan
e 50 mg/3 ml kedap yang mengandung
(Oksitetrasikli udara dan garam logam.
n HCl) terlindung
dari
cahaya.
205. Paklitaksel Inj IV. Dewasa. Kanker ovarian Dekstrosa Shelf life Setelah Polioksietil.
30 mg/5 ml 135-175 mg/m2 selama 3 jam 5% : 18 dibuka Produk obat ini
(paklitaksel) setiap 3 minggu atau 135 dalam air. bulan. sebelum tidak boleh
mg/m2 selama 24 jam setiap 3 NaCl Jangan pengencera dicampur dengan
minggu atau 50-80 mg/m2 0,9% simpan di n : secara obat lain.
selama 1-3 jam setiap minggu Dekstrosa atas 25°C. kimia dan
Universitas Indonesia
232
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
suhu 5°C
dan pada
25°C
selama 7
hari bila
233
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
diencerkan
dalam
larutan
Dekstrosa
5% dan
selama 14
hari ketika
diencerkan
dalam
NaCl 0,9%.
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera. Jika
tidak
segera
Universitas Indonesia
digunakan,
waktu dan
kondisi
penyimpan
an adalah
234
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
tidak akan
lebih dari
24 jam
pada 2°-
8°C.
206. Pan Amin G Infus rata – rata yang diinginkan Emulsi Simpan di Wadah -
500 ml (Per L : : 10 g asam amino lebih dari 60 lemak tempat larutan
Amino acids menit. 10%. yang harus
29,2 g; Dewasa: 500 ml lebih 60-100 sejuk diperiksa
essential amino menit (80-130 tetes / menit). Jauh dari secara
acids 21,8 g; sinar visual
non essential matahari untuk
amino acids langsung. melihat
7,4 g; sorbitol kabut,
Universitas Indonesia
50 g) perubahan
warna,
endapan,
dan retak
botol dan
235
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
diperiksa
keadaan
vaccum
sebelum
pencampur
an dan
sebelum
pemberian.
Hanya
larutan
yang jelas
harus
digunakan.
Sediaan
juga harus
dilindungi
dari suhu
yang
ekstrem
Universitas Indonesia
seperti
pembekuan
atau di atas
40°C.
Karena
236
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
risiko
kontaminas
i
mikrobiolo
gi,
direkomen
dasikan
untuk
menyimpa
n
campuran
larutan
nutrisi
parenteral
untuk
waktu
sesedikit
mungkin
setelah
Universitas Indonesia
persiapan.
237
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Administra
si botol
tunggal
tidak boleh
melebihi
24 jam.
207. Panso 40 Reflux esophagitis dewasa 40 Dekstrosa Simpan Gunakan Y-site : ampicillin
mg/10 ml mg / hari dengan injeksi IV 5% dalam pada suhu larutan sodium, ceftriaxone
(Pantoprazol lambat selama 2-5 menit atau air <25°C dan rekonstitus sodium, dobutamin
Na) infus IV selama 15 menit Ringer terlindung i dalam HCl, dopamine HCl,
Hipersekresi patologis terkait Lactat dari waktu 3 epinephrine HCl,
dengan sindrom Zollinger- NaCl cahaya. jam. furosemida, insulin,
Ellison 80 mg 12 hari dengan 0,9%. Gunakan manitol.
infus IV selama 15 menit. Dosis larutan Dalam syringe :
dapat ditingkatkan sampai 120 infus amikasin sulfate,
mg dua kali sehari & 80 mg 3 dengan amiodaron HCl,
kali sehari. pelarut NS calcium gluconate,
dalam cefazolin sodium,
waktu 21 cefotaxim sodium,
Universitas Indonesia
jam. cyclosporine,
Gunakan epinephrine HCl,
larutan furosemide, fentanyl
infuse citrate.
dengan
238
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
pelarut
D5W
dalama
waktu 12
jam.
208. Pehacain 2 ml Injeksi intravena pada pasien - Simpan Simpan amfoterisin B,
(per ml : tanpa gangguan sirkulasi yang pada pada sulfadiazine
Lidokain HCl berat, 100 mg sebagai bolus temperatu suhu 4°C natrium,
20 mg, selama beberapa menit (50 mg r ruangan metoheksital
adrenalin 12,5 pada pasien dengan BB lebih yang natrium, cefazolin
mcg) ringan atau pasien dengan terkontrol natrium, fenitoin
gangguan sirkulasi yang berat), . natrium.
segera diikuti dengan infus 4 Terlindun
mg/menit selama 30 menit, 2 g dari
mg/menit selama 2 jam, cahaya.
kemudian 1 mg/menit;
kadarnya dikurangi lagi bila
infusnya dilanjutkan lebih dari
24 jam (pantauan EKG dan
Universitas Indonesia
239
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
240
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Karena
tidak
mengandun
g
pengawet,
maka harus
segera
digunakan
sampai 24
jam.
211. Perdipine 10 Hipertensi akut: IV: awal: 5 mg Vial: Simpan Vial: Dengan natrium
mg/10 ml / jam meningkat sebesar 2,5 mg Encerkan pada suhu Simpan bikarbonat 5%,
(Nikardipin / jam setiap 15 menit sampai 25 mg kamar, pada suhu Ringer laktat
HCl) maksimum 15 mg / jam; ampul lindungi kamar Inkompatibel
pertimbangkan pengurangan dengan dari terkendali ditempat pemberian :
sampai 3 mg / jam setelah 240 mL cahaya, 20°C Ampicillin,ampicillin
respon dicapai larutan stabil sampai /sulbactam,
Pergantian untuk terapi oral yang selama 24 25°C cefepime,
(perkiraan): kompatib jam pada (68A° F furosemide,
20 mg setiap 8 jam oral,
Universitas Indonesia
241
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
242
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
213. Phytomenadio Antidot warfarin: untuk Glukosa Simpan Hindarkan Tidak ada.
n 2 mg/ml, perdarahan besar, hentikan 5%, kemasan larutan
Vitamin K Inj warfarin dan berikan NaCl asli pada dari
(Fitomenadion/ phytomenadione 5-10 mg 0,9% suhu cahaya
vitamin K) injeksi IV lambat; ruang langsung
Untuk melawan peningkatan Terlindun
INR berhubungan dengan g dari
kelainan hati: 10 mg IV cahaya
langsung
214. Plasbumin-20 Jumlah larutan albumin yang Dekstran Harus Larutanny Larutan albumin
Infus 20% 100 diberikan akan tergantung 6% disimpan a tidak manusia tidak boleh
ml, Plasbumin- pada kondisi klinis pasien dan dalam dalam boleh dicampur dengan
20 Infus 20% respon dekstrosa wadah digunakan produk obat lain,
50 ml, terhadap pengobatan. Dosis 5% kaca jika keruh darah, sel darah
Plasbumin-25 berikut telah Dextrose berwarna atau merah dan aqua pro
Infus 25% 20 disarankan: 6% dan mengandu injeksi
ml (Human • syok hipovolemik akut : dosis dalam terlindung ng
Albumin) awal 25 g untuk NaCl dari deposit.
dewasa (misalnya, 500 mL 0,9% cahaya. Tanggal
Universitas Indonesia
243
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
injeksi,
laktat
NaCl
0,45%
244
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
215. Pregnyl 5000 Hipogonadisme pria 2-3 kali - Simpan di Shelf life : Produk obat tidak
IU (HCG) 1000-2000 UI/minggu. lemari es 2 tahun. boleh dicampur
Pubertas tertunda 2 kali 1500 (2°C- Setelah dengan obat lain.
UI/minggu selama 6 bulan. 8°C). dibuka,
Infertilitas wanita 5000-10000 Simpan produk
UI setelah terapi dengan HMG, dalam obat harus
dilanjutkan dengan 1-3 kali kemasan digunakan
5000 UI dalam 9 hari asli. segera.
berikutnya. Selama Jika tidak
masih digunakan,
dalam maka
masa simpan
simpan, sampai 24
disimpan jam pada
pada suhu 2°-8°C.
di bawah
25°C
selama 30
hari tanpa
Universitas Indonesia
didingink
an.
Jika tidak
digunakan
dalam
245
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
waktu 30
hari,
maka
harus
dibuang.
216. Procain Dewasa: 300.000-900.000 unit Aqua pro Penyimpa Simpan -
Penicilin-G Inj sekali atau dua kali sehari injeksi. nan pada pada lemari
1 juta IU, dengan suntikan IM. suhu pendingin.
Dalam pengobatan sifilis, dosis kamar
Procain
adalah 600.000 unit sekali
Penicilin-G Inj sehari dengan rute IM.
3 juta IU Dosis dapat disesuaikan
(Procain berdasarkan usia atau tingkat
Penicilin-G) keparahan infeksi.
Anak-anak: 10.000 IU / kg berat
badan setiap hari.
Administrasi: Prokain Penisilin-
G Meiji harus disuntikkan IM
ke pantat, paha, otot deltoid atau
Universitas Indonesia
trisep.
Dalam kasus injeksi kontinu,
tempat suntikan harus diubah
setiap waktu.
Rekonstitusi: Tambahkan
246
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
lactated. n.
NaCl
0,45%.
NaCl
0,9%.
247
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
218. Protamine Injeksi intravena, selama lebih Dekstrosa Simpan di Setelah Sefalosporin dan
sulphate 10 kurang 10 menit, 1 mg 5% dalam dibuka, penisilin.
mg/ml 5 ml menetralkan 100 unit heparin dalam air. lemari harus
(Protamin (mukosa) atau 80 unit heparin NaCl pendingin digunakan
sulfat) (paru) bila diberikan dalam 0,9%. dan segera.
waktu 15 menit setelah heparin; hindari Residu
jika waktunya lebih panjang, pembekua harus
diperlukan protamin yang lebih n. dibuang.
sedikit karena heparin dengan Stabil
cepat diekskresi minimal 50 selama 10
mg. hari
samapai 2
minggu
pada
temperatu
r ruangan.
219. Quelicin Inj Anak dan dewasa IM : sampai Dekstrosa Simpan Setelah Barbiturat dan
200 mg/10 ml 3-4 mg/kg, total dosis tidak 5% pada suhu pelarutan Nafcilin.
(suksinilkolin lebih dari 150 mg. dalam air. 2-8°C. dengan
Universitas Indonesia
248
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
25 mg/2 ml diulang tiap 6-8 jam jika tidak rekonstitu choleteryl sulfate
diperlukan; infus kontinu: berwarna si dalam complex,
(Ranitidin
Profilaksis perdarahan GI atas sampai waktu 24 aztreonam,
HCl) dosis awal 50 mg injeksi IV kuning jam. cefazolin sodium,
diikuti 125-250 mcg/kg/jam muda cefepime HCl,
249
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
25-30°C
di tempat
kering
dan
terlindun.
250
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dari
cahaya
221. Renxamin Dosis sesuai dengan kebutuhan Fat Simpan Karena Antibiotik dan
Infus 9% 200 metabolik, pengeluaran energi emulsion pada suhu tidak steroid.
ml, Renxamin & status klinis pasien. Dosis 10%, tidak lebih mengandu Gansiklovir
harian tanpa dialisis 0,4-0,6 g intravena. dari 40°C. ng Insulin.
Inj 200 ml
asam amino/kg berat Hindari pengawet, Heparin kecuali
(Asam amino) badan/hari, pada dialisis 0,8-1,2 pembekua maka harus diberikan melalui Y-
g asam amino/kg berat n. digunakan site line untuk
badan/hari dengan IV lambat. Terlindun dengan penggunaan infuse
g dari segera TPN.
cahaya. sampai
waktu 24
jam.
222. Reviral Infus Mencegah transmisi HIV ibu Destrosa Simpan Ketika Produk obat ini
200 mg/10 ml dan janin. Neonatal, dosis harus 5% pada suhu dilarutkan tidak boleh
(Zidovudin) dimulai 6-12 jam setelah lahir dalam antara dengan dicampur dengan
dan berlanjut untuk 6 minggu air. 15°C- dekstrosa obat lain.
pertama. Bayi berumur ≥30 25°C. 5% dalam
Universitas Indonesia
251
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
mg/5 ml 0,6-1,2 mg/kg berat badan a 5% vial pada selama 24 larutan yang
(Rokuronium sebagai IV bolus. Pemeliharaan: dalam lemari jam. mengandung zat
0,1-0,2 mg/kg berat badan air. pendingin aktif berikut:
Bromida)
sebagai IV intermiten. Anak- Dekstros (2°C-8°C) amfoterisin,
anak, Awalnya 0,6 mg/kg berat a 5% dan amoksisilin,
252
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
mg/ml 5 ml sebagai dosis tunggal, diinfus a 5% pada suhu digunakan dengan larutan
(Siklosporin) selama 2-6 jam, diberikan pada dalam dibawah ttidak lebih infuse yang
pasien yang tidak bisa menelan air. 30°C. dari 6 jam mengandung
kapsul atau larutan oral NaCl Terlindun apabila minyak jarak
0,9%. g dari digunakan polioksietil
253
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
226. Serum Sebelum terkena rabies. Satu “Water Simpan Shelf life : Vaksin tidak boleh
antirabies 100 suntikan 1 mililiter diberikan for pada suhu 3 tahun dicampur dengan
IU/ml 20 ml, setiap hari pada hari ke 0 , 7 injection” 2°C-8°C Setelah obat lain.
Vaksin Rabies dan 28 . Hari untuk mencapai dalam dilarutkan,
Kering Orang status kekebalan yang efektif lemari vaksin.
254
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
255
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
D10W,
D10NS,
LR,
1/2NS,
NS
256
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
TPN
228. Sodium Krisis hipertensi, secara infuse Dekstros Simpan Residu Dobutamin,
Nitroprusside intravena, dosis awal 0,5-1,5 a 5% pada harus dopamine, lidokain,
for injection mcg/kg BB/menit, kemudian dalam temperatur dibuang nitrogliserin.
BP 50 mg ditingkatkan bertahap 500 air. ruangan setelah 4 Tidak boleh
(Natrium nanogram/kg BB/menit setiap 5 yang jam dari dicampur dengan
Nitropuside) menit dalam kisaran 0,5-8 terkontrol. rekonstitus pengawet.
mcg/kg BB/menit (dosis lebih Terlindun i.
rendah jika sudah mendapat g dari Larutan
antihipertensi lain); penggunaan cahaya rekosntitus
dihentikan jika dalam 10 menit, dan panas. i dapat
respon tidak memuaskan Hindari digunakan
dengan dosis maksimal. Telah pembekua sampai 24
digunakan dosis awal lebih n. jam selama
rendah 300 nanogram/kg terlindung
BB/menit; menjaga tekanan dari
darah diastolic 30-40% lebih cahaya.
rendah dari sebelum terapi, 20-
400 mcg/menit (dosis lebih
Universitas Indonesia
257
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
cahaya.
230. Streptase 1,5 Trombosis vena dalam, Dekstros Simpan Simpan Dekstran.
juta IU, embolisme paru, a 5% vial pada pada
Streptase tromboembolisme arterial akut, dalam temperatur lemari
750.000 IU vena retina pusat atau air. ruangan pendingin
258
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
259
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
260
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
siccum 100 mg 3-4 mg/kg, total dosis tidak 5% dalam pada suhu suhu 5°C nafsilin.
(Suksinilkolin lebih dari 150 mg. air. 2°C-8°C. selama 4
Cl) IV. Karena beresiko hipetemia NaCl minggu
malignan, infuse lanjutan tidak 0,9%. taua
boleh digunakan pada bayi dan Dekstrosa selama 1
anak. Anak kecil, Dosis lazim 2 5% dalam minggu
mg/kg/dosis setiap satu waktu; NaCl pada suhu
pemeliharaan 0,3-0,6 0,9%. 25°C.
mg/kg/dosis setiap 5-10 menit Residu
sesuai kebutuhan. Anak yang harus
lebig tua dan remaja, dosis dibuang
lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu setelah 24
waktu; pemeliharaan 0,3-0,6 jam.
mg/kg setiap 5-10 menit sesuai
kebutuhan.
IV. Dewasa. Dosis lazim untu
prosedur operasi pendek 0,6
mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg).
Prosedur operasi panjang, infus
Universitas Indonesia
261
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
262
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
263
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
264
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
kering (Vaksin jaringan atau luka yang langsung pada 2°C- suhu kamar
Jerap Tetanus terinfeksi atau cedera yang secara 8°C. sebelum
= tetanus terjadi lebih dari 24 jam atau IM. Penyimpa digunakan.
adsorbed pada orang dewasa dengan nan hingga Residu
toxid) berat lebih dari rata-rata. Terapi satu harus
klinis tetanus tunggal dosis minggu dibuang.
3,000-6,000 IU IM dalam pada suhu
kombinasi dengan prosedur kamar (25
klinis lainnya yang sesuai. ° C) dalam
kemasan
asli.
Jangan
dibekukan.
Menyimpa
n botol
dalam
karton luar
untuk
melindung
Universitas Indonesia
i dari
cahaya.
240. Totilac Infus Untuk pasien hemodinamik - - - -
250 ml (Na- dosis tergantung pada
laktat 28,25 g, kebutuhan, dosis maksimum 10
265
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
266
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
konsentras
i 0,5 dan 4
mg/ml
dalam
D5W atau
NS.
Simpan
pada suhu
<30°C, di
tempat
kering,
dan
terlindung
dari
cahaya.
Stabil
selama 24
jam dalam
RL dan
Universitas Indonesia
4,2 %
sodium
bicarbonat
e.
242. Trifluid Infus Dosis individu - - - -
267
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
500 ml (per L :
glucose 60 g;
fructose 30 g;
xylitol 15 g;
Na 35 meq; K
20 meq; Mg 5
meq; Ca 5
meq; Cl 35
meq; acetate 6
meq; citrate 16
meq;
phosphate 10
mmol; Zn 5
mmol)
243. Triofusin 500 Maksimal : - - Gunakan -
Infus 500 ml Triofusin 500 ; 50 larutan
(per L : ml/kgBB/hari. jernih
fructose 60 g; dalam
glucose 33 g; kemasan
Universitas Indonesia
xylitol 30 g) utuh.
Simpan
dibawah
temperatur
25°C
268
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Hindari
cahaya.
244. Triofusin 1000 Maksimal : - - Gunakan -
Infus 500 ml Triofusin 1000; 25 larutan
(per L : ml/kgBB/hari. jernih
fructose 120 g; dalam
glucose 66 g; kemasan
xylitol 60 g) utuh.
Simpan
dibawah
temperatur
25°C
Hindari
cahaya.
245. Triofusin 1600 Maksimal : - - Gunakan -
Infus 500 ml Triofusin 1600; 15 larutan
ml/kgBB/hari. jernih dala
kemasan
utuh.
Universitas Indonesia
Simpan
dibawah
temperatur
25°C
Hindari
269
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
cahaya.
246. Triofusin – E - - Hanya -
1000 (per L : Kecepatan infus : pasien dengan digunakan
fructose 120 g; BB 70 kg 45-50 tetes/ menit. jika larutan
glucose 66 g; dalam
xylitol 60 g; kemasan
electrolyte, vit) utuh.
Simpan di
bawah
25°C,
hindari
cahaya.
247. Triparen Infus Melalui infus intravena - - - -
1 L (per L perlahan tergantung dari defisit
Triparen No 1 : atau kebutuhan harian.
anhydrous
dextrose 133 g;
fructose 67 g;
xylitol 33 g;
Universitas Indonesia
KCl 1,1 g; K
acetate 1 g; Ca
gluconate 1,7
g; Mg Sulfate
1 g, dibasic K
270
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
phosphate 1,7
g; Zn 4,8 g;
citric acid 1,4
g; calories 933
kCal)
248. Triparen Infus Melalui infus intravena - Simpan Hanya Larutan manitol
1 L (per L perlahan tergantung dari defisit pada dapat 20% dan larutan
Triparen No 2 : atau kebutuhan harian. temperatu digunakan manitol 25% karena
anhydrous r ruangan sampai 24 membentuk
dextrose 167 g; yang jam. endapan.
fructose 83 g; terkontrol
xylitol 42 g; dan hanya
NaCl 2,2 g; digunakan
KCl 2,6 g; Na jika bebas
citrate 1,5 g; dari
Ca gluconate partikel.
1,7 g; Mg
Sulfate 1 g,
monobasic K
Universitas Indonesia
phosphate 1,3
g; Zn 4,8 g;
citric acid 0,33
g; calories
1168 kCal)
271
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
meq; Ca`4 hari dengan laju infus hingga 6 n pelarut dari yang liposome, filgrastim
meq; Mg 6 mL / menit (120 tetes / menit). untuk zat pembekua terkendali Inkompatibel jika
meq; Acetate lain. n dan dicampur :
38 meq; Kristalisas dilindungi Imipenem/cilastatin,
sorbitol 50 g) i dapat dari meropenem
272
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
terjadi pembekuan
pada suhu Larutan
rendah, secara
jangan kimiawi
mengguna stabil.
kan Manitol
larutan 20% akan
yang stabil
mengandu setelah
ng Kristal diautoklaf
Pemanasa pada suhu
n dalam 250°F
bak air selama 15
panas dan menit.
goncangan
kuat dapat
digunakan
untuk
resolubiliz
Universitas Indonesia
ation
251. Urografin 76% Dewasa. Infus drip urograpi 2- - Terlindun Shelf life : Antihistamin,
20 ml (per ml : 4ml/kg berat badan hingga 250 g dari 5 tahun. kortikosteroid
100 mg Na ml. “retrograde urography” 5- cahaya Sisa yang profilaksis.
amidotrizoat, 10ml. dan X- tidak
273
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
a 5%
dalam
air.
Ringer’s
injection,
274
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
lacatated.
NaCl
0,9%.
253. Vaksin BCG 0,05 ml (1 bulan-1 tahun); 0,1 saline Simpan di Produk Produk obat ini
kering Inj ml (1-18 tahun) dengan cara bebas lemari es harus tidak boleh
0,375 mg/ml injeksi intradermal. pengawet (2°C- digunakan dicampur dengan
(Vaksin BCG) 8°C). segera obat lain.
Terlindun setelah
g dari rekonstitus
cahaya. i. Dalam
hal terjadi
penundaan
antara
rekosntitus
i dan
pemberian,
dapat
disimpan
hingga 2
Universitas Indonesia
jam pada
suhu 2°C
atau 25°C
dan
terlindung
275
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dari
cahaya.
254. Vaksin Jerap Profilaksis tetanus 250 IU IM. Tidak ada Simpan Vaksin Produk obat ini tidak
Diphteria, Dosis harus dua kali lipat dalam karena dalam harus dicampur dengan
Tetanus, dan kasus luka dengan kerusakan diberikan wadah asli mencapai obat lain.
Pertusis (DTP) jaringan atau luka yang langsung pada 2°C- suhu kamar
Inj (Vaksin terinfeksi atau cedera yang secara 8°C. sebelum
Jerap Difteri terjadi lebih dari 24 jam atau IM. Penyimpa digunakan.
Tetanus = DT) pada orang dewasa dengan nan hingga Residu
berat lebih dari rata-rata. Terapi satu harus
klinis tetanus tunggal dosis minggu dibuang.
3,000-6,000 IU IM dalam pada suhu
kombinasi dengan prosedur kamar
klinis lainnya yang sesuai. (25°C)
dalam
kemasan
asli.
Jangan
dibekukan.
Universitas Indonesia
Menyimpa
n botol
dalam
karton luar
untuk
276
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
melindung
i dari
cahaya.
255. Vaksin Polio Polio-0 diberikan saat Tidak ada Simpan Setelah Tidak boleh
Oral Trivalen kunjungan pertama. Untuk bayi karena pada dibuka, dicampur dengan
(Sabin) Inj yang baru lahir di RS/RB polio langsung lemari harus obat lain.
10/20 dosis oral diberikan saat bayi diberikan pendingin digunakan
(Vaksin polio) dipulangkan (untuk (suhu segera.
menghindari transmisi virus 2°C-8°C).
vaksin kepada bayi lain) Jangan
membeku
kan.
Terlindun
g dari
cahaya.
256. Valdimex 10 Sedasi untuk bedah minor atau Glukosa Simpan Jika Wadah PVC, KCl,
mg/2 ml, prosedur dental: 100-200 5%; tidak kemasan larutan amfoterisin,
Valium 5 mg/2 mcg/kg injeksi IV, direkmon asli di diazepam atracurium,
ml (Diazepam) Dosis dewasa 10-20 mg edasi bawah harus cisatracurium,
Universitas Indonesia
277
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
dapat
berwarna infus yang meropenem, pabrinex,
digunakan
sampai telah propofol, remifentanil,
untuk
kuning disiapkan. vecuronium bromida
penggunaa
pucat. Stabilitas
Perubahan
n darurat tergantung
warna dari wadah,
menunjuk cairan,
kan konsentrasi,
larutan dan
terdegrada perangkat
si dan pemberian
tidak
boleh
digunakan
257. Vancomysin Bayi >1 bulan dan anak-anak Dekstros Simpan Stabil Aminofilin.
HCl Inj 0,5 g IV : 10-15 mg/kg setiap 6 jam. a 5% pada selama 14 Kloramfenikol
(Vankomisin Dewasa IV : 2-3 g/hari (30-60 dalam temperatur hari di natrium suksinat.
HCl) mg/kg/hari) setiap 8-12 jam. air. ruangan. lemari Penisilin G kalium.
NaCl pendingin. Penition Na.
Universitas Indonesia
278
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
279
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
segera.
Masa
simpan
setelah
direkonstit
usi dengan
NaCl 0,9%:
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera.
260. Vinblastine 10 Anak-anak. Penyakit hodgkin’s, NaCl Simpan Karena Furosemide baik
mg/10 ml dosis lazim 6 mg/m2, tidak 0,9%. pada bersifat dalam jarum sunti
(Vinblastin boleh diberikan lebih dari 7 “Bacterio lemari sitotoksik, maupun disuntikkan
sulfat) hari. Penyakit Lettere-Siwe, static pendingin. maka harus secara berurutan ke
2
dosis lazim 6,5 mg/m , tidak NaCl Dapat digunakan Y-situs dapat
Universitas Indonesia
280
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
281
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
pemeriksaan computer
tomografi atau ekskretoris
urograpi, IV Anak-anak > 1
tahun : 270 mg/mL atau 1-2
mL/kg, dosis maksimum 2
282
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
283
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
(efek dilusi).
Dosis harian maksimum adalah
50 mL/kg berat badan/hari.
Voluven dapat diberikan
berulang-ulang selama beberapa
hari sesuai dengan kebutuhan
pasien. Lamanya pengobatan
tergantung pada durasi dan
tingkat hipovolemia,
hemodinamik dan hemodilusi
tersebut.
265. Water for Dosis sesuai kebutuhan individu Tidak ada Jangan Harus Dengan darah karena
injections Inj karena simpan di disimpan dapat menyebabkan
20 ml, Water digunaka atas 25 ° di suhu terjadinya hemolisis
for injections n sebagai C. ruangan jika diberikan secara
Inj 10 ml pelarut. Jangan yang IV.
(Aqua pro membeku terkontrol.
injeksi) kan.
266. Widahes Infus Dosis sesuai kebutuhan Tidak ada Jangan - Tidak kompatibel
Universitas Indonesia
284
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
membeku
kan.
Shelf-
Life: 3
tahun.
267. Xylocaine 2% Injeksi IV pada pasien tanpa NS Ditempat Simpan Dalam syringe :
2 ml, gangguan sirkulasi yang berat, D5W sejuk, larutan cefazolin sodium,
Xylocaine 2% 100 mg sebagai bolus selama D5RL hindarkan (setelah pantoprazole sodium.
20 ml, beberapa menit (50 mg pada dari pengencera Y-site : thiopental
Xylocaine pasien dengan BB lebih ringan cahaya n) pada sodium.
Jelly 2% 10 g atau pasien dengan gangguan Stabil suhu 25°C, Aditif : phenytoin
(Lignocaine sirkulasi yang berat), segera pada suhu tetapi sodium.
HCl) diikuti dengan infuse 4 kamar. larutan
mg/menit selama 30 menit, tanpa
2 mg/menit selama 2 jam, pengencera
kemudian 1 mg/menit ; n dapat
kadarnya dikurangi lagi bila disimpan
infusnya dilanjutkan lebih dari pada suhu
24 jam (pantauan EKG dan 30°C
Universitas Indonesia
285
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
286
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
287
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
288
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
Jangan
membekuk
an.
Produk
obat
parenteral
harus
diperiksa
secara
visual
misalnya
pemeriksaa
n partikulat
sebelum
pemberian.
270. Zyvox Infus 2 Injeksi intravena selama 30-120 - Simpan Setelah amfoterisin B,
mg/ml 300 ml menit, dewasa diatas 18 tahun, pada dibuka: klorpromazin
(Linezolid) 600 mg setiap 12 jam. kemasan Dari sudut hidroklorida,
asli hingga pandang diazepam,
Universitas Indonesia
289
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Stabilitas
Stabilitas
Dosis setelah
No Obat Pelarut Penyimpanan Inkompatibilitas
Penyiapan
tidak trimetoprim,
segera ceftriaxon Na.
digunakan, sodium.
waktu
penyimpan
an dan
kondisi
adalah
tanggung
jawab
pengguna
Universitas Indonesia
290
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
DAFTAR ACUAN
Alexander, Joseph F., et al. (2013). Drug Information Handbook 22th Edition.
Ohio : Lexicomp.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI
Press.
Deb, Ratul. (2012). Parenteral Admixture And Incompatibility. Oktober 27, 2013.
http://www.authorstream.com/Presentation/iratul-1367880-parenteral-
admixture-and-incompatibility/
Lacy, Charles F., et al. (2010). Drug Information Handbook 15th Edition. Ohio :
Lexicomp.
Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia
untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Bandung : Pt.
Setia Purna Inves.
Trissel, Lawrence A., et al. (2005). Hanbook on Injectable Drugs 13th Edition.
Bethesda : American Society of Health-System Pharmacists.
Turco dan King. (1979). Sterile Dosage Form: Their Preparation and Clinical
Application 2nd edition. Philadelphia: Lea & Febiger.
Universitas Indonesia